PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR
(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara
Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh A RIZWAN
1000965
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)
oleh
A . Rizwan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© A . Rizwan 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MELALUI STRATEGI PERMAINAN BAHASA PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR
(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara
Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I,
Drs. Encep Kusumah, M.Pd. NIP 196502101991121001
Pembimbing II,
Rosita Rahma, M.Pd. NIP 198503022012122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
DAFTAR ISI
2. Pengertian Membaca Permulaan ... 10
3. Tujuan Membaca Permulaan... 10
4. Langkah-Langkah Membaca Permulaan... 11
5. Pembelajaran Membaca Permulaan ... 11
B. Strategi Permainan Bahasa ... 12
1. Pengertian Strategi Permainan Bahasa... 12
2. Prinsip-Prinsip Strategi Permainan Bahasa ... 13
3. Macam-Macam Strategi Permainan Bahasa ... 14
4. Kelebihan dan Kekuranga Strategi Permainan Bahasa ... 16
C. Konsep Media Pembelajaran... 17
1. Pengertian Media Pembelajaran ... 17
2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 20
3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 20
4. Kartu Aksara Sebagai Media Ajar Bagi Penyandang Tunaaksara ... 22
D. Pendidikan Keaksaraan Fungsional ... 25
1. Prinsip Dasar Pendidikan Keaksaraan Fungsional ... 25
4. Pendidikan Andragogi ... 30
F. Penelitian yang Relevan ... 31
1. Penelitian yang Menggunakan Media Kartu Bergambar ... 32
2. Penelitian Tentang Membaca Permulaan ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 34
B. Desain Penelitian... 35
C. Subjek Penelitian dan Data Penelitian... 36
D. Definisi Oprasional... 36
E. Teknik Pengumpulan Data... 37
F. Teknik Pengelolaan Data dan Teknik Analisis Data... 38
G. Instrumen Penelitian ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Baseline-1(A1) ... 59
1. Hasil Penelitian Baseline 1... 59
2. Pembahasan Baseline 1 ... 69
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Treatment (B) ... 80
1. Hasil Penelitian tindakan... 80
2. Orientasi Strategi Permainan Bahasa melalui Media Kartu Aksara 82 3. Pembahasan Hasil Treatment (B) ... 84
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Baseline-2 (A2)... 85
1. Hasil Penelitian Baseline 2... 85
2. Pembahasan Baseline 2 ... 95
D. Pembahasan rata-rata Hasil Penelitian ... 103
1. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 109
B. Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perlatihan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Kartu Aksara melalui Strategi Permainan Bahasa
pada Penyandang Tunaaksara Tingkat Dasar
(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal
terhadap Warga Belajar Tunaaksara Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)
Abstrak
Penelitian ini berdasar dari tiga permasalahan yang terdapat pada
pembelajaran membaca permulaan untuk andragogi, yakni tutor atau pengajar
kesulitan menemukan ide kreatif mengajarkan membaca permulaan sehingga waktu
pembelajaran tidak efektif, penggunaan metode pembelajaran yang kurang
menekankan interaksi antara sesama warga belajar, dan penggunaan media
pembelajaran yang kurang kreatif. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan
keterampilan warga belajar dalam membaca permulaan dengan media kartu aksara
melalui strategi permainan bahasa. Metode yang digunakan adalah penelitian
eksperimen subjek tunggal. Penelitian dilakukan di PKBM Kinanti, Jayagiri. Subjek
dalam penelitian ini adalah warga belajar tunaaksara tingkat dasar yang berjumlah
tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan keterampilan warga
belajar tunaaksara tingkat dasar dalam kemampuan membaca.
Kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di
PKBM Kinanti pada kondisi awal atau baseline-1, skor yang diproleh dengan
rata-rata 94,33 dari total skor keseluruhan 220. Pada kondisi akhir atau baseline-2 skor
kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di PKBM
Kinanti diproleh skor rata-rata 163,33 dari total skor keseluruhan 220. Jika
dipersentasekan hasil rata-rata skor kemampuan membaca permulaan warga belajar
tunaaksara tingkat dasar di PKBM Kinanti, memperoleh 42,87% pada kondisi awal atau baseline-1 dan 74,24% pada kondisi akhir atau baseline-2 setelah mendapat
treatment (B). Rata-rata persentase skor A-1 dan A-2 memperlihatkan peningkatan
Kinanti selisih 31,37%. Ini membuktikan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa memberi dampak positif .
Training of previous reading with the Literacy Card through Strategy Language Games
on Disability illiterate Basic Level
(Single Subject Research Experiment
against Tunaaksara Basic Level citizens to learn in PKBM Kinanti)
abstract
This research based on three problems contained in the learning reading beginning to Andragogy, that tutor or teacher difficulty finding creative ideas to teach reading the beginning so that instructional time is not effective, the use of teaching methods that do not emphasize the interaction between fellow citizens to learn, and using of learning media who less creative. The research seeks to increasing reading skills of the learners in the beginning of with the script through the media card game strategy language. The method used is a single subject experimental research. The study was conducted at PKBM Kinanti, Jayagiri. Subjects in this study were residents learn illiterate basic level, amounting to three people. The results showed an increase in the skills people learn illiterate basic level in reading skills.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama bertahun-tahun, gagasan keaksaraan terus berkembang. Konsep
konvensional terbatas oleh kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang
masih digunakan secara luas, serta gagasan keaksaraan fungsional yang
menghubungkan keaksaraan dengan pembangunan sosial-ekonomi. Tetapi untuk
memahami "melek" atau "kemahiran" literasi telah muncul untuk mengatasi
kebutuhan belajar beragam individu dalam masyarakat pengetahuan berorientasi
dan global.
Hari Aksara Internasional tahun 2013 didedikasikan untuk ‘kemahiran
untuk abad ke-21’ untuk menyoroti kebutuhan untuk mewujudkan "keterampilan
keaksaraan dasar untuk semua" serta melengkapi semua orang dengan lebih
keterampilan literasilanjutan sebagai bagian dari belajar sepanjang hayat.
Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO mengemukakan bahwa literasi
jauh lebih dari prioritas pendidikan - itu adalah investasi utama di masa depan dan
langkah pertama menuju semua bentuk-bentuk baru melek diperlukan dalam abad
kedua puluh satu. Dalam hal ini, UNESCO ingin melihat satu abad dimana setiap
anak dapat membaca dan menggunakan keterampilan ini untuk mendapatkan
otonomi (UNESCO, 2013)
Hampir selama lebih dari 40 tahun sekarang, UNESCO telah merayakan
Hari Aksara Internasional di setiap tanggal 8 September untuk mengingatkan
masyarakat internasional bahwa keaksaraan merupakan hak asasi manusia dan
dasar dari semua pembelajaran. Literasi itu penting, ini dikarenakan literasi
pembangunan sosial dan manusia. Kesempatan pendidikan tergantung pada
keaksaraan.
Literasi adalah jantung pendidikan dasar, dan penting untuk memberantas
kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, membatasi pertumbuhan
penduduk, pencapaian kesetaraan gender dan memastikan pembangunan
berkelanjutan, perdamaian dan demokrasi. Ada alasan bagus mengapa keaksaraan
merupakan inti dari Pendidikan untuk Semua (UNESCO, 2013).
Sebuah pendidikan dasar yang berkualitas baik melengkapi pembelajar
dengan keterampilan keaksaraan untuk hidup dan belajar lebih lanjut; orang tua
melek huruf lebih mungkin untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah; orang
terpelajar lebih mampu mengakses melanjutkan kesempatan pendidikan; dan
masyarakat melek huruf lebih baik diarahkan untuk memenuhi menekan
pembangunan.Senada dengan pernyataan Sekjen UNESCO mengenai literasi,
Harras (2012) mengakui bahwa minat baca bagi sebagian besar bangsa Indonesia
masih merupakan sebuah persoalan. Aktivitas membaca buku serta berbagai jenis
bacaan lainnya masih belum menjadi bagian dari budaya masyarakat negeri ini.
Indikator yang biasanya dijadikan tolak ukurnya antara lain rendahnya jumlah
penerbitan buku yang dihasilkan oleh para penerbit serta sepinya masyarakat kita
mengunjungi perpustakaan. Ada sejumlah hipotesis yang kerap dimunculkan para
pendidik serta pengamat ihwal rendahnya minat baca bangsa ini. Salah satunya
misalnya menyatakan penyebab rendahnya minat baca bangsa ini karena tradisi
kelisasnan (orality) masih merupakan bottle neck dalam kantong memori
linguistik mereka. Seperti kita ketahui secara historis-kultural masyarakat kita
mengantongi warisan budaya lisan yang hampir memfosil. Hampir berabad-abad
lamanya prilaku komunikasi masyarakat kita lebih banyak berlangsung dalam
Membaca di Indonesia, merupakan persoalan yang krusial. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 mengenai sumber untuk mendapat
informasi dari membaca koran dan majalah hanya 23,5%. Artinya membaca
untuk mendapatkan akses informasi hanya 23,5% penduduk Indonesia. Dilihat
dari hal tersebut, betapa kurangnya keterbutuhan masyarakat Indonesia terhadap
membaca (BPS, 2007)
Ahmad Heriyawan, Gubernur Jawa Barat mengumukakan bahwa yang
menjadi fokus survei IPM (Indeks Pembangunan Manusia), melalui jenjang
pendidikan SMP-IPM dan SMK-IPM secara menyeluruh di Jabar, selanjutnya
AMH (angka melek huruf) penduduk jawa Barat usia 15 tahun ke atas pada 2013
sebesar 96,49 persen dan dibandingkan tahun baseline 2007, AMH 2013
mengalami peningkatan sebesar 1,17 persen (inilahkoran, 2013). Pernyataan
Gubernur Jabar pun, sedikit menjadi angin segar dalam kemajauan pendidikan
keaksaraan yang meningkat dalam presentase AMH. Tetapi meskipun begitu
masih ada sekitar tiga persen lebih masyarakat Jabar yang belum melek huruf.
Artinya bila dikalikan jumlah penduduk Jabar 46.497.175 juta jiwa kurang lebih
1.632.050 juta jiwa yang masih digolongkan tunaaksara (inilahkoran, 2013).
Tingkat membaca masyarakat Indonesia yang minim memang terbentuk
oleh budaya lisan yang kuat sehingga muncul benih-benih tunaaksara yang
berkembang akibat sifat aliterat-nya setiap individu dengan tidak mengasah
kemampuan membacanya. Ini membuat asumsi peneliti bahwa adanya
masyarakat Indonesia yang tunaaksara, perlu perhatian lebih dari Pemerintah
secara lebih. Walau pun telah diupayakan oleh Pemerintah dengan dicanangkan
Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PBA) melalui
Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006. Gerakan ini memberikan landasan dan
langsung dengan pemberantasan tunaaksara untuk mendayagunakan seluruh
potensi dalam menuntaskan tunaaksara.
Adapun fakta lain yang bertolak belakang dengan GNP-PBA tak sejalan
yaitu mengenai terbatasnya jumlah modul sebagai bahan ajar serta kesempatan
mengikuti pelatihan menyebabkan para tutor mengalami kesulitan memulai dan
mengelola proses pembelajaran. Masyarakat yang ada, sudah menginjak usia
lanjut terkadang tidak mengerti jika tutornya mengunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadi alasan
utama mengapa sangat perlunya pembinaan keaksaraan pada warga belajar di
daerah tertinggal. Tidak hanya sebuah pembinaan bahasanya tetapi pada fungsi
bahasa tersebut sebagai alat komunikasi antar individu.
Selain itu, banyaknya masyarakat tunaaksara di Indonesia disebabkan
adanya pertambahan penduduk tunaaksara baru yang belum dicacah sebelumnya,
adanya penduduk yang putus belajar sekolah dasar menjadi tunaaksara kembali
karena ketidakadaan bahan bacaan yang memadai dalam arti yang mampu
membangkitkan minat baca masyarakat, luas wilayah pelayanan dan sulitnya
transportasi mengakibatkan banyak warga masyarakat yang belum terlayani
(Sihombing, 2001). Banyaknya tunaaksara pun disebabkan antara lain karena
warga belajar masih malu dan belum tahu manfaat nyata mengikuti pembelajaran.
Mereka pada umumnya sibuk bekerja mencari nafkah sehingga tidak memiliki
waktu untuk belajar (Muhsin, 2006).
Metode pendekatan belajar keaksaraan, dikembangkan atas dasar
pemikiran bahwa karakter atau orientasi belajar orang dewasa lebih bersifat
praktis dan fungsional serta sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar mereka
(Muhsin, 2006). Penyandang tunaaksara belajar melalui pendekatan andragogi
harus dibuat senyaman mungkin, tidak selalu diformalkan seperti sekolah
terhadap pembelajaran maupun media pembelajaran serta strateginya. Salah satu
strategi pembelajarannya melalui permaianan bahasa yang dapat menjadi
kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa awal.
Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga tutor dapat
membangun kerangka pembelajaran andragogi dengan permainan bahasa. Dalam
praktiknya dapat dikembangkan dengan media kartu aksara.
Pembelajaran Bahasa Indonesia ditingkat dasar bertujuan meningkatkan
kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam
situasi resmi atau non-resmi, kepada siapa, kapan, di mana, untuk tujuan apa.
Bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan
pada tercapainya kemahirwacanaan. Tujuan membaca permulaan adalah agar
pembelajar dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan
tepat (Depdikbud, 1994/1995: 4).
Membaca permulaan sebagai tahapan proses belajar membaca bagi warga
belajar (WB) pada tingkat dasar. Warga belajar (WB), belajar untuk memperoleh
kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan
dengan baik. Oleh karena itu tutor perlu merancang pembelajaran membaca
dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai satu
yang menyenangkan (Muchlisoh, 1992: 119).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Adanya masyarakat yang putus sekolah dari jenjang dasar, berakibat menjadi
penyandang tunaaksara karena tuntutan pekerjaan untuk memenuhi ekonomi
2. Belum adanya media ajar yang efektif untuk membaca permulaan warga
belajar tunaaksara yang tergolong tingkat dasar terutama pada penyandang
yang berumur dewasa.
3. Belum adanya strategi pembelajaran membuat pembiasaan dalam
kenyamanan belajar membaca warga belajar tunaaksara.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu kemampuan warga belajar
tunaaksara dalam membaca permulaan suatu kesatuan bahasa dimulai huruf,
silaba, kata, hingga kata berimbuhan terkecuali kalimat sederhana yang dipandang
kurang relevan dengan media kartu aksara yang terfokus pada perlatihan
membaca permulaan pada kata.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kemampuan awal warga belajar tunaaksara dalam membaca suatu
kesatuan bahasa dimulai huruf, kata dan silaba?
2. Bagaimanakah kemampuan membaca warga belajar saat tutor menerapkan
media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa?
3. Bagaimana kemampuan akhir warga belajar dalam membaca suatu kesatuan
bahasa dimulai huruf, kata dan silaba setelah tutor menerapkan media kartu
akasara dengan strategi permainan bahasa?
4. Bagaimanakah hasil rata-rata serta selisih kemampuan tiap subjek, pada
keseluruhan rangkaian penelitian subjek tunggal modelA1 - B - A2 ?
E. Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui kemampuan awal warga belajar tunaaksara dalam membaca
suatu kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata, kalimat sederhana.
2. untuk mengetahui kemampuan membaca warga belajar saat tutor menerapkan
media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.
3. untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar dalam membaca suatu
kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata, kalimat sederhana setelah tutor
menerapkan media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.
4. mengetahui hasil rata-rata serta selisih kemampuan tiap subjek, pada
keseluruhan rangkaian penelitian subjek tunggal modelA1 - B - A2.
F. Manfaat Penelitian
Jika tujuan penelitian tercapai, maka secara umum diharapkan penelitian
ini bermanfaat untuk membuka kesadaran bahwa media pembelajaran itu penting,
terutama media pembelajaran yang secara khusus dirancang fleksibel dengan
keadaan warga belajar tunaaksara. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dua manfaat, yakni manfaat secara teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah:
a. memberi sumbangan secara ilmia dengan menambah, memperluas
cakrawala pengetahuan bidang-bidang metode khususnya metode
pembelajaran membaca permulaan.
b. mendukung teori-teori yang telah ada sebagai salah satu sumber acuan
bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang
media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.
c. secara khusus penelitian ini memberi kontribusi pada strategi
pembelajaran berupa pergeseran dari paradigma mengajar menuju ke
d. memberi referensi media ajar yang mengadaptasi dari kedekatan dengan
keseharian masyarakan secara sosiologi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Warga Belajar
1) Media kartu aksara akan memper mudah warga belajar (WB) dalam
mengembangkan kemampuan membaca mereka.
2) Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan dengan perpaduan
kartu aksara melalui strategi permainan bahasa.
3) Membantu masyarakat yang tadinya sedikit tahu menjadi tahu bahkan
membuka jendela untuk memberikan kesempatan pada mereka
mengintip luasnya pengetahuan dunia.
b. Bagi Tutor
1) Tutor dipermudah dengan pemakaian media yang sederhana, mudah
dibuat namun cukup efisien sebagai media pembelajaran.
2) Tutor bisa berbaur dengan mudah, karena pendekatan yang digunakan
akan berkorelasi dengan lingkungan pembelajar.
3) Media kartu akasara yang dikembangkan melalui permainan bahasa
akan membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan.
c. Bagi Peneliti
1) Peneliti menambah tata wawasan dalam dirinya bahwa adanya media
kartu aksara melalui strategi permainan bahasa bisa digunakan sebagai
media yang fleksibel dan dekat dengan kehidupan warga penyandang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (single
subject experiment). Metode eksperimen subjek tunggal berbeda dengan metode
eksperimen lain. Dalam metode ini tidak ada pengelompokan antar kelompok
eksperimen dengan kelompok control karena jumlah subjeknya yang terbatas.
Hasil eksperimen ini disajikan dan dianalisis secara individual (Sukmadinata,
2005: 209).
Metode eksperimen subjek tunggal dipilih karena terbatasnya jumlah
responden yang diteliti, yakni satu sampai tiga orang dan tidak memungkinkan
untuk adanya pembagian kelompok antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Metode penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang
akan dilakukan, yakni untuk melihat perbedaan secara individu dari subjek yang
diteliti. Selain itu, metode ini merupakan desain eksperimen sederhana yang
menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan individu disertai dengan data
kuantitatif yang disajikan secara sederhana dan terperinci (Herlina, 2009: 11).
Penggunaan metode eksperimen subjek tunggal ini bertujuan untuk
menguji langsung pengaruh penggunaan kartu aksara mealui strategi permainan
bahasa dalam perlatihan membaca permulaan pada penyandang tunaaksara
tingkat dasar di PKBM Kinanti. Eksperimen subjek unggal dipilih dalam
penelitian ini karena sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yaitu
untuk dilihat perubahan prilaku dan perbedaan secara individu dari subjek yang
warga belajar tunaaksara tingkat dasar dengan penggunaan media kartu aksara
melalui strategi permainan bahasa.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
eksperimen subjek tunggal A-B-A. Sukmadinata (2005: 211) mengemukakan
bahwa eksperimen subjek tunggal A-B-A merupakan model desain yang sering
digunakan dalam desain eksperimen subjek tunggal. A adalah lambang dari data
garis dasar (baseline data), B merupakan data perlakuan (treatment data), dan A
ke dua ditujukan untuk mengetahui apakah tanpa perlakuan kegiatan akan
kembali pada keadaan awal, ataukah masih terus seperti dalam keadaan
perlakuan.
Adapun secara visual desain A-B-A Sukmadinata (2005: 211) digambarkan
sebagi berikut:
Tabel 3.1
Desain Eksperimen Subjek Tunggal Model A-B-A
A1
(Baseline 1)
B
(Treatment)
A2
(Baseline 2)
Keterangan:
A1/(Baseline 1), adalah kondisi awal dimana subjek belum mendapatkan perlakuan atau intervensi apapun. Pengukuran fase ini dilakukan sebanyak satu
sesi, dengan durasi waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan.
melalui strategi permainan bahasa yang diadaptasi dari permainan domino.
Intervensi dilakukan selama satu sesi.
A2/(Baseline 2), adalah pengulangan kondisi baseline 1 sebagi evaluasi sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh pada subjek.
C. Subjek dan Data Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah warga belajar tunaaksara tingkat dasar
berjumlah tiga orang.
Table 3.2
Data Subjek Yang Diteliti
No Nama Umur Pekerjaan
1 Subjek-I 53 Petani
2 Subjek-II 69 Petani
3 Subjek-III 45 Petani
Ketiga warga belajar ini dipilih menjadi subjek penelitian karena selaras
dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, yakni mereka yang masih ada di
tingkat dasar keaksaraan fungsional.
PKBM Kinanti dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah
satu intitusi yang mewadahi penyandang tunaaksara di Desa Jayagiri,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Alasan lain, yakni akses
bilitas lokasi yang dekat dan mudah dalam melakukan perizinannya.
2. Data Peneliti
Data primer adalah data yang ada dalam penelitian ini hasil dari penerapan
kemampuan membaca warga belajar. Sementara itu, yang ada dalam
penelitian adalah hasil observasi yang dilakukan selama perlatihan.
D. Definisi Oprasional
1. Membaca permulaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membaca
yang diperuntukan pada penyandang tunaaksara tingkat dasar di PKBM
Kinanti.
2. Permainan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu strategi
perlatihan untuk penyandang tunaaksara dalam meningkatkan kemampuan
membaca permulaan.
3. Kartu aksara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media pembelajaran
berbentuk kartu bergambar, bisa diadaptasi dari permainan kartu domino.
E. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data di PKBM Kinanti Jayagiri, Lembang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes
observasi dalam pembelajaran. Warga belajar menggunakan kartu aksara dalam
subuah perlatihan yakni dengan mengyusun kartu aksara berdasarkan gambar
yang dilihat dikartu sebelumnya.
1. Tes Dalam Pembelajaran
Tes ini digunakan untuk mengumpilkan kondisi pada data (A1) baseline-1
dan kondisi pada data kondisi (A2) baseline-2. Tes ini berupa tes dalam
pembelajaran yang di dalamnya dimasukan pertanyaan-pertanyaan sesuai
dengan intrumen yang disiapkan peneliti untuk mengukur kemampuan
membaca permulaan warga belajar. Langkah-langkah pengumpulan data
seperti berikut:
b. Materi tes yang disisipkan dalam pembelajaran, guna warga belajar
tidak tertekan akan penamaan tes.
c. Menyiapkan format penilaian sebagai pedoman untuk melakukan
penilaian berupa skor kemampuan warga belajar.
d. Data yang diambil diproleh dari hasil tes menggunakan tanda jawab
saat pembelajaran. Nilai 1 digunakan jika subjek dengan tepat
menjawab pertanyaan dengan tepat dan nilai 0 jika subjek salah dalam
menjawab pertanyaan.
e. Menyiapkan materi berupa kartu aksara untuk perlakuan atau
intervensi yang akan diberikan kepada subjek.
2. Observasi
Peneliti mengadakan pengamatan terhadap pembelajaran yang sedang
berlangsung. Kegiatan tersebut berkenaan bagaimana cara tutor mengajar dan
WB belajar. Selain itu, observasi memungkinkan peneliti menarik kesimpulan
ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, pristiwa, atau proses
yang diamati. Observasi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana proses
belajar mengajar yang sedang berlangsung serta mengetahui materi apa yang
tepat dijadikan bahan penelitian.
Observasi yang dilakukan adalah observasi non pantisipan, dimana
observer tidak ikut serta secara langsung dan terpisah kedudukannya hanya
sebagai pengamat.
F. Teknik Pengelolaan Data dan Teknik Analisis Data
1. Teknik Pengelolaan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik pengelolaan data primer
dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa hasil
pascates yang dilakukan terhadap tiga orang tunaaksara tingkat dasar.
Sedangkan data sekunder berupa hasil observasi yang akan dijelaskan pada
BAB IV.
Teknik pengelolaan data dalam penelitian ini mengunakan pengukuran
persentase yang merupakan pengukuran variable terikat yang digunakan oleh
peneliti dan tutor untuk mengukur prilaki dalam bidang akademik maupun
sosial (Jubaedah, 2008: 47). Persentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal
yang benar dibagi jumlah soal keseluruhan dikali seratus persen.
Tabel 3.3
Arti Tingkat Penguasaan yang Warga Belajar Capai
(sumber: Mulyati, (2012).Modul MMP)
Keterangan:
Apabila tingkat penguasaan warga belajar mencapai 80% ke atas, baik. Tetapi
bila tingkat penguasaan warga belajar masih di bawah 60%, berarti warga
belajar harus mengulangi kegiatan belajar, terutama bagian yang belum warga
belajar kuasai.
90% - 100% Baik Sekali
76% - 89% Baik
60% - 75% Cukup
2. Teknik Analisis Data
Analisi data merupakan tahapan terakhir menarik sebuah simpulan.
Menurut Sunarto pada penelitian subjek tunggal biasanya dilakukan stasistik
deskriptif yang sederhana.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya akan dianalisis dengan
perhitungan tertentuyang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Adapun langkah yang dilakukan dalam analisi data tersebut adalah:
a. Menskor pada hasil penilaian kondisi baseline-1.
b. Menskor pada hasil penilaian kondisi intervensi.
c. Menskor pada hasil penilaian kondisi baseline-2.
d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diproleh pada kondis
baseline-1, intervensi dan baseline-2.
e. Membandingkan hasil skor dari yang telah diproleh pada kondis
baselin-1, intervensi dan baseline-2.
f. Membuat analisis dalam bentuk grafik sehingga bisa dilihat secara
langsun perubahan yang terjadi.
g. Membuat analisi kondisi dan antar kondisi.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk peneliti dalam
pengumpulan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalan arti
lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Intrumen yang
dipergunakan sebagai berikut.
1. Tes
Tes yang dipergunakan merupakan tes lisan yang tersisip dalam
pembelajaran. Tes dalam penelitian ini terdiri atas prates dan pascates, serta
yang dimunculkan dalam perlatihan tersebut sebagai intervensi. Prates diberikan
pada kondisi baseline-1, yaitu pada saat warga belajar belum mendapatkan
intervensi dengan menggunakan media kartu aksara melalui strategi permainan
bahasa. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan sejauh mana
kemampuan awal warga belajar dalam kemampuan membaca permulaan.
Selanjutnya pada tahap intervensi warga belajar diberikan perlatihan membaca
permulaan menggunakan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa
yang mengadaptasi permainan kartu domino bergambar yang disusun sesuai kata
yang dimunculkan. Pascates diberikan pada kondisi baseline-2 untuk
mengevaluasi sejauh mana perkembangan kemampuan warga belajar setelah
mendapatkan intervensi.
Adapun instrumen yang digunakan dalam prates dan pascates merupakan tes
kemampuan membaca permulaan warga belajar yang dikhususkan pada
keterampilan membaca warga belajar. Instrumen diadaptasi dari langkah-langkah
membaca permulaan oleh Ritawati (1996: 51). Langkah-langkah membaca
permulaan tersebut diuraikan terlebih dahulu menjadi kisi-kisi instrumen
membaca permulaan dalam tabel berikut.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Membaca Permulaan
vokal –
Setelah diuraikan menjadi sebuah kisi-kisi, barulah dibuat intrumen assesmen
membaca permulaan. Kisi-kisi membaca permulaan yang mengacu pada adaptasi
dari langkah-langkah membaca permulaan oleh Ritawati, (1996: 51) tesebut
dijadikan dasar sebagai pembuatan instrumen asesmen membaca permulaan
telampirkan pada tabel 3.5.
Selain itu perlu diperhatikan agar perlatihan ini berjalan sesuai dengan
jalurnya, peneliti membuat RPP dalam perlatihan ini. RPP merupakan salah satu
intrumen proses yangmenjadi acuan. Ada dua RPP yang dibuat oleh peneliti
pertama RPP pra tes dan pasca tes serta yang kedua RPP saat dilakukannya
treatment. Kedua RPP terlampir pada table 3.7 dan 3.8 pada lampiran.
2. Observasi
Observasi dilakukan pada saat kegiatan perlatihan berlangsung.
Observasi ini berisi gambaran mengenai proses perlatihan yang diamati.
Dari hasil obsevasi diharapkan memberi gambaran proses perlatihan
bahasa, pemahaman warga belajar, kendala saat berlangsungnya
perlatihan, dan kejadian penting yang perlu dicatat.
Ada pun yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah Ibu Rika
selaku tutor tetap di PKBM Kinanti, Luckyega selaku Guru PPL dari
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Lisiya Dewi Yuniar
selaku Guru PPL dari Fakultas Ilmu Pendidikan.
Tabel 3.9
Pedoman Observasi Warga Belajar
No Keterangan Ya Tidak
1 WB antusias belajar dengan media kartu aksara
2 WB termotivasi belajar dengan materi dan media kartu aksara
3 WB bersikap responsif terhadap perlatihan
4 WB terlihat kesulitan memahami isi media pembelajaran yang diberikan
5 WB dapat menggunakan media dengan baik
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa penggunaan kartu aksara melalui strategi permainan bahasa
berdampak positif terhadap kemampuan membaca permulaan bagi warga
belajar tunaaksara tingkat dasar yang berkesulitan membaca permulaan di
PKBM Kinanti, Jayagiri.
Pengamatan dan pencatatan data dalam penelitian ini berbentuk
persentase, dalam tiga tahapan (baseline-1, treatment dan baseline-2).
1. Pada baseline-1 menunjukan kemampuan awal warga belajar yang agak
minim. Banyak huruf yang tertukar dan ada pula kesalahan penyebutan
huruf. Meski begitu, warga belajar merasa nyaman dengan perlakuan tes
yang difungsikan dalam pembelajaran.
2. Pada treatment warga belajar antusias dalam mengikuti pembelajaran.
Warga belajar diperkenalkan terlebih dahulu terhadap permainan bahasa
yang peneliti sampaikan yaitu permainan domino yang telah
diadaptasikan dan disesuaikan.
3. Pada baseline-2 warga belajar sedikitnya mengangalami peningkatan
kemampuan belajar. Walau hanya sampai dalam tataran kata berimbuhan
namun ada peningkatan 30% dari kemampuan awal membaca permulaan
warga belajar tersebut.
4. Perbedaan kemampuan A1 dan A2 pada warga belajar terlihat signifikan
terutama pada subjek 1 dan subjek 3. Salah satu faktor peningkatan pesat
tersebut terlihat karena kenyamanan dalam mengikuti perlatihan
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, peneliti mengajukan saran sebagai berikut.
1. Tutor dapat menerapkan media kartu aksara melalui strategi permainan
bahasa sebagai upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan
membaca permulaan warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar.
2. Tutor dapat berinovasi dalam penentuan kartu aksara yang akan dijadikan
media pembelajaran. Penentuan tersebut harus disesuaikan dengan
kondisi warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar dan kondisi
lingkungannya.
3. Penelitian yang berhubungan dengan penerapan media dan metode
pembelajaran membaca permulaan bagi penyandang tunaaksara
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu dan Rohani, Akhmad. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka cipta.
Ahmuddiputra, Enuh dan Suyatna Atmaja, Basar. 1986. Pendidikan Orang
Dewasa. Jakarta: Karunika.
Akahdiah, Sabarti. 1991/1992. Studi kearah Peningkatan Kemampuan 3 M/3 R
(The Reading ability of Primary School Children in Jakarta. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti.
Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar g, Ridwin. Sakura H, Zulfahnur Z.F., dan
Mukti U.S. 1992/1993. Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Ardiyani, Dewi Rahmah (2013). Mengeinai Keterampilan Membaca Aksara Jawa
Melalui Model Quantum Learning Dengan Media Kartu Kata Siswa Kelas
III-A SDN Petompon 02 Semarang. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang.
Arief, Zaenudin. 2003. Suatu Petenjuk untuk Pelatih dalam Pendekatan Andragogi, “Konsep, Pengalaman dan Aplikasi”. PBPK Jayagiri: Unit Sumberdaya dan Inovasi.
Arsyad, A.2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Depdikbud.(1992), Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan.
Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. 1994/1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-Garis Besar
Depdikbud. 2007. Panduan Pengembangan Pendidikan Keaksaraan Bagi
Masyarakat Penutur Bahasa Ibu. Lembang: BP-PLSP Regional II
Jayagiri.
Hadfield.1986. Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di:
http//pembelajaranclub.[Diakses: 16 juli 2014]
Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Harras, H.(2012) Buta Aksara Versus Budaya Membaca. [Online]. Tersedia di:
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._
DAN_SASTRA_INDONESIA/196401221989031KHOLID_ABDULLA
H_HARRAS/B han2_Kuliah/Makalah/Buta Aksara Versus Budaya
Membaca.pdf. [Diakses 22 juni 2014].
Heinich, R. 2002. Instructional media and technologi learning, 7th edition. New
Jersey: Prentice hall. [Online]. Tersedia di: http://books.google.com.
[Diakses:16 juli 2014]
Herlina. 2006. Studi Tentang Proses Pembelajaran Program Keaksaraan
Fungsional Di Kelurahan Margasari Kecamatan Margacinta Kota
Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Istihani.(2008).Gebrakan Baru Perguruan Tinggi Berantas Buta Aksara.
Yogyakarta: Aksara.
Juliantara, Ketut.2009. Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi, dan
Karakteristiknya. [Online]. Tersedia di:
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/media-pembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/ tanggal 29 september 2010
Kusnadi. 2005. Pendidikan Keaksaraan: Filosofi, Strategi dan Implementasi.
Jakarta: Direktorat Pendidikab Masyarakat.
Marzuki, Saleh.2001. Pendidikan Nonformal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhsin, Mokhamat.2006. “Pembelajaran Keaksaraan Fungsional dan Kecakapan Hidup Wrga Belajar”. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1,1, hal 37-41.
Mulyadi (2009). Mengeinai Peningkatan Membaca Melalui Pembelajaran
Koopratif Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Permulaan Senden Kecamatan
Selo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Mulyati, Y.2012. Modul membaca dan menulis permulaan. [Online]. Tersedia di:
http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._
DAN_SASTRA_INDONESIA/YetiMulyati/Bahan2_Kuliah/Makalah/
Modul_MPP.pdf. [Diakses 22 juni 2014].
Nugraha, Dani. (2014) IPM Jabar terus Meningkat. [Online]. Tersedia di:
http://inilahkoran.com/Heryawan%20%20IPM%20Jabar%20Terus%20Me
ningkat%20%20www.inilahkoran.com%20%20Dari%20Bandung%20Unt
uk%20Indonesia.htm. [Diakses 21 juni 2014].
Rahadi, Aristanto. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan
Nasional.
Ritawati Wahyudin, (1996). Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di
Kelas-kelas Rendah SD. Padang. IKIP
Sadiman, Rahardjo, Haryono Anung dan Raharjito . 2003. Media Pendidikan:
Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo
Sahari.1994. Bahasa dan Sastra Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.
Schramm, W. 1977. Big Media Little Media. California: Sage Publication Beverly
Hill
Sihombing, Umberto.2001. Masalah, Tantangan dan Peluang. Jakarta: CV
Wirakarsa.
Soepamo. 1998. Metode Permainan Pembelajaran Bahasa Indonesia.[Online].
Tersedia di:
http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/12/metode-permainan-pembelajaran-bahasa.html. [Diakses 17 februari 2014].
Sudjana, N. & Riva’i ,I. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algresindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Supriyadi. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Mengajar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suyatna B. Atmaja. 1997. Metode Penelitian Sosial. PLS FIP IKIP Bandung.
UNESCO. 2013. 40th universery literacy day. [Online]. Tersedia di:
http://en.unesco.org/themes/literacy-all#. [diakses 17 februari 2014]