• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Val) dan Madu (Mel deporatum) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit (Mus Musculus) Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Val) dan Madu (Mel deporatum) Terhadap Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit (Mus Musculus) Swiss Webster Jantan."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val) dan MADU (Mel deporatum) terhadap PENYEMBUHAN LUKA INSISI

pada MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

Chrysman A. H, 2014; Pembimbing I : Sijani Prahastuti dr.,M.kes

Pembimbing II : Endang Ecavuasiany Dra, Apt,MS,AFK

Latar Belakang:Luka adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Tanaman obat

digunakan oleh masyarakat karena tidak mengandung bahan kimia sintetis sehingga relatif aman untuk digunakan. Senyawa kurkumin pada kunyit (Curcuma domestica Val) mempunyai aktivitas antiinflamasi dengan menghambat enzim cyclo-oxygenase-2 (COX-2) dan lipo-oxygenase (LOX), mempercepat re-epitelisasi, proliferasi sel, dan sintesis kolagen. Madu (Mel deporatum) menghasilkan senyawa antibakteri (gluconic acid), protein madu yang disebut apalbumin-1 menekan proses inflamasi dengan menghambat aksi dari sel darah putih, bakteri dan partikel lain.

Tujuan : Mengetahui perbandingan efek kunyit dan madu dan apakah efeknya

setara dengan povidone iodine dalam penyembuhan luka.

Metode:Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan

Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif terhadap rerata panjang penyembuhan luka dalam 8 hari hingga penutupan luka dengan sempurna. Dua puluh delapan mencit Swiss Webster jantan dibagi 4 kelompok (n=7). Setelah diadaptasikan 7 hari, pada hari ke 8 bulu pada regio femoris dextra dicukur dan kulit mencit disayat dengan pisau bedah nomor 15 dengan panjang 10 mm ketebalan 1 mm diberi aquades sampai perdarahan berhenti lalu diberi perlakuan P1 (topikal larutan madu 10%), P2 (topikal larutan kunyit 10%), P3 (topikal larutan povidone iodine 10%), P4 (aquades) sesuai kelompok perlakuan. Parameter yang dinilai adalah rerata panjang luka selama 8 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan one way Anova nilai p < 0,05 dilanjutkan dengan Uji Post Hoc LSD nilai α = 0,05.

Hasil: Madu (P1) menunjukkan nilai signifikan (p < 0,05) bila dibandingkan

dengan aquades (P4), kunyit (P2) menunjukkan nilai sangat signifikan (p < 0,01) bila dibandingkan dengan aquades (P4). Madu (P1) dibandingkan dengan kunyit (P2) hasilnya non signifikan (P > 0,05). Madu (P1) dan kunyit (P2) bila dibandingkan povidone iodine (P3) menunjukan nilai non signifikan (p > 0,05).

Simpulan : Kunyit dan madu memiliki efek yang setara dalam penyembuhan luka

insisi pada mencit swiss webster jantan dan efeknya setara dengan povidone iodine.

(2)

ii

ABSTRACT

COMPARISON OF EFFECT EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) & HONEY (Mel deporatum) against HEALING INCISION on Mice

MALE SWISS WEBSTER

Chrysman A.H, 2014; Advisor I : Sijani Prahastuti dr.,M.kes

Advisor II : Endang Ecavuasiany Dra, Apt,MS,AFK

Background: Wound is damaged body tissues. Herbal are mainly used by the

society nowadays because it doesn’t contain synthetic chemicals, make it safer to

use. Turmeric plants (Curcuma domestica Val) , for example, had curcumin substance, which delayed inflammations by blocking cyclo-oxygenase-2 (COX-2) and lipo-oxygenase (LOX) enzymes, that accelerates re-epithelialization, cell proliferations, and collagen synthesis. Honey (Mel deporatum) contain an anti-bacterial substance (gluconic acid) and also a protein called apalbumin-1 that delayed inflamation process by resistoring the activation of leucocyte, bacteria, and other particles.

Purpose: Knowing comparison of the effects of turmeric and honey and whether

the effect is equivalent to povidone iodine in wound healing.

Method : This research’s method is laboratory experimental, using Complete

Random Design, and are of Wound’s recuperation until its rejuvenation in 8 days.

Twenty eight male Swiss Webster mice was classified into 4 groups (n=7). They were adapted into given pellets and distilled water. On the 8th day, furs located on

femoris dextraregion was shaved, was given a 70% alcohol cotton, and the mice’s

skin was cut using scalpel number 15 with its length cut into 10 mm and its thickness 1 mm. The bleeding was rinsed by distilled water, and was given P1 treatment (honey mead topical 10%), P2 (turmeric topical, 10%), P3 (povidone iodine solution topical 10%), P4 (distilled water) according to the treatment groups. Parameters assessed is the average length of the wound for 8 days. Data were analyzed by one-way ANOVA p value < 0,05 was followed by Post Hoc Test LSD

α value = 0,05.

Result : Honey (P1) showed significant values (p < 0,05) when compared with

distilled water (P4), turmeric (P2) showed highly significant values (p < 0,01) when compared with distilled water (P4). Honey (P1) compared with turmeric (P2) the result is non-significant (P > 0,05). Honey (P1) and turmeric (P2) when compared povidone iodine (P3) showed non-significant values (p > 0,05).

Conclusion : Turmeric and honey has a similar effect in the incision wound healing

on mice and the effect of male Swiss Webster par with povidone iodine.

(3)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 3

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4

1.5. Kerangka Pemikiran ... 4

1.6. Hipotesis Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Luka ... 6

2.1.1. Definisi Luka ... 6

2.1.2. Epidemiologi Luka ... 6

2.1.3. Klasifikasi Luka ... 6

2.1.4. Proses Luka ... 8

2.1.5. Jenis-jenis Penyembuhan Luka ... 13

2.1.6. Komplikasi Luka ... 13

2.1.7. Faktor-faktor yang berperan dalam Penyembuhan Luka ... 14

2.2. Kulit ... 15

2.2.1. Anatomi Kulit ... 15

2.2.2. Histologi Kulit ... 15

2.2.2.1. Lapisan Epidermis ... 15

2.2.2.2. Lapisan Dermis ... 16

2.2.2.3. Lapisan Subkutis ... 17

(4)

iv

2.3. Fisiologi Kulit ... 19

2.4. Kunyit ... 21

2.4.1. Taksonomi Kunyit ... 21

2.4.2. Nama Daerah Kunyit... 22

2.4.3. Morfologi Tanaman Kunyit ... 22

2.4.4. Ekologi dan Penyebaran ... 23

2.4.5. Khasiat Kunyit ... 23

2.4.6. Kandungan Kimia dan Senyawa Aktif Kunyit... 23

2.4.7. Efek Kunyit Terhadap Penyembuhan Luka ... 23

2.5. Lebah Madu ... 24

2.5.1. Taksonomi Lebah Madu ... 25

2.5.2. Nama Daerah Lebah Madu ... 25

2.6. Madu ... 25

2.6.1. Efek Madu Sebagai Anti-inflamasi ... 27

2.6.2. Efek Madu Sebagai Anti-bakteri ... 27

2.7. Povidone iodine ... 28

BAB III METODE DAN BAHAN PENELITIAN ... 29

3.1. Bahan Penelitian ... 29

3.1.1. Bahan dan Alat Penelitian ... 29

3.1.2. Hewan Coba ... 30

3.1.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

3.2. Metode Penelitian ... 30

3.2.1. Desain Penelitian ... 30

3.2.2. Variabel Penelitian ... 30

3.2.2.1. Definisi Konsepsional Variabel ... 30

3.2.2.2. Definisi Operasional Variabel ... 31

3.2.3. Besar Sampel Penelitian ... 31

3.2.4. Prosedur Kerja ... 31

3.2.4.1. Pengumpulan dan Persiapan Bahan Uji ... 31

3.2.4.2. Persiapan Hewan Coba ... 31

3.2.4.3. Prosedur Penelitian ... 32

(5)

v

3.2.6. Metode Analisis ... 32

3.2.7. Aspek Etik Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITAN ... 34

4.1. Hasil Penelitian ... 34

4.2. Pembahasan ... 38

4.3. Uji Hipotesis ... 39

4.3.1. Uji Hipotesis I ... 39

4.3.2. Uji Hipotesis II ... 40

4.3.3. Uji Hipotesis III ... 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1. Simpulan ... 43

5.2. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN 1 ... 48

LAMPIRAN 2 ... 49

LAMPIRAN 3 ... 51

LAMPIRAN 4 ... 53

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fase Inflamasi ... 9

Gambar 2.2 Fase Proliferasi ... 10

Gambar 2.3 Fase Maturasi ... 10

Gambar 2.4 Lapisan Epidermis ... 16

Gambar 2.5 Lapisan Dermis ... 17

Gambar 2.6 Lapisan Subkutis ... 17

Gambar 2.7 Kuku ... 19

Gambar 2.8 Daun dan Rimpang Kunyit ... 21

Gambar 2.9 Efek Kunyit terhadap Inflamasi ... 24

Gambar 2.10 Apis dorsata ... 24

Gambar 2.11 Madu... 25

Gambar 4.1 Rerata Panjang Luka ... 35

(7)

vii

Tabel 2.1 Mediator kimia pada inflamasi akut ... 11

Tabel 2.2 Growth Factor ... 12

Tabel 2.3 Komposisi Madu ... 26

Tabel 4.1 Rerata Panjang Luka ... 34

Tabel 4.2 Hasil Test Homogenitas ... 36

Tabel 4.3 Hasil Test Normalitas ... 36

Tabel 4.4 Hasil Test one way ANOVA ... 36

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Setiap manusia tidak pernah lepas dari trauma, contohnya luka. Luka

adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh trauma

benda tajam atau tumpul, perubahan temperatur, zat kimia, ledakan, sengatan

listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka terjadi akan terjadi efek seperti

hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan lainnya berupa respon stres

simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel.

Proses setelah luka terjadi adalah proses penyembuhan luka yang dapat di bagi

dalam 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling jaringan

(Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, 2010).

Luka ada dua yaitu luka terbuka dan luka tertutup. Contoh luka terbuka

ialah luka insisi yaitu terdapat robekan lurus (linier) pada kulit dan jaringan di

bawahnya, contoh luka tertutup adalah hematom yaitu pecahnya pembuluh

darah di bawah kulit (Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. 2010). Angka kejadian

luka di dunia cukup tinggi dari sebuah penelitian terbaru di Amerika

menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah 3.50 per 1000 populasi

penduduk. Mayoritas luka pada penduduk dunia adalah luka karena

pembedahan atau trauma (48%). Satu lembaga asosiasi luka di Amerika

MedMarket Diligence tahun 2009 melakukan penelitian tentang insiden luka

di dunia berdasarkan etiologi penyakit, dan didapat data untuk luka bedah

(incised wound) ada 110.30 juta kasus.

Apabila terjadi luka perlu penanganan yang tepat dan benar agar tidak

terjadi komplikasi misalnya infeksi, hematom, seroma, perdarahan, dehiscence

(terjadinya lubang akibat lepasnya lapisan luka operasi, yang dapat terjadi

sebagian, di permukaan, atau di seluruh lapisan dengan robekan total),

eviceration (ekstrusi alat viscera keluar dari tubuh, khususnya melalui suatu

insisi bedah), keloid dan jaringan parut hipertrofik (Schwartz, 1999; R.

(10)

Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan modern seperti

penggunaan zat kimia povidone iodine untuk penyembuhan luka, namun efek

samping povidone iodine sangat merugikan seperti iritasi kulit dan alergi kulit

(kemerahan dan gatal) digunakan secara topikal, dan edema pada bibir, lidah

dan muka digunakan sebagai obat kumur (drugs.com/povidone iodine topical

side effects).

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 selain pengobatan

modern masyarakat indonesia memilih mengobati diri sendiri dengan obat

tradisional yang mencapai 28,69%, meningkat dalam waktu tujuh tahun dari

sebelumnya hanya 15,2%. Obat tradisional secara turun-temurun dilestarikan

sejak dulu.

Tanaman obat ini digunakan oleh masyarakat karena tidak mengandung

bahan kimia sintetis sehingga relatif aman untuk digunakan (Santhyami dan

Endah Sulistyawati, 2008). Di Indonesia terdapat banyak obat tradisional

seperti Babadotan, Lidah Buaya, Bawang Putih dan lain-lain yang digunakan

sebagai obat penyembuh luka. Kunyit digunakan untuk memasak dan Madu

sebagai tambahan makanan, selain pelengkap untuk konsumsi, belum banyak

diketahui efek potensial lain dari kunyit dan madu.

Kunyit (Curcuma domestica Val) mengandung senyawa kurkumin yang

mempunyai aktivitas antiinflamasi dengan menghambat enzim

cyclo-oxygenase-2 (COX-2) dan lipo-oxygenase (LOX) yang merupakan enzim

penting dalam proses inflamasi. Curcuminoid mempercepat re-epitelisasi,

proliferasi sel, dan sintesis kolagen (Tangapazham et al, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Rustam, Atmasari, dan Yanwirasti

memberi hasil tentang efek anti-inflamasi kunyit (2007) pada tikus putih

Wistar jantan, penelitiannya menggunakan dosis tinggi ekstrak etanol kunyit

peroral, dapat menekan edema telapak kaki tikus sebesar 78,3%. Penelitian

Dumilah (2009) ekstrak rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli secara in-vitro.

Madu (Mel deporatum) mengandung Gluconic Acid berguna sebagai

(11)

katalase, chrysin, pinobanksin, vitamin C dan pinocembrin. Enzim Katalase

berfungsi sebagai pengurai Hidrogen Peroksida (H202) sehingga tidak beracun

bagi tubuh (J.W. White. JR, 1980). Madu mempunyai protein yang disebut

apalbumin-1 fungsi protein ini menekan proses inflamasi dengan menghambat

aksi dari sel darah putih, menghambat bakteri dan partikel lain (Molan P.C,

2012).

Penelitian Adrian M.H (2012) tentang penyembuhan luka insisi pada

mencit swiss webster jantan dengan menggunakan madu bunga cengkih, hasil

penelitiannya pemberian madu bunga cengkih 100% dan 50% mempercepat

waktu penyembuhan luka insisi, madu setara dengan povidone iodine 10%.

Berdasarkan efektivitas kedua herbal diatas mendorong peneliti untuk

mengetahui manfaat kunyit dan madu dalam mempercepat penyembuhan luka

insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

1.2.Identifikasi Masalah

 Apakah kunyit dan madu mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

 Apakah kunyit lebih cepat dibandingkan madu dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

Apakah kunyit dan madu setara dengan povidone iodine dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian untuk mengetahui perbandingan efek kunyit dan madu

dalam mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster

jantan.

Tujuan Penelitian :

(12)

1.4.Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat dalam penelitian yang di lakukan penulis adalah sebagai berikut:

Manfaat Praktis

Kunyit dan madu dapat digunakan sebagai terapeutik luka dan digunakan

sebagai terapi supportif oleh masyarakat.

Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapakan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

farmakologi, khususnya dalam pengobatan luka.

1.5.Kerangka Pemikiran

Kulit berfungsi sebagai pelindung dari ancaman dari luar seperti fisis atau

mekanis, kimiawi, panas, infeksi luar. Ancaman dari luar menimbulkan trauma

berupa luka akibat rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara

spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Taylor, 1997).

Proses setelah luka terjadi adalah proses penyembuhan luka yang dapat di bagi

dalam 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling jaringan

(Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, 2010).

Kunyit (Curcuma domestica Val) mempunyai senyawa kurkumin yang

mempunyai aktivitas antiinflamasi dengan menghambat enzim

cyclo-oxygenase-2 (COX-2) dan lipo-oxygenase (LOX) yang merupakan enzim

penting dalam proses inflamasi. Kurkumin mempercepat re-epitelisasi,

proliferasi sel, dan sintesis kolagen. Kunyit menghambat proses inflamasi

sehingga mempercepat penyembuhan luka (Tangapazham et al, 2007).

Madu (Mel deporatum) menghasilkan senyawa (gluconic acid) berguna

sebagai antibakteri (Merck Index, 1986). Madu juga memiliki berbagai gula

seperti fruktosa 38,5%, glukosa 31% dan lainnya, juga mengandung senyawa

antioksidan yaitu katalase, chrysin, pinobanksin, vitamin C dan pinocembrin.

Enzim Katalase berfungsi sebagai pengurai Hidrogen Peroksida (H202)

sehingga tidak beracun bagi tubuh J.W. White. JR, 1980). Madu mempunyai

(13)

dengan menghambat aksi dari sel darah putih, menghambat bakteri dan partikel

lain. Madu menghambat proses inflamasi sehingga mempercepat

penyembuhan luka (Molan P.C, 2012).

1.6.Hipotesis Penelitian

 Kunyit dan madu mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

 Kunyit lebih cepat dibandingkan madu dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

 Kunyit dan madu mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

 Kunyit tidak lebih cepat dibandingkan madu dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

Kunyit dan madu mempunyai efek setara dengan povidone iodine dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

5.2.Saran

 Penelitian dilanjutkan untuk mengetahui khasiat lain dari kunyit dan madu  Dilakukan uji toksisitas pada larutan kunyit dan madu.

(15)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Chrysman Andreria Hatulely

Tempat, tanggal lahir : Sukabumi, 08 Oktober 1993

Alamat : JL. Selabintana No.304

Email : Chrysman913@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

 1999-2003, SDN Selabintana 1, Sukabumi

 2003-2005, lulus SDN IV Cisarua, Sukabumi

 2005-2008, lulus SMPN 2, Sukabumi

 2008-2011, lulus SMA Mardi Yuana, Sukabumi

 2011-Sekarang,Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen

(16)

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK KUNYIT (Curcuma domestica Val) dan MADU(Mel deporatum) terhadap PENYEMBUHAN LUKA INSISI pada

MENCIT (Mus Musculus) Swiss Webster JANTAN

COMPARISON OF EFFECT EXTRACT TURMERIC (Curcuma domestica Val) & HONEY (Mel deporatum) against HEALING INCISION on Mice

MALE SWISS WEBSTER

Chrysman1, Sijani Prahastuti2, Endang evacuasiany 3

1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

2 Bagian Biokimia, 3Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran,

Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Luka adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Tanaman obat digunakan oleh masyarakat karena tidak mengandung bahan kimia sintetis sehingga relatif aman untuk digunakan. Senyawa kurkumin pada kunyit (Curcuma domestica Val) mempunyai aktivitas antiinflamasi dengan menghambat enzim cyclo-oxygenase-2 (COX-2) dan lipo-oxygenase (LOX), mempercepat re-epitelisasi, proliferasi sel, dan sintesis kolagen. Madu (Mel deporatum) menghasilkan senyawa antibakteri (gluconic acid), protein madu yang disebut apalbumin-1 menekan proses inflamasi dengan menghambat aksi dari sel darah putih, bakteri dan partikel lain.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui perbandingan efek kunyit dan madu dan apakah efeknya setara dengan povidone iodine dalam penyembuhan luka.

Desain eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif terhadap rerata panjang penyembuhan luka dalam 8 hari hingga penutupan luka dengan sempurna. Dua puluh delapan mencit Swiss Webster jantan dibagi 4 kelompok (n=7). Setelah diadaptasikan 7 hari, pada hari ke 8 bulu pada regio femoris dextra dicukur dan kulit mencit disayat dengan pisau bedah nomor 15 dengan panjang 10 mm ketebalan 1 mm diberi aquades sampai perdarahan berhenti lalu diberi perlakuan P1 (topikal larutan madu 10%), P2 (topikal larutan kunyit 10%), P3 (topikal larutan povidone iodine 10%), P4 (aquades) sesuai kelompok perlakuan. Parameter yang dinilai adalah rerata panjang luka selama 8 hari. Data yang diperoleh dianalisis dengan one way Anova nilai p < 0,05 dilanjutkan dengan Uji Post Hoc LSD

nilai α = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan madu (P1) menunjukkan nilai signifikan (p < 0,05) bila dibandingkan dengan aquades (P4), kunyit (P2) menunjukkan nilai sangat signifikan (p < 0,01) bila dibandingkan dengan aquades (P4). Madu (P1) dibandingkan dengan kunyit (P2) hasilnya non signifikan (P > 0,05). Madu (P1) dan kunyit (P2) bila dibandingkan povidone iodine (P3) menunjukan nilai non signifikan (p > 0,05).

Dapat disimpulkan kunyit dan madu memiliki efek yang setara dalam penyembuhan luka insisi pada mencit swiss webster jantan dan efeknya setara dengan povidone iodine.

(17)

ABSTRACT

Background: Wound is damaged body tissues. Herbal are mainly used by the society nowadays

because it doesn’t contain synthetic chemicals, make it safer to use. Turmeric plants (Curcuma

domestica Val) , for example, had curcumin substance, which delayed inflammations by blocking cyclo-oxygenase-2 (COX-2) and lipo-oxygenase (LOX) enzymes, that accelerates re-epithelialization, cell proliferations, and collagen synthesis. Honey (Mel deporatum) contain an anti-bacterial substance (gluconic acid) and also a protein called apalbumin-1 that delayed inflamation process by resistoring the activation of leucocyte, bacteria, and other particles. Purpose: Knowing comparison of the effects of turmeric and honey and whether the effect is equivalent to povidone iodine in wound healing.

Method : This research’s method is laboratory experimental, using Complete Random Design,

and are of Wound’s recuperation until its rejuvenation in 8 days. Twenty eight male Swiss

Webster mice was classified into 4 groups (n=7). They were adapted into given pellets and distilled water. On the 8th day, furs located on femoris dextra region was shaved, was given a

70% alcohol cotton, and the mice’s skin was cut using scalpel number 15 with its length cut into

10 mm and its thickness 1 mm. The bleeding was rinsed by distilled water, and was given P1 treatment (honey mead topical 10%), P2 (turmeric topical, 10%), P3 (povidone iodine solution topical 10%), P4 (distilled water) according to the treatment groups. Parameters assessed is the average length of the wound for 8 days. Data were analyzed by one-way ANOVA p value < 0,05

was followed by Post Hoc Test LSD α value = 0,05.

Result : Honey (P1) showed significant values (p < 0,05) when compared with distilled water (P4), turmeric (P2) showed highly significant values (p < 0,01) when compared with distilled water (P4). Honey (P1) compared with turmeric (P2) the result is non-significant (P > 0,05). Honey (P1) and turmeric (P2) when compared povidone iodine (P3) showed non-significant values (p > 0,05).

Conclusion : Turmeric and honey has a similar effect in the incision wound healing on mice and the effect of male Swiss Webster par with povidone iodine.

Keywords : Turmeric plants, Wound, Honey, Povidone iodine

PENDAHULUAN

Setiap manusia tidak pernah lepas dari trauma, contohnya luka. Luka adalah rusaknya sebagian jaringan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan temperatur, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka terjadi akan terjadi efek seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan lainnya berupa respon stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Proses setelah luka terjadi adalah proses penyembuhan luka yang dapat di bagi dalam 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan remodeling jaringan (1).Luka ada dua

yaitu luka terbuka dan luka tertutup. Contoh luka terbuka ialah luka insisi yaitu terdapat robekan lurus (linier) pada kulit dan jaringan di bawahnya, contoh luka tertutup adalah hematom yaitu pecahnya pembuluh darah di bawah kulit (1).Angka

kejadian luka di dunia cukup tinggi dari sebuah penelitian terbaru di Amerika menunjukkan prevalensi pasien dengan luka adalah 3.50 per 1000 populasi penduduk (2).

(18)

melakukan penelitian tentang insiden luka di dunia berdasarkan etiologi penyakit, dan didapat data untuk luka bedah (incised wound) ada 110,30 juta kasus (2).

Apabila terjadi luka perlu penanganan yang tepat dan benar agar tidak terjadi komplikasi misalnya infeksi, hematom, seroma, perdarahan, dehiscence (terjadinya lubang akibat lepasnya lapisan luka operasi, yang dapat terjadi sebagian, di permukaan, atau di seluruh lapisan dengan robekan total), eviceration (ekstrusi alat viscera keluar dari tubuh, khususnya melalui suatu insisi bedah), keloid dan jaringan parut hipertrofik (3,4,5).

Masyarakat Indonesia telah mengenal pengobatan modern seperti penggunaan zat kimia povidone iodine untuk penyembuhan luka, namun efek samping povidone iodine sangat merugikan seperti iritasi kulit dan alergi kulit (kemerahan dan gatal) digunakan secara topikal, dan edema pada bibir, lidah dan muka digunakan sebagai obat kumur (6).

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 selain pengobatan modern masyarakat indonesia memilih mengobati diri sendiri dengan obat tradisional yang mencapai 28,69%, meningkat dalam waktu tujuh tahun dari sebelumnya hanya 15,2%. Obat tradisional secara turun-temurun dilestarikan sejak dulu(7).

Tanaman obat ini digunakan oleh masyarakat karena tidak mengandung bahan kimia sintetis sehingga relatif aman untuk digunakan (8). Di Indonesia terdapat

banyak obat tradisional seperti babadotan, lidah buaya, bawang putih dan lain-lain yang digunakan sebagai obat penyembuh luka. Kunyit digunakan untuk memasak dan madu sebagai tambahan makanan, selain pelengkap untuk konsumsi, belum banyak diketahui efek potensial lain dari kunyit dan madu.

Tanaman kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia, dan Filipina (9).

Kunyit (Curcuma domestica Val) mengandung senyawa kurkumin yang mempunyai aktivitas antiinflamasi dengan menghambat enzim cyclo-oxygenase-2 (COX-2) dan lipo-oxygenase (LOX) yang merupakan enzim penting dalam proses inflamasi. Curcuminoid mempercepat re-epitelisasi, proliferasi sel, dan sintesis kolagen (10).

Madu (Mel deporatum) mengandung

gluconic acid berguna sebagai antibakteri (Merk Index, 1968) (11). Madu mengandung

senyawa antioksidan yaitu katalase, chrysin, pinobanksin, vitamin C dan pinocembrin. Enzim Katalase berfungsi sebagai pengurai Hidrogen Peroksida (H202) sehingga tidak beracun bagi tubuh

(12).

Madu mempunyai protein yang disebut apalbumin-1 fungsi protein ini menekan proses inflamasi dengan menghambat aksi dari sel darah putih, menghambat bakteri dan partikel lain

(13,14,15,16).

ALAT, BAHAN, dan SUBYEK PENELITIAN

Alat yang digunakan adalah pisau bedah steril nomor 15, pisau cukur, gunting, sarung tangan, mortir, spidol warna, kapas, cotton bud, jangka sorong, spuit, kandang mencit, timbangan digital, kapas alkohol 70%, anestesi topikal krim 30 gram.

Bahan yang digunakan adalah ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val), madu (meldeporatum), povidone iodine 10% dan

(19)

Subjek penelitian adalah mencit (Mus

musculus) sebagai hewan coba sebanyak 28

ekor diperoleh dari peternak mencit dari

 Tindakan antiseptik dengan mengoleskan kapas alkohol 70% ke daerah yang telah dicukur.

 Tindakan anestesi lokal dengan anestesi topikal krim.

 Pada regio femoris dextra posterior disayat dengan menggunakan pisau bedah nomor 15 steril mencit mendapat perlakuan yang berbeda yaitu;

 P1: diberi topikal larutan madu 10% dengan cotton bud

 P2: diberi topikal larutan kunyit 10 % dengan cotton bud

 P3: diberi topikal solutio povidone iodine 10%

 P4: diberi aquades

 Pengobatan dilakukan perlakuan selama delapan hari sampai kedua tepi luka dilakukan 1 kali sehari,

dioleskan dengan menggunakan cotton bud pada luka insisi merapat.

 Lama perlakuan selama delapan hari, fase inflamasi 0-3hari, fase granulasi berlangsung pada hari ke 3-5. Diikuti fase maturasi(17).

 Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati perubahan panjang luka insisi pada mencit setiap hari.

Pemeriksaan selesai apabila kedua tepi luka insisi merapat.

ANALISIS DATA

Analisis data jumlah larva yang mati dihitung menggunakan one way ANOVA

dengan α = 0,05 yang kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD dengan α = 0,05.

HASIL dan PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan membagi 28 ekor mencit kedalam 4 kelompok perlakuan, yaitu : P1 diberi topikal larutan madu 10% dengan cotton bud, P2 diberi topikal larutan kunyit 10 % dengan cotton bud, P3 diberi topikal solutio povidone iodine 10% sebagai kontrol positif, P4 diberi aquades sebagai kontrol negatif. Hasilnya ditunjukan pada tabel :

Tabel 4.1 Rerata Panjang Luka

(20)

Keterangan :

P1 : diberi topikal larutan madu 10% dengan cotton bud

P2 : diberi topikal larutan kunyit 10 % dengan cotton bud

P3 : diberi topikal solutio povidone iodine

10%

P4 : diberi aquades sebagai kontrol negatif.

Pada tabel kunyit (P2) lebih cepat menyembuhkan luka pada hari ketujuh, di ikuti dengan madu (P1) dan povidone iodine (P3) pada hari kedelapan.

Gambar 4.1 Rerata Panjang Luka

Keterangan :

P1 : diberi topikal larutan madu 10% dengan cotton bud

P2 : diberi topikal larutan kunyit 10 % dengan cotton bud

P3 : diberi topikal solutio povidone iodine

10%

Tabel 4.2 Hasil Test Homogenitas

Levene

P4 : diberi aquades sebagai kontrol negatif H1-8 : Hari pertama sampai hari

kedelapan.

Pada diagram batang kunyit (P2) lebih cepat menyembuhkan luka pada hari ketujuh, diikuti dengan madu (P1) dan

povidone iodine (P3) pada hari kedelapan.

Tabel 4.3 Hasil Test Normalitas

(21)

Pada uji normalitas di dapatkan nilai p (1,285 > 0,05) yang berarti distribusi data pada tabel normal.

Tabel 4.4 Hasil one way ANOVA

Sum of ANOVA. Dari hasil ANOVA di dapatkan F hitung (4,963) > F tabel (3,01) dan nilai p (0,008 < 0,05) maka H0 ditolak, yang artinya terdapat sepasang kelompok perlakuan dengan rerata panjang penyembuhan luka yang berbeda.

Untuk mengetahui kelompok mana saja yang memiliki perbedaan rerata panjang penyembuhan luka secara signifikan dilakukan Uji Post Hoc LSD :

Tabel 4.5 Hasil Post Hoc LSD

P1 : diberi topikal larutan madu 10% dengan cotton bud

P2 : diberi topikal larutan kunyit 10 % dengan cotton bud

P3 : diberi topikal solutio povidone iodine

10%

P4 : diberi aquades sebagai kontrol negatif NS : Non signifikan

* : Signifikan ** : Sangat Signifikan

Berdasarkan hasil analisis statistik

dengan metode Post Hoc LSD α = 0,05.

Madu (P1) dibandingkan aquades (P4) hasilnya (p =0,036) signifikan (P<0,05). Kunyit (P2) dibandingkan dengan aquades (P4) hasilnya (p = 0,001) sangat signifikan (P<0,01). Artinya kunyit dan madu mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian kunyit (P2) lebih cepat menyembuhan luka dibandingan dengan kontrol negatif (P4). Hal ini disebabkan senyawa curcumin pada kunyit mempercepat re-epitelisasi, proliferasi sel, dan sintesis kolagen (10). Kurkumin adalah

antioksidan yang sama kuatnya dengan vitamin C, E dan beta-caroten (18,19).

(22)

Penelitian Dumilah (2009) ekstrak rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli secara in-vitro. Madu (P1) mempercepat menyembuhan luka dibandingkan dengan kontrol negatif (P4) karena madu (Mel deporatum) mengandung senyawa gluconic acid

berguna sebagai antibakteri (Merck Index 1986). Madu mempunyai protein

apalbumin-1 yang berfungsi menekan

aktivitas sel darah putih, bakteri dan partikel lain. Bagian dari aktivitas antibakteri madu adalah keasaman madu cukup menghentikan pertumbuhan bakteri pH antara 3,2 dan 4,5 (13,14,15,16).

Penelitian Adrian MH (2012), tentang penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan dengan menggunakan madu bunga clover. Hasil penelitiannya pemberian madu bunga cengkih 100% dan 50% mempercepat waktu penyembuhan luka insisi, madu setara dengan povidone iodine 10%.

Kunyit (P2) lebih cepat dibandingkan madu (P1) berdasarkan hari, disebabkan senyawa curcumin pada kunyit mempercepat re-epitelisasi, proliferasi sel, dan sintesis kolagen (10).

Madu, kunyit, povidone iodine mempunyai setara karena ketiga perlakuan mempunyai efek anti-bakteri yaitu bakterisid dan bakteriostatik pada proses inflamasi.

SIMPULAN

Kunyit dan madu mempercepat penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan. Kunyit tidak lebih cepat dibandingkan madu dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan. Kunyit dan madu mempunyai efek setara dengan povidone iodine dalam penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.

SARAN

Penelitian dilanjutkan untuk mengetahui khasiat lain dari kunyit dan madu. Dilakukan uji toksisitas pada larutan kunyit dan madu. Penelitian lebih lanjut dengan berbagai macam sediaan topikal kunyit dan madu selain solutio, seperti

2. MedMarket Diligence 2009, http://www.mediligence.com/

3. Schwartz, S.I. 1999. Wound care and wound healing. Principles of Surgery Companion Handbook. 7th ed. Singapore: McGraw-Hill Book Companies. p. 112, 325-7

4. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong. 2004. Luka. Buku-ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. p. 67-8, 70-3

5. Drakbar 2008, Rawat luka. http://drakbar.wordpress.com/2008/01/ 31/rawat-luka/,10 Desember 2009. 6. Drugs.com/povidone iodine topical side

effects

7. Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2007 8. Santhyami dan Endah Sulistyawati,

(23)

11. Merck Index, 1986

12. J. w. white, Jr. and Landis W. Doner

Research leader and research chemist, respectively, Science and Education

Administration, Eastern Regional

Research Center, Philadelphia, Pa.

19118. Beekeeping in The United States

Agriculture Handbook Number 335 Revised October1980 Pages 82 – 91 13. Molan P.C 2006 The evidence

supporting the use of honey as wound dressing. The International Journal of Lower Extremity wounds 5(1);40-54. 14. Molan P.C 2011 The evidence and the

rationale for the use of honey as a

wound dressing.Wound Practice and

Research (Journal of the Australian Wound Management Association). 15. Molan.P.C, 2012 The antibacterial

activity of honey and its role in treating diseases

16. Molan.P.C,2012 The_antiinflammatory _activity_of_honey.

17. Sjamsuhidajat,R 2011.Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

18. Lantz, et all 2003. Curcuma domestica. 19. Akram,M et al. 2010, Curcuma longa

and curcumin:a review

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Adcock D. 1962, The effect of catalase on the inhibine and peroxide values of various honeys. Journal of Apicultural Research 1:3840.

Adji Susanto,dr Sp.A 2004, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal hal 25 books.google.co.id/books?isbn=9793702028

Akram,M et al. 2010, Curcuma longa and curcumin:a review article,Rom.J.Biol.± Plant.

Ascher John 2014, Apis dorsata http://www.discoverlife.org/mp/20q search = Apis+dorsata

Bashkaran K., Zunaina E., Bakiah S., Sulaiman S. A.et al. 2011, Anti‐inflammatory and antioxidant effects of Tualang honey in alkali injury on the eyes of rabbits: Experimental animal study. BMC Complementary and Alternative Medicine 11:90.

Baratawidjaja 2002, Tabel mediator kimia pada inflamasi akut.

Brunner&Suddarth 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC. Black, M.J, Ester M & Jacobs. (1997).

Carson. 2002, Spiritual Dimensions of Nursing Practice. WB Saunders. Philadhelpia.

Chang HM, But PH. 1986, Pharmacology and aplications of chinese material medica, vol. 1 Singapore, World Scientific Publishing.htp:/Libdoc.who.int

David Perdanakusuma. 2009, Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com/2008/05/anatomi-fisiologi-kulitdan-penyembuhan.html.2 Agustus 2009

Deri amkha http://derioktaza.blogspot.com/2013/11/povidon-iodum.html

Dewi Baroroh. 2011, Konsep Luka_S1 keperawatan

Drugs.com/povidone iodine topical side effects

Depkes RI. 1989, Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.

(25)

Drakbar 2008, Rawat luka. http://drakbar.wordpress.com/2008/01/31/rawat-luka/, 10 Desember 2009

Eslami A, Gallant-Behm CL, Hart DA, Wiebe C, Honardoust D, Gardner H, dkk, 2009. Expression of Integrin αvβ6 and TGF-β in Scarless vs Scar-forming Wound Healing. J Histochem Cytochem;57:543–57.

Heryana Ummi 2008, Curcuma domestica Val http://www.academia.edu /9069251/Badan_POM_RI_-Direktorat_Obat_Asli_Indonesia_2008_32.

Ismail,S.Kep,Ns,M.Keshttp://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Merawatluka.pdf

J. w. white, Jr. and Landis W. Doner Research leader and research chemist, respectively, Science and Education Administration, Eastern Regional Research Center, Philadelphia, Pa. 19118. Beekeeping in The United States Agriculture Handbook Number 335 Revised October1980 Pages 82 – 91

Jorge I de la Torre, MD, FACS 2013, http://emedicine.medscape.com /article /1298452-overview.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan percobaan aplikatif: aplikasi kondisional bidang pertanaman, peternakan, perikanan, industri dan hayati. Edisi 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. p. 10-2.

Lantz, et all 2003. Curcuma domestica.

M.Yuna 2014, http://direktori.umy.ac.id/uploads/skripsi2/20070320025-Bab-I.pdf

MedMarket Diligence 2009, http://www.mediligence.com/

Merck index 1968, MERCK & CO.INC Rahway, N.J.USA 8th Edition

Muharram, Aries. 2007. Penyembuhan Luka. Universitas Airlangga, Surabaya

Molan P.C 2006 The evidence supporting the use of honey as wound dressing. The International Journal of Lower Extremity wounds 5(1);40-54.

Molan P.C 2011 The evidence and the rationale for the use of honey as a wound dressing.Wound Practice and Research (Journal of the Australian Wound Management Association).

Molan.P.C, 2012 The antibacterial activity of honey and its role in treating diseases.

(26)

Monita Sugianto.dr, 2013 radang (inflamasi).

Ns.I Made Sukma Wijaya S.Kep CWCC Fisiologi Penyembuhan Luka (2010)

Ocktora Cyta E. 2013 laporan praktikum zoologi vertebrata mencit (Mus muculus) http://eltracytaocktora.blogspot.com/2011/10/laporan-praktikum-zoologi-vertebrata_28.html

Prawiro., 1977, Tanaman Kunyit. Yogyakarta.

R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong. 2004. Luka. Buku-ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. p. 67-8, 70-3

Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta: 1995.

Rulam March, 2011 http://www.infodiknas.com/penyembuhan-luka-wound- healing.html.

Santhyami dan Endah Sulistyawati, 2008 Kajian-Etnobotani-Tanaman-Obat-Oleh-Masyarakat-Kabupaten-Bonebolango-Provinsi-Gorontalo.pdf.

Schwartz, S.I. 1999. Wound care and wound healing. Principles of Surgery Companion Handbook. 7th ed. Singapore: McGraw-Hill Book Companies. p. 112, 325-7

Sinaga Yusuf 2009 https://yusufsinaga.wordpress.com/2009/04/19/penyembuhan-luka/

Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta: 1997, hal 72-81.

Sjamsuhidajat,R & Wim de Jong. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah,Edisi 3,EGC, Jakarta

Sjarief M. Wasitaatmadja. 2002. Anatomi Kulit. Dalam Sulistia G. Ganiswara: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: FKUI.

Sudarsono, Agus P, Didik G, dkk. 1996. Tumbuhan Obat. Yogyakarta : UGM.

Syukur C., 2005, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta

(27)

Tangapazham RL, Sharma A, Maheshwari RK 2007, Beneficial Role of Curcumin in Skin Diseases in The Molecular Targets and Therapeutic Uses of Curcumin in Health and Disease. New York: Springer.

Taylor L, La Mone 1997, Fundamentals of nursing: the art and science of nursing care B. Third Edition. Philadhelpia: Lippincotts

Tjay, T. H., dan Rahardja, K 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Wikipedia 2014, apis dorsata.

WHO.1999. Monographs on Selected Medical Plants.Geneva:WHO.

Gambar

Tabel 4.1 Rerata Panjang Luka
Gambar 4.1 Rerata Panjang Luka
Tabel 4.5 Hasil Post Hoc LSD

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran dimulai, suasana kelas terlihat kondusif. Guru kelas VI saat mengajar selalu memiliki variasi sehingga kelas tersebut selalu terlihat kondusif. Selain

Menambah variasi pengujian, dengan menambah sudut serang arus terhadap turbin bukan hanya satu sisi saja, menambah jenis turbin vertikal yang lain untuk

Mesin dapat digunakan untuk produksi massal maupun proses bending khusus. Data jumlah produksi dapat ditampilkan melalui HMI sehingga

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh Penulis, penjelasan Laporan Tugas Akhir telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai “Penerapan Metode

Through this novel, Bradbury wants to convey a message about the replacement of the importance of books and knowledge with mindless entertainment from

Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan un tuk memperoleh informasi dan data tentang penampilan guru pendidikan umum pada empat bidang studi yakni guru agama, guru PMP,

Calcium D redokson adalah contoh obat dalan bentul&lt; tablet a. Bentuk obat cair yang mengandung alkohol dinamal&lt;an .... Tanaman seledri trnrrnril fid srt'ui trtrrr

Pengukuran dan pemantauan konsentrasi PM10 di udara ambien secara kontinu dapat dilakukan dengan menempatkan stasiun monitoring kualitas udara ambien otomatis di