• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SEKOLAH DASAR."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh:

Heni Herawati NIM 1004148

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014

(2)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

Oleh Heni Herawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Heni Herawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

HENI HERAWATI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG CAHAYA DAN SIFAT-SIFATNYA MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING

DI KELAS V SEKOLAH DASAR

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs.Edi Hendri Mulyana, M.Pd NIP. 19600825 198903 1 002

Pembimbing II

Drs.H.Akhmad Nugraha, M.Si NIP.19591027 1986 11 1 001

Mengetahui

Ketua Pogram Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

(4)

ABSTRAK

Penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa tentang Cahaya dan Sifat-Sifatnya melalui Model Inkuiri Terbimbing Di Kelas V Sekolah Dasar didasarkan pada permasalahan yang terjadi di lapangan yang menunjukkan bahwa pada pembelajaran IPA masih berpusat pada guru karena tidak digunakannya model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung dalam membangun sendiri pengetahuannya, sehingga siswa menjadi pasif dan pemahaman terhadap materi kurang. Akibatnya hasil belajar yang diperoleh rendah. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui model Inkuiri Terbimbing, termasuk didalamnya meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan dan melaksanakan pembelajaran melalui model Inkuiri Terbimbing. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan model Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian merupakan seluruh siswa kelas V SDN Gunung Pereng 5 dengan jumlah siswa 25 orang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, catatan lapangan, dan tes. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dalam perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru, yaitu pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 73,51%, menjadi 84,82% pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing mencapai nilai rata-rata 72,5%, dengan keterlaksanaan penggunaan model mencapai nilai rata-rata 70% pada siklus I, menjadi 83,12% dengan keterlaksanaan penggunaan model mencapai nilai rata-rata 86% pada siklus II. Adapun dalam peningkatan hasil belajar siswa, pada siklus I hasil belajar siswa dalam aspek kogitif memperoleh nilai rata-rata pretest sebesar 48% dan postest sebesar 66,4% dengan rata-rata selisih nilai pretest-postest sebesar 18% menjadi 53% dalam nilai rata-rata pretest, 80,8% dalam nilai rata-rata posttest, dan 27,6% dalam rata-rata selisih nilai pretest-postest, pada aspek afektif nilai rata-rata mencapai 70% pada siklus I menjadi 96,6% pada siklus II, dan pada aspek psikomotor nilai rata-rata mencapai 60% pada siklus I menjadi 93,3% pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(5)

ABSTRACT

The research titled Improving Student Results on light and its properties through Guided Inquiry Model In Elementary School of Fifth Grade is based on problems that occur in the field which suggests that the science is still centered learning because teachers do not use instructional model that can involve students directly in constructing their own knowledge, so that students become passive and less understanding of the material. As a result, the obtained lower learning outcomes. This study was conducted to improve student learning outcomes through Guided Inquiry Model, including increasing the ability of teachers in planning and implementing learning through Guided Inquiry Model. The approach used in this study is a qualitative approach with a model of classroom action research, which consists of four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. The subject of research is around the fifth grade students of SDN Gunung Pereng 5 with student numbers of 25 people. Data was collected through observation, interviews, documentation, field notes, and tests. The results showed improvement in the learning plan created by the teachers, namely in the first cycle the average value obtained 73.51%, to 84.82% in the second cycle, the implementation of a model of learning by using Guided Inquiry reached an average value of 72, 5%, with adherence to the use of the model reaches an average of 70% in the first cycle, being 83.12% with adherence to the use of the model reaches an average value of 86% in the second cycle. As for the improvement of student learning outcomes, in the first cycle aspects of student learning outcomes in cognitive obtain an average value of 48% pretest and posttest was 66.4% with an average pretest-posttest difference in value by 18% to 53% in the average value the average pretest, 80.8% in the average value of the posttest, and 27.6% in average pretest-posttest difference in value, the affective aspect of the average value reached 70% in the first cycle to 96.6% in second cycle, and the psychomotor aspects of the average value reached 60% in the first cycle to 93.3% in the second cycle. Based on these results it can be concluded that the use of models of Guided Inquiry can improve

student learning outcomes.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN PENELITIAN A. Model Pembelajaran Inkuiri ... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri ... 9

2. Dasar Penggunan Model Pembelajaran Inkuiri ... 10

3. Ciri-ciri Model Pembelajaran Inkuiri ... 11

4. Komponen Model Pembelajaran Inkuiri ... 12

5. Jenis Model Pembelajaran Inkuiri ... 13

6. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 16

7. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri ... 20

(7)

vii

C. Pembelajaran IPA ... 26

D. Pembelajaran IPA tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya ... 29

1. Pemantulan Cahaya ... 29

2. Pemantulan Cahaya pada Cermin ... 31

E. Penggunaan Model Pembelajarn Inkuiri Terbimbing dalam Materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar ... 32

1. Perencanaan Pembelajaran ... 32

2. Pelakasanaan Pembelajaran ... 33

3. Evaluasi ... 33

F. Penelitian yang Relevan ... 34

G. Kerangka Pemikiran ... 35

H. Anggapan Dasar ... 36

I. Hipotesis Tindakan Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi... 38

B. Desain Penelitian ... 38

1. Orientasi dan Identifikasi Masalah ... 39

2. Perencanaan Tindakan Penelitian ... 40

3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 42

D. Definisi Opersional Variabel Penelitian ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 47

G. Teknik Pengumpulan Data ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 52

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 52

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 53

I. Fokus Tindakan ... 53

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 56

1. Keadaan Sekolah ... 56

2. Keadaan Guru ... 57

3. Keadaan Siswa... 57

B. Deskripsi Kegiatan Pra Tindakan ... 58

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60

1. Siklus I ... 60

a. Perencanaan Penelitian Tindakan Siklus I ... 60

b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus I ... 61

c. Observasi Penelitian Tindakan Siklus I ... 63

d. Refleksi Penelitian Tindakan Siklus I ... 72

e. Hipotesis Tindakan Siklus I... 75

2. Siklus II ... 78

a. Perencanaan Penelitian Tindakan Siklus II ... 78

b. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Siklus II ... 79

c. Observasi Penelitian Tindakan Siklus II ... 81

d. Refleksi Penelitian Tindakan Siklus II ... 89

e. Hipotesis Tindakan Siklus II ... 89

D. Pembahasan ... 90

1. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Merancang Perencanaan Pembelajaran menggunakan Model Inkuiri Terbimbing ... 90

2. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Mengelola Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan Model Inkuiri Terbimbing ... 92

3. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ... 95

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 99

(9)

ix

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Fase Model Inkuiri ... 17

Tabel 2. 2 Sintak Model Inkuiri Terbimbing ... 18

Tabel 3. 1 Pengelompokkan Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 49

Tabel 3. 2 Kategori Daya Pembeda Butir Soal ... 49

Tabel 4. 1 Hasil Refleksi Kegiatan Pra Tindakan ... 59

Tabel 4. 2 Data Perolehan Nilai Pretest dan Postest Siswa pada Siklus I ... 69

Tabel 4. 3 Data Perolehan Nilai Pretest dan Postest Siswa pada Siklus II ... 87

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Hukum Pemantulan Cahaya ... 30

Gambar 2. 2 Pemantulan teratur... 30

Gambar 2. 3 Pemantulan tidak teratur... 30

Gambar 2. 4 Pemantulan pada cermin datar ... 31

Gambar 2. 5 Pemantulan pada cermin cembung ... 31

Gambar 2. 6 Pemantulan pada cermin cekung ... 32

Gambar 2. 7 Bagan kerangka berfikir penelitian ... 36

Gambar 3. 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart ... 39

Gambar 4. 1 Grafik Peningkatan Kemampuan Guru membuat Perencanaan Pembelajaran dengan menggunakan Model Inkuiri Tebimbing . 92 Gambar 4. 2 Grafik Peningkatan Kemampuan Guru dalam mengelola Pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan Model Inkuiri Terbimbing ... 94

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Uji Coba Instrumen Penelitian... 105

Lampiran A. 1 Kisi-Kisi Uji Instrumen Tes ... 106

Lampiran A. 2 Soal Uji Coba Instrumen Tes ... 107

Lampiran A. 3 Hasil Uji Validitas ... 114

Lampiran A. 4 Hasil Uji Reliabilitas ... 115

Lampiran A. 5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 117

Lampiran A. 6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal... 118

Lampiran A. 7 Hasil Seleksi Butir Soal Instrumen Penelitian ... 119

Lampiran B Studi Pendahuluan ... 120

Lampiran B. 1 Hasil Wawancara ... 121

Lampiran B. 2 Nilai Pretest Siklus I dan Siklus II ... 123

Lampiran C Penelitian Siklus I ... 124

Lampiran C. 1 RPP Siklus I ... 125

Lampiran C. 2 Skenario Pembelajaran Siklus I ... 130

Lampiran C. 3 Materi Ajar ... 134

Lampiran C. 4 Media Pembelajaran... 135

Lampiran C. 5 Hasil Penelitian Siklus I ... 136

Lampiran C. 5.1 Hasil Pengisian LKS ... 137

Lampiran C. 5.2 Hasil Perolehan Nilai Siswa ... 144

Lampiran C. 5.3 Hasil Observasi RPP ... 148

Lampiran C. 5.4 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran... 157

Lampiran C. 5.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model ... 164

Lampiran C. 5.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 168

Lampiran C. 5.7 Hasil Catatan Lapangan ... 174

Lampiran C. 5.8 Hasil Wawancara ... 177

Lampiran C. 5.9 Hasil Uji Non Parametrik ... 178

Lampiran D Penelitian Siklus II ... 180

Lampiran D. 1 RPP Siklus II ... 181

(13)

xiii

Lampiran D. 3 Materi Ajar ... 189

Lampiran D. 4 Media Pembelajaran ... 191

Lampiran D. 5 Hasil Penelitian Siklus II ... 193

Lampiran D. 5.1 Hasil Pengisian LKS ... 194

Lampiran D. 5.2 Hasil Perolehan Nilai Siswa ... 200

Lampiran D. 5.3 Hasil Observasi RPP ... 204

Lampiran D. 5.4 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 213

Lampiran D. 5.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model ... 220

Lampiran D. 5.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 224

Lampiran D. 5.7 Hasil Catatan Lapangan ... 230

Lampiran D. 5.8 Hasil Wawancara ... 233

Lampiran D. 5.9 Hasil Uji Non Parametrik ... 234

Lampiran E. Dokumentasi ... 238

Lampiran E.1 SK Dosen Pembimbing Skripsi ... 239

Lampiran E.2 Surat Ijin Peneltian dari KESBANG ... 240

Lampiran E.3 Surat Ijin dari Dinas Pendidikan ... 241

Lampiran E.4 Surat Keterangan dari Kepala Sekolah ... 242

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan adalah hal yang penting bagi manusia. Manusia perlu mendapat pendidikan agar mencapai suatu kehidupan yang optimal, karena selama kehidupannya manusia akan tumbuh dan berkembang. Pendidikan dapat berlangsung dimana saja, salah satunya di sekolah. Di sekolah, guru memberikan pendidikan untuk siswanya. Pendidikan tentunya memiliki tujuan. Tujuan pendidikan tersebut yang akan menentukan ke arah mana peserta didik akan dibawa. Oleh sebab itu mutu pendidikan harus ditingkatkan.

Berbagai upaya banyak dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana, dan sebagainya. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, hal yang dapat dilakukan oleh guru salah satunya dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, setidaknya hal pertama yang harus dilakukan guru adalah menyusun perencanaan yang baik. “Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan” (Afifuddin, 2012, hlm. 77). Gaffar (dalam Afifuddin, 2012, hlm. 77) juga menyatakan bahwa ‘perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang ditentukan’. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan suatu kegiatan mempersiapkan segala hal yang dapat menunjang terhadap kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

Suatu perencanaan sangat perlu dilakukan dalam setiap kegiatan, begitu juga dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam belajar sehingga siswa dapat mencapai

(15)

2

tujuan yang sudah ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar Hamalik (dalam Hernawan, 2007, hlm. 3) yang mengungkapkan bahwa ‘pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran’. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam suatu pembelajaran terdapat kegiatan memilih suatu metode ataupun prosedur tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan. Kegiatan tersebut termasuk dalam perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang harus dipersiapkan oleh guru. Dalam menyusun perencanaan pembelajaran tersebut, yang dapat dilakukan guru diantaranya memilih model, metode, dan teknik serta semua perangkat pembelajaran yang akan digunakan, meliputi media, alat peraga, dan alat evaluasi. Perencanaan tersebut disusun agar siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan perencanaan yang matang, tidak menutup kemungkinan terciptanya pembelajaran yang efektif yang dapat mengoptimalkan seluruh potensi siswa. Departemen Pendidikan Nasional (2003, hlm. 7-11). menyatakan bahwa:

Pembelajaran yang efektif bercirikan mengutamakan makna dan hakikat belajar, berpusat pada siswa, belajar dengan mengalami, mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional, mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan, belajar sepanjang hayat, perpaduan kemandirian dan kerjasama.

Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang dalam pelaksanannya tidak hanya berupa penguasaan konsep saja, melainkan juga berupa proses penemuan. Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (2007, hlm. 13) disebutkan bahwa “pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah, serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup”. Hassard dan Dias (dalam Wenning, 2011, hlm. 9), juga menyatakan ‘science instruction should be active, experiential, constructivist, address prior knowledge, and include

(16)

3

nyata, memungkinkan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya, serta melibatkan siswa untuk bekerja secara berkelompok. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa selain menekankan pada pembelajaran penemuan, pembelajaran IPA juga harus bisa memberikan pengalaman langsung kepada siswa, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk menjelajahi dan berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Dalam proses tersebut, siswa dilibatkan untuk melakukan observasi ataupun melakukan percobaan. Dengan begitu, siswa akan lebih mudah dalam memahami materi ataupun dalam memecahkan masalah karena siswa terlibat langsung dengan pembelajaran, sehingga tidak menutup kemungkinan bagi siswa untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Pada kenyataannya, sering ditemukan dalam proses pembelajaran IPA daya serap siswa terhadap materi masih kurang sehingga diperoleh hasil belajar yang belum maksimal. Hal itu dikarenakan karena kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dimana pembelajaran berpusat pada guru dan jarang menggunakan model atau metode yang dapat mengaktifkan siswa dan melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak mempunyai akses untuk mengembangkan dirinya secara mandiri melalui proses penemuan dalam proses berfikirnya. Hal tersebut membuat mutu pendidikan IPA menjadi rendah.

(17)

4

metode ceramah. Dalam pembelajaran IPA, siswa jarang dilibatkan pada kegiatan praktikum dikarenakan keterbatasan waktu dan tuntutan target kurikulum. Akibatnya siswa menjadi pasif, karena peran siswa sebagai penerima materi saja. Hal tersebut membuat pemahaman siswa terhadap materi kurang, yang pada akhirnya berpengaruh pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Pembelajaran seperti itu sangat tidak baik dilakukan, terutama pada pembelajaran IPA, karena tidak sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, sudah seharusnya guru meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Guru harus bisa menciptakan situasi pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran untuk menemukan konsep, fakta, atau prinsip tertentu, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA juga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.

(18)

5

sesuai dengan hakikat sains dan karakteristik siswa, model inkuiri juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang diungkapkan oleh Glef (dalam Alberta, 2004, hlm. 2), ‘other academic research shows that inquiry-based learning improves student achievement’. Dalam model Inkuiri terdiri dari dari beberapa model, salah satunya model Inkuiri Terbimbing. Dalam model ini, dalam setiap kegiatannya tidak terlepas dari bimbingan guru.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berkeinginan untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran IPA demi meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya melalui Model Inkuiri Terbimbing di Kelas V Sekolah Dasar”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Permasalahan yang teridentifikasi dalam proses pembelajaran IPA adalah hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh:

a. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan masih bersifat konvensional, sehingga tidak sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA yang sesungguhnya. Siswa menjadi subjek yang pasif karena hanya menerima materi yang disampaikan guru melalui ceramah.

b. Tidak digunakannya model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, sehingga menyebabkan minimnya pengalaman belajar siswa.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Secara umum, rumusan masalah yang dapat diambil berdasarkan latar belakang tersebut adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya melalui model Inkuiri Terbimbing di kelas V Sekolah Dasar?”. Agar penelitian lebih efektif dan terfokus, maka rumusan masalah tersebut lebih lanjut dirinci dengan menggunakan pertanyaan penelitian tindakan sebagai berikut :

(19)

6

menggunakan model Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar ? b. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar ?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing dalam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran menggunakan model Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar.

2. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan model Inkuiri Terbimbing tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru :

a. Diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan pembelajaran. b. Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan

permasalahan pembelajaran, terutama pada pembelajaran IPA.

(20)

7

2. Bagi Siswa

a. Diharapkan dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna pada pembelajaran IPA.

b. Diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa pada pembelajaran IPA.

c. Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya tentang Cahaya dan Sifat-sifatnya.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan motivasi bagi lembaga untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan meningkat.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara garis besar, dalam penulisan skripsi ini terdiri dari beberapa bab yang disusun secara sistematis. Adapun sistematika tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada Bab I terdapat latar belakang penelitian, perumusan masalah, yang terdiri dari identifikasi masalah dan analisis masalah serta rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang masalah berisi pemaparan mengenai alasan peneliti melakukan penelitian, pentingnya penelitian itu dilakukan, serta alternatif untuk memecahkan masalah dalam penelitian tersebut. Identifikasi masalah berisi pemaparan mengenai analisis masalah yang kemudian masalah tersebut dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Tujuan penelitian berisi paparan mengenai harapan peneliti setelah dilakukan penelitian. Manfaat penelitian berisi pemaparan mengenai manfaat yang dapat diperoleh setelah dilakukan penelitian, baik bagi guru, siswa, maupun sekolah. Struktur organisasi skripsi berisi paparan tentang sistematika penulisan skripsi dari bab I sampai bab V.

2. Bab II Kajian Pustaka

(21)

8

penggunaan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar, hasil penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis tindakan.

3. Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini berisi penjelasan metode penelitian yang digunakan. Pada metode penelitian ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, fokus tindakan, dan kriteria keberhasilan.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini dipaparkan mengenai hasil yang diperoleh setelah dilakukan penelitian.

5. Bab V Simpulan dan Saran

(22)

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Gunung Pereng 5 yang berlokasi di Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. SDN Gunung Pereng 5 merupakan salah satu SD di kompleks SDN Gunung Pereng. Alasan peneliti memilih SDN Gunung Pereng 5 sebagai lokasi penelitian adalah karena peneliti pernah melaksanakan PLP selama kurang lebih dua bulan di SD tersebut, sehingga peneliti cukup mengenal lingkungan di sekitar sekolah, maupun dengan warga sekolah, baik dengan staf guru maupun siswanya. Selain itu, para guru di sekolah tersebut masih jarang menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran.

Subjek pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 16 orang perempuan dan 9 orang laki-laki. Alasan peneliti menjadikan siswa kelas V SD sebagai subjek penelitian adalah karena pembelajaran IPA pada kelas tersebut masih bersifat konvensional, sehingga siswa tidak terlibat langsung dalam pembelajaran. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas tersebut juga masih rendah.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan awal penelitian yang berfungsi sebagai pedoman pada saat penelitian akan dilaksanakan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Tahap awal yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan studi pendahuluan dengan melakukan wawancara dan observasi awal untuk menemukan permasalahan. Dari permasalahan tersebut kemudian dianalisis mengenai penyebab-penyebab atau kendala-kendalanya. Setelah itu, peneliti berdiskusi dengan peneliti mitra terkait hal-hal yang harus dilakukan dan direncanakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dari perancanaan yang telah dibuat, peneliti kemudian mengimplementasikannya dalam bentuk tindakan perbaikan. Dalam pelaksanaannya, peneliti mitra melakukan pengamatan terhadap

(23)

39

pelaksanaan tindakan perbaikan yang dilakukan oleh peneliti. Setelah selesai, peneliti bersama peneliti mitra melakukan refleksi untuk membahas kekurangan-kekurangan pada saat pelaksanaan tindakan perbaikan dan menentukan tindakan yang harus dilakukan selanjutnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model PTK Kemmis dan McTaggart. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ekawarna, 2013, hlm. 20) ‘penelitian dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya’.

Berdasarkan hal tersebut, desain penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart (Djojonegoro, 2008, hlm. 104)

Adapun prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Orientasi dan Identifikasi Masalah

(24)

40

a. Menelaah kurikulum yang berlaku, yaitu kurikulum KTSP.

b. Melakukan observasi awal terkait pembelajaran IPA yang biasa dilaksanakan. c. Melakukan diskusi dengan peneliti mitra terkait permasalahan-permasalahan

dan kesulitan yang ditemukan pada pembelajarn IPA.

d. Mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya kesulitan dalam pembelajaran IPA.

e. Menetapkan alternatif pemecahan masalah. 2. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam pelaksanaan PTK. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan penelitian adalah :

a. Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan digunakan untuk pembelajaran.

b. Menentukan model, metode yang akan digunakan dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

c. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Menentukan siklus penelitian yang disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia.

e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengenai materi yang akan diajarkan dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing.

f. Merancang Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

g. Menyiapkan lembar observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara, dan lembar tes.

h. Menentukan kriteria penilaian yang sesuai dengan instrumen yang telah dibuat.

i. Melakukan uji instrumen yang telah dibuat. 3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

(25)

41

a. Siklus I

1) Perencanaan Tindakan

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA dengan Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model dan Kompetensi Dasar 6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

b) Mempersiapkan instrumen untuk menganalisis proses penelitian dan hasil penelitian, seperti lembar observasi mengenai RPP, lembar observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi mengenai keterlaksanaan model Inkuiri Terbimbing, lembar observasi mengenai aktivitas siswa, dan lembar penilaian terhadap hasil belajar siswa.

2) Pelaksanaan tindakan.

Pada tahap ini, guru melaksanakan desain pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan tindakan.

3) Pengamatan tindakan

Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauhmana keberhasilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, keterlaksanaan model Inkuiri Terbimbing, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.

4) Refleksi

Kegiatan ini dilakukan selama dan terutama setelah proses pembelajaran selesai dilakukan. Dalam kegiatan ini, data yang diperoleh dari hasil observasi diolah dan diproses dengan cara dikumpulkan, dianalisis, didiskusikan, dan kemudian dikaji ulang mengenai kelebihan dan kekurangan pada proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Hasil dari kegiatan ini kemudian dijadikan pertimbangan untuk menyusun rencana perbaikan pada siklus II.

b. Siklus II

(26)

42

merupakan penyempurna terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing pada siklus I.

C. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan model Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Hermawan dkk (2007, hlm. 87) :

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional

McNift juga berpendapat, seperti yang dikutip oleh Suyanto (dalam Sumini, 2010, hlm. 2) yang memandang ‘PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum, sekolah, dan pengembangan dalam proses belajar mengajar dll’.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas yang dilakukan melalui tindakan-tindakan tertentu sehingga kualitas pembelajaran menjadi meningkat.

Di dalam PTK terdapat karakteristik khusus yang dapat membedakan dengan penelitian lainnya. Jika dalam penelitian lain masalah berasal dari teori, atau hal lain di luar peneliti, maka dalam PTK yang menjadi karakteristiknya adalah masalah yang timbul berasal dari peneliti itu sendiri sebagai hasil refleksi dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan sehingga muncul keinginan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan melakukan beberapa tahapan-tahapan tindakan. Adapun dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara kolaboratif bersama dengan pihak lain, yaitu dengan teman sejawat, mahasiswa, dosen, dan ahli pendidikan.

(27)

43

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.

3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. 4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah

sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.

Dengan melihat tujuan tersebut dapat disimpulkan secara keseluruhan tujuan PTK adalah untuk melakukan perbaikan demi meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan mutu pembelajaran pada khususnya.

Selain memiliki tujuan, PTK juga memiliki manfaat. Asmani (2011, hlm. 55) dalam bukunya menyatakan bahwa “PTK dapat memberikan manfaat sebagai inovasi pendidikan yang tumbuh dari bawah karena guru adalah ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan”. Sebagai guru adakalanya dihadapkan pada permasalahan pada saat melakukan prroses pembelajaran. Dari permasalahan tersebut, guru tentunya memiliki inisiatif untuk melakukan perbaikan. Perbaikan tersebut dilakukan melalui PTK dengan menggunakan berbagai tindakan yang menurutnya dapat memberikan manfaat untuk memperbaiki atau menyelesaikan masalah tersebut. Secara tidak langsung, dengan melakukan PTK dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada guru. Ketika PTK yang dilakukan oleh guru berhasil, tentunya rasa percaya diri guru akan meningkat sehingga akan semakin termotivasi untuk melakukan PTK secara kontinu untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis yang ditemuinya di lapangan. Jika hal tersebut terus dilakukan tentunya masalah-masalah pembelajaran akan terselesaikan dan akan berdampak baik terhadap mutu pendidikan.

(28)

44

collaborative action research has action as its focus. It requires researchers to become involved and to reflectively act in ways that will improve the teaching

practices in classroom or entire school’. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kolaboratif memiliki tindakan sebagai fokusnya. Oleh sebab itu, diperlukan peneliti lain untuk merefleksi tindakan untuk meningkatkan praktek pengajaran di kelas atau seluruh sekolah.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam Penelitian Tindakan Kelas sebaiknya memang perlu melibatkan pihak lain untuk membantu merefleksi semua tindakan yang telah dilakukan serta memberi masukan-masukan untuk memperbaiki kekurangan sehingga kualitas pembelajaran menjadi meningkat dan permasalahan di kelas terpecahkan. Penelitian tindakan kolaboratif ini sangat demokratis dalam menjalin komunikasi dan interaksi sesama rekan. Semua mitra dalam penelitian kolaboratif merupakan mitra setara dalam proses pengambilan keputusan.

Penelitian Tindakan Kelas secara kolaboratif memiliki kelebihan. Pine dan Smulyan (dalam Bryant, 1995, hlm. 15) menyatakan bahwa ‘pendidik yang terlibat dalam penelitian tindakan kolaboratif menjadi lebih fleksibel dalam berfikir, lebih terbuka terhadap ide-ide baru, dan lebih mampu dalam memecahkan masalah baru’. Burns (dalam Asmani, 2011, hlm. 106) juga menyatakan ‘proses penelitian kolaboratif memperkuat kesempatan bagi hasil penelitian tentang praktik pendidikan untuk diumpanbalikkan ke sistem pendidikan dengan cara yang lebih substansial dan kritis’. Selain itu, Wallace (dalam Asmani, 2011, hlm. 107 ) juga mengungkapkan kelebihan PTK kolaboratif ke dalam tiga poin, diantaranya:

1. Kedalaman dan cakupan, semakin banyak orang terlibat maka data yang diperoleh semakin banyak, sehingga pemeriksaan terhadap data semakin intensif.

2. Validitas dan reliabilitas, yaitu keterlibatan orang lain akan mempermudah penyelidikan terhadap satu persoalan dari sudut yang berbeda, mungkin dengan menggunakan teknik penelitian yang berbeda (yaitu menggunakan teknik triangulasi).

(29)

45

Dari beberapa pendapat tersebut dapat dilihat bahwa PTK secara kolaboratif sangat besar sekali manfaatnya, terutama bagi guru. Dengan melakukan penelitian secara kolaboratif, guru terbantu dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemukannya, karena dalam penelitian kolaboratif memungkinkan guru untuk bisa berinteraksi dengan mitranya dalam merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, dan merefleksi tindakan, sehingga dalam kegiatan tersebut, guru bisa saling tukar pikiran, juga akan mendapatkan banyak masukan mengenai kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

‘Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian’ (Arikunto, 2010, hlm. 161).

Adapun yang menjadi variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : 1. Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri (inquiry), merupakan proses bertanya untuk memperoleh suatu keterangan atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran berbasis konstruktivisme, yang menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan dalam memperoleh pengetahuannya sendiri. Adapun model pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Inkuiri Terbimbing, yakni berupa model inkuiri dimana dalam melakukan sebuah konsep atau penemuan, siswa dibimbing oleh guru melalui pertanyaan-pertanyaan.

2. Hasil belajar

Nana Sudjana (2006, hlm. 22) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang akan diukur adalah hasil belajar ranah kognitif jenis mengingat (C1), memahami (C2), dan aplikasi (C3) dengan menggunakan instrumen lembar tes, dan ranah afektif dan psikomotor dengan menggunakan lembar observasi.

3. Pembelajaran IPA

(30)

46

yang dalam kegiatan pembelajarannya menggunakan kegiatan ilmiah seperti observasi, eksperimen, menyusun teori dengan tujuan membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan perubahan di sekitarnya. Di dalam pembelajaran IPA, dikaji beberapa konsep seperti makhluk hidup dan proses kehidupan, sifat dan kegunaan benda/materi, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta yang seluruhnya disampaikan kepada siswa yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya.

Adapun dalam penelitian ini konsep yang digunakan adalah mengenai Energi dan Perubahannya yang diajarkan pada Kelas V Semester 2, yaitu pada materi Cahaya dan Sifat-sifatnya dengan pokok materi Pemantulan Cahaya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan bagian yang utama dalam suatu penelitian, karena dari instrumen tersebut akan dihasilkan data-data yang akan diperlukan dalam penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data pada saat penelitian dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan. Adapun lembar observasi yang digunakan adalah:

a. Lembar observasi terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b. Lembar observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing.

c. Lembar observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. 2. Pedoman Wawancara

Wawancara merupakan proses pengumpulan informasi dengan cara melakukan percakapan dengan informan atau narasumber. Adapun pedoman wawancara yang digunakan adalah :

a. Pedoman wawancara untuk guru b. Pedoman wawancara untuk siswa 3. Lembar Tes

(31)

47

aspek kognitif berupa nilai perolehan siswa, baik nilai pretest maupun postest dalam setiap siklusnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes tertulis dalam bentuk soal Pilihan Ganda.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan informasi dari arsip-arsip, buku-buku, ataupun kejadian yang direkam. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum sekolah, visi misi sekolah, data guru, karyawan, dan siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, serta keadaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan selama penelitian.

5. Catatan lapangan

Catatan lapangan adalah catatan mengenai kejadian dan keadan yang terjadi selama dilakukannya proses penelitian. Data dalam catatan lapangan diperoleh dari apa yang dilihat, didengar, dialami, dan dipikirkan oleh peneliti itu sendiri selama proses penelitian. Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data selama penelitian tindakan berlangsung.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus memiliki nilai validitas dan reliabilitas agar data yang dihasilkan relevan.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji instrumen yang dilakukan di kelas VI dengan jumlah responden 54 siswa, yaitu 38 orang siswa SDN Gunung Pereng 5 dan 16 orang siswa SDN Gunung Pereng 4. Alasan peneliti mengujikan soal kepada kelas VI adalah karena mereka sudah mempelajari materi yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil data dari uji instrumen kemudian diolah untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel dan SPSS. Adapun hasil dari pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

a. Uji Validitas Soal

(32)

48

menggunakan Microsoft Excel. Untuk menentukan instrumen tersebut valid atau tidak, hal yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara Pearson Correlation (rhitung) dengan nilai tabel korelasi Product Moment (rtabel). Kriterianya apabila rhitung > rtabel maka instrumen dinyatakan valid, sebaliknya jika rhitung <

rtabel maka instrumen tidak valid. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada

Lampiran A.3.

Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui bahwa dari jumlah soal secara keseluruhan, terdapat soal yang valid sebanyak 37 buah dan soal yang tidak valid sebanyak 3 buah, yaitu nomor 9,14, dan 20. Dari hasil tersebut, peneliti akan memilih soal-soal yang valid untuk digunakan dalam penelitian, sedangkan untuk soal yang tidak valid akan dihilangkan.

b. Uji Reliabilitas Soal

Suatu instrumen selain harus valid juga harus reliabel. “Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya” (Matondang, 2009, hlm. 93). Azwar (dalam Matondang, 2009, hlm. 93) berpendapat bahwa ‘reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen yang baik’. Untuk melakukan uji reliabilitas, peneliti menggunakan Microsoft Excel dan SPSS. Dalam menentukan instrumen reliabel atau tidak, hal yang dilakukan adalah dengan membandingkan antara Alpha Cronbach. Kriterianya apabila ada soal tes pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih kecil dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes dinyatakan reliabel. Sebaliknya, apabila soal tes pada kolom Alpha if Item Deleted memberi nilai koefisien yang lebih tinggi dari nilai Alpha Cronbach keseluruhan, maka soal tes dinyatakan tidak reliabel.Adapun untuk hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran A.4.

(33)

49

c. Uji Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda Soal

“Tingkat kesukaran merupakan rerata dari suatu distribusi skor kelompok dari suatu soal” (Mutaqi, 2007, hlm.2). Tingkat kesukaran soal terdiri dari tiga kategori, yaitu sukar, sedang, dan mudah. Kategori tersebut tergantung pada tinggi indeks tingkat kesukaran. Jika indeks tingkat kesukaran tinggi, maka soal dikategorikan mudah. Sebaliknya jika indeks tingkat kesukaran rendah, maka soal dikategorikan sukar.

[image:33.595.194.431.366.441.2]

Adapun untuk pengelompokkan tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Pengelompokkan Tingkat Kesukaran Butir Soal (Mutaqi, 2009, hlm.3)

Proportion Correct Kategori Soal

p > 0,70 Mudah

0,30 ≤ p ≤ 0,70 Sedang

p < 0,3 Sukar

“Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah)” (Arikunto, 2008, hlm. 211). Daya pembeda memiliki beberapa kategori, seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.2

Kategori Daya Pembeda Soal (Arikunto, 2010, hlm. 218)

Daya Pembeda Kategori

0,71 – 1,00 Baik Sekali

0,41 – 0,70 Baik

0,21 – 0,40 Cukup

0,01 – 0,20 Jelek

Negatif - 0 Jelek Sekali

[image:33.595.183.436.594.694.2]
(34)

50

D = BA - BB = PA - PB

JA JB

Keterangan :

D : Daya Pembeda J : Jumlah peserta tes

JA :Banyaknya peserta kelompok atas JB : Banyaknya peserta kelompok bawah

BA :Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar. BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar. PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

Dalam melakukan uji tingkat kesukaran dan daya pembeda soal, peneliti menggunakan Microsoft Excel. Adapun hasil uji tingkat kesukaran dan daya pembeda soal dapat dilihat pada Lampiran A.5.

Berdasarkan hasil uji tingkat kesukaran dan daya pembeda soal, dapat diketahui bahwa jumlah soal dengan kategori mudah sebanyak 3 buah, untuk soal dengan kategori sedang sebanyak 35 buah, dan untuk soal dengan kategori sukar sebanyak 2 buah. Adapun berdasarkan tabel hasil daya pembeda soal, dapat diketahui bahwa jumlah soal dengan kategori daya pembeda baik sebanyak 19 buah, untuk soal dengan kategori daya pembeda cukup sebanyak 10 buah, untuk soal dengan kategori daya pembeda jelek sebanyak 9 buah, dan untuk soal dengan kategori sangat jelek sebanyak 2 buah.

Setelah melakukan langkah-langkah pengujian instrumen tes, baik uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal, langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan seleksi terhadap butir soal yang akan digunakan untuk penelitian. Dikarenakan penelitian dilakukan sampai pada siklus II, maka butir soal yang dipilih juga yang berhubungan dengan materi ajar pada siklus II. Adapun hasil seleksi butir soal dapat dilihat pada Lampiran A.6.

G. Teknik Pengumpulan Data

(35)

51

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data”. Untuk mengumpulkan data-data penelitian dalam penelitian ini adalah melalui beberapa teknik, yaitu:

1. Tes

Menurut Wayan Nurkencana, seperti yang dikutip oleh Faiq (2013) dalam blognya, tes adalah:

suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes tertulis dalam bentuk soal Pilihan Ganda. Tes ini digunakan untuk mengetahui perolehan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif terhadap materi yang sudah diajarkan, baik nilai pretest maupun postest. Pemberian tes dilakukan pada setiap siklus.

2. Observasi

‘Observasi merupakan upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung’ (Hermawan dkk, 2007, hlm. 151). Adapun aspek yang diamati yaitu:

a. Observasi terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b. Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing.

c. Observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. 3. Wawancara

(36)

52

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan informasi dari arsip-arsip, buku-buku, ataupun kejadian yang direkam. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum sekolah, visi misi sekolah, data guru, karyawan, dan siswa, sarana dan prasarana pembelajaran, serta keadaan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan selama penelitian.

5. Catatan lapangan

Catatan lapangan adalah catatan mengenai kejadian dan keadan yang terjadi selama dilakukannya proses penelitian. Data dalam catatan lapangan diperoleh dari apa yang dilihat, didengar, dialami, dan dipikirkan oleh peneliti itu sendiri selama proses penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Menurut Ardhana (dalam Setyowati dkk, 2010, hlm. 3) menjelaskan bahwa ’analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar’.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model Miles and Huberman. Pada model ini terdiri dari tahap reduksi data, data display, dan penarikan kesimpulan.

a. Reduksi data

Dalam reduksi data, data yang diperoleh dirangkum dan difokuskan pada hal penting, sehingga peneliti mendapat informasi yang jelas dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya.

b. Data Display

(37)

53

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir yang dilakukan. Kesimpulan yang dibuat akan tergantung pada bukti-bukti yang didapat pada proses pengumpulan data. Jika bukti-bukti cukup kuat, maka kesimpulan akan menjawab rumusan masalah, dan sebaliknya, jika bukti tidak cukup kuat, maka mungkin saja tidak akan menjawab rumusan masalah.

Untuk menguji kredibilitas data digunakan teknik triangulasi. “Teknik triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu” (Sugiyono, 2013, hlm. 273). Teknik triangulasi dilakukan melalui triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni guru sebagai peneliti, siswa sebagai subjek penelitian, dan observer sebagai peneliti mitra. Triangulasi teknik dilakukan berdasarkan teknik yang digunakan, yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes.

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Teknik analisis data kuntitatif digunakan untuk mengolah skor dari data yang diperoleh, seperti dari hasil observasi dan hasil pretest-postest dalam setiap siklusnya. Data tersebut kemudian diolah dengan cara menghitung jumlah, menghitung rata-rata, menghitung persentase, dan membuat grafik. Selain itu, dilakukan juga analisis data dengan menggunakan statitik, untuk membandingkan peningkatan dari nilai pretest ke postest dalam setiap siklusnya dan membandingkan peningkatan selisih rata-rata nilai pretest-postest dari siklus I ke sklus II. Adapun pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah peningkatan yang terjadi signifikan atau tidak. Dalam melakukan pegujian tersebut, peneliti menggunakan uji non parametrik karena subjek penelitian (n) < 25 dengan menggunakan model Wilcoxon. Pengujian dengan menggunakan model Wilcoxon dilakukan untuk membandingkan antara dua kelompok data yang saling berhubungan.

I. Fokus Tindakan

(38)

54

penelitian dalam penelitian ini adalah kinerja guru dan hasil belajar siswa. Berikut adalah uraian dari kedua aspek tersebut :

1. Kinerja guru

a. Meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing.

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Inkuiri Terbimbing.

c. Meningkatkan kemampuan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing.

2. Aktivitas belajar siswa

a. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah afektif melalui model Inkuiri Terbimbing.

b. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah psikomotor melalui model Inkuiri Terbimbing.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam ranah kognitif melalui model Inkuiri Terbimbing.

J. Kriteria Keberhasilan

Dalam penelitian yang dilakukan, untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Cahaya dan Sifat-sifatnya melalui model Inkuiri Terbimbing dikatakan mencapai keberhasilan jika seluruh aspek yang diobservasi dalam pembelajaran mengalami peningkatan minimal sampai 75% dan nilai rata-rata siswa mencapai nilai KKM≥75%. Adapun standar keberhasilan tindakan perbaikan yang dilakukan oleh guru dilihat dari :

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(39)

55

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh dalam setiap siklusnya mencapai nilai minimal 75%. Apabila nilai yang didapat kurang dari 75% pada siklus 1, maka dilakukan perbaikan dan penelitian dilanjutkan pada Siklus II, dan seterusnya. Akan tetapi jika pada suatu siklus, nilai yang didapat mencapai 75% atau lebih, maka penelitian dihentikan pada siklus tersebut.

3. Aktivitas Siswa

Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dikatakan berhasil apabila nilai yang diperoleh dalam setiap siklusnya mencapai nilai minimal 75%. Apabila nilai yang diperoleh kurang dari 75% pada siklus 1, maka dilakukan perbaikan dan penelitian dilanjutkan pada Siklus II, dan seterusnya. Akan tetapi jika pada suatu siklus, nilai yang diperoleh mencapai 75% atau lebih, maka penelitian dihentikan pada siklus tersebut.

4. Hasil Belajar Siswa

(40)

99

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, mengenai Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tentang Cahaya dan Sifat-Sifatnya Melalui Model Inkuiri Terbimbing di Kelas V Sekolah Dasar, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di Kelas V Sekolah Dasar mengalami peningkatan. Perencanaan yang dibuat oleh guru dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sudah sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. RPP yang dibuat guru juga sudah memuat aspek-aspek RPP yang terdiri dari identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode dan model pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada model yang digunakan yaitu model Inkuiri Terbimbing, media pembelajaran, dan penilaian. Peningkatan perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata RPP yang diperoleh melalui observasi, yaitu pada siklus I, perencanaan pembelajaran yang dibuat guru memperoleh nilai 73,57% (Baik) dan pada siklus II memperoleh nilai 84,82% (Sangat Baik). 2. Kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar mengalami peningkatan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru dari mulai kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dilakukan secara efektif. Peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata pelaksanaan pembelajaran dan keterlaksanaan model Inkuiri Terbimbing yang diperoleh melalui observasi, yaitu pada siklus I, perencanaan pembelajaran yang dibuat guru

(41)

100

memperoleh nilai 72,5% (Baik) dan keterlaksanaan model Inkuiri Terbimbing memperoleh nilai 70% (Baik). Pada siklus II perencanaan pembelajaran yang dibuat guru memperoleh nilai 83,12% (Sangat Baik) dan keterlaksanaan model Inkuiri Terbimbing memperoleh nilai 86% (Sangat Baik).

3. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model Inkuiri Terbimbing dalam materi Cahaya dan Sifat-sifatnya di kelas V Sekolah Dasar mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa ditandai dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh melalui observasi untuk aspek afektif dan psikomotor, serta melalui tes untuk aspek kognitif, yaitu pada siklus I, hasil belajar siswa dalam aspek kogitif memperoleh nilai pretest sebesar 48% dan postest sebesar 66,4% dengan rata-rata selisih nilai pretest-postest sebesar 18% , dalam aspek afektif memperoleh nilai 70% (Baik), dan aspek psikomotor memperoleh nilai 60% (Baik). Pada siklus II, hasil belajar siswa dalam aspek kogitif memperoleh nilai pretest sebesar 53% dan postest sebesar 80,8% dengan rata-rata selisih nilai pretest-postest sebesar 27,6%, dalam aspek afektif memperoleh nilai 96,6% (Sangat Baik), dan aspek psikomotor memperoleh nilai 93,3% (Sangat Baik).

B. Saran

1. Penggunaan model Inkuiri Terbimbing khususnya dalam pembelajaran IPA dapat dijadikan salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran, salah satunya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Dalam menggunakan model Inkuiri Terbimbing, guru harus memiliki kemampuan dalam membimbing siswa secara keseluruhan.

(42)

101

DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin. (2012). Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran. 1 (1), hlm 77.

Alberta. (2004). Focus on Inquiry. Canada: Edmonto

Anderson dan Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta

Asmani, J.M. (2011). Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Laksana

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2007). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Depdiknas

Bryant, P. (1995). Collaborative Action Research “On The Cutting Edge”.

[Online]. Tersedia di:

https://www.uleth.ca/dspace/bitstream/handle/10133/849/Bryant_Paul.pdf?sequen ce=1. [Diakses 23 Desember 2013]

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas

Dharma, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

(43)

102

Ekawarna. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: REFERENSI (GP Press Group

Elfaty, Lasmi. (2013). Penilaian Psikomotor. [Online]. Tersedia di : http://kemilauhijau.blogspot.com/2013/05/assesment-pembelajaran-penilaian.html [Diiakses 8 April 2014]

Emalia. (2012). Penerapan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 130 Pekanbaru. Skripsi, Sekolah Sarjana. Universitas Riau.

Faiq, M. (2013). Pengertian Evaluasi (Penilaian), Pengukuran, Tes,dan Asesmen.

[Online]. Tersedia di:

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/01/pengertian-evaluasi-[;p-pengertian-penilaian-pengertian-pengukuran.html. [Diakses 17 Desember 2013]

Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Haryono. (2013). Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan: Teori dan Aplikasi PAIKEM Agar Pembelajaran Lebih Bermakna. Yogyakarta: Kepel Press

Hendarwati, Endah. (2013). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar melalui Metode Inkuiri terhadap Hasil Belajar Siswa SDN I Sribit Delanggu pada Pembelajaran IPS. Pedagogia, 2 (1), hlm 62-63.

Hernawan, A.H., Asra, dan Dewi, Laksmi. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS

Hermawan, dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS

(44)

103

Makka, M.A.(Tanpa tahun). Aplikasi Teori Kognitif dan Model Pembelajaran Konstrukivisme dalam Pembelajaran IPA SD. Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

Matondang, Zulkifli. (2009). Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa PPS Unimed, 6 (1), hlm 89, 93.

Mulyana, E.H. (2011). Pendidikan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar. Tasikmalaya: UPI

Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mutaqi. (2007). Analisis Butir Soal terhadap Instrumen Evaluasi Kegiatan Diklat. Workshop Direktor Diklat. Yogyakarta, hlm 2.

Prasetya, H.B. (2013). Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning). Makalah Tugas Mata Kuliah Isu-isu Terkini Pendidikan Fisika. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, hlm. 5-6

Putra, S.R. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: Dira Press

Ridwan, M. (2014). Makalah Seminar. [online]. Tersedia di: http://muhridwanamin.blogspot.com/2014/01/makalah-seminar.html) [2 Februari 2014]

Rosyana, Hilma, Nuha. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII-A SMP Negeri 13 Malang. Skripsi, Sekolah Sarjana. Universitas Negeri Malang

(45)

104

Setyowati, dkk. (2010). Analisis Data. Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. hlm. 3

Syaripudin, T. (2009). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu Bandung.

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumini, Th. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Dan Pengembangan Profesi Guru.

[Online]. Tersedia di:

http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1ap ril2010/PENELITIAN%20TINDAKAN%20KELAS%20Th%20sumini.pdf. [Diakses 9 Desember 2013]

Trianto. (2013). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Utari, R. (Tanpa tahun). Taksonomi Bloom Apa dan Bagaimana

Menggunakannya?. [Online]. Tersedia di:

http://www.bppk.depkeu.go.id/webpkn/attachments/article/766/1-Taksonomi%20Bloom%20-%20Retno-ok-mima+abstract.pdf. [Diakses 25 Desember 2013]

Wenning, Carl.J. (2011). Te Levels of Inquiry Model of Science Teaching. J. Phys. Tchr. Educ. Online, 6 (2), hlm. 9.

Gambar

Tabel 4. 4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Aspek Kognitif ................
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1 Pengelompokkan Tingkat Kesukaran Butir Soal

Referensi

Dokumen terkait

apabila dalam proses pengadaan barang/jasa untuk pekerjaaan Pembangunan Fasilitas Gedung Kantor Pengadilan Militer Tinggi III Surabaya untuk Tahun Anggaran 2013 ini

a) Test Purpose: If the ISO 19109 Application Schema in UML satisfies the requirements stated in A.1.13.3, verify that the GML application schema has been derived from the

Penelitian ini adalah penelitian analitik yang bersifat cross-sectional yang bertujuan untuk melihat penyembuhan pada pasien di ICU di RSUP Haji Adam Malik

Batasan pada penelitian ini terletak pada penelitian pengaruh kualitas layanan dan kemudahan penggunaan terhadap kepuasan pelanggan dan informasi lisan pada

Untuk mempertahan presepsi guru tentang pembelajaran matematika sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual, perlu diyakinkan secara terus menerus bahwa

[r]

Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa pengaruh kegiatan ekstrakurikuler keagamaan terhadap akhlak mulia siswa sebesar 57 %, jika dibandingkan dengan r tabel

Perbandingan Hasil Tes Kondisi Fisik dengan Ranking Prestasi ……….... Perbandingan Hasil Tes Anthropometrik dengan