1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu jenis penyakit infeksi yang seringkali dijumpai adalah pneumonia. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang tinggi, tidak saja di negara berkembang tapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara Eropa. Di Amerika Serikat misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang. Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomer tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis (Anonim, 2010).
Penyakit infeksi yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikroplasma (Jewets et al., 2005). Bakteri yang umum adalah
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas sp, virus misalnya virus influensa. Bakteri gram negatif seperti Klebsiella sp dan Pseudomonas sp, menyebabkan pneumonia yang cenderung
berat. Bakteri ini paling sering menyerang anak-anak, orang tua, peminum alkohol dan penderita penyakit menahun (terutama penderita gangguan sistem kekebalan tubuh). Bakteri gram negatif bisa dengan cepat merusak jaringan paru-paru, sehingga pneumonia gram negatif cenderung cepat menjadi berat (Anonim, 2010).
Staphylococcus epidermidis adalah suatu bakteri yang biasanya terdapat di
Telah banyak dilakukan penelitian yang menguji aktivitas tanaman obat sebagai antibakteri penyebab infeksi. Tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat salah satunya adalah daun sirsak (Annona muricata L.). Sirsak (Annona
muricata L.) berasal dari wilayah Amerika yang beriklim tropis, terutama
Amerika Tengah dan Selatan. Tanaman ini menyebar luas ke Asia. Pada abad ke-19, tanaman sirsak mulai dibudidayakan di Malaysia dan Indonesia. Awalnya tanaman sirsak merupakan tanaman yang tumbuh liar, kemudian dikembangkan menjadi tanaman pekarangan (Sukarmin, 2010).
Manfaat tanaman sirsak terbukti mempunyai khasiat astrigen (daun dan buah mentah), antibakteri, dan antikejang (Hariana, 2006). Batang dan daun sirsak (Annona muricata L.) mengandung tansin, fitosterol, kalsium oksalat serta alkaloid murisine (Hariana, 2006). Hasil penelitian Soetarno (1992) menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun sirsak (Annona muricata L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio choleras, Yersinia enterocolitica dan Staphylococcus
aureus. Ekstrak metanol daun sirsak terbukti mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Proteus vulgaris, Streptococcus pyogenes, Bacillus subtilis, Salmonella typhimurium, Klebsiella pneumonia dan Aerogenes enterobacter (Saraswathy, et al., 2010). Dalam
penelitian lain, Annonaceous acetogenins yang terkandung dalam tanaman sirsak telah dipublikasikan sebagai antitumor, antiparasit, pestisida, antiprotozoa, antifeedant (antiserangga) dan aktivitas antimikrobia (Taylor, 2002). Flavonoid memiliki banyak aktivitas biologi antara lain: antimikroba, antikanker, esterogenik, inhibitor sintesis prostaglandin, inhibitor topoisomerase, dan inhibitor protein kinase (Sujata dkk., 2005).
Ekstrak metanol dan ekstrak air daun Annona muricata terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC29213, Escherichia
coli ATCC8739, Proteus vulgaris ATCC13315, Streptococcus pyogenes ATCC
8668, Bacillus subtilis ATCC12432, Salmonella typhimurium ATCC23564,
Klebsiella pneumonia NCIM No.2719, dan Enterobacter aerogenes NCIM
ekstrak air daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan S. aureus, E. coli, dan
Salmonella.
Berdasarkan data tersebut ekstrak daun sirsak kebanyakan disari dengan penyari yang bersifat polar, dimungkinkan fraksi polar dari ekstrak daun sirsak terdapat senyawa kimia yang berpotensi sebagai antibakteri sehingga dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji aktivitas antibakteri fraksi polar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) dengan metode dilusi padat yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Klebsiella pneumonia dan
Staphylococcus epidermidis.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa Kadar Hambat Minimum (KHM) fraksi polar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata (L).) yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis ?
2. Golongan senyawa apa dalam fraksi polar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata (L).) yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap
Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis ?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui aktivitas fraksi polar ekstrak etanol daun sirsak (Annona
muricata (L).) terhadap Klebsiella pneumoniae dan Staphylococcus epidermidis dengan menentukan nilai Kadar Hambat Minimal (KHM)
dengan metode dilusi padat.
D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman sirsak (Annona muricata)
a. Sistematika Tanaman sirsak (Annona muricata L.) Kedudukan tanaman sirsak (Annona muricata L.) : Kingdom : Planteae
Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Polycarpiceae Famili : Annonaceae Genus : Annona
Spesies : Annona muricata Linn. (Leny, 2003).
b. Nama Daerah
Di indonesia pohon ini memiliki beberapa nama daerah antara lain nongko londo, nangka sabrang, nangka manila, swirswak (jawa), nangka walanda (sunda), durian batawi (Minangkabau) (Hariana, 2006).
c. Kandungan Kimia
Menurut Hariana (2006) buah sirsak mengandung protein, fosfor, vitamin A, dan vitamin C. Batang dan daun kaya akan tanin, fitosterol, kalsium oksalat, serta alkaloid murisine. Anggota famili Annonaceae itu bersifat manis.
d. Khasiat Tanaman
2. Metode Penyarian
Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik jika permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas (Anonim, 1989). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut diuapkan dan serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 2000).
Metode dasar penyarian ada beberapa yaitu maserasi, perkolasi dan soxhletasi. Pemilihan dalam metode penyarian tersebut sebaiknya disesuaikan dengan kepentingan untuk memperoleh sari yang baik (Anonim, 1989). Pemilihan metode ekstraksi juga tergantung pada sumber bahan alami dan senyawa yang akan diujikan. Oleh karena itu terdapat beberapa pilihan metode penyarian, antara lain: maserasi, boiling, sokletasi, supercritical fluid extraction, sublimasi, dan destilasi uap (Sarker et al., 2006).
Maserasi merupakan metode penyarian yang sangat sederhana dan paling banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus. Sedangkan remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Anonim, 2000).
3. Staphylococcus epidermidis
Sistematika Staphylococcus epidermidis adalah sebagai berikut : Divisi : Bacteria
Kelas : Bacilli Bangsa : Bacillales
Suku : Staphylococcaceae Marga : Staphylococcus
Staphylococcus epidermidis adalah suatu bakteri yang biasanya terdapat di
kulit manusia, dan dapat mengakibatkan infeksi oportunistik (menyerang individu dengan kekebalan tubuh yang lemah. Staphylococcus epidermidis berisi suatu gen lipase bahwa dapat meningkatkan aktivitas lipase dan memperbaiki struktur substrat dengan pemakaian SDM. Bakteri ini biasanya resisten kepada banyak antibiotik, kebanyakan penangananya dengan zat pembunuh kuman yang efektif, seperti Vancomycin, Quinolones, dan Rifampin (Maureen et al., 2008).
Ciri-ciri penting dari bakteri Staphylococcus epidermidis adalah berkarakteristik fakultatif, koagulase negative, katalase positif, gram positif, berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5-1,5 µm. Bakteri ini secara alami hidup di kulit dan membran mukosa manusia. Sebagai tambahan, Staphylococcus
epidermidis tidak menghasilkan satu enzim (koagulase) bahwa membekukan
darah, karenanya mereka disebut stafilokokus koagulase negatif. Bakteri ini mampu bertumbuh dengan glukosa anaerobically tetapi tidak dapat menciptakan manitol koagulase (ragi).
Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit tersebut (infeksi nosokomial). Secara klinis bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau imunitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat terlarang (narkotika), dan pasien rumah sakit yang dirawat dalam waktu lama (Rokhmawati, 2009).
4. Klebsiella pneumoniae
Sistematika Klebsiella pneumoniae adalah sebagai berikut : Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria Ordor : Entero bacteriaceae Genus : Klebsiella
Klebsiella pneumoniae adalah bakteri Gram negatif yang termasuk famili
Enterobacteriaceae yang berbentuk batang (basil). Klebsiella pneumoniae tergolong bakteri non motil, dapat memfermentasi laktosa dan dapat mereduksi nitrat. Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia. Gejala-gejala seseorang yang terinfeksi Klebsielle pneumonia adalah nafas cepat dan nafas sesak, gejala batuk, dan kesukaran bernafas. Klebsiella pneumoniae umumnya menyerang orang yang mempunyai kekebalan tubuh lemah, seperti alkoholis, orang dengan diabetes dan orang dengan penyakit kronik paru-paru. Beberapa jenis Klebsiella pneumoniae diobati dengan antibiotik yang mengandung cincin beta lactam. Contoh antibiotik tersebut adalah Ampicillin, Carbenicillin, dan
Amoxciciline (Anonim, 2010).
5. Uji Aktivitas Antibakteri
Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu sistem pengobatan yang efektif dan efisien. Salah satu metode uji antibakteri yang sering digunakan adalah :
1. Metode Dilusi
a. Dilusi cair, metode ini mengukur MIC (minimum inhibitory concentration atau kadar hambat minimum, KHM) dan MBC (minimum bactericidal
concentration atau kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang dilakukan
adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.
konsentrasi agen antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).
6. Bioautografi
Bioautografi merupakan metode yang spesifik untuk mendeteksi bercak pada plat hasil KLT yang memiliki aktivitas antibakteri, antifungi dan antivirus, sehingga mendekatkan metode separasi dengan uji biologis. Keuntungan metode ini adalah sifatnya yang efisien untuk mendeteksi adanya senyawa antimikroba karena letak bercak dapat ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga memungkinkan untuk isolasi senyawa aktif tersebut. Kerugiannya adalah metode ini tidak dapat digunakan untuk menentukan Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum.
Ada dua macam metode bioautografi, yaitu:
1. Bioautografi langsung: dengan menyemprot plat KLT dengan suspensi mikroorganisme ataupun dengan menyentuhkan plat KLT pada permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. Setelah inkubasi pada waktu tertentu, letak senyawa aktif tampak sebagai area jernih dengan latar belakang keruh.
2. Bioautografi overlay: dengan menuangkan media agar yang telah dicampur dengan mikroorganisme di atas permukaan plat KLT, media ditunggu hingga padat, kemudian diinkubasi. Area hambatan dilihat dengan penyemprotan menggunakan tetrazolium klorida. Senyawa yang aktif sebagai antimikroba akan tampak sebagai area jernih dengan latar belakang ungu (Pratiwi, 2008).
E. Landasan Teori
Tanaman sirsak (Annona muricata L.) memiliki aktivitas antibakteri (Soetarno, 1992). Hasil penelitian (Soetarno, 1992) menunjukkan bahwa daun sirsak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio choleras, Yersinia
enterocolitica dan Staphylococcus aureus.
acetogenins tersebut telah dipublikasikan sebagai antitumor, antiparasit, pestisida,
antiprotozoa, antifeedant (antiserangga) dan aktivitas antimikroba (Taylor, 2002). Penelitian lain menunjukkan ekstrak metanol daun sirsak memiliki aktivitas antibakteri terhadap Bacillus subtilis, Proteus vulgaris, Staphylococcus
aureus, Klebsiella pneumonia, Salmonella typhimurium, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, dan Steptococcus pyogenes. Aktivitas antibakteri daun
sirsak ekstrak diuji secara in vitro dengan metode cawan agar (MH), dalam daun sirsak terkandung senyawa golongan flavonoid yang diduga bertanggung jawab dalam aktivitas antibakteri (Erna, 1992). Ekstrak metanol dan ekstrak air daun
Annona muricata terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC29213, Escherichia coli ATCC8739, Proteus vulgaris ATCC13315, Streptococcus pyogenes ATCC 8668, Bacillus subtilis ATCC12432, Salmonella typhimurium ATCC23564, Klebsiella pneumonia NCIM No.2719, dan Enterobacter aerogenes NCIM No.2340 (Prachi, 2010). Penelitian Vieira dkk.
(2010) menyebutkan bahwa ekstrak air daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan S. aureus, E. coli, dan Salmonella.
Berdasarkan data yang didapat, sebagian besar ekstrak daun sirsak disari dengan penyari yang bersifat polar dan mempunyai aktivitas antibakteri, sehingga dimungkinkan pada fraksi polar ekstrak daun sirsak mempunyai kandungan senyawa yang poten terhadap aktivitas antibakteri, maka dilakukannya penelitian ini.
F. Hipotesis
Fraksi polar ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella pnumoniae dan Staphylococcus