• Tidak ada hasil yang ditemukan

VULNUS SCLOPETORUM PADA ANJING LOKAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "VULNUS SCLOPETORUM PADA ANJING LOKAL."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: kode diagnosis vulnus punctum

(2)
(3)

VULNUSSCLOPETORUMPADA ANJING LOKAL

OLEH : PUDJI RAHARDJO

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

yang senantiasa memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan kasus berjudul“Vulnus Sclopetorum Pada Anjing Lokal“. Kejadian luka tembak atau Vulnus Sclopetorum sering terjadi, dari analisis melalui tanya jawab terhadap pemilik anjing, anjing yang terkena vulnus

luka tembak kebanyakan sistem pemeliharaannya diliarkan, di sisi lain masih

cukup banyak manusia iseng mencoba keterampilan menembak dengan sasaran

anjing kesayangan dan anjing-anjing liar tanpa pemilik. Penanganan kasus ini

berbeda-beda tergantung dari lokasi luka tembak, kemajuan recovery anjing

tersebut dan sistem perawatan sang pemilik.

Laporan kasus ini dibuat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan

penulis serta pembaca. Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran kearah perbaikan sangat penulis harapkan.

Denpasar, Februari 2016

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR……….….iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Uraian Kasus... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1. Vulnus... 4

2.2. Vulnus Sclopetum... 6

2.3. Etiologi ... 7

2.4. Tanda Klinis... 7

2.5. Diagnosis ... 9

2.6. Prognosis... 9

2.7. Terapi... 10

BAB III MATERI DAN METODE... 11

3.1. Materi... 11

3.2. Metode ... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 15

4.1 Hasil... 15

4.2 Pembahasan ... 17

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 18

5.1. Kesimpulan ... 18

5.2. Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA...2 0

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Pengamatan dilakukan pada hari ke-1 hingga ke-7pasca operasi…………15

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Foto rongent………...………... 3

2. Anjing sebelum dilakukan operasi...………... 21

3. Pembedahan………...………... 22

4. Pengangkatan Peluru………..………... 22

5. Peluru…………..………... 23

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing merupakan salah satu dari hewan peliharaan, namun kenyataan

dilapangan hampir kebanyakan orang memelihara anjing dengan cara dilepas atau

tidak dikandangkan. Padahal ini dapat menimbulkan kekhawatiran kepada hewan

kesayangan tersebut, karena lepas dari pengawasan si pemilik.

Pada beberapa negara terjadi perdebatan mengenai kebijakan kesejahteraan

hewan dalam 5-10 tahun terakhir ini. Implementasinya adalah campur tangan negara

dalam masalah kesejahteraan hewan dalam bentuk peraturan hukum. Namun hingga

sekarang belum semua negara di dunia mempunyai peraturan hukum yang

mendukung kesejahteraan hewan (PETA, 2007). Penerapan kesejahteraan hewan di

Indonesia sendiri belum dapat berjalan secara optimal, hal ini dikarenakan belum

adanya peraturan pemerintah yang menjadi dasar hukum bagi instansi-instansi terkait

untuk mengawasi penerapan kesejahteraan hewan (Lubis, 2012). Hal ini juga terjadi

pada hewan kasus berikut ini. Dimana hewan ini menderita luka tembak (vulnus

sclopetorum ) dibagian paha sebelah kiri saat bermain di luar rumah si pemilik.

Seperti yang diketahui luka dapat berakibat secara lokal maupun umum. Dimana

akibat luka secara lokal dapat mengakibatkan rasa sakit (dolor), pendarahan. 1/3

(8)

infeksi dan akibat luka secara umum berupa, demam. Selain itu luka juga dapat

menimbulkan rasa sakit, baik secara primer maupun sekunder. Rasa sakit primer

terjadi sewaktu terbentuknya luka sedangkan rasa sakit sekunder terjadi setelah luka

terjadi, yang mana saraf-saraf yang terluka terkena rangsangan dari luar (lingkungan)

yang tidak serasi sehingga menimbulkan rasa sakit sekunder. Untuk melindungi

saraf-saraf yang terluka harus segera ditutup (bisa dengan perban/bandage, plaster

atau dijahit (suture).

Rasa sakit hewan tidak sama tergantung :

- Individu (umur muda lebih peka dari umur tua)

- Jenis hewan (kucing dan anjing lebih peka dari sapi) ( Jaya Warditha dkk,

2008)

Seekor hewan yang menderita luka akan merasakan adanya ketidak sempurnaan

yang pada akhirnya cenderung untuk mengalami gangguan fisik dan emosional.

Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa luka akan mempengaruhi kualitas hidup

hewan. Sebagai contoh, pasien dengan luka kanker dengan eksudat yang banyak dan

sangat berbau tentunya bukan hanya menjadi gangguan kesehatan bagi klien akan

tetapi juga akan mempengaruhi gangguan interaksi pasien. Ada empat domain

kualitas hidup yang bisa terkena dampak dari luka yaitu : fungsi fisik dan pekerjaan,

fungsi psikologis, interaksi sosial, sensasi somatik dan dampak finansial (Anonimous,

(9)

1.2 Uraian Kasus

Pada hari kamis tanggal 17 Desember 2015 datang Saudara Reynhard dengan

alamat Jalan Dipenegoro No. 8, Denpasar ke Rumah Sakit Hewan Fakultas Kedokteran

Hewan Universitas Udayana di Jalan Raya Sesetan, Gang Markisa No. 6, Denpasar,

dengan membawa seekor anjing lokal jantan dengan umur diperkirakan 8 bulan,

berwarna hitam.

Dari hasil anamnesa, anjing tersebut terlihat tiba-tiba pincang pada kaki kirinya,

setelah dilakukan pemeriksaan pada paha kaki kiri terdapat luka kecil dan meradang.

Setelah dilakukan palpasi ternyata pada daerah luka bagian dalam dapat dirasakan

sesuatu benda yang keras, selanjutnya dilakukan foto rontgen pada daerah luka tersebut,

dari hasil pencitraan foto rontgen terlihat adanya benda asing yaitu peluruair soft gun

ukuran 4,5 mm. Sehingga dapat mendiagnosa bahwa anjing tersebut merupakan kasus

luka tembak peluru atau Vulnus Sclopetorum.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vulnus

Vulnus atau luka adalah suatu diskontinuitas jaringan yang abnormal, baik di dalam maupun pada permukaan tubuh. Luka dapat terjadi karena trauma yang

berasal dari luar atau berasal dari dalam karena gesekan fragmen tulang yang patah,

rusaknya kulit dari infeksi atau tumor ganas (Ridhwan Ibrahim, 2002). Menurut

Suriadi (2007), luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara

spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.

Jenis dan kategorivulnus:

1. Luka memar (vulnus contussum)

Kontusi atau memar jaringan (disebut juga sebagai luka “tertutup”)

dengan kulit bengkak dan berwarna biru, Luka ini diakibatkan benturan

benda yang keras dan mengakibatkan kerusakan pada soft tissue dan ruptur

pada pembuluh darah sehingga menimbulkan nyeri dan berdarah (hematoma)

bila kecil maka akan diserap oleh jaringan disekitarnya, jika organ dalam

(11)

2. Luka lecet (vulnus abrasi)

Adalah luka yang hanya mengenai lapisan paling luar dari kulit dan

sangat dangkal.

3. Luka sayat (vulnus incisi)

Adalah luka yang diperoleh karena trauma benda tajam, jaringan yang

hilang boleh dikatakan tidak ada.

4. Luka robek (vulnus laceratum)

Luka yang pinggirnya tidak teratur atau compang-camping, sebagian dari

jaringan umumnya hilang. Disebabkan oleh trauma benda tumpul.

5. Luka tusuk (vulnus punctum)

Luka yang disebabkan tusukan benda berujung runcing seperti paku.

Tapi luka mungkin terdorong ke dalam luka kecil, tetapi dapat sangat dalam.

Apabila luka tusuk ini menembus suatu organ, maka luka yang masuk selalu

lebih besar dari luka keluarnya. Terkadang luka ini baru diketahui setelah

timbul abses di telapak kaki.

6. Luka tembak (vulnus sclopetorum)

Apabila luka tembak ini menumbus suatu organ, maka luka keluarnya

lebih lebar dan lebih compang-camping. Apabila tembakan dilakukan dari

jarak dekat, maka pada luka masuk dapat ditemui jelaga. Pada luka keluar

tidak jarang di temui pula bagian-bagian organ yang diterjang peluru. Keluar

tidaknya peluru atau sampai dimana kerusakan yang ditimbulkannya

(12)

7. Luka granulasi

Adalah luka yang diatasnya tumbuh jaringan granulasi. Luka granulasi

dapat dimulai oleh ulkus.

8. Vulnus ulkus

Suatu luka yang dalam, karena infeksi,tumor ganas, atau kelainan

pembuluh darah.

9. Luka gigitan (vulnus mortum)

Dapat ditemui pada bekas gigitan, terdapat nyeri, panas, dan udem.

Dapat menyebabkan shock anafilaktif dan membawa masuk bakteri atau

parasit kedalam tubuh. Luka gigitan lipan meyebabkakn gelisah dan muntah.

Gigitan ular berbisa dapat menyebabkan gejala nuerotoksik, hemolitik, atau

kombinasi. Gejala nuerotoksik adalah kelumpuhan termasuk kelumpuhan

otak dan pernapasan (Ridhwan Ibrahim, 2002).

2.2 Vulnus Sclopetorum

Vulnus sclopetorum adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru ke dalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan dengan

tubuh. Luka tembak dapat dibagi menjadi dua, yaitu luka tembak masuk dan luka

tembak keluar. Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru masuk pada suatu

objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar anak peluru

menembus objek secara keseluruhan. Pada luka tembak biasanya juga ditemukan

(13)

dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu kontak, jarak dekat, jarak sedang dan jarak

jauh (Umboh, dkk, 2013).

2.3 Etiologi

Vulnus sclopetorum termasuk dalam “punctured vulnus”, apabila luka tembak ini menumbus suatu organ, maka luka keluarnya lebih lebar dan lebih

compang-camping. Apabila tembakan dilakukan dari jarak dekat, maka luka masuk dapat

ditemui. Pada luka keluar tidak jarang di temui pula bagian-bagian organ yang

diterjang peluru. Keluar tidaknya peluru atau sampai dimana kerusakan yang

ditimbulkan tergantung dari jenis senjata, peluru jarak dan arah tembakkan (Ridhwan

Ibrahim, 2002).

Vulnus sclopetorum pada hewan sebagian besar disebabkan oleh manusia, karena itu pengawasan terdahap hewan peliharaan dan besarnya tingkat

pengertian dari manusia itu sendiri sangat penting pada kasus ini.

2.4 Tanda Klinis

a. Luka tembak masuk

Ciri luka tembak masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan abrasi

tepi yang melingkar di sekeliling efek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi tepi

tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru ketika

menekan masuk ke dalam tubuh. Abrasi tepi dapat bersifat konsentris ataupun

eksentris. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi ke dalam kulit hal tersebut akan

(14)

dengan ketebalan yang sama, disebabkan saat peluru masuk secara tegak lurus ke

dalam kulit. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk

sudut, maka hal ini akan menghasilkan abrasi tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin

yang lebih tebal pada satu area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris

mengindikasikan arah datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi

tepi, semakin kecil sudut peluru pada saat mengenai kulit. (Eka Nilawati, 2011).

b. Luka tembak keluar

Ketika luka tembak mengenai tubuh, dapat menghasilkan luka tembak keluar.

Ketika senjata kaliber kecil mengenai tubuh, energi sisa pada tiap peluru biasanya

tidak cukup untuk menembus. Luka pada ekstremitas, leher dan kepala akan mudah

untuk dilalui. Jarak juga dapat mempengaruhi efek luka tembak keluar.

Peluru yang berhasil melewati tubuh akan keluar dan menghasilkan luka tembak

keluar. Biasanya karakteristik luka tembak keluar berbeda dengan luka tembak

masuk. Bentuknya tidak sirkular melainkan bervariasi dari seperti celah (slitlike), seperti bintang, iregular, atau berjarak (gaping). Bentuk luka tembak keluar tidak dapat di prediksi.

Luka tembak keluar akan meghasilkan gambaran acak atau tidak teratur,

tergantung pada struktur anatominya serta tulang dan jaringan, khasnya bergerigi,

laserasi yang tidak teratur dengan sisi luar yang membuka dan kemungkinan fraktur

komunitif. Luka tembak pada dada dan perut selalu sulit keluar karena adanya

(15)

memiliki penahan, maka bentuk luka tembak sirkular atau mendekati sirkular yang

disekelilingnya dibatasi oleh abrasi. (Eka Nilawati, 2011).

2.5 Diagnosis

Diagnosis pada kasus vulnus sclopetorum bisa ditegakkan dengan melakukan anamnesa kepada si pemilik dan pemeriksaan fisik, serta melakukan rongent untuk peneguhan diagnosa dan memastikan tempat peluru berada pada tubuh hewan

tersebut.

1. Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan

bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shoot gun” ,yang tidak beralur, dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.

2. Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata

jenis rifled.

3. Pada keadaan dimana tubuh korban telah membusuk lanjut atau telah rusak

sedemikian rupa, sehingga pemeriksaan sulit, maka dengan pemeriksaan

radiologi ini akan dengan mudah menentukan kasusnya, yaitu dengan

ditemukannya anak peluru pada fotorongent(Idries, 1997). 2.6 Prognosis

Pada kasus vulnus sclopetorum prognosis ditentukan dari tingkat keparahan yang ditimbulkan dari tembakan tersebut, termasuk dalam luka tembak keluar ataupun

luka tembak masuk. Namun dalam kasus anjing ini, walaupun dikatagorikan dalam

luka tembak masuk, namun tidak begitu dalam dan melukai organ vital. Hal ini

(16)

dengan kondisi hewan yang tidak begitu buruk, dipertegas dengan hasil fotorongent

hewan. Sehingga prognosis dari kasus ini adalah“fausta”. 2.7 Terapi

Pada penangan kasus vulnus sclopetorum jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan ringer

laktat (RL), berikan antiseptik dan tutup luka. Biarkan luka setidaknya seminggu

baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan

setidaknya dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser

karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

Setelah mengetahui posisi peluru pada luka tembak luar, bisa langsung dilakukan

pencabutan peluru, namun apabila luka tembak dalam maka peluru harus segera

dikeluarkan dan muskulus bekas posisi peluru dijahit dengan pola jahitan sederhana

(17)

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Hewan

Hewan kasus adalah anjing lokal jantan, berumur 8 bulan dengan berat badan

8,9 kg. Hewan memiliki nafsu makan yang baik. Tanda klinis yang ditemukan

adalah adanya benjolan di bagian paha kanan, pada saat dilakukan palpasi anjing

merasa kesakitan.

3.1.2 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam pembedahan ini : scalpel dan mata scalpel, drape clamp, gunting operasi lurus dan bengkok, pinset bergigi, pinset fisiologis, needle holder, jarum ujung segitiga, forcep, kain drape, iv catheter dan infus set,

endotraceal tube (ETT), jarum suntik 3 ml. 3.1.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah tampon, kapas, plester, alkohol

70%, Lactat Ringer, NaCl 0,9%, antiseptik (betadine), benang non-absorable, gloves,

(18)

3.2 Metode

3.2.1 Preoperasi

• Persiapan ruang operasi

Ruang operasi dibersihkan dari kotoran dengan disapu (dibersihkan dari

debu), kemudian meja operasi disterilisasi dengan alkohol 70%.

• Preparasi alat

a. Sterilisasi alat-alat bedah

Sterilisasi pada alat-alat bedah bertujuan untuk menghilangkan seluruh

mikroba yang terdapat pada alat-alat bedah, agar jaringan yang steril atau

pembuluh darah pada pasien yang akan dibedah tidak terkontaminasi.

• Persiapan pasien atau anjing kasus :

a. Anjing yang akan dioperasi dilakukan signalemen, anamnesa, dan pemeriksaan klinik. Selain itu juga dilakukan foto rongent, untuk

memastikan posisi peluru. Sebelum dilakukan operasi, hewan dipuasakan

selama 12 jam agar hewan tidak muntah pada waktu teranastesi.

b. Pertama diinjeksi dengan premedikasi yaitu atropin sulfat sebanyak 1 ml

secara subkutan (dosis terlampir).

c. Setelah 10 menit, kemudian di anestesi menggunakan kombinasi xylasin

dan ketamin dengan jumlah pemberian anestesi masing-masing 0,8 ml

(19)

e. Hewan disiapkan secara aseptik, bulu disekitar daerah yang akan diinsisi

dibersihkan. Kemudian dilakukan pemasangan ETT dan dilakukan pemasanganintravena kateteruntuk infuslactat ringer.

f. Dilakukan penutupansiteoperasi dengan kaindrape. g. Kemudian diberi antiseptik untuk menjaga kondisi aseptik.

• Persiapan perlengkapan operator dan asisten

Perlengkapan yang dibutuhkan operator dan asisten adalah masker,

penutup kepala dan sarung tangan serta menggunakan pakaian khusus operasi.

Perlengkapan-perlengkapan tersebut disterilisasi dengan urutan tertentu.

3.2.2 Operasi

Setelah tahapan preoperasi selesai dan hewan telah teranestesi kemudian hewan

dibaringkan pada posisi lateral, insisi dilakukan pada daerah vulnus, setelah peluru ditemukan dilakukan pengangkatan dengan memotong lemak-lemak yang melekat

pada peluru tersebut. Pada proses pengangkatan dan pemotongan lemak ini harus

diperhatikan apakah ada pembuluh darah disekitar agar tidak ikut terpotong dan

terjadi pendarahan. Apabila terjadi perdarahan dapat dilakukan ligasi pada daerah

tersebut. Setelah peluru diangkat, dilakukan penyemprotan antibiotik dan penjahitan

kulit dengan pola jahitan sederhana terputus menggunakan benang yang tidak diserap

oleh tubuh. Daerah operasi dan bekas luka insisi dibersihkan dengan antiseptik

(20)

3.2.3 Pasca Operasi

Setelah operasi dilakukan pemberian antibiotik amoksisilin untuk mencegah

terjadinya infeksi sekunder dan salep oksitetrasiklin untuk daerah bekas luka insisi.

Setelah itu apabila diperlukan dapat dilakukan foto rongent kembali untuk memastikan

(21)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1.Pengamatan dilakukan pada hari ke-1 hingga ke-7 pasca operasi.

Pengamatan pasca operasi Terapi Perubahan Klinis

Hari ke- 1 - Luka diberikan

antibiotik

Penicilin-Hari ke-2 - Luka dioleskan dengan

Oksitetrasiklin

- Amoksisilin - Asam Mefenamat

Anjing tampak tidak begitu

aktif, cenderung diam dan

luka operasi masih

meradang, sudah memiliki

nafsu untuk makan namun

(22)

Hari ke-3 - Luka dioleskan

Oksitetrasiklin

- Amoksisilin - Asam

Mefenamat

dengan Anjing masih cenderung

diam, luka insisi sudah

mulai mengering, dan

sudah memiliki nafsu

makan dan minum

Hari ke (4 dan 5) - Luka dioleskan

Oksitetrasiklin

- Amoksilin

dengan Nafsu makan dan minum

membaik. Anjing terlihat

sudah mulai aktif, namun

luka insisi belum begitu

kering

Hari ke-6

- Luka dioleskan

Oksitetrasiklin

dengan Anjing sudah aktif bergerak

dan nafsu makan dan

minum cukup baik, luka

sudah mulai mengering

Hari ke- 7 - Luka dioleskan dengan Oksitetrasiklin

(23)

4.2 Pembahasan

Vulnus sclopetorum pada anjing kasus ( 17 Desember 2015 ) dengan kondisi terdapat lubang bekas tembakan di bagian paha kiri dan didukung dengan

hasil foto rongent. Pemilik mengatakan hewan tersebut mendapat luka tembak saat hewan tersebut pergi dari rumah, dikarenakan sistem pemeliharaan hewan

tersebut tidak dikandangkan dan tidak diikat, serta setelah dilakukan

pemeriksaaan ternyata memang ditemukan adanya peluru pada anjing tersebut.

Operasi pengangkatan peluru pada kasus ini lumayan sulit, dikarenakan posisi

peluru pada anjing ini berada diantara otot, sehingga insisi cukup dalam sampai

membuka otot. Setelah peluru berhasil diangkat, dilakukan penjahitan pada insisi

tersebut, sehingga prognosis untuk kasus ini adalah“fausta”.

Pada hari kedua ini perkembangan anjing membaik dimana hewan tersebut sudah

mulai menunjukan nafsu makan dan minum. Pada hari ke-5, anjing sudah mulai aktif

kembali, nafsu makan dan minum membaik namun luka belum begitu kering, hal ini

dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka, seperti

kebersihan luka dan faktor infeksi, dimana ruangan tempat dilakukan operasi tidak

sepenuhnya steril atau dikarenakan faktor usia hewan tersebut. Luka insisi sudah

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan ini adalah :

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis anjing pada kasus ini di diagnosa

menderitavulnus sclopetorum.

2. Anjing yang di diagnosa kasus vulnus sclopetorum ditangani dengan operasi pengangkatan peluru.

3. Evaluasi anjing kasus vulnus sclopetorum ini pada hari ke-7, sudah menyatu secara fisik, luka pada kulit bekas insisi sudah mengering dan

dilakukan pelepasan jahitan.

5.2 Saran

1. Hewan yang mengalami vulnus sclopetorum harus segera dilakukan pemeriksaan dan tindakan, karena peluru tersebut dapat menjadi kontaminan

yang menyebabkan timbulnya infeksi sekunder dan posisi peluru dapat

menentukan tingkat bahaya darivulnusini.

2. Setelah dilakukan operasi pengangkatan peluru sebaiknnya bekas jahitan pada

hewan diamati agar hewan tidak menjilat-litat bekas jahitan tersebut dan

(25)

3. Vulnus sclopetorum pada hewan sebagian besar disebabkan oleh perbuatan manusia, karena itu pengawasan terdahap hewan peliharaan dan besarnya

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2005. Cut and Puncture Wounds. Dalam: www.nlm.noh..gov/ medlineplus/ency/artikel/000043.html.

Bisono. 2010 Penyembuhan luka Dalam buku Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI.Editor oleh Reksoprodjo S. Tanggerang: Binarupa Aksara.

Boyle, M. 2008. Pemulihan Luka. EGC : Jakarta

Eka Nilawati. 2010. Luka Tembak (Corpus Alienum). Retrieved April 20, 2015, from http://www.ekanilawati.com/laporan-pendahuluan-theory/luka- tembak-corpus-alienum.

Falzart. 2011. Luka Tembak. Retrieved April 20, 2015, from https://falzart.wordpress.com/2011/01/04/luka-tembak/

Idries, A.M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara. 1997. Hal. 131-67.

Jaya Warditha, A.A.G., I.G.A.G. Putra Pemayun, I.W. Gorda, W. Wirata. 2008. Ilmu Bedah Umum Veteriner I. Laboratorium Bedah Veteriner Bagian Klinik Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Mahfud Meutuah. 2011. Retrieved April 20, 2015, from http://kuliah-bhn.blogspot.com/2012/12/luka.html.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta kedokteran Jilid 2 Edisi 3. 2000. Jakarta : Media Aesculapius FKUI

Morison, MJ. 2004. Manajemen Luka, ed.1. EGC : Jakarta

Puruhito dan Rubingah, 1995. Dasar-dasar Tata Kerja dan Pengelolaan Kamar Operasi, Airlangga University Press, Surabaya.

Ridhwan Ibrahim, 2002. Pengantar Ilmu Bedah Umum Veteriner. Penerbit Syiah Kuala University Press, Darussalam Banda Aceh.

Sjamsuhidajat R, Jong WD. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : EGC

(27)

Gambar 2. Anjing sebelum dilakukan operasi

(28)

Gambar 4. Pengangkatan peluru vulnus sclopetorum

(29)

Gambar 6. Jahitan padavulnus sclopetorum

A. Jahitan terputus pada otot B. Jahitan subkutikuler

(30)

Lampiran 2. Dosis Pemberian Obat

1. Atropin Sulfat

Sediaan = 0,25 mg/ml

Jumlah pemberian =

Jumlah pemberian =

berat badan x dosis anjuran

sediaan

8.9 kg x (0,02-0,04)mg/kg BB

0,25 mg/ml

Jumlah yang diberikan = 1 ml

Selang 10 menit, anjing diberi kombinasi xylasin dan ketamin

2. Xylasin (2%)

Sediaan = 20 mg/ml

Jumlah pemberian =

Jumlah pemberian =

berat badan x dosis anjuran

sediaan

8.9 kg x (1-3)mg/kg BB

20 mg/ml

Jumlah yang diberikan = 0,8 ml

3. Ketamin HCL (10%)

Sediaan = 100 mg/ml

Jumlah pemberian =

Jumlah pemberian =

berat badan x dosis anjuran

sediaan

8.9 kg x (10-15)mg/kg BB

100 mg/ml

(31)

4. Asam Mefenamat

Sediaan = 500 mg

Jumlah pemberian =

Jumlah pemberian =

berat badan x dosis anjuran

sediaan

8.9 kg x (30-60)mg/kg BB

500 mg

Jumlah yang diberikan = 0,5–1,1

R/ Asam Mefenamat 500 mg TAB. No. IV S 2.d.d.1/2 TAB

#

5. Amoksisilin

Sediaan = 500 mg

Jumlah pemberian = Berat badan x Dosis Anjuran Dosis sediaan

Jumlah pemberian = 8.9 kg x (40-80)mg/kg BB 500 mg

Jumlah yang diberikan = 0,7 -1,4 R/ Amoksisilin 500 mg TAB. No. VI S 3.d.d.1/2 TAB

6. Oksitetrasiklin

(32)

Jumlah yang diberikan = 0,7 -1,4

R/ Amoksisilin 500 mg TAB. No. VI S 3.d.d.1/2 TAB

#

7. Oksitetrasiklin

Gambar

Gambar 1. Foto rongent untuk memastikan letak peluru
Tabel 1. Pengamatan dilakukan pada hari ke-1 hingga ke-7 pasca operasi.
Gambar 2. Anjing sebelum dilakukan operasi
Gambar 4. Pengangkatan peluru vulnus sclopetorum
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) mempercepat penyembuhan luka insisi.. Kata kunci : Kulit telur ayam peternak, luka insisi,

Secara makroskopik tidak ada perbedaan antara kesembuhan luka insisi dengan menggunakan plester penutup luka dibandingkan dengan jahitan sederhana terputus, namun

Tidak teramati munculnya massa tumor pada bagian yang telah di bedah, serta tidak ada leleran dari vagina. Luka jahitan sudah menempel

Secara makroskopik tidak ada perbedaan antara kesembuhan luka insisi dengan menggunakan plester penutup luka dibandingkan dengan jahitan sederhana terputus, namun ada perbedaan

Anjing kasus venereal sarcoma yang ditangani dengan pembedahan disertai kemoterapi sebanyak tiga kali menunjukkan hasil yang baik dan kesembuhan hewan kasus terjadi

Hasil rapid test kit menunjukkan pada darah anjing kasus terdeteksi antibodi Anaplasma sp., sehingga anjing kasus bernama Dodo didiagnosis menderita anaplasmosis.. Terapi

Pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) mempercepat penyembuhan luka insisi.. Kata kunci : Kulit telur ayam peternak, luka insisi,

Setelah dirawat inap selama 3 hari, dilakukan pembukaan perban dan terlihat luka bekas inisisi pada Boli sudah mulai mengering, tidak ditemukan adanya seroma