iv
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN MADU BUNGA CLOVER
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT
SWISS WEBSTER JANTAN
Adrian Maleakhi Husada, 2012. Pembimbing 1 : Harijadi Pramono, dr., M.Kes Pembimbing 2 : Rizna Tyrani, dr., M.Kes Latar Belakang Gangguan pada proses penyembuhan luka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, karena itu pengobatan luka yang efektif merupakan syarat utama untuk mempercepat penyembuhan. Madu bunga
Clover merupakan salah satu terapi herbal yang digunakan sebagai alternatif
pengobatan luka.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh madu bunga Clover dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi dan menilai potensinya bila dibandingkan dengan povidone iodine 10%.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sungguhan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terhadap 30 hewan coba mencit
Swiss Webster jantan dengan luka insisi yang dibagi secara acak menjadi 5
kelompok perlakuan (n=6), yaitu kelompok madu bunga Clover 100%, kelompok madu bunga Clover 50%, kelompok madu bunga Clover 25%, kelompok kontrol positif yang diberi povidone iodine 10%, kelompok kontrol negatif yang diberi akuades. Data yang akan dibandingkan adalah waktu penyembuhan luka (hari) sampai luka menutup sempurna. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Post hoc LSD (Least Significant Difference) dengan
α=0,05.
Hasil penelitian menunjukkan rerata waktu penyembuhan (hari) luka insisi adalah kelompok madu bunga Clover 100% (5,7) dan madu bunga Clover 50% (6,2) berbeda sangat signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (7,5) dan tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (5,8) dengan nilai p < 0,05, sedangkan kelompok madu bunga Clover 25% (7,0) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif dan menunjukkan perbedaan yang bermakna dibandingkan kontrol positif dengan nilai p < 0,05.
Simpulan Pemberian madu bunga Clover 100% atau 50% mempercepat waktu penyembuhan luka dengan potensi setara dibandingkan povidone iodine
10%
v
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
THE EFFECT OF CLOVER HONEY TOWARDS THE
RECOVERY PROCESS OF INCISION WOUND IN MALE
WEBSTER SWISS MICE
Adrian Maleakhi Husada, 2012. Preceptor 1 : Harijadi Pramono, dr., M.Kes
Preceptor 2 : Rizna Tyrani, dr., M.Kes
Background Disruption to the process of wound recovery may cause overt
and dangerous life-threatening complications. An effective wound treatment is the primary condition for which it might enhance the recovery of the wound itself. Clover honey is one of the herbal therapy which is used as an alternate treatment for wounds.
Goal of this experiment is to learn the effect of Clover honey enhancing the
recovery time of incision wounds and to rate its potency in compare to povidone iodine 10%.
Method used in this experiment is a real experimental research using the
complete randomized plan (CRP) towards 30 incised wounded male Swiss Webster mice as the subject of this experiment. The subjects were grouped into 5 different groups of treatment, which were the 100% Clover honey group, the 50% Clover honey group, the 25% Clover honey group, the positive control group which is administered 10% povidone iodine, and the negative control group which is administered aquades. Data which is going to be compared is the recover time (days) needed for the wound to fully recover. Data analysis used in this experiments were first ANOVA one way test and Post hoc LSD (Least Significant Difference) test as the second test with an α value of 0,05(α=0,05).
Results are the average time (days) needed for incision wound recovery. The
results shows that the 100% Clover flower honey group (5,7) and 50% Clover flower honey group (6,2) differed significantly compared to the negative control group (7,5) and it did not show a mean difference compared to the positive control group (5,8) with a p value smaller than or equal to 0,05 (p < 0,05). However the 25% Clover honey group (7,0) did not show any mean difference in compare to the negative control group but it shows significant difference in compare to the positive control group with a p value smaller than or equal to 0,05 (p < 0,05).
Conclusion The administration of 100% and 50% Clover honey shortens the
time needed for wound healing with the potency equal to 10% povidone iodine.
vi
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah……….. 3
1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian……… . 3
2.2.1.1 Klasifikasi Luka Berdasarkan Mekanisme Terjadinya…….. 17
vii
2.4 Gangguan Penyembuhan Luka dan Komplikasi……….. 24
2.5 Povidone Iodine……… 24
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel………….….……… 33
3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel……….……… 34
4.1.1 Hasil Penelitian Madu dapat Mempercepat Penyembuhan Luka... 40
4.1.2 Hasil Penelitian Perbandingan Pengaruh Pemberian Madu dan Povidone Iodine 10% dalam Mempercepat Penyembuhan Luka.... 42
viii
Universitas Kristen Maranatha 4.2.2.1 Hasil yang Mendukung………..……… 44 4.2.2.2 Hasil yang Tidak Mendukung……… 44
4.2.2.3 Simpulan……… 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN….….….….….….….….….….…... 45
5.1 Kesimpulan….….….….….….….….….….….….….….….….….…… 45
5.2 Saran….….….….….….….….….….….….….….….….….….….…… 45
DAFTAR PUSTAKA……….. 46
ix
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sitokin Inflamasi pada Luka... 21 Tabel 2.2 Growth Factors yang Ditemukan pada Jaringan Luka
dan Pengaruhnya pada Sel yang Ikut Serta dalam Proses
Penyembuhan Luka... 23 Tabel 2.3 Komposisi Madu yang Berasal dari Bunga dan Buah Secara
Umum Dalam g/100... 26 Tabel 2.4 Komposisi Madu Bunga Clover Dalam g/100... 27 Tabel 2.5 Kadar Komponen Flavonoid dan Phenolic Acid (mg/100 g)
dalam madu Clover, Cotton dan Citrus dengan Teknik HPLC... 27 Tabel 2.6 Khasiat dan Hasil Klinis Pemberian Madu pada Luka
Serta Mekanismenya... 29 Tabel 4.1 Rerata Waktu Penyembuhan Luka Pada Setiap Kelompok
Perlakuan Dalam Hari... 38 Tabel 4.2 ANAVA satu arah Terhadap Waktu Penyembuhan Luka
Pada Setiap Kelompok...39 Tabel 4.3 Uji Post hoc LSD Terhadap Waktu Penyembuhan Luka
x
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Histologi Kulit Manusia... 8
Gambar 2.2 Stratum Basale Epidermis... 9
Gambar 2.3 Stratum Spinosum Epidermis... 9
Gambar 2.4 Stratum Granulosum Epidermis... 10
Gambar 2.5 Stratum Lusidum Epidermis... 10
Gambar 2.6 Stratum Korneum Epidermis... 11
Gambar 2.7 Mekanisme Penyembuhan Luka... 20
xi
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
LAMPIRAN 1 Foto-foto Penelitian ... 49
LAMPIRAN 2 Data Hasil Percobaan ... 50
LAMPIRAN 3 Data Statistika ... 41
49 LAMPIRAN 1
FOTO - FOTO PENELITIAN
Pencukuran bulu mencit Penyayatan
Pengolesan obat
Pengukuran panjang luka Luka insisi
50
LAMPIRAN 2
DATA HASIL PERCOBAAN
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Madu 100%
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Mencit 6
Hari 1 6,30 7,25 7,15 5,85 6,15 6,80
Hari 2 4,75 5,80 4,80 3,25 3,40 4,75
Hari 3 2,25 5,15 3,15 2,,65 2,50 2,10
Hari 4 1,15 3,70 2.30 1,10 1,35 1,55
Hari 5 0 1,60 1,20 0 0,60 0
Hari 6 0 0,40 0 0 0 0
Hari 7 0 0 0 0 0 0
Hari 8 0 0 0 0 0 0
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Madu 50%
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Mencit 6
Hari 1 7,15 7,30 6,80 7,25 6,75 6,35
Hari 2 5,25 6,40 4,15 6,55 5,05 4,50
Hari 3 4,10 5,15 3,50 4,90 3,50 2,40
Hari 4 2,60 2,95 2.80 3,40 2,85 1,15
Hari 5 1,25 1,70 0,95 2,60 1,45 0
Hari 6 0 0,55 0 1,25 0 0
Hari 7 0 0 0 0 0 0
51
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati Dengan Madu 25%
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Mencit 6
Hari 1 7,15 6,85 7,60 6,75 7,85 6,35
Hari 2 4,90 5,75 6,45 5,90 6,75 4,80
Hari 3 3,15 5,05 4,10 4,75 5,80 3,15
Hari 4 2,65 3,35 2,80 2,90 4,10 1,65
Hari 5 1,80 1,40 1,15 2,00 2,55 1,10
Hari 6 1,40 0 0,50 1,65 1,95 0
Hari 7 0,80 0 0 0 1,40 0
Hari 8 0 0 0 0 0 0
Panjang Luka (mm) Setelah Diolesi dengan Akuades
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Mencit 6
Hari 1 7,60 6,80 7,05 7,50 7,20 6,75
Hari 2 6,85 5,55 6,30 6,20 5,95 5,60
Hari 3 5,50 4,75 5,65 5,05 4,85 4,90
Hari 4 4,15 3,15 4,10 3,45 4,10 3,55
Hari 5 3,80 1,60 2,50 2,80 3,30 2,10
Hari 6 2,45 0,85 1,15 1,20 2,70 0,45
Hari 7 1,20 0 0 0,45 1,55 0
52
Panjang Luka (mm) Setelah Diobati dengan Povidone Iodine 10%
Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Mencit 6
Hari 1 7,25 6,50 7,10 6,45 5,80 6,95
Hari 2 6,10 5,20 5,30 4,70 4,50 5,10
Hari 3 4,85 3,50 3,80 3,15 3,05 3,90
Hari 4 3,55 1,55 2,40 2,00 1,75 2,55
Hari 5 2,15 0 0,85 1,35 0 1,30
Hari 6 0,60 0 0 0 0 0
Hari 7 0 0 0 0 0 0
53
Kelompok Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
54
55
Homogeneous Subsets
Hari
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Tukey HSDa 1 6 5.67
5 6 5.83 5.83
2 6 6.17 6.17
3 6 7.00 7.00
4 6 7.50
Sig. .786 .091 .786
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
56
1 pelindung terhadap bahaya yang berasal dari lingkungan luar. Namun demikian, trauma mekanis akibat benturan oleh benda tajam maupun benda tumpul pada permukaan kulit masih seringkali terjadi sehingga menyebabkan terjadinya diskontinuitas jaringan kulit yang dikenal sebagai luka. Radiasi, suhu yang ekstrim, bahan kimia tertentu juga dapat menimbulkan cidera pada kulit. Segera setelah terjadi luka akan terjadi proses penyembuhan yang dimulai dari fase inflamasi, fase proliferatif, dan fase remodeling. Gangguan pada proses penyembuhan luka dapat menimbulkan komplikasi berbahaya. Infeksi merupakan salah satu penyebab komplikasi tersering pada luka yang mengalami hambatan proses penyembuhan, oleh karena itu pengobatan luka yang efektif dengan cara membersihkan dan menutup luka merupakan syarat mutlak untuk mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi timbulnya jaringan parut setelah proses penyembuhan luka (Jae I, 2010).
Menurut beberapa penelitian tentang penggunaan larutan povidone iodine untuk membersihkan luka, mengairi luka, dan menutupi luka ternyata kurang efektif untuk membantu proses penyembuhan luka, bahkan dapat menyebabkan hambatan penyembuhan luka dan infeksi (Kramer SA,1999).
2
Universitas Kristen Maranatha
pengobatan luka. Waikato University Honey Research Unit di New Zealand telah membuktikan manfaat madu untuk penyembuhan luka pada tahun 1980. Peneliti lain mengatakan bahwa madu dapat digunakan untuk mengoptimalkan fungsi pencernaan, meningkatkan nutrisi, menambah energi dan sebagai antioksidan alami. Selain itu, telah diketahui bahwa madu juga mempunyai sifat antibakteri (Molan, 2001). Penelitian Al-Waili dan Saloom yang berjudul "Effects of topical
honey on post-operative wound infections due to gram positive and gram negative
bacteria following caesarean sections and hysterectomies" pada tahun 1999
membuktikan bahwa penyembuhan luka dengan menggunakan madu secara topikal lebih cepat dari pada menggunakan povidone iodine 10%.
Peneliti tertarik untuk menyelidiki pengaruh madu bunga Clover terhadap penyembuhan luka karena madu bunga Clover mempunyai pH yang lebih rendah dibandingkan dengan madu lain, selain itu kadar antiinflamasi P- hydroxybenzoic
acid pada madu bunga Clover lebih tinggi dibandingkan dengan madu jenis lain.
pH dan zat antiinflamasi ini sangat penting peranannya dalam membantu penyembuhan luka (Asmaa, 2009).
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah pemberian madu bunga Clover secara topikal mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.
2. Apakah waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan setelah pemberian madu bunga Clover secara topikal lebih cepat dibandingkan dengan povidone iodine 10%.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
3
Universitas Kristen Maranatha
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menilai pemberian madu bunga Clover secara topikal dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit
Swiss Webster jantan, dan (2) untuk membandingkan potensi pemberian madu
bunga Clover secara topikal dalam mempercepat waktu penyembuhan luka inisisi pada mencit Swiss Webster jantan dibandingkan dengan potensi dari povidone
iodine 10%.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian
Manfaat akademis penelitian ini adalah memperluas pengetahuan tentang
efektivitas madu bunga Clover dalam mempercepat waktu penyembuhan luka insisi.
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian
Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa madu bunga Clover mampu mempercepat penyembuhan luka, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan untuk penyembuhan luka.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Proses penyembuhan luka terdiri dari tiga fase, yaitu (1) fase inflamasi, yang
ditandai oleh terjadinya hemostasis dan reaksi inflamasi, (2) fase proliferatif, yang ditandai oleh aktivitas fibroblas untuk memulai angiogenesis, epitelialisasi, dan pembentukan kolagen, dan (3) fase remodeling, yang ditandai oleh meningkatnya pembentukan kolagen, sehingga luka dapat sembuh sempurna (Allen G, 2011). Madu bunga Clover memiliki kandungan yang dapat mendukung ketiga fase
4
Universitas Kristen Maranatha
karbohidrat, dan 0,5% sisanya merupakan protein, asam amino, vitamin, dan mineral. Kadar air dalam madu bunga Clover sangat rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri akibat efek osmolaritas, yaitu menjadikan lingkungan tidak sesuai untuk pertumbuhan bakteri dan menarik cairan dari sel bakteri sehingga bakteri akan mati (Molan, 2001). Madu bunga Clover memiliki pH 3,91, beberapa bakteri tidak dapat bertahan hidup pada pH asam. Beberapa komponen flavonoid yaitu quercetin, cinnamic acid, p-hydroxybenzoic acid yang berperan sebagai antioksidan dan anti inflamasi (Amsaa, 2009). Serta adanya lisozim yang dapat membunuh beberapa bakteri (Nevio C, 2007). Menurut penelitian Majtan yang berjudul “Effect of Honey and its Major Royal Jelly
Protein 1 on cytokine and MMP-9 mRNA transcripts in human keratinocytes”, madu dapat menstimulasi sitokin (TNF-α, IL-Iβ dan TGF-β) dan matrix
metalloproteinase-9 (MMP-9) yang berperan dalam penyembuhan luka (Majtan J,
2009).
Madu bunga Clover juga memiliki hidrogen peroksida yang berperan
5
Universitas Kristen Maranatha
hidrogen peroksida yang setara dengan kira-kira 3ml madu, sehingga madu bunga
Clover sangat efektif untuk membunuh bakteri tanpa menyebabkan inflamasi atau
merusak sel-sel kulit manusia (Molan, 2001 dan Alka, 2002).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
1. Pemberian madu bunga Clover secara topikal mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.
2. Waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan akibat pemberian madu bunga Clover secara topikal lebih cepat dibandingkan dengan pemberian povidone iodine 10%.
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sungguhan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan hewan coba mencit Swiss Webster jantan dengan luka insisi. Data yang dinilai adalah waktu penyembuhan luka dalam hari pada kelompok dengan pemberian madu dan pemberian povidone
iodine secara topikal. Analisis data menggunakan uji one way ANAVA on Ranks
dengan a=0,05 dan dilanjutkan dengan uji post hoc LSD menggunakan perangkat lunak komputer . Tingkat kemaknaan dinilai berdasarkan nilai p ≤ 0,05.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
6
Universitas Kristen Maranatha
1.8 Tahap Rencana Kegiatan
Rencana Kegiatan
bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 PERSIAPAN
penentuan topik dan judul √ penelusuran pustaka dan teori √ √ √ √ pembuatan usulan penelitian √
uji lapangan √ √
daftar kuesioner √
pengadaan alat-alat √ administrasi perizinan √
2 PELAKSANAAN
pengumpulan data √ √ √ √ supervisi lapangan pengerjaan di laboratorium √ √ √ √
3 PENGOLAHAN DATA
analisis data √ √ √
konsultasi pembimbing √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 4 PENYUSUNAN LAPORAN
45
Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Pemberian madu bunga Clover 100% dan 50% secara topikal mempercepat waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan.
Waktu penyembuhan luka insisi pada mencit Swiss Webster jantan setelah
pemberian madu bunga Clover secara topikal setara dengan povidone iodine 10%.
5.2 Saran
Penelitian pengaruh madu bunga Clover terhadap penyembuhan luka perlu dilanjutkan dengan:
Menggunakan dosis pemakaian yang lebih banyak (>3ml)
Menggunakan hewan percobaan yang diinduksi aloksan (hewan percobaan dengan DM)
Menggunakan sediaan yang berbeda seperti dalam bentuk salep untuk dapat mempercepat durasi penyembuhan luka.
Menggunakan madu bunga Clover untuk jenis-jenis luka yang lain, seperti pada luka memar, luka lecet, luka robek, dan luka tusuk.
46
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Alka J.M.H., Zvonimir S., Mirela D. 2002. Qualitative identification of metal ions
in honey by two-dimensional thin-layer chromatography. Croatia: JPC 15(5):
367-370
caesarean sections and hysterectomies.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10085281. 20 Desember 2011.
Angela M.M. 2002. Honey-Health and Therapeutic Qualities. Longmont: The National Honey Board.
Asmaa A.H., Hanaa M.I., Abd El-Moneim A.A., Naglaa F.G. 2009.
Determination of Flavonoid and Phenolic Acid Contents of Clover, Cotton and Citrus Floral Honey. Egypt: Egypt Public Health Assoc 84(3-4): 245-259
Barbul A. 2005. Wound Healing. In: F. Charles Brunicardi., Dana K., Andersen, Timothy R., Billiar, David L., et al., eds. Schwartz’s principles of surgery. 8th ed. New York: Mc Graw-Hill Companies. p. 223-246
Brannon H. 2007. Anatomi Epidermis.
Anatomy and Physiology, 12th ed. Asia: John Wiley & Sons 1(5): 147-149
George Broughton, Jeffrey E. Janis, Christopher E. Attinger. 2006. Wound
Healing: An Overview. America:American Society of Plastic Surgeon
47
Universitas Kristen Maranatha
Irman Somantri. 2007. Perawatan Luka.
http://irmanthea.blogspot.com/2007/07/definisi-luka-adalah rusaknya.html. 16 desember 2011.
Ivan Hoesada. 2007. Rahasia Kekayaan Alam untuk Kesehatan. Jakarta: HD. Jae Ireland. 2010. How to Heal Scars & Wounds.
http://www.livestrong.com/article/117297-heal-scars-wounds/. 16 desember 2011.
Jane D. 2011. Wound Healing. http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/fundamentals-of-nursing/wound-healing/. 9 september 2011.
Junquiera, L.C., Carniero, J. 2005. Basic Histology Text and Atlas 11st ed. New
York: McGraw Hill Companies,Inc. p:360-72
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondisional Bidang Pertanian, Peternakan,
Perikanan, Industri dan Hayati. Edisi 1. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
p.10-12
Kramer S.A. 1999. Effect of povidone-iodine on wound healing.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10362983. 16 Desember 2011.
Majtan J., Kumar P., Majtan T., Walls A.F., Klaudiny J. 2009. Effect of honey and its major royal jelly protein 1 on cytokine and MMP-9 mRNA transcripts in human keratinocytes. In: Experimental Dermatology. John Wiley & Sons p:e73-e79
Mcleod S. 2011. What Are the Allergenic Effects of Povidone-Iodine Use On the
Skin. http://www.ehow.com/info_8462506_allergenic-effects-povidoneiodine-use-skin.html. 19 Desember 2011.
Molan P.C. 1999. Why Honey is Effective as a Medicine. 1 its Use in Modern
Medicine. New Zealand: Bee World 80(2): 80-92
_______. 2001. Why Honey is Effective as a Medicine. 2 The scientific
explanation of its effects, New Zealand: Bee World 82(1): 22-40
National Honey Board. 2012. Learn About Honey. http://www.honey.com/honey-at-home/learn-about-honey/. 25 Maret 2012
48
Universitas Kristen Maranatha
Paulus H.S.K, Anje A.V., Leonie de Boer, Dave S., Christina M.J.E.V., Sebastian
A.J.Z. 2010. How Honey Kills Bacteria.
http://www.fasebj.org/content/24/7/2576.full. 15 Februari 2012
Richard M.S. 2012. Wound Care Treatment & Management.
http://emedicine.medscape.com/article/194018-treatment#a17. 5 mei 2012 Robin G., Tony B. 2011. Dermatology, 11th ed. John Wiley & Sons
Rulam. 2011. Penyembuhan Luka. http://www.infodiknas.com/penyembuhan luka-wound-healing/. 30 maret 2011.
R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong. 2004. Luka. Dalam: Buku-ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC h: 67-8, 70-1
Setiabudi, R. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK UI
Sloane, E., penyunting : James Veldman. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk
Pemula. Edisi bahasa Indonesia. Jakarta : EGC h:84-9
Stefan B., Tomislav J., Robert S., Peter G. 2008. Honey for Nutrition and Health. USA: American Journal of the College of Nutrition 27: 677-689
Stefan B. 2009. Honey Composition. In: Book of Honey. http://fantastic-flavour.com/yahoo_site_admin/assets/docs/CompositionHoney.20105942.pdf . 16 Agustus 2012
Stephen G., 2009. Histology of skin. http://histologyolm.stevegallik.org/node/353. 8 April 2012
Syarif M. Wasiaatmadja. 2007. Anatomi dan Faal Kulit. Dalam Adhi Djuanda :
Ilmu penyakit kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : Balai penerbit FK UI.