IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR
GERAKSISWADALAM PEMBELAJARAN PENDIDKAN JASMANIDI SEKOLAH
DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN4 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V A di SDN Sukarasa 3 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi PGSD Penjas
Oleh ;
Muhamad Arshif Barqiyah
0904053
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
2013
IMPLEMENTASI PENDEKATAN
BERMAIN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU
AKTIF BELAJAR GERAK SISWA DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI
SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG
Oleh
Muhamad Arshif Barqiyah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Oahraga dan Kesehatan
© Muhamad Arshif Barqiyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
MUHAMAD ARSHIF BARQIYAH
0904053
IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR
GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH
DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Yunyun Yudiana M.Pd NIP.196506141990011001
Pembimbing II
Dra. Lilis Komariyah. M.Pd NIP.195906281989012001
Mengetahui Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani
Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatakan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung
ABSTRAK
MUHAMAD ARSHIF BARQIYAH 0904053
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian mengenai upaya peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yang di lakukan di SD Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah dasar dengan implementasi pendekatan bermain. Penelitian dilaksanakan dengan metode penelitian tindakan kelas atau classroom action research dengan menggunakan rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yang terdiri atas tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan terhadap 39 Siswa kelas V A SDN Sukarasa 3,4 Bandung yang terdiri atas 17 orang siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Proses penelitian dibagi kedalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri atas dua tindakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen observasi Group Time Sampling. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik prosesntase. Hasil analisis data menunjukan bahwa implementasi pendekatan bermain dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajara gerak siswa sekaligus meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung.
Implementation Playing Approach to Increasing Number of Active Learning Time Motion Student in Physical Education
at Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung
ABSTRACT
This research is a study to increase active learning time in physical education lessons in elementary schools that will be undertaken in Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung . This study aims to improve the process and quality of learning outcomes in the implementation of the learning process in elementary schools with the implementation of the approach play . Research carried out by the method of classroom action research using a research design developed by Kurt Lewin, that consist of action planning , action, observation and reflection . The experiment was conducted on 39 students of Sukarasa Elementary School VA class 3.4 Bandung consisting of 17 male and 22 female students . The research process is divided into three cycles and each cycle consists of two actions . Data was collected using observation instruments Group Time Sampling . All data were analyzed using the technique percentage . the results of data analysis showed that the implementation approach can increase the number of active learning time motion while improving the quality of the process and the quality of learning outcomes of physical education in Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung..
NoDAFTAR ISI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 64
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Gerak merupakan hakikat manusia, bergerak adalah salahsatu aktivitas yang
tidak akan luput dari kehidupan manusia dalam melaksanakan aktivitasnya
sehari-hari. Bahkan pada dasarnya gerak merupakan salahsatu ciri dari makhluk hidup.
Dunia anak merupakan dunia yang kaya akan gerak, bahkan gerak pada anak
merupakan wahana bagi mereka untuk menyalurkan hasratnya untuk bermain dan
bersenang-senang, bahkan gerak juga merupakan sarana bagi anak untuk belajar.
Gerak merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak,
karena bagi anak gerak yang mereka lakukan semata-mata adalah untuk kesenangan, bukan di dorong oleh maksud dan tujuan tertentu. “Gerak adalah kebutuhan mutlak anak”. (Mahendra, 2012:14).
Melalui gerak anak dapat belajar, anak-anak dapat mempelajari dan
mengetahui tentang dirinya sendiri dan individu lainnya, alam dan lingkungan
sekitar serta kebudayaan melalui bergerak dalam bentuk yang mereka kehendaki.
Apabila pendidikan masuk kedalamnya maka anak-anak akan memperoleh sarana
pendidikan yang tetap memfasilitasi mereka dalam dunia mereka sendiri serta
mencukupi hasrat dan kebutuhan mereka dalam bergerak.
Hal ini sejalan dengan salahsatu manfaat pendidikan jasmani, salahsatu
manfaat pendidikan jasmani secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan
anak akan gerak. Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran yang
memanfaatkan aktifitas fisik atau gerak dalam pelaksanaannya yang berorientasi
kepada dunia anak dan menyesuiakan materi-materi di dalamnya sesuai dengan
kebutuhan anak. Di dalamnya anak dapat belajar sambil bergembira melalui
penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhannya akan
gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besa pengaruhnya bagi kualitas
2
Selain bergerak, bermain juga merupakan aktivitas yang tidak bisa
dilepaskan dari dunia anak, sambil bermain anak-anak belajar. Dalam mempelajari
hal-hal baru anak anak merupakan ahlinya, segala macam hal mereka pelajari
ketika bermain dan bergerak dari mulai ia menggerakkan anggota tubuhnya
hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Maka dari itu belajar
tidak akan terlepas dari dunia anak, karena belajar merupakan hal yang tidak akan
terlepas dari kehidupan manusia, hal ini senada dengan ungkapan rudiana (2009;13) yang menyatakan bahwa “Tugas pertama manusia adalah sebagai pembelajar”
Hampir atau bahkan semua aktivitas anak-anak adalah bermain, bermain
merupakan kegiatan yang akan selalu dilakukan oleh anak-anak dalam
mengarungi kehidupan mereka sehari-hari. Ketika bermain, mereka meluapkan
seluruh emosi mereka, menumpahkan semua ekspresi mereka dan pada saat
bermainlah mereka menunjukan jati diri mereka yang sebenarnya. Saat bermain
merupakan saat anak-anak merasa bebas dan bersemangat. Senada dengan
pernyataan yang dikeluarkan oleh Johan Huizinga yg dikutip oleh agus mahendra
(Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani 2012) mengatakan:
“Bermain sebagai aktifitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela” Pernyataan diatas memberikan indikasi bahwa bermain memberikan
kebebasan bagi pelakunya untuk menentukan permainan yang mereka kehendaki,
meski permainan yang mereka lakukan menuntut mereka untuk bergerak secara
aktif baik yang dilakukan sendiri maupun dilakukan secara berkelompok
didalamnya tidak ada tuntutan dan paksaan bagi mereka untuk melakukan aktifitas
tersebut karena pelakunya melakukan permainan tanpa paksaan dan dilaksanakan
karena mereka memang ingin melaksanakannya, inilah yang dimaksud dengan
permainan dimainkan dengan sukarela. Pada anak-anak bermain merupakan
aktifitas yang dilakukan karena merupakan dorongan naluri yang berguna untuk
merangsang pertumbuhan fisik dan mentalnya.
Aktifitas bermain juga tidak hanya berorientasi pada kesenangan semata,
yang banyak bagi anak-anak. Seperti yang di ungkapkan oleh Zulkifli (1987:56)
mengenai manfaat dari permainan untuk anak –anak :
1. Sarana untuk membawa anak – anak kedalam bermasyarakat. 2. Mampu mengenal kekuatan sendiri.
3. Mendapat kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan pembawaannya.
4. Berlatih menempa perasaan.
5. Memperoleh kegembiraaan, kesenangan, kepuasaan dan 6. Melatih diri untuk mentaati peraturan yang berlaku.
Namun yang terjadi dilapangan tidaklah demikian. Anak-anak dibebani oleh
beban belajar di sekolah yang cukup berat serta menekan kebebasan mereka untuk
bergerak. Kebutuhan gerak mereka tidak terpenuhi karena keterbatasan waktu dan
kesempatan serta lingkungan sekolah yang tidak menyediakan wilayah yang
menarik untuk di jelajahi. Pemberian materi yang hanya mengedapankan dan
mengutamakan prestasi akademik juga mengharuskan mereka untuk menerima
beban-beban gerak sesuai dengan tuntutan guru yang menghendaki mereka untuk
dapat menguasai keterampilan-keterampilan gerak tertentu. Hal demikanlah yang
dapat menghilangkan antusias anak untuk melakukan gerak dan tentunya
mengurangi jumlah waktu aktif belajar gerak pada anak karena mereka merasa
terbatasi untuk bergerak, terlebih tuntutan gerak yang terkadang membebani anak
membuat anak-anak merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas gerak
tersebut sehingga mereka cenderung malas-malasan karena menganggap mereka
tidak sanggup untuk melaksanakan tugas gerak yang diberikan.
Pemberian beban yang tidak sesuai dengan kemampuan anak seperti misalnya
tuntutan penguasaan teknik dasar olahraga dalam pembelajaran pendidikan
jasmani bagi anak di sekolah juga dapat menjadi pemicu berkurangnya jumlah
waktu aktif belajar gerak pada anak dalam pembelajaran pendidkan jasmani, tidak
semua anak mampu menyesuaikan diri mereka terhadap teknik-teknik dasar
olahraga, karena merasa tidak mampu pada akhirnya anak merasa takut untuk
melaksanakan tuntutan yang diberikan, bahkan anak cenderung malu karena
merasa tidak mampu melaksanakan tuntutan yang di berikan di depan
4
cenderung menghindari aktifitas gerak di sekolah yang berimbas pada rendahnya
waktu aktif belajar gerak pada anak.
Pada intinya, Kesesuaian penerapan pendekatan mengajar dalam konteks
pembelajaran pendidikan jasmani terkadang belum sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Siswa sekolah dasar yang masih tergolong ke dalam kelompok anak
besar memiliki perilaku yang didominasi oleh kegiatan bermain. Bagi mereka,
bermain adalah dunianya. Maka dari itu, pemilihan metode atau pendekatan
pembelajaran yang tepat atau sesuai dengan kearakteristik siswa sekolah dasar
sangatlah diperlukan. Penerapan pendekatan yang tepat dan sesuai dalam
pembelajaran penjas tidak hanya untuk menyesuaikan karakter kegiatan
pembelajaran dengan karakter siswa akan tetapi melalui pendekatan yang dipilih
tersebut dapat turut pula merangsang keinginan siswa untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran sehingga mampu meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak
siswa dalam pembelajaran tersebut. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani aspek
psikomotor bukan hanya sasaran utama pembelajaran, akan tetapi aspek afektif
diharapkan juga turut berkembang. Salah satunya adalah perilaku asosiatif yang
terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Oleh sebab itu agar sasaran
pelakasanaan proses pembelajaran tidak hanya mengacu kepada aspek psikomotor
semata namun juga khususnya bagi perkembangan afektif siswa sekolah dasar
maka dari itu hal-hal demikan harus dihindari guna tetap memancing respon anak
untuk tetap memiliki jumlah waktu aktif belajar gerak yang tinggi serta tetap
mengacu kedalam sasaran utama pendidikan dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani dan menghindari permasalahan yang dapat mengurangi
jumlah waktu aktif belajar gerak anak di sekolah dasar.
Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut. Di dalam
pendidikan jasmani terdapat sebuah pendekatan yang menitik beratkan proses
pembelajarannya dalam situasi permainan, pendekatan tersebut adalah pendekatan
bermain. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep
situasi permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000:35) berpendapat,
Strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik).
Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,
pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam
bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu
teknik cabang olahraga kedalam bentuk permainan. Melalui permainan,
diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi
lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan
teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk
itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman
(2000:35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas
permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai
beberapa pilihan sebagai berikut:
1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya. 2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan
membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.
3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain.
Pada dasarnya pendekatan bermain merupakan sebuah pendekatan yang
berorientasi kepada penyesuaian materi ajar terhadap kebutuhan dan karakteristik
anak-anak. Pengemasan situasi pembelajaran kedalam sebuah permainan dapat
menumbuhkan keceriaan dan mengembalikan anak-anak kedalam dunia mereka.
Keceriaan mendorong siswa untuk mampu mengikuti pembelajaran dengan
senang hati, sukarela, dan antusias, sehingga dengan proses pembelajaran yang
6
relatif lama, karena ia melakukan aktifitas dengan sukarela dengan latar belakang
keceriaan dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis merasa
tertarik untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara implementasi pendekatan
bermain terhadap jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Untuk itu, penulis mengambil judul “Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 Dan 4 Bandung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan yang terkait dengan rendahnya jumlah waktu aktif belajar gerak
siswa sekolah dasar dalam pembelajaran pendidikan jasasmani di SDN Sukarasa 3
dan 4 Bandung dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Anak-anak dibebani oleh beban belajar di sekolah yang cukup berat serta
menekan kebebasan mereka untuk bergerak.
2. Kebutuhan gerak mereka tidak terpenuhi karena keterbatasan waktu dan
kesempatan serta lingkungan sekolah yang tidak menyediakan wilayah yang
menarik untuk di jelajahi.
3. Pemberian materi yang hanya mengedapankan dan mengutamakan prestasi
akademik juga mengharuskan mereka untuk menerima beban-beban gerak
sesuai dengan tuntutan guru yang menghendaki mereka untuk dapat
menguasai keterampilan-keterampilan gerak tertentu.
C. Rumusan Masalah
Dalam mencapai tujuan pembelajaran tentunya diharapkan beberapa faktor
yang mendukung terhadap tercapainya tujuan tersebut salah satunya yaitu jumlah
waktu aktif belajar gerak siswa terhadap tugas gerak yang diberikan oleh guru
ketercapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, semakin rendah jumlah waktu
aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran, maka semakin rendah juga
kemungkinan tercapainya tujuan pendidikan jasmani yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan
permasalahan; Apakah Implementasi pendekatan bermain dapat meningkatkan
efektivitas jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah dasar?
D. Cara Pemecahan Masalah
Permasalahan yang terkait dengan rendahanya jumlah waktu aktif belajar
siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang berlangsung di SDN Sukarasa
3 dan 4 Bandung akan dicarikan solusinya melalui proses penelitian tindakan
kelas dengan menggunakan pendekatan bermain. Dalam pelaksanaannya proses
penelitian menggunakan tahapan tindakan yang terdiri dari 4 komponen yang
dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam Yusuf Hidayat (2009;34) yaitu;
1. Perencanaan atau planning
2. Tindakan atau acting
3. Pengamatan atau observing
4. Refleksi atau reflecting
Dari 4 komponen yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas
tersebut diharapkan didapatkanya pemecahan permasalahan terkait dengan
rendahnya jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan
jasmani di SDN Sukaras 3 dan 4 Bandung melalui implementasi pendekatan
bermain.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini
secara umum adalah dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran
8
meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah dasar.
F. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang diharapkan dapat
dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi lembaga-lembaga pendidikan terutama dalamoptimalisasi proses
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.
2. Praktis
Sebagai bahan pertimbagan bagi guru pendidikan jasmani terhadap
penerapan model pembelajaran yang diberikan yang sesuai untuk peningkatan
jumlah waktu aktif bergerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
G.Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi dari latar belakang diatas,
maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini di batasi di sekitar
pemecahan masalah pembelajaran sebagai akibat keterbatasan jumlah waktu aktif
belajar siswa di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung.
H. Definisi Operasional
Seringkali dalam pemahaman tentang pengertian sebuah istilah dari
seseorang berbeda-beda, sehingga tidak jarang menimbulkan kekeliruan dalam
penafsiran. Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dalam penulisan judul dan
isinya, penulis menggunakan istilah-istilah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Menurut Mahendra, (2012:3) Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan
perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta
2. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan bermain adalah
pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”.
3. Menurut Suherman, (1998;2) Jumlah Waktu Aaktif Belajar adalah total waktu
aktif dari setiap kegiatan pembelajaran yang menjadi fokusnya adalah kegiatan
yang dilakukan oleh mayoritas siswa yang sedang terlibat dalam kegiatan
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tujuan Operasional Penelitian
Mengkaji dan mengimplementasikan pendekatan bermain untuk
meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran
pendidikan jasmani di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung.
B.Objek dan Subjek Penelitian
Objek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VA SDN Sukarasa 3 dan 4
Bandung dengan jumlah siswa 39 orang.
C.Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Acton Research sebagai cara untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada. Menurut Hidayat, (2011;6) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan kelas
adalah sebuah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik
pembelajaran oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis dan refleksi
atas hasil tindakan tersebut”. Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan kelas
melakukan perbaikan berupa tindakan terhadap sebuah kajian atau permasalahan
yang menyangkut proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu serta praktik
pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai praktisi pembelajaran berdasarkan
sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di lapangan untuk segera dikaji
dan ditindak lanjuti secara reflektif, partisipatif, dan kolaboratif (Suwarsih,
1994:23).
Lebih lanjut Kunandar (2012: 44) mendefinisikan penelitian tindakan kelas
sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersamas-sama dengan dengan orang
lain (kolaborasi), dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan
atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu
tindakan (tertentu) dalam satu siklus.
Jadi, dapat berdasarkan keterangan beberapa ahli diatas memberikan
kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru sebagai praktisi pendidikan yang dilakukan untuk merefleksi
kendala-kendala atau permasalahan yang muncul dalam situasi pembelajaran guna
meningkatkan mutu praktik dan mutu hasil pembelajaran di kelas.
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan kelas adalah berupa
sebuah refleksi terhadap berbagai permasalahan yang dialami siswa dalam proses
pembelajaran yang dapat menghambat atau mengurangi mutu praktik pendidikan
di sekolah. Berkaitan dengan peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa
penelitian ini sangan tepat untuk digunakan mengingat sasaran utama penelitian
ini tertuju pada siswa dalam proses pembelajaran dalam situasi pembelajaran
secara langsung di sekolah dengan guru sebagai aktor utama atau pelaku
penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau refleksi diri terhadap
kinerja dan aktifitas mengajarnya.
D.Setting Lokasi Penelitian
Lokasi tempat penelitian adalah di daerah lingkungan sekolah SDN
Sukarasa 3 dan 4 Bandung yaitu berupa halaman sekolah dengan luas lapangan
20x15meter.
E.Langkah-langkah Penelitian
Menurut Kurt Lewin dalam Yusuf Hidayat (2009;34) mengungkapkan
tahapan penelitian tindakan yang digunakan dalam PTK terdiri dari 4 komponen
yang menunjukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan atau planning
2. Tindakan atau acting
3. Pengamatan atau observing
36
Berdasarkan langkah-langkah penelitian tindakan maka untuk
mempermudah alur penelitian dibuatlah skema prosedurnya. Skema yang
prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan merujuk kepada tahapan
penelitian yang dikemukakan Kurt Lewin dalam Hidayat, Yusuf, (2009;34) maka
satu siklus tindakan memuat langkah-langkah membuat rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Pelaksanaan
Tindakan 1
Perencanaan Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan 2
Perencanaan Pengamatan
Refleksi
Merujuk pada langkah-langkah PTK yang sudah dipaparkan secara
jelaskan di bab sebelumnya, maka langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan pada perencanaan
adalah sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), untuk membuat
RPP ini peneliti mengkaji tentang substansi dan struktur penulisan RPP
sebagaimana yang tertuang dalam tata cara membuat dan
mempersiapkan RPP untuk sekolah dasar dan menengah kita haruslah
mengacu pada peraturan yang ada dan telah di legitimasi oleh pihak
yang berwewenang dalam hal ini pemerintah. Berdasar pada
PERMENDIKNAS NOMOR 41 TAHUN 2007 Tentang STANDAR
PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH, RPP yang di buat oleh guru harus sesuai dengan
komponen RPP dan prinsip-prinsip penyusunannya. Dalam permen
tersebut dijelaskan tentang struktur dan substansi penulisan RPP
sebagai berikut:
1) Standar Kompetensi
2) Kompetensi Dasar
3) Indikator
4) Tujuan Pembelajaran
5) Materi Pembelajaran
6) Metode Pembelajaran
7) Langkah-langkah Pembelajaran
8) Media Pembelajaran
9) Evaluasi Pembelajaran
b. Mempersiapkan sarana dan prasarana dan alat-alat pembelajaran.
Model-model dalam permainan dasar dibagi menjadi dua yaitu
38
digunakan dalam permainan dasar ini merupakan alat yang dimainkan siswa
sesuai tuntutan permainannya. Misalnya:
1) Permainan bola batas – bola 2) Melompati tali – tali
3) Memindahkan kantong kacang – kantong-kantong kecil dari kain yang diisi dengan kacang atau pasir
4) Menemukan sarang – matras atau ban bekas yang disebar di lapangan
c. Membuat time schedule penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan
d. Membuat format-format observasi pelaksanaan dan hasil pembelajaran.
Format observasi yang dibuat dalam penelitian ini adalah format
observasi tentang semua hal yang menyangkut tindakan-tindakan yang
dilakukan guna mencapai peningkatan jumlah waktu aktif belajar yang
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
e. Menyiapkan observer (kesediaan observer, apa yang harus dilakukan
observer, membuat kesepakatan dan kesepahaman tentang hal-hal yang
diteliti). Dalam konteks penelitian ini, yang harus dipahami dan
disepakati secara bersama antara peneliti dan observer adalah: (1)
hakikat waktu aktif belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani (2)
hakikat pembelajaran permainan dasar (3) kesepahaman tentang
format-format observasi. Ketiga hal yang harus dipahami dan disepakati
bersama ini selain dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji
(membaca), juga dilakukan dengan cara diskusi antara peneliti dan
observer. Tingkat keluasan dan kedalaman minimal yang harus dimiliki
atau dikuasai oleh observer dan peneliti dari ketiga hal tersebut diatas
adalah sebagaimana yang sudah tertulis pada bagian tinjauan teori bab
II (dua) pada penelitian ini. Kesepakatan yang harus disepakati dalam
penelitian ini adalah mengenai substansi yang merupakan
indikator-indikator tentang variabel yang diteliti berdasarkan definisi operasional
Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap
pelaksanaan penelitian adalah menerapkan tindakan yang mengacu dalam
skenario yang direncanakan dalam perencanaan diatas. Dalam pelaksanaannya peneliti berperan sebagai aktor (guru) yang secara langsung bertindak di lapangan melakukan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan bermain.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Peneliti menerapkan pendekatan bermain dalam pembelajaran
penjas yang telah dirancang dalam skenario pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran.
2. Peneliti melakukan proses pembelajaran secara langsung di
lapangan sekaligus melakukan pengamatan terhadap seluruh siswa yang sedang melakukan aktivitas pembelajaran.
3. Peneliti mencatat segala bentuk kegiatan, kejadian, serta
kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran kedalam lembar observasi yang telah disiapkan.
3. Observasi
Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan pada
saat proses Pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat ukur
berupa lembar pengamatan dan evaluasi (daftar nilai) yang telah
disediakan. Dalam kegiatan tersebut peneliti bersama mitra peneliti
mengamati, menelaah dan memahami apa yang terjadi pada saat proses
pembelajaran. Langkah-langkah observasi dilakukan dengan cara:
1. Observasi langsung, yaitu peneliti dan mitra peneliti (observer)
mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam
proses pembelajaran.
2. Observasi tidak langsung, yaitu observasi yang dilakukan dengan
cara mengamati objek-objek yang diteliti melalui catatan-catatan
lapangan hatau hasil berupa daftar nilai serta hasil dokumentasi
40
3. Pengamatan terhadap pelaku, yaitu pengamatan terhadap sikap dan
perilaku siswa dalam proses pembelajaran yang berhubungan
langsung dengan perubahan perilaku sebagai akibat dari proses
pembelajaran.
4. Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis
secara bersama-sama kemudian direfleksikan dengan cara:
1. Melakukan evaluasi tindakan telah dilakukan.
2. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
3.
F. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan:
a. Pedoman observasi dalam bentuk format yang telah dibuat untuk
mengumpulkan data berbagai informasi dalam upaya meningkatkan jumlah
waktu aktif belajar siswa dalam pemebelajaran pendidikan jasmani.
Adapun format observasi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk
kepada group time sampling yang dikembangkan oleh Suherman (1998:26)
seperti di bawah ini:
Tabel 3.2 Format Observasi Group Time Sampling
Prosentase A :
Prosentase B :
Prosentase C :
Keterangan:
A : menunjukan jumlah siswa yang berperilaku baik sesuai dengan tuntutan
perilaku umum yang diinginkan oleh guru dalam pembelajaran penjas.
B : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas tugas gerak sesuai
dengan harapan guru.
C : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas gerak sesuai
pembelajaran.
Prosedur observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Dimulai 20 menit awal ke 1 (waktu yang tersedia kurang lebih 5 menit),
observer mengamati aspek A dari siswa yang berada dibarisan paling kiri
sampai barisan paling kanan. Observer menghitung jumlah siswa yang
berperilaku sesuai dengan aspek A. Dibutuhkan waktu kurang lebih 30
detik. Jika terjadi perubahan pada siswa yang sudah teramati, misal
disebelah kiri, hal itu diabaikan saja.
2) Setelah aspek A teramati, lakukian pengamatan terhadap aspek B dan C
seperti halnya mengamati aspek A. Begitu seterusnya sampai menit ke 4
pada 20 menit awal KBM. Dengan demikianpada setiap periode berarti
berjumlah 5 menit dan untuk mengamati ketiga aspek hanya dibutuhkan
90 detik saja.
3) Lakukan observasi sampai 5 menit ke 4 di 20 menit akhir KBM
dilaksanakan.
b. Wawancara yaitu peneliti dibantu observer melakukan wawancara kepada
siswa yang diteliti untuk memperoleh keseluruhan informasi yang diperlukan
untuk mncari solusi atas permasalahan yang telah diajukan.
c. Data perubahan perilaku siswa dalam hal peningkatan jumlah waktu aktif
42
G.Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini instrument yang digunakan adalah
observasi/pengamatan untuk guru, catatan lapangan, dan lembar observasi
digunakan oleh kolaborator untuk mengamati guru pada saat KBM
berlangsung.
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan 3 (riga) siklus
yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan
waktunya 2 x 35 menit. Masing-masing siklus dilaksanakan dan dilengkapi
dengan instrument atau alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar
refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.
H.Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mempergunakan teknik analisis data
kualitatif, secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menelaah seluruh data yang telah telah terkumpul, penelaahan dilakukan
dengan cara menganalisis, memahami, menerangkan, dan menyimpulkan
data yang telah didapat.
2. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorikan
dan pengklasifikasian hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan
kecenderungan-kecenderungan yang berlaku dalam pelaksanaan
pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dapat
disimpulkan bahwa implementasi pendekatan bermain pada mata pelajaran
pendidikan jasmani dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa
kelas VA SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Hal ini ditunjukkan dengan hasil
tindakan yang dilakukan melalui 3 siklus penelitian yang sebelumnya
dilaksanakan tahap pra observasi yaitu sebelum menerapkan pendekatan bermain
yang dijadikan sebagai perbandingan ketika siklus dilaksanakan yaitu setelah
menerapkan pendekatan bermain. Prosentasi jumlah waktu aktif belajar pada
tahap pra observasi menunjukan nilai 42% meningkat 6% dari pelaksanaan siklus
I tindakan I yaitu menjadi 48% dan meningkat pula 4% dalam tindakan II menjadi
52%. Serta terjadi peningkatan pula pada siklus II tindakan I sebesar 4% menjadi
56% serta pada tindakan II sebesar 2% menjadi 58% dan terjadi peningkatan pula
pada siklus III tindakan I sebesar 11% menjadi 69% dan pada tindakan akhir yaitu
tindakan II menghasilkan peningkatan sebesar 11% menjadi 80% siswa aktif
dalam proses pembelajaran.
B.Saran
Setelah memperhatikan kesimpulan di atas maka selanjutnya peneliti
memeberi saran sebagai berikut:
1. Hendaknya sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, tujuan
pembelajaran serta materi ajar yang akan di berikan di persiapkan terlebih
dahulu dengan matang agar dalam pelaksanaannya tujuan pembelajaran dapat
tercapai serta materi ajar yang akan diberikan dapat dikuasai dengan baik dan
difahami oleh siswa.
2. Persiapan yang baik terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
64
prasarana serta skenario pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa akan
dapat meminimalisir kendala yang dapat diakibatkan oleh kurang tercukupinya
kebutuhan yang diperlukan.
3. Ketika ada siswa yang terlihat bermalas-malasan serta melakukan tugas gerak
dengan asal-asalan pemberian motivasi untuk meningkatkan antusias siswa
dalam mengikuti pembelajaran akan mampu meningkatkan minat serta antusias
siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik.
4. Buatlah pembelajaran materi pendidikan jasmani yang kreatif serta inovatif dan
melayani kebutuhan siswa untuk menyalurkan hasratnya akan gerak melalui
situasi permainan agar siswa tidak merasa jenuh dalam proses KBM.
5. Bentuk situasi pembelajaran yang menyenangkan yang dapat membuat guru
dan siswa dapat berbaur bersama-sama menjadi satu dalam pembelajaran
ketika pembelajaran berlangsung agar tercipta situasi pembelajaran yang lebih
bersahabat. Sehingga tujuan pembelajaran dalam proses balajar mengajar dapat
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abduljabar, Bambang. (2009), Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.
Agustian, Ari ginanjar (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual: ESQ Emotional Spiritual Quotien. Jakarta: Arga
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.
Bahagia, Y. Suherman A. (2002. Prinsip-prinsip pengembangan dan modifikasi cabang olahraga. Jakarta: Direktorat Jendra Pendidikan Dasar dan Menengah, depdiknas.
Budingsih, Asri. (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta
Bredekamp, S. (1987). Developementally Approproate Practice in early Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8.
Washingtong: NAYEC.
Cholik M., Toho dan Lutan, Rusli, (1996). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Gestwicky, C. (2007). Developement Appropriate Practice: curriculum And Developement In Early Education. Clifton Park: Thompson Delmar Learning.
Hartinah, Sitti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama
Hidayat, Yusuf, (2011), Pedoman Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Dalam pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan. Bandung: FPOK-UPI.
Husdarta, H.J.S (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi guru. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
Mahendra, Agus, (2012), Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK-UPI.
Ma’mun, Amung, (2011), Kepemimpinan dan Kebijakan Pembangunan
Olahraga. FPOK-UPI. Bandung.
66
Suherman, Adang, (1998), Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. IKIP Bandung Press.
Suherman, Adang, (2009), Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Wali Artika.
Supandi (1990). Strategi Belajar mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Depdikbud Dirjen Dikti.
Rudiana, (2009), Never Ending Smart Tidak ada Alasan Untuk Bodoh. Bandung: Rumah Cerdas Indonesia.
Sukidin. et al. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman penuliasan Karya Ilmiah.
Bandung: Upi Press.
Wiratmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Skripsi:
Anwar. (2012). Impelemntasi Model Pembelajaran Inquiri untuk meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Pada Aktivitas Ritmik. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Saryem. (2011). Modifikasi Alat pembelajaran Permainan Bola Volly Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa. Skripsi sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Septian, Wildan R. (2013). Pengaruh penerapan sport likes games terhadap jumlah waktu aktif belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sumedang dalam mengikuti pembelajaran Penjas. Skripsi sarjana Pendidikan Pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Website:
Suherman, A. dan Bahagia, Yoyo. (2000). Hakikat Pendekatan Bermain.[Online]. Tersedia: http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html[28 Maret, 2013]
Wahjoedi (1999). Pengertian Pendekatan Bermain. [Online]. Tersedia: http://www.AsianBrain.com/index.php?aff_code=487381 [28 Maret 2013]