ABSTRAK
PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus
domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT
Swiss-Webster JANTAN
Rahman Abdi Nugraha, 2015.
Pembimbing 1: Harijadi Pramono, dr., M.kes Pembimbing 2: Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA
Kulit telur ayam peternak merupakan limbah kulit telur terbanyak dalam peternakan unggas di Indonesia. Sangat disayangkan bila kandungan kalsium dan protein yang bermanfaat dalam proses penyembuhan luka dibiarkan terbuang. Tujuan penelitian ini mengetahui apakah kulit telur ayam peternak dapat mempercepat penyembuhan luka. Metode penelitian ini Rancang Acak Lengkap bersifat eksperimental laboratorik sungguhan. Hewan yang digunakan 21 ekor mencit Swiss-Webster jantan dengan luka insisi 2 cm pada punggung dan dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok kontrol negatif carboxymethyl cellulose 1% (CMC), kontrol positif feracrylum 1% (FER), dan kelompok kulit telur ayam peternak (KT). Perlakuan dan pengukuran data dilakukan setiap hari selama 7 hari. Jaringan kulit diambil pada hari ke-7 untuk pemeriksaan mikroskopis. Data yang diukur rerata panjang luka hari ke-7. Analisis data menggunakan ANOVA satu arah dilanjutkan post hoc Least Significant Difference (LSD) dengan p=0,05. Hasil makroskopis tedapat perbedaan sangat signifikan antara kelompok KT dengan kelompok CMC, dan perbedaan sangat signifikan dengan kelompok FER. Rerata panjang luka kelompok KT adalah 0,63 cm, lebih kecil dari kelompok CMC 1,07 cm (p=0,000) dan kelompok FER 0,81 cm (p=0,003). Pada pemeriksaan mikroskopis, derajat reepitelisasi kelompok KT adalah severe, moderate untuk densitas kolagen, densitas fibroblas, densitas neutrofil subepitelial, dan derajat edema, dan mild untuk angiogenesis. Pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) mempercepat penyembuhan luka insisi.
iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
THE EFFECT OF DOMESTIC CHICKEN (Gallus gallus domesticus) EGGSHELL’S POWDER TOWARDS THE WOUND HEALING PROCESS
OF INCISION WOUND ON MALE Swiss-Webster MICE
Rahman Abdi Nugraha, 2015.
1st Supervisor : Harijadi Pramono, dr., M.kes 2nd Supervisor: Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA
The domestic chicken eggshells waste is the majority waste of poultry farms in Indonesia. It is unfortunate when the content of calcium and protein in the egg shell that useful in the process of wound healing is wasted. This research was conducted to determine whether domestic chicken eggshells can accelerate wound healing. This research were true experimental laboratory with complete randomized design. 8 months male Swiss-Webster mice were divided into 3 groups with each group consists of 7 mice. negative control group were given Carboxymethyl cellulose 1% (CMC), positive control group were given feracrylum 1% (FER), and group given domestic chicken eggshells powder (KT). Treatment and data mesurement was measured every day until until the 7th day. The data is the average length of the wound on 7th day. Furthermore, on the 7th day the skin tissue is taken for microscopic examination. Data analyzed using one-way ANOVA followed by Post Hoc Least Significant Difference (LSD) with p=0,05. On macroscopic examination, there were a highly significant differences between KT compared to CMC and highly significant differences between KT compared to FER. the average length of wound on the 7th day on KT 0,63 cm shorter than CMC 1,07 (p=0,000) and FER 0,81 cm (p=0,003). On microscopic examination, the degree of reepitelisation on KT groups are severe, moderate for collagen density, fibroblasts density, subepithelial neutrophil density, degree of edema, and mild for angiogenesi. The Conclusion were Domestic chicken eggshells powder can accelerate wound healing.
DAFTAR ISI
JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 2
1.3 Maksud dan Tujuan 2
1.3.1 Maksud 2
1.3.2 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
1.4.1 Manfaat Akademik 3
1.4.2 Manfaat Praktik 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran 3
1.5.2 Hipotesis 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Histologi Kulit 6
2.1.1 Lapisan Epidermis 8
2.1.2 Lapisan Dermis 10
3.3 Metode Penilitian 39
3.3.1 Desain Penelitian 39
3.3.2 Data yang Diukur 39
3.3.3 Definisi Konsepsional Variabel 40
3.3.4 Definisi Operasional Variabel 40
3.3.5 Penentuan Besar Sampel 43
3.4 Prosedur Penelitian 43
3.4.1 Pengumpulan Bahan Uji 43
3.4.2 Prosedur Kerja 44
3.4.3 Prosedur Pemeriksaan 44
3.5 Metode Analisis 45
3.5.1 Hipotesis Statistik 45
3.5.2 Kriteria Uji 45
3.5.3 Aspek Penelitian 46
BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 47
4.1.1 Pemeriksaan Makroskopis 47
4.1.2 Pemeriksaan Mikroskopis 50
4.2 Pembahasan 52
4.3 Uji Hipotesis 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 55
5.2 Saran 55
DAFTAR PUSTAKA 56
LAMPIRAN 60
x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aktivitas Makrofag Selama Penyembuhan Luka 19
Tabel 2.2 Faktor Intrinsik dan Faktor Ekstrinsik yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka 26
Tabel 2.3 Kandungan Mineral (mg/100g) Kulit Telur Ayam 33
Tabel 4.1 Rerata Panjang Luka (cm) pada Perlakuan CMC per 7 Hari 47
Tabel 4.2 Rerata Panjang Luka (cm) pada Perlakuan FER per 7 Hari 47
Tabel 4.3 Rerata Panjang Luka (cm) pada Perlakuan KT per 7 Hari 48
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Rerata Panjang Luka 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Rerata Panjang Luka 49
Tabel 4.6 Hasil Uji ANOVA Rerata Panjang Luka pada Setiap Kelompok 49
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Kulit Manusia 7
Gambar 2.2 Garis Langer 7
Gambar 2.3 Lapisan epidermis 8
Gambar 2.4 Stratum Basale 9
Gambar 2.5 Stratum Spinosum 10
Gambar 2.6 Stratum Granulosum 10
Gambar 2.7 Stratum Lucidum 11
Gambar 2.8 Stratum Corneum 11
Gambar 2.9 Gambaran Histologi Epidermis dan Dermis 12
Gambar 2.10 Fase Hemostasis dan Inflamasi 20
Gambar 2.11 Proses Reepitelisasi 20
Gambar 2.12 Fase Proliferasi 21
Gambar 2.13 Fase Remodelling 22
Gambar 2.14 The Jungle Red Fowl 28
Gambar 2.15 Ayam Peternak 29
Gambar 2.16 Kulit Telur Ayam Peternak 29
Gambar 2.17 Bagian Interior Telur Ayam 30
Gambar 2.18 Gambaran Potongan Memanjang dari Kulit Telur Ayam 31
Gambar 2.19 Mikrografi dari Lapisan Kulit Telur 32
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Dosis Ketamin 60
Lampiran 2 Dokumentasi 61
Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopis 62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh, yang membentuk 16% dari berat badan
(Amirlak, 2015). Kulit berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar dan
menutupi permukaan dalam tubuh. Kulit berfungsi sebagai pelindung yang
mencegah bagian dalam tubuh dari paparan trauma mekanis, fisik maupun
kimiawi (Twomey, 2012).
Trauma pada permukaan kulit tidak jarang mengakibatkan diskontinuitas
permukan kulit dengan derajat yang bervariasi mulai dari luka ringan sampai
berat, baik terbuka maupun tertutup (Chandler, 2015). Berdasarkan data yang
didapat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia pada tahun
2013, didapatkan bahwa kejadian cedera secara nasional adalah 8,2%. Dari data
perbandingan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa
terdapat kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5% menjadi 8,2%.
Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor
(40,6%). Tiga urutan terbanyak dari jenis cedera adalah luka lecet/
memar(70,9%), terkilir (27,5%), dan luka robek (23,2%) (BPDANPK, 2013).
Setiap luka memiliki potensi untuk menjadi infeksi jika tidak dirawat dengan
benar. Infeksi dari luka tersebut dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan,
yang kemudian dapat mengakibatkan komplikasi serius (Livestrong Contributor,
2015).
Menurut beberapa penelitian tentang penggunaan larutan povidone iodine
sebagai antiseptik dalam penyembuhan luka sudah tidak efektif, bahkan dapat
menghambat penyembuhan luka dan infeksi (Sarah, 1999). Disamping informasi
tersebut, dilaporkan feracrylum antiseptik terbaru yang sudah terbukti dan
terstandar di Indonsia, memiliki efek lebih baik daripada povidone iodine. Selain
2 Universitas Kristen Maranatha
mempengaruhi fungsi sistemik, mulai dijadikan sebagai alternatif povidone iodine
(Diah, 2010).
Di Jepang, telah diketahui bahwa membran kulit telur dapat digunakan sebagai
pengobatan pertolongan pertama untuk luka. Pengobatan cara ini telah digunakan
di medan perang sejak periode Perang Amerika dari abad ke-16 (NPO Eggshell
Membrane Association, 2011). Telah dilakukan suatu penelitian yang ingin
membuktikan perbedaan antara cangkang kulit telur dan membran kulit telur
dalam penyembuhan luka. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kulit telur
dengan atau tanpa dengan membran ternyata efektif sebagai akselerator untuk
penyembuhan luka (Balassa, 1971). Kulit telur ayam tersusun atas senyawa
protein sederhana dan Kalsium, sekitar 95% kalsium karbonat (Miles & Butcher,
1990). Kandungan kalsium dan senyawa protein ini sangat penting peranannya
dalam proses penyembuhan luka (Guyton, 2007)
Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya terdapat sekitar 75.112 ton limbah
kulit telur ayam peternak, 18.986 ton kulit telur bebek, dan 18.620 ton limbah
kulit telur ayam kampung. (Kismiati, et al., 2012). Tentunya patut disayangkan
bila kandungan limbah kulit telur yang bermanfaat itu dibiarkan terbuang
percuma. Karena itu Peneliti ingin menyelidiki pengaruh kulit telur ayam peternak
(Gallus gallus domesticus) terhadap penyembuhan luka.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus
domesticus) secara topikal dapat mempercepat penyembuhan luka insisi
pada mencit Swiss-Webster jantan.
2. Mengetahui gambaran histopatologi di hari ke-7 penyembuhan luka
setelah pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Menemukan terapi alternatif dalam mempercepat penyembuhan luka insisi dan
memanfaatkan limbah kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus)
sebagai terapi alternatif penyembuhan luka.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Mengetahui apakah pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus
domesticus) dapat mempercepat penyembuhan luka insisi.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademik
Menambah wawasan tentang efektifitas bubuk kulit telur ayam peternak
(Gallus gallus domesticus) pada penyembuhan luka insisi.
1.4.2 Manfaat Praktik
Memperkenalkan pada masyarakat luas bahwa kulit telur ayam peternak
(Gallus gallus domesticus) memiliki kandungan yang dapat digunakan sebagai
4 Universitas Kristen Maranatha
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Proses penyembuhan luka terdiri dari tiga fase yaitu fase hemostasis dan
inflamasi, fase reepitelisasi dan proliferatif, dan fase remodelling. Fase hemostasis
dan inflamasi ditandai oleh terjadinya hemostasis dan reaksi inflamasi. Pada
hemostasis terjadi proses terbentuknya bekuan darah melalui mekanisme
koagulasi dan diseimbangkan dengan mekanisme antikoagulasi. Pada mekanisme
koagulasi terdapat serangkain peristiwa pengaktifan faktor-faktor yang saling
berkaitan dimana satu tahap yang terjadi menentukan satu tahap selanjutnya dan
dibutuhkan kalsium sebagai salah satu komponen penting dalam pengaktifannya.
Inflamasi dalam penyembuhan luka diatur oleh keseimbangan aktivitas
mediator-mediator proinflamasi dan anti-inflamasi (DeVore & Long, 2013)
Fase reepitelisasi dan proliferatif yang ditandai oleh aktivitas fibroblas untuk
memulai angiogenesis, reepitelisasi, dan pembentukan kolagen.
Fase remodelling yang ditandai dengan meningkatnya pembentukan kolagen
dan kolagenolisis, sehingga luka dapat sembuh sempurna dengan struktur kolagen
yang seimbang. (Sjamsuhidayat, 2004).
Bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) memiliki
kandungan yang dapat mendukung ketiga fase tersebut dan dapat mengurangi
aktivitas faktor-faktor yang mengganggu penyembuhan luka. Kandungan bubuk
kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) terdiri dari air (1,7%) dan
bahan kering (98,3%). Dari total bahan kering yang ada, terkandung unsur mineral
(96,5%), matriks organik (3,47%), dan lipid (0,03%). Kalsium karbonat
merupakan unsur mineral tertinggi. Kandungan kalsium ini dibutuhkan pada fase
hemostasis sebagai aktivator faktor-faktor koagulasi (Guyton, 2007).
Dalam matriks organik terkandung sekitar 10% kolagen (tipe I, V dan X) dan
70-75% protein salah satunya albumin yang berfungsi mengikat kalsium (Guyton,
2007). Lisozim dan ovalbumin yang terkandung dalam kulit telur ayam peternak
penyembuhan luka dalam mensekresi mediator-mediator pro-inflamasi.
Kandungan lisozim ini selain dapat menekan pelepasan mediator pro-inflamasi,
bersama dengan ovocalyxin-36 memiliki potensi sebagai antibakterial dan dapat
membantu proses penyembuhan luka (Mine & Nolan, 2004).
Kandungan glycosaminoglycans (GAG) dan protein berserat (kolagen) dalam
kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) berpotensi dalam regenerasi
kulit baru pada fase reepitelisasi dan proliferasi (Agroplas, 2013).
Pada penelitian penyembuan luka dengan kulit telur tidak ditemukan bukti
adanya reaksi hipersensitivitas terhadap kandungan material kulit telur yang juga
didukung oleh evaluasi histopatologi dengan tidak ada bukti eosinofil dalam
infiltrat inflamasi (Uraz A. , et al., 2013). Temuan ini dapat mengungkapkan
biokompatibilitas dari bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
Pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) secara
topikal dapat mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss-Webstar
55 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
1. Bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus) mempercepat
penyembuhan luka insisi.
2. Gambaran histopatologi luka pada hari ke-7 penyembuhan luka setelah
pemberian bubuk kulit telur ayam peternak (Gallus gallus domesticus)
secara topikal pada luka insisi adalah :
a. Derajat reepitelisasi severe
b. Densitas neutrofil subepitelial moderate
c. Derajat edema mild
d. Derajat angiogenesis mild
e. Densitas kolagen mild
f. Densitas fibroblas moderate
5.2Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut dengan berbagai macam sediaan topikal.
2. Perlu penelitian mikroskopis lebih lanjut pada hari ke-3 sebagai gambaran
fase inflamasi, 10 dan 14 sebagai gambaran fase proliferasi, dan
ke-20 sebagai gambaran akhir fase untuk melihat fase penyembuhan luka
secara mikroskopis yang lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Agroplas. (2013, Oktober 17). News : New research and development project. Retrieved Oktober 27, 2015, from Agroplas Web site: http://www. agroplas.no/News. news.0.html
Amirlak, B. (2015, Juli 18). Drugs and Disease : Skin Anatomy. Retrieved Oktober 26, 2015, from Medscape Web Site: http://emedicine.medscape. com/article/ 1294744 -overview#a1
Balassa, L. L. (1971, Januari 26). Patent No. US3558771A. United States.
Baroroh, D. B. (2011). Konsep Luka. Retrieved Oktober 23, 2015, from S1 Keperawatan: http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/konsep%20luka. pdf
Barovkuva, K., & Wiener, J. (2011, Desember). Water Absoption in Carboxymethyl Cellulose. AUTEX Research Journal, XI(4), 110-113.
C., S., Bates, & B., J. (2008). Wound care : a collaborative practice manual for health professionals. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins.
Chandler, S. (2015, April 23). Skin conditions :Five types of wounds. Retrieved Oktober 26, 2015, from Livestrong Web Site: http://www.livestrong.com/ article/101274-five-types-wounds/
Diah. (2010). Feracrylum, Hemostatik Oral Terbaru di Indonesia. Jurnal Medika, XXXVI.
Efron D. E., A. C. (2007). Schwartz's Surgery (8 ed.). New York: McGraw-Hill.
Garrett, Q., Simmons, P. A., Su, S., Vehige, J., Zhao, Z., Ehrmann, K., et al. (2007, April). Carboxymethylcellulose Binds to Human Corneal Epithelial Cells and Is a Modulator of Corneal Epithelial Wound Healing. Investigative Ophthalmology & Visual Science, XLVIII(4), 1559-1567.
Gautron, J., & Nys, Y. (2006). EGGSHELL MATRIX PROTEINS AND NATURAL. France: Poultry Research Unit.
Ghafouri, B., Kihlstrom, E., Stahlbom, B., Tagesson, C., & Lindahl, M. (2003). PLUNC (palate, lung and nasal epithelial clone). Biochemical society transactions, 31, 810-814.
57 Universitas Kristen Maranatha
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11 ed.). (L. Y. Rachman, H. Hartanto, A. Novrianti, & N. Wulandari, Eds.) Jakarta: EGC.
Hincke, M. (2012, Januari 1). The eggshell: structure, composition and. Frontiers in bioscience , pp. 1266-1280.
Junqueira, Carneiro, & Kelley. (2007). Kulit. In J. Tambayong, Histologi dasar (8 ed., pp. 357-369). Jakarta: EGC.
Livestrong Contributor. (2015, April 3). Skin care : 5 Things You Need to Know About Checking A Wound For Infection. Retrieved Oktober 27, 2015, from Livestrong Web site: http://www.livestrong.com/article/5671-need-checking-wound-infection/
McLafferty, E., Hendry, C., & Farley, A. (2012, September 19). The integumentary system : anatomy, physiology and function of skin. Art and science, 27, 35-42.
Miles, R., & Butcher, G. (1990, Desember). Concepts of Eggshell Quality. Retrieved Oktober 27, 2015, from Electronic Data Information Source of University of Florida Web site: https://edis.ifas.ufl.edu/vm013
Mine, Y., & Nolan, J. K. (2004). Biologically active hen egg in human health and disease. Journal of poultry science, 41, 1-29.
Moenadjat, Y., Setiabudy, R., Astrawinata, D. A., & Gumay, S. (2008, Oktober-Desember). The Safety and Efficacy of Feracrylum as Compared to Silver Sulfadiazine in the Management to Deep Partial Thickness Burn: A Clinical Study Report. Med J Indones, 17, 259-263.
NPO Eggshell Membrane Association. (2011, Juli 27). About eggshell membran :Traditional wisdom. Retrieved Oktober 27, 2015, from NPO Eggshell Membrane Association Website: http://eggmem.org/en/about/page1.php
Ramli, N. A., & Wong, T. W. (2011). Sodium carboxymethylcellulose scaffolds and their physicochemical effects on partial woung healing. International Journal of Pharmaceutics(403), 73-82.
Rulam. (2011, March 30). Penyembuhan Luka. Retrieved October 2, 2015, from http://www.infodiknas.com/penyembuhan-luka-wound-healing
Sabiston, D. C. (1995). Buku Ajar Bedah Bagian I. Jakarta: EGC.
Sarah, K. (1999, Maret). Effect of povidone-iodine on wound healing. Journal of Vascular Nursing, 17-23.
Sjamsuhidayat, R. d. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 (2 ed.). Jakarta: EGC.
Smart, H. (2011, Desember). Factors influencing wound healing: a bedside enabler. Wound Healing Southern Africa, IV, 84-85.
Snell, R. S. (2012). Cllinical anatomy by systems (9 ed.). Amsterdam: Lippincott Williams & Wilkins.
Tortora, G. J. (2009). Principles of Anatomy and Physiology Twelfth Edition (12 ed.). United States of America: John Wiley & Sons, Inc.
Tranggono, R. O., & Latifah, F. (2007). Buku pegangan ilmu pengetahuan kosmetik. (J. Djajadisastra, Ed.) Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Turtay, M. G., Firat, C., Samdanci, E., Oguzturk, H., Erbartur, S., & Colak, C. assessment of eggshell-derived bone graft substitutes on bone healing in rats. Journal of Clinical and Experimental Dentistry, 23-29.
Uraz, A., Gultekin, S. E., Senguven, B., Karaduman, B., Sofuoglu, I. P., Pehlivan, S., et al. (2013). Histologic and histomorphometric assessment of eggshell-derived bone graft substitutes on bone healing in rats. Journal of clinical and experimental dentistry, 23-29.
59 Universitas Kristen Maranatha
Yang, J.-Y., Chuang, S.-S., Yang, W.-G., & Tsay, P.-K. (2003). Egg Membrane as a New Biological Dressing in Split-Thickness. Chang Gung Medical Journal, 26.
Yuwanta, T. (2004). Dasar ternak unggas. Yogyakarta: Kanisius.