• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Beras Dalam Budaya Jepang dan Toraja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Beras Dalam Budaya Jepang dan Toraja."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

序論

Beras merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat di negara-negara Asia. Negara Jepang dan Indonesia juga merupakan dua negara yang menjadikan beras sebagai pangan utama. Beras merupakan salah satu kebutuhan dasar pangan yang ada di dalam masyarakat Jepang dan Toraja, kedua negara ini menjadikan beras sebagai pangan utama sejak zaman dulu. Beras merupakan pangan utama yang mendapat tempat istimewa sebagai bahan makanan suci dan mewakili spirit dan keagamaan rakyat Jepang. Demikian juga bagi masyarakat Toraja beras merupakan makanan yang memiliki kaitan yang sangat erat dengan kehidupan mereka karena itu beras tidak hanya dipandang sebagai bahan makanan saja melainkan memiliki kaitan yang sangat erat dengan kepercayaan mereka.

Tujuan dari analisis yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mengetahui persamaan dan perbedaan yang ada di antara masyarakat Jepang dan Toraja dalam memaknai beras sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Teori yang digunakan dalam analisis ini merupakan metode deskriptif komparasi. Data yang dikumpulkan dideskripsikan kemudian dilakukan perbandingan untuk melihat persamaan dan perbedaan yang ada. Dalam hal ini data yang dikumpulkan merupakan sejarah, kegiatan, aktivitas, dan ritual yang berkaitan dengan beras dalam budaya masyarakat Jepang dan Toraja yang ada.

(2)

hasil dari tumbuhan padi yang yang dibawah masuk oleh bangsa yang bermigrasi dari luar masuk ke Jepang dan Toraja. Padi merupakan tanaman yang menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat setempat yang terus dibudidaya hingga sekarang. Fungsi utama dari beras itu sendiri adalah sebagai pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat Jepang dan Toraja dalam kehidupan sehari-hari mereka sehingga beras menjadi bagian yang penting dan pangan yang paling penting yang harus ada.

Di dalam kepercayaan masyarakat Jepang dan Toraja beras juga dijadikan persembahan kepada dewa-dewa yang mereka yakini. Beras dipilih karena memiliki nilai yang tinggi, beras memiliki peranan dan nilai yang tinggi karena di dalam pola pikir masyarakat Jepang dan Toraja beras merupakan makanan yang memberikan tenaga dan energi untuk melakukan berbagai kegiatan untuk melanjutkan kehidupan mereka dan segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan kehidupan adalah hal yang sangat berharga.

本論

Berdasarkan analisi yang sudah dilakukan maka dapat dilihat beberapa point persamaan dan perbedaan yang ada:

1. Beras merupakan makan pokok bagi masyarakat Jepang dan Toraja. Seperti yang terdapat dalam dua kutipan di bawah ini:

(3)

食としてきました。従って、米は日本の農業の中で最も重要な 作物であり、日本文化の基底には米に関係したものが多いので す。米から酒を作り、もち米から餅を作り、せんべいや団子も 作ります。おめでたいときには赤飯を食べ、または神に供えま す。

(K. Gillespie, 2004:112) Padi (beras) bagi orang Toraja merupakan makanan utama dan diyakini mempunyai roh seperti benda-benda lainnya, sehingga mendapatkan pemeliharan dan tempat penimpanan yang khusus yaitu alang (lumbung padi). Padi dipelihara dan dijaga langsung oleh Deata-deata pare (dew-dewa padi) karena selain makanan utama dalam kehidupan dunia nyata, padi juga merupakan makanan sajian Puang Matua, Deata-deata, dan Tomembali Puang.

(Said, 2004:78) 2. Beras yang merupakan hasil dari tanaman padi merupakan tumbuhan yang sama-sama berasal dari luar Jepang dan Toraja. Perbedaannya adalah padi dibawa masuk dari dataran Cina masuk ke Jepang. Sedangkan di Toraja beras dibawa masuk oleh suku bangsa Austronesia yang bermigrasi untuk mencari tempat baru. Bisa dilihat dalam kutipan di bawah ini:

紀元前3世紀ごろ、農耕文化が始まりました。大陸から新しい 生産技術がはいってきたのです。米をつくる農耕技術と、金属 器を作ったり、使ったりする技術です。このような農耕社会に なって、日本は大きくかわりました。

(4)

sungai di daerah Yunnan Tiongkok Selatan bergerak menyebar. Sebagian dari mereka sampai ke Semenanjung Malaka, Sumatera, dan pulau-pulau di bagian baratnya, sementara yang sebagian lainnya menduduki pulau Jawa. Mereka menyebrangi lautan dengan perahu layar kemudian menyerbu masuk ke Sulawesi secara bergelombang..”

(Mukhli, Poelinggomang, Kallo, Suistio, Thosibo, Maryam, 1995:14)

3. Beras memiliki peranan yang besar di dalam kepercayaan Shinto (神道) dan

Aluk to’dolo. Masyarakat Jepang dan Toraja meyakini bahwa beras

merupakan pemberian langsung dari para dewa kepada masyarakat Jepang dan Toraja. Selain itu juga beras menjadi persembahan sesajian utama kepada para dewa. Seperti yang ditulis dalam kutipan di bawah:

The Japanese may associate tea with Zen Buddhism, but rice is unquestionably the province of Shinto. In a formal ritual, the empror plants the first rice seedlings of the year; in another, he eats the first grains of the annual harvest. Sake (rice wine) barrels stacked on high at Shinto shrines represent (unsually symbolically) gift from donors. At a Shinto altar, rice, and sake are common offering to the kami. Because Shinto and rice enjoy a most intimate ritual connection, it is hardly surprising that as an entry point in Japanese culture, rice carries with it values commonly associated with Shinto as well.

(Kasulis, 2004:40) 4. Ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jepang dan Toraja pada saat

menanam padi hingga panen untuk mendapatkan beras:

(5)

予祝 :七日正月、小正月を中心に、一年の農事をなぞったり、 実りのさまをまねしたりする呪術的行事をいう。

(The Visual Human Life, 1986:814) Sebelum musim penanaman padi dimulai, so’ bok menyembeli seekor ayam putih di tempat pertama air masuk ke saluran irigasi. Beberapa lembar daun pisang diletakkan di sepanjang aliran itu, bersama beberapa potong kecil daging ayam yang diambil dari bagian sebelah kanan.

(Buijs, 2009:144)

b) 田植祭 と Mantanan merupakan proses menanam padi di sawah. Padi hnya bisa ditanam oleh para wanita karena kepercayaan dalam Masyarakat Jepang wanita memiliki potensi melahirkan anak yang bisa disalurkan ke padi. Sedangkan masyarakat Toraja meyakini jika roh padi berdiam pada rambut wanita. Karena hal ini maka semua penanam padi harus seorang wanita. Pada kenyataannya adalah karena wanita lebih terampil dalam menanam padi. Bisa dilihat dari kutpan di bawah ini:

(6)

that their potential fertility as child-bearers would transfer itself to the rice.

(Dunn, 1972:55 ) Para wanita yang menebarkan padi tidak boleh minum selama menanam. Mereka juga tidak boleh mencuci rambutnya sampai padi yang ditanam bertunas. Peraturan ini didasarkan pada keyakinan bahwa roh-roh padi itu melekat pada para wanita ini dan jika mereka mencuci rambutnya, maka roh ini akan ikut tercuci.

(Loosdrecht, 2005:74)

c) 生育祈願と Ma’torak adalah proses penjagaan dan pemeliharan yang dilakukan agar padi bisa bertumbuh dengan baik tanpa serangan dari hama yang bisa merusak padi.

夏にさしかかるころには、水田にも雑草。ほうっておきま すと、米がはえてきます。ほうっておきますと、米は雑草 に負けてしまいます。充分な収穫を確保うるのには、雑草 をひとつひとつ抜いていかなければなりません。

(Toyoyuki, 1999:105)

d) 刈上祭とma’pare merupakan tahap persiapan dan panen yang akan dilakukan. Masyarakat Jepang dan Toraja akan melakukan persiapan untuk melakukan panen. Setelah persiapan selesai barulah dilakukan panen.

(7)

merayakan perayaan yang dilakukan bersam-sama dengan masyarakat desa.

結論

(8)

日本およびトラジャ文化における米ならびに稲作の精神的、宗教的、

位置づけとその比較

サルチェシモン 0842016

マラナタキリスト教大学 文学部

日本大学日本大バンドン バンドン

(9)

序論

米はアジア諸国の人々の主食である。日本とインドネシアも、主食と して米を消費する国である。米は日本人とトラジャ人の基本的なニーズの一 つであり、両国は古代から主食として米を作ってきた。米は神聖な食べ物と してその特別な地位にあり、日本の精神的、宗教的な特徴を表している。ト ラジャも同様、自分の生活と非常に密接な関係を持っている食品である。

米は外部から、日本やトラジャへの集団移民により稲作が伝えられた 結果である。米は、今まで開発され、栽培され続け、地域社会のための主要 作物である。米は日本人とトラジャ人の生活の重要な一部であり最も消費さ れる食物である。

米は日本人とトラジャ人の信仰でも、彼らが信じている神への供物と して使用される。米を持ち、日本人とトラジャ人の米に対する考え方では自 分たちの生活上の様々な活動を行うために強さとエネルギーを与える食べ物 であり、生活との全てに関係するため、高い価値を持っているため米は貴重 なものして扱われる。

(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

c)生育祈願とマトラクは、米を害虫より保護しよく<育>よ うにと祈願する儀式である。

夏にさしかかるころには、水田にも雑草。ほうって おきますと、米がはえてきる。ほうっておきますと、 米は雑草に負けてしまう。充分な収穫を確保うるの には、雑草をひとつひとつ抜いていかなければなら ない。

(鯖田, 1999 :105)

d)刈り上祭とマパレは収穫の前に準備段階階として、日本で は刈り上際、そしてトラジャではマパレと呼ばれる儀式 が行われる。それらの儀式が終了した後に収穫が行われ る。

e) 収穫感謝祭とメダトウは収穫の完了を意味する、祝賀会で

(15)

結論

前述した分析から得られた結論として以下のように説明することがで きる。米は日本人とトラジャ人にとって非常に重要な日常的主食であるとと もに神道やアルク(トラジャの信仰)の中でも重要な位置を占めている。ま た、米は栽培が難しいため、日本とトラジャでは米を無駄浪費することや廃 棄することは自らの生活を維持することは出来ないと考えられている。

(16)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN ORISINALITAS ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... vii

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Metodologi Penelitian ... 6

1.5 Organisasi Penulisan ... 10

BAB II BERAS DALAM BUDAYA JEPANG ... 11

2. 1 Beras Sebagai Makanan Pokok Bagi Kehidupan Masyarakat Jepang... 11

2.2.Sejarah Penanaman Padi di Jepang ... 12

2.3 Beras Dalam Kepercayaan Masyarakat Jepang ... 14

2.4 Ritual Dalam Penanaman Hingga Panen Padi ... 19

2.4.1 Yoshiku (予祝)... 20

2.4.2 Tauesai (田植祭)... 21

(17)

2.4.4 Kariagesai (刈上祭) ... 19

2.4.5 Shuukakukanshasai ... 26

BAB III BERAS DALAM BUDAYA TORAJA ... 28

3.1 Beras Sebagai Makanan Pokok Bagi Kehidupan Masyarakat Toraja ... 28

3.2 Sejarah Penanaman Padi di Toraja ... 29

3.3 Beras Dalam Kepercayaan “Aluk To’dolo” Masyarakat Toaraja ... 30

3.4 Ritual Dalam Penanam Hingga Panen Padi ... 33

3.4.1 Mangkaro kalo ... 33

3.4.2 Mantanan ... 34

3.4.3 Ma’torak ... 37

3.4.4 Ma’pare ... 37

3.4.5 Medatu ... 39

BAB IV PERBANDINGAN SEJARAH, KEPERCAYAAN, AKITIVITAS, DAN RITUAL YANG DILAKUKAN OLEH MASYARAKAT JEPANG DAN TORAJA ... 41

4.1 Perbandingan Beras Sebagai Makanan Pokok ... 41

4.2 Perbandingan Sejarah Penanaman Padi di Jepang dan Toraja ... 44

4.3 Perbandingan Beras Dalam Kedua Kepercayaan Masyarakat Jepang dan Toraja ... 50

(18)

di Toraja Dalam Mempersembahkan Beras Kepada Dewa ... 55

4.3.3 Ae no Koto di Jepang dan Bua’ pare di Toraja... 59

4.3.4 Hewan Yang Berkaitan Dengan Beras Dalam Budaya Jepang dan Toraja ... 62

4.4 Perbandingan Ritual Dalam Penanaman Hingga Panen Yang Dilakukan . 65 4.4.1 Perbandingan Kegiatan Yoshiku (予祝) dan Mangkaro kalo’ ... 66

4.4.2 Tauesai (田植祭) dan Mantanan ... 69

4.4.3 Ikuseikigan (生育祈願) dan Matorak ... 74

4.4.4 Kariagesai (刈上祭) dan Ma’pare ... 78

4.4.5 Shuukakukanshasai dan Medatu ... 80

BAB V SIMPULAN ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... x

SINOPSIS ... xiii

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kata “kebudayaan” merupakan sebuah kata yang sangat akrab di telinga setiap orang, setiap kali mendengar kata ini orang-orang pasti berpikir akan ha-hal yang berhubungan dengan tradisi, adat-istiadat, tata krama dan lain-lain yang menjadi ciri khas dari setiap masyarakat. Memang hal itu benar tetapi kebudayaan tidaklah sesempit itu pengertiannya. Sebagai realitas empiris kebudayaan merupakan fenomena yang multikompleks. Sebagai konsep, kebudayaan hanya ada dalam pikiran manusia dan merupakan bagian yang terpenting dalam upaya memahami relitas eksistensi manusia yang kompleks dan paradoksal, namun menyangkut semua orang tanpa kecuali.

(20)

2

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam ilmu kajian Antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.

Manusia adalah makhuk bio-psiko-sosial-transendental yang respon terhadap alam dan kebudayaan sebagai hasil dari upaya manusia terhadap alam. Untuk bertahan hidup manusia perlu makanan, dan makanan adalah kebutuhan utama bagi manusia, baik rakyat jelata maupun raja. Pada umumnya hampir sebagian belahan bumi ini penduduknya memiliki makanan utama yang sama yaitu beras. Di negara-negara benua Asia, beras adalah makanan utama dalam kehidupan sehari-hari yang sudah menjadi bagian yang tidak terpisakan dari kehidupan mereka bahkan beras merupakan pemberian yang berharga dan tidak boleh disia-siakan. Di India, beras digunakan sebagai hadiah yang dipersembahan kepada sang suami pada malam pengantin, di China nasi tidak boleh dijatuhkan meskipun sebutir dan sang ibu akan marah kepada si anak yang menjatuhkan sebutir nasi ke lantai, di Indonesia sebutir beras tidak boleh disia-siakan karena di dalamnya terdapat hasil sebuah kerja keras. Beras merupakan sumber dan lambang kehidupan bagi sebagaian masyarakat Asia.

(21)

3

日本人は米を神聖な物と考え、神事や儀式にもよく使った。

Nihon jin wa kome wo shinseina mono to kangae, shinji ya gishiki ni moyoku tsukatta.

Orang Jepang berpikir bahwa beras adalah benda yang suci, sering dipakai pada ritual penyembahan dewa.

(Nihongo Jurnal, 1994:2) Beras bukanlah sekedar sebuah produk penting pertanian saja, tapi juga secara simbolis merupakan bagian dari kebudayaan Jepang. Sebagaimana makanan pokok dalam masyarakat lain, beras dipergunakan dalam berbagai produk pangan olahan dan juga memegang peranan penting dalam kehidupan keagamaan sehingga pengaruhnya memang lebih jauh daripada peranan pentingnya sebagai sumber gizi. Bahkan dalam sistem keluarga besar orang Jepang di masa lampau mencerminkan keterkaitannya dengan budidaya padi yang memerlukan banyak tenaga, pembinaan sistem irigasi, serta kerja sama komunal.

Banyak dalam kata-kata bahasa Jepang yang terkait dengan beras serta produk sampingnya, seperti o-kome (butiran beras), dan o-sake (arak beras) semua dengan awalan “o” yang biasanya ditambah pada nama benda yang dihormati. Penggunanaan demikian mencerminkan status khusus dan bahkan suci yang diberikan kepada padi dan butiran padi sejak dahulu kala dan banyak orang Jepang yang enggan menbuang-buang nasi. Semangkok nasi dipandang sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar sumber karbohidrat.

(22)

4

berharga dan berarti yang diberikan oleh Tuhan lewat perantaran dewa dewi yang dipercayai masyarakat Indonesia pada zaman dulu. Di seluruh pelosok negeri ini terdapat beraneka ragam suku, yang menjadikan beras sebagai makanan yang paling berharga bagi kehidupan mereka. Setiap dari mereka memiliki cerita yang beragam dan unik tentang bagaimana mereka menjadikan beras sebagai makanan yang utama bagi mereka.

Provinsi Sulawesi Selatan adalah satu dari sekian banyaknya provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di 0°12' - 8° Lintang Selatan dan 116°48' - 122°36' Bujur Timur. Luas wilayahnya 62.482,54 km². Provinsi ini berbatasan dengan timur jenis suku yang hidup menetap di sana, dan salah satunya adalah suku Toraja. Suku Toraja atau yang dikenal dengan sebutan Tator merupakan suku yang menetap di pegunungan bagian utara ritual pemakaman, rumah adat Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting.

(23)

5

dalam hidup mereka, beras tidak boleh dibuang-buang, diinjak ataupun dilangkahi. Karena beras merupakan hal yang penting dan berarti, maka penghormatan yang diberikan masyarakat Toraja terhadap beras sangat tinggi.

Dalam setiap proses yang dilakukan, mulai dari menanam padi, memotong padi, menjemur padi, menumbuk padi, menaruh padi di lumbung, dan mengambil padi dari lumbung, merupakan ritual yang harus dilakukan dan tidak boleh sembarangan melakukan hal tersebut, setiap pekerjaan tersebut memiliki sebutan tersendiri mulai dari mangkaro kalo, mantanan, ma’torak, ma’pare dan medatu. Setiap kali melakukan hal-hal tersebut terdapat aturan-aturan yang harus dilakukan yang tidak tertulis tetapi diwariskan secara turun-temurun. Karena beras adalah hal yang sangat berharga dan memiliki nilai yang sangat tinggi, sering kali juga dijadikan sebagai alat pembayaran. Beras menjadi bagian dari kehidupan, sumber kehidupan, dan bagian yang utama dalam kedua masyarakat Jepang dan Toraja.

(24)

6 1.2 Pembatasan masalah

Untuk memahami pembahasan yang akan dilakukan penulis, maka dibuatlah pembatasan masalah dalam penulisan ini:

1. Kapan awal mulanya beras dibudidayakan di Jepang dan Toraja? 2. Bagaimana peranan beras di dalam kepercayaan asli masyarakat

Jepang dan Toraja?

3. Ritual apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Jepang dan Toraja dalam membudidayakan beras?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari pembahasan ini yaitu untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara masyarakat Jepang dan Tana Toraja dalam memaknai beras sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

1.4 Metode dan Pendekatan

(25)

7

menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya fenomena tertentu. Metode ini meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskiripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Dalam pendekatan ini, data yang akan dibandingkan terlebih dulu dijabarkan dan dideskripsikan. Metode deskriptif yang digunakan dalam mendeskripsikan data, menurut Whitney (1960) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena-fenomena tertentu. Pendekatan komparatif bersifat ex post facto artinya, data dikumpul setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.

(26)

8

deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu penelitian, dan hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan baik dalam memgumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta studi kepustakaan yang dilakukan. Dedukasi logis harus jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika kerangka teoritis itu telah dikembangkan. Sedangkan kriteria khusus yaitu prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam nilai (value) dan fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah mengenai masalah status.

Langkah-langkah dalam studi komparatif adalah sebagai berikut, pertama harus merumuskan dan mendefinisikan masalah, jajaki refrensi-refrensi yang ada, kemudian rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-asumsi yang digunakan dan buat rencana penelitian. Dalam rancangan penelitian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama pilih subjek yang digunakan dalam teknik pengumpulan data yang diinginkan, kedua kategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut atau hal-hal lain sesuai dengan masalah yang ingin dipecahkan. Lakukan uji hipotesa, buat interpretasi yang tepat, buat generalisasi, kesimpulan, dan yang terakhir, susunlah laporan dengan cara penulisan ilmiah.

(27)

9

(28)

10 1.5 Organisasi penulisan

Penulis penelitian ini akan membagikan ke dalam empat bab dengan organisasi penulisan sebagai berikut;

Bab I membahas tentang pendahuluan yang mana di dalamnya terdapat latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode yang digunakan dalam hal ini pendekatan, dan organisasi penulisan.

Bab II membahas tentang beras sebagai makanan pokok bagi kehidupan masyarakat Jepang, sejarah penanaman padi di Jepang, beras dalam kepercayaan Jepang, dan ritual yang dilakukan dalam penanaman hingga panen padi.

Bab III membahas tentang beras sebagai makanan pokok bagi kehidupan masyarakat Toraja, sejarah penanaman padi di Toraja, beras dalam kepercayaan Toraja, dan ritual yang dilakukan dalam penanaman hingga panen padi.

Bab IV membahas tentang perbandingan beras sebagai makanan pokok, sejarah penanaman padi di Jepang dan Toraja, beras dalam kedua kepercayaan masyarakat Jepang dan Toraja Shinto dan Aluk To’Dolo, dan perbandingan ritual dalam penanaman hingga panen padi yang dilakukan.

(29)

86 BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh penulis mengenai perbandingan beras di dalam budaya masyarakat Jepang dan Toraja, maka penulis melihat adanya persamaan dan perbedaan di dalam setiap kegiatan, sejarah dan kepercayaan di dalam masyarakat Jepang dan Toraja. Maka penulis pun menyimpulkan bahwa di dalam kehidupan masyarakat Jepang dan Toraja, beras merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penting dari kehidupan mereka. Budidaya beras sudah dilakukan oleh masyarakat Jepang dan Toraja sejak dulu dan kedua masyarakat ini sama-sama menjadikan beras sebagai pangan utama dan penting dalam kehidupan mereka. Budi daya beras sebagai makanan pokok bagi kedua masyarakat ini terus berlanjut dari waktu ke waktu.

(30)

87

makanan pokok masyarakat setempat. Budidaya beras di Jepang dan Toraja sudah dimulai dari zaman prasejarah meskipun dalam rentang waktu yang sedikit berbeda tetapi masih dalam periode yang sama.

Seiring dengan perkembangan zaman, beras terus dibudidayakan dan berkembang bahkan beras mendapatkan posisi di dalam kepercayaan masyarakat Jepang dan Toraja. Bagi masyarakat Jepang dan Toraja sesuatu yang memiliki kaitan dengan kehidupan merupakan hal yang sangat penting karena untuk terus bisa hidup dibutuhkan makanan maka beras merupakan makanan yang dapat memberikan energi bagi tubuh untuk dapat melanjutkan kehidupan mereka. Masyarakat Jepang dan Toraja juga meyakini jika beras merupakan pemberian langsung dari dewa yang ada di dalam kepercayaan mereka yaitu Shinto dan Aluk to’dolo dan segala sesuatu yang berasal dari dewa merupakan hal yang sangat berharga. Keyakinan yang dipegang oleh kedua masyarakat ini sangat kuat sehingga detail tentang beras tidak lepas dari kedua kepercayaan ini. Bagaimana beras mendapatkan peranan yang sangat penting dalam masyarakat Jepang dan Toraja bisa juga dilihat dalam ritual daijousai yang dilakukan oleh Tennou yang merupakan kepala negara dan dalam ritual ma’bua oleh to’minna sebagai pendeta adat. Selain sebagai makanan pokok, beras juga dijadikan

persembahan sesajian kepada para dewa.

(31)

88

panjang dalam mendapatkan beras yang diperlukan oleh masyarakat Jepang dan Toraja. Karena dalam penanaman padi dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk bertumbuh dan dibutuhkan pemeliharan dalam setiap tahapnya maka dalam setiap tahapan penanaman pun dilakukan banyak kegiatan yang disertai dengan kepercayaan kedua masyarakat ini. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah yoshiku dan mangkaro kalo’ (persiapan awal dan mendoakan padi-padi yang akan ditanam), tauesai dan mantanan (menanam padi), ikuseikigan dan ma’torak (penjagaan padi), kariegesai dan ma’pare (persiapan panen dan panen padi), dan shuukakukanshasai dan medatu (perayaan yang dirayakan bersama-sama atas rasa syukur dan terima kasih yang dinaikkan kepada para dewa). Banyak doa dan ritul yang terus dilakukan agar padi bisa tetap bertumbuh dengan baik maka beras yang dihasilkan juga banyak.

(32)

x

DAFTAR PUSTAKA

Manta’, Yohanis. (2011). Sastra Toraja Kumpulan Kada-kada To Minaa dalam Rambu Tuka’-Rambu Solo. Rantepao: PT. Sulo

Buku

Saludung, Julius-Kendenan Estriaty S. (2010). Randanbatu Dalam Pusaran Sejarah Toraja. Rantepao; PT. Sulo

Van de Loosdrecht, Antohonia A. ( 2005). Dari Benih Terkecil, Tumbuh Menjadi Pohon. Jakarta: Percetakan SMT Grafika Desa Putera

Kusumohamidjojo, Budiono. (2009). Filsafat Kebudayaan; Proses Realisasi Manusia. Bandung: Percetakan Jalasutra

Buijs, Kees. (2009). Kuasa Berkat; Dari Belantara dan Langit. Jakarta: Penerbit Ininnawa Kosaido. 1997. Japan As It Is. Tokyo: Gakken Co., LTD

Kinda, Ichikyousuke. (1995). 新明解国語辞典. Tokyo: Sanshoudou

Mukhlis- Poelinggomang, E.-Kallo, A.M.-Sulisto, B.-Thosibo, A.& Maryam, A. (1995). Sejarah Kebudayaan Sulawesi. Jakarta: Proyek Invertarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional

Azis Said, Abdul. (2004). Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional Toraja. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Eppang, Moses. (1990). Passomba Tedong (Upacara Keselamatan Masyarakat Toraja). Jakarta: Proyek Invertarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional

Kenny, Don. (1997). Japan As I See It. Tokyo, Japan: NHK Overseas Broadcasting Department Kodansha International. (1996). 日本の心. Tokyo: Dainippon Insatsu Kabushiki

Kodansha International. (1986). Visual Human Life The日本. Tokyo: Dainippon Insatsu Kabushiki

Kurahashi, Kisatsugu. (1989). 日本祭りと年中行事事典. Tokyo: Dainippon Insatsu Kabushiki Reader, Ian-Andreasen, S.& Finn. (1993). Japanese Religions Past & Present. England: Japan

Library

Dunn, Charles J. (1969). Everyday Life in Tradisional Japan. Tokyo: Tuttle Publishing

(33)

xi

Reischauer, Edwin O. (1982). Manusia Jepang. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan

Japan Echo Inc., Moto Akasaka Bldg. (1989). Jepang Dewasa Ini. Tokyo, Jepang: International Society for Educational Information

Kodansha International .(1996). 日本の心日本の心.Tokyo: Dainippon Insatsu Kabushiki NHK Overseas Broadcasting Department. (1997). 日本の文化Tokyo: Kondansha International

Ltd.

Inohana, Takayuki. (2002). Mengerti Bahasa dan Budaya Jepang. (Edizal, Penerjemah). Padang: Penerbit Kayupasak

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Sulawesi Selatan. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah

Volkman, Toby Alice (1985). FEASTS OF HONOR: Ritual and Change in the Toraja Highlands. Illinois: University of Illinois Press

Poesponegoro, Marwati D. & Nugroho. (2008) Sejarah Nasional Indonesia I (Cetakan ke-2 Edisi Pemutakhiran). Jakarta: Balai Pustaka

Bigalke, Terance W. (2005). TANA TORAJA (A Social History of an Indonesian People). Singapore: NUS Publishing

Kobong, Theodorus. (2008). INJIL DAN TONKONAN (Inkarnasi, Kontekstualisasi, Transformasi). Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Volkman, Toby Alice. (1985). FEASTS OF HONOR: Ritual and Change in the Toraja Highlands. Illinois: University of Illinois Press

Clement, William M. (1988). Religion, Aging, and Health: A Global Perspective. London: The Haworth Press, Inc.

Plutschow, Herbert E. (1996). Matsuri: The Festival of Japan. London: Japan Library Nazir, Mohammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Aneka Jepang. (1997). Beras, Bagian dari Kehidupan Sehari-hari. Jakarta: Kedutaan Besar Jepang No. 269/1997

(34)

xii

Toshihide, Aikawa. (1994).日本の米市場。 Vol.2 hal. 17-23 Artikel Jurnal

Wanayasa. Padi Bagi Orang Jepang. No.285/ 2000 (16 April 2011) Internet

Fox (3 Maret 2012)

Fox (3 Maret 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang dipaparkan sebelumnya oleh penulis bahwa pendaftaran Toarco Toraja oleh Key Coffee (Perusahaan Jepang) sebagai merek dagang merupakan perlanggaran terhadap

Tindakan permintaan maaf adalah tindakan yang sangat penting dan sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Jepang, perlu dipelajari bagaimanakah meminta maaf

Keinginan wanita Jepang untuk memiliki barang-barang buatan luar negeri yang mahal membuat mereka harus bekerja lebih keras demi mendapatkan uang, dan jalan untuk

Dan bagi masyarakat Jepang juga keramik memiliki nilai seni yang sangat. tinggi dan yakin dari setiap corak keramik yang ada memilki arti

Pada 2012, Jepang membuat sebuah kebijakan yaitu Cool Japan Strategy yang mana kebijakan ini di harapkan dapat membangun kembali perekonomian negara Jepang serta

Sebagai sebuah satuan unit terkecil dari organisasi masyarakat, keluarga menjadi tempat pertama seorang anak laki- laki Jepang mendapatkan pendidikan keluarga agar

Dr. Ahmad Shiozaki Yuri mengatakan bahwa di Jepang orang-orangnya gila kerja. Tetapi itu malah membuat mereka stres. Hidup mereka hampa, materi yang dikumpulkannya tidak

Karena terjadi peningkatan teknologi informasi secara pesat dan beberapa peristiwa penting di Jepang pada tahun 1990-an, maka tahun 1990-an dianggap sebagai masa yang penting, dan dalam