• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLATIHAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU AKSARA MELALUI STRATEGI PERMAINAN BAHASA PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLATIHAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU AKSARA MELALUI STRATEGI PERMAINAN BAHASA PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara

Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh A RIZWAN

1000965

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)

oleh

A . Rizwan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© A . Rizwan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MELALUI STRATEGI PERMAINAN BAHASA PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara

Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Drs. Encep Kusumah, M.Pd. NIP 196502101991121001

Pembimbing II,

Rosita Rahma, M.Pd. NIP 198503022012122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

(4)

DAFTAR ISI

2. Pengertian Membaca Permulaan ... 10

3. Tujuan Membaca Permulaan... 10

4. Langkah-Langkah Membaca Permulaan... 11

5. Pembelajaran Membaca Permulaan ... 11

B. Strategi Permainan Bahasa ... 12

1. Pengertian Strategi Permainan Bahasa... 12

2. Prinsip-Prinsip Strategi Permainan Bahasa ... 13

3. Macam-Macam Strategi Permainan Bahasa ... 14

4. Kelebihan dan Kekuranga Strategi Permainan Bahasa ... 16

C. Konsep Media Pembelajaran... 17

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 17

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 20

3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 20

4. Kartu Aksara Sebagai Media Ajar Bagi Penyandang Tunaaksara ... 22

D. Pendidikan Keaksaraan Fungsional ... 25

1. Prinsip Dasar Pendidikan Keaksaraan Fungsional ... 25

(5)

4. Pendidikan Andragogi ... 30

F. Penelitian yang Relevan ... 31

1. Penelitian yang Menggunakan Media Kartu Bergambar ... 32

2. Penelitian Tentang Membaca Permulaan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 34

B. Desain Penelitian... 35

C. Subjek Penelitian dan Data Penelitian... 36

D. Definisi Oprasional... 36

E. Teknik Pengumpulan Data... 37

F. Teknik Pengelolaan Data dan Teknik Analisis Data... 38

G. Instrumen Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Baseline-1(A1) ... 59

1. Hasil Penelitian Baseline 1... 59

2. Pembahasan Baseline 1 ... 69

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Treatment (B) ... 80

1. Hasil Penelitian tindakan... 80

2. Orientasi Strategi Permainan Bahasa melalui Media Kartu Aksara 82 3. Pembahasan Hasil Treatment (B) ... 84

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Baseline-2 (A2)... 85

1. Hasil Penelitian Baseline 2... 85

2. Pembahasan Baseline 2 ... 95

D. Pembahasan rata-rata Hasil Penelitian ... 103

1. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 109

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(6)

Perlatihan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Kartu Aksara melalui Strategi Permainan Bahasa

pada Penyandang Tunaaksara Tingkat Dasar

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal

terhadap Warga Belajar Tunaaksara Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)

Abstrak

Penelitian ini berdasar dari tiga permasalahan yang terdapat pada

pembelajaran membaca permulaan untuk andragogi, yakni tutor atau pengajar

kesulitan menemukan ide kreatif mengajarkan membaca permulaan sehingga waktu

pembelajaran tidak efektif, penggunaan metode pembelajaran yang kurang

menekankan interaksi antara sesama warga belajar, dan penggunaan media

pembelajaran yang kurang kreatif. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan

keterampilan warga belajar dalam membaca permulaan dengan media kartu aksara

melalui strategi permainan bahasa. Metode yang digunakan adalah penelitian

eksperimen subjek tunggal. Penelitian dilakukan di PKBM Kinanti, Jayagiri. Subjek

dalam penelitian ini adalah warga belajar tunaaksara tingkat dasar yang berjumlah

tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan keterampilan warga

belajar tunaaksara tingkat dasar dalam kemampuan membaca.

Kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di

PKBM Kinanti pada kondisi awal atau baseline-1, skor yang diproleh dengan

rata-rata 94,33 dari total skor keseluruhan 220. Pada kondisi akhir atau baseline-2 skor

kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di PKBM

Kinanti diproleh skor rata-rata 163,33 dari total skor keseluruhan 220. Jika

dipersentasekan hasil rata-rata skor kemampuan membaca permulaan warga belajar

tunaaksara tingkat dasar di PKBM Kinanti, memperoleh 42,87% pada kondisi awal atau baseline-1 dan 74,24% pada kondisi akhir atau baseline-2 setelah mendapat

treatment (B). Rata-rata persentase skor A-1 dan A-2 memperlihatkan peningkatan

(7)

Kinanti selisih 31,37%. Ini membuktikan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa memberi dampak positif .

Training of previous reading with the Literacy Card through Strategy Language Games

on Disability illiterate Basic Level

(Single Subject Research Experiment

against Tunaaksara Basic Level citizens to learn in PKBM Kinanti)

abstract

This research based on three problems contained in the learning reading beginning to Andragogy, that tutor or teacher difficulty finding creative ideas to teach reading the beginning so that instructional time is not effective, the use of teaching methods that do not emphasize the interaction between fellow citizens to learn, and using of learning media who less creative. The research seeks to increasing reading skills of the learners in the beginning of with the script through the media card game strategy language. The method used is a single subject experimental research. The study was conducted at PKBM Kinanti, Jayagiri. Subjects in this study were residents learn illiterate basic level, amounting to three people. The results showed an increase in the skills people learn illiterate basic level in reading skills.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama bertahun-tahun, gagasan keaksaraan terus berkembang. Konsep

konvensional terbatas oleh kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang

masih digunakan secara luas, serta gagasan keaksaraan fungsional yang

menghubungkan keaksaraan dengan pembangunan sosial-ekonomi. Tetapi untuk

memahami "melek" atau "kemahiran" literasi telah muncul untuk mengatasi

kebutuhan belajar beragam individu dalam masyarakat pengetahuan berorientasi

dan global.

Hari Aksara Internasional tahun 2013 didedikasikan untuk ‘kemahiran

untuk abad ke-21’ untuk menyoroti kebutuhan untuk mewujudkan "keterampilan

keaksaraan dasar untuk semua" serta melengkapi semua orang dengan lebih

keterampilan literasilanjutan sebagai bagian dari belajar sepanjang hayat.

Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO mengemukakan bahwa literasi

jauh lebih dari prioritas pendidikan - itu adalah investasi utama di masa depan dan

langkah pertama menuju semua bentuk-bentuk baru melek diperlukan dalam abad

kedua puluh satu. Dalam hal ini, UNESCO ingin melihat satu abad dimana setiap

anak dapat membaca dan menggunakan keterampilan ini untuk mendapatkan

otonomi (UNESCO, 2013)

Hampir selama lebih dari 40 tahun sekarang, UNESCO telah merayakan

Hari Aksara Internasional di setiap tanggal 8 September untuk mengingatkan

masyarakat internasional bahwa keaksaraan merupakan hak asasi manusia dan

dasar dari semua pembelajaran. Literasi itu penting, ini dikarenakan literasi

(9)

pembangunan sosial dan manusia. Kesempatan pendidikan tergantung pada

keaksaraan.

Literasi adalah jantung pendidikan dasar, dan penting untuk memberantas

kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, membatasi pertumbuhan

penduduk, pencapaian kesetaraan gender dan memastikan pembangunan

berkelanjutan, perdamaian dan demokrasi. Ada alasan bagus mengapa keaksaraan

merupakan inti dari Pendidikan untuk Semua (UNESCO, 2013).

Sebuah pendidikan dasar yang berkualitas baik melengkapi pembelajar

dengan keterampilan keaksaraan untuk hidup dan belajar lebih lanjut; orang tua

melek huruf lebih mungkin untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah; orang

terpelajar lebih mampu mengakses melanjutkan kesempatan pendidikan; dan

masyarakat melek huruf lebih baik diarahkan untuk memenuhi menekan

pembangunan.Senada dengan pernyataan Sekjen UNESCO mengenai literasi,

Harras (2012) mengakui bahwa minat baca bagi sebagian besar bangsa Indonesia

masih merupakan sebuah persoalan. Aktivitas membaca buku serta berbagai jenis

bacaan lainnya masih belum menjadi bagian dari budaya masyarakat negeri ini.

Indikator yang biasanya dijadikan tolak ukurnya antara lain rendahnya jumlah

penerbitan buku yang dihasilkan oleh para penerbit serta sepinya masyarakat kita

mengunjungi perpustakaan. Ada sejumlah hipotesis yang kerap dimunculkan para

pendidik serta pengamat ihwal rendahnya minat baca bangsa ini. Salah satunya

misalnya menyatakan penyebab rendahnya minat baca bangsa ini karena tradisi

kelisasnan (orality) masih merupakan bottle neck dalam kantong memori

linguistik mereka. Seperti kita ketahui secara historis-kultural masyarakat kita

mengantongi warisan budaya lisan yang hampir memfosil. Hampir berabad-abad

lamanya prilaku komunikasi masyarakat kita lebih banyak berlangsung dalam

(10)

Membaca di Indonesia, merupakan persoalan yang krusial. Data Badan

Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 mengenai sumber untuk mendapat

informasi dari membaca koran dan majalah hanya 23,5%. Artinya membaca

untuk mendapatkan akses informasi hanya 23,5% penduduk Indonesia. Dilihat

dari hal tersebut, betapa kurangnya keterbutuhan masyarakat Indonesia terhadap

membaca (BPS, 2007)

Ahmad Heriyawan, Gubernur Jawa Barat mengumukakan bahwa yang

menjadi fokus survei IPM (Indeks Pembangunan Manusia), melalui jenjang

pendidikan SMP-IPM dan SMK-IPM secara menyeluruh di Jabar, selanjutnya

AMH (angka melek huruf) penduduk jawa Barat usia 15 tahun ke atas pada 2013

sebesar 96,49 persen dan dibandingkan tahun baseline 2007, AMH 2013

mengalami peningkatan sebesar 1,17 persen (inilahkoran, 2013). Pernyataan

Gubernur Jabar pun, sedikit menjadi angin segar dalam kemajauan pendidikan

keaksaraan yang meningkat dalam presentase AMH. Tetapi meskipun begitu

masih ada sekitar tiga persen lebih masyarakat Jabar yang belum melek huruf.

Artinya bila dikalikan jumlah penduduk Jabar 46.497.175 juta jiwa kurang lebih

1.632.050 juta jiwa yang masih digolongkan tunaaksara (inilahkoran, 2013).

Tingkat membaca masyarakat Indonesia yang minim memang terbentuk

oleh budaya lisan yang kuat sehingga muncul benih-benih tunaaksara yang

berkembang akibat sifat aliterat-nya setiap individu dengan tidak mengasah

kemampuan membacanya. Ini membuat asumsi peneliti bahwa adanya

masyarakat Indonesia yang tunaaksara, perlu perhatian lebih dari Pemerintah

secara lebih. Walau pun telah diupayakan oleh Pemerintah dengan dicanangkan

Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PBA) melalui

Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006. Gerakan ini memberikan landasan dan

(11)

langsung dengan pemberantasan tunaaksara untuk mendayagunakan seluruh

potensi dalam menuntaskan tunaaksara.

Adapun fakta lain yang bertolak belakang dengan GNP-PBA tak sejalan

yaitu mengenai terbatasnya jumlah modul sebagai bahan ajar serta kesempatan

mengikuti pelatihan menyebabkan para tutor mengalami kesulitan memulai dan

mengelola proses pembelajaran. Masyarakat yang ada, sudah menginjak usia

lanjut terkadang tidak mengerti jika tutornya mengunakan bahasa Indonesia

sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadi alasan

utama mengapa sangat perlunya pembinaan keaksaraan pada warga belajar di

daerah tertinggal. Tidak hanya sebuah pembinaan bahasanya tetapi pada fungsi

bahasa tersebut sebagai alat komunikasi antar individu.

Selain itu, banyaknya masyarakat tunaaksara di Indonesia disebabkan

adanya pertambahan penduduk tunaaksara baru yang belum dicacah sebelumnya,

adanya penduduk yang putus belajar sekolah dasar menjadi tunaaksara kembali

karena ketidakadaan bahan bacaan yang memadai dalam arti yang mampu

membangkitkan minat baca masyarakat, luas wilayah pelayanan dan sulitnya

transportasi mengakibatkan banyak warga masyarakat yang belum terlayani

(Sihombing, 2001). Banyaknya tunaaksara pun disebabkan antara lain karena

warga belajar masih malu dan belum tahu manfaat nyata mengikuti pembelajaran.

Mereka pada umumnya sibuk bekerja mencari nafkah sehingga tidak memiliki

waktu untuk belajar (Muhsin, 2006).

Metode pendekatan belajar keaksaraan, dikembangkan atas dasar

pemikiran bahwa karakter atau orientasi belajar orang dewasa lebih bersifat

praktis dan fungsional serta sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar mereka

(Muhsin, 2006). Penyandang tunaaksara belajar melalui pendekatan andragogi

harus dibuat senyaman mungkin, tidak selalu diformalkan seperti sekolah

(12)

terhadap pembelajaran maupun media pembelajaran serta strateginya. Salah satu

strategi pembelajarannya melalui permaianan bahasa yang dapat menjadi

kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa awal.

Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga tutor dapat

membangun kerangka pembelajaran andragogi dengan permainan bahasa. Dalam

praktiknya dapat dikembangkan dengan media kartu aksara.

Pembelajaran Bahasa Indonesia ditingkat dasar bertujuan meningkatkan

kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam

situasi resmi atau non-resmi, kepada siapa, kapan, di mana, untuk tujuan apa.

Bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan

pada tercapainya kemahirwacanaan. Tujuan membaca permulaan adalah agar

pembelajar dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan

tepat (Depdikbud, 1994/1995: 4).

Membaca permulaan sebagai tahapan proses belajar membaca bagi warga

belajar (WB) pada tingkat dasar. Warga belajar (WB), belajar untuk memperoleh

kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan

dengan baik. Oleh karena itu tutor perlu merancang pembelajaran membaca

dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai satu

yang menyenangkan (Muchlisoh, 1992: 119).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut:

1. Adanya masyarakat yang putus sekolah dari jenjang dasar, berakibat menjadi

penyandang tunaaksara karena tuntutan pekerjaan untuk memenuhi ekonomi

(13)

2. Belum adanya media ajar yang efektif untuk membaca permulaan warga

belajar tunaaksara yang tergolong tingkat dasar terutama pada penyandang

yang berumur dewasa.

3. Belum adanya strategi pembelajaran membuat pembiasaan dalam

kenyamanan belajar membaca warga belajar tunaaksara.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu kemampuan warga belajar

tunaaksara dalam membaca permulaan suatu kesatuan bahasa dimulai huruf,

silaba, kata, hingga kata berimbuhan terkecuali kalimat sederhana yang dipandang

kurang relevan dengan media kartu aksara yang terfokus pada perlatihan

membaca permulaan pada kata.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan awal warga belajar tunaaksara dalam membaca suatu

kesatuan bahasa dimulai huruf, kata dan silaba?

2. Bagaimanakah kemampuan membaca warga belajar saat tutor menerapkan

media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa?

3. Bagaimana kemampuan akhir warga belajar dalam membaca suatu kesatuan

bahasa dimulai huruf, kata dan silaba setelah tutor menerapkan media kartu

akasara dengan strategi permainan bahasa?

4. Bagaimanakah hasil rata-rata serta selisih kemampuan tiap subjek, pada

keseluruhan rangkaian penelitian subjek tunggal modelA1 - B - A2 ?

E. Tujuan Penelitian

(14)

1. untuk mengetahui kemampuan awal warga belajar tunaaksara dalam membaca

suatu kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata, kalimat sederhana.

2. untuk mengetahui kemampuan membaca warga belajar saat tutor menerapkan

media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.

3. untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar dalam membaca suatu

kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata, kalimat sederhana setelah tutor

menerapkan media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.

4. mengetahui hasil rata-rata serta selisih kemampuan tiap subjek, pada

keseluruhan rangkaian penelitian subjek tunggal modelA1 - B - A2.

F. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian tercapai, maka secara umum diharapkan penelitian

ini bermanfaat untuk membuka kesadaran bahwa media pembelajaran itu penting,

terutama media pembelajaran yang secara khusus dirancang fleksibel dengan

keadaan warga belajar tunaaksara. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat

memberikan dua manfaat, yakni manfaat secara teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah:

a. memberi sumbangan secara ilmia dengan menambah, memperluas

cakrawala pengetahuan bidang-bidang metode khususnya metode

pembelajaran membaca permulaan.

b. mendukung teori-teori yang telah ada sebagai salah satu sumber acuan

bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang

media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.

c. secara khusus penelitian ini memberi kontribusi pada strategi

pembelajaran berupa pergeseran dari paradigma mengajar menuju ke

(15)

d. memberi referensi media ajar yang mengadaptasi dari kedekatan dengan

keseharian masyarakan secara sosiologi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Warga Belajar

1) Media kartu aksara akan memper mudah warga belajar (WB) dalam

mengembangkan kemampuan membaca mereka.

2) Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan dengan perpaduan

kartu aksara melalui strategi permainan bahasa.

3) Membantu masyarakat yang tadinya sedikit tahu menjadi tahu bahkan

membuka jendela untuk memberikan kesempatan pada mereka

mengintip luasnya pengetahuan dunia.

b. Bagi Tutor

1) Tutor dipermudah dengan pemakaian media yang sederhana, mudah

dibuat namun cukup efisien sebagai media pembelajaran.

2) Tutor bisa berbaur dengan mudah, karena pendekatan yang digunakan

akan berkorelasi dengan lingkungan pembelajar.

3) Media kartu akasara yang dikembangkan melalui permainan bahasa

akan membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan.

c. Bagi Peneliti

1) Peneliti menambah tata wawasan dalam dirinya bahwa adanya media

kartu aksara melalui strategi permainan bahasa bisa digunakan sebagai

media yang fleksibel dan dekat dengan kehidupan warga penyandang

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (single

subject experiment). Metode eksperimen subjek tunggal berbeda dengan metode

eksperimen lain. Dalam metode ini tidak ada pengelompokan antar kelompok

eksperimen dengan kelompok control karena jumlah subjeknya yang terbatas.

Hasil eksperimen ini disajikan dan dianalisis secara individual (Sukmadinata,

2005: 209).

Metode eksperimen subjek tunggal dipilih karena terbatasnya jumlah

responden yang diteliti, yakni satu sampai tiga orang dan tidak memungkinkan

untuk adanya pembagian kelompok antara kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol. Metode penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang

akan dilakukan, yakni untuk melihat perbedaan secara individu dari subjek yang

diteliti. Selain itu, metode ini merupakan desain eksperimen sederhana yang

menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan individu disertai dengan data

kuantitatif yang disajikan secara sederhana dan terperinci (Herlina, 2009: 11).

Penggunaan metode eksperimen subjek tunggal ini bertujuan untuk

menguji langsung pengaruh penggunaan kartu aksara mealui strategi permainan

bahasa dalam perlatihan membaca permulaan pada penyandang tunaaksara

tingkat dasar di PKBM Kinanti. Eksperimen subjek unggal dipilih dalam

penelitian ini karena sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yaitu

untuk dilihat perubahan prilaku dan perbedaan secara individu dari subjek yang

(17)

warga belajar tunaaksara tingkat dasar dengan penggunaan media kartu aksara

melalui strategi permainan bahasa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

eksperimen subjek tunggal A-B-A. Sukmadinata (2005: 211) mengemukakan

bahwa eksperimen subjek tunggal A-B-A merupakan model desain yang sering

digunakan dalam desain eksperimen subjek tunggal. A adalah lambang dari data

garis dasar (baseline data), B merupakan data perlakuan (treatment data), dan A

ke dua ditujukan untuk mengetahui apakah tanpa perlakuan kegiatan akan

kembali pada keadaan awal, ataukah masih terus seperti dalam keadaan

perlakuan.

Adapun secara visual desain A-B-A Sukmadinata (2005: 211) digambarkan

sebagi berikut:

Tabel 3.1

Desain Eksperimen Subjek Tunggal Model A-B-A

A1

(Baseline 1)

B

(Treatment)

A2

(Baseline 2)

Keterangan:

A1/(Baseline 1), adalah kondisi awal dimana subjek belum mendapatkan perlakuan atau intervensi apapun. Pengukuran fase ini dilakukan sebanyak satu

sesi, dengan durasi waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan.

(18)

melalui strategi permainan bahasa yang diadaptasi dari permainan domino.

Intervensi dilakukan selama satu sesi.

A2/(Baseline 2), adalah pengulangan kondisi baseline 1 sebagi evaluasi sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh pada subjek.

C. Subjek dan Data Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah warga belajar tunaaksara tingkat dasar

berjumlah tiga orang.

Table 3.2

Data Subjek Yang Diteliti

No Nama Umur Pekerjaan

1 Subjek-I 53 Petani

2 Subjek-II 69 Petani

3 Subjek-III 45 Petani

Ketiga warga belajar ini dipilih menjadi subjek penelitian karena selaras

dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, yakni mereka yang masih ada di

tingkat dasar keaksaraan fungsional.

PKBM Kinanti dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah

satu intitusi yang mewadahi penyandang tunaaksara di Desa Jayagiri,

Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Alasan lain, yakni akses

bilitas lokasi yang dekat dan mudah dalam melakukan perizinannya.

2. Data Peneliti

Data primer adalah data yang ada dalam penelitian ini hasil dari penerapan

(19)

kemampuan membaca warga belajar. Sementara itu, yang ada dalam

penelitian adalah hasil observasi yang dilakukan selama perlatihan.

D. Definisi Oprasional

1. Membaca permulaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membaca

yang diperuntukan pada penyandang tunaaksara tingkat dasar di PKBM

Kinanti.

2. Permainan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu strategi

perlatihan untuk penyandang tunaaksara dalam meningkatkan kemampuan

membaca permulaan.

3. Kartu aksara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media pembelajaran

berbentuk kartu bergambar, bisa diadaptasi dari permainan kartu domino.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data di PKBM Kinanti Jayagiri, Lembang.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes

observasi dalam pembelajaran. Warga belajar menggunakan kartu aksara dalam

subuah perlatihan yakni dengan mengyusun kartu aksara berdasarkan gambar

yang dilihat dikartu sebelumnya.

1. Tes Dalam Pembelajaran

Tes ini digunakan untuk mengumpilkan kondisi pada data (A1) baseline-1

dan kondisi pada data kondisi (A2) baseline-2. Tes ini berupa tes dalam

pembelajaran yang di dalamnya dimasukan pertanyaan-pertanyaan sesuai

dengan intrumen yang disiapkan peneliti untuk mengukur kemampuan

membaca permulaan warga belajar. Langkah-langkah pengumpulan data

seperti berikut:

(20)

b. Materi tes yang disisipkan dalam pembelajaran, guna warga belajar

tidak tertekan akan penamaan tes.

c. Menyiapkan format penilaian sebagai pedoman untuk melakukan

penilaian berupa skor kemampuan warga belajar.

d. Data yang diambil diproleh dari hasil tes menggunakan tanda jawab

saat pembelajaran. Nilai 1 digunakan jika subjek dengan tepat

menjawab pertanyaan dengan tepat dan nilai 0 jika subjek salah dalam

menjawab pertanyaan.

e. Menyiapkan materi berupa kartu aksara untuk perlakuan atau

intervensi yang akan diberikan kepada subjek.

2. Observasi

Peneliti mengadakan pengamatan terhadap pembelajaran yang sedang

berlangsung. Kegiatan tersebut berkenaan bagaimana cara tutor mengajar dan

WB belajar. Selain itu, observasi memungkinkan peneliti menarik kesimpulan

ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, pristiwa, atau proses

yang diamati. Observasi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana proses

belajar mengajar yang sedang berlangsung serta mengetahui materi apa yang

tepat dijadikan bahan penelitian.

Observasi yang dilakukan adalah observasi non pantisipan, dimana

observer tidak ikut serta secara langsung dan terpisah kedudukannya hanya

sebagai pengamat.

F. Teknik Pengelolaan Data dan Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengelolaan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik pengelolaan data primer

dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa hasil

(21)

pascates yang dilakukan terhadap tiga orang tunaaksara tingkat dasar.

Sedangkan data sekunder berupa hasil observasi yang akan dijelaskan pada

BAB IV.

Teknik pengelolaan data dalam penelitian ini mengunakan pengukuran

persentase yang merupakan pengukuran variable terikat yang digunakan oleh

peneliti dan tutor untuk mengukur prilaki dalam bidang akademik maupun

sosial (Jubaedah, 2008: 47). Persentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal

yang benar dibagi jumlah soal keseluruhan dikali seratus persen.

Tabel 3.3

Arti Tingkat Penguasaan yang Warga Belajar Capai

(sumber: Mulyati, (2012).Modul MMP)

Keterangan:

Apabila tingkat penguasaan warga belajar mencapai 80% ke atas, baik. Tetapi

bila tingkat penguasaan warga belajar masih di bawah 60%, berarti warga

belajar harus mengulangi kegiatan belajar, terutama bagian yang belum warga

belajar kuasai.

90% - 100% Baik Sekali

76% - 89% Baik

60% - 75% Cukup

(22)

2. Teknik Analisis Data

Analisi data merupakan tahapan terakhir menarik sebuah simpulan.

Menurut Sunarto pada penelitian subjek tunggal biasanya dilakukan stasistik

deskriptif yang sederhana.

Setelah data terkumpul maka selanjutnya akan dianalisis dengan

perhitungan tertentuyang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Adapun langkah yang dilakukan dalam analisi data tersebut adalah:

a. Menskor pada hasil penilaian kondisi baseline-1.

b. Menskor pada hasil penilaian kondisi intervensi.

c. Menskor pada hasil penilaian kondisi baseline-2.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diproleh pada kondis

baseline-1, intervensi dan baseline-2.

e. Membandingkan hasil skor dari yang telah diproleh pada kondis

baselin-1, intervensi dan baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik sehingga bisa dilihat secara

langsun perubahan yang terjadi.

g. Membuat analisi kondisi dan antar kondisi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk peneliti dalam

pengumpulan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalan arti

lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Intrumen yang

dipergunakan sebagai berikut.

1. Tes

Tes yang dipergunakan merupakan tes lisan yang tersisip dalam

pembelajaran. Tes dalam penelitian ini terdiri atas prates dan pascates, serta

(23)

yang dimunculkan dalam perlatihan tersebut sebagai intervensi. Prates diberikan

pada kondisi baseline-1, yaitu pada saat warga belajar belum mendapatkan

intervensi dengan menggunakan media kartu aksara melalui strategi permainan

bahasa. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan sejauh mana

kemampuan awal warga belajar dalam kemampuan membaca permulaan.

Selanjutnya pada tahap intervensi warga belajar diberikan perlatihan membaca

permulaan menggunakan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa

yang mengadaptasi permainan kartu domino bergambar yang disusun sesuai kata

yang dimunculkan. Pascates diberikan pada kondisi baseline-2 untuk

mengevaluasi sejauh mana perkembangan kemampuan warga belajar setelah

mendapatkan intervensi.

Adapun instrumen yang digunakan dalam prates dan pascates merupakan tes

kemampuan membaca permulaan warga belajar yang dikhususkan pada

keterampilan membaca warga belajar. Instrumen diadaptasi dari langkah-langkah

membaca permulaan oleh Ritawati (1996: 51). Langkah-langkah membaca

permulaan tersebut diuraikan terlebih dahulu menjadi kisi-kisi instrumen

membaca permulaan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Membaca Permulaan

(24)
(25)
(26)

vokal –

Setelah diuraikan menjadi sebuah kisi-kisi, barulah dibuat intrumen assesmen

membaca permulaan. Kisi-kisi membaca permulaan yang mengacu pada adaptasi

dari langkah-langkah membaca permulaan oleh Ritawati, (1996: 51) tesebut

dijadikan dasar sebagai pembuatan instrumen asesmen membaca permulaan

telampirkan pada tabel 3.5.

Selain itu perlu diperhatikan agar perlatihan ini berjalan sesuai dengan

jalurnya, peneliti membuat RPP dalam perlatihan ini. RPP merupakan salah satu

intrumen proses yangmenjadi acuan. Ada dua RPP yang dibuat oleh peneliti

pertama RPP pra tes dan pasca tes serta yang kedua RPP saat dilakukannya

treatment. Kedua RPP terlampir pada table 3.7 dan 3.8 pada lampiran.

2. Observasi

Observasi dilakukan pada saat kegiatan perlatihan berlangsung.

Observasi ini berisi gambaran mengenai proses perlatihan yang diamati.

Dari hasil obsevasi diharapkan memberi gambaran proses perlatihan

(27)

bahasa, pemahaman warga belajar, kendala saat berlangsungnya

perlatihan, dan kejadian penting yang perlu dicatat.

Ada pun yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah Ibu Rika

selaku tutor tetap di PKBM Kinanti, Luckyega selaku Guru PPL dari

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Lisiya Dewi Yuniar

selaku Guru PPL dari Fakultas Ilmu Pendidikan.

Tabel 3.9

Pedoman Observasi Warga Belajar

No Keterangan Ya Tidak

1 WB antusias belajar dengan media kartu aksara

2 WB termotivasi belajar dengan materi dan media kartu aksara

3 WB bersikap responsif terhadap perlatihan

4 WB terlihat kesulitan memahami isi media pembelajaran yang diberikan

5 WB dapat menggunakan media dengan baik

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan bahwa penggunaan kartu aksara melalui strategi permainan bahasa

berdampak positif terhadap kemampuan membaca permulaan bagi warga

belajar tunaaksara tingkat dasar yang berkesulitan membaca permulaan di

PKBM Kinanti, Jayagiri.

Pengamatan dan pencatatan data dalam penelitian ini berbentuk

persentase, dalam tiga tahapan (baseline-1, treatment dan baseline-2).

1. Pada baseline-1 menunjukan kemampuan awal warga belajar yang agak

minim. Banyak huruf yang tertukar dan ada pula kesalahan penyebutan

huruf. Meski begitu, warga belajar merasa nyaman dengan perlakuan tes

yang difungsikan dalam pembelajaran.

2. Pada treatment warga belajar antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Warga belajar diperkenalkan terlebih dahulu terhadap permainan bahasa

yang peneliti sampaikan yaitu permainan domino yang telah

diadaptasikan dan disesuaikan.

3. Pada baseline-2 warga belajar sedikitnya mengangalami peningkatan

kemampuan belajar. Walau hanya sampai dalam tataran kata berimbuhan

namun ada peningkatan 30% dari kemampuan awal membaca permulaan

warga belajar tersebut.

4. Perbedaan kemampuan A1 dan A2 pada warga belajar terlihat signifikan

terutama pada subjek 1 dan subjek 3. Salah satu faktor peningkatan pesat

tersebut terlihat karena kenyamanan dalam mengikuti perlatihan

(29)

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

1. Tutor dapat menerapkan media kartu aksara melalui strategi permainan

bahasa sebagai upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan

membaca permulaan warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar.

2. Tutor dapat berinovasi dalam penentuan kartu aksara yang akan dijadikan

media pembelajaran. Penentuan tersebut harus disesuaikan dengan

kondisi warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar dan kondisi

lingkungannya.

3. Penelitian yang berhubungan dengan penerapan media dan metode

pembelajaran membaca permulaan bagi penyandang tunaaksara

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan Rohani, Akhmad. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka cipta.

Ahmuddiputra, Enuh dan Suyatna Atmaja, Basar. 1986. Pendidikan Orang

Dewasa. Jakarta: Karunika.

Akahdiah, Sabarti. 1991/1992. Studi kearah Peningkatan Kemampuan 3 M/3 R

(The Reading ability of Primary School Children in Jakarta. Dalam

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. Jakarta:

Depdikbud Dirjen Dikti.

Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar g, Ridwin. Sakura H, Zulfahnur Z.F., dan

Mukti U.S. 1992/1993. Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud Dirjen

Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Ardiyani, Dewi Rahmah (2013). Mengeinai Keterampilan Membaca Aksara Jawa

Melalui Model Quantum Learning Dengan Media Kartu Kata Siswa Kelas

III-A SDN Petompon 02 Semarang. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang.

Arief, Zaenudin. 2003. Suatu Petenjuk untuk Pelatih dalam Pendekatan Andragogi, “Konsep, Pengalaman dan Aplikasi”. PBPK Jayagiri: Unit Sumberdaya dan Inovasi.

Arsyad, A.2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Depdikbud.(1992), Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan.

Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1994/1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-Garis Besar

(31)

Depdikbud. 2007. Panduan Pengembangan Pendidikan Keaksaraan Bagi

Masyarakat Penutur Bahasa Ibu. Lembang: BP-PLSP Regional II

Jayagiri.

Hadfield.1986. Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di:

http//pembelajaranclub.[Diakses: 16 juli 2014]

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Harras, H.(2012) Buta Aksara Versus Budaya Membaca. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._

DAN_SASTRA_INDONESIA/196401221989031KHOLID_ABDULLA

H_HARRAS/B han2_Kuliah/Makalah/Buta Aksara Versus Budaya

Membaca.pdf. [Diakses 22 juni 2014].

Heinich, R. 2002. Instructional media and technologi learning, 7th edition. New

Jersey: Prentice hall. [Online]. Tersedia di: http://books.google.com.

[Diakses:16 juli 2014]

Herlina. 2006. Studi Tentang Proses Pembelajaran Program Keaksaraan

Fungsional Di Kelurahan Margasari Kecamatan Margacinta Kota

Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Istihani.(2008).Gebrakan Baru Perguruan Tinggi Berantas Buta Aksara.

Yogyakarta: Aksara.

Juliantara, Ketut.2009. Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi, dan

Karakteristiknya. [Online]. Tersedia di:

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/media-pembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/ tanggal 29 september 2010

(32)

Kusnadi. 2005. Pendidikan Keaksaraan: Filosofi, Strategi dan Implementasi.

Jakarta: Direktorat Pendidikab Masyarakat.

Marzuki, Saleh.2001. Pendidikan Nonformal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhsin, Mokhamat.2006. “Pembelajaran Keaksaraan Fungsional dan Kecakapan Hidup Wrga Belajar”. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1,1, hal 37-41.

Mulyadi (2009). Mengeinai Peningkatan Membaca Melalui Pembelajaran

Koopratif Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Permulaan Senden Kecamatan

Selo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mulyati, Y.2012. Modul membaca dan menulis permulaan. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._

DAN_SASTRA_INDONESIA/YetiMulyati/Bahan2_Kuliah/Makalah/

Modul_MPP.pdf. [Diakses 22 juni 2014].

Nugraha, Dani. (2014) IPM Jabar terus Meningkat. [Online]. Tersedia di:

http://inilahkoran.com/Heryawan%20%20IPM%20Jabar%20Terus%20Me

ningkat%20%20www.inilahkoran.com%20%20Dari%20Bandung%20Unt

uk%20Indonesia.htm. [Diakses 21 juni 2014].

Rahadi, Aristanto. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan

Nasional.

Ritawati Wahyudin, (1996). Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di

Kelas-kelas Rendah SD. Padang. IKIP

Sadiman, Rahardjo, Haryono Anung dan Raharjito . 2003. Media Pendidikan:

Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo

(33)

Sahari.1994. Bahasa dan Sastra Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Schramm, W. 1977. Big Media Little Media. California: Sage Publication Beverly

Hill

Sihombing, Umberto.2001. Masalah, Tantangan dan Peluang. Jakarta: CV

Wirakarsa.

Soepamo. 1998. Metode Permainan Pembelajaran Bahasa Indonesia.[Online].

Tersedia di:

http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/12/metode-permainan-pembelajaran-bahasa.html. [Diakses 17 februari 2014].

Sudjana, N. & Riva’i ,I. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algresindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Supriyadi. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Mengajar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suyatna B. Atmaja. 1997. Metode Penelitian Sosial. PLS FIP IKIP Bandung.

UNESCO. 2013. 40th universery literacy day. [Online]. Tersedia di:

http://en.unesco.org/themes/literacy-all#. [diakses 17 februari 2014]

Gambar

Table 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.9 Pedoman Observasi Warga Belajar

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi BK pada penelitian ini sudah sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menggunakan ternak babi fase grower (25 - 50 kg) diberi pakan mengandung asam amino lysin

Berdasarkan Wawancara dengan Staff Program BKBL PT PLN (Persero) Tbk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau cabang Pekanbaru menyatakan Upaya untuk mengatasi hambatan

Pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan guru yakni berpedoman pada analisis kebutuhan, tujuan pelatihan, rancangan program pelatihan, dan desain pelaksanan pelatihan

Program Aplikasi yang dibuat oleh penulis dalam penulisan ilmiah ini berupa suatu program yang berisi Info penyakit dan pengobatan dengan tanaman obat, Info Hidroterapi yang

Nilai Ekonomi Air Resapan Hutan Lindung Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam (TWA) Deleng Lancuk Untuk Kebutuhan Sektor Rumah Tangga.. Kehutanan

Penerapan Pembelajaran Berbasis Modul pada Mata Pelajaran Kesehatan Ikan di SMK PP Negeri Tanjungsari Sumedang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii ABSTRACT...xiv BAB 1 PENDAHULUAN... 2 Karakteristik dan Morfologi ... aureus pada rongga mulut ... 1 Zat Bioaktif Ekstrak Kulit Buah Pepaya dalam

Keluarga penderita talasemia meningkatkan kemampuan membayar pelayan- an kesehatan, dan menggunakan kemampuan yang di- miliki saat ini untuk membayar premi per bulan pada skema