commit to user
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN JIGSAW MELALUI HIPERMEDIA
DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI
DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR
(Pada Materi Ekosistem Untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sains
Oleh :
TRI LUKITANINGSIH S830809225
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya perkembangan teknologi informatika di dunia pendidikan, setiap
satuan pendidikan berlomba untuk melengkapi diri dengan memanfaatkan
berbagai fasilitas yang memungkinkan pemanfaatan infrastruktur untuk
menunjang peningkatan kualitas serta pemberian layanan kepada peserta didik
melalui berbagai sarana teknologi informatika (IT), antara lain media computer,
media internet dll. Sejalan dengan itu dari pemerintah sendiri selalu merenovasi
kurikulum pendidikan dengan tujuan agar dapat diterapkan pada lembaga
pendidikan sesuai dengan jenjang dan tingkatan masing-masing. Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan)
Semenjak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
commit to user
pendidikan untuk menyusun sebuah kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi
sekolah masing-masing. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa
peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Utamanya pendidik yang dalam hal ini
merupakan satu komponen yang langsung berperan dalam proses pembelajaran
dituntut untuk dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif. Hal ini akan
mengubah paradigma dalam proses pendidikan khususnya proses pembalajaran.
Perubahan proses pembelajaran lebih menekankan dan menjadi lebih
mementingkan peran serta didik dan karakteristik sumber daya yang ada pada
tiap-tiap satuan pendidikan. Pembelajaran berpusat pada siswa, oleh karenannya
siswalah yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengeksplorasi dan
menginterprestasikan pengetahuan dan permasalahan baru yang dibandingkan,
dikombinasikan, dan dianalisa dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh
peserta didik. Proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil yang
diperoleh. pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) cenderung
lebih memperlihatkan paradigma pendidikan saat ini sebagaimana yang
terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pembelajaran IPA biologi (Sains) di SMP bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaanNya, (2) Mengembangkan pemahaman tentang
commit to user
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa
ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4)
Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi, (5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan
lingkungan serta sumber daya alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk
menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan,
(7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdikbud, 2004)
Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan
proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan
siswa dalam pembelajaran. Guru adalah subjek yang sangat berperan dalam
membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang
menjadi sasaran pendidikan. Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah
bagaimana menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam
kehidupan sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan
yang bermakna dalam benak siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku
pada penjabaran konsep biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan
bagaimana makna yang terkandung dalam konsep tersebut.
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya sebagai
komunikan atau penerima pesan, bisa juga siswa sebagai komunikator atau
penyampai pesan. Dalam kondisi seperti ini akan terjadi komunikasi dua arah (two
commit to user
communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran sangat dibutuhkan
peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan
(kompetensi). Dalam sistem pembelajaran didalamnya mengandung komponen
yang saling berkaitan erat untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi : tujuan,
materi, metode, media dan evaluasi (Rudi Susilana,.et al, 2007: 4) .
Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah adalah
masih adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi.
Kegiatan pembelajaran dikelas serimg text book oriented dan kurang dikaitkan
dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada (Kasihani,2008: 1). Guru
mengajar hanya menggunakan metode konvensional. Guru hanya mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik atau dengan kata lain guru merupakan
satu-satunya sumber utama pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented
dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk
memahami konsep akademik yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut
diajarkan menggunakan cara-cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal
mereka sangat memerlukan pemahaman konsep-konsep yang berhubungan
dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, prestasi belajar siswa sulit
ditumbuhkan dan pola belajar mereka cenderung menghafal dan mekanistik.
Peserta didik sering kali mendapat kesulitan dalam belajar dan kesulitan belajar
siswa. Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak
untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal
pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana
commit to user
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi materi ekosistem siswa kelas VII
Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2008/2009 masih kurang dari
KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 6,5.
Tabel 1.1: Nilai rata-rata Prestasi belajar Materi Ekosistem Siswa kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun 2008/2009
No Kelas Nilai
rata-rata KKM Ket
1 VII A 6,5 6,5
2 VII B 6,3 6,5
3 VII C 6,1 6,5
4 VII D 6,0 6,5
5 VII E 6,0 6,5
6 VII F 6,2 6,5
Keberhasilan pembelajaran biologi tidak luput dari berbagai pendukung
pembelajaran baik guru, media pembelajaran, sarana dan prasarana, selain itu
juga dari diri siswa sendiri yang berupa kemampuan memori dan interaksi sosial
yang sangat heterogen. Seiring dengan heterogennya kemampuan memori serta
interaksi sosial siswa tersebut maka untuk pencapaian prestasi belajar, guru
memerlukan inovasi pembelajaran. Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran,
dalam penelitian mencoba menggunakan sebuah metode pembelajaran yang
dipadu dengan media pembelajaran. Dengan hal diharapkan anak dapat
menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar yang menarik hati dan
memotivasi mereka untuk belajar. Metode pembelajaran dan media pembelajaran
yang dimungkinkan dapat mempengaruhi prestasi belajar biologi yaitu metode
commit to user
Kemampuan memori atau ingatan secara sempit dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan, menyimpan
kesan-kesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan-kesan-kesan yang pernah diterima
(Walgito, 1985). Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu
proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus
yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang. Seseorang
berkemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1)
proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) memiliki banyak cue dengan
asosiasi tinggi; banyak latihan. Memori akan lebih baik jika sesuatu yang
dipelajari dengan berulang-ulang walaupun dengan sesi yang cukup pendek dari
pada sesi atau waktu yang lebih lama. Kenyataan di lapangan masih banyak
ditemukan anak yang memiliki kemampuan memori tinggi yang tidak didukung
oleh sarana dan prasarana sekolah yang memadai, sehingga tidak memberikan
kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Kemampuan guru
dalam pengelolaan kelas, penggunaan model dan metode pembelajaran yang
digunakan juga dapat merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori
akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan
berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja.
(http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html).
Disamping itu interaksi sosial siswa memiliki peran penting dalam kegiatan
pembelajaran. Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan
dua eleman penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai
commit to user
tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Thibaut dan Kelley
dalam Ali (2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling
mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi
dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi
individu lain. Menurut Bonner (2004: 3) dalam Ali (2004: 87) interaksi sosial
merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan
individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau
sebaliknya. Dalam memenuhi prestasi belajar yang maksimal dalam pembelajaran
diperlukan pula kerjasama antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan lingkungan sekolah, dan antara siswa dengan sarana dan
prasarana sekolah. Interaksi atau hubungan antara siswa dengan teman, guru,
lingkungan sekolah, dengan sarana dan prasarana dapat dikembangkan melalui
berbagai metode dan model pembelajaran.
Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Eliliot Aroson dalam
Anita Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam
pembelajaran berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam
suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dipilihnya
pembelajaran Kooperatif Jigsaw dikarenakan pembelajaran menurut Kemal
Deymus dalam jurnalnya bahwa kooperatif Jigsaw dapat membuat siswa
commit to user
. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja
sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pembelajaran. Maka dengan penerapan pembelajaran kooperatif diharapkan
interaksi sosial siswa akan tumbuh, karena siswa dalam pembelajaran kooperatif
jigsaw siswa dikelompokkan untuk saling bekerjasama dan saling membantu
dalam memahami bahan atau materi pelajaran.
Menurut Sri Anitah (2009: 63) Hipermedia, merupakan media yang memiliki
komposisi materi-materi yang tidak berurutan. Hipermedia mengacu pada sofware
komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang
dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke
suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya berpikir dan
cara memproses informasinya sendiri.
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang
memperhatikan fungsi pendidikan (I Wayan Santyasa, 2009: 8). Strategi
pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu
pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu
pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta,
konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.
Materi yang diajarkan adalah ekosistem. Dalam materi ini banyak hal
commit to user
dipahami, namun bisa disampaikan dengan strategi belajar yang bervariasi. Guru,
dalam hal ini berusaha untuk mencover keinginan anak tersebut dengan
menyerahkan kepada mereka cara belajar yang mereka inginkan, kemudian guru
berusaha membawa dan membimbing siswa dalam kondisi yang diinginkan,
dengan harapan belajar sesuai dengan keinginan siswa akan mampu mendorong
dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Ini akan
diindikasikan dengan tingginya kemampuan memori dan interaksi sosial siswa
akan berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar pada ulangan harian siswa pada
materi ekosistem.
Berdasarkan pertimbangan diatas bahwa teori bejalar yang mendukung Peaget
siswa langsung dapat berinteraksi dengan materi ekosistem dari media
pembelajaran yaitu hipermedia dan modul. Dengan Hipermedia dan modul
karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh siswa secara langsung. Dengan
pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal waktu masuk kelas sehingga
siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan pembelajaran kooperatif
Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi
bertambah. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung
commit to user
Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah pada materi pokok ekosistem sebagi berikut :
1. Prestasi belajar biologi di SMP Negeri 2 Paron masih belum mencapai KKM
yang ditetapkan.
2. Pembelajaran biologi kurang inovatif, banyak guru yang mengajar secara
konvensional, padahal berbagai model pembelajaran telah
dikembangkanseperti Jigsaw, TGT,TPS namun banyak guru yang belum
menguasai
3. Pembelajaran biologi yang bercorak teoritis dan hafalan sehingga proses
pembelajaran kurang menarik berlangsung monoton dan membosankan,
padahal beberapa media telah tersedia seperti Hypermedia, Modul, Komik,
Video dll.
4. Prestasi Biologi cenderung hanya mencakup aspek kognitif saja, padahal
seharusnya mencakup aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor.
5. Pembelajaran biologi siswa terkesan hanya dengan menghafalkan fakta dan
konsep yang sudah jadi, tanpa pemahaman yang membuat proses
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
6. Materi Biologi yang disajikan pada siswa kelas VII antara lain, ciri-ciri
commit to user
saling ketergantungan, kepadatan polusasi manusia dan pengelolaan
lingkungan, namun pembelajaran belum disesuaikan dengan karakteristik
materi dan menerapkan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa.
7. Dalam proses pembelajaran guru belum memperhatikan latar belakang siswa
antara lain; kemampuan memori, kemampuan interaksi sosial, motivasi,
kemampuan awal dll.
8. Pembelajaran biologi yang belum bersifat interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, yang dapat memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif.
9. Penggunaan metode kooperatif jigsaw dengan hipermedia dan modul
diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi lebih baik
C.Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian lebih terfokus dan terarah
maka dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Hipermedia: dibatasi penggunaan teknologi komputer dengan memanfaatkan
aplikasi yang mendukung proses pembalajaran di kelas.
2. Modul: dibatasi pada pengorganisasian materi pembelajaran yang mengacu
urutan penyajian materi pelajaran dalam keterkaitan antara fakta, konsep,
prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran.
commit to user
4. Prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Paron kelas VII dibatasi pada
kemampuan kognitif siswa dalam mengerjakan Soal-soal Biologi pada materi
ekosistem
5. Kemampuan memori siswa SMP Negeri 2 Paron dibatasi pada kemampuan
memori siswa kelas VII untuk mendukung pencapaian prestasi yang
diharapkan.
6. Interaksi Sosial siswa SMP Negeri 2 Paron dikategorikan tinggi dan rendah
dengan angket interaksi sosial
7. Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur dengan nilai kognitif siswa,
setelah selesai pembelajaran.
8. Materi pokoki yang disampaikan dibatasi pada materi ekosistem
D.Perumusan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, biaya, tenaga maka pokok pemasalahan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul
terhadap prestasi belajar siswa ?
2. Adakah pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa ?
3. Adakah pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa ?
4. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui
commit to user
5. Adakah interaksi antara pemebelajaran biologi dengan jigsaw melalui
hipermedia dan modul dengan kemampuan interaksi sosial ?
6. Adakah interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial
siswa terhadap prestasi belajar siswa ?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui
hipermedia dan modul dengan kemampuan memori dan interaksi sosial
siswa?
E.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini
untuk mengetahui :
1. pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
2. pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok ekosistem.
3. pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
4. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan
modul ditinjau dari kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar pada
materi pokok ekosistem.
5. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan
modul ditinjau dari kemampuan interaksi sosial terhadap prestasi belajar pada
commit to user
6. interaksi kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial siswa terhadap
prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
7. interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul
ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi
belajar pada materi pokok ekosistem.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Manfaat teoritis :
a. Mengetahui prestasi belajar siswa dengan pembelajaran jigsaw melalui
hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial
siswa.
b. Menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat
mendukung teori-teori yang telah ada.
c. Memberi masukan bagi guru mata pelajaran Biologi dalam penggunaan
alternatif media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran biologi.
d. Memberikan pertimbangan untuk pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada masa mendatang.
2. Manfaat praktis :
a. Mengetahui prestasi belajar siswa, melalui hipermedia dan modul.
b. Memotivasi guru untuk menentukan cara pembelajaran yang tepat
commit to user
c. Sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk memberikan dorongan dan
memfasilitasi guru dalam melakukan kegiatan mengajar yang menarik, efektif
dan efisien.
d. Memberikan alternatif dan dorongan kepada peneliti lain yang
melakukan penelitian sejenis, untuk melakukan penelitian yang lebih luas dan
mendalam.
e. Dapat memberi masukan bagi pengembangan pembelajaran pada dunia
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (Syaiful
Sagala, 2008: 61). Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara
sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Menurut Gagne
dan Briggs (1979: 3) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
commit to user
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara sumber belajar, guru, dan siswa dalam
lingkungan belajar dimana guru berusaha untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan
itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang
relatif lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dalam pembelajaran
biologi materi ekosistem guru berusaha mempengaruhi siswa dengan berbagai
sumber belajar dan media pembelajaran sehingga terjadi interaksi timbal balik
antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehinga siswa dapat memahani
materi dengan baik.
a. Pengertian Belajar
Banyak ahli jiwa dan ahli pendidikan mengatakan atau mengemukakan
rumusan tentang belajar yang berbeda satu dengan lainya. Perbedaan dalam
mengartikan tersebut disebabkan adanya dasar-dasar percobaan atau pandangan
yang berbeda-beda. Ernest R.Hilgaed dalam Zainal Agib memberikan definisi
belajar sebagai berikut : ” Learning is process by which an activity originates or is
changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural
environment) as distingnguished from changes by factors not attibut able to
training. (2002: 43). Menurut Nasution, dalam bukunya Dedaktik Azas-azas
Mengajar mengatakan : ”Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat
syaraf. Definisi lain belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ketiga
commit to user
Menurut Gagne (1984) dalam Ratna Wilis Dahar belajar dapat
didefifnisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Ratna Wilis Dahar memberikan penjelasan tentang
komponen-komponen dalam definisi belajar akan lebih berarti dan bermakna.
Perubahan perilaku, belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisma,
bahwa belajar membutuhkan waktu. Belajar terjadi apabila suatu organisma
berperilaku berbeda pada waktu yang tidak sama dalam suasana yang serupa
(1989: 11).
”Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit atau
tersembunyi” (Syaiful Sagala, 2005: 11). Belajar yang efektif melalui pengalaman
ada lathan sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu. Hal ini sejalan
dengan pendapat Gagne dalam Ratna Wilis bahwa belajar artinya sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Melalui proses dan pengalaman manusia dengan akalnya akan berpikir yang
merupakan suatu kegiatan untuk menemukan kegiatan yang benar. Makna benar
ini untuk tiap orang selalu berbeda sehingga proses berpikir untuk menghasilkan
pengetahuan yang benar berbeda pula. Dengan belajar manusia yang semula
belum tahu menjadi tahu dan yang ragu-ragu akan mencari kebenaran.
Ditinjau dari definisi di depan, akan tetapi pada prinsipnya semua definisi
itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Adanya suatu usaha yang dilakukan
sesorang, (2) Adanya tujuan yang diinginkan, (3) Adanya hasil yang hendak
commit to user
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau
mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat
dalam berbagai mata pelajaran atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan
atau pengala,man yang terorganisir. Cronbach dalam Abu Ahmadi (2004: 127)
mengartikan belajar sebagai ” Learning is snow by achange in behaviouras a
result of exprience.” Dalam hal ini penekanan kegiatan belajar lebih pada
pengalaman yang dialami individu.
Dengan demikian belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan
perubahan-perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang belajar. Perubahan
tingkah laku itu menyangkut berbagai unsur kepribadian psikis maupun fisik
seperti: perubahan dalam pemecahan masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan
atau sikap, perubahan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan baru yang
belum dimiliki sebelumnya. Perubahan tersebut terjadi karena beberapa usaha
yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dalam penelitian ini dimaksud belajar
adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman melalui kerja
kelompok.
b. Tujuan Pembelajaran Biologi
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa
membutuhkan proses pembelajaran yang dapat membantu menghadapi segala
tantangan dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan, baik
ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial serta teknologi,
akhir-akhir ini berkembang sangat pesat dan masih terus akan berkembang. Hal ini
commit to user
bidang IPA untuk dapat berperan dan mengikuti perkembangan tersebut. Biologi
merupakan ilmu yang sangat berkaitan dengan kehidupan. Makhluk hidup yang
mencakup manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme beserta
lingkungannya dipelajari dalam Biologi. Dengan mempelajari Biologi dapat
memahami fakta-fakta kehidupan di lingkungan sekitar. Melihat betapa
pentingnya Biologi maka perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan Biologi di
sekolah agar membentuk siswa yang memiliki daya nalar dan daya pikir yang
baik, kreatif, cerdas dalam memecahkan masalah, serta mampu
mengomunikasikan gagasan-gagasannya. Sedangkan tujuan Biologi itu sendiri,
yaitu (1) membentuk sikap positif terhadap Biologi dengan menyadari keteraturan
dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2)
memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja
sama dengan orang lain dan (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengomunikasikan
hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Tujuan pembelajaran Biologi adalah
mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep Biologi dikaitkan
dengan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar. (Depdiknas: 2006)
2. Teori-teori Belajar
Teori belajar yang telah dirumuskan oleh para ahli sangat vital diperlukan oleh
pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan, namun tidak
dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai
commit to user
menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat
kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain:
a). Teori Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von
Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994) dalam (Paul, 1997: 18).
Von Glasersfeld dalam Paul Suparno ( 1997: 18) menegaskan bahwa pengetahuan
bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran
dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan tidak
dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain
(murid). Murid sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan
dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka ( Lorsbach &
Tobin, 1992) dalam Paul Suparno (1997: 19)
Secara ringkas gagasan kontruktivisme tentang pengetahuan disimpulkan
sebagai berikut : 1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan
belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2).
Subjek membentuk skema kognitif, ketegori, konsep, dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan. 3). Pentehauan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang.
Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam
berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Paul Suparno, 1997: 21)
Menurut ahli para kontruktivisme, belajar merupakan pemaknaan
commit to user
segala sesuatu bersifat temporer maka manusialah yang harus memberi makna
terhadap realitas. Pada kenyataannya kita tidak pernah memperoleh pengetahuan
dalam bentuk jadi atau dalam paket-paket, yang dapat dipersepsi secara langsung.
Widodo (2004) dalam Kasihani (2008: 8) mengidentifikasi lima hal penting dari
kontruktivisme yang berkaitan dengan pembelajaran yaitu : 1) pembelajaran telah
memiliki pengetahuan awal, tidak ada pembelajaran yang otaknya benar-benar
kosong. Pengetahuan awal memiliki peran penting pada saat siswa belajar tentang
sesuatu hal yang ada kaitanya dengan apa yang telah diketahui; 2) belajar
merupakan proses rekontruksi suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang
telah dimiliki, Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari suatu sumber ke penerima,
namun pembelajar sendiri yang mengkontruk pengetahuan; 3) belajar adalah
perubahan konsepsi pembelajar, karena pembelajar telah memiliki pengetahuan
awal. Hal ini belajar merupakan proses mengubah pengetahuan awal siswa agar
pengetahuan awal bisa berkembang menjadi suatu konstruk pengetahuan yang
lebih besar; 4) proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu
konteks sosial tertentu, Proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung pada
individu, namun sosial memainkan peran penting dalam proses tersebut sebab
individu tidak terpisah dari individu lainnya; 5) pembelajar bertanggungjawab
terhadap proses belajarnya, dalam hal ini guru berperan menyiapkan kondisi yang
memungkinkan siswa belajar. Jadi guru atau siapapun tidak dapat memaksa siswa
untuk belajar.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontruktivisme
commit to user
berdasarkan pada pengalaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan
melalui pengalaman-pengalaman berlajar bermakna. Belajar adalah proses
pemaknaan informasi baru yang bisa berubah. Guru tidak hanya sekedar
memberitahukan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri
pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan siswa
dengan memberikan kesempatan untuk menemukan atau menerapakan ide-ide
mereka sendiri. Dalam kontruktivisme siswa untuk memecahkan konsep-konsep
Biologi pada materi ekosistem yang dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada di
lingkungan sekitar sehingga siswa dapat menumbuhkan nilai dan sikap ilmiahnya.
Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga
dengan keaktifan itu siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan.
b). Teori Kognitif
Kognitif menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman yang selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat
berhubungan dengan teori sibmetik. Pengetahuan dibangun dalam diri individu
melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori ini
terwujud dalam model ZPD-nya Vygosky ( Kasihani, 2008: 5)
1). Teori Belajar Piaget
Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1989: 152) setiap individu belajar sesuai
tingkat-commit to user
tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tingkat Sensori-motor (0-2
tahun) pada tingkat ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sesori)
dan tindakan-tindakannya (motor). Pada usia ini individu tidak mempunyai
konsepsi object permanence; 2) Tingkat Pra–operasional (2 – 7 tahun) pada
tingkat ini anak belum melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah,
mengurangi dan lain-lain. Penalaran mereka dari khusus ke khusus tanpa
menyentuh pada yang umum. Anak tidak memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah yang memerlukan berpikir reversibel. Anak
bersifat egosentris berarti anak itu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat
orang lain.Selanjutnya anak lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang
suatu peristiwa dari pada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan lain.; 3)
Tingkat operasional konkret (7 – 11 tahun) pada tingkat ini merupakan permulaan
berpikir rasional, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya
pada masalah-masalah konkret. Dalam periode ini anak memilih pengambilan
keputusan logis. Anak bersifat sosiosentris dalam bekomunikasi, berusaha untuk
menerima gagasan oranglain, berusaha untuk mengerti orang lain dan
mengemukakan gagasan pada teman atau pada orang dewasa; 4) Tingkat
Operasioanl formal (11 tahun – keatas) pada tingkat ini anak dapat menggunakan
operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih
kompleks.
Dalam berpikir anak tidak dibatasi pada benda-benda atau
peristiwa-peristiwa yang konkret. Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap
commit to user
tahapan Praoperasional , dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah samapai
ke tahap yang lebih tinggi (Operational konkrit dan operasional formal). Secara
umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin terartur (dan juga
semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka seyogyanya dalam pembelajaran seorang
guru memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan
materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahapan tersebut.
Menurut Piaget, ada tiga aspek pertumbuhan intelektual, sebagai berikut : 1)
Struktur yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan
perkembangan berpikir logis; 2) Isi yaitu perilaku anak yang kahas tercermin
dalam respon yang diberikan terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapi; 3) Fungsi, yaitu cara yang digunakan organisme untuk membuat
kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu
organisasi dan adaptasi.
Tindakan menuju pada perkembangan operasi dan selanjutnya operasi
menuju pada perkembangan struktur. Operasi merupakan tindakan yang
berinternalisasi, reversibel, selalu tetap, dan tidak ada yang berdiri sendiri.
Struktur-struktur merupakan organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih
tinggi dari operasi. Isi pertumbuhan intelektual ialah pola perilaku anak yang khas
yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah yang
dihadapinya ( Ratna Wilis,1989: 166).
Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan yaitu sebagai berikut : 1)
Pengetahuan fisik, merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada dibuat
commit to user
terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan introduksi pada
obyek-obyek, 3) Pengetahuan sosial didasarkan pada perjanjian sosial, suatu
perjanjian atau kebiasaan yang dibuat manusia. Pengetahuan sosial dapat
dipindahkan dari pikiran belajar ke pebelajar, sedangkan pengetahuan fisik dan
logika matematika harus dibangun sendiri oleh anak.
Berk dalam Slavin menyimpulkan implikasi utama dari teori Piaget dalam
pengajaran yaitu 1) pengajaran hendaknya berfokus pada proses berfikir siswa,
tidak hanya pada hasilnya, 2) mengutamakan inisiatif pribadi dan keterlibatan
aktif siswa dalam kegiatan belajar, 3) tidak menekankan pada praktek yang
bertujuan untuk membuat siswa berpikir seperti orang dewasa, 4) menerima
adanya perbedaan individu dalam perkembangan kognitif anak.
Penerapan dalam pengajaran, siswa dibiarkan untuk berpikir dan
mengemukakan pendapatnya sehingga siswa terlibat aktif dalam pengajaran dan
dapat menerima adanya perbedaan antara siswa. Jika siswa dibiarkan untuk
berpikir mengemukakan pendapatnya maka siswa akan mengalami perkembangan
kognitifnya. Perkembangan kognitif seseorang melalui tiga tahap yaitu: 1) tahap
enaktif dimana individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami
lingkungan; 2) tahap ikonik individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan
visualisasi verbal dan; 3) tahap simbolik dimana individu mempunyai gagasan
abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika (Toeti Soekamto, 1997 : 24)
Manusia dalam belajar melalui tahapan dengan melalui aktivitas manusia
akan menemukan pengalaman yang diwujudkan dalam gagasannya dengan
commit to user
disimpulkan bahwa siswa perkembangan intelektualnya pada tingkat operasional
formal dan perkembangan kognitifnya sudah mencapai pada tahap simbolik
dimana siswa mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa
dan logika. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget
yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting
terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan
teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas
pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur,
1998) dalam (Trianto,2007: 14)
2). Teori David Ausubel
Belajar menurut David Ausubel dalam Ratna Wilis (1989: 110)
diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu, 1) berhubungan dengan cara
mendapatkan informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, 2) cara
bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang
telah ada. Belajar merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada
konsep-konsep yang relevan yang teradapat dalam struktur kognitif seseorang.
Teori belajar dari Ausubel terkenal dengan teori bermakna. Materi yang
diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai
sebelumnya (Toeti Soekamto, 1997:25). Materi yang dipilih dan diatur
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan serta masa lalu anak yang
ditunjang dengan situasi belajar yang nyaman. Teori belajar ini memiliki sifat
commit to user
mempelajari informasi baru dan mempermudah siswa mempelajari materi karena
telah diarahkan.
Gambar 2.1: Bentuk-bentuk Belajar (menurut Ausubel &Robinson, 1969)
Menurut Prasetyo (1997: 10) sifat Advence organizer dapat memberikan
tiga manfaat yaitu 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi
belajar yang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa
yang ”akan” dipelajari siswa, 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah. Siswa dalam belajar, sehingga materi yang dipelajari
siswa dapat dihubungkan antara materi yang dipelajari saat ini dengan materi yang
dipelajari diwaktu yang akan datang sehingga memudahkan siswa dalam
memahami bahan ajar. Siswa dalam mempelajari materi saat diajarkan ada
kaitanya dengan materi sebelumnya. Materi yang dipilih sesuai dengan tingkat
perkembangan serta masa lalu siswa, materi yang dipelajari saat ini memudahkan
siswa dalam mempelajari materi yang akan datang. Siswa dapat berdiskusi saat
menyelesaikan tugas. Dalam model pembalajaran Jigsaw (Kelompok Ahli) siswa
commit to user
dituntut untuk bekerjasama dalam satu kelompok ahli maupun kelompok asal
untuk menyelesaikan masalah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori
belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur
kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi
sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode Jigsaw
dengan hipermedia dan Jigsaw dengan modul adalah kedua metode tersebut
konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengetahuan dan
pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama
tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik
kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini
digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru.
3). Teori Gagne
Menurut Gagne dalam Noehi Nasution ( 2008: 4.3) belajar itu merupakan
suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya
cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan
yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru.
Ada beberapa ciri penting tentang tentang belajar yaitu : 1) belajar itu merupakan
suatu proses yang dapat dilakukan manusia; 2) belajar menyangkut interaksi
antara pebelajar dan lingkungannnya; 3) belajar telah berlangsung bila terjadi
commit to user
Belajar sebagai proses, bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan
komputer. Pemrosesan informasi (information prosessing model, proses belajar
dianggap sebagai transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat
pada sebuah komputer. Dari uraian diatas disimpulkan belajar terjadi pada diri
manusia dengan proses pengubahan tingkah laku secara cepat, tepat dan terjadi
hanya satu kali dalam kehidupan seseorang.
Didasarkan atas model pemrosesan-informasi Gagne dalam Ratna Wilis
(1997: 147) mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase
belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat diintruksikan oleh
siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang
terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian instruksional dalam kelas, seperti
mengaktifkan motivasi, memberitahukan tujuan-tujuan instruksional serta
mengarah perhatian, dapat dilakukan guru secara klasikal, tetapi kejadian-kejadian
instruksional yang lain meminta guru agar memperhatikan perbedaan individu
siswa. Hubungan antara fase-fase belajar dan kejadian-kejadian instruksional
menurut Gagne dapat digambarkan sebagai berikut :
commit to user
Gambar 2.2 : Hubungan Fase-Fase belajar
c. Teori Belajar Motivasi
Menurut Slavin (2005: 34) Perspektif motovasional pada pembelajaran
kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana
para siswa bekerja. Sedangkan Deutsch (1949) dalam Slavin mengidentikasikan
tiga struktur tujuan : 1) kooperatif, dimana usaha berorientasi –tujuan dari tiap
individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; 2)
kompetitif, dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu menghalangi
commit to user
pencapaian tujuan anggota lain; dan 3) individualistik, dimana
usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian
tujuan anggota lainnya. Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di
mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka, jika
kelompok mereka bisa sukses. Dengan demikian dalam pembejaraan kooperatif
siswa yang ingin meraih prestasi individu, anggota kelompok harus membantu
teman dan mendorong anggota satu kelompok untuk melakukan usaha maksimal
dalam satu timnya untuk meraih prestasinya.
d. Teori Belajar Sosial
Belajar sosial adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari
pengamatan dan penguasaan. Proses belajar merupakan proses meniru atau
menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap orang
tersebut (Albert Bandura, 1997). Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan
bagaimana orang belajar dalam setting yang alami/lingkungan sebenarnya.
Bandura (1997,B) juga menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku lingkungan
dan kejadian-kejadian internal pada siswa yang mempengaruhi persepsi dan aksi
adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking). Pengakuan
sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua eleman
penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar; 2)
belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya
commit to user
teori dalam psikologi perkembangan dimana ditekankan pada hakekat
sosiokultural dari pembelajaran.
Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat
antar lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses
kognitif belajar. Penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya
bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi
juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri
yakni sense of self efficacy dan self- regulatory system. Sense of self efficacy
adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan
keterampilan sesuai standar yang berlaku. Dalam pembelajaran sel regulatory
akan menentukan ”gopal setting” dan ”self evaluation” pembelajar merupakan
dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Dalam proses
pembelajaran sebaiknya siswa diberikan kesempatan yang cukup untuk latihan
secara mental mendapatkan latihan fisik, dan reinforcement serta menghindari
punishment yang tidak perlu. Teori belajar sosial menekankan, bahwa
lingkungan yang dihadapkan pada seseorang tidak random,
lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar melibatkan
perolehan kemampuan–kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang
dibawa sejak lahir, jadi bukan dari bawaan. Belajar tergantung pada pengalaman,
sebagian pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan. Individu
melalui empat tingkat perkembangan intelektual dengan urutan yang sama, tetapi
commit to user
usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tingkat operasinal
formal, dimana siswa sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah istilah umum dalam disain strategi
pembelajaran untuk membantu perkembangan kelompok dan interaksi antar
siswa. Pembelajaran kooperatif sebuah kelompok strategis pengajaran yang
melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
(Trianto, 2007: 42) . Strategi ini dirancang untuk menyisihkan atau mengurangi
kompetensi yang ditemukan di kelas. Strategi pembelajaran kooperatif ini
khususnya dirancang untuk mendorong bekerja sama dan saling membantu satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran kooperatif ini
dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis . Hal ini terlihat
pada salah satu teory Vygostky, yaitu tentang penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran. Vygostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih
tinggi pada umumnya muncul percakapan atau kerjasama antar individu sebelum
fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Ilmpilkasi
dari teori Vygostky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran
kooperatif.
Menurut Hilda dan Margaret (2002: 70) pembelajaran kooperatif adalah suatu
strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
commit to user
teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan atau metode mengajar dengan
cara siswa bekerja atau belajar dalam kelompok yang kemampuan anggotanya
beragam (Slavin, 1997: 284). Bekerjasama berarti melakukan sesuatu bersama
dengan saling membantu dan bekerja sebagai tim. Pembelajaran ini artinya belajar
bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok
dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang berikan dengan baik.
b. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa
“tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk
mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan yaitu: 1) Saling Ketergantungan Positif, dalam bekerja kelompok
setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang
lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar
siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang
disebut saling ketergantungan positif. 2) Tanggung Jawab Perseorangan, unsur ini
merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik
karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk
dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota
commit to user
berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan
kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang
disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi
kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat
menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. 3) Tatap Muka, setiap kelompok harus
diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegaiatan ini akan
memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh
sumber belajar yang bervariasi. 4) Komunikasi antar Anggota, pembelajaran
kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa
menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota
sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. 5) Evaluasi Proses
Kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi beberapa model yaitu: a)
Student Team Achievement Divisions (STAD); b) Teams Games Tournaments
(TGT); c) Jigsaw; d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);
e) Team Accelerated Instruction (TAI). Selain itu ada juga metode belajar lain
masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu : a) Group Investigation; b)
Learning Together; c) Complex Instruction; d) Structural Dyadic Methods
commit to user
Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode
lain, yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa; b) Meningkatkan rasa percaya
diri; c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;
d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Disamping itu ada juga
kelemahannya, yaitu: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk
melaksanakannya; b) Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk.
Cooperative Leraning (CL) atau Pembelajaran kooperatif membuat siswa
yang bekerja dalam kelompok akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan
siswa yang dikelasnya dikelola secara tradisional. Pembelajaran kooperatif adalah
salah satu bentuk pembalajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam
menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok saling bekerjasama
dan saling membantu untuk memahami materi. Dalam pembelajaran kooperatif,
belajar dikatakan belum selesai jika satu teman dalam kelompok belum menguasai
bahan pelajaran. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi
sosial pembelajaran biologi pada materi ekosistem.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan membuat kelompok belajar yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang mengutamakan kebersamaan dan sikap
saling membantu antara anggota kelompok sehingga tercapainya tujuan bersama
dalam mencapai keberhasilan. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif akan
commit to user
4. Pembelajaran Jigsaw
a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Elliot Aroson dalam Anita
Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran
berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong
royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Kelas jigsaw, suatu teknik
pembelajaran kooperatif yang mengurangi konflik rasial antara anak-anak
sekolah, mendorong belajar lebih baik, meningkatkan motivasi siswa, dan
kenikmatan meningkatkan pengalaman belajar. Menurut Slavin (2008:14) Jigsaw
adalah ” adaptasi dari teka-teki Aronson (1978)”. Dalam teknik ini, siswa bekerja
dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang
yang berbeda.
commit to user
Dalam Jigsaw siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa ditugaskan
untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial,
biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap
anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari
tugas membaca tersebut. Sebagai contoh mata pelajaran biologi dalam kompetensi
dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem,
salah satu siswa dalam masing-masing tim dipilih untuk menjadi ahli satuan
makluk hidup dalam ekosistem, yang lain ahli macam macam ekosistem, yang
ketiga ahli komponen-komponen ekosistem, dan yang keempat ahli organisme
autotrof dan heterotrof, yang kelima sebagai ahli pola interaksi organisme. Setelah
mempelajari materinya dari hipermedia dan modul para ahli dari tim yang berbeda
bertemu untuk mediskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka
kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman dalam
kelompok asal atau timnya. Akhirnya, diberikan kuis atau bentuk penilaian
lainnya untuk semua topik.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw
Menurut Sunarni (2008: 7) langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai
berikut : 1) Siswa dibagi berkelompok dengan anggota 5-6 siswa heterogen; 2)
Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks yang dibagi menjadi
beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan
dan bertanggungjawab untuk mempelajari bagian yang diberikan; 4) Anggota dari
kelompok lain yang telah mempelajarai sub bab yang sama bertemu dengan
commit to user
kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok
mereka tentang sub bab mereka; dan 6) Setelah selesai pertemuan dan diskusi
kelompok asal, siswa dikenai kuis secara individu tentang materi yang dipelajari.
Sepuluh langkah-langkah mudah pembelajaran Jigsaw yang harus
diperhatikan oleh guru yaitu : 1) Divide students into 5- or 6-person jigsaw
groups. The groups should be diverse in terms of gender, ethnicity, race, and
ability, 2) Appoint one student from each group as the leader.Initially, this person
should be the most mature student in the group.3)Divide the day's lesson into 5-6
segments. 4) Assign each student to learn one segment, making sure students have
direct access only to their own segment. 5) Give students time to read over their
segment at least twice and become familiar with it. There is no need for them to
memorize it. 6) Form temporary "expert groups" by having one student from each
jigsaw group join other students assigned to the same segment. Give students in
these expert groups time to discuss the main points of their segment and to
rehearse the presentations they will make to their jigsaw group. 7) Bring the
students back into their jigsaw groups. 8) Ask each student to present her or his
segment to the group. Encourage others in the group to ask questions for
clarification. 9) Float from group to group, observing the process.If any group is
having trouble (eg, a member is dominating or disruptive), make an appropriate
intervention.Eventually, it's best for the group leader to handle this task. Leaders
can be trained by whispering an instruction on how to intervene, until the leader
gets the hang of it. 10) At the end of the session, give a quiz on the material so
that students quickly come to realize that these sessions are not just fun and
games but really count.. (www.jigsaw.org/).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan sintak/lang;ah pembelajaran jigsaw
adalah : 1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6
orang); 2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teksyang telah
dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub
bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya; 4) Anggota
dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam
kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya; 5) Setiap anggota ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya; 6) Pada pertemuan
commit to user
Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau
memperhatikan dua prinsip inti berikut. Pertama, adanya saling ketergantungan
yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota
yang lain dalam mencapai tujuan kelompok. Kedua adanya tanggung jawab
pribadi (Individual accountability). Disini setiap anggota kelompok harus
memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Selain itu pembelajaran kooperatif
juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan beberapa
kecakapan hidup yaitu kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama.
Kecakapan ini memiliki peran penting dalam kehidupan nyata.
c. Keunggulan Pembelajaran Jigsaw
Belajar kooperatif Jigsaw merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw
memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga
pengetahuannya jadi bertambah. Keunggulan kooperatif tipe jigsaw
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
d. Kekurangan Pembelajaran Jigsaw
1). Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan
commit to user
kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. 2). Jika jumlah anggota
kelompok kurang akan menimbulkan masalah. 3). Membutuhkan waktu yang
lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga
perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.
5. Media Pembelajaran
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan
(Bovee,1997) dalam (Hujair,2009: 3). Media pembelajaran adalah sebuah alat
yang berfugsi dan berguna untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan
ajar. Gagne, (1970) dalam Hujair (2009) mengatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang
dapat merangsang pembelajar untuk belajar.
Beberapa pengertian media dalam Budi Susilana (2007: 5) ,bahwa media
adalah sebagai berikut : 1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Shram,
1997); 2) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,termasuk
teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969); 3) Alat untuk memberikan
perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970); 4) Segala
bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT,
1977); 5) Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang
dapat merasang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar