• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN JIGSAW MELALUI HIPERMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN JIGSAW MELALUI HIPERMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN JIGSAW MELALUI HIPERMEDIA

DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP

PRESTASI BELAJAR

(Pada Materi Ekosistem Untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sains

Oleh :

TRI LUKITANINGSIH S830809225

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adanya perkembangan teknologi informatika di dunia pendidikan, setiap

satuan pendidikan berlomba untuk melengkapi diri dengan memanfaatkan

berbagai fasilitas yang memungkinkan pemanfaatan infrastruktur untuk

menunjang peningkatan kualitas serta pemberian layanan kepada peserta didik

melalui berbagai sarana teknologi informatika (IT), antara lain media computer,

media internet dll. Sejalan dengan itu dari pemerintah sendiri selalu merenovasi

kurikulum pendidikan dengan tujuan agar dapat diterapkan pada lembaga

pendidikan sesuai dengan jenjang dan tingkatan masing-masing. Kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini

meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi

dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum

disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan)

Semenjak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

(3)

commit to user

pendidikan untuk menyusun sebuah kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi

sekolah masing-masing. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa

peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab. Utamanya pendidik yang dalam hal ini

merupakan satu komponen yang langsung berperan dalam proses pembelajaran

dituntut untuk dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif. Hal ini akan

mengubah paradigma dalam proses pendidikan khususnya proses pembalajaran.

Perubahan proses pembelajaran lebih menekankan dan menjadi lebih

mementingkan peran serta didik dan karakteristik sumber daya yang ada pada

tiap-tiap satuan pendidikan. Pembelajaran berpusat pada siswa, oleh karenannya

siswalah yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengeksplorasi dan

menginterprestasikan pengetahuan dan permasalahan baru yang dibandingkan,

dikombinasikan, dan dianalisa dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh

peserta didik. Proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil yang

diperoleh. pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) cenderung

lebih memperlihatkan paradigma pendidikan saat ini sebagaimana yang

terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Pembelajaran IPA biologi (Sains) di SMP bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap

kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan alam ciptaanNya, (2) Mengembangkan pemahaman tentang

(4)

commit to user

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa

ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang

saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4)

Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, (5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan serta sumber daya alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk

menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,

(7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdikbud, 2004)

Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan

proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan

siswa dalam pembelajaran. Guru adalah subjek yang sangat berperan dalam

membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang

menjadi sasaran pendidikan. Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah

bagaimana menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam

kehidupan sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan

yang bermakna dalam benak siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku

pada penjabaran konsep biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan

bagaimana makna yang terkandung dalam konsep tersebut.

Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya sebagai

komunikan atau penerima pesan, bisa juga siswa sebagai komunikator atau

penyampai pesan. Dalam kondisi seperti ini akan terjadi komunikasi dua arah (two

(5)

commit to user

communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran sangat dibutuhkan

peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan

(kompetensi). Dalam sistem pembelajaran didalamnya mengandung komponen

yang saling berkaitan erat untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi : tujuan,

materi, metode, media dan evaluasi (Rudi Susilana,.et al, 2007: 4) .

Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah adalah

masih adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi.

Kegiatan pembelajaran dikelas serimg text book oriented dan kurang dikaitkan

dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada (Kasihani,2008: 1). Guru

mengajar hanya menggunakan metode konvensional. Guru hanya mentransfer

pengetahuan kepada peserta didik atau dengan kata lain guru merupakan

satu-satunya sumber utama pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented

dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk

memahami konsep akademik yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut

diajarkan menggunakan cara-cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal

mereka sangat memerlukan pemahaman konsep-konsep yang berhubungan

dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, prestasi belajar siswa sulit

ditumbuhkan dan pola belajar mereka cenderung menghafal dan mekanistik.

Peserta didik sering kali mendapat kesulitan dalam belajar dan kesulitan belajar

siswa. Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak

untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal

pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana

(6)

commit to user

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi materi ekosistem siswa kelas VII

Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2008/2009 masih kurang dari

KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 6,5.

Tabel 1.1: Nilai rata-rata Prestasi belajar Materi Ekosistem Siswa kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun 2008/2009

No Kelas Nilai

rata-rata KKM Ket

1 VII A 6,5 6,5

2 VII B 6,3 6,5

3 VII C 6,1 6,5

4 VII D 6,0 6,5

5 VII E 6,0 6,5

6 VII F 6,2 6,5

Keberhasilan pembelajaran biologi tidak luput dari berbagai pendukung

pembelajaran baik guru, media pembelajaran, sarana dan prasarana, selain itu

juga dari diri siswa sendiri yang berupa kemampuan memori dan interaksi sosial

yang sangat heterogen. Seiring dengan heterogennya kemampuan memori serta

interaksi sosial siswa tersebut maka untuk pencapaian prestasi belajar, guru

memerlukan inovasi pembelajaran. Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran,

dalam penelitian mencoba menggunakan sebuah metode pembelajaran yang

dipadu dengan media pembelajaran. Dengan hal diharapkan anak dapat

menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar yang menarik hati dan

memotivasi mereka untuk belajar. Metode pembelajaran dan media pembelajaran

yang dimungkinkan dapat mempengaruhi prestasi belajar biologi yaitu metode

(7)

commit to user

Kemampuan memori atau ingatan secara sempit dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan, menyimpan

kesan-kesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan-kesan-kesan yang pernah diterima

(Walgito, 1985). Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu

proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus

yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang. Seseorang

berkemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1)

proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) memiliki banyak cue dengan

asosiasi tinggi; banyak latihan. Memori akan lebih baik jika sesuatu yang

dipelajari dengan berulang-ulang walaupun dengan sesi yang cukup pendek dari

pada sesi atau waktu yang lebih lama. Kenyataan di lapangan masih banyak

ditemukan anak yang memiliki kemampuan memori tinggi yang tidak didukung

oleh sarana dan prasarana sekolah yang memadai, sehingga tidak memberikan

kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Kemampuan guru

dalam pengelolaan kelas, penggunaan model dan metode pembelajaran yang

digunakan juga dapat merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori

akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan

berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja.

(http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html).

Disamping itu interaksi sosial siswa memiliki peran penting dalam kegiatan

pembelajaran. Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan

dua eleman penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai

(8)

commit to user

tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Thibaut dan Kelley

dalam Ali (2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling

mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka

menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi

dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi

individu lain. Menurut Bonner (2004: 3) dalam Ali (2004: 87) interaksi sosial

merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan

individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau

sebaliknya. Dalam memenuhi prestasi belajar yang maksimal dalam pembelajaran

diperlukan pula kerjasama antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru,

antara siswa dengan lingkungan sekolah, dan antara siswa dengan sarana dan

prasarana sekolah. Interaksi atau hubungan antara siswa dengan teman, guru,

lingkungan sekolah, dengan sarana dan prasarana dapat dikembangkan melalui

berbagai metode dan model pembelajaran.

Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Eliliot Aroson dalam

Anita Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam

pembelajaran berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam

suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dipilihnya

pembelajaran Kooperatif Jigsaw dikarenakan pembelajaran menurut Kemal

Deymus dalam jurnalnya bahwa kooperatif Jigsaw dapat membuat siswa

(9)

commit to user

. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa

belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja

sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan

pembelajaran. Maka dengan penerapan pembelajaran kooperatif diharapkan

interaksi sosial siswa akan tumbuh, karena siswa dalam pembelajaran kooperatif

jigsaw siswa dikelompokkan untuk saling bekerjasama dan saling membantu

dalam memahami bahan atau materi pelajaran.

Menurut Sri Anitah (2009: 63) Hipermedia, merupakan media yang memiliki

komposisi materi-materi yang tidak berurutan. Hipermedia mengacu pada sofware

komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang

dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke

suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya berpikir dan

cara memproses informasinya sendiri.

Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang

memperhatikan fungsi pendidikan (I Wayan Santyasa, 2009: 8). Strategi

pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu

pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu

pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta,

konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.

Materi yang diajarkan adalah ekosistem. Dalam materi ini banyak hal

(10)

commit to user

dipahami, namun bisa disampaikan dengan strategi belajar yang bervariasi. Guru,

dalam hal ini berusaha untuk mencover keinginan anak tersebut dengan

menyerahkan kepada mereka cara belajar yang mereka inginkan, kemudian guru

berusaha membawa dan membimbing siswa dalam kondisi yang diinginkan,

dengan harapan belajar sesuai dengan keinginan siswa akan mampu mendorong

dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Ini akan

diindikasikan dengan tingginya kemampuan memori dan interaksi sosial siswa

akan berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar pada ulangan harian siswa pada

materi ekosistem.

Berdasarkan pertimbangan diatas bahwa teori bejalar yang mendukung Peaget

siswa langsung dapat berinteraksi dengan materi ekosistem dari media

pembelajaran yaitu hipermedia dan modul. Dengan Hipermedia dan modul

karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh siswa secara langsung. Dengan

pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal waktu masuk kelas sehingga

siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan pembelajaran kooperatif

Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif,

efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan

pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi

bertambah. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung

(11)

commit to user

Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah pada materi pokok ekosistem sebagi berikut :

1. Prestasi belajar biologi di SMP Negeri 2 Paron masih belum mencapai KKM

yang ditetapkan.

2. Pembelajaran biologi kurang inovatif, banyak guru yang mengajar secara

konvensional, padahal berbagai model pembelajaran telah

dikembangkanseperti Jigsaw, TGT,TPS namun banyak guru yang belum

menguasai

3. Pembelajaran biologi yang bercorak teoritis dan hafalan sehingga proses

pembelajaran kurang menarik berlangsung monoton dan membosankan,

padahal beberapa media telah tersedia seperti Hypermedia, Modul, Komik,

Video dll.

4. Prestasi Biologi cenderung hanya mencakup aspek kognitif saja, padahal

seharusnya mencakup aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor.

5. Pembelajaran biologi siswa terkesan hanya dengan menghafalkan fakta dan

konsep yang sudah jadi, tanpa pemahaman yang membuat proses

pembelajaran menjadi lebih bermakna.

6. Materi Biologi yang disajikan pada siswa kelas VII antara lain, ciri-ciri

(12)

commit to user

saling ketergantungan, kepadatan polusasi manusia dan pengelolaan

lingkungan, namun pembelajaran belum disesuaikan dengan karakteristik

materi dan menerapkan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.

7. Dalam proses pembelajaran guru belum memperhatikan latar belakang siswa

antara lain; kemampuan memori, kemampuan interaksi sosial, motivasi,

kemampuan awal dll.

8. Pembelajaran biologi yang belum bersifat interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, yang dapat memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif.

9. Penggunaan metode kooperatif jigsaw dengan hipermedia dan modul

diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi lebih baik

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian lebih terfokus dan terarah

maka dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Hipermedia: dibatasi penggunaan teknologi komputer dengan memanfaatkan

aplikasi yang mendukung proses pembalajaran di kelas.

2. Modul: dibatasi pada pengorganisasian materi pembelajaran yang mengacu

urutan penyajian materi pelajaran dalam keterkaitan antara fakta, konsep,

prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.

(13)

commit to user

4. Prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Paron kelas VII dibatasi pada

kemampuan kognitif siswa dalam mengerjakan Soal-soal Biologi pada materi

ekosistem

5. Kemampuan memori siswa SMP Negeri 2 Paron dibatasi pada kemampuan

memori siswa kelas VII untuk mendukung pencapaian prestasi yang

diharapkan.

6. Interaksi Sosial siswa SMP Negeri 2 Paron dikategorikan tinggi dan rendah

dengan angket interaksi sosial

7. Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur dengan nilai kognitif siswa,

setelah selesai pembelajaran.

8. Materi pokoki yang disampaikan dibatasi pada materi ekosistem

D.Perumusan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu, biaya, tenaga maka pokok pemasalahan dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul

terhadap prestasi belajar siswa ?

2. Adakah pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar siswa ?

3. Adakah pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar siswa ?

4. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui

(14)

commit to user

5. Adakah interaksi antara pemebelajaran biologi dengan jigsaw melalui

hipermedia dan modul dengan kemampuan interaksi sosial ?

6. Adakah interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial

siswa terhadap prestasi belajar siswa ?

7. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui

hipermedia dan modul dengan kemampuan memori dan interaksi sosial

siswa?

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini

untuk mengetahui :

1. pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap

prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

2. pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

siswa pada materi pokok ekosistem.

3. pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

4. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan

modul ditinjau dari kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar pada

materi pokok ekosistem.

5. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan

modul ditinjau dari kemampuan interaksi sosial terhadap prestasi belajar pada

(15)

commit to user

6. interaksi kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial siswa terhadap

prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

7. interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul

ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi

belajar pada materi pokok ekosistem.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Manfaat teoritis :

a. Mengetahui prestasi belajar siswa dengan pembelajaran jigsaw melalui

hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial

siswa.

b. Menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat

mendukung teori-teori yang telah ada.

c. Memberi masukan bagi guru mata pelajaran Biologi dalam penggunaan

alternatif media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran biologi.

d. Memberikan pertimbangan untuk pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) pada masa mendatang.

2. Manfaat praktis :

a. Mengetahui prestasi belajar siswa, melalui hipermedia dan modul.

b. Memotivasi guru untuk menentukan cara pembelajaran yang tepat

(16)

commit to user

c. Sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk memberikan dorongan dan

memfasilitasi guru dalam melakukan kegiatan mengajar yang menarik, efektif

dan efisien.

d. Memberikan alternatif dan dorongan kepada peneliti lain yang

melakukan penelitian sejenis, untuk melakukan penelitian yang lebih luas dan

mendalam.

e. Dapat memberi masukan bagi pengembangan pembelajaran pada dunia

(17)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Biologi

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (Syaiful

Sagala, 2008: 61). Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara

sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Menurut Gagne

dan Briggs (1979: 3) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk

membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,

disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses

belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi

proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,

serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

(18)

commit to user

Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara sumber belajar, guru, dan siswa dalam

lingkungan belajar dimana guru berusaha untuk membuat siswa belajar, yaitu

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan

itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang

relatif lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dalam pembelajaran

biologi materi ekosistem guru berusaha mempengaruhi siswa dengan berbagai

sumber belajar dan media pembelajaran sehingga terjadi interaksi timbal balik

antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehinga siswa dapat memahani

materi dengan baik.

a. Pengertian Belajar

Banyak ahli jiwa dan ahli pendidikan mengatakan atau mengemukakan

rumusan tentang belajar yang berbeda satu dengan lainya. Perbedaan dalam

mengartikan tersebut disebabkan adanya dasar-dasar percobaan atau pandangan

yang berbeda-beda. Ernest R.Hilgaed dalam Zainal Agib memberikan definisi

belajar sebagai berikut : ” Learning is process by which an activity originates or is

changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural

environment) as distingnguished from changes by factors not attibut able to

training. (2002: 43). Menurut Nasution, dalam bukunya Dedaktik Azas-azas

Mengajar mengatakan : ”Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat

syaraf. Definisi lain belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ketiga

(19)

commit to user

Menurut Gagne (1984) dalam Ratna Wilis Dahar belajar dapat

didefifnisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya

sebagai akibat pengalaman. Ratna Wilis Dahar memberikan penjelasan tentang

komponen-komponen dalam definisi belajar akan lebih berarti dan bermakna.

Perubahan perilaku, belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisma,

bahwa belajar membutuhkan waktu. Belajar terjadi apabila suatu organisma

berperilaku berbeda pada waktu yang tidak sama dalam suasana yang serupa

(1989: 11).

”Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan

tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit atau

tersembunyi” (Syaiful Sagala, 2005: 11). Belajar yang efektif melalui pengalaman

ada lathan sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu. Hal ini sejalan

dengan pendapat Gagne dalam Ratna Wilis bahwa belajar artinya sebagai suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Melalui proses dan pengalaman manusia dengan akalnya akan berpikir yang

merupakan suatu kegiatan untuk menemukan kegiatan yang benar. Makna benar

ini untuk tiap orang selalu berbeda sehingga proses berpikir untuk menghasilkan

pengetahuan yang benar berbeda pula. Dengan belajar manusia yang semula

belum tahu menjadi tahu dan yang ragu-ragu akan mencari kebenaran.

Ditinjau dari definisi di depan, akan tetapi pada prinsipnya semua definisi

itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Adanya suatu usaha yang dilakukan

sesorang, (2) Adanya tujuan yang diinginkan, (3) Adanya hasil yang hendak

(20)

commit to user

dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau

mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat

dalam berbagai mata pelajaran atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan

atau pengala,man yang terorganisir. Cronbach dalam Abu Ahmadi (2004: 127)

mengartikan belajar sebagai ” Learning is snow by achange in behaviouras a

result of exprience.” Dalam hal ini penekanan kegiatan belajar lebih pada

pengalaman yang dialami individu.

Dengan demikian belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan

perubahan-perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang belajar. Perubahan

tingkah laku itu menyangkut berbagai unsur kepribadian psikis maupun fisik

seperti: perubahan dalam pemecahan masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan

atau sikap, perubahan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan baru yang

belum dimiliki sebelumnya. Perubahan tersebut terjadi karena beberapa usaha

yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dalam penelitian ini dimaksud belajar

adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman melalui kerja

kelompok.

b. Tujuan Pembelajaran Biologi

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa

membutuhkan proses pembelajaran yang dapat membantu menghadapi segala

tantangan dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan, baik

ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial serta teknologi,

akhir-akhir ini berkembang sangat pesat dan masih terus akan berkembang. Hal ini

(21)

commit to user

bidang IPA untuk dapat berperan dan mengikuti perkembangan tersebut. Biologi

merupakan ilmu yang sangat berkaitan dengan kehidupan. Makhluk hidup yang

mencakup manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme beserta

lingkungannya dipelajari dalam Biologi. Dengan mempelajari Biologi dapat

memahami fakta-fakta kehidupan di lingkungan sekitar. Melihat betapa

pentingnya Biologi maka perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan Biologi di

sekolah agar membentuk siswa yang memiliki daya nalar dan daya pikir yang

baik, kreatif, cerdas dalam memecahkan masalah, serta mampu

mengomunikasikan gagasan-gagasannya. Sedangkan tujuan Biologi itu sendiri,

yaitu (1) membentuk sikap positif terhadap Biologi dengan menyadari keteraturan

dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2)

memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja

sama dengan orang lain dan (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat

mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengomunikasikan

hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Tujuan pembelajaran Biologi adalah

mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep Biologi dikaitkan

dengan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar. (Depdiknas: 2006)

2. Teori-teori Belajar

Teori belajar yang telah dirumuskan oleh para ahli sangat vital diperlukan oleh

pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan, namun tidak

dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai

(22)

commit to user

menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat

kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain:

a). Teori Kontruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von

Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994) dalam (Paul, 1997: 18).

Von Glasersfeld dalam Paul Suparno ( 1997: 18) menegaskan bahwa pengetahuan

bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran

dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu

konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan tidak

dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain

(murid). Murid sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan

dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka ( Lorsbach &

Tobin, 1992) dalam Paul Suparno (1997: 19)

Secara ringkas gagasan kontruktivisme tentang pengetahuan disimpulkan

sebagai berikut : 1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan

belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2).

Subjek membentuk skema kognitif, ketegori, konsep, dan struktur yang perlu

untuk pengetahuan. 3). Pentehauan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang.

Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam

berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Paul Suparno, 1997: 21)

Menurut ahli para kontruktivisme, belajar merupakan pemaknaan

(23)

commit to user

segala sesuatu bersifat temporer maka manusialah yang harus memberi makna

terhadap realitas. Pada kenyataannya kita tidak pernah memperoleh pengetahuan

dalam bentuk jadi atau dalam paket-paket, yang dapat dipersepsi secara langsung.

Widodo (2004) dalam Kasihani (2008: 8) mengidentifikasi lima hal penting dari

kontruktivisme yang berkaitan dengan pembelajaran yaitu : 1) pembelajaran telah

memiliki pengetahuan awal, tidak ada pembelajaran yang otaknya benar-benar

kosong. Pengetahuan awal memiliki peran penting pada saat siswa belajar tentang

sesuatu hal yang ada kaitanya dengan apa yang telah diketahui; 2) belajar

merupakan proses rekontruksi suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang

telah dimiliki, Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari suatu sumber ke penerima,

namun pembelajar sendiri yang mengkontruk pengetahuan; 3) belajar adalah

perubahan konsepsi pembelajar, karena pembelajar telah memiliki pengetahuan

awal. Hal ini belajar merupakan proses mengubah pengetahuan awal siswa agar

pengetahuan awal bisa berkembang menjadi suatu konstruk pengetahuan yang

lebih besar; 4) proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu

konteks sosial tertentu, Proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung pada

individu, namun sosial memainkan peran penting dalam proses tersebut sebab

individu tidak terpisah dari individu lainnya; 5) pembelajar bertanggungjawab

terhadap proses belajarnya, dalam hal ini guru berperan menyiapkan kondisi yang

memungkinkan siswa belajar. Jadi guru atau siapapun tidak dapat memaksa siswa

untuk belajar.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontruktivisme

(24)

commit to user

berdasarkan pada pengalaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan

melalui pengalaman-pengalaman berlajar bermakna. Belajar adalah proses

pemaknaan informasi baru yang bisa berubah. Guru tidak hanya sekedar

memberitahukan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri

pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan siswa

dengan memberikan kesempatan untuk menemukan atau menerapakan ide-ide

mereka sendiri. Dalam kontruktivisme siswa untuk memecahkan konsep-konsep

Biologi pada materi ekosistem yang dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada di

lingkungan sekitar sehingga siswa dapat menumbuhkan nilai dan sikap ilmiahnya.

Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga

dengan keaktifan itu siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan.

b). Teori Kognitif

Kognitif menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan

pemahaman yang selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori kognitif lebih

mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar

melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat

berhubungan dengan teori sibmetik. Pengetahuan dibangun dalam diri individu

melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori ini

terwujud dalam model ZPD-nya Vygosky ( Kasihani, 2008: 5)

1). Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1989: 152) setiap individu belajar sesuai

(25)

tingkat-commit to user

tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tingkat Sensori-motor (0-2

tahun) pada tingkat ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sesori)

dan tindakan-tindakannya (motor). Pada usia ini individu tidak mempunyai

konsepsi object permanence; 2) Tingkat Pra–operasional (2 – 7 tahun) pada

tingkat ini anak belum melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah,

mengurangi dan lain-lain. Penalaran mereka dari khusus ke khusus tanpa

menyentuh pada yang umum. Anak tidak memiliki kemampuan untuk

memecahkan masalah-masalah yang memerlukan berpikir reversibel. Anak

bersifat egosentris berarti anak itu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat

orang lain.Selanjutnya anak lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang

suatu peristiwa dari pada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan lain.; 3)

Tingkat operasional konkret (7 – 11 tahun) pada tingkat ini merupakan permulaan

berpikir rasional, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya

pada masalah-masalah konkret. Dalam periode ini anak memilih pengambilan

keputusan logis. Anak bersifat sosiosentris dalam bekomunikasi, berusaha untuk

menerima gagasan oranglain, berusaha untuk mengerti orang lain dan

mengemukakan gagasan pada teman atau pada orang dewasa; 4) Tingkat

Operasioanl formal (11 tahun – keatas) pada tingkat ini anak dapat menggunakan

operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih

kompleks.

Dalam berpikir anak tidak dibatasi pada benda-benda atau

peristiwa-peristiwa yang konkret. Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap

(26)

commit to user

tahapan Praoperasional , dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah samapai

ke tahap yang lebih tinggi (Operational konkrit dan operasional formal). Secara

umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin terartur (dan juga

semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka seyogyanya dalam pembelajaran seorang

guru memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan

materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahapan tersebut.

Menurut Piaget, ada tiga aspek pertumbuhan intelektual, sebagai berikut : 1)

Struktur yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan

perkembangan berpikir logis; 2) Isi yaitu perilaku anak yang kahas tercermin

dalam respon yang diberikan terhadap berbagai masalah atau situasi yang

dihadapi; 3) Fungsi, yaitu cara yang digunakan organisme untuk membuat

kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu

organisasi dan adaptasi.

Tindakan menuju pada perkembangan operasi dan selanjutnya operasi

menuju pada perkembangan struktur. Operasi merupakan tindakan yang

berinternalisasi, reversibel, selalu tetap, dan tidak ada yang berdiri sendiri.

Struktur-struktur merupakan organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih

tinggi dari operasi. Isi pertumbuhan intelektual ialah pola perilaku anak yang khas

yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah yang

dihadapinya ( Ratna Wilis,1989: 166).

Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan yaitu sebagai berikut : 1)

Pengetahuan fisik, merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada dibuat

(27)

commit to user

terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan introduksi pada

obyek-obyek, 3) Pengetahuan sosial didasarkan pada perjanjian sosial, suatu

perjanjian atau kebiasaan yang dibuat manusia. Pengetahuan sosial dapat

dipindahkan dari pikiran belajar ke pebelajar, sedangkan pengetahuan fisik dan

logika matematika harus dibangun sendiri oleh anak.

Berk dalam Slavin menyimpulkan implikasi utama dari teori Piaget dalam

pengajaran yaitu 1) pengajaran hendaknya berfokus pada proses berfikir siswa,

tidak hanya pada hasilnya, 2) mengutamakan inisiatif pribadi dan keterlibatan

aktif siswa dalam kegiatan belajar, 3) tidak menekankan pada praktek yang

bertujuan untuk membuat siswa berpikir seperti orang dewasa, 4) menerima

adanya perbedaan individu dalam perkembangan kognitif anak.

Penerapan dalam pengajaran, siswa dibiarkan untuk berpikir dan

mengemukakan pendapatnya sehingga siswa terlibat aktif dalam pengajaran dan

dapat menerima adanya perbedaan antara siswa. Jika siswa dibiarkan untuk

berpikir mengemukakan pendapatnya maka siswa akan mengalami perkembangan

kognitifnya. Perkembangan kognitif seseorang melalui tiga tahap yaitu: 1) tahap

enaktif dimana individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami

lingkungan; 2) tahap ikonik individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan

visualisasi verbal dan; 3) tahap simbolik dimana individu mempunyai gagasan

abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika (Toeti Soekamto, 1997 : 24)

Manusia dalam belajar melalui tahapan dengan melalui aktivitas manusia

akan menemukan pengalaman yang diwujudkan dalam gagasannya dengan

(28)

commit to user

disimpulkan bahwa siswa perkembangan intelektualnya pada tingkat operasional

formal dan perkembangan kognitifnya sudah mencapai pada tahap simbolik

dimana siswa mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa

dan logika. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan

interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget

yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting

terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan

teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas

pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur,

1998) dalam (Trianto,2007: 14)

2). Teori David Ausubel

Belajar menurut David Ausubel dalam Ratna Wilis (1989: 110)

diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu, 1) berhubungan dengan cara

mendapatkan informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, 2) cara

bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang

telah ada. Belajar merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada

konsep-konsep yang relevan yang teradapat dalam struktur kognitif seseorang.

Teori belajar dari Ausubel terkenal dengan teori bermakna. Materi yang

diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai

sebelumnya (Toeti Soekamto, 1997:25). Materi yang dipilih dan diatur

disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan serta masa lalu anak yang

ditunjang dengan situasi belajar yang nyaman. Teori belajar ini memiliki sifat

(29)

commit to user

mempelajari informasi baru dan mempermudah siswa mempelajari materi karena

telah diarahkan.

Gambar 2.1: Bentuk-bentuk Belajar (menurut Ausubel &Robinson, 1969)

Menurut Prasetyo (1997: 10) sifat Advence organizer dapat memberikan

tiga manfaat yaitu 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi

belajar yang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang

menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa

yang ”akan” dipelajari siswa, 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan

belajar secara lebih mudah. Siswa dalam belajar, sehingga materi yang dipelajari

siswa dapat dihubungkan antara materi yang dipelajari saat ini dengan materi yang

dipelajari diwaktu yang akan datang sehingga memudahkan siswa dalam

memahami bahan ajar. Siswa dalam mempelajari materi saat diajarkan ada

kaitanya dengan materi sebelumnya. Materi yang dipilih sesuai dengan tingkat

perkembangan serta masa lalu siswa, materi yang dipelajari saat ini memudahkan

siswa dalam mempelajari materi yang akan datang. Siswa dapat berdiskusi saat

menyelesaikan tugas. Dalam model pembalajaran Jigsaw (Kelompok Ahli) siswa

(30)

commit to user

dituntut untuk bekerjasama dalam satu kelompok ahli maupun kelompok asal

untuk menyelesaikan masalah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori

belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna

kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat

menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur

kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi

sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode Jigsaw

dengan hipermedia dan Jigsaw dengan modul adalah kedua metode tersebut

konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengetahuan dan

pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama

tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik

kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini

digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru.

3). Teori Gagne

Menurut Gagne dalam Noehi Nasution ( 2008: 4.3) belajar itu merupakan

suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya

cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan

yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.

Ada beberapa ciri penting tentang tentang belajar yaitu : 1) belajar itu merupakan

suatu proses yang dapat dilakukan manusia; 2) belajar menyangkut interaksi

antara pebelajar dan lingkungannnya; 3) belajar telah berlangsung bila terjadi

(31)

commit to user

Belajar sebagai proses, bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan

komputer. Pemrosesan informasi (information prosessing model, proses belajar

dianggap sebagai transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat

pada sebuah komputer. Dari uraian diatas disimpulkan belajar terjadi pada diri

manusia dengan proses pengubahan tingkah laku secara cepat, tepat dan terjadi

hanya satu kali dalam kehidupan seseorang.

Didasarkan atas model pemrosesan-informasi Gagne dalam Ratna Wilis

(1997: 147) mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase

belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat diintruksikan oleh

siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang

terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian instruksional dalam kelas, seperti

mengaktifkan motivasi, memberitahukan tujuan-tujuan instruksional serta

mengarah perhatian, dapat dilakukan guru secara klasikal, tetapi kejadian-kejadian

instruksional yang lain meminta guru agar memperhatikan perbedaan individu

siswa. Hubungan antara fase-fase belajar dan kejadian-kejadian instruksional

menurut Gagne dapat digambarkan sebagai berikut :

(32)

commit to user

Gambar 2.2 : Hubungan Fase-Fase belajar

c. Teori Belajar Motivasi

Menurut Slavin (2005: 34) Perspektif motovasional pada pembelajaran

kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana

para siswa bekerja. Sedangkan Deutsch (1949) dalam Slavin mengidentikasikan

tiga struktur tujuan : 1) kooperatif, dimana usaha berorientasi –tujuan dari tiap

individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; 2)

kompetitif, dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu menghalangi

(33)

commit to user

pencapaian tujuan anggota lain; dan 3) individualistik, dimana

usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian

tujuan anggota lainnya. Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di

mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka, jika

kelompok mereka bisa sukses. Dengan demikian dalam pembejaraan kooperatif

siswa yang ingin meraih prestasi individu, anggota kelompok harus membantu

teman dan mendorong anggota satu kelompok untuk melakukan usaha maksimal

dalam satu timnya untuk meraih prestasinya.

d. Teori Belajar Sosial

Belajar sosial adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari

pengamatan dan penguasaan. Proses belajar merupakan proses meniru atau

menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap orang

tersebut (Albert Bandura, 1997). Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan

bagaimana orang belajar dalam setting yang alami/lingkungan sebenarnya.

Bandura (1997,B) juga menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku lingkungan

dan kejadian-kejadian internal pada siswa yang mempengaruhi persepsi dan aksi

adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking). Pengakuan

sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.

Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua eleman

penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar; 2)

belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya

(34)

commit to user

teori dalam psikologi perkembangan dimana ditekankan pada hakekat

sosiokultural dari pembelajaran.

Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat

antar lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses

kognitif belajar. Penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya

bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi

juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri

yakni sense of self efficacy dan self- regulatory system. Sense of self efficacy

adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan

keterampilan sesuai standar yang berlaku. Dalam pembelajaran sel regulatory

akan menentukan ”gopal setting” dan ”self evaluation” pembelajar merupakan

dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Dalam proses

pembelajaran sebaiknya siswa diberikan kesempatan yang cukup untuk latihan

secara mental mendapatkan latihan fisik, dan reinforcement serta menghindari

punishment yang tidak perlu. Teori belajar sosial menekankan, bahwa

lingkungan yang dihadapkan pada seseorang tidak random,

lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar melibatkan

perolehan kemampuan–kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang

dibawa sejak lahir, jadi bukan dari bawaan. Belajar tergantung pada pengalaman,

sebagian pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan. Individu

melalui empat tingkat perkembangan intelektual dengan urutan yang sama, tetapi

(35)

commit to user

usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tingkat operasinal

formal, dimana siswa sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.

3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah istilah umum dalam disain strategi

pembelajaran untuk membantu perkembangan kelompok dan interaksi antar

siswa. Pembelajaran kooperatif sebuah kelompok strategis pengajaran yang

melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama

(Trianto, 2007: 42) . Strategi ini dirancang untuk menyisihkan atau mengurangi

kompetensi yang ditemukan di kelas. Strategi pembelajaran kooperatif ini

khususnya dirancang untuk mendorong bekerja sama dan saling membantu satu

sama lain untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran kooperatif ini

dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis . Hal ini terlihat

pada salah satu teory Vygostky, yaitu tentang penekanan pada hakikat

sosiokultural dari pembelajaran. Vygostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih

tinggi pada umumnya muncul percakapan atau kerjasama antar individu sebelum

fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Ilmpilkasi

dari teori Vygostky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran

kooperatif.

Menurut Hilda dan Margaret (2002: 70) pembelajaran kooperatif adalah suatu

strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama

(36)

commit to user

teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan atau metode mengajar dengan

cara siswa bekerja atau belajar dalam kelompok yang kemampuan anggotanya

beragam (Slavin, 1997: 284). Bekerjasama berarti melakukan sesuatu bersama

dengan saling membantu dan bekerja sebagai tim. Pembelajaran ini artinya belajar

bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok

dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang berikan dengan baik.

b. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa

“tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk

mencapai

hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus

diterapkan yaitu: 1) Saling Ketergantungan Positif, dalam bekerja kelompok

setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang

lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar

siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang

disebut saling ketergantungan positif. 2) Tanggung Jawab Perseorangan, unsur ini

merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning,

setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik

karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk

dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota

(37)

commit to user

berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan

kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang

disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi

kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat

menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. 3) Tatap Muka, setiap kelompok harus

diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegaiatan ini akan

memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh

sumber belajar yang bervariasi. 4) Komunikasi antar Anggota, pembelajaran

kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa

menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota

sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. 5) Evaluasi Proses

Kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar

selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

c. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi beberapa model yaitu: a)

Student Team Achievement Divisions (STAD); b) Teams Games Tournaments

(TGT); c) Jigsaw; d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);

e) Team Accelerated Instruction (TAI). Selain itu ada juga metode belajar lain

masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu : a) Group Investigation; b)

Learning Together; c) Complex Instruction; d) Structural Dyadic Methods

(38)

commit to user

Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode

lain, yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa; b) Meningkatkan rasa percaya

diri; c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;

d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Disamping itu ada juga

kelemahannya, yaitu: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk

melaksanakannya; b) Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk.

Cooperative Leraning (CL) atau Pembelajaran kooperatif membuat siswa

yang bekerja dalam kelompok akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan

siswa yang dikelasnya dikelola secara tradisional. Pembelajaran kooperatif adalah

salah satu bentuk pembalajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok saling bekerjasama

dan saling membantu untuk memahami materi. Dalam pembelajaran kooperatif,

belajar dikatakan belum selesai jika satu teman dalam kelompok belum menguasai

bahan pelajaran. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi

sosial pembelajaran biologi pada materi ekosistem.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan membuat kelompok belajar yang

terdiri dari dua orang atau lebih yang mengutamakan kebersamaan dan sikap

saling membantu antara anggota kelompok sehingga tercapainya tujuan bersama

dalam mencapai keberhasilan. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif akan

(39)

commit to user

4. Pembelajaran Jigsaw

a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Elliot Aroson dalam Anita

Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran

berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong

royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan

meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Kelas jigsaw, suatu teknik

pembelajaran kooperatif yang mengurangi konflik rasial antara anak-anak

sekolah, mendorong belajar lebih baik, meningkatkan motivasi siswa, dan

kenikmatan meningkatkan pengalaman belajar. Menurut Slavin (2008:14) Jigsaw

adalah ” adaptasi dari teka-teki Aronson (1978)”. Dalam teknik ini, siswa bekerja

dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang

yang berbeda.

(40)

commit to user

Dalam Jigsaw siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa ditugaskan

untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial,

biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap

anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari

tugas membaca tersebut. Sebagai contoh mata pelajaran biologi dalam kompetensi

dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem,

salah satu siswa dalam masing-masing tim dipilih untuk menjadi ahli satuan

makluk hidup dalam ekosistem, yang lain ahli macam macam ekosistem, yang

ketiga ahli komponen-komponen ekosistem, dan yang keempat ahli organisme

autotrof dan heterotrof, yang kelima sebagai ahli pola interaksi organisme. Setelah

mempelajari materinya dari hipermedia dan modul para ahli dari tim yang berbeda

bertemu untuk mediskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka

kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman dalam

kelompok asal atau timnya. Akhirnya, diberikan kuis atau bentuk penilaian

lainnya untuk semua topik.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw

Menurut Sunarni (2008: 7) langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai

berikut : 1) Siswa dibagi berkelompok dengan anggota 5-6 siswa heterogen; 2)

Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks yang dibagi menjadi

beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan

dan bertanggungjawab untuk mempelajari bagian yang diberikan; 4) Anggota dari

kelompok lain yang telah mempelajarai sub bab yang sama bertemu dengan

(41)

commit to user

kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok

mereka tentang sub bab mereka; dan 6) Setelah selesai pertemuan dan diskusi

kelompok asal, siswa dikenai kuis secara individu tentang materi yang dipelajari.

Sepuluh langkah-langkah mudah pembelajaran Jigsaw yang harus

diperhatikan oleh guru yaitu : 1) Divide students into 5- or 6-person jigsaw

groups. The groups should be diverse in terms of gender, ethnicity, race, and

ability, 2) Appoint one student from each group as the leader.Initially, this person

should be the most mature student in the group.3)Divide the day's lesson into 5-6

segments. 4) Assign each student to learn one segment, making sure students have

direct access only to their own segment. 5) Give students time to read over their

segment at least twice and become familiar with it. There is no need for them to

memorize it. 6) Form temporary "expert groups" by having one student from each

jigsaw group join other students assigned to the same segment. Give students in

these expert groups time to discuss the main points of their segment and to

rehearse the presentations they will make to their jigsaw group. 7) Bring the

students back into their jigsaw groups. 8) Ask each student to present her or his

segment to the group. Encourage others in the group to ask questions for

clarification. 9) Float from group to group, observing the process.If any group is

having trouble (eg, a member is dominating or disruptive), make an appropriate

intervention.Eventually, it's best for the group leader to handle this task. Leaders

can be trained by whispering an instruction on how to intervene, until the leader

gets the hang of it. 10) At the end of the session, give a quiz on the material so

that students quickly come to realize that these sessions are not just fun and

games but really count.. (www.jigsaw.org/).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan sintak/lang;ah pembelajaran jigsaw

adalah : 1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6

orang); 2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teksyang telah

dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub

bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya; 4) Anggota

dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam

kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya; 5) Setiap anggota ahli setelah

kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya; 6) Pada pertemuan

(42)

commit to user

Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau

memperhatikan dua prinsip inti berikut. Pertama, adanya saling ketergantungan

yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota

yang lain dalam mencapai tujuan kelompok. Kedua adanya tanggung jawab

pribadi (Individual accountability). Disini setiap anggota kelompok harus

memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Selain itu pembelajaran kooperatif

juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan beberapa

kecakapan hidup yaitu kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama.

Kecakapan ini memiliki peran penting dalam kehidupan nyata.

c. Keunggulan Pembelajaran Jigsaw

Belajar kooperatif Jigsaw merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan

pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw

memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya

mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan

dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga

pengetahuannya jadi bertambah. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan

juga pembelajaran orang lain. Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif

untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

d. Kekurangan Pembelajaran Jigsaw

1). Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan

(43)

commit to user

kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. 2). Jika jumlah anggota

kelompok kurang akan menimbulkan masalah. 3). Membutuhkan waktu yang

lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga

perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.

5. Media Pembelajaran

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan

(Bovee,1997) dalam (Hujair,2009: 3). Media pembelajaran adalah sebuah alat

yang berfugsi dan berguna untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan

ajar. Gagne, (1970) dalam Hujair (2009) mengatakan bahwa media adalah

berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang

dapat merangsang pembelajar untuk belajar.

Beberapa pengertian media dalam Budi Susilana (2007: 5) ,bahwa media

adalah sebagai berikut : 1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Shram,

1997); 2) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,termasuk

teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969); 3) Alat untuk memberikan

perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970); 4) Segala

bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT,

1977); 5) Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang

dapat merasang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar

Gambar

Gambar 2.2 : Hubungan Fase-Fase belajar
Gambar 2.3. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw
Gambar 2.4 Peta Konsep ekosistem
Gambar 2.5   Saling Ketergantungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : Kontribusi Kemampuan Memori dan Kemampuan Analisis Siswa terhadap Prestasi Belajar Materi Koloid di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Tahun

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengaruh motivasi belajar dan kemampuan memori siswa yang maksimal dan meningkatkan prestasi belajar biologi..

Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan: 1) pembelajaran dengan TPS mempunyai prestasi belajar kognitif lebih tinggi dari TAI, 2) tidak ada pengaruh yang signifikan

PEMBELAJARAN KIMIA METODE JIGSAW BERBANTUAN PETA KONSEP DAN PETA PIKIRAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN. MEMORI DAN KREATIVITAS BERPIKIR PADA MATERI SIFAT

Berdasarkan hasil uji analisis prestasi kognitif diperoleh nilai F hitung = 0,061 dengan p-value = 0,085. Oleh karena p-value > 0,05; maka Ho diterima, berarti Interaksi

Joko Widiyanto, 2010, “ Penerapan Laboratorium Riil dan Virtuil pada Pembelajaran Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Memori ”. Ashadi, Pembimbing II,

Abstrak: Dalam mendukung tercapainya tujuan pembelajaran matematika diperlukan faktor kemampuan memori yang berkenaan dengan daya ingat seseorang dan metode pembelajaran yang

Kriteria tidak baik/belum berkembang yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 0-25 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas anak didik Peningkatan Kemampuan Interaksi Sosial Anak