• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Dengan Sikap Sebagai Variabel Intervening

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Dengan Sikap Sebagai Variabel Intervening"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu, penelitian yang dilakukan Kalsum (2008)

melakukan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran

Terhadap Keputusan Mahasiswa Memilih Fakultas Ekonomi Universitas

Al-Azhar Medan. Penelitian ini dilakukan kepada 51 orang responden yang

merupakan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Al-Azhar Medan, variabel

yang diteliti adalah bauran pemasaran yang terdiri dari produk (program studi),

harga (uang kuliah), lokasi, promosi, orang, proses, pelayanan dan keputusan

memilih. Pengujian secara serempak menunjukkan bahwa produk (program studi),

harga (uang kuliah), lokasi, promosi, orang, proses, pelayanan berpengaruh

terhadap keputusan memilih Fakultas Ekonomi Universitas Al-Azhar Medan.

Pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan memilih

Fakultas Ekonomi Universitas Al-Azhar Medan, dan memiliki pengaruh yang

lebih dominan dibandingkan dengan variabel yang lain yaitu produk (program

studi), harga (uang kuliah), lokasi, promosi, orang, dan proses.

Elperida J (2011) Analisis Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Jasa

Terhadap Sikap Dan Keputusan Mahasiswa Dalam Memilih Kuliah Pada

Lembaga Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui dan menganalisis pengaruh bauran pemasaran jasa yang diberikan

Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan terhadap sikap Mahasiswa dan untuk

(2)

lembaga Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan. Jumlah sampel yang digunakan

adalah 92 orang Mahasiswa dengan teknik proportionate stratified random sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan wawancara, angket, dan studi dokumentasi dengan satuan pengukuran Skala Likert yang diuji terlebih dahulu

menggunakan uji validitas dan reliabilitas dengan sampel sebanyak 30 orang

Mahasiswa AMIK MBP Medan. Hasil penelitian menunjukkan variabel produk,

harga, promosi, tempat, orang, proses dan pelayanan secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap sikap Mahasiswa Politeknik Mandiri Bina

Prestasi Medan. Secara parsial variabel proses dan harga berpengaruh signifikan

terhadap sikap Mahasiswa Politeknik Mandiri Bina Prestasi Medan. Variabel

proses adalah yang paling dominan berpengaruh terhadap sikap Mahasiswa. Hasil

hipotesis kedua melalui uji t menunjukkan sikap Mahasiswa berpengaruh terhadap

keputusan Mahasiswa memilih kuliah pada Lembaga Politeknik MBP Medan.

Khodri (2007) Analisis Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Terhadap

keputusan Mahasiswa Dalam memilih kuliah Pada Business College Lembaga

Pendidikan Dan Pengembangan Profesi (LP3I) Medan. Penilitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh strategi bauran pemasaran jasa terhadap keputusan

Mahasiswa dalam memilih kuliah pada Business College LP3I Medan. Tehnik

pengumpulan data dengan wawancara, daftar pertanyaan dan studi dokumentasi.

Jumlah sampel penilitian ini adalah sebanyak 205 Mahasiswa dan digunakan

tehnik penariakan sampel dengan Metode Proportionate Stratified Random Sampling, yang menyebar pada lima program studi. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner dengan satuan pengukuran Skala Likert. Jenis penilitian

(3)

lebih besar dari nilai F tabel sebesar 2,64 dimana hal ini menunjukkan bahwa

variabel produk (program studi), harga (uang SPP), promosi, lokasi, proses, orang

dan pelayanan secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

keputusan Mahasiswa dalam memilih kuliah pada Business College LP3I medan.

Secara parsial nilai signifikansi sebesar 0,551 lebih kecil dari taraf nyata α = 0,05

berarti “Faktor harga (uang SPP) tidak berpengaruh kuat terhadap keputusan

Mahasiswa dalam memilih kuliah pada Business College LP3I Medan”. Dalam

penilitian ini dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran yang terdiri dari produk

(program studi), harga (uang SPP), promosi, lokasi, proses dan pelayanan secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan Mahasiswa dalam

memilih kuliah pada Business College LP3I Medan dapat diterima.

Owomoyela S K, Olasunkanmi.S dan Oyeniyi K.O (2013) meneliti dengan

judul “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Konsumen: Studi Kasus

pada Pabrik Plc di Nigeria”. penelitian ini menyelidiki pengaruh elemen bauran

pemasaran terhadap loyalitas konsumen dengan referensi khusus untuk pabrik

Nigeria Plc. Metode penelitian yaitu survei yang digunakan dalam hal ini

Penelitian melibatkan Pengguna jasa dengan menyebarkan kuesioner dan

mengumpulkan data dari enam puluh (60) responden, enam manajer dan sepuluh

perwakilan penjualan pabrik Nigeria Plc, sepuluh distributor tiga puluh empat

konsumen dari unit yang berbeda dipilih masing-masing. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dirancang oleh para

peneliti. Koefisien korelasi dan analisis regresi linier berganda digunakan untuk

menganalisis data dengan bantuan statistik (SPSS) versi 20. Hasil penelitian

(4)

terhadap loyalitas konsumen. Selanjutnya, rekomendasi yang dibuat untuk

pengelolaan pabrik Nigeria bahwa mereka harus terus menghasilkan superior

produk; biaya harga yang kompetitif, posisi tepat, mempromosikan secara luas,

dan memberikan manfaat lain untuk konsumen.

Thamrin (2012) meneliti dengan judul “Peran Bauran Pemasaran Jasa dan

Kualitas Pelayanan Kapal terhadap Persepsi Nilai dan Dampaknya kepada

Kepuasan Penumpang Kapal di Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis pelaksanaan bauran pemasaran jasa, kualitas layanan, nilai

yang dirasakan dan kepuasan penumpang kapal. Unit diamati dalam penelitian ini

adalah kapal penumpang di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1)

layanan bauran pemasaran tidak mempengaruhi sebagian nilai yang dirasakan, (2)

kualitas layanan pada kapal sebagian mempengaruhi nilai yang dirasakan, (3)

bauran pemasaran jasa dan kualitas layanan pada kapal secara bersamaan

mempengaruhi nilai yang dirasakan, (4) bauran pemasaran jasa sebagian

mempengaruhi kepuasan penumpang, (5) kualitas pada kapal sebagian

mempengaruhi kepuasan penumpang, (6) bauran pemasaran jasa dan kualitas

layanan di kapal secara bersamaan mempengaruhi kepuasan penumpang, dan (7)

nilai yang dirasakan mempengaruhi kepuasan penumpang.

Farhan, Muhammad Shah dan Bhutto (2012) menelititi dengan judul

“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pendaftaran Siswa di Lembaga

Pendidikan tinggi (HEI‟S)”. Studi ini meneliti mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pendaftaran siswa ketika mereka memilih HEI ini

sebagai tempat melanjutkan studinya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah

(5)

menentukan keputusan pendaftaran siswa di HEI ini. menunjukkan tiga faktor

yang dikategorikan kedalam sebelas sub faktor, faktor internal (Aspirasi,

Aptitude, dan Karir), faktor eksternal (Kursus, Biaya, Lokasi, Reputasi, Promosi,

dan Fasilitas) dan faktor sosial (orang tua, teman dan guru). Penelitian ini

menggambarkan hasil semua faktor ditemukan bagaimana pentingnya dalam

pemilihan Institutes. Faktor Karir memiliki pengaruh yang paling dominan untuk

pendaftaran siswa di HEI ini. Tiga faktor yang lain secara signifikan terkait

dengan keputusan pendaftaran siswa. Faktor "fasilitas" adalah yang paling besar

berpengaruh dalam menentukan keputusan pendaftaran siswa di HEI.

Charles, Evelyn dan Richard (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh

Harga dan Bukti Fisik Terhadap Keputusan Siswa Memilih Hostel di Sekitar

Kampus KNUST” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauh dimana

harga dan bukti fisik mempengaruhi pilihan penyewaan Hostel, dan faktor-faktor

lain menentukan pilihan Hostel di seluruh KNUST Campus. Sebanyak 120

kuesioner didistribusikan secara acak kepada Mahasiswa yang tinggal di Hostels

pribadi dalam Ayeduase, Bomso, Kentikrono, kotei dan di dalam KNUST

Kampus. Data dikumpulkan dari 108 peserta dan analisis dibuat setelah

melakukan peninjauan Harga, bukti fisik, pada Hostel. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa harga dan bukti fisik berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan Siswa memilih Hostel di sekitar Kampus KNUST.

Rekomendasi yang dibuat adalah bahwa Hostels harus memberikan harga yang

terjangkau agar Siswa mau memilih Hostel di sekitar kampus KNUST sebagai

tempat tinggalnya, begitu juga dengan bukti fisik harus ditingkatkan agar mampu

(6)

2.2.Landasan Teori 2.2.1.Pengertian Jasa

Menurut Kotler (2005), “pengertian jasa adalah setiap tindakan atau

kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak dapat mengakibatkan kepemilikan apapun,

produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada suatu produk fisik”.

Selanjutnya Kotler (2005), menyatakan bahwa “jasa memiliki empat

karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran

jasa, yaitu tidak nyata (intangible), tidak terpisahkan (inseparable), bervariasi (variability), dan tidak dapat disimpan (perishable)”.

Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pertama,

pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya tidak kasat mata dan tidak dapat diraba. Kedua, produksi jasa dilakukan saat konsumen

berhadapan dengan petugas sehingga pengawasan kualitasnya dilakukan dengan

segera. Hal ini lebih sulit dari pada pengawasan produk fisik. Ketiga, interaksi

antara konsumen dan petugas adalah penting untuk dapat mewujudkan produk

yang dibentuk. Selanjutnya menurut Kotler dalam Ratih Hurriyati (2010), ialah

setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang

secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan.

Menurut Djaslim Saladin (2007), bahwa definisi jasa ialah kegiatan atau

manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Indriyo

Gitosudarmo (2008), pengertian jasa ialah produk yang tidak berwujud yang

(7)

Menurut William J. Stanton dalam Buchari Alma (2009), bahwa definisi

jasa ialah sesuatu yang dapat diidentifikasikan secara terpisah tidak berwujud,

ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan.

Sedangkan definisi jasa menurut Zeithalm dan Bitner dalam Buchari Alma

(2009), ialah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi

bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti

kenikmatan, hiburan, santai, sehat) bersifat tidak wujud. Sedangkan menurut Fajar

Laksana (2008), jasa merupakan kegiatan, manfaat atau kepuasan yang

ditawarkan untuk dibeli. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa jasa

merupakan kegiatan yang memberikan manfaat yang dapat ditawarkan kepada

konsumen atau pelanggan yang pada dasarnya memiliki sifat tidak berwujud dan

tidak dapat dipindah kepemilikannya.

2.2.2.Teori Tentang Bauran Pemasaran Jasa

Dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri 4 P :

Product (produk), Price (harga), Promotion (promosi) d a n Place (tempat) termasuk didalamnya adalah distribusi. Metode ini yang dikenal dengan Bauran

Pemasaran (Marketing Mix). Dalam perkembangannya, untuk layanan jasa dikenal juga istilah 7P dimana 4P pertama adalah Product, Price, Promotion, dan Place.

Untuk 3P yang selanjutnya adalah Proses (Process) Bukti Fisik (Physical Evidence), dan Orang (People).

(8)

Kemudian Tull dan Kahle dalam Tjiptono (2012), menjelaskan bahwa : “Untuk

mampu menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para pengembang perlu

memiliki suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya,

karena strategi pemasaran juga merupakan alat fundamental yang direncanakan

untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing

yang digunakan untuk melayani pasar sasaran”.

Menurut Djaslim Saladin (2007), ia berpendapat bahwa pemasaran ialah

suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan,

menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat

memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan.

Di samping itu pemasaran dapat mengandung beberapa konsep pokok

diantaranya ialah :

a. Kebutuhan, ialah suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan dasar

yang dirasakan dan disadari

b. Keinginan ialah hasrat untuk memperoleh pemuas-pemuas tertentu

untuk kebutuhan yang lebih mendalam

c. Permintaan ialah keinginan terhadap produk atau jasa tertentu yang

didukung oleh suatu kemampuan dan kemauan untuk membeli produk

atau jasa

d. Produk ialah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh satu pihak

kepada pihak lain untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan

baik yang berwujud maupun tidak berwujud

e. Pertukaran, ialah penentuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan

(9)

Menurut Philip Kotler (2007), pemasaran adalah segala yang berhubungan

dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat.

Philip Kotler (2007), pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat

proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada

pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan

organisasi dan para pemilik sahamnya.

Menurut Kotler dalam Fajar Laksana (2008), menyatakan bahwa

pemasaran ialah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan

pihak lain. Secara luas pemasaran dapat dikatakan sebagai suatu proses sosial dan

manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang telah mereka

butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk

dan nilai dengan pihak lain. Untuk itu pemasaran dapat dipahami lebih jauh

dengan mengenal konsep-konsep inti pemasaran, antara lain sebagai berikut :

a. Kebutuhan

Konsep yang paling pokok yang melandasi pemasaran adalah suatu

kebutuhan manusia. Kebutuhan adalah suatu keadaan perasaan yang

membutuhkan pemenuhan terhadap sesuatu baik yang berwujud

maupun tidak berwujud.

b. Keinginan

Konsep yang selanjutnya ialah dalam pemasaran yang menyangkut

hajat manusia, yaitu kebutuhan yang dibentuk oleh budaya dan pribadi

(10)

2.3.Pengertian dan Unsur Bauran Pemasaran Jasa 2.3.1.Produk (Product)

Produk merupakan kombinasi barang atau jasa yang ditawarkan oleh

perusahaan kepada target pasar. Menurut Tjiptono (2008), produk merupakan

bentuk penawaran organisasi yang ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi

melalui pemuasan tujuan dan keinginan pelanggan.

Menurut Muala and Qurneh in Muhammad Tariq Khan (2014), product is definedas :“something or anything that can be offered to the customers for attention, acquisition, or consumption and satisfies some want or need”.

Selanjutnya Tat, Huam Hon (2012), product is anything that can be offered to the market for attention,acquisition or consumption including physical objects, services, personalities, organizations and desires. Menurut Bahman Saeidi Pour, Kamran Nazari and Mostafa Emami (2013), product is a physical object that is sold and has a palpable characteristic,a complex set of benefits that can be used to meet customer needs. Sedangkan Assauri, Sofjan (2011), produk adalah “segala sesuatu yang dapat ditawakan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki,

digunakan atau dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian,

tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran.

Selanjutnya Menurut Djaslim Saladin (2007), definisi produk ialah

sekolompok sifat-sifat yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise perusahaan dan

pelayanan yang diberikan produsen yang dapat diterima oleh konsumen sebagai

kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan atau kebutuhan-kebutuhan

(11)

Menurut Fajar Laksana (2008), produk adalah segala suatu baik yang

bersifat fisik maupun non fisik yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk

memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Sedangkan menurut Kotler dalam Ratih

Hurriyati (2010), menyatakan bahwa definisi produk jasa ialah segala sesuatu

yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli,

digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan

pasar yang bersangkutan.

Produk yang ditawarkan meliputi barang fisik, jasa, orang atau pribadi,

tempat, organisasi dan ide. Jadi produk dapat berupa manfaat tangible maupun

intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Definisi produk jasa menurut

penulis merupakan segala suatu yang tidak berwujud yang ditawarkan oleh

produsen kepada konsumen yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen.

Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat

hilang, lebih dapat dirasakan dari pada dimiliki serta pelanggan lebih dapat

berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Sesungguhnya

pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari

sesuatu yang ditawarkan. Apa yang ditawarkan menunjukan sejumlah manfaat

yang dapat pelanggan dapatkan dari pembelian suatu barang atau jasa, sedangkan

sesuatu yang ditawarkan itu sendiri dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu :

a. Barang nyata

b. Barang nyata yang disertai dengan jasa

c. Jasa utama yang disertai dengan barang dan jasa tambahan

(12)

Untuk merencanakan penawaran atau produk, pemasar perlu memahami

tingkatan produk, yaitu sebagai berikut :

a. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yanag sebenarnya dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.

b. Produk generik (generic product), yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling dasar.

c. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut dan kondisinya secara normal

diharapkan dan disepakati untuk dibeli.

d. Produk pelengkap (augmented product), yaitu berbagai atribut produk yang dilengkapi atau ditambahkan berbagai manfaat dan layanan,

sehingga dapat memberikan tambahan kepuasan dan dapat dibedakan

denga produk pesaing.

e. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang

mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa mendatang.

Jadi menurut Ratih Hurriyati (2010), pada dasarnya produk adalah

sekumpulan nilai kepuasan yang kompleks. Nilai sebuah produk ditetapkan oleh

pembeli berdasarkan manfaat yang akan mereka terima dari produk tersebut.

2.3.2.Harga (Price)

Harga merupakan elemen penting dari bauran pemasaran karena akan

berhubungan dengan kelangsungan hidup organisasi. Tjibtono (2008), Harga

merupakan pernyataan nilai dari suatu produk (a statement of value).

(13)

amount of money charged for a product or service, or the total values that consumers exchange for the benefits of having or using the product or service.

Sedangkan menurut Tat, Huam Hon (2012), price refers to the amount of money charged for good and or services. The price of a product is what the company gets back in return for all the efforts put into manufacturing and marketing the products. Menurut Bahman Saeidi Pour, Kamran Nazari and Mostafa Emami (2013), Price is the only element that does not include costs charged to the customers to buy products they take.

Selanjutnya Lupiyoadi (2006), menyatakan “keputusan penerapan harga

juga sedemikian penting dalam menentukan seberapa jauh pelayanan layanan jasa

dinilai oleh konsumen dan juga dalam proses membangun citra”. Munurut Djaslim

Saladin (2007), ia menyatakan bahwa definisi harga ialah sejumlah uang sebagai

alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa.

Sedangkan menurut Fajar Laksana (2008), pengertian harga merupakan

jumlah uang yang diperlukan sebagai penukar berbagai kombinasi produk dan

jasa. Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena

harga menentukan pendapat dari suatu bisnis. Keputusan penentuan harga juga

sangat signifikan didalam penentuan nilai ataupun manfaat yang dapat diberikan

kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa.

Strategi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan tarif

premium pada saat permintaan tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan

menurun.

Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa baru harus

(14)

penentuan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan.

Perubahan berbagai tarif diberbagai pasar juga harus dipertimbangkan.

Lebih jauh lagi, tarif spesifik yang akan ditetapkan akan bergantung pada

tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar jasa tersebut. Nilai jasa ditentukan oleh

manfaat dari jasa tersebut. Prinsip-prinsip penetapan harga menurut Zeithalm dan

Bitner dalam Ratna Hurriyati (2010), adalah sebagai berikut :

a. Perusahaan harus memepertimbangkan sejumlah faktor dalam

menetapkan harga, mencakup : pemilihan tujuan penetapan harga,

menentukan tingkat permintaan, prakiraan biaya, menganalisis harga

yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode

penetapan harga serta menentukan harga akhir

b. Perusahaan tidak harus selalu berupaya mencari profit maksimum

melalui penetapan harga maksimum, tetapi dapat pula dicapai dengan

cara memaksimumkan penerimaan sekarang, memaksimumkan

penguasaan pasar atau kemungkinan lainnya

c. Para pemasar hendaknya memahami seberapa responsif permintaan

terhadap perubahan harga untuk mengevaluasi sensitifitas harga, para

pemasar dapat menghitung elastisitas permintaan

d. Berbagai jenis biaya harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga,

termasuk didalamnya adalah biaya langsung dan tidak langsung, biaya

tetap dan biaya variable serta biaya lain-lainnya

e. Harga-harga para pesaing akan mempengaruhi tingkat permintaan jasa

yang ditawarkan sehingga harga pesaing harus turut dipertimbangkan

(15)

f. Berbagai cara atau variasi penetapan harga yang ada mencakup markup, sasaran perolehan, nilai yang dapat diterima, faktor psikologis dan harga

lainnya

g. Setelah penetapan struktur harga, perusahaan menyesuaikan harganya

dengan menggunakan harga psikologis, diskon harga, harga promosi

serta harga bauran produk.

Menurut Zeithhalm dan Bitner yang dikutif oleh Ratih Hurriyati (2010),

menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk menetapkan harga yang biasa digunakan

dalam menentukan harga, yaitu :

a. Penetapan harga berdasarkan biaya (cost-based pricing)

b. Penetapan harga berdasarkan persaingan (competition-based princing) c. Penetapan harga berdasarkan permintaan (demand-based)

2.3.3.Promosi (Promotion)

Promosi merupakan salah satu komponen bauran pemasaran. Promosi

adalah aktivitas yang menyampaikan maanfaat produk dan membujuk pelanggan

membelinya. Promosi pada hakikatnya adalah semua kegiatan yang dimaksudkan

untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar.

Menurut Muala & Qurneh in Muhammad Tariq Khan (2014), promotion is a vital part of business and is an integral ingredient of the total marketing process.

Selanjutnya Tat, Huam Hon (2012), promotion is the element in an organization’s marketing mix that serves to inform, persuade and remind the

(16)

recipients’ feelings, beliefs or behavior. Promotion is aimed at communicating a

message to customers about a product or service that is being offered by a firm. Sedangkan menurut Bahman Saeidi Pour, Kamran Nazari and Mostafa

Emami (2013), promotion includes issues such as advertising, personal selling, sales promotion, public relati ons and direct marketing

Menurut Fajar Laksana (2008), promosi adalah suatu bentuk komunikasi

dari penjual dan pembeli yang berasal dari informasi yang tepat yang bertujuan

untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli yang tadinya tidak mengenal

menjadi mengenal, sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk dan

jasa tersebut.

Sedangkan menurut Djaslim Saladin (2007), promosi adalah suatu

komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap

dan tingkah laku pembeli atau pelanggan yang tadinya tidak mengenal menjadi

mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk dan jasa

tersebut.

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program

pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk bila konsumen belum pernah

mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka,

maka mereka tidak akan pernah membelinya.

Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan

membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran

pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut :

(17)

mengenai keberadaan suatu produk baru, memperkenalkan cara

pemakaian yang baru dari suatu produk, menyampaikan perubahan

harga kepada pasar, menjelaskan cara kerja suatu produk,

menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan,

meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan dan kehawatiran

pembeli dan membangun citra perusahaan.

b. Membujuk pelanggan sasaran (persuading), untuk membentuk pilihan merek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi

pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk belanja

saat itu juga dan mendorong pembeli untuk menerima kunjungan

wiraniaga (salesmen).

c. Mengingatkan (reminding), dapat terdiri atas mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat,

mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk

perusahaan, membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye

iklan dan menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk

perusahaan.

Pelanggan memiliki harapan yang nyata. Pertama mereka memutuskan

untuk membeli, pelanggan memulai interaksi dengan penyedia jasa dan

menemukan kualitas teknik dan fungsional dari jasa yang ditawarkan. Sebagai

hasil dari pengalaman dan interaksi dan menilai kualitas jasa tadi, pelanggan dapat

menjadi tertarik atau dapat pula tidak kembali lagi. Positif atau negatifnya

(18)

Kotler dan Amstrong (2008), promosi merupakan aktivitas yang

mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk

membelinya.

Komponen–komponen bauran promosi mencakup periklanan, penjualan

perorangan, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat. Tanggung jawab

pemasaran yang penting adalah merencanakan dan mengkoordinasikan strategi

promosi terpadu dan memilih strategi yang paling efektif.

Dalam rangka merancang komunikasi pemasaran yang efektif, setiap

pemasaran perlu memahami proses komunikasi secara umum yaitu : pelaku

kominikasi (pengirim dan penerima pesan), alat komunikasi (pesan dan media),

fungsi komunikasi (encoding, decoding,respon dan umpan balik), serta gangguan.

Menurut Lupiyoadi (2006), menyatakan untuk mengembangkan promosi

yang efektif, maka diperlukan suatu produk dengan kondisi sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi target audien

b. Menentukan tujuan promosi

c. Merancang pesan

d. Menyeleksi saluran komunikasi

e. Menetapkan jumlah anggaran promosi

f. Menentukan bauran promosi

g. Mengukur hasil-hasil promosi

h. Mengelola dan mengkoordinasi proses komunikasi/promosi

Dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan kegiatan perusahaan untuk

memberikan informasi, membujuk dan mengingatkan pihak lain akan perusahaan

(19)

tindakan pembelian terhadap produk jasa perusahaan tersebut. Agar kegiatan

promosi yang dilakukan dapat berhasil dengan baik, maka promosi tersebut harus

direncanakan terlebih dahulu.

2.3.4.Tempat (Place)

Lokasi adalah suatu tempat di mana perusahaan itu melakukan kegiatan

fisik. Jenis-jenis lokasi menurut Zeithaml dan Bitner dalam Yazid (2005),

menjelaskan bahwa “faktor-faktor tempat/distribusi yang terdapat dalam

pemasaran jasa terdiri dari: jenis saluran, perantara, lokasi outlet, transportasi,

penyimpanan dan mengelola saluran”.

Menurut Riaz & Tanveer in Muhammad Tariq Khan (2014), wrote that Place refers to the availability of the product to the targeted customers.

Selanjutnya Tat, Huam Hon (2012), place is defined as a channel, distribution or intermediary. In short, it is the mechanism of goods and services that facilitates the flow of goods and services from the manufacturers and service providers to the end users. The concept of place is to make the right goods and services available in the right quantities and at the right locations when customers need them.

Sedangkan menurut Bahman Saeidi Pour, Kamran Nazari and Mostafa

Emami (2013), place includes issues such as distribution channels, market coverage, product inventory, transportation and distribution sites.

Menurut Tjiptono (2008), secara garis besar pendistribusian dapat diartikan

sebagai kegiatan yang berusaha melancarkan dan mempermudah penyampaian

barang dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga penggunaannya sesuai

(20)

Menurut Lupiyoadi (2006) menyatakan keputusan tentang lokasi

penyimpanan harus sejalan dengan strategi lembaga yang ada. Menurut Kotler dan

Amstrong (2008), menyatakan saluran distribusi mencakup aktivitas perusahaan

untuk menyediakan produk bagi konsumen sasaran.

Menurut Fajar Laksana (2008), definisi saluran pemasaran ialah

serangkaian perusahaan yang terkait dengan semua kegiatan yang digunakan

untuk menyalurkan produk dan jasa dan status pemiliknya dari produsen ke

konsumen.

Sedang menurut Djaslim Saladin (2007), bahwa definisi saluran

pemasaran ialah terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan

(fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan jasa dan status

pemiliknya dari produsen ke konsumen.

Untuk produk industri manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi. Sedangkan untuk produk industi jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa

kepada pelanggannya yang dituju merupakan keputusan kunci.

Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan

pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan

berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa

akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa. Lokasi

berhubungan dengan keputusan yang dibuat oleh perusahaan mengenai dimana

operasi dan stafnya akan di tempatkan.

Yang paling penting dari lokasi adalah tipe dan tingkat interaksi yang

(21)

yang berhubungan dengan pemilihan lokasi, yaitu sebagai berikut :

a. Pelanggan mendatangi penyedia jasa

b. Penyedia jasa mendatangi pelanggan

c. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara

Untuk tipe interaksi dimana pelanggan mendatangi penyedia jasa, letak

lokasi menjadi sangat penting. Didalam interaksi itu penyedia jasa yang

menginginkan pertumbuhan dapat mempertimbangkan menawarkan jasa mereka

di beberapa lokasi. Jika penyedia jasa mendatangi pelanggan, maka letak lokasi

menjadi tidak begitu penting meskipun perlu dipertimbangkan pula kedekatan

terhadap pelanggan untuk menjaga kualitas jasa yang akan diterima.

Sementara itu, dalam kasus penyedia jasa dan pelanggan menggunakan

media perantara dalam berinteraksi, maka letak lokasi dapat diabaikan meskipun

beberapa media perantara memerlukan interaksi fisik antara mereka dengan

pelanggan. (Ratih Hurriyati, 2010).

2.3.5.Proses (Process)

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara

alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber

daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali

oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di

bawah pengaruhnya. Menurut Muala & Qurneh in Muhammad Tariq Khan

(22)

Menurut Lupiyoadi (2006), menyatakan ”proses merupakan gabungan

semua aktifitas, umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, aktifitas dan

hal-hal rutin dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen.

Sedangkan Tjiptono (2008), proses adalah perancangan penyampaian jasa yang

superior.

Menurut Zeithalm dan Bitner dalam Ratih Hurriyati (2010), menyatakan

bahwa proses ialah semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas yang

digunakan untuk menyampaikan jasa. Dalam bahasa Inggrisnya ialah “The actual procedures, mechanism and flow of activities by wich the service is delivered the service delivery and operating system”.

Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya perusahaan dalam

menjalankan dan melaksanakan aktifitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumennya. Untuk perusahaan jasa, kerja sama antara pemasaran dan

operasional sangat penting dalam elemen proses ini, terutama dalam melayani

segala kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang

konsumen, maka kualitas jasa diantaranya dilihat dari bagaimana jasa

menghasilkan fungsinya.

Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa

seperti pelanggan jasa akan sering memasarkan sistem penyerahan jasa sebagai

bagian dari jasa itu sendiri. Selain itu, keputusan dalam manajemen operasi adalah

sangat penting untuk suksesnya pemasaran jasa.

Seluruh aktifitas kerja adalah proses, proses melibatkan prosedur-prosedur,

tugas-tugas, jadwal-jadwal, mekanisme-mekanisme, aktivitas-aktivitas dan

(23)

manajemen proses sebagai aktifitas terpisah adalah prasyarat bagi perbaikan jasa.

Pentingnya elemen proses ini dalam bisnis jasa disebabkan oleh persediaan jasa

yang tidak dapat disimpan.

2.3.6.Bukti Fisik(Physical Evidence)

Bukti fisik merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan

langsung berinteraksi dengan pengguna jasa. Pelanggan akan melihat lingkungan

fisik yang terdiri dari bangunan, interior, peralatan dan furniture. Kondisi fisik

dapat memberikan positioning perusahaan jasa dan memberikan dukungan penting

pada pelayanan jasa.

Bukti fisik mempunyai dua tipe yaitu :

a. Essential evidence merupakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemberi jasa mengenai desain dan layout dari gedung, ruang dan

lain-lain.

b. Peripheral evidence merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berarti apa-apa hanya sebagai pelengkap namun peranannya

sangat penting dalam proses produksi jasa.

Menurut Muala & Qurneh in Muhammad Tariq Khan (2014), revealed that this factor refers to the environment in which the serviceand any tangible goods that facilitate the performance and communication of the service are delivered. This holds great importance because the customer normally judges the quality of the service provided through Physical Evidence.

Sedangkan menurut Yazid (2005), dalam sejumlah kasus bukti fisik ini

(24)

peralatan. Menurut Tjiptono (2008), Perusahaan jasa dapat mengembangkan

lingkungan fisik yang lebih atraktif. Sifat jasa yang intangible menyebabkan resiko perusahaan semakin besar, sebab konsumen tidak dapat melihat produk

sebelum mengkomsumsi produk tersebut.

Menurut Zeithalm dan Bitner dalamRatih Hurriyati (2010), menyatakan bahwa sarana fisik merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi

keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang

ditawarkan.

Unsur-unsur yang termasuk didalam sarana fisik antara lain lingkungan

fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan

barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti tiket, sampul, label dan lain sebagainya.

Menurut Lovelock dalam Ratih Hurriyati (2010), menyatakan bahwa

perusahaan melalui tenaga pemasarnya menggunakan tiga cara dalam mengelola

bukti fisik yang strategi, yaitu sebagai berikut :

a. An attention-creating medium, perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat sarana fisik semenarik mungkin untuk

menjaring pelanggan dari target pasarnya

b. As an message-creating medium, menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan secara intensif kepada audiens mengenai

kekhususan kualitas dari produk jasa

(25)

2.3.7. Orang (People)

People merupakan orang-orang yang mengerjakan semua kegiatan mendeliver produk sampai ketangan konsumen. Orang-orang yang mengerjakan

semua kegiatan ini harus memiliki "passion" atau semangat, gairah dalam melakukan bisnis.

Menurut Muala & Qurneh in Muhammad Tariq Khan (2014), people is refers to the service employees who produce and deliver the service. Selanjutnya Yazid (2005), menyatakan “orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan sebagian penyajian jasa dan karenanya mempengaruhi persepsi pembeli”. Yang

termasuk dalam elemen ini adalah personel perusahaan, konsumen lain dalam

lingkungan jasa.

Menurut Tjiptono (2008), perusahaan jasa dapat membedakan dirinya

dengan cara merekrut dan melatih karyawan yang lebih mampu dan dapat di

andalkan dalam berhubungan dengan pelanggan dari pada karyawan pesaingnya.

Sehubungan dengan kegiatan pelayanan jasa kepada mahasiswa disini adalah

seluruh orang yang terlibat dengan kegiatan pengujian dan kalibrasi yang

memainkan peranannya selama berlangsunganya proses penggunaan jasa.

Lupiyoadi (2006), menyatakan ada empat kriteria peranan atau pengaruh

dari aspek people yang mempengaruhi konsumen, yaitu peran :

a. Ontractor, people disini berinteraksi langsung dengan konsumen dalam frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan

konsumen untuk membeli.

(26)

c. Influencer, mereka ini mempengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen.

d. Isolated, people ini tidak secara langsung ikut serta dalam marketing mix dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen.

Menurut Ratih Hurriyati (2010), bahwa definisi orang (people) dalam bauran pemasaran jasa ialah semua pelaku yang memainkan peranan dalam

penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen

dari “people” adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam

lingkungan jasa.

Semua sikap dan tindakan karyawan bahkan cara berpakaian karyawan dan

penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau

keberhasilan penyampaian jasa (service encounter).

People dalam jasa ini adalah orang-orang yang terlibat langsung dalam menjalankan aktivitas perusahaan dan merupakan faktor yang memegang peranan

penting bagi semua organisasi. Oleh perusahaan jasa unsur people ini bukan hanya memegang peranan penting dalam bidang produksi atau operasional saja,

tetapi dalam melakukan hubungan kontak langsung dengan konsumen.

Perilaku orang-orang yang terlibat langsung ini sangat penting dalam

mempengaruhi mutu jasa yang ditawarkan dan image perusahaan yang bersangkutan. Elemen-elemen people ini memiliki aspek, yaitu :

a. Service People

Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui

(27)

kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya

akan meningkatkan nama baik perusahaan.

b. Costumer

Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara

para pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada

pelanggan lain tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari

perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat dengan

seleksi, pelatihan, motivasi dan manajemen dari sumber daya manusia.

2.4.Sikap Pengguna Jasa 2.4.1.Pengertian Sikap

Menurut Allport dalam Suryani (2008), sikap adalah suatu predisposisi

yang dipelajari untuk merespon terhadap suatu obyek dalam bentuk rasa suka atau

tidak suka.

Pengertian lain mengenai sikap dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk

dalam Suryani (2008), yang menyatakan bahwa sikap merupakan ekspresi

perasaan yang berasal dari dalam diri individu yang mencerminkan apakah

seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak

setuju terhadap suatu obyek

Menurut Anilkumar. N (2012), attitude is a hypothetical construct that represents an individual's degree of like or dislike for an item. Attitudes are generally positive or negative views of aperson, place, thing, or event this is often referred to as the attitude object.

(28)

Sedangkan menurut Engel, Blackwell dan Miniard dalam Sumarwan

(2011), mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan

yang tidak disukai. Sikap konsumen merupakan faktor psikologis penting yang

perlu dipahami oleh pemasar karena sikap dianggap mempunyai korelasi yang

positif dan kuat dengan perilaku. Bahkan sikap dipandang sebagai prediktor yang

efektif untuk mengetahui perilaku konsumen.

Definisi sikap tersebut menggambarkan pandangan kognitif dari psikolog

sosial, dimana sikap dianggap memiliki tiga unsur yaitu kognitif (pengetahuan),

afektif (emosi, perasaan), dan konatif (tindakan).

Konsumen yang suka atau bersikap positif terhadap suatu produk akan

cenderung memiliki keinginan yang kuat untuk memilih dan membeli produk yang

disukainya tersebut. Sebaliknya, kalau konsumen bersikap negatif terhadap suatu

produk, maka biasanya akan tidak memperhitungkan produk tersebut sebagai

pilihan pembelian, bahkan tidak jarang akan menyampaikan ketidaksukaannya

tersebut kepada teman, kerabat atau tetangganya (Suryani, 2008).

Terdapatnya hubungan yang erat antara sikap dan perilaku inilah yang

menyebabkan sikap dipandang penting. Berbagai upaya dilakukan oleh pemasar

untuk mengembangkan sikap positif serta mengubah sikap netral maupun negatif

ke arah sikap positif. Melihat televisi, mendengar radio, maupun membaca media

cetak, sebagian besar tujuannya tidak lain adalah mengembangkan sikap positif

konsumen. Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi

keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan

(29)

Mowen dan Minor dalam Sumarwan (2011), menyebutkan bahwa istilah

pembentukan sikap konsumen (consumer attitude formation) seringkali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap, dan perilaku. Kepercayaan,

sikap, dan perilaku juga terkait dengan konsep atribut produk (product attribute). Konsumen biasanya memiliki kepercayaan terhadap atribut suatu produk.

2.4.2.Model Sikap Konsumen

Secara garis besar, Sumarwan (2011), mengungkapkan bahwa terdapat

beberapa model sikap, antara lain :

a. The Tricomponent Attitude Model (Triandis). Sikap konsumen terhadap suatu produk terbentuk dari tiga komponen yaitu kepercayaan

(kognitif), emosi (afektif), dan keinginan berperilaku (konatif).

b. Multi Attribute Attitude Model (Fishbein). Model multiatribut menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu model sikap

(produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap

atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut disebut multiatribut

karena evaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada

evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut.

c. Ideal Point Model (Model Angka-Ideal). Engel et al. dalam Sumarwan (2011), menjelaskan bahwa model angka ideal ini

memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu

produk dan sekaligus bisa memberikan informasi mengenai merek yang

(30)

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2011), sikap terdiri

dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif.

a. Komponen Kognitif dari sikap menggambarkan pengetahuan

dan persepsi terhadap suatu objek sikap. Pengetahuan dan persepsi

tersebut diperoleh melalui pengalaman langsung dari objek sikap

tersebut dan informasi dari berbagai sumber lainnya. Pengetahuan

dan persepsi tersebut biasanya berbentuk kepercayaan (belief) artinya konsumen mempercayai bahwa suatu objek memiliki sikap atribut dan

perilaku yang spesifik dan akan mengarahkan pada hal yang spesifik.

b. Komponen afektif menggambarkan perasaan dan emosi seseorang

terhadap suatu produk atau merek. Perasaan dan emosi tersebut

merupakan evaluasi menyeluruh terhadap objek sikap. Afektif

mengungkapkan penilaian konsumen terhadap suatu produk apakah

baik atau buruk, disukai atau tidak disukai.

c. Komponen konatif adalah komponen ketiga dari sikap yang

menggambarkan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan

tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap.

3.4.3.Fungsi Sikap Konsumen

Menurut Kazt dalam Suryani (2008), terdapat empat fungsi sikap :

a. Fungsi Utilitarian. Sikap merupakan fungsi penilaian konsumen

tentang apakah obyek sikap (misalnya produk) memberikan manfaat

atau kegunaan bagi dirinya. Fungsi ini mengacu pada pendapat bahwa

(31)

penghargaan dan meminimalkan hukuman dari orang lain. Konsumen

dapat mengembangkan sikap positifnya apabila obyek dipandang

memberikan manfaat atau mendatangkan keuntungan bagi dirinya.

b. Fungsi Ekspresi Nilai. Sikap dapat terbentuk sebagai fungsi dari

keinginan individu untuk mengekspresikan nilai-nilai individu kepada

orang lain. Ekspresi sikap digunakan oleh individu untuk menunjukkan

konsep dirinya. Hampir sebagian besar konsumen dalam perilaku

pembelian, terutama ketika memilih suatu produk atau merek tidak

terlepas dari keinginannya untuk menunjukkan nilai-nilai yang

dianutnya dan dijunjung tinggi kepada konsumen lain atau masyarakat.

Karena sikap merupakan fungsi dari ekspresi nilai, maka pemasar harus

berusaha mempengaruhi sikap konsumen dengan cara mengiklankan

produknya dengan menonjolkan ekspresi nilai tertentu bagi para

pemakainya.

c. Fungsi Mempertahankan Ego. Sikap konsumen seringkali merupakan

sarana bagi konsumen untuk melindungi atau mempertahankan egonya.

Sikap digunakan sebagai sarana untuk melindungi diri dari

kebenaran mendasar tentang dirinya atau sesuatu yang akan

mengancam. Atas dasar hal ini pemasar dalam iklannya berusaha

mempengaruhi konsumen dengan memberikan pesan pada promosinya

bahwa produknya dapat melindungi ego konsumen dari penghinaan

orang lain.

d. Fungsi Pengetahuan. Sikap konsumen merupakan fungsi dari

(32)

Sikap juga digunakan individu sebagai dasar untuk memahami. Melalui

sikap yang ditunjukkan akan dapat diketahui bahwa dirinya memiliki

pengetahuan yang cukup, yang banyak, atau tidak tahu sama sekali

mengenai obyek sikap. Oleh karena pengetahuan merupakan

komponen penting dari sikap, maka pemasar perlu memberikan

informasi, wawasan mengenai produk atau obyek sikap lainnya kepada

konsumen.

3.4.4.Karakteristik Sikap Konsumen

Karakteristik sikap konsumen menurut Sumarwan (2011), yaitu:

a. Sikap Memiliki Objek. Didalam konteks pemasaran, sikap

konsumen harus terkait dengan objek, objek tersebut bisa terkait

dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran seperti produk,

merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan media, dan sebagainya. Jika

kita ingin mengetahui sikap konsumen, maka kita harus mendefinisikan

secara jelas sikap konsumen terhadap apa.

b. Konsistensi Sikap. Sikap adalah gambaran perasaan dari seorang

konsumen, dan perasaan tersebut akan direfleksikan oleh perilakunya.

Karena itu sikap memiliki konsistensi dengan perilaku. Perilaku

seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya. Namun,

faktor situasi sering menyebabkan inkonsistensi antara sikap dan

perilaku.

c. Sikap Positif, Negatif, dan Netral. Seseorang mungkin menyukai

(33)

(sikap negatif), atau bahkan ia tidak memiliki sikap (sikap netral). Sikap

yang memiliki dimensi positif, negatif, dan netral disebut sebagai

karakteristik valance dari sikap.

d. Intensitas Sikap. Sikap seorang konsumen terhadap suatu merek

produk akan bervariasi tingkatannya, ada yang sangat menyukainya

atau bahkan ada yang begitu sangat tidak menyukainya. Ketika

konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk,

maka ia mengungkapkan intensitas sikapnya.

e. Resistensi Sikap. Resistensi adalah seberapa besar sikap seorang

konsumen bisa berubah. Pemasar penting memahami bagaimana

resistensi konsumen agar bisa menerapkan strategi pemasaran yang

tepat. Pemasaran ofensif bisa diterapkan untuk mengubah sikap

konsumen yang sangat resisten atau merekrut konsumen baru.

f. Persistensi Sikap. Persistensi adalah karakteristik sikap yang

menggambarkan bahwa sikap akan berubah karena berlalunya waktu.

g. Keyakinan Sikap. Keyakinan adalah kepercayaan konsumen mengenai

kebenaran sikap yang dimilikinya.

h. Sikap dan Situasi. Sikap seseorang terhadap suatu objek seringkali

muncul dalam konteks situasi. Ini artinya situasi akan mempengaruhi

sikap konsumen terhadap suatu objek.

2.4.5. Faktor–faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap konsumen

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap konsumen

(34)

a. Pengalaman Langsung.

Pengalaman individu mengenai obyek sikap dari waktu ke waktu akan

membentuk sikap tertentu pada individu. Seorang konsumen remaja

putri sangat menyukai produk–produk keluaran Pond‟s, karena dia

merasa puas ketika membeli bedak, dia merasa cocok ketika membeli

susu pembersih dan lipstiknya. Ketika dia membutuhkan produk

tersebut juga selalu tersedia, serta tenaga penjual yang melayaninya

memberikan pelayanan yang sangat memuaskan.

b. Pengaruh Keluarga.

Keluarga memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap maupun

perilaku. Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat karena

konsumen melakukan interaksi lebih intensif dibandingkan dengan

lingkungan yang lain. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sikap

konsumen melakukan interaksi lebih intensif dibandingkan dengan

lingkungan yang lain. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sikap

konsumen terhadap produk tertentu memiliki hubungan yang kuat

dengan sikap orang tuanya terhadap produk tersebut. Seorang anak

remaja menggunakan berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh

seperti yang digunakan orang tuanya karena merasa sudah cocok dan

terbiasa.

c. Teman Sebaya.

Teman sebaya punya peran cukup besar terutama bagi anak–anak

remaja dalam pembentukan sikap. Adanya kecenderungan untuk

(35)

para anak muda mudah dipengaruhi oleh kelompoknya dibandingkan

sumber-sumber lainnya.

d. Pemasaran Langsung.

Mulai banyaknya perusahaan yang menggunakan pemasaran langsung

atas produk yang ditawarkan secara tidak langsung berpengaruh dalam

pembentukan konsumen.

e. Tayangan Media Massa.

Media massa yang merupakan sarana komunikasi yang hampir setiap

saat dijumpai konsumen dapat membentuk sikap konsumen. Karena

peran media ini sangat penting dalam pembentukan sikap konsumen,

maka pemasar perlu mengetahui media apa yang biasanya dikonsumsi

oleh pasar sasarannya dan melalui media tersebut dengan rancangan

pesan yang tepat, sikap positif dapat dibentuk.

2.4.6.Cara untuk Mengubah Sikap

Ada tiga cara untuk mengubah sikap menurut Suryani (2008), yaitu:

a. Dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Agar terbentuk sikap

positif pada konsumen, maka dalam mempromosikan produk sebaiknya

pemasar memperhatikan aspek fungsi sikap. Misalnya: ketika produk

belum banyak dikenal oleh pasar, sebaiknya informasi tentang produk

dan manfaatnya lebih ditonjolkan agar konsumen mempunyai

pengetahuan tentang produk. Selain itu nilai–nilai apa yang dijunjung

tinggi oleh pasar sasaran juga perlu diperhatikan karena sikap merupak

(36)

jika produk yang ditawarkan mampu menunjukkan nilai–nilai yang

dianutnya.

b. Dengan mengubah komponen multi atribut. Untuk mengubah sikap

konsumen, pemasar menambah atribut pada produknya dengan

melengkapi manfaat atau hal lain yang dapat meningkatkan keunggulan

produknya.

c. Dengan mengubah keyakinan merek pesaing. Pemasar untuk

mengubah sikap konsumennya dapat membandingkan produknya

dengan produk lain, dengan harapan agar konsumen berubah

keyakinannya/kepercayaannya terhadap merek pesaing.

2.5. Keputusan Pembelian (Buying Desicion)

Menurut Kotler (2005), bahwa Pengambilan keputusan konsumen berbeda

beda, bergantung pada jenis keputusan pembelian. Selanjutnya dikatakan bahwa

para konsumen melewati lima tahap : pengenalan masalah, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Jelaslah

bahwa proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual dilakukan dan

memiliki dampak yang lama setelah itu.

Sikap calon konsumen yang telah terpola dari proses pengenalan

kebutuhan akan merangsang konsumen untuk melakukan pencarian informasi

baik secara internal maupun eksternal.

Informasi ini akan menggiring calon konsumen untuk mengambil evaluasi

alternatif tentang keputusan pembelian yang dipengaruhi kepercayaan, sikap dan

(37)

keputusan pembelian atau tidak, termasuk proses pemecahan masalah pasca

pembelian. Sikap keputusan pembelian konsumen dimulai dari pengenalan

kebutuhan, pengenalan kebutuhan akan berhubungan dengan ingatan konsumen

tentang stimulus yang diperolehnya. Ingatan calon konsumen akan dipengaruhi

oleh faktor lingkungan yang terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi,

keluarga dan situasi.

Selanjutnya Kotler (2005), menyatakan ada lima tahapan dalam proses

keputusan pembelian yaitu: Pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi

alternatif, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian.

Gambar 2.1. Model Proses Pembelian Lima Tahap

Sumber : Kotler (2005)

Zeithaml dan Bitner dalam Yazid (2005), menyatakan bahwa situasi ini

sebagai gap antara yang diharapkan dengan kenyataan yang dialami atau diterima konsumen. Terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian

yaitu sikap atau pendirian orang lain, situasi yang tidak dapat diantisipasi.

Faktor sikap atau pendirian orang lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sampai dimana pendirian orang lain dapat mengurangi alternatif yang disukai

seseorang tergantung pada intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap

alternatif yang disukai konsumen.

Faktor situasi yang tidak dapat diantisipasi dijelaskan bahwa konsumen

membentuk suatu maksud pembelian, atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan

keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang

(38)

diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang tidak

diantispasi mungkin terjadi untuk mengubah maksud pembelian tersebut

2.6. Kerangka Konseptual

Bauran pemasaran dapat menjadi alat dalam menarik pengguna jasa

(Mahasiswa) untuk memilih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Samudra

dalam mendukung perkembangan pendidikan didaerah Nanggro Aceh

Darussalam.

Menurut Mowen dan Minor (2006), sikap merupakan salah satu faktor

yang ikut mempengaruhi pandangan dan perilaku pembelian konsumen.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan

yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh organisasi harus dicari

informasinya semaksimal mungkin agar bisa mempengaruhinya.

Payne (2001), menjelaskan bahwa ”salah satu bentuk yang dapat

mempengaruhi keputusan konsumen dan merupakan faktor yang dapat

dikendalikan oleh Lembaga/perusahaan adalah stimuli pemasaran yaitu melalui

unsur-unsur Marketing Mix. Unsur-unsur marketing mix dalam pemasaran jasa terdiri dari: produk/jasa, harga, tempat, promosi, proses, bukti fisik dan orang.

Sebelum mempengaruhi keputusan, buran pemasaran juga dapat mempengaruhi

sikap konsumen untuk menggunakan jasa, tetapi pengguna jasa dapat mengambil

keputusan tanpa harus melalui sikap terlebih dahulu, sehingga dalam penelitian ini

untuk melihat pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pengguna jasa

(39)

Berdasarkan kepada teori-teori tersebut maka dapat disusun sebuah

kerangka berfikir dalam penelitian ini seperti gambar 2.2 berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual

Menurut Mowen dan Minor (2006), “Perspektif pengambilan keputusan

(decision-makking perspective) menggambarkan seorang konsumen sedang melakukan serangkaian langkah-langkah tertentu pada saat melakukan pembelian.

Langkah-langkah ini termasuk pengenalan masalah, mencari informasi, evaluasi

alternatif, memilih, dan evaluasi pasca perolehan”.

2.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir, maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

1. Bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, promosi,

tempat, proses, bukti fisik dan orang berpengaruh terhadap Sikap

(40)

2. Bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, promosi,

tempat, proses, bukti fisik dan orang berpengaruh terhadap Keputusan

Mahasiswa memilih Fakultas Ekonomi Universitas Samudra.

3. Bauran pemasaran jasa yang terdiri dari produk, harga, promosi,

tempat, proses, bukti fisik dan orang berpengaruh terhadap keputusan

mahasiswa memilih Fakultas Ekonomi Universitas Samudra melalui

Gambar

Gambar 2.2.  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Wilcoxon, nilai p penilaian responden konsumen mi bakso terhadap atribut rasa dan mutu keseluruhan adalah sama, dengan demikian atribut rasa berperan besar dalam

Panjang tongkol, panjang tongkol setiap sampel tanaman diukur dari pangkal hingga ujung tongkol jagung sampai ujung klobot dengan alat ukur panjang (penggaris) dalam

Keadaan inilah yang mendorong penulis untuk membuat kajian seumpama di atas dengan melihat kepada masalah-masalah yang dihadapi oleh warga emas, keperluan dan cabaran-cabaran

Banyaknya jumlah jemaat dan kegiatan yang berjalan pada Gpi Jalan Suci memerlukan informasi yang up to date, Penyediaan informasi masih

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MAN Darussalam Aceh Besar tahun pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan pendekatan saintifik dan

Dalam skripsi ini dijabarkan bagaimana penerapan Risk Assessment bagian Bekisting pada proyek pembangunan apartemen X dengan cara mengidentifikasi bahaya,

Pajak daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini bahwa penggunaan media