• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Kampanye Pengenalan Budaya Antre untuk Anak-anak di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Kampanye Pengenalan Budaya Antre untuk Anak-anak di Bandung."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERANCANGAN KAMPANYE PENGENALAN BUDAYA ANTRE UNTUK ANAK-ANAK DI BANDUNG

Oleh

Shahnaz Kurniawan Kiantono NRP : 1064010

Dalam era modern ini, sebagian masyarakat di Indonesia sudah tidak lagi menghiraukan budaya antre yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di Jawa Barat, khususnya di Bandung, tingkat kesadaran dalam mengantre cukup mengkhawatirkan. Banyak orang yang mementingkan keegoisan dirinya masing-masing agar apa yang mereka tunggu dapat cepat terselesaikan.

Karena banyaknya keluhan dan pelanggaran yang terjadi dalam budaya antre ini, penulis memutuskan untuk membuat sebuah kampanye sosial yang berisi ajakan mengantre untuk anak-anak dengan jangkauan usia 7 tahun – 10 tahun, karena penulis merasa dalam usia sedini inilah budaya antre harus ditanamkan kepada diri anak-anak sehingga dapat menjadi sebuah kebiasaan yang dapat memperbaikki bangsa ini.

Dalam pembuatan kampanye sosial ini, penulis membuat beberapa poster untuk memperkenalkan budaya antre kepada anak-anak dan apa manfaatnya. Penulis juga membuat buku panduan mengantre sebagai salah satu media untuk membantu anak-anak mengenal budaya antre dengan baik. Selain itu ada juga media-media lainnya yang penulis buat untuk mendukung kampanye budaya antre ini.

(2)

ABSTRACT

CAMPAIGN DESIGN TO INTRODUCE THE CULTURE OF QUEUING FOR CHILDREN IN BANDUNG

Submitted by

Shahnaz Kurniawan Kiantono NRP : 1064010

In this modern era such as today, some people in Indonesia are no longer heed the

culture of queuing which still occur in everyday lives. In western java, particularly in

Bandung, the level of awareness of queuing is quite alarming. Many people are still selfish,

they only care about their necessity with the intention of finishing their need faster.

Many citizens criticize about this violation of culture. For the purpose of this

problem, the writer decides to create a social campaign designed to urge kids from 7 to 10

years old to flourish the culture of queuing. Writer believes that children of these ages are the

most suitable candidates to be nurtured in order to fix the dented culture of queuing in

Indonesia.

In the making of the social campaign, writer creates few posters to introduce and to

explain the benefit of queuing to children. Furthermore, guidebooks are given to children as

one of the media to help them understanding the culture of queuing. There are also other

media that the writer makes to promote the culture of queuing.

Presumably all of the writer’s efforts and creations will be used effectively and could have decent impact to young children. Writer also hope its work could be used as guidance to

create a better social campaign in the future.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 3

1.2.1 Idektifikasi Masalah 3

1.2.2 Rumusan Masalah 3

1.2.3 Ruang Lingkup Kajian 4

1.3 Tujuan Penulisan 4

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data 5

1.4.1 Sumber Data Primer 6

1.4.2 Sumber Data Sekunder 6

1.4.3 Teknik Pengumpulan Data 7

1.5 Skema Penulisan 8

BAB II. LANDASAN TEORI

(4)

2.1.1 Pengertian Seni dan Budaya 10

2.2 Pengertian Budaya Antre 11

2.2.1 Disiplin Antre 11

2.3 Teori tentang Konsep dalam Karya Visual 12

2.3.1 Teori tentang Konsep Kreatif 13

2.3.2 Teori tentang Konsep Visual 13

2.3.3 Teori Warna 14

2.4 Budaya dan Perilaku Bangsa 14

2.4.1 Pengertian Budaya dan Perilaku Bangsa 14

2.4.2 Karakteristik Budaya dan Perilaku Bangsa 15

2.4.3 Faktor-Faktor Penghambat Perubahan Sosial 17

2.5 Kampanye 22

2.5.1 Pengertian Kampanye 22

2.5.2 Fungsi Kampanye 22

2.5.3 Jenis-jenis Kampanye 22

2.5.4 Media Kampanye 23

2.5.5 Kampanye untuk Pemertahanan Seni dan Budaya Indonesia 23

2.6 Psikologi Perkembangan 24

2.6.1 Pengertian Psikologi Perkembangan 24

2.6.2 Pengertian dan Ciri-ciri Perkembangan 24

2.6.3 Prinsip-prinsip Perkembangan 25

BAB III. DATA DAN ANALISIS MASALAH

3.1 Data dan Fakta 27

(5)

3.1.2 Hasil Observasi Terhadap Budaya Antre di Ruang Publik 27

3.1.2.1 Hasil Observasi Budaya Antre di kantin Gereja Kristen Aruna 28

3.1.2.2 Hasil Obesrvasi Budaya Antre di Kasir Mini Market 28

3.1.3 Hasil Wawancara Tentang Perlunya Budaya Antre 28

3.1.3.1 Hasil Wawancara Terhadap Guru Taman Kanak-kanak 28

3.1.3.2 Hasil Wawancara Terhadap Dosen Psikologi 29

3.1.4 Pelajaran Berharga Di Balik Mengantre 31

3.2 Analisis Data Tentang Lembaga dan Dinas Terkait 32

3.2.1 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bandung 33

3.2.2 Jurusan Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha 34

3.2.3 Mangle Majalah Mingguan Sunda 35

3.2.4 Majalah Anak BOBO 35

3.3 Tinjauan Terhadap Proyek Sejenis 36

3.3.1 Poster Pendidikan dan Penyuluhan Budaya Antre Karya Robi 37

3.3.2 Iklan Komersial Tentang Pendidikan dan Penyuluhan Budaya Antre Karya LTA’s Group Director for Corporate Communications, Ms Tammie Loke 38

3.4 Hasil Analisis Terhadap Permasalahan Sesuai Dengan Data dan Fakta 39

3.5 Analisa dan Perancangan Tindakan Dalam Koridor Kerja Desan Komunikasi Visual 40

3.5.1 S.W.O.T 40

3.5.2 Segmentasi, Targeting, Positioning 40

BAB IV. PEMECAHAN MASALAH

4.1 Konsep Komunikasi 42

4.1.1 Target Komunikasi 43

(6)

4.1.3 Media Komunikasi 43

4.2 Konsep Kreatif 44

4.2.1 Visualisasi Desain 44

4.2.1.1 Tipografi 45

4.2.1.2 Teknik Warna 46

4.2.1.3 Ilustrasi 46

4.2.2 Komunikasi Visual 48

4.3 Konsep Media 48

4.3.1 Media Kampanye 49

4.3.1.1 Media Kampanye Dengan Poster 49

4.3.1.2 Media Kampanye Dengan Buku Panduan 51

4.3.1.3 Media Kampanye Dengan Brosur 56

4.3.1.4 Media Kampanye Dengan X-Banner 57

4.3.1.5 Media Kampanye Dengan Iklan Majalah 58

4.4 Timeline 59

4.5 Hasil Karya 60

4.6 Budgeting 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 64

5.2 Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 66

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, sebagian masyarakat di Indonesia sudah tidak lagi menghiraukan budaya antre yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari anak-anak hingga dewasa seringkali melanggar nilai-nilai dari budaya antre ini, khususnya ketika terjadi antrean panjang, banyak sekali orang yang menyerobot dan merebut antrean lainnya, hal ini menyebabkan timbulnya rasa tidak nyaman dalam mengantre.

Di Jawa Barat, khususnya di Bandung, tingkat kesadaran dalam mengantre cukup mengkhawatirkan. Banyak orang yang mementingkan keegoisan dirinya masing-masing agar apa yang mereka tunggu dapat cepat terselesaikan. Padahal, sebenarya dengan keegoisannya itu sendirilah yang membuat antrean semakin lama. Banyak sekali keluhan-keluhan yang penulis temukan tentang bergesernya budaya antre, tetapi alangkah malangnya, tidak ada satupun gerakan yang menanggapi keluhan-keluhan tersebut.

“. . . Apa yang di pertontonkan para orang tua pada anaknya, dalam mengantri menunggu giliran sungguh memprihatinkan. Ada orang tua yang memaksa anaknya untuk ”menyusup” ke antrian depan dan mengambil hak anak lain yang lebih dulu mengantri dengan rapi. Dan berkata ”Sudah cuek saja, pura-pura gak tau aja !!” Ada orang tua yang memarahi anaknya dan berkata ”Dasar Penakut”, karena anaknya tidak mau dipaksa menyerobot antrian.” (Arif Setiawan, Bandung, Kamis, 15 Agustus 2013)

Sekarang ini, penerapan budaya antre dalam masyarakat harus kita laksanakan sedini mungkin, agar anak sedini mungkin dapat menerapkan budaya antre yang baik dalam masyarakat. Anak-anak inilah yang penulis khawatirkan, karena mereka adalah penerus bangsa, dan merekalah yang akan membawa kita menuju perubahan.

(8)

terpinggirkan dan tergeser oleh budaya-budaya modern yang masuk ke dalam kebiasaan, maka kebiasaan yang lama dan baik ini akan hilang dan ditinggalkan. Hilangnya budaya antre tentu akan menimbulkan kekacauan yang akan merugikan bagi orang lain.

Diharapkan pembahasan dan penulisan tentang memperkenalkan budaya antre di kalangan anak-anak ini dapat menghasilkan konsep, model, paradigma, kaidah atau pola-pola yang dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan secara praktis oleh user atau pengguna penulisan. Dalam penulisan ini, pengguna penulisan yan dapat menggunakan hasil pembahasan ialah : pemerintah daerah, departemen seni dan budaya, anak-anak, masyarakat luas, desainer komunikasi visual, serta pemerhati dan pembelajar bidang desain komunikasi visual khususnya bidang perancangan kampanye.

Berdasarkan data di lapangan, penulisan dan pembahasan tentang kampanye pemertahanan mengenai seni budaya tradisional telah banyak dilakukan. Akan tetapi, pembahasan tentang perancangan kampanye untuk memperkenalkan budaya antre bagi anak-anak dalam penulisan ini akan di perspektifkan dan dikerucutkan kepada pemberdayaan budaya antre sebagai wahana pembelajaran bagi anak-anak untuk memahami tentang betapa pentingnya budaya antre di masyarakat. Sepengetahuan penulis, perancangan kampanye tentang pemberdayaan budaya antre belum banyak yang mengkampanyekannya. Dengan demikian pembahasan dan penulisan tentang perancangan kampanye untuk pemberdayaan budaya antre bagi anak-anak dapat dianggap sebagai terobosan baru dalam bidang desain komunikasi visual.

Jika permasalahan hilangnya budaya antre yang disebabkan oleh perilaku modern dari luar tidak diselesaikan, apakah kita mau membiarkan Negara ini tetap menjadi “negara terbelakang”? Apakah kita akan diam saja bila budaya antre sudah tidak lagi menjadi hal yang penting? Bagaimana tanggung jawab moral kita sebagai generasi penerus? Dengan demikian, pembahasan dan penulisan tentang perancangan kampanye untuk pemberdayaan budaya antre bagi anak-anak menjadi penting dan mutlak dilakukan.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Identifikasi Masalah

(9)

1) Melemahnya budaya antre berimplikasi kepada penurunan mentalitas dan integritas anak-anak.

2) Pendidikan etika dalam kaitannya dengan budaya antri yang terdapat dalam kurikulum sekolah tidak cukup untuk mengatasi gejala fenomena menurunnya budaya antre di masyarakat.

3) Semakin banyaknya orang-orang yang tidak sabar dalam mengantre.

4) Adanya pandangan dalam masyarakat bahwa dengan mengantre akan memperlambat cara kerja suatu sistem.

1.2.2 Rumusan Masalah

Dari pemaparan dan penegasan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, berikut ini akan dibatasi dan dirumuskan pokok pokok permasalahan yang akan diselidiki, ditelaah dan dijawab dalam penulisan yaitu sebagai berikut.

1) Langkah langkah apa yang dapat ditempuh untuk mengatasi degradasi moral anak-anak sebagai dampak hilangnya budaya mengantre di masyarakat? 2) Cara-cara apa saja yang harus digunakan untuk menangkal terjadinya

pelanggaran dalam budaya mengantre?

3) Bagaimana cara-cara yang paling tepat untuk menerapkan konsep kreatif, konsep komunikasi dan konsep media dalam pengomunikasian cara-cara untuk menanggulangi hilangnya budaya antre serta material, media dan karakter khas apa yang paling tepat untuk mengomuniksikan budaya antre?

1.2.3 Ruang Lingkup Kajian

Ditinjau dari pokok-pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas, berikut ini akan dikemukakan dan diuraikan bidang-bidang kajian, aspek-aspek keilmuan, prinsip-prinsip teori dan konsep-konsep yang akan dijadikan tolok ukur dan landasan berpikir dalam pemecahan masalah.

(10)

2) Untuk menjawab dan menganalisis masalah dalam rumusan masalah butir dua, prinsip-prinsip teori yang digunakan sebagai kerangka pikir ialah teori tentang teori etika dan teori sosial.

3) Untuk menjawab dan menganalisis masalah dalam rumusan masalah butir tiga, prinsip-prinsip teori yang digunakan sebagai kerangka pikir ialah teori tentang segmentasi, targeting dan positioning dalam melakukan kampanye, teori tentang media komunikasi, teori tentang desain dan penerapannya.

1.3Tujuan Penulisan

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dirumuskan dan telah ditegaskan dalam rumusan masalah di atas, berikut ini akan dipaparkan dan dikemukakan garis-garis besar hasil pokok yang ingin diperoleh dan dicapai setelah setiap permasalahan dibahas, dianalisis dan dijawab dalam penulisan yaitu sebagai berikut :

1) Mengetahui bagaimana dampak yang timbul dalam hilangnya atau pudarnya budaya antre dalam masyarakat, dan mengetahui media yang tepat untuk melakukan " Perancangan Kampanye Pengenalan Budaya Antre untuk Anak-anak ";

2) Mendesain dan membuat pola-pola perancangan kampanye untuk menanggulangi dampak negatif dari hilangnya budaya antre dengan mengaplikasikan konsep kreatif, konsep komunikasi, dan konsep media yang paling tepat disertai pemilihan material, media komunikasi dan karakter khas untuk anak-anak.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

(11)

1) Data primer

Data primer ialah data yang berupa fakta gejala informasi atau kejadian yang aktual nyata apa adanya objektif dan tidak dipengaruhi atau diintervensi oleh pendapat yang subjektif tentang suatu objek yang diusahakan, dicari, ditemukan, diperoleh, dicatat dan didokumentasikan untuk pertama kalinya oleh si penulis. Dengan demikian, penulis berkedudukan sebagai pihak pertama penerima data yang diperolah langsung dari lapangan.

2) Data Sekunder

Data sekunder ialah data atau informasi yang bukan diusahakan sendiri oleh si penulis, melainkan diusahakan dan ditemukan oleh pihak lain. Dengan demikian, data sekunder ialah kategori data yang terekam, tersedia, dan terdokumentasikan sehingga dapat dimanfaatkan, dikutip, dan dipergunakan oleh pihak lain yang memerlukannya. Data sekunder tersedia dalam bentuk bahan bacaan, buku daras atau buku teks, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar, ensiklopedia, tesaurus, laman di internet, dan dokumen resmi terbitan lembaga pemerintah atau lembaga swasta. (contohnya : Dokumen Biro Pusat Statistik, Dokumen Resmi Bank Dunia, Dokumen yang dikeluarkan oleh Bapenas).

1.4.1 Sumber Data Primer

Dalam penulisan ini, digunakan data primer berupa hasil wawancara terhadap narasumber yang kompeten di bidangnya untuk memperoleh informasi tentang hilangnya minat para remaja untuk mengikuti aturan mengantre yang ada di dalam masyarakat.

Dalam penulisan ini digunakan data primer berupa hasil wawancara secara langsung kepada beberapa narasumber yang telah dipilih dan juga dengan membagikan kuisioner terhadap 100 responden yang mewakili kelompoknya secara representatif tentang wawasan dan kesadaran akan adanya budaya antre, disamping ini, digunakan juga data primer berupa hasil observasi yang berhubungan dengan pembuatan perancangan atau pendesainan kampanye berkenaan dengan budaya antre.

1.4.2 Sumber Data Sekunder

(12)

Perkembangan Anak dan Remaja, karya Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., serta Penelitian

Operasional : Teknik dan Praktek, karya P siagian 1987

Penulis memilih dan mengambil buku ini dikarenakan ketiga buku inilah yang dapat memberikan sumber data yang tepat dan kompeten, selain itu buku ini juga membahas banyak hal dasar yang memungkinkan penulis untuk mengerti secara mendasar tentang masalah-masalah yang akan dibahas.

1.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer berupa hasil observasi digunakan teknik pengumpulan data teknik observasi yaitu bahan penulisan diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara cermat dari jarak yang sangat dekat terhadap objek penulisan. Dalam hal ini tentu saja dibutuhkan konsentrasi tinggi dan minat yang memadai.

Untuk memperoleh data primer berupa hasil wawancara digunakan teknik wawancara yaitu bahan penulisan diperoleh dengan cara mengumpulkan bahan atau informasi dengan menanyakan langsung kepada seorang informan, para ahli/pakar, atau orang yang berwenang. Pertanyaan-pertanyaan biasanya disusun sebelumnya sesuai dengan topik yang dipilih. Dalam pelaksanaannya, penanya tidak selalu bergantung pada pertanyaan yang telah disiapkan. Kerap kali bila ada informasi yang menarik dari jawaban informan, penanya akan mengajukan pertanyaan baru.

Untuk memperoleh data primer berupa hasil kusioner ditempuh teknik pengumpulan data berupa teknik angket atau teknik kuisioner yaitu bahan penulisan diperoleh dengan cara mendistribusikan atau menyebarluaskan daftar pertanyaan secara tertulis kepada informan yang disebut responden dan akan dijawab secara tertulis pula oleh responden atau orang yang berwenang.

(13)

1.5 Skema Penulisan

(14)

Topik

Perancangan Kampanye Pengenalan Budaya Antre

Fakta

a. Kurang tertanamnya budaya antre di kalangan masyarakat Indonesia b. Hilangnya budaya antre dalam masyarakat

c. Kurang sadarnya masyarakat dengan manfaat mengantre d. Keegoisan setiap individu yang mendominasi perilaku masyarakat e. Banyaknya keluhan masyarakat tentang bergesernya budaya antre

Masalah

Pendidikan etika dalam kaitannya dengan budaya antre yang terdapat dalam kurikulum sekolah tidak cukup untuk mengatasi

gejala fenomena berkurangnya budaya antre di masyarakat.

Penyebab Masalah

Ketidak sabaran setiap individu dan kurangnya rasa untuk saling menghargai antara satu sama lain.

Kampanye ini diharapkan dapat mengubah kebiasaan dan pola hidup masyarakat di Indonesia

(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Budaya antre merupakan budaya yang harus ditanamkan sejak dini, agar kebiasaan yang baik

ini dapat ‘mendarah daging’ di dalam setiap individu. Cara-cara yang dapat dilakukan pun sangat beragam, pada proyek seperti ini, penulis merasa peranan desainer cukup strategis dalam kampanye kreatif.

(16)

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Anak-anak

Agar anak-anak dapat menyadari pentingnya mengantre dan dapat menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari sehingga merekapun dapat menularkan kebudayaan antre kepada orang

lain.

5.2.2 Saran Bagi Orang Tua

Orang tua sebaiknya mengajarkan budaya antre kepada anak-anaknya sejak usia dini, karena mengantre bukan lah hal yang dapat diterapkan dalam waktu yang singkat. Sehingga peran orang tua sebagai panutan adalah salah satu hal yang paling penting dalam menerapkan budaya antre.

5.2.3 Saran Bagi Lembaga Terkait

Bagi lembaga yang terkait saran peneliti adalah agar lebih tegas lagi dalam menggalakkan budaya antre ini, sehingga ke depannya budaya antre ini dapat tertanam dalam setiap jiwa masyarakat di Indonesia dan mencerminkan kepribadian bangsa yang baik.

5.3 Saran dari Penguji

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth (1990). Psikologi Perkembangan . Jakarta: Erlangga

Munandar, Utami (1999). Kreativitas & Keberbakatan. Gramedia Pustaka Utama

Panuju, Redi (1994). Ilmu Budaya Dasar dan Kebudayaan. Gramedia Pustaka Utama.

Sedyawati, Edi (2006). Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Rajawali Pers.

Siagian P (1987). Penelitian Opersional : Teknik dan Praktek. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Sugiono, Dendi (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional edisi ke 4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Venus, Antar (2004). Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Yusuf, Syamsu LN, M.Pd (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Rosda.

http://ennybundaraja.blogspot.com/2013/08/budaya-antri.html

http://www.serba-indonesia.com/pelajaran-berharga-dari-budaya-mengantri.htm

http://www.bimbingan.org/artikel-budaya-antri-di-indonesia.htm

http://hariyanti-sukma.blogspot.com/2013/08/pentingnya-budaya-antri.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Sunda

Referensi

Dokumen terkait

Alih fungsi lahan gambut dari hutan rawa gambut primer (HP) menjadi lahan olahan seperti tipe lahan SB, KS dan KJ menyebabkan peningkatan suhu tanah gambut dan jeluk muka air

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Bahan bakar gas ( elpiji ) harus murni, ukuran minimal 12 kg dan jika dipergunakan untuk memasak tidak

Menyatakan jenis-jenis ubat yang mempunyai kesan interaksi yang sama dan berlawanan.. Menerangkan interaksi antara makanan dan ubatan

Memperbaiki area yang rusak pada rubber liners PERLINDUNGAN TERHADAP KEAUSAN/KOROSI: Aplikasikan Loctite Flex 80 Putty • Mengurangi MTTR • Memperkuat area yang rentan

Penelitian ini merupakan sebuah strategi pengembangan makanan khas Bali berbasis teknologi informasi, maksudnya adalah resep-resep yang diajarkan secara turun temurun , akan

Semakin lama karyawan bekerja mereka cenderung lebih terpuaskan dengan pekerjaan mereka, hal ini juga dapat mempengaruhi motivasi seseorang untuk lebih

Dari paparan para ahli diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa komponen sistem pendidikan tersebut meliputi; tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik,