• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED: Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED: Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri

di Kota Bandung)

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Eline Yanty Putri Nasution 1201586

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri

di Kota Bandung)

Oleh :

Eline Yanty Putri Nasution S.Pd. Universitas Negeri Medan, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

©Eline Yanty Putri Nasution Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF SISWA MELALUI PENDEKATAN OPEN-ENDED (Penelitian Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota

Bandung)

Oleh:

Eline Yanty Putri Nasution 1201586

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. NIP. 195802011984031001

Pembimbing II,

Dr. Stanley Dewanto, M.Pd. NIP. 19520311198011000

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Eline Yanty Putri Nasution: Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir (2014) Kreatif Siswa Melalui Pendekatan Open-Ended Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung tahun pelajaran 2013/2014. Dari populasi, dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada kelas kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional, sedangkan pada eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir kreatif, sedangkan instrumen non-tes terdiri atas skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara. Analisis terhadap hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan beberapa Software, yaitu Microsoft Excel 2007, Anates Ver. 4, Stat 97 dan SPSS Ver.20. Pengolahan data peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan kemampuan awal matematis (KAM) dilakukan dengan menggunakan uji ANOVA dua jalur pada taraf signifikansi 5% (� = 0,05) yang dilanjtkan dengan uji Post Hoc LSD. Pengolahan data peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dilakukan dengan menggunakan uji-t. Pengolahan data hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dan disposisi berpikir kreatif dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (2) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis (KAM); (3) Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional; (4) Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa; (5) Terdapat hubungan (asosiasi) yang positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kemampuan Berpikir Kreatuf ... 14

B. Disposisi Berpikir Kreatif ... 21

C. Pendekatan Open-Ended ... 23

D. Pembelajaran Konvensional ... 28

E. Kemampuan Awal Matematis ... 32

F. Hasil Penelitian Relevan ... 33

G. Kerangka Berpikir ... 34

H. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Disain Penelitian ... 36

(6)

C. Kemampuan Awal Matematis (KAM) ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Analisis Data ... 54

G. Prosedur Penelitian ... 61

H. Jadwal Penelitian ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Hasil Penelitian ... 67

1. Kemampuan Berpikir Kreatif ... 68

2. Disposisi Berpikir Kreatif ... 93

3. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 102

4. Lembar Observasi ... 103

5. Wawancara ... 104

B. Pembahasan ... 105

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran ... 105

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 111

3. Kemampuan Awal Matematis ... 114

4. Peningkatan Disposisi Berpikir Kreatif ... 115

5. Interaksi antara Pendekatan Pembelajaran dan KAM dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa... 116

6. Hubungan (Asosiasi) antara Kemampuan Berpikir Kreatif dengan Disposisi Berpikir Kreatif ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Implikasi ... 121

C. Rekomendasi ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jabaran Kemampuan Berpikir Kreatif ... 19

Tabel 2.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 20

Tabel 3.1 Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat... 37

Tabel 3.2 Disain Penelitian Faktorial 3 x 2... 37

Tabel 3.3 Jabaran Subyek Penelitian... 38

Tabel 3.4 Sebaran Kemampuan Awal Matematis... 39

Tabel 3.5 Kategori Gain Ternormalisasi... 41

Tabel 3.6 Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif………... 41

Tabel 3.7 Klasifikasi Validitas Tes………... 42

Tabel 3.8 Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 43

Tabel 3.9 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas………... 44

Tabel 3.10 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda... 45

Tabel 3.11 Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif... 46

Tabel 3.12 Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran... 47

Tabel 3.13 Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif... 47

Tabel 3.14 Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif... 48

Tabel 3.15 Kategori Disposisi Berpikir Kreatif………... 50

Tabel 3.16 Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 51

Tabel 3.17 Hasil Uji Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif... 52

Tabel 3.18 Jadwal Penelitian ... 66

(8)

Tabel 4.2 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif ... 69

Tabel 4.3 Kategori Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 75

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 76

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes ... 76

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Pretes ... 77

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbandingan Rerata Skor Postes ... 78

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain ... 79

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 79

Tabel 4.10 Hasil Uji-t Skor N-Gain ... 80

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 81

Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 82

Tabel 4.13 Hasil Uji Anova Dua Jalur Skor N-Gain Berdasarkan KAM ... 83

Tabel 4.14 Hasil Uji Post Hoc Shceffe ... 85

Tabel 4.15 Data Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif... 91

Tabel 4.16 Data Kategori Peningkatan Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 92

Tabel 4.17 Data Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 93

Tabel 4.18 Data Disposisi Berpikir Kreatif Siswa ... 94

Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Data Skala Awal dan Skala Akhir ... 96

Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Data Skala Awal ... 97

Tabel 4.21 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Skala Awal... 98

Tabel 4.22 Hasil Uji Perbandingan Rerata Data Akhir ... 98

(9)

Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain ... 100

Tabel 4.25 Hasil Uji Perbedaan Rerata Skor N-Gain ... 101

Tabel 4.26 Hasil Uji Korelasi Bivariate Spearman’s rho ... 103

Tabel 4.27 Materi Ajar dan Alokasi Waktu Penelitian ... 106

Tabel 4.28 Pencapaian Kemampuan Berpikir Kreatif ... 113

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rangkaian Proses Belajar ... 15

Gambar 2.2 Model Kegiatan Matematika ... 27

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 64

Gambar 4.1 Rata-Rata Pretes dan Postes ... 69

Gambar 4.2 Rata-Rata N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Gambar 4.3 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Rendah... 71

Gambar 4.4 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Sedang ... 72

Gambar 4.5 Rata-Rata Pretes dan Postes Kemampuan Awal Matematis Kategori Tinggi ... 73

Gambar 4.6 Rata-Rata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan KAM ... 74

Gambar 4.7 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan KAM ... 90

Gambar 4.8 Rata-Rata Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif ... 95

Gambar 4.9 Rata-Rata N-Gain Disposisi Berpikir Kreatif Siswa ... 95

Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Eksperimen ... 109

Gambar 4.11 Contoh Jawaban Siswa pada Kelas Kontrol ... 110

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN ... 127

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran ... 128

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 130

Lampiran A.3 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 251

Lampiran A.4 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 267

Lampiran A.5 Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 287

Lampiran A.6 Observasi ... 292

Lampiran A.7 Wawancara ... 294

LAMPIRAN B HASIL ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN ... 295

Lampiran B.1 Data Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 296

Lampiran B.2 Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Berpikir Kreatif... 297

Lampiran B.3 Data Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 301

Lampiran B.4 Hasil Analisi Uji Coba Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 303

Lampiran B. 5 Lembar Validasi Naskah Pedoman Observasi ... 306

Lampiran B. 6 Lembar Validasi Naskah Pedoman Wawancara ... 307

LAMPIRAN C DATA TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ... 308

Lampiran C.1 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Eksperimen ... 309

Lampiran C.2 Data Kemampuan Awal Matematis (KAM) Siswa Kelas Kontrol ... 310

(12)

Lampiran C.4 Data Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa Kelas Kontrol ... 312

Lampiran C.5 Pengolahan Data dan Uji Statistik Pretes, Postes dan N-Gain , Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 313

LAMPIRAN D DATA SKALA DISPOSISI BERPIKIR KREATIF ... 319

Lampiran D.1 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen ... 320

Lampiran D.2 Data Skala Awal dan Skala Akhir Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Kelas Kontrol ... 321

Lampiran D.3 Data Transformasi Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 322

Lampiran D.4 Pengolahan Data dan Uji Statistik Skala Disposisi Berpikir Kreatif ... 323

LAMPIRAN E DOKUMENTASI PENELITIAN ... 326

Lampiran E.1 Dokumentasi Penelitian ... 331

Lampiran E.2 Surat Keputusan Dosen Pembimbing ... 332

Lampiran E.3 Surat Penelitian ... 333

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak lepas dari kegiatan berpikir. Salah satu contoh kegiatan berpikir adalah pada saat individu berusaha mencari cara dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kehidupan. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kinerja otak terhadap suatu informasi yang dapat menimbulkan berkembangnya ide ataupun konsep. Menurut psikologi Gestalt, berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat kita amati dengan alat indera kita. Kemudian menurut Plato, berpikir adalah berbicara di dalam hati. Jadi, seseorang dapat berpikir, tetapi tidak dapat diamati secara langsung.

Pandangan terhadap proses berpikir dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu filsafat dan psikologi. Bidang filsafat memandang otak manusia sebagai tempat muncul dan tumbuhnya nalar. Sementara bidang psikologi lebih fokus kepada mekanisme berpikir bagaimana ide-ide bisa dihasilkan otak manusia. Dengan kata lain, bidang filsafat lebih menekankan pada berpikir kritis, sedangkan bidang psikologi lebih menekankan pada berpikir kreatif (Suryadi, 2012). Berpikir merupakan aktivitas mental manusia yang berfungsi untuk memformulasikan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan serta mencari pemahaman.

Salah satu jenis berpikir adalah berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suryadi (2012: 11) yaitu berpikir meliputi dua aspek utama yakni kritis dan kreatif. Kreatif merupakan potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dapat dipadukan dan dikembangkan sehingga dapat menciptakan ataupun menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Gagasan maupun ide-ide tersebut muncul melalui suatu proses berpikir, yaitu berpikir kreatif.

(14)

menyelesaikan masalah serta kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dua buah ide yang belum jelas. Menurut Sumarmo (2013: 201), indikator kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran (fluency), kelenturan (flexibility), keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration).

Kreatif muncul karena adanya motivasi yang kuat dari diri individu. Apabila kebiasaan berpikir yang kreatif berlangsung secara berkelanjutan, maka secara akumulatif akan tumbuh suatu disposisi (disposition) terhadap berpikir kreatif. Sumarmo (2013: 77) menyatakan bahwa disposisi berpikir kreatif merupakan keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat bagi siswa untuk berpikir dan berbuat dengan cara yang positif. Masih berasal dari sumber yang sama, adapun indikator disposisi berpikir kreatif yaitu: (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6) percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.

Berpikir kreatif merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki oleh siswa. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, salah satu tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang kreatif. Selain itu, pentingnya kemampuan berpikir kreatif tampak

pada Taksonomi Bloom. Pada mulanya Taksonomi Bloom tidak mencakup kreasi,

tetapi kemudian direvisi dengan penambahan kreasi sebagai aspek kognitif tertinggi.

(15)

Pentingnya kemampuan berpikir kreatif juga tampak pada perubahan kurikulum di Indonesia. Dunia pemdidikan di Indonesia sekarang ini sedang menerapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013 yang salah satunya bertujuan untuk menekankan kemampuan berpikir kreatif sebagai upaya dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Selanjutnya, Wahyudin (2011: 4) menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan matematika di Indonesia adalah mengembangkan kemampuan siswa hingga menjadi manusia mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan. Kemudian menurut Value Content Schwartz & Sagie (dalam Wahyudin), nilai motivasional dalam pembelajaran matematika harus mengintegrasikan adanya pengarahan diri kepada eksplorasi, kreatif, dan rasa ingin tahu yang meliputi ketelitian, ketekunan, kerja keras, rasa ingin tahu, pantang menyerah dan kreativitas.

Selanjutnya Sumarmo (2013: 376) menyatakan bahwa kemampuan dan disposisi berpikir kreatif adalah kemampuan dan disposisi esensial yang perlu dimiliki oleh dan dikembangkan pada siswa yang belajar matematika karena kemampuan dan disposisi tersebut sesuai dengan visi matematika, tujuan pendidikan nasional dan tujuan pembelajaran matematika sekolah dan diperlukan untuk menghadapi suasana bersaing yang semakin ketat. Badan Standar Nasional Pendidikan, BSNP (Sumarmo, 2013) menyatakan bahwa pengajaran matematika harus berpusat kepada pengembangan kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi matematis yaitu kreativitas matematik.

Sementara itu, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa di Indonesia masih jauh berada di bawah negara-negara lain. Hal ini berdasarkan kepada hasil penelitian PISA yang menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat 10 besar terbawah diantara negara-negara lain. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan kreativitas misalnya sebagai berikut:

Rock Concert

For a rock concert a rectangular field of size 100 m by 50 m was reserved for the audience. The concert was completely sold out and the field was full with all the fans standing. Which one of the following is likely to be the best estimate of the total number of people attending the concert?

(16)

Pada uji coba soal, sekitar 28% siswa menjawab benar, yaitu dengan jawaban 20.000. Dengan demikian soal ini tergolong cukup sulit. Untuk menyelesaikan soal ini sebenarnya tidak memerlukan perhitungan atau rumus matematika yang sulit karena utamanya yang diperlukan adalah daya imajinasi dan kreativitas. Dalam proses menyelesaikan soal tersebut, boleh jadi siswa sukses dalam menghitung luas lapangan, namun siswa tidak berhasil dalam memperkirakan berapa banyaknya orang yang dapat termuat di lapangan untuk tiap meter persegi. Di sinilah kemungkinan siswa Indonesia mengalami kesulitan yang disebabkan mereka kurang terbiasa melakukan perkiraan pada suatu situasi. Dalam hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih kurang dalam hal kelenturan (flexibility) dan elaborasi (elaboration).

A pizzeria serves two round pizzas of the same thickness in different sizes. The smaller one has a diameter of 30 cm and costs 30 zeds. The larger one has a diameter of 40 cm and costs 40 zeds. Which pizza is better value for money? Show your reasoning.

Dari seluruh siswa di dunia yang mengikuti tes, hanya 11% yang menjawab benar. Oleh karena itu soal ini dinilai sebagai salah satu soal yang tergolong sulit. Pada soal ini, untuk menyimpulkan pizza mana yang lebih murah dibutuhkan kreativitas agar diperoleh data (bilangan) yang mudah untuk dibandingkan sehingga kesimpulan dapat diambil dengan mudah. Dalam hal ini kreativitas tersebut terjadi dalam bentuk ide mencari luas pizza untuk setiap harga 1 zed pada pizza yang besar dan kecil (zed adalah jenis atau nama mata uang di suatu negara). Hal ini tampak bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa masih rendah dalam hal kelancaran (fluency) dan elaborasi (elaboration).

(17)

kreatif dan lentur menyelidiki gagasan matematik, berusaha mencari beragam cara dalam memecahkan masalah, mendorong pengembangan daya berpikir matematik secara kolaboratif dan membelajarkan siswa untuk bertanya bukan menjawab, keterkaitan antar konsep dan berpikir multi perspektif. Masih berasal dari sumber yang sama, Sumarmo (2013: 310) menyatakan bahwa salah satu pendekatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan disposisi matematik pendekatan yang diawali dengan penyajian masalah yang open-ended.

Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pendekatan Open-Ended menyajikan masalah yang bersifat Open-Ended, yaitu masalah yang dikonstruksi sedemikian sehingga memiliki variasi

baik proses ataupun cara penyelesaian yang menuju kepada solusi dari permasalahan tersebut. Menurut Shimada (1997: 1) pada pendekatan Open-Ended, guru memberikan suatu situasi ataupun permasalahan kepada siswa yang proses penyelesaiannya ataupun solusinya tidak ditentukan dalam satu cara. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut tentu saja dibutuhkan kreativitas siswa sehingga pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa.

(18)

pendekatan pembelajaran yang digunakan bervariasi. Sedangkan bagi siswa berkemampuan rendah, penggunaan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya dapat membantu meningkatkan kemampuan matematisnya.

Hal ini tentu saja terkait dengan efektivitas proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Implementasi metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, pendekatan Open-Ended diyakini dapat meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa pada berbagai level kemampuan siswa yaitu tinggi, sedang dan rendah.

Salah satu cabang matematika yang dianggap sulit oleh siswa adalah Geometri. Geometri adalah cabang matematika yang berkaitan dengan bentuk, ukuran, komposisi dan proporsi suatu benda beserta sifat-sifatnya dan hubungannya satu sama lain. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa Geometri merupakan cabang matematika yang telah diakrabi oleh manusia sejak lahir dikarenakan geometri ada dimana-mana; di setiap tempat dan hampir di setiap objek visual.

(19)

hasil penelitian Salman (2009: 30) yang menyatakan bahwa dari 12 topik matematika, geometri merupakan topik yang paling sulit bagi siswa.

Sementara itu, Geometri merupakan materi yang penting karena sangat berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Geometri merupakan materi yang termasuk ke dalam Ujian Nasional baik tingkat SMP maupun SMA. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sumarmo (2013: 317) yang menyatakan: “Geometry was an important content in elementary school mathematics curriculum.” yang berarti bahwa geometri adalah pelajaran yang sangat penting di dalam kurikulum matematika sekolah menengah. Dahlan (2011: 3.28) menyatakan bahwa belajar Geometri adalah hal yang krusial. Geometri merupakan materi yang perlu mendapat perhatian baik isi materi maupun pengajarannya. Geometri berhubungan satu sama lain mulai dari yang peling sederhana sampai yang rumit. Ada berbagai konsep dan prosedur matematik yang dijelaskan dengan menggunakan aturan-aturan geometri, konsep-konsep geometri dan bentuk-bentuk geometri. Selanjutnya Turmudi (2012: 147) menyatakan bahwa sistem geometri an tilikan ruang merupakan dua hal yang berkaitan erat dengan sistem bilangan dan cara berpikir numerik, sebagai pondasi untuk pengenalan lebih lanjut tentang matematika dasar dan matematika tinggi dan juga digunakan dalam berbagai bidang terapan (aplikasi). Oleh karena itu pembelajaran Geometri pada tingkat dasar khususnya sekolah menengah sangatlah penting untuk menunjang materi geometri pada tingkat yang lebih tinggi lagi.

(20)

jika ditinjau dari jenis segitiga pada alas limas, begitu juga dengan prisma. Hal ini tentu saja menuntut kreativitas siswa dalam bermatematika, khususnya dalam memodifikasi, memanipulasi dan bermain dengan aljabar dalam menyelesaikan persoalan yang terkait dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar sehingga timbul kesulitan belajar. Namun kenyataannya, siswa masih belum memiliki kreativitas yang tinggi dan masih belum terbiasa untuk berpikir kreatif.

Hal ini didukung oleh hasil observasi awal penulis di SMP Negeri 5 Bandung pada tanggal 5 November 2013. Siswa masih terbiasa dengan pola berpikir konvergen melalui hafalan, ataupun latihan pengulangan contoh-contoh sehingga terpaku pada satu jawaban benar (solusi tunggal) melalui cara-cara rutin ataupun prosedural. Siswa yang berpikir prosedural mengikuti alur penyelesaian masalah matematika berdasarkan alur penyelesaian yang dicontohkan oleh guru. Banyak siswa yang kesulitan dalam mencari gagasan ataupun ide dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Padahal suatu permasalahan matematika tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu cara melainkan dengan banyak cara. Permasalahan matematika juga tidak selalu memiliki solusi tunggal yang diperoleh dari cara yang prosedural. Kemampuan berpikir siswa yang konvergen mengindikasikan bahwa kreativitas siswa masih rendah.

Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan tingkat tinggi yang meliputi kemampuan berpikir divergen. Berpikir divergen penting untuk mencermati permasalahan matematika dari segala perspektif, dan mengkonstruksi segala kemungkinan pemecahannya. Dalam hal ini, berpikir divergen perlu dijadikan pegangan dalam pembelajaran, yaitu bukan belajar menemukan satu jawaban benar (solusi tunggal) yang menjadi tujuan setiap pemecahan masalah, tetapi bagaimana mengkonstruksi segala kemungkinan jawaban yang mungkin beserta segala kemungkinan prosedur dan argumentasinya kenapa jawaban tersebut benar dan masuk akal sehingga dapat diaplikasikan dalam pemecahan masalah dunia nyata lainnya yang biasanya jauh lebih kompleks dan tak terduga.

(21)

matematika tersebut. Siswa yang berpikir divergen dapat memberikan banyak ide dan gagasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematika hingga permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara dan bahkan memiliki lebih dari satu solusi.

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai kemampuan berpikir kreatif lebih berfokus kepada kreativitas siswa yang dimunculkan melalui pendekatan Open-Ended tanpa mempertimbangkan dan memprediksi segala respon siswa yang mungkin (Rosita, 2012; Hartanto, 2008). Penelitian lain membahas tentang peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui kombinasi antara pendekatan Open-Ended dengan strategi dan model pembelajaran lain sehingga terjadi keraguan apakah pendekatan Open-Ended atau strategi dan model pembelajaran tersebut atau bahkan keduanya yang menyebabkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif (Aguspinal, 2011; Kosasih, 2012). Penelitian lainnya lebih berfokus kepada pemberian tugas-tugas non-rutin yang bersifat Open-Ended untuk meningkatkan kreativitas siswa (William, 2002; Wardani, 2009; Yuniawati, 2001).

(22)

Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Siswa melalui Pendekatan Open-Ended.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah)?

3. Apakah peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional?

4. Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa?

5. Apakah terdapat hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.

(23)

konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah).

3. Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

5. Hubungan (asosiasi) antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif siswa.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa, selama proses penelitian berlangsung dapat meningkatkan

kemampuan dan disposisi berpikir kreatif dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.

2. Bagi guru, sebagai pertimbangan untuk menentukan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.

4. Bagi peneliti, sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

(24)

2. Disposisi berpikir kreatif adalah merupakan keinginan, kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat dalam berpikir yang menggunakan perilaku kreatif yang meliputi (1) terbuka, fleksibel, toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti; (2) bebas menyatakan pendapat dan perasaan; senang bertanya; (3) menghargai fantasi; kaya akan inisiatif; memiliki gagasan yang orisinal; (4) mempunyai pendapat sendiri dan tidak mudah terpengaruh; (5) memiliki citra diri dan stabilitas emosional; (6) percaya diri dan mandiri; (7) mempunyai rasa ingin tahu tertarik kepada hal yang abstrak, kompleks, holistik; (8) mempunyai minat yang luas; (9) berani mengambil risiko, memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan; tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; dan (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.

3. Pembelajaran konvensional adalah suatu cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dilaksanakan oleh para guru serta paling sering digunakan di dalam pembelajaran yaitu dengan cara guru berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal disertai dengan tanya jawab, memberikan soal latihan kepada siswa, lalu kemudian memberikan tugas ataupun pekerjaan rumah.

4. Pendekatan Open-Ended adalah suatu pendekatan yang dapat memberi keleluasan kepada siswa untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan dimana kegiatan siswa harus terbuka, kegiatan matematis adalah ragam berpikir, dan kegiatan siswa dan kegiatan matematis merupakan satu kesatuan. Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended meliputi menyajikan masalah, mengorganisasikan pembelajaran, memperhatikan dan mencatat respon siswa serta menyimpulkan.

(25)
(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok kontrol tidak ekivalen karena tidak adanya pengacakan dalam menentukan subyek penelitian, yaitu peneliti tidak membentuk kelas baru berdasarkan pemilihan sampel secara acak. Menurut Creswell (2012 : 242) desain kelompok kontrol tidak ekuivalen (non equivalent control-group design) adalah disain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur acak kemudian kedua kelompok sama-sama diberikan pretes dan postes, tetapi hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan perlakuan. Ruseffendi (2005: 52) menyatakan bahwa pada kuasi ekperimen, subyek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subyek seadanya.

Tujuan penelitian ini adalah menguji pendekatan Open-Ended terhadap kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Disain penelitian ini diilustrasikan sebagai berikut:

O X O

O O Keterangan:

O : Pretes / Postes Kemampuan Berpikir Kreatif X : Pendekatan Open-Ended

- - - : Subyek tidak dikelompokkan secara acak

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan Open-Ended. Variabel terikatnya adalah kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa. Variabel pengontrol dalam penelitian ini adalah kelompok siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah yang diketahui berdasarkan hasil pretes.

(27)

sudah ada. Pada kelas eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan mengunakan pendekatan Open-Ended dan pada kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. Kategori kemampuan awal matematis (KAM) diperoleh dari data nilai ulangan harian siswa pada semester sebeblumnya. Data tersebut diranking dan dikelompokkan berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun keterkaitan antara variabel bebas dan variabel terikat disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Keterkaitan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Variabel yang Diukur Kemampuan Berpikir Kreatif (KB)

PK : Pembelajaran matematika secara konvensional

PO : Pembelajaran matematika dengan pendekatan Open-Ended

Untuk melihat implementasi pendekatan Open-Ended terhadap kemampuan dan disposisi berpikir kreatif berdasarkan kemampuan awal matematis siswa, masing-masing siswa dikelompokkan ke dalam kategori tinggi, sedang dan rendah sehingga penelitian ini mengunakan desain faktorial 3 x 2 seperti tabel berikut:

Tabel 3.2

Disain Penelitian Faktorial 3 x 2 Kelas

KAM Eksperimen (E) Kontrol (K)

Tinggi ET KT

Sedang ES KS

(28)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Bandung. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 tahun pelajaran 2013/2014. Populasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VIII adalah siswa yang paling efektif untuk diteliti dibandingkan dengan siswa kelas VII dan IX. Siswa kelas VII di beberapa sekolah sudah mengimplementasikan Kurikulum 2013 yang masih penuh dengan pro dan kontra dalam pelaksanaannya. Selain itu, siswa kelas VII baru mengenal lingkungan dan iklim belajar di sekolah menengah sehingga masih berada pada masa transisi dalam hal mengenal lingkungan dan suasana belajar yang baru serta adanya masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah. Siswa kelas IX kurang efektif digunakan sebagai sampel sebab akan menghadapi Ujian Nasional.

Dari populasi dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII C sebagai kelas Kontrol dan kelas VIII D sebagai kelas Eksperimen. Pada kelas kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. Pada eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended. Pemilihan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling sebab peneliti sendiri yang menentukan pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Berikut ini disajikan jabaran subyek penelitian:

Tabel 3.3

Jabaran Subyek Penelitian

Kelas Jumlah Keterangan

VIII C 30 Eksperimen

VIII D 31 Kontrol

Jumlah 61 -

C. Kemampuan Awal Matematis (KAM)

(29)

KAM ,3 + 10,27 = 76,62 : Siswa Kelompok Tinggi 56,08 = ,3 - 10,27 KAM < ,3 + 10,27 = 76,62: Siswa Kelompok Sedang KAM < ,3 - 10,27 = 56,08 : Siswa Kelompk Rendah

Pada kelas kontrol diperoleh ̅ = ,3 dan SB = 7,41 sehingga kriteria pengelompokan siswa adalah sebagai berikut:

KAM ,3 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Tinggi 63,94 = ,3 - 7,41 KAM < ,3 + 7,41 = 78,77 : Siswa Kelompok Sedang

KAM < ,3 + 7,41 = 63,94 : Siswa Kelompk Rendah

Banyaknya siswa yang berada pada kategori kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Sebaran Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Kategori KAM Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Tinggi 6 6

Sedang 19 18

Rendah 6 6

Jumlah 31 30

D. Instrumen Penelitian

(30)

berlangsung, maka digunakan lembar observasi. Kemudian untuk mengetahui informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, dan keyakinan siswa terhadap matematika, penulis menggunakan teknik wawancara.

Pengumpulan data non tes dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah bukan data berupa angka-angka. Data tersebut berasal dari catatan observasi, hasil wawancara, dokumen, foto, rekaman audio dan video yang diperoleh melalui angket, observasi, dan wawancara terkait disposisi berpikir kreatif siswa.

a. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Tes kemampuan berpikir kreatif ini berbentuk soal uraian yang diberikan kepada siswa sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung (pretes dan postes) dengan karakteristik setiap soal pada masing-masing tes adalah identik. Pemilihan tes berbentuk uraian bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berpikir kreatif siswa secara menyeluruh terhadap konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar pada kedua kelas sampel.

Data tes terdiri pretes dan postes yang terlebih dahulu diperiksa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal lalu kemudian diujicobakan kepada siswa sehingga diperoleh data berupa jawaban-jawaban siswa terhadap soal uraian tersebut dengan teknik penilaian berdasarkan pedoman penskoran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya dilihat gain dari data yang diperoleh, yaitu peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui data hasil pretes dan postes tersebut.

Menurut Hake (1999: 11), untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif digunakan gain ternormalisasi (Normalized Gain) dengan rumus :

� = ℎ −

(31)

Tabel 3.5

Kategori Gain Ternormalisasi

Skor Kategori

NG < 0,30 Rendah

0,30 NG < 0,70 Sedang

NG 0,70 Tinggi

Kemudian dilakukan analisis terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa mengenai konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar dengan cara melihat persentase setiap skor total yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus:

� � � = × %

Kategori kemampuan berpikir kreatif (Suherman dan Kusumah, 2012) dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Kemampuan Berpikir Kreatif

Skor Kategori

90 % SB 100% Sangat Baik

75% B < 90 % Baik

55 % C < 75% Cukup

40% K < 55% Kurang

SK < 40% Sangat Kurang

Selanjutnya, persentase pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% Pencapaian = ̅

���. %

Keterangan: ̅ = rata-rata

(32)

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, tes kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu diperiksa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal agar diperoleh kualitas instrumen yang baik.

1. Validitas

Suatu instrument dikatakan valid (absah atau sahih) jika mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Arikunto (2008:72), teknik yang digunakan untuk menghitung validitas tes yang telah diujicobakan adalah teknik korelasi product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal

dengan Spearman Brown. Hal ini dikarenakan ujicoba dilaksanakan satu kali (single test).

r = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y x = Skor butir

y = Skor total butir N = Jumlah responden

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi (Arikunto: 2008) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Validitas Tes

Nilai rxy Interpretasi

(33)

Dengan mengambil taraf signifikan 0,05, sehingga didapat kemungkinan interpretasi:

(i) Jika rhit ≤ rkritis , maka korelasi tidak signifikan (ii) Jika rhit > rkritis , maka korelasi signifikan

Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates sehingga hasil uji validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh sebagai berikut:

Tabel 3.8

Uji Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

No Butir Soal Korelasi Signifikansi Interpretasi

1 0.725 Signifikan Validitas Tinggi

2 0.684 Signifikan Validitas Tinggi

3 0.842 Signifikan Validitas Tinggi

4 0.696 Signifikan Validitas Tinggi

5 0.712 Signifikan Validitas Tinggi

Berdasarkan Tabel tersebut, tampak bahwa soal-soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif sudah valid. Artinya, kelima soal tersebut sudah dapat dikatakan layak untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa. Seluruh butir soal memiliki validitas dengan kategori tinggi. Selengkapnya ada pada lampiran.

2. Reliabilitas

(34)

suatu tes dinyatakan sebagai derajat atau tingkat suatu tes dan skornya dipengaruhi faktor non-sistematik. Makin sedikit faktor yang non-sistematik, makin tinggi keandalannya (Dewanto, 2004).

Instrumen yang reliable belum tentu valid, akan tetapi sebaliknya bila suatu instrumen valid makan sudah pasti reliable. Dengan kata lain tingginya reliabilitas suatu instrumen merupakan syarat perlu bagi validnya instrumen itu.

Untuk menentukan koefisien reliabilitas tes berbentuk uraian digunakan rumus KR-20 (Arikunto, 2008), yaitu:

Sebagai patokan menginterpretasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 2003) dapat dilihat pada tabel berikut:

(35)

dalam instrumen sudah layak untuk mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif siswa. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Arikunto (2009) bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Menetukan daya pembeda masing-masing butir soal diperoleh dengan rumus dari Arikunto (2008: 213) sebagai berikut:

)

JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas

SMI = Skor Maksimal Ideal

Untuk mengartikan daya pembeda soal maka digunakan klasifikasi daya pembeda soal dari Arikunto (2008:218) sebagai berikut :

(36)

Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates sehingga hasil uji daya pembeda tes kemampuan berpikir kreatif diperoleh

sebagai berikut:

Tabel 3.11

Uji Daya Pembeda Tes Berpikir Kreatif

No. Nomor Butir t DP(%) Interpretasi

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa ada empat butir soal dengan daya pembedanya baik, yaitu soal nomor 1, 2, 4 dan 5. Sedangkan untuk soal nomor 3 memiliki daya pembeda sangat baik. Artinya soal tersebut sudah dapat benar-benar membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan berkemampuan rendah. Selengkapnya ada pada lampiran.

4. Analisis Tingkat Kesukaran Soal

Untuk menghitung tingkat kesukaran masing-masing item tes digunakan rumus dari Arikunto, (2008: 208) yaitu:

)

JNSA = Junlah Nilai Siswa Kelompok Atas JNSB = Junlah Nilai Siswa Kelompok Bawah JSA = Jumlah Siswa Kelompok Atas

(37)

Untuk mengartikan taraf kesukaran item digunakan kriteria dari Arikunto (2008:210) dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.12

Klasifikasi Koefisien Tingkat Kesukaran Koefisien Korelasi Interpretasi

TK = 0,00 Sangat Sukar

0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < TK < 1,00 Mudah

TK = 1,00 Sangat Mudah

Data hasil uji coba instrumen diolah dengan menggunakan Software Anates sehingga hasil uji reliabilitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif diperoleh sebagai berikut:

Tabel 3.13

Uji Tingkat Kesukaran Soal Tes Berpikir Kreatif Nomor Butir Tingkat Kesukaran(%) Tafsiran

1 64.97 Sedang

2 74.84 Mudah

3 56.25 Sedang

4 29.93 Sukar

5 54.11 Sedang

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa soal nomor 1, 3 dan 5 merupakan butir soal kemampuan berpikir kreatif dengan kategori sedang. Soal lainnya yaitu soal nomor 2 merupakan kategori mudah. Sedangkan satu soal lainnya yaitu soal nomor 4 merupakan soal dengan kategori sulit. Selengkapnya ada pada lampiran.

(38)

Tabel 3.14

Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes Berpikir Kreatif Nomor

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh butir soal tes kemampuan berpikir kreatif tersebut sudah memenuhi syarat dan layak untuk digunakan dalam penelitian. Selengkapnya ada pada lampiran.

b. Skala Disposisi Berpikir Kreatif

Skala disposisi berpikir kreatif digunakan untuk mengetahui bagaimana disposisi berpikir kreatif siswa terhadap konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar. Skala disposisi berpikir kreatif diberikan kepada siswa baik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen setelah pretes dan postes. Terlebih dahulu dilakukan analisis ketepatan butir skala disposisi berpikir kreatif siswa kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan cara diujicobakan kepada siswa lalu kemudian dianalisis dengan menggunakan Uji Spearman’s rho melalui Software SPSS 20. Perihal kesesuaian indikator disposisi berpikir kreatif dan tata bahasa

(keterbacaan) setiap butir skala disposisi berpikir kreatif dikonsultasikan kepada kedua dosen pembimbing dan kepada siswa.

(39)

memiliki tanggungjawab dan komitmen kepada tugas; (10) tekun dan tidak mudah bosan, tidak kehabisan akal; (11) peka terhadap situasi lingkungan; (12) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan daripada masa lalu.

Skala disposisi berpikir kreatif ini menggunakan skala dengan empat pilihan, yaitu: sangat sering (SS), sering (S), jarang (J) dan tidak pernah (TP). Kelima pilihan ini digunakan dengan alasan agar tidak terjadi kebingungan pada siswa sehingga bias terhadap hasil jawaban siswa terhadap skala disposisi berpikir kreatif dapat dihindari.

Karena data skala disposisi berpikir kreatif berbentuk data ordinal, data tersebut terlebih dahulu harus dikonversi menjadi data interval. Transformasi data dilakukan dengan menggunakan metode MSI (Method of Successive Interval). Jawaban responden yang diukur dengan pemberian nilai numerikal dengan skor 1,2,3,4, dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerikal tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi ditempatkan ke dalam interval. Langkah-langkah transformasi data dari ordinal menjadi interval adalah sebagai berikut:

a. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap pilihan jawaban b. Berdasarkan frekuensi setiap pilihan jawaban dihitung proporsinya

c. Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban

d. Tentukan nilai batas z untuk setiap pilihan jawaban

e. Hitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:

Scale = � � ℎ − � �

ℎ ℎ − ℎ ℎ ℎ

(40)

Setelah kedua data menjadi data interval maka kemudian dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan homogenitas lalu kemudian dipilih uji mana yang akan dipilih, yaitu uji t, uji t’ atau uji non-parametrik.

Kisi-kisi dan instrumen skala disposisi berpikir kreatif disajikan pada lampiran A. Tujuan uji coba ini adalah untuk mengetahui validitas setiap butir pernyataan dan sekaligus untuk menghitung bobot setiap pilihan (SS, S, J, TP) dari setiap pernyataan. Dengan demikian, pemberian skor setiap pilihan dari pernyataan skala disposisi berpikir kreatif siswa ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan distribusi jawaban responden dengan metode MSI (Method of Succesive Interval). Dengan menggunakan metode ini, bobot setiap pilihan (SS, S,

J, TP) dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada sebaran respon siswa. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah skala disposisi berpikir kreatif sudah layak digunakan.

Berikut ini tabel kategori disposisi berpikir kreatif menurut Mahmudi (Sugilar: 2012).

Tabel 3.15

Kategori Disposisi Berpikir Kreatif

Skor Kategori

Skor < 60 % Sangat Rendah

60% Skor < 70 % Rendah

70% Skor 80 % Sedang

80% Skor < 90 % Tinggi

Skor 90 % Sangat Tinggi

1. Analisis Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif

Perhitungan validitas butir pernyataan skala disposisi berpikir kreatif dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rho melalui bantuan software SPSS 20.0 For Windows. Berikut ini adalah hasil validitas butir item pernyataan skala

(41)

Tabel 3.16

Hasil Uji Validitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif Pernyataan Signifikansi

Perhitungan validitas butir pernyataan menggunakan perhitungan secara statistik. Untuk validitas butir pernyataan digunakan korelasi rank Spearman, yaitu korelasi setiap butir item pernyataan dengan skor total. Apabila rhitung ≥ rtabel maka item pernyataan dikatakan valid atau nilai Signifikansi Korelasi kurang dari α (0,05), dengan rtabel sebesar 0,339 pada uji 2 ekor (2-tailed).

(42)

2. Analisis Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif

Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang akan digunakan, maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus croncbach’s alpha. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak reliabel. Berikut ini merupakan rekapitulasi hasil perhitungan reliabilitas. Hasil perhitungan selengkapnya ada pada lampiran.

Tabel 3.17

Hasil Uji Reliabilitas Skala Disposisi Berpikir Kreatif rhitung rtabel Kriteria Kategori 0,844 0,339 Reliabel Sangat Tinggi

Untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 31 diperoleh harga rtabel = 0,339. Hasil perhitungan reliabilitas berdasarkan tabel di atas diperoleh rhitung sebesar 0,847. Artinya soal tersebut reliabel karena 0,847 > 0,304 dan termasuk kedalam kategori sangat tinggi. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa skala disposisi berpikir kreatif telah memenuhi karakteristik yang memadai untuk digunakan dalam penelitian. Selengkapnya ada pada lampiran.

c. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap sikap dan kepribadian siswa dalam proses pembelajaran. Observasi merupakan salah satu jenis instrumen non-tes yang merupakan authentic assessment. Lembar observasi digunakan pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung untuk mengetahui bagaimana sikap dan perilaku baik guru maupun siswa pada saat pembelajaran. Pedoman observasi terlebih dahulu diuji validitasnya sebelum digunakan.

(43)

saat penelitian berlangsung. Sebelum memulai penelitian, peneliti memberi arahan dan penjelasan kepada observer mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan observasi.

d. Wawancara

Wawancara digunakan guru peneliti kepada siswa bertujuan sebagai cross-check hasil data tes, angket dan hasil observasi terhadap sikap siswa selama proses

pembelajaran. Pedoman wawancara terlebih dahulu diuji validitasnya sebelum digunakan.

Peneliti menggunakan alat bantu berupa kamera sebagai dokumentasi berbentuk foto, video dan audio. Foto digunakan sebagai dokumentasi terhadap keadaan sekolah, ruangan kelas dan suasana pembelajaran matematika baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Rekaman berupa audio digunakan untuk mendokumentasikan hasil wawancara terhadap siswa. Kemudian rekaman video digunakan sebagai dokumentasi dalam mengamati proses pembelajaran matematika di kelas. Selain itu, rekaman berupa audio dan video digunakan untuk membantu peneliti dalam menganalisis jawaban, argumen, ide, pendapat serta komentar seluruh siswa tentang pembelajaran matematika di kelas.

e. Pengembangan Bahan Ajar

(44)

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terdiri atas data nilai ulangan dan nilai Ujian Tengah Semester (UTS) siswa, tes kemampuan berpikir kreatif, skala disposisi berpikir kreatif, observasi dan wawancara siswa. Data nilai ulangan dan nilai UTS siswa diperoleh dari guru kelas untuk mengetahui kemampuan awal matematis (KAM) siswa. Data kemampuan dan disposisi berpikir kreatif dikumpulkan melalui pretes dan postes. Data observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dikumpulkan melalui pengamatan oleh beberapa orang observer pada setiap pertemuan pembelajaran. Data hasil wawancara dikumpulkan melalui wawancara terhadap beberapa orang siswa pada akhir pembelajaran. Siswa yang diwawancarai terdiri atas 3 orang siswa berkemampuan tinggi, 4 orang siswa berkemampuan sedang dan 3 orang siswa berkemampuan rendah.

F. Analisis Data

Data diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir kreatif, skala disposisi berpikir kreatif, lembar observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa serta wawancara. Seluruh data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Data yang dianalisis secara kuantitatif adalah data hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan data hasil skala disposisi berpikir kreatif siswa. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 20 dan Microsoft Excel 2010.

Data diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data pretes, data postes, N-gain serta skala disposisi berpikir kreatif siswa. Data hasil uji instrumen diolah dengan perhitungan untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda serta tingkat kesukaran soal. Sedangkan data hasil pretes, postes, N-gain dan skala disposisi berpikir kreatif siswa diolah dengan bantuan program software SPSS Versi 20.0 for Windows. Selanjutnya dilakukan pengolahan data berdasarkan

(45)

pretes (skala awal), data postes (skala akhir) dan data n-gain yang dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Data Pretes dan Skala Awal

Data pretes dan skala awal diolah bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif awal pada kedua sampel. b. Data Postes dan Skala Akhir

Data postes dan skala akhir diolah bertujuan untuk mengetahui perbandingan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif akhir pada kedua sampel. c. Data N-Gain

Data n-gain diolah bertujuan untuk mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan dan disposisi berpikir kreatif pada kedua sampel.

Analisis data kuantitatif diawali dengan melakukan uji normalitas. Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apaka sebaran data yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi secara normal berarti data akan mengikuti bentuk grafik distribusi normal.

Pengujian Normalitas data menggunakan bantuan Software SPSS 20, dilakukan dengan menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan Hipotesis secara statistik sebagai berikut: :

0

H Kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal :

Ha Kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi tidak normal b. Menetapkan taraf signifikansi α = ,

c. Membandingkan taraf signifikansi α = , dengan taraf signifikansi yang diperoleh dari SPSS dengan kriteria sebagai berikut:

(46)

- Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α = 0,05), maka H0 diterima, artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga analisis selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas.

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berasal dari kondisi yang sama atau homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama atau tidak.

Pengujian homogenitas data menggunakan bantuan Software SPSS 20, dilakukan dengan menggunakan uji statistik Levene dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai berikut: :

b. Menuliskan Hipotesis secara statistik sebagai berikut: ∶ � = � berasal dari populasi yang memiliki varians yang tidak homogen, sehingga digunakan uji parametrik untuk analisis selanjutnya.

(47)

Uji hipotesis penelitian dilakukan berdasarkan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

a) Jika kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Alasan pemilihan uji-t adalah karena ukuran sampel berjumlah sedikit.

b) Jika kedua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal tetapi mempunyai varians yang tidak homogen maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t’.

c) Jika kedua sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney U. Alasan pemilihan uji Mann-Whitney U adalah karena ukuran

sampel berjumlah sedikit.

1) Hipotesis 1

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 1 adalah sebagai berikut:

a) Menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional?

b) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai barikut:

H0 : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended tidak berbeda dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Ha : Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.

c) Menuliskan hipotesis secara statistik sebagai berikut: ∶ � = �

(48)

Keterangan :

� = rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended.

� = rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dengan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

d) Melakukan Uji Normalitas data.

e) Menentukan jenis uji hipotesis berdasarkan hasil uji normalitas data. f) Menuliskan kesimpulan.

2) Hipotesis 2

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 2 adalah sebagai berikut:

a) Menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah)?

b) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai barikut:

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah).

Ha : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif antara siswa yang memperoleh pembelajaran Open-Ended dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah).

c) Menuliskan hipotesis secara statistik sebagai berikut: H0 : � = � = �

(49)

Keterangan :

� = rata-rata peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah).

� = rata-rata peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan dengan menggunakan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah).

d) Melakukan Uji Normalitas data.

e) Menentukan jenis uji hipotesis berdasarkan hasil uji normalitas data. f) Menuliskan kesimpulan.

3) Hipotesis 3

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 3 adalah sebagai berikut:

a) Menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional?

b) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai barikut:

H0 : Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended tidak berbeda dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Ha : Peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan menggunakan pendekatan Open-Ended lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional.

c) Menuliskan hipotesis secara statistik sebagai berikut: ∶ � = �

∶ � > � Keterangan :

(50)

� = rata-rata peningkatan disposisi berpikir kreatif siswa dengan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

d) Melakukan Uji Normalitas data.

e) Menentukan jenis uji hipotesis berdasarkan hasil uji normalitas data. f) Menuliskan kesimpulan.

4) Hipotesis 4

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 4 adalah sebagai berikut:

a) Menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa?

b) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai barikut:

H0 : Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Ha : Terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran (Open-Ended dan konvensional) dan kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. c) Menentukan jenis uji hipotesis berdasarkan hasil uji hipotesis 3.

d) Menuliskan kesimpulan

5) Hipotesis 5

Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis 4 adalah sebagai berikut:

a) Menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:

(51)

b) Menuliskan hipotesis secara formal sebagai barikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan yang positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif.

Ha : Terdapat hubungan yang positif antara kemampuan berpikir kreatif dengan disposisi berpikir kreatif.

c) Melakukan Uji Normalitas data.

d) Menentukan jenis uji hipotesis berdasarkan hasil uji normalitas data. e) Menuliskan kesimpulan

2. Analisis Data Kualitatif

Data yang dianalisis secara kualitatif adalah data hasil observasi terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa serta data hasil wawancara terhadap siswa. Hasil observasi dan wawancara diolah dan dianalisis dengan cara mendeskrpsikan sikap, harapan dan perasaan siswa selama proses pembelajaran berlangsung sehingga hasil observasi dan wawancara dapat menggambarkan proses yang terjadi dalam pembelajaran. Selain itu, deskripsi hasil observasi dan wawancara dilakukan berdasarkan triangulasi data yang bertujuan untuk memastikan keabsahan data, yaitu untuk mengkonfirmasi kesesuaian antara hasil tes, observasi dan wawancara serta hal-hal yang menjadi faktor penyebab dan dampaknya terhadap kemampuan dan disposisi berpikir kreatif siswa.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri atas 4 bagian, yaitu: (1) tahap persiapan; (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap analisis data; (4) tahap kesimpulan.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan perangkat pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) baik dengan menggunakan pendekatan Open-Ended maupun dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan

(52)

seluruh intrumen diuji validitasnya. Pada tahap ini, instrumen tes kemampuan berpikir kreatif secara diuji validitas, riabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.

Tahap selanjutnya adalah menentukan dua kelas yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan kedua kelas ini berdasarkan saran, usulan serta pertimbangan guru matematika dan kepala sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif siswa. Kemudian dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Open-Ended pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Setelah masing-masing kelas tersebut diberi perlakuan, tahap selanjutnya adalah memberikan postes yang kemudian hasilnya dianalisis berdasarkan langkah-langkah yang telah dipaparkan sebelumnya.

Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru sengan pertimbangan untuk mengurangi bias mengenai terjadinya perbedaan perlakuan pada masing-masing kelas. Pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung, peneliti dibantu oleh dua orang partner peneliti. Seorang parter berperan sebagai observer yang merupakan guru kelas dan seorang lagi adalah teman peneliti yang berperan dalam hal dokumentasi.

3. Tahap Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis dengan berdasarkan langkah-langkah yang telah dipaparkan sebelumnya. Pengelompokan kemampuan awal siswa dilakukan berdasarkan kepada hasil ujian tengah semester diikuti dengan pertimbangan guru sehingga diperoleh siswa dengan kemampuan awal matematis dengan kategori tinggi, sedang dan rendah.

(53)

4. Tahap Kesimpulan

(54)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Penyusunan RPP

Penyusunan Instrumen

Uji Coba Instrumen Tes

Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran Soal, Daya Pembeda

TAHAP PELAKSANAAN

Pretes

Kelas Kontrol Pembelajaran Konvensional

Kelas Eksperimen Pendekatan Open-Ended Skala Disposisi Matematis

Skala Disposisi Matematis

Postes

Pengumpulan Data

Pretes, Postes, Skala Disposisi Berpikir Kreatif, Observasi, Wawancara, Dokumentasi

TAHAP ANALISIS DATA

(55)

H. Jadwal Penelitian

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.3 Jabaran Subyek Penelitian
Tabel 3.4
Tabel 3.5 Kategori Gain Ternormalisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

(1) Dengan tidak mengurangi kewadjiban untuk memperoleh izin menurut peraturan- peraturan lain jang berlaku, maka kepada pemegang Kuasa Pertambangan jang telah

Penelitian tentang ”Pengaruh Penambahan Atonik dan BAP (Benzil Amino Purin) Pada Media ½ MS Terhadap Kultur Primordial Daun Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)” telah

The teachers believed it is because the authentic reading materials provide news or information that students have previous knowledge, or students have interest related to the

Hasil Penelitian Penerapan Hasil Belajar Kursus Menjahit Level 1 Ditinjau Dari Kompetensi Dasar Menggunakan Mesin Jahit Manual ... Hasil Penelitian Penerapan Hasil Belajar

Nilai keseragaman fitoplankton di perairan pulau Bauluang tergolong tinggi (E&gt;0,75), kecuali di stasiun 2 yang memiliki nilai relatif rendah, tetapi secara keseluruhan

Teknik pengumpulan data dibutuhkan untuk menentukan instrumen yang digunakan untuk menjaring informasi dari subjek penelitian (guru mata pelajaran.. program produktif, ketua

Dalam rangka pencairan BOP RA Semester 1 Tahun 2016 dilingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Ponorogo, bersama ini kami mohon kepada Kepala RA untuk mengumpulkan