• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Antibakteri Beberapa Cairan Perawatan Lensa Kontak Terhadap Pseudomonas aeruginosa In Vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Antibakteri Beberapa Cairan Perawatan Lensa Kontak Terhadap Pseudomonas aeruginosa In Vitro."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI BEBERAPA CAIRAN PERAWATAN LENSA KONTAK TERHADAP Pseudomonas aeruginosa IN VITRO

Rizka Aprilia Irianti, 2011. Pembimbing I : Fanny Rahardja, dr., M. Si. Pembimbing II: Joshua A.S, dr., FIACLE

Pengggunaan lensa kontak semakin meningkat sebagai alternatif kacamata. Peningkatan jumlah pengguna lensa kontak juga meningkatkan risiko penyakit infeksi terkait lensa kontak seperti keratitis dan ulkus kornea Pseudomonas aeruginosa. Cairan perawatan lensa kontak digunakan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi mata terkait lensa kontak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antibakteri beberapa cairan perawatan lensa kontak terhadap Pseudomonas aeruginosa in vitro.

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental laboratorik dengan metode pour plate method dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah CFU/ml Pseudomonas aeruginosa yang tumbuh setelah dilakukan disinfeksi dalam empat merk cairan perawatan lensa kontak yang berbeda dalam waktu tertentu setiap dua minggu selama dua belas minggu.

Hasil yang didapatkan adalah keempat cairan perawatan lensa kontak efektif terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa in vitro. Analisis data dengan anava didapatkan tidak ada perbedaan signifikan dari pertumbuhan bakteri antar cairan perawatan lensa kontak (p > 0,05).

Secara umum kandungan disinfektan dalam cairan perawatan lensa kontak dapat mempertahankan efektivitasnya selama periode optimal yang tertera pada kemasan.

(2)

ABSTRACT

THE ANTIBACTERIAL EFFECTIVENESS OF CONTACT LENS SOLUTIONS AGAINST Pseudomonas aeruginosa IN VITRO

Rizka Aprilia Irianti, 2011. Tutor I : Fanny Rahardja, dr., M. Si. Tutor II: Joshua A.S, dr., FIACLE

Contact lens wear is increasing as an alternative to spectacles. Rise in number of contact lens wearer increase the risk of contact lens-related infectious disease such as keratitis and Pseudomonas aeruginosa corneal ulcer. Contact lens solution is used to prevent contact lens-related eye infection.

The purpose of this study was to determine the antibacterial effectiveness of contact lens solutions against Pseudomonas aeruginosa growth in vitro.

This was a prospective laboratory experimental study with pour plate method and by observing the number of CFU / ml Pseudomonas aeruginosa that grew after disinfection treatment in four brands of contact lens solution within a certain time every fortnight in twelve weeks period.

The results obtained that all contact lens solutions was effective against Pseudomonas aeruginosa growth in vitro. Data analysis with anava found that there were no significant differences of bacteria growth among contact lens solution (p > 0,05).

In general, disinfectant in contact lens solution can maintain optimum effectiveness during the period indicated on the packaging.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademik ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 4

1.4.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4.4 Hipotesis Penelitian ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

(4)

2.1.1 Kornea. ... 7

2.2 Fisiologi Mata ... 10

2.2.1 Mekanisme Penglihatan.. ... 10

2.2.2 Akomodasi ... 10

2.2.3 Proteksi Mata ... 11

2.3 Pseudomonas aeruginosa ... 11

2.3.1 Morfologi dan Identifikasi ... 13

2.3.2 Struktur Antigenik dan Toksin ... 14

2.3.3 Patogenesis ... 14

2.3.4 Temuan Klinis ... 15

2.4 Infeksi Mata Terkait Lensa Kontak ... 16

2.4.1 Mekanisme Pertahanan Kornea terhadap Infeksi... 16

2.4.2 Diagnosis Morfologi Lesi Korneal ... 16

2.4.2.1 Keratitis Epitelial ... 16

2.4.2.2 Keratitis Subepitelial ... 17

2.4.2.3 Keratitis Stromal ... 17

2.4.2.4 Keratitis Endotelial ... 17

2.4.3 Ulkus Kornea Infeksius ... 17

2.4.3.1 Ulkus Kornea Pseudomonas aeruginosa ... 18

2.5 Kelainan Refraksi dan Alat Bantu Penglihatan... 19

2.5.1 Refraksi Normal ... 19

2.5.2 Kelainan Refraksi ... 20

2.5.2.1 Hiperopia ... 20

2.5.2.2 Miopia ... 20

2.5.2.3 Astigmatisme ... 21

2.5.2.4 Kelainan Refraksi Kombinasi ... 22

2.5.2.5 Anisometropia ... 22

(5)

2.5.4 Indikasi Lensa Kontak ... 25

2.5.5 Perawatan Lensa Kontak ... 26

2.5.6 Penyulit Lensa Kontak ... 27

2.6 Antiseptik dan Disinfektan ... 28

2.6.1 Definisi ... 28

2.6.2 Mekanisme Kerja Berbagai Antiseptik dan Disinfektan... 29

2.6.2.1 Biguanides ... 29

2.6.2.2 Alkohol ... 31

2.6.2.3 Aldehid ... 31

2.6.2.4 Anilides ... 32

2.6.7 Surfaktan ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Subjek Penelitian ... 35

3.1.1 Bahan Penelitian ... 35

3.1.2 Subjek Penelitian ... 35

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.2 Metode Penelitian... 36

3.2.1 Desain Penelitian ... 36

3.2.2 Variabel Penelitian ... 36

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 36

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 37

3.2.3 Prosedur Penelitian ... 37

3.2.3.1 Persiapan Mikroba Uji ... 37

3.2.3.2 Sterilisasi Alat... 37

3.2.3.3 Persiapan Media Agar ... 37

3.2.3.4 Persiapan Bahan Uji ... 38

3.2.3.5 Persiapan Mikroorganisme Uji ... 38

3.2.3.6 Pembuatan Suspensi Mikroorganisme... 38

3.2.3.7 Prosedur Kerjas... 39

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 41

4.1.1 Uji Statistik ... 43

4.2 Pembahasan ... 43

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ... 50

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Mata ... 7

Gambar 2.2 Biofilm dari Pseudomonas aeruginosa ... 13

Gambar 2.3 Pseudomonas aeruginosain in vitro ... 14

Gambar 2.4 Ulkus Kornea Pseudomonas aeruginosa ... 18

Gambar 2.5 Struktur Molekuler PHMB ... 31

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Berbagai Merek Cairan Perawatan Lensa Kontak yang Digunakan

dan Kandungannya ... 50

Lampiran 2 ANAVA Jumlah Rata-rata Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa

pada Berbagai Cairan Perawatan Lensa Kontak Setiap

(10)

Lampiran 1. Berbagai Merek Cairan Perawatan Lensa Kontak yang Digunakan

dan Kandungannya

Merek Cairan Produsen Disinfektan Surfaktan Buffer Lubrikan Kandungan lainnya

C Advanced

Medical Optics, Ireland PHMB (polyhexa-methylene biguanide 0,0001%) Poloxamer 257

Phosphate HPMC Potassium

chloride,

Sodium

chloride,

edetate

disodium

F Polytouch

Co., South

Korea

PHMB Poloxamin Boric

Acid

Borax

HPMC Sodium

chloride,

Etidronate

4Na, EDTA

R Bausch &

Lomb Ltd., New Zealand Polyamino-propyl biguanide

Poloxamin Boric acid Hydranate,

potassium

chloride

S CIBA

(11)

Lampiran 2. ANAVA Jumlah Rata-rata Pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa

pada Berbagai Cairan Perawatan Lensa Kontak Setiap Minggu

Sum of

Squares df Mean Square F F(3,24)0,05 p

Between groups 8 x 109 3 2704216499 2.063 3.009 0.132

Within groups 3 x 1010 24 1310917209

(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Rizka Aprilia Irianti

NRP : 0810048

Tempat dan Tanggal Lahir : Jayapura, 11 April 1991

Alamat : Komp. Pemda Jatiasih Jl. Arjuna III/02, Bekasi

Riwayat Pendidikan :

TK YBPK GKJW Suwaru, 1994

SD Pamardi Yuwana Bhakti Pondok Gede, 1996

SLTP Pamardi Yuwana Bhakti Pondok Gede, 2002

SMA Marsudirini Bekasi, 2005

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lensa kontak merupakan salah satu alat koreksi kelainan refraksi sebagai

alternatif kacamata. Banyak orang memilih lensa kontak karena alasan estetis dan

area pandangnya yang lebih baik dari kacamata. Alasan lain penggunaan lensa kontak

karena lebih sesuai untuk aktivitas olahraga tertentu dan indikasi terapeutik seperti

aniseikonia dan keratokonus yang tidak dapat dikoreksi secara akurat dengan

kacamata (Kalaiyarasan, 2004).

Data dari Contact Lens Council di Amerika Serikat pada tahun 1992 terdapat

lebih dari 26 juta pengguna lensa kontak dengan alasan kosmetis dan kurang dari 1

juta pengguna lensa kontak untuk alasan medis (Liesegang, 1997). Sekarang

diperkirakan ada lebih dari 85 juta pengguna lensa kontak di seluruh dunia (Loh,

2010).

Penggunaan lensa kontak mengakibatkan perubahan fisiologis yang signifikan

pada metabolisme, struktur epitel dan endotel kornea, serta kadar oksigen dan

karbondioksida pada stroma kornea yang dapat menyebabkan komplikasi pada mata.

Berbagai komplikasi terutama disebabkan oleh keadaan hipoksia (Kalaiyarasan,

2004) dan terbentuknya celah pada epitel kornea yang memudahkan masuknya

agen-agen infeksi ke dalam jaringan kornea (Loh, 2010).

Infeksi yang sering terjadi karena penggunaan lensa kontak yaitu keratitis

mikrobial dan ulkus kornea. Dalam suatu penelitian yang dilakukan pada tahun 1950

(14)

2

secara langsung dengan pemakaian lensa kontak (Liesegang, 1997). Insidensi dari

keratitis mikrobial terkait penggunaan lensa kontak bervariasi dari 1,8-2,44 per

10.000 pengguna lensa kontak pertahun. (Moriyama, 2008).

Keratitis pada pengguna lensa kontak paling sering disebabkan oleh

Pseudomonas aeruginosa yang merupakan 70% dari seluruh kultur positif. Organisme penyebab lainnya termasuk bakteri Gram negatif seperti Serratia

marcescens, Proteus sp., dan Pseudomonas sp. lainnya. Sedangkan bakteri Gram positif penyebab keratitis mikrobial terkait lensa kontak didominasi oleh

Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. (Stapleton, 1995; Moriyama, 2008; Loh, 2010).

Peningkatan insidensi keratitis terkait lensa kontak sering dihubungkan dengan

kurangnya higiene pengguna lensa kontak. Namun, dalam suatu penelitian dibuktikan

bahwa kurangnya higiene pemakai lensa kontak tidak secara signifikan

mempengaruhi insidensi keratitis mikrobial. Dalam studi tersebut, 9 dari 16 penderita

keratitis terkait lensa kontak yang diteliti memiliki tingkat higiene yang baik dan

mematuhi semua syarat perawatan dan pemeliharaan lensa kontak. Dalam penelitian

tersebut didapatkan bahwa insidensi keratitis terkait lensa kontak tidak memiliki

hubungan bermakna dengan tingkat higiene dan kepatuhan (compliance) penderita

(Stapleton, 1995). Dari penelitian lainnya didapatkan adanya kontaminasi cairan

perawatan lensa kontak oleh bakteri patogen (Stapleton, 1995; Yung, 2007; Willcox,

2010).

Hal ini mengindikasikan adanya kemungkinan faktor risiko lainnya dari infeksi

mata terkait lensa kontak, yaitu tidak efektifnya sistem perawatan lensa kontak, untuk

(15)

3

Atas dasar tersebut penulis meneliti tentang efektivitas cairan perawatan lensa

kontak dengan terhadap Pseudomonas aeruginosa selama periode yang tercantum

pada kemasan yaitu 3 bulan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan

identifikasi masalah sebagai berikut :

- apakah ada perbedaan bermakna pada jumlah bakteri yang tumbuh di antara

cairan perawatan lensa kontak yang diuji?

- apakah cairan perawatan lensa kontak efektif terhadap pertumbuhan

Pseudomonas aeruginosa secara in vitro selama periode 3 bulan?

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk menurunkan insidensi keratitis mikrobial dan

ulkus kornea yang berhubungan dengan penggunaan lensa kontak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan

pada pertumbuhan koloni Pseudomonas aeruginosa di antara cairan perawatan lensa

kontak yang diuji dan apakah cairan perawatan lensa kontak efektif terhadap

pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa secara in vitro.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk dapat memberikan masukan

maupun informasi tentang efektivitas disinfektan yang digunakan sebagai cairan

(16)

4

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat pengguna lensa kontak akan kemungkinan adanya bahaya infeksi mata

yang ditularkan melalui cairan perawatan lensa kontak.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Cairan perawatan lensa kontak memiliki jangka waktu pemakaian yang

tercantum dalam kemasan masing-masing produk, yang umumnya adalah 3 bulan.

Hal ini berarti cairan perawatan lensa kontak memiliki daya disinfeksi optimal selama

digunakan dalam periode tersebut. Namun dalam prakteknya kontaminasi mikroba

masih sering ditemukan.

Penurunan efektivitas antibakterial cairan perawatan lensa kontak dapat

mengakibatkan terjadinya kontaminasi bakteri pada cairan tersebut dan mengalami

resistensi. Hal ini menyebabkan bakteri tersebut dapat membentuk suatu lapisan

biofilm baik pada tempat penyimpanan maupun pada lensa kontak. Biofilm yang

terbentuk merupakan suatu barrier yang efektif terhadap proses antimikrobial dari

cairan perawatan lensa kontak sehingga dapat dengan mudah ditransmisikan dari

lensa kontak ke mata dan berpotensi mengakibatkan infeksi pada mata seperti

keratitis mikrobial (Boost, 2006).

Cairan perawatan lensa kontak mengandung agen anti mikrobial yang dapat

membunuh bakteri dan mikroorganisme lainnya yang berpotensi menyebabkan

infeksi pada mata. Salah satu jenis antimikroba utama dalam cairan perawatan lensa

(17)

5

1.5.2 Hipotesis Penelitian

H0 : Cairan perawatan lensa kontak efektif terhadap pertumbuhan Pseudomonas

aeruginosa in vitro.

H1 : Cairan perawatan lensa kontak tidak efektif terhadap pertumbuhan

Pseudomonas aeruginosa in vitro.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental laboratorik dengan menggunakan

pour plate method untuk menghitung jumlah CFU/ml Pseudomonas aeruginosa yang dapat tumbuh setelah dilakukan disinfeksi dengan cairan perawatan lensa kontak.

Sampel yang digunakan adalah 4 jenis cairan perawatan lensa dengan formulasi yang

berbeda. Keempat sampel tersebut dibuka pada saat yang bersamaan dan dibuka

setiap hari sebagai simulasi penggunaan yang sebenarnya. Sampel kemudian diuji

efektivitasnya setiap dua minggu selama dua belas minggu terhadap biakan

Pseudomonas aeruginosa. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata pertumbuhan bakteri antar keempat jenis cairan lensa kontak setiap minggu dilakukan

analisis statistik dengan one way analysis of variance (ANAVA) dengan derajat

kemaknaan (level of significance) α = 0,05.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobologi Fakultas Kedokteran

(18)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Tidak ada perbedaan bermakna pada jumlah bakteri yang tumbuh di antara keempat cairan perawatan lensa kontak.

 Secara umum cairan lensa kontak yang diuji dapat mempertahankan efektivitasnya terhadap Pseudomonas aeruginosa selama periode 3 bulan.

5.2 Saran

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut tentang efektivitas cairan perawatan lensa kontak dengan mikroorganisme

uji yang berbeda.

 Untuk mengetahui efektivitas cairan lensa kontak sesuai penggunaan sebenarnya sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan

lensa kontak.

 Sebaiknya dilakukan penelitian tentang efektivitas cairan perawatan lensa kontak dengan menggunakan sampel yang lebih besar.

 Bagi pengguna lensa kontak, kebersihan dan kepatuhan dalam proses perawatan lensa kontak sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Boost M., Cho P., Lai S. 2006. Efficacy of multipurpose solutions for rigid gas

permeable lenses. Ophthal Physiol Opt 26: 468-475.

Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A. 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical

Microbiology. 23th ed. United States: McGraw Hill. p. 266-270.

Cano-Parra J., Bueno-Gimeno I., Lainez B., Cordoba J., Montes-Mico R. 1999.

Antibacterial and antifungal effects of soft contact lens disinfection solutions.

Contact Lens and Anterior Eye 22(3): 83-86.

Dada V.K., Mehta M.R. 1988. Sterilization potential of contact lens solutions. Indian

J Ophthalmol 36:92-94.

Elkington A.R., Khaw P.T. 1995. ABC of Eyes. Terjemahan Waliban. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 30-35.

Ganong W.F. 2003. Review of Medical Physiology. 22nd ed. United States: McGraw

Hill. p. 155-172.

Hollwich F. 1993. Ophthalmology. Terjemahan Waliban. Jakarta: Binarupa Aksara.

p. 57-63.

James C. 2001. Update on soft contact lens solutions. Dispensing Optics 1:1-3.

(20)

48

Lavine J.B. 2001. The Eye Care Sourcebook. United States: McGraw Hill. p. 9-12.

Liesegang T.J. 1997. Contact lens-related microbial keratitis: Part I: epidemiology.

Cornea 16(2): 125-131.

Loh K.Y., Agarwal P. 2010. Contact lens-related corneal ulcer. Malaysian Family

Physician 1(5): 6-8.

McDonnell G., Russel AD. 1999. Antiseptics and disinfectants: activity, action, and

resistance. American Society for Microbiology 12:147-179

Mims C., Dockrell H.M., Goering R.V., Roitt I., Wakelin D., Zuckerman M. 2004.

Medical Microbiology. England: Elsevier. p. 343-345.

Moriyama A.S., Lima A.L.H. 2008. Contact lens-associated microbial keratitis. Arq

Bras Oftalmol 71(6): 32-36.

Mulder G.D., Cavorsi J.P., Lee D.K. 2007. Polyhexamethylene Biguanide (PHMB):

Biosynthesized Cellulose Wound Dressing Antimicrobial (BWD-PHMB). http://www.medscape.com/viewarticle/561512_4. 18 Agustus 2011.

Riordan-Eva P., Whitcher J.P. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology.

17th ed. United States: McGraw Hill.

Stapleton F., Dart J.K.G., Seal D.V., Matheson M. 1995. Epidemiology of

(21)

49

The International Association of Contact Lens Educators. 1997. The IACLE Contact

Lens Course Module 1. 1st ed. Australia.

Willcox M.D.P, Carnt N., Jennie D., Naduvilath T., Evans V. 2010. Contact lens case

contamination during daily wear of silicone hydrogels. The Journal of

American Academy of Optometry 21:1-15.

Yung M.S., Boost M., Cho P., Yap M. 2007. Microbial contamination of contact

lenses and lens care accessories of soft contact lens wearers (university

students) in Hong Kong. Opthalmic Physiol Opt 27(1):11-21.

Zhu H., Thuruthyil S.J., Willcox M.D.P. 2002. Determination of quorum-sensing

signal molecules and virulence factors of Pseudomonas aeruginosa isolates

from contact lens-induced microbial keratitis. J Med Microbiol 51:

Referensi

Dokumen terkait

Teknik komunikasi seperti ini efektif juga digunakan oleh pembimbing manasik haji, sebab dalam proses bimbingan, seorang pembimbing manasik haji juga harus

Upaya Guru Dalam Menggunakan Metode Roll Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Di MIN Rejoso Peterongan Jombang Tahun Pembelajaran 2014/

Siklus biner sendiri merupakan siklus pembangkitan listrik yang dalam prosesnya menggunakan bantuan fluida sekunder atau fluida kerja bertitik didih rendah untuk mengoptimalkan

Jika keseimbangan bergeser, misalnya seorang pemimpin yang sangat jago dalam memotivasi timnya dimana ini adalah fungsi dari kepemimpinan, namun

Sedangkan uji perbedaan rata-rata posttest dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara kelompok sampel kelas yang menggunakan metode

Nasional Nomor 11 Tahun 2014, maupun Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,Menteri Kesehatan

Yang membedakan tipe bercerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa

Dokumen Asli yang dimaksud terdiri dari : SI UP, I UJK, TDP, Akte Pendirian/ Perubahan, Jaminan Penawaran, Bukti Pajak, Kontrak Asli untuk pengalaman sesuai