• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nana Sudjana (1996) berpendapat pengertian prestasi belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersiufat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah dipelajari di sekolah ( Mulyasa, 2005). Sedangkan dalam KBBI prestasi belajar diartikan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, alzimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru( Depdiknas, 2002: 895)

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari apa yang dicapai dalam hubungannya dengan bahan yang telah dipelajari yang tampak dalam tingkah lakunya. Prestasi belajar merupakan kecakapan aktual yang diperoleh seseorang setelah belajar dan suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan prestasi yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah merupakan pencerminan dari proses pembalajaran yang telah berlangsung. Diperolehnya prestasi belajar dapat diketahui tingkat penguasaan, pengetahuan dan pemahaman pada materi pelajaran yang dipelajarinya. Prestasi belajar dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1) kognitif; 2) afektif; dan 3) psikomotor (Bloom

commit to user

dalam Suharsimi Arikunto,2003: 112). Hasil prestasi belajar yang berupa nilai kognitif, afektif dan psikomotor merupakan puncak dari keberhasilan siswa dalam proses pembalajaran. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study†(Webster’s New

Internasional Dictionary, 1951 : 20). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

prestasi ialah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan) (Pusat Pembinaan Bahasa, 1989 : 700).

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif. Prestasi belajar merupakan hasil aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan yang memenuhi nilai kognitif, afektif dan psikomotor pada materi pelajaran tertentu.

commit to user

Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan: 1). Faktor dari dalam diri siswa: (1) Kesehatan, Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar. (2) Intelegensi,faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple

Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu

linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.(3) Minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan. (4) Cara belajar, Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar; 2). Faktor Lingkungan: (1) Keluarga, Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. (2) Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar. (3) Masyarakat, apabila masyarakat

commit to user

sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.

c. Pengukuran Prestasi Belajar

Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Robert L. Ebel (1979) dalam Saifuddin Anwar (2007: 14) mengatakan bahwa fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan untuk melakukan perubahan terhadap kompetensi siswa. Kompetensi yang kita maksudkan terkait dengan 3 (tiga) aspek dasar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, maka sekolah mengadakan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar ini dilakukan beberapa kali dalam proses pembelajaran.

Tes prestasi belajar merupakan kegiatan pengukuran hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan tes prestasi belajar inilah, maka guru dapat mengevaluasi program pembelajaran yang sudah disusun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk proses penyelenggaraan selanjutnya.

Seperti kita ketahui, proses pembelajaran itu adalah kegiatan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan berlangsung dalam tingkatan waktu dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itulah, maka pada setiap tingkatan kita harus mengetahui taraf kemampuan siswa. Untuk hal tersebut, maka tes prestasi belajar merupakan cara efektif untuk mengetahuinya.

commit to user

Pengukuran dalam sekolah berkaitan dengan deskripsi kuantitatif mengenai tingkah laku siswa. Pengukuran hanya memberikan angka-angka tentang sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Lord dan Novick (1968) dalam Suke Silverius (1991:6) mendefinisikan pengukuran sebagai “A procedure for assigning numbers (usually called score) to a specified attribute or characteristic of persons in such a manner as to maintain the real world relationships among the persons with

regard to the attribute being measured”. Definisi ini diterjemahkan bebas oleh

penulis: “Suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur itu.”

Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa angka-angka (skor) yang diberikan dalam pengukuran tetap mempertahankan hubungan antarsiswa seperti yang ada dalam kenyataannya. Siswa yang lebih pintar fisika mestinya mendapat nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang kurang pintar fisika dalam pengukuran dengan obyek fisika. Secara umum pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka pada seseorang berdasarkan kriteria tertentu. Hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat penilaian.

Menurut Suharsimi Arikunto (2000), “hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa”. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk

commit to user

menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan.

Hasil belajar yang diperoleh merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal tidaklah mudah diperlukan usaha yang cukup keras bagi siswa, guru, dan juga pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran baik yang langsung maupun tidak langsung. Pengertian prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (1994: 84) adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”

Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap domain psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Menurut Syaiful Sagala (2005: 12), bahwa untuk menangkap isi dan pesan belajar maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah diantaranya ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbada dengan penalaran yang terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan hidup. Psikomotorik yaitu kemempuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani terdiri dari kesiapan, persepsi, gerakan terbiasa, gerakan terbimbing, gerakan kompleks, penyesuaiaan pola gerakan dan kreatifitas.

commit to user

Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah tersebut, khususnya ranah siswa sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, rasa maupun karsa (Muhibbin, 2006: 213).

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Nana Sudjana, 2008:3). Jenis penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penilaian formatif, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada pokok bahasan listrik statis. Alat penilaian yang dalam bentuk tes maupun non-tes. Penilaian non-tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek afektif dan psikomotor, sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam aspek kognitif umumnya dilakukan dengan tes. Alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan keajegannya atau reliabilitasnya (Nana Sudjana, 1996: 12). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar dilakukan evaluasi atau penilaian. Bentuk penilian berupa tes maupun non tes. Tes yang baik harus memenuhi kriteria tertentu dan juga harus sesuai dengan tujuan peruntukannya.

Berdasarkan konsep dasar pembelajaran dan aspek utama yang diinginkan mengalami perubahan dalam proses pembelajaran, maka tes prestasi belajar dapat

commit to user

dikelompokkan pada 3 (tiga) kelompok dasar, yaitu: 1) Tes kemampuan Afektif, Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi belajar yang diarahkan untuk mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif pada siswa. Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Tes prestasi belajar pada aspek afektif ini terkait dengan moral, tingkah laku, kesehatan, dan berbagai nilai positif yang dimiliki sebagai bagian bangsa yang beradab.

Tes prestasi belajar siswa dalam aspek afektif dapat kita ketahui selama proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung. Aspek afektif itu melekat dalam diri dan pola hidup siswa sehingga tes prestasi belajarnya kita lakukan selama proses berlangsung. 2) Tes kemampuan kognitif, Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes prestasi belajar yang terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama proses belajar yang diikuti, siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan. Pengetahuan inilah yang diharapkan dapat menjadi bekal menghadapi kehidupan yang lebih baik. Dan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, maka kita melakukan tes prestasi belajar. Untuk mengetahui hasil tes prestasi belajar siswa dalam aspek kognitif ini, maka dapat melihat dari hasil saat siswa mengikuti berbagai ujian atau tes yang diselenggarakan sekolah dan guru dalam waktu tertentu. 3) Tes kemampuan psikomotor, Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan keterampilan yang didapatkan siswa dari proses pendidikan dan pembelajarannya.

commit to user

Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini, maka kita dapat menentukan tingkat kemampuan siswa untuk bekerja, melakukan kegiatan kerja. Oleh karena itulah, maka tes prestasi belajarnya berupa kegiatan keterampilan.

Prestasi belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, Informasi ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui kuesioner, inventori dan, pengamatan yang sistematik. Hasil penilaian ranah kognitif dapat berupa nilai angka, untuk SMP nilai angka dinyatakan dalam rentang nol (0) sampai dengan seratus (100), penilaian ranah afektif digunakan skala Likert yang dimodifikasi yaitu skor tertinggi empat (4) dan terendah satu (1), sedangkan penilaian ranah psikomotor digunakan tingkatan skor (misal : 5, 4, 3, 2, 1).

Dokumen terkait