Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING
BERBANTUAN WEB UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA
Konsentrasi Pendidikan Kimia Sekolah Lanjutan
Oleh
TITIEK PUJI RAHAYU
1007121
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
i Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran problem solving dengan bantuan web dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga dan mengetahui bagaimana implementasinya. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) yang mengacu pada model Thiagarajan dengan tahapan define, design, dan develop. Instrumen penelitian berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi soal-soal larutan penyangga yang dihubungkan ke dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk soal problem solving. Data yang diperoleh berupa skor siswa pada tahap pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil uji coba menunjukkan bahwa model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan penyangga mengkondisikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga proses pembelajaran menjadi interaktif dan menyenangkan, meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap konsep larutan penyangga, memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat/pemikiran tanpa diiringi oleh perasaan takut dipermalukan di hadapan banyak orang, meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan. Selain itu keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, dan memfokuskan pertanyaan dapat berkembang selama melakukan pembelajaran problem solving berbantuan web karena siswa dituntut untuk berpikir dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
iv Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. TujuanPenelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Penjelasan Istilah ... 8
BAB II MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN WEB A. Model Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) ... 10
B. Pembelajaran Berbantuan web ... 13
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 16
D. Larutan Penyangga ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 26
B. Subjek Peneltian ... 26
C. Objek Penelitian ... 26
v Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 30
G. Teknik Pengolahan Data... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangandan Karakteristik Web ... 32
B. Implementasi Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan
Web... 41
C. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 58
D. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem
Solving Berbantuan Web ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 74
iv Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis... 17
Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 30
Tabel 4.1. Spesifikasi Sarana Penunjang TIK SMA Negeri X Tangerang ... 33
Tabel 4.2. Spesifikasi Jaringan TIK SMA Negeri X Tangerang ... 33
Tabel 4.3. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Analisis Masalah ... 42
Tabel 4.4. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Rencana Pemecahan Masalah ... 48
Tabel 4.5. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Melakukan Perhitungan/Penyelesaian Masalah ... 52
Tabel 4.6. Prosentase Skor Siswa pada Tahap Melakukan Pengecekan ... 54
Tabel 4.7. Perolehan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada LKS 1 Soal Nomor 1 ... 59
Tabel 4.8. Perolehan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada LKS 2 Soal Nomor 1 ... 59
Tabel 4.9. Perolehan Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada LKS 1 Soal 2 Nomor 2 ... 62
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Alur Penelitian ... 27
Gambar 4.1. Pengembangan Web untuk Pembelajaran ... 34
Gambar 4.2. Tampilan Forum Diskusi Menggunakan Equation Editor ... 37
Gambar 4.3. Tampilan Forum Diskusi Menggunakan Equation Editor ... 38
On line Gambar 4.4. Tampilan Kegiatan Siswa secara Keseluruhan pada ... 39
Komputer Server Gambar 4.5. Tampilan Kegiatan Siswa secara Individu pada ... 40
Komputer Server Gambar 4.6. Tampilan Forum Diskusi Subjek 4 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 43
Gambar 4.7. Tampilan Forum Diskusi Subjek 6 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 43
Gambar 4.8. Tampilan Forum Diskusi Subjek 29 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 44
Gambar 4.9. Tampilan Forum Diskusi Subjek 8 pada Masalah 4 (LKS 1) ... 45
Gambar 4.10. Tampilan Forum Diskusi Subjek 11 pada Masalah 4 (LKS 1) ... 46
Gambar 4.11. Tampilan Forum Diskusi Subjek 12 pada Masalah 4 (LKS 2) ... 47
Gambar 4.12. Tampilan Forum Diskusi Subjek 11 pada Masalah 4 (LKS 2) ... 47
Gambar 4.13. Tampilan Forum Diskusi Subjek 1 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 48
Gambar 4.14. Tampilan Forum Diskusi Subjek 29 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 49
Gambar 4.15. Tampilan Forum Diskusi Subjek 3 pada Masalah 3 (LKS 1) ... 50
Gambar 4.16. Tampilan Forum Diskusi Subjek 17 pada Masalah 4 (LKS 1) ... 51
Gambar 4.17. Tampilan Forum Diskusi Subjek 20 pada Masalah 2 (LKS 1) ... 53
Gambar 4.18. Tampilan Forum Diskusi Subjek 10 pada Masalah 2 (LKS 2) ... 53
Gambar 4.19. Tampilan Forum Diskusi Subjek 15 pada Masalah 2 (LKS 2) ... 53
Gambar 4.20. Tampilan Forum Diskusi Subjek 10 pada Masalah 1 (LKS 1) ... 55
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
Lampiran A.1. Kisi-kisi Soal LKS 1 dan 2 ... 77
Lampiran A.2. LKS 1 dan LKS 2 ... 79
Lampiran A.3. Pedoman Penskoran Tahapan Pemecahan Masalah Model Mettes. ... 81
Lampiran A.4. Rubrik Penilaian LKS 1 ... 82
Lampiran A.5. Rubrik Penilaian LKS 2 ... 85
Lampiran A.6. Hasil Validasi Butir Soal dengan Indikator Soal LKS 1 ... 88
Lampiran A.7. Hasil Validasi Butir Soal dengan Indikator Soal LKS 2 ... 89
Lampiran A.8. Hasil Validasi Butir Soal Penguasaan Konsep LKS 1 ... 90
Lampiran A.9. Hasil Validasi Butir Soal Penguasaan Konsep LKS 2 ... 91
Lampiran A.10. Hasil Validasi Butir Soal LKS 1 dengan Indikator Berpikir Kritis ... 92
Lampiran A.11. Hasil Validasi Butir Soal LKS 2 dengan Indikator Berpikir Kritis ... 95
Lampiran A.12. Lembar Wawancara ... 98
Lampiran A.13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 99
LampiranB Lampiran B.1. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Analisis Masalah ... 103
Lampiran B.2. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Rencana Pemecahan Masalah ... 104
Lampiran B.3. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Melakukan Penyelesaian Masalah ... 105
Lampiran B.4. Perolehan Skor Siswa pada Tahap Melakukan Pengecekan ... 106
Lampiran B.5. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 1 yang terdapat dalam LKS 1 ... 107
x
Lampiran B.6. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 1
yang terdapat dalam LKS 2 ... 108
Lampiran B.7. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 2
yang terdapat dalam LKS 1 ... 109
Lampiran B.8. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 3
yang terdapat dalam LKS 1 ... 110
Lampiran B.9. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 4
yang terdapatdalam LKS 1 ... 111
Lampiran B.10. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 3
yang terdapat dalam LKS 2 ... 112
Lampiran B.11. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 4
yang terdapat dalam LKS 2 ... 113
Lampiran B.12. Perolehan Skor Siswa pada Soal Nomor 2
yang terdapat dalam LKS 2 ... 114
Lampiran B.13. Tampilan Proses Pembimbingan Subjek 11
pada Soal Nomor 1 yang terdapat dalam LKS 1 ... 115
Lampiran B.14. Tampilan Proses Pembimbingan Subjek 20
pada Soal Nomor 1 yang terdapat dalam LKS 2 ... 117
1
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sains di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi
siswa untuk mempelajari dan mengembangkan kompetensi diri serta memahami
alam sekitar secara ilmiah. Ilmu kimia yang merupakan salah satu bidang ilmu
dalam sains mempelajari sifat, struktur, komposisi dan perubahan materi serta
energi yang menyertainya memiliki fungsi sebagai wahana pengembangan
keterampilan intelektual, kreatifitas, dan sikap ilmiah. Berdasarkan PP Nomor 2
Tahun 2006, pembelajaran ilmu kimia di SMA bertujuan agar siswa mempunyai
kemampuan memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan teknologi. Selain itu, tujuan pembelajaran kimia di SMA juga
memupuk sikap ilmiah, jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama
dengan orang lain. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa siswa harus
memiliki kemampuan memahami konsep kimia dan keterampilan berpikir kritis
untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa secara umum hasil
belajar siswa pada mata pelajaran kimia di salah satu SMAN Kota Tangerang
memiliki hasil yang sangat rendah. Hal ini dapat diketahui dari hasil nilai rata-rata
2
2010/2011 yaitu sebesar 42,67 sedangkan nilai ketuntasan minimal untuk mata
pelajaran kimia tersebut adalah 65.
Hasil belajar siwa pada materi pokok larutan penyangga di SMAN X Kota
Tangerang pada Tahun Ajaran 2011/2012 sangat rendah, yaitu 20,7%. Sementara
itu, ketuntasan belajar klasikal menurut Mulyasa (2004) tercapai apabila
sekurang-kurangnya 85,0% dari jumlah peserta didik dalam suatu kelas mencapai
ketuntasan belajar individual.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah tersebut diketahui bahwa dalam
pembelajaran kimia, siswa tidak begitu terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan guru sehingga
pembelajaran yang berlangsung hanya merupakan transfer informasi dari guru
kepada siswa. Siswa jarang bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
materi pelajaran di kelas karena merasa malu dan tidak berani untuk
mengungkapkan pendapat mereka. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan
kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami
informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan
sehari-hari. Kelas masih terfokus kepada guru sebagai sumber pengetahuan,
kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi mengajar.
Strategi pembelajaran di sekolah tidak hanya mengajarkan konsep-konsep
yang esensial saja, namun juga membangun keterampilan berpikir kritis siswa
serta keterampilan memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan mutu
3
keterampilan berpikir. Liliasari (2001) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan,
berpikir kritis terbukti dapat mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai
disiplin ilmu menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan
mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi. Dengan keterampilan
berpikir kritis, mereka dapat mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkonstruksi
argumen serta menghadapi tantangan, memecahkan masalah, dan mengambil
keputusan dengan tepat sehingga dapat menolong dirinya dan orang lain dalam
menghadapi kehidupan (Wade dalam Walker, 1998).
Pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilakukan dengan
mengkondisikan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh
pengalaman-pengalaman dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis
(Lipman, 2003). Salah satu model pembelajaran yang menyediakan banyak
kesempatan bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah
model pembelajaran problem solving. Pada model pembelajaran problem solving
siswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan melalui bimbingan guru
sehingga mengarah pada langkah-langkah penyelesaian yang terstruktur dengan
baik. Dengan model pembelajaran problem solving sangat memungkinkan siswa
menjadi aktif dan membuka pemahaman terhadap konsep-konsep secara fleksibel.
Apabila siswa melakukan pembelajaran problem solving pada materi larutan
penyangga, maka akan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya.
Beberapa penelitian tentang model pembelajaran problem solving telah
4
pembelajaran kelompok pemecahan masalah dalam perkuliahan kimia umum
terhadap hasil belajar mahasiswa. Dari penelitian ini diperoleh bahwa penggunaan
kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan masalah pada perkuliahan kimia
umum merupakan alat yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah dalam kimia. Selanjutnya, hasil penelitian Intan (2009) juga
menunjukkan bahwa pendekatan pemecahan masalah pada pembelajaran larutan
penyangga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SMA.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Intan (2009) pada pembelajaran
larutan penyangga memiliki keterbatasan dalam hal pertemuan di kelas sehingga
kemampuan memecahkan masalah siswa pada tahap memberikan alasan masih
tergolong rendah. Untuk mengatasi waktu pembelajaran yang dirasakan kurang
dalam menyampaikan materi larutan penyangga, guru hendaknya membagi
pembelajaran tertentu yang dapat dikerjakan siswa di luar kelas. Selain itu, model
pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan Intan
(2009) kurang memfasilitasi dan kurang memberi kesempatan belajar bagi siswa
kelompok rendah. Oleh karena itu, salah satu solusi yang sangat memungkinkan
untuk mengatasi masalah ini adalah pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), dalam hal ini penggunaan web.
Penggunaan web dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman
konsep dan keterampilan berpikir kritis. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian
tentang pembelajaran berbasis web yang telah dilakukan, seperti Darmadi (2007)
yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis web dapat meningkatkan
5
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mubarrak (2009) yang mengatakan
bahwa model pembelajaran berbasis web dapat meningkatkan penguasaan konsep
pada materi fluida dinamis. Hasil penelitian Frailich, et al (2009) juga menyatakan
bahwa kegiatan berbasis web terstruktur berisi model bervariasi untuk struktur
materi memberikan kontribusi signifikan kepada pemahaman siswa terhadap
konsep ikatan kimia dan struktur materi. Melalui pembelajaran berbantuan web,
keterampilan berpikir kritis siswa juga dapat meningkat (Liu, 2005).
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang berkembang sekarang ini
mendorong banyak praktisi pendidikan dan pemerintah melalui Departemen
Pendidikan Nasional mulai melakukan penataan dan penyiapan infrastruktur di
bidang teknologi informasi khususnya internet yang perlu mendapatkan
penghargaan dan apresiasi dari pelaku dunia pendidikan itu sendiri. Untuk jenjang
SD sampai SLTA pemerintah menggagas program pengembangan jaringan
internet dengan nama JARDIKNAS (Darmawan, 2007). Infrastruktur jaringan
internet yang telah tersedia tersebut harus dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya
dengan mulai mengembangkan situs-situs internet dan mengisinya dengan konten
pembelajaran yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas,
khususnya para pelajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang sedang
mereka tempuh.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, salah satu SMA Negeri yang ada
di Kota Tangerang telah memiliki fasilitas web. Namun pemanfaatan web yang
dimiliki sekolah tersebut belum optimal. Penggunaan web hanya dimanfaatkan
6
dan video, serta pengumuman. Sebenarnya dengan fasilitas yang tersedia sarana
web dapat digunakan untuk pembelajaran on line, namun hal ini belum dilakukan.
Hal yang sudah dilakukan pada menu e-learning hanya digunakan untuk kegiatan
tes atau tugas on line siswa. Oleh karena itu, dengan fasilitas yang ada sangat
memungkinkan untuk mengembangkan pembelajaran problem solving berbantuan
web untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan
penyangga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah model pembelajaran problem
solving berbantuan web yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa pada materi larutan penyangga”.
Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah yang
akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik web yang dikembangkan untuk pembelajaran
problem solving dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa
pada materi larutan penyangga?
2. Bagaimanakah hasil implementasi model pembelajaran problem solving
berbantuan web yang dikembangkan dalam proses pembelajaran pada
7
3. Bagaimanakah keterampilan berpikir kritis siswa setelah melakukan
pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan
penyangga?
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan pada penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan,
maka ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut ini:
1. Tahapan pemecahan masalah yang diterapkan pada penelitian ini
menggunakan tahapan pemecahan masalah menurut Mettes (Arifin, 2000)
yang meliputi: (a) tahap analisis masalah; (b) tahap perencanaan pemecahan
masalah; (c) tahap melakukan penyelesaian/perhitungan; dan (d) tahap
pengecekan.
2. Indikator keterampilan berpikir kritis yang digunakan pada model
pembelajaran ini adalah (a) mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan
suatu definisi, (b) mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau
tidak; (c) membuat dan menentukan hasil pertimbangan; (d) memfokuskan
pertanyaan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran
problem solving dengan bantuan web dalam mengembangkan keterampilan
8
bagaimana implementasi pembelajaran problem solving berbantuan web yang
dikembangkan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya:
1. Sumbangan pemikiran dalam bentuk model pembelajaran problem solving
berbantuan web dengan menggunakan aplikasi Learning Management System
(LMS) Moodle.
2. Memberikan wawasan baru tentang penggunaan e-learning dalam
pembelajaran sehingga lebih memperkaya khasanah inovasi pembelajaran
yang dapat dimanfaatkan oleh guru.
3. Meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa melalui pembelalajaran dengan
menggunakan bantuan web (e-learning).
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh pihak sekolah dan guru untuk
pengembangan pada pembelajaran materi ajar yang lain.
F. Penjelasan Istilah
1. Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan suatu proses berpikir atau
proses mental dari aplikasi pengetahuan yang telah diperoleh. Sementara itu
soal-9
soal ataupun tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan melibatkan
pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya (Sukasno, 2002).
2. Pembelajaran berbantuan web dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi
web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan
(Rusman, 2010).
3. Menurut Ennis, berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk
akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang
harus diyakini dan apa yang harus dilakukan (Costa, 1985).
4. Larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari asam lemah dan basa
konjugatnya atau basa lemah dan asam konjugat dalam keadaan
kesetimbangan serta mampu mempertahankan pH larutan ketika terjadi
26
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan
pendidikan (Educational Research and Development) yang mengacu pada model
Four-D yang dikemukakan oleh Thiagarajan, et al (1974). Model Four-D yang
dikemukakan oleh Thiagarajan, et al (1974) terdiri dari 4 tahap, yaitu define,
design, and develop dan disseminate. Namun dalam penelitian ini dibatasi sampai
tahap develop. Tahapan define dilakukan dalam menyusun rancangan awal. Hasil
tahapan define akan dijadikan pijakan untuk melakukan tahapan design yakni
merancang model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi
larutan penyangga serta penyusunan instrumen penelitian. Tahapan develop
dilakukan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk, menghasilkan produk
yang teruji dalam bentuk uji coba terbatas.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu siswa SMA kelas XII program IPA di Tahun
Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang pada salah satu SMA Negeri di Kota
Tangerang.
27
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Objek penelitian ini yaitu web SMA Negeri X Tangerang
D. Prosedur Penelitian
Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur
penelitian seperti yang digambarkan pada gambar 3.1 di bawah ini:
28
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
1. Tahap Define
Pada tahap define dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA.
b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran problem solving.
c. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran berbantuan web.
d. Merumuskan indikator pembelajaran pada materi larutan penyangga.
e. Merumuskan indikator keterampilan berpikir kritis.
f. Melakukan analisis web yang akan digunakan.
2. Tahap Design
Pada tahap design dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen
penelitian.
b. Melakukan validasi instrumen penelitian.
c. Melakukan revisi instrumen penelitian.
3. Tahap Develop
Pada tahap develop dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melaksanakan model pembelajaran problem solving berbantuan web.
29
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Membahas hasil penelitian
d. Menarik kesimpulan dan saran
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS), terdiri dari 2 konsep, yaitu LKS 1 berisi
soal-soal tentang konsep penyangga asam dan LKS 2 berisi tentang konsep penyangga
basa. LKS yang berisi soal-soal ini digunakan untuk menilai kemampuan berpikir
kritis siswa selama proses pembelajaran problem solving berbantuan web pada
materi larutan penyangga dengan bantuan web. Masalah yang diberikan
mengaitkan materi larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan dapat mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. LKS 1 dan LKS 2 terdapat pada
lampiran A.2.
Sebelum digunakan, instrumen ini dikonsultasikan dengan dosen
pembimbing dan di-judgment oleh ahli. Kisi-kisi soal yang terdapat pada LKS 1
maupun 2 terlampir pada lampiran A.1.
Untuk menilai tahapan pemecahan masalah digunakan pedoman
penskoran pemecahan masalah yang diadopsi dari model Mettes dan untuk
menilai keterampilan berpikir kritis siswa digunakan rubrik penilaian. Dapat
30
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Lembar wawancara
Wawancara digunakan untuk menjaring informasi secara langsung
mengenai model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi
larutan penyangga. Lembar wawancara dapat dilihat pada lampiran A.12.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Teknik Pengumpulan Data
No
Data
Jenis Data
Sumber Data Keterangan
1 Karakteristik web
Format identifikasi web
Web sekolah dan tim IT sekolah
Dilakukan sebelum pembelajaran problem solving berbantuan web
2 LKS Tahapan
pemecahan masalah Keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan penyangga
Siswa Dilakukan selama pembelajaran problem solving berbantuan web
3 Wawancara Tanggapan siswa tentang model
pembelajaran
31
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No
Data
Jenis Data
Sumber Data Keterangan
problem solving berbantuan web
solving berbantuan web
G. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari penelitian adalah data mentah yang belum
memiliki makna. Data yang diperoleh dari hasil jawaban siswa diberikan skor
sesuai dengan pedoman penskoran pemecahan masalah model Mettes dan rubrik
penilaian keterampilan berpikir kritis yang terdapat pada Lampiran A.3, A.4, dan
A.5.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif dan dilakukan
prosentase pada setiap kategori dengan cara:
32
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
71 Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari analisis data dan temuan hasil penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik web yang dikembangkan dalam pembelajaran problem solving
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi larutan
penyangga adalah (1) memiliki forum diskusi yang dapat digunakan oleh
mata pelajaran sains dan matematika yang memerlukan tampilan persamaan
reaksi dan perhitungan, (2) dapat mengembangkan pembelajaran mandiri
karena siswa dianjurkan untuk menyelesaikan soal-soal terlebih dahulu
dengan pemahaman konsep yang telah diterima sebelumnya dan kemudian
dibimbing oleh guru dengan pertanyaan guide apabila belum dapat
menyelesaikan soal dengantepat , (3) dapat menyelenggarakan diskusi antara
guru dengan siswa secara individual; (4) dapat membantu guru dalam
melakukan penilaian terhadap tahapan–tahapan pemecahan masalah yang
dilakukan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan, dan (5) dapat
digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
72
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Model pembelajaran problem solving berbantuan web pada materi larutan
penyangga mengkondisikan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered) sehingga proses pembelajaran menjadi interaktif dan
menyenangkan, meningkatkan pemahaman dan daya ingat siswa terhadap
konsep larutan penyangga, memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat/pemikiran tanpa
diiringi oleh perasaan takut dipermalukan di hadapan banyak orang,
meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam memecahkan masalah yang
diberikan.
3. Keterampilan berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi, mempertimbangkan apakah sumber dapat
dipercaya atau tidak, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, dan
memfokuskan pertanyaan dapat berkembang selama melakukan pembelajaran
problem solving berbantuan web karena siswa dituntut untuk berpikir dalam
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
B. Saran
Adapun saran-saran demi perbaikan model pembelajaran problem solving
berbantuan web ini adalah model pembelajaran ini perlu dikembangkan lagi
dengan cara membuat suatu software yang mampu menangani kesulitan yang
dialami guru. Adapun kesulitan yang dialami guru dalam penelitian ini adalah
73
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran dengan siswa, guru hanya dapat memberikan pelayanan kepada 10
siswa secara individu (terbatas), guru memiliki keterbatasan dalam merespon
jawaban siswa pada forum diskusi, guru tidak dapat memantau bagaimana
aktivitas siswa di dalam ruangan selama pembelajaran karena pembelajaran ini
74
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
74
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Arifin M, dkk. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Block, J. (1971). Mastery Learning: Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Costa, A. L. (1985). Develoving Minds, A Resource Book fot Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development.Alexandria. Virginia.
Darmadi, Wayan I. (2007). Model Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa Calon Guru pada Materi Termodinamika. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Darmawan, D. (2007). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: UPI dan Arum Sari
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ennis, Robert H. (1995). Goals for a Critical Thinking Curriculum. In A. L. Costa (ed). Develoving Minds, A Resource Book fot Teaching Thinking. Association for Supervision and Curriculum Development. Alexandria. Virginia.
Frailich, M. et al. (2009). Enhancing Student’s Understanding of the Concept of Chemical Bonding by Using Activities Provided on an Interactive Website’. Dalam Journal of Research in Science Teaching. Vol 46 (3), halaman 289– 310.
Gerace, W.J, et al. (2005). Teaching vs Learning: Changing Perspective on Problem Solving in Physics Instruction. [Online]. Tersedia: http://ianbeatty.com/files/gerace-2005tilc.pdf.
75
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Killen, R. (1998). Effective Teaching Strategis. Lesson from Research and Practice. Katoomba. Social Science Press.
Liliasari. (2001). ”Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis untuk Mempersiapkan Calon Guru IPA Memasuki Era Globalisasi”. Seminar Nasional Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globalisasi.
Liliasari. (2005). ”Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains”. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. UPI, Bandung.
Lipman, M. (2003). Thinking in Education. 2nd Ed. Cambridge: Cambridge University Press.
Liu, TC. (2005). Web-Based Cognitive Apprenticeship Model for Improving Pre-service Teacher’s Performances and Attitudes towards Instructional Planning: Design and Field Experiment . Educational Technology & Society [on-line], Vol 8 (2), 12 halaman. [Online]. Tersedia: http://www.ifets.info/journals/15_4/27.pdf. [20 Mei 2012]
Lyle, K.S dan Robinson, W. (2001). Teaching Science Problem Solving: An Overview of Experimental Work. Journal of Chemical Education. Vol 78,
(9), halaman 1662-1663. [Online]. Tersedia: http://www.pubs.acs.org.
Mahalingam, M., Schaefer, F., Morlino, E. (2008). ‘’Promoting Student Learning through Group Problem Solving in General Chemistry Recitations’’. Journal of Chemical Education, Vol. 85, No. 11. [Online]. Tersedia: http://www.academic.georgiasouthern.edu/ijsot
Mubarrak, L. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Web pada Materi Fluida Dinamis untuk Meningkatkan Pengusaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains siswa. Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Mulyasa. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Polya, G. (1973). How To Solve It, a new aspect of mathematical method. New Jersey: Princeton University Press.
76
Titiek Puji Rahayu, 2013
Pengembangan Model Pembelajaran Problem Solving Berbantuan Web Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Larutan Penyangga
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: PT. Raja Grafindo Persada.
Suherman, dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung. JICA
Sukasno. (2002). Model Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Trigonometri. Tesis SekolahPascasarjana UPI: tidakditerbitkan.
Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M. L. (1974). Intructional Development for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana University.
Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung.
Walker, G.H. (1998). Critical Thinking. [Online]. Tersedia: http://www/utr.edu/administration/walkerteachingresourcecenter/facultyde velopment/criticalthinking.