• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATAKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATAKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR

GERAKSISWADALAM PEMBELAJARAN PENDIDKAN JASMANIDI SEKOLAH

DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN4 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V A di SDN Sukarasa 3 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD Penjas

Oleh ;

Muhamad Arshif Barqiyah

0904053

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN JASMANI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

2013

IMPLEMENTASI PENDEKATAN

BERMAIN DALAM UPAYA

MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU

AKTIF BELAJAR GERAK SISWA DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI DI SEKOLAH DASAR NEGERI

SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG

Oleh

Muhamad Arshif Barqiyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Oahraga dan Kesehatan

© Muhamad Arshif Barqiyah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

MUHAMAD ARSHIF BARQIYAH

0904053

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BERMAIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR

GERAK SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH

DASAR NEGERI SUKARASA 3 DAN 4 BANDUNG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Yunyun Yudiana M.Pd NIP.196506141990011001

Pembimbing II

Dra. Lilis Komariyah. M.Pd NIP.195906281989012001

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani

(4)

Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatakan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung

ABSTRAK

MUHAMAD ARSHIF BARQIYAH 0904053

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian mengenai upaya peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yang di lakukan di SD Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah dasar dengan implementasi pendekatan bermain. Penelitian dilaksanakan dengan metode penelitian tindakan kelas atau classroom action research dengan menggunakan rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin yang terdiri atas tahapan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian dilaksanakan terhadap 39 Siswa kelas V A SDN Sukarasa 3,4 Bandung yang terdiri atas 17 orang siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Proses penelitian dibagi kedalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri atas dua tindakan. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen observasi Group Time Sampling. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik prosesntase. Hasil analisis data menunjukan bahwa implementasi pendekatan bermain dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajara gerak siswa sekaligus meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 dan 4 Bandung.

(5)

Implementation Playing Approach to Increasing Number of Active Learning Time Motion Student in Physical Education

at Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung

ABSTRACT

This research is a study to increase active learning time in physical education lessons in elementary schools that will be undertaken in Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung . This study aims to improve the process and quality of learning outcomes in the implementation of the learning process in elementary schools with the implementation of the approach play . Research carried out by the method of classroom action research using a research design developed by Kurt Lewin, that consist of action planning , action, observation and reflection . The experiment was conducted on 39 students of Sukarasa Elementary School VA class 3.4 Bandung consisting of 17 male and 22 female students . The research process is divided into three cycles and each cycle consists of two actions . Data was collected using observation instruments Group Time Sampling . All data were analyzed using the technique percentage . the results of data analysis showed that the implementation approach can increase the number of active learning time motion while improving the quality of the process and the quality of learning outcomes of physical education in Sukarasa 3 and 4 Elementary School Bandung..

(6)

NoDAFTAR ISI

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 63 B. Saran ... 64

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Gerak merupakan hakikat manusia, bergerak adalah salahsatu aktivitas yang

tidak akan luput dari kehidupan manusia dalam melaksanakan aktivitasnya

sehari-hari. Bahkan pada dasarnya gerak merupakan salahsatu ciri dari makhluk hidup.

Dunia anak merupakan dunia yang kaya akan gerak, bahkan gerak pada anak

merupakan wahana bagi mereka untuk menyalurkan hasratnya untuk bermain dan

bersenang-senang, bahkan gerak juga merupakan sarana bagi anak untuk belajar.

Gerak merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak-anak,

karena bagi anak gerak yang mereka lakukan semata-mata adalah untuk kesenangan, bukan di dorong oleh maksud dan tujuan tertentu. “Gerak adalah kebutuhan mutlak anak”. (Mahendra, 2012:14).

Melalui gerak anak dapat belajar, anak-anak dapat mempelajari dan

mengetahui tentang dirinya sendiri dan individu lainnya, alam dan lingkungan

sekitar serta kebudayaan melalui bergerak dalam bentuk yang mereka kehendaki.

Apabila pendidikan masuk kedalamnya maka anak-anak akan memperoleh sarana

pendidikan yang tetap memfasilitasi mereka dalam dunia mereka sendiri serta

mencukupi hasrat dan kebutuhan mereka dalam bergerak.

Hal ini sejalan dengan salahsatu manfaat pendidikan jasmani, salahsatu

manfaat pendidikan jasmani secara umum adalah untuk memenuhi kebutuhan

anak akan gerak. Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran yang

memanfaatkan aktifitas fisik atau gerak dalam pelaksanaannya yang berorientasi

kepada dunia anak dan menyesuiakan materi-materi di dalamnya sesuai dengan

kebutuhan anak. Di dalamnya anak dapat belajar sambil bergembira melalui

penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhannya akan

gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besa pengaruhnya bagi kualitas

(9)

2

Selain bergerak, bermain juga merupakan aktivitas yang tidak bisa

dilepaskan dari dunia anak, sambil bermain anak-anak belajar. Dalam mempelajari

hal-hal baru anak anak merupakan ahlinya, segala macam hal mereka pelajari

ketika bermain dan bergerak dari mulai ia menggerakkan anggota tubuhnya

hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Maka dari itu belajar

tidak akan terlepas dari dunia anak, karena belajar merupakan hal yang tidak akan

terlepas dari kehidupan manusia, hal ini senada dengan ungkapan rudiana (2009;13) yang menyatakan bahwa “Tugas pertama manusia adalah sebagai pembelajar”

Hampir atau bahkan semua aktivitas anak-anak adalah bermain, bermain

merupakan kegiatan yang akan selalu dilakukan oleh anak-anak dalam

mengarungi kehidupan mereka sehari-hari. Ketika bermain, mereka meluapkan

seluruh emosi mereka, menumpahkan semua ekspresi mereka dan pada saat

bermainlah mereka menunjukan jati diri mereka yang sebenarnya. Saat bermain

merupakan saat anak-anak merasa bebas dan bersemangat. Senada dengan

pernyataan yang dikeluarkan oleh Johan Huizinga yg dikutip oleh agus mahendra

(Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani 2012) mengatakan:

“Bermain sebagai aktifitas yang dilakukan secara bebas dan sukarela” Pernyataan diatas memberikan indikasi bahwa bermain memberikan

kebebasan bagi pelakunya untuk menentukan permainan yang mereka kehendaki,

meski permainan yang mereka lakukan menuntut mereka untuk bergerak secara

aktif baik yang dilakukan sendiri maupun dilakukan secara berkelompok

didalamnya tidak ada tuntutan dan paksaan bagi mereka untuk melakukan aktifitas

tersebut karena pelakunya melakukan permainan tanpa paksaan dan dilaksanakan

karena mereka memang ingin melaksanakannya, inilah yang dimaksud dengan

permainan dimainkan dengan sukarela. Pada anak-anak bermain merupakan

aktifitas yang dilakukan karena merupakan dorongan naluri yang berguna untuk

merangsang pertumbuhan fisik dan mentalnya.

Aktifitas bermain juga tidak hanya berorientasi pada kesenangan semata,

(10)

yang banyak bagi anak-anak. Seperti yang di ungkapkan oleh Zulkifli (1987:56)

mengenai manfaat dari permainan untuk anak –anak :

1. Sarana untuk membawa anak – anak kedalam bermasyarakat. 2. Mampu mengenal kekuatan sendiri.

3. Mendapat kesempatan mengembangkan fantasi dan menyalurkan kecenderungan pembawaannya.

4. Berlatih menempa perasaan.

5. Memperoleh kegembiraaan, kesenangan, kepuasaan dan 6. Melatih diri untuk mentaati peraturan yang berlaku.

Namun yang terjadi dilapangan tidaklah demikian. Anak-anak dibebani oleh

beban belajar di sekolah yang cukup berat serta menekan kebebasan mereka untuk

bergerak. Kebutuhan gerak mereka tidak terpenuhi karena keterbatasan waktu dan

kesempatan serta lingkungan sekolah yang tidak menyediakan wilayah yang

menarik untuk di jelajahi. Pemberian materi yang hanya mengedapankan dan

mengutamakan prestasi akademik juga mengharuskan mereka untuk menerima

beban-beban gerak sesuai dengan tuntutan guru yang menghendaki mereka untuk

dapat menguasai keterampilan-keterampilan gerak tertentu. Hal demikanlah yang

dapat menghilangkan antusias anak untuk melakukan gerak dan tentunya

mengurangi jumlah waktu aktif belajar gerak pada anak karena mereka merasa

terbatasi untuk bergerak, terlebih tuntutan gerak yang terkadang membebani anak

membuat anak-anak merasa tidak mampu untuk melaksanakan tugas gerak

tersebut sehingga mereka cenderung malas-malasan karena menganggap mereka

tidak sanggup untuk melaksanakan tugas gerak yang diberikan.

Pemberian beban yang tidak sesuai dengan kemampuan anak seperti misalnya

tuntutan penguasaan teknik dasar olahraga dalam pembelajaran pendidikan

jasmani bagi anak di sekolah juga dapat menjadi pemicu berkurangnya jumlah

waktu aktif belajar gerak pada anak dalam pembelajaran pendidkan jasmani, tidak

semua anak mampu menyesuaikan diri mereka terhadap teknik-teknik dasar

olahraga, karena merasa tidak mampu pada akhirnya anak merasa takut untuk

melaksanakan tuntutan yang diberikan, bahkan anak cenderung malu karena

merasa tidak mampu melaksanakan tuntutan yang di berikan di depan

(11)

4

cenderung menghindari aktifitas gerak di sekolah yang berimbas pada rendahnya

waktu aktif belajar gerak pada anak.

Pada intinya, Kesesuaian penerapan pendekatan mengajar dalam konteks

pembelajaran pendidikan jasmani terkadang belum sesuai dengan karakteristik

peserta didik. Siswa sekolah dasar yang masih tergolong ke dalam kelompok anak

besar memiliki perilaku yang didominasi oleh kegiatan bermain. Bagi mereka,

bermain adalah dunianya. Maka dari itu, pemilihan metode atau pendekatan

pembelajaran yang tepat atau sesuai dengan kearakteristik siswa sekolah dasar

sangatlah diperlukan. Penerapan pendekatan yang tepat dan sesuai dalam

pembelajaran penjas tidak hanya untuk menyesuaikan karakter kegiatan

pembelajaran dengan karakter siswa akan tetapi melalui pendekatan yang dipilih

tersebut dapat turut pula merangsang keinginan siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran sehingga mampu meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak

siswa dalam pembelajaran tersebut. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani aspek

psikomotor bukan hanya sasaran utama pembelajaran, akan tetapi aspek afektif

diharapkan juga turut berkembang. Salah satunya adalah perilaku asosiatif yang

terdiri dari kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Oleh sebab itu agar sasaran

pelakasanaan proses pembelajaran tidak hanya mengacu kepada aspek psikomotor

semata namun juga khususnya bagi perkembangan afektif siswa sekolah dasar

maka dari itu hal-hal demikan harus dihindari guna tetap memancing respon anak

untuk tetap memiliki jumlah waktu aktif belajar gerak yang tinggi serta tetap

mengacu kedalam sasaran utama pendidikan dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani dan menghindari permasalahan yang dapat mengurangi

jumlah waktu aktif belajar gerak anak di sekolah dasar.

Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut. Di dalam

pendidikan jasmani terdapat sebuah pendekatan yang menitik beratkan proses

pembelajarannya dalam situasi permainan, pendekatan tersebut adalah pendekatan

bermain. Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep

(12)

situasi permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000:35) berpendapat,

Strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik).

Berdasarkan pendapat dari ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa,

pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam

bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu

teknik cabang olahraga kedalam bentuk permainan. Melalui permainan,

diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi

lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang

mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan

teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk

itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman

(2000:35-36) menyatakan, manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas

permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai

beberapa pilihan sebagai berikut:

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya. 2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan

membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain.

Pada dasarnya pendekatan bermain merupakan sebuah pendekatan yang

berorientasi kepada penyesuaian materi ajar terhadap kebutuhan dan karakteristik

anak-anak. Pengemasan situasi pembelajaran kedalam sebuah permainan dapat

menumbuhkan keceriaan dan mengembalikan anak-anak kedalam dunia mereka.

Keceriaan mendorong siswa untuk mampu mengikuti pembelajaran dengan

senang hati, sukarela, dan antusias, sehingga dengan proses pembelajaran yang

(13)

6

relatif lama, karena ia melakukan aktifitas dengan sukarela dengan latar belakang

keceriaan dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, penulis merasa

tertarik untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara implementasi pendekatan

bermain terhadap jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam proses

pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Untuk itu, penulis mengambil judul “Implementasi Pendekatan Bermain Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Gerak Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Negeri Sukarasa 3 Dan 4 Bandung”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang terkait dengan rendahnya jumlah waktu aktif belajar gerak

siswa sekolah dasar dalam pembelajaran pendidikan jasasmani di SDN Sukarasa 3

dan 4 Bandung dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Anak-anak dibebani oleh beban belajar di sekolah yang cukup berat serta

menekan kebebasan mereka untuk bergerak.

2. Kebutuhan gerak mereka tidak terpenuhi karena keterbatasan waktu dan

kesempatan serta lingkungan sekolah yang tidak menyediakan wilayah yang

menarik untuk di jelajahi.

3. Pemberian materi yang hanya mengedapankan dan mengutamakan prestasi

akademik juga mengharuskan mereka untuk menerima beban-beban gerak

sesuai dengan tuntutan guru yang menghendaki mereka untuk dapat

menguasai keterampilan-keterampilan gerak tertentu.

C. Rumusan Masalah

Dalam mencapai tujuan pembelajaran tentunya diharapkan beberapa faktor

yang mendukung terhadap tercapainya tujuan tersebut salah satunya yaitu jumlah

waktu aktif belajar gerak siswa terhadap tugas gerak yang diberikan oleh guru

(14)

ketercapaian tujuan yang diharapkan. Sebaliknya, semakin rendah jumlah waktu

aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran, maka semakin rendah juga

kemungkinan tercapainya tujuan pendidikan jasmani yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan

permasalahan; Apakah Implementasi pendekatan bermain dapat meningkatkan

efektivitas jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani di sekolah dasar?

D. Cara Pemecahan Masalah

Permasalahan yang terkait dengan rendahanya jumlah waktu aktif belajar

siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang berlangsung di SDN Sukarasa

3 dan 4 Bandung akan dicarikan solusinya melalui proses penelitian tindakan

kelas dengan menggunakan pendekatan bermain. Dalam pelaksanaannya proses

penelitian menggunakan tahapan tindakan yang terdiri dari 4 komponen yang

dikembangkan oleh Kurt Lewin dalam Yusuf Hidayat (2009;34) yaitu;

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing

4. Refleksi atau reflecting

Dari 4 komponen yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas

tersebut diharapkan didapatkanya pemecahan permasalahan terkait dengan

rendahnya jumlah waktu aktif belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan

jasmani di SDN Sukaras 3 dan 4 Bandung melalui implementasi pendekatan

bermain.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini

secara umum adalah dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran

(15)

8

meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran

pendidikan jasmani di sekolah dasar.

F. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang diharapkan dapat

dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi lembaga-lembaga pendidikan terutama dalamoptimalisasi proses

pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

2. Praktis

Sebagai bahan pertimbagan bagi guru pendidikan jasmani terhadap

penerapan model pembelajaran yang diberikan yang sesuai untuk peningkatan

jumlah waktu aktif bergerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

G.Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi dari latar belakang diatas,

maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini di batasi di sekitar

pemecahan masalah pembelajaran sebagai akibat keterbatasan jumlah waktu aktif

belajar siswa di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung.

H. Definisi Operasional

Seringkali dalam pemahaman tentang pengertian sebuah istilah dari

seseorang berbeda-beda, sehingga tidak jarang menimbulkan kekeliruan dalam

penafsiran. Untuk menghindari kekeliruan penafsiran dalam penulisan judul dan

isinya, penulis menggunakan istilah-istilah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Menurut Mahendra, (2012:3) Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah

proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan

perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta

(16)

2. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa ”pendekatan bermain adalah

pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”.

3. Menurut Suherman, (1998;2) Jumlah Waktu Aaktif Belajar adalah total waktu

aktif dari setiap kegiatan pembelajaran yang menjadi fokusnya adalah kegiatan

yang dilakukan oleh mayoritas siswa yang sedang terlibat dalam kegiatan

(17)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tujuan Operasional Penelitian

Mengkaji dan mengimplementasikan pendekatan bermain untuk

meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa dalam pembelajaran

pendidikan jasmani di SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung.

B.Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VA SDN Sukarasa 3 dan 4

Bandung dengan jumlah siswa 39 orang.

C.Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Acton Research sebagai cara untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada. Menurut Hidayat, (2011;6) menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan kelas

adalah sebuah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik

pembelajaran oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis dan refleksi

atas hasil tindakan tersebut”. Dalam pelaksanaannya penelitian tindakan kelas

melakukan perbaikan berupa tindakan terhadap sebuah kajian atau permasalahan

yang menyangkut proses pembelajaran untuk meningkatkan mutu serta praktik

pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai praktisi pembelajaran berdasarkan

sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di lapangan untuk segera dikaji

dan ditindak lanjuti secara reflektif, partisipatif, dan kolaboratif (Suwarsih,

1994:23).

Lebih lanjut Kunandar (2012: 44) mendefinisikan penelitian tindakan kelas

sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang

sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersamas-sama dengan dengan orang

lain (kolaborasi), dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan

(18)

atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu

tindakan (tertentu) dalam satu siklus.

Jadi, dapat berdasarkan keterangan beberapa ahli diatas memberikan

kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan

oleh guru sebagai praktisi pendidikan yang dilakukan untuk merefleksi

kendala-kendala atau permasalahan yang muncul dalam situasi pembelajaran guna

meningkatkan mutu praktik dan mutu hasil pembelajaran di kelas.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tindakan kelas adalah berupa

sebuah refleksi terhadap berbagai permasalahan yang dialami siswa dalam proses

pembelajaran yang dapat menghambat atau mengurangi mutu praktik pendidikan

di sekolah. Berkaitan dengan peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa

penelitian ini sangan tepat untuk digunakan mengingat sasaran utama penelitian

ini tertuju pada siswa dalam proses pembelajaran dalam situasi pembelajaran

secara langsung di sekolah dengan guru sebagai aktor utama atau pelaku

penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur atau refleksi diri terhadap

kinerja dan aktifitas mengajarnya.

D.Setting Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian adalah di daerah lingkungan sekolah SDN

Sukarasa 3 dan 4 Bandung yaitu berupa halaman sekolah dengan luas lapangan

20x15meter.

E.Langkah-langkah Penelitian

Menurut Kurt Lewin dalam Yusuf Hidayat (2009;34) mengungkapkan

tahapan penelitian tindakan yang digunakan dalam PTK terdiri dari 4 komponen

yang menunjukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perencanaan atau planning

2. Tindakan atau acting

3. Pengamatan atau observing

(19)

36

Berdasarkan langkah-langkah penelitian tindakan maka untuk

mempermudah alur penelitian dibuatlah skema prosedurnya. Skema yang

prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan merujuk kepada tahapan

penelitian yang dikemukakan Kurt Lewin dalam Hidayat, Yusuf, (2009;34) maka

satu siklus tindakan memuat langkah-langkah membuat rencana tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan

Tindakan 1

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Tindakan 2

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

(20)

Merujuk pada langkah-langkah PTK yang sudah dipaparkan secara

jelaskan di bab sebelumnya, maka langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan pada perencanaan

adalah sebagai berikut:

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), untuk membuat

RPP ini peneliti mengkaji tentang substansi dan struktur penulisan RPP

sebagaimana yang tertuang dalam tata cara membuat dan

mempersiapkan RPP untuk sekolah dasar dan menengah kita haruslah

mengacu pada peraturan yang ada dan telah di legitimasi oleh pihak

yang berwewenang dalam hal ini pemerintah. Berdasar pada

PERMENDIKNAS NOMOR 41 TAHUN 2007 Tentang STANDAR

PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN

MENENGAH, RPP yang di buat oleh guru harus sesuai dengan

komponen RPP dan prinsip-prinsip penyusunannya. Dalam permen

tersebut dijelaskan tentang struktur dan substansi penulisan RPP

sebagai berikut:

1) Standar Kompetensi

2) Kompetensi Dasar

3) Indikator

4) Tujuan Pembelajaran

5) Materi Pembelajaran

6) Metode Pembelajaran

7) Langkah-langkah Pembelajaran

8) Media Pembelajaran

9) Evaluasi Pembelajaran

b. Mempersiapkan sarana dan prasarana dan alat-alat pembelajaran.

Model-model dalam permainan dasar dibagi menjadi dua yaitu

(21)

38

digunakan dalam permainan dasar ini merupakan alat yang dimainkan siswa

sesuai tuntutan permainannya. Misalnya:

1) Permainan bola batas – bola 2) Melompati tali – tali

3) Memindahkan kantong kacang – kantong-kantong kecil dari kain yang diisi dengan kacang atau pasir

4) Menemukan sarang – matras atau ban bekas yang disebar di lapangan

c. Membuat time schedule penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan

d. Membuat format-format observasi pelaksanaan dan hasil pembelajaran.

Format observasi yang dibuat dalam penelitian ini adalah format

observasi tentang semua hal yang menyangkut tindakan-tindakan yang

dilakukan guna mencapai peningkatan jumlah waktu aktif belajar yang

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran

e. Menyiapkan observer (kesediaan observer, apa yang harus dilakukan

observer, membuat kesepakatan dan kesepahaman tentang hal-hal yang

diteliti). Dalam konteks penelitian ini, yang harus dipahami dan

disepakati secara bersama antara peneliti dan observer adalah: (1)

hakikat waktu aktif belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani (2)

hakikat pembelajaran permainan dasar (3) kesepahaman tentang

format-format observasi. Ketiga hal yang harus dipahami dan disepakati

bersama ini selain dilakukan dengan cara mempelajari dan mengkaji

(membaca), juga dilakukan dengan cara diskusi antara peneliti dan

observer. Tingkat keluasan dan kedalaman minimal yang harus dimiliki

atau dikuasai oleh observer dan peneliti dari ketiga hal tersebut diatas

adalah sebagaimana yang sudah tertulis pada bagian tinjauan teori bab

II (dua) pada penelitian ini. Kesepakatan yang harus disepakati dalam

penelitian ini adalah mengenai substansi yang merupakan

indikator-indikator tentang variabel yang diteliti berdasarkan definisi operasional

(22)

Kegiatan-kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan penelitian adalah menerapkan tindakan yang mengacu dalam

skenario yang direncanakan dalam perencanaan diatas. Dalam pelaksanaannya peneliti berperan sebagai aktor (guru) yang secara langsung bertindak di lapangan melakukan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan pendekatan bermain.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Peneliti menerapkan pendekatan bermain dalam pembelajaran

penjas yang telah dirancang dalam skenario pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran.

2. Peneliti melakukan proses pembelajaran secara langsung di

lapangan sekaligus melakukan pengamatan terhadap seluruh siswa yang sedang melakukan aktivitas pembelajaran.

3. Peneliti mencatat segala bentuk kegiatan, kejadian, serta

kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran kedalam lembar observasi yang telah disiapkan.

3. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan pada

saat proses Pembelajaran berlangsung dengan menggunakan alat ukur

berupa lembar pengamatan dan evaluasi (daftar nilai) yang telah

disediakan. Dalam kegiatan tersebut peneliti bersama mitra peneliti

mengamati, menelaah dan memahami apa yang terjadi pada saat proses

pembelajaran. Langkah-langkah observasi dilakukan dengan cara:

1. Observasi langsung, yaitu peneliti dan mitra peneliti (observer)

mengamati seluruh aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam

proses pembelajaran.

2. Observasi tidak langsung, yaitu observasi yang dilakukan dengan

cara mengamati objek-objek yang diteliti melalui catatan-catatan

lapangan hatau hasil berupa daftar nilai serta hasil dokumentasi

(23)

40

3. Pengamatan terhadap pelaku, yaitu pengamatan terhadap sikap dan

perilaku siswa dalam proses pembelajaran yang berhubungan

langsung dengan perubahan perilaku sebagai akibat dari proses

pembelajaran.

4. Refleksi

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis

secara bersama-sama kemudian direfleksikan dengan cara:

1. Melakukan evaluasi tindakan telah dilakukan.

2. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus berikutnya.

3.

F. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan menggunakan:

a. Pedoman observasi dalam bentuk format yang telah dibuat untuk

mengumpulkan data berbagai informasi dalam upaya meningkatkan jumlah

waktu aktif belajar siswa dalam pemebelajaran pendidikan jasmani.

Adapun format observasi yang digunakan dalam penelitian ini merujuk

kepada group time sampling yang dikembangkan oleh Suherman (1998:26)

seperti di bawah ini:

Tabel 3.2 Format Observasi Group Time Sampling

(24)

Prosentase A :

Prosentase B :

Prosentase C :

Keterangan:

A : menunjukan jumlah siswa yang berperilaku baik sesuai dengan tuntutan

perilaku umum yang diinginkan oleh guru dalam pembelajaran penjas.

B : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas tugas gerak sesuai

dengan harapan guru.

C : menunjukan jumlah siswa yang melakukan aktivitas gerak sesuai

pembelajaran.

Prosedur observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Dimulai 20 menit awal ke 1 (waktu yang tersedia kurang lebih 5 menit),

observer mengamati aspek A dari siswa yang berada dibarisan paling kiri

sampai barisan paling kanan. Observer menghitung jumlah siswa yang

berperilaku sesuai dengan aspek A. Dibutuhkan waktu kurang lebih 30

detik. Jika terjadi perubahan pada siswa yang sudah teramati, misal

disebelah kiri, hal itu diabaikan saja.

2) Setelah aspek A teramati, lakukian pengamatan terhadap aspek B dan C

seperti halnya mengamati aspek A. Begitu seterusnya sampai menit ke 4

pada 20 menit awal KBM. Dengan demikianpada setiap periode berarti

berjumlah 5 menit dan untuk mengamati ketiga aspek hanya dibutuhkan

90 detik saja.

3) Lakukan observasi sampai 5 menit ke 4 di 20 menit akhir KBM

dilaksanakan.

b. Wawancara yaitu peneliti dibantu observer melakukan wawancara kepada

siswa yang diteliti untuk memperoleh keseluruhan informasi yang diperlukan

untuk mncari solusi atas permasalahan yang telah diajukan.

c. Data perubahan perilaku siswa dalam hal peningkatan jumlah waktu aktif

(25)

42

G.Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini instrument yang digunakan adalah

observasi/pengamatan untuk guru, catatan lapangan, dan lembar observasi

digunakan oleh kolaborator untuk mengamati guru pada saat KBM

berlangsung.

Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan 3 (riga) siklus

yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan

waktunya 2 x 35 menit. Masing-masing siklus dilaksanakan dan dilengkapi

dengan instrument atau alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar

refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.

H.Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mempergunakan teknik analisis data

kualitatif, secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menelaah seluruh data yang telah telah terkumpul, penelaahan dilakukan

dengan cara menganalisis, memahami, menerangkan, dan menyimpulkan

data yang telah didapat.

2. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorikan

dan pengklasifikasian hasil yang diperoleh berupa pola-pola dan

kecenderungan-kecenderungan yang berlaku dalam pelaksanaan

pembelajaran.

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa implementasi pendekatan bermain pada mata pelajaran

pendidikan jasmani dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar gerak siswa

kelas VA SDN Sukarasa 3 dan 4 Bandung. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

tindakan yang dilakukan melalui 3 siklus penelitian yang sebelumnya

dilaksanakan tahap pra observasi yaitu sebelum menerapkan pendekatan bermain

yang dijadikan sebagai perbandingan ketika siklus dilaksanakan yaitu setelah

menerapkan pendekatan bermain. Prosentasi jumlah waktu aktif belajar pada

tahap pra observasi menunjukan nilai 42% meningkat 6% dari pelaksanaan siklus

I tindakan I yaitu menjadi 48% dan meningkat pula 4% dalam tindakan II menjadi

52%. Serta terjadi peningkatan pula pada siklus II tindakan I sebesar 4% menjadi

56% serta pada tindakan II sebesar 2% menjadi 58% dan terjadi peningkatan pula

pada siklus III tindakan I sebesar 11% menjadi 69% dan pada tindakan akhir yaitu

tindakan II menghasilkan peningkatan sebesar 11% menjadi 80% siswa aktif

dalam proses pembelajaran.

B.Saran

Setelah memperhatikan kesimpulan di atas maka selanjutnya peneliti

memeberi saran sebagai berikut:

1. Hendaknya sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, tujuan

pembelajaran serta materi ajar yang akan di berikan di persiapkan terlebih

dahulu dengan matang agar dalam pelaksanaannya tujuan pembelajaran dapat

tercapai serta materi ajar yang akan diberikan dapat dikuasai dengan baik dan

difahami oleh siswa.

2. Persiapan yang baik terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan

(27)

64

prasarana serta skenario pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa akan

dapat meminimalisir kendala yang dapat diakibatkan oleh kurang tercukupinya

kebutuhan yang diperlukan.

3. Ketika ada siswa yang terlihat bermalas-malasan serta melakukan tugas gerak

dengan asal-asalan pemberian motivasi untuk meningkatkan antusias siswa

dalam mengikuti pembelajaran akan mampu meningkatkan minat serta antusias

siswa untuk melaksanakan pembelajaran dengan baik.

4. Buatlah pembelajaran materi pendidikan jasmani yang kreatif serta inovatif dan

melayani kebutuhan siswa untuk menyalurkan hasratnya akan gerak melalui

situasi permainan agar siswa tidak merasa jenuh dalam proses KBM.

5. Bentuk situasi pembelajaran yang menyenangkan yang dapat membuat guru

dan siswa dapat berbaur bersama-sama menjadi satu dalam pembelajaran

ketika pembelajaran berlangsung agar tercipta situasi pembelajaran yang lebih

bersahabat. Sehingga tujuan pembelajaran dalam proses balajar mengajar dapat

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abduljabar, Bambang. (2009), Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: FPOK-UPI.

Agustian, Ari ginanjar (2001). Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual: ESQ Emotional Spiritual Quotien. Jakarta: Arga

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

Bahagia, Y. Suherman A. (2002. Prinsip-prinsip pengembangan dan modifikasi cabang olahraga. Jakarta: Direktorat Jendra Pendidikan Dasar dan Menengah, depdiknas.

Budingsih, Asri. (2004). Pembelajaran Moral. Jakarta: Rineka Cipta

Bredekamp, S. (1987). Developementally Approproate Practice in early Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8.

Washingtong: NAYEC.

Cholik M., Toho dan Lutan, Rusli, (1996). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Bagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Gestwicky, C. (2007). Developement Appropriate Practice: curriculum And Developement In Early Education. Clifton Park: Thompson Delmar Learning.

Hartinah, Sitti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama

Hidayat, Yusuf, (2011), Pedoman Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Dalam pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan. Bandung: FPOK-UPI.

Husdarta, H.J.S (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.

Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi guru. Jakarta: PT Raja grafindo Persada.

Mahendra, Agus, (2012), Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK-UPI.

Ma’mun, Amung, (2011), Kepemimpinan dan Kebijakan Pembangunan

Olahraga. FPOK-UPI. Bandung.

(29)

66

Suherman, Adang, (1998), Revitalisasi Keterlantaran Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. IKIP Bandung Press.

Suherman, Adang, (2009), Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Wali Artika.

Supandi (1990). Strategi Belajar mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Depdikbud Dirjen Dikti.

Rudiana, (2009), Never Ending Smart Tidak ada Alasan Untuk Bodoh. Bandung: Rumah Cerdas Indonesia.

Sukidin. et al. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman penuliasan Karya Ilmiah.

Bandung: Upi Press.

Wiratmadja, R. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Skripsi:

Anwar. (2012). Impelemntasi Model Pembelajaran Inquiri untuk meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Pada Aktivitas Ritmik. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saryem. (2011). Modifikasi Alat pembelajaran Permainan Bola Volly Dalam Upaya Meningkatkan Jumlah Waktu Aktif Belajar Siswa. Skripsi sarjana Pendidikan pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Septian, Wildan R. (2013). Pengaruh penerapan sport likes games terhadap jumlah waktu aktif belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sumedang dalam mengikuti pembelajaran Penjas. Skripsi sarjana Pendidikan Pada FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Website:

Suherman, A. dan Bahagia, Yoyo. (2000). Hakikat Pendekatan Bermain.[Online]. Tersedia: http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html[28 Maret, 2013]

Wahjoedi (1999). Pengertian Pendekatan Bermain. [Online]. Tersedia: http://www.AsianBrain.com/index.php?aff_code=487381 [28 Maret 2013]

Gambar

Tabel 3.2 Format Observasi Group Time Sampling

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan komposisi media berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit dan jumlah daun, namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, volume akar, bobot kering

B USAHA REPLIKA PESAWAT SEMAKIN MENGEMBANGKAN SAYAP. : IMOGIRI GERBANG

komposisi media tanam yang tepat merupakan langkah awal yang sangat menentukan. bagi keberhasilan budidaya tebu yang akhirnya akan

Negosiasi harga dilakukan terhadap 2 (dua) penyedia secara terpisah sampai dengan mendapatkan harga yang terendah dan dinilai wajar serta dapat dipertanggungjawabkan

Perihal : Undangan Pembuktian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Jasa Konsultansi Pendirian Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Muara Enim (Lelang Ulang).. Dengan ini

Apabila rasa keadilan dalam penyaluran bantuan yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga bagi penyintas maka potensi konflik antar warga, terutama bagi aktor pembagi bantuan

 Kerugian terjadi secara langsung dari benih yang terinfeksi atau terjadi dalam jangka panjang setelah patogen mampu bertahan pada gulma, sisa tanaman atau di tanah. 

Specifications of research that will be used is de - scriptive analytical, which will provide exposure on the procedure and implementation of the com- pletion ordinary