Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN MATERI MATA DAN LUP
KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS BERDASARKAN HAMBATAN
BELAJAR SISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Fisika
Oleh
DESSY NORMA JUITA
1100168
DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN MATERI MATA DAN LUP KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS BERDASARKAN HAMBATAN BELAJAR
SISWA
Oleh
Dessy Norma Juita
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
DESSY NORMA JUITA 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dessy Norma Juita, 2015
vi Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
Desain Didaktis Pembelajaran Materi Mata dan Lup Kelas X Sekolah
Menengah Atas Berdasarkan Hambatan Belajar Siswa
Dessy Norma Juita
Abstrak
Pada dasarnya dalam proses belajar yang dilewati siswa tidak selalu berjalan lancar. Siswa mungkin saja mengalami situasi atau kondisi dimana mereka tidak bisa menyelesaikan masalah terkait dengan konsep tertentu selama pembelajaran. Situasi- situasi yang mungkin dialami siswa tersebut disebut dengan hambatan belajar (learning obstacle). Hambatan belajar dapat dikurangi dengan cara melakukan proses repersonalisasi dan rekontekstualisasi oleh guru sebelum pembelajaran. Proses repersonalisasi dan rekontekstualisasi merupakan tahapan dalam penelitian desain didaktis. Penelitian ini ditujukan untuk membuat desain didaktis guna mengantisipasi hambatan belajar yang dialami siswa. Dalam penelitian desain didaktis, guru tidak hanya memprediksi respon siswa dan hambatan belajar siswa namun juga dituntut untuk merunut pola pikir siswa (learning trajectory). Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Sebjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA dan X MIA SMA. Hambatan belajar siswa diidentifikasi dengan menggunakan Tes Kemampuan Responden (TKR). Hambatan belajar siswa kelas XI yang ditemukan dijadikan prediksi respon dalam membuat desain didaktis. Desain didaktis yang dibuat berdasarkan hambatan belajar siswa kelas XI kemudian diimplementasikan kepada siswa kelas X. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya hambatan yang sama pada siswa kelas X sehingga perlu ada revisi desain didaktis yang berguna untuk membuat learning trajectory.
vi Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
Didactical Design of Eyes and Magnifying Glass Matter in 10th Grade of High
School Based on Students’ Learning Obstacle
Dessy Norma Juita
Abstract
Every learning process that passed by student is not always move smoothly. Student perhaps undergo the situation which they are unable to solve the problem relate with certain concept during the learning. Situations that might happen to student is called learning obstacle. Learning obstacle are able to decrease with doing repersonalization and recontextualization before the learning process. Repersonalization and recontextualization are stage in Didactical Design Research. This research is supposed to create didactical design for anticipate learning obstacle of student. In this
research, teacher not only predict students’ responses and students’ obstacle, but also
demand to see learning trajectory of student. This research is conducted in one of Bandung State High School. Subject in this research are 11th grade of science students and 10th grade of science students. Students’ learning obstacle is identified using Respondent Competency Test (TKR). Learning obstacle of 11th grade students is used as prediction response to make didactical design. Didactical design made is based on learning obstacle of 11th grade student afterwards is implemented in 10th grade
student. The same students’ learning obstacle of 10th grade student still appear, therefore it is necessary to revise the didactical design which is useful to make learning trajectory.
1
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umumnya, pembelajaran di Indonesia tidak melakukan proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Hal ini didukung oleh Basar (2004) yang mengatakan bahwa pengajar Fisika di sekolah lebih sering membahas teori dari buku pegangan yang digunakan, kemudian memberikan rumus-rumusnya lalu memberikan contoh soal. Bukti lain yang menunjukkan bahwa pembelajaran di Indonesia tidak melakukan proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi adalah hasil Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) sejak tahun 1999 yang terus mengalami penurunan. Menurut data survey internasional TIMSS Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, skor prestasi Sains siswa Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat 32 dari 38 negara, pada tahun 2003 di peringkat ke 37 dari 46 negara, dan pada tahun 2007 berada pada peringkat 35 dari 49 negara. Soal-soal model TIMSS tidak hanya menggunakan rumus tetapi juga mengharuskan siswa untuk menggunakan
kemampuan bernalarnya dalam proses penyelesaiannya, sehingga mengharuskan siswa untuk menuliskan uraian jawaban sebelum memilih option yang disediakan (Rizta, dkk. 2013). Sehingga dapat dikatakan bahwa penurunan prestasi Sains siswa Indonesia disebabkan karena proses belajar Sains khususnya fisika cenderung diarahkan pada berpikir imitatif.
2
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
hambatan dalam proses belajarnya (learning obstacle) maka hambatan tersebut
dapat menyebabkan siswa mengalami kegagalan atau kurang berhasil dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Kaltakci dan Erylmaz (2009), salah satu materi Fisika yang sering dipahami secara salah oleh siswa adalah optika geometri. Hal ini mungkin saja terjadi dan dialami oleh siswa. Karena sebagian besar konsep- konsep yang ada di dalam optika geometri khususnya tentang alat optik dianggap terlalu abstrak untuk siswa. Sehingga wajar saja jika siswa mengalami hambatan dalam memahami materi tentang alat optik khususnya berkaitan dengan mata lup.
Disinilah peran dan tugas seorang guru untuk mengantisipasi atau bahkan mengurangi hambatan- hambatan yang muncul selama proses pembelajaran. Hambatan belajar dapat dikurangi dengan cara melakukan pembelajaran yang rekontekstualisasi dan repersonalisasi (Brousseau, 2002). Oleh karena itu, guru hendaknya melakukan pembelajaran yang rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Menurut Brousseau (2002), proses repersonalisasi merupakan proses menghasilkan konsep sebagai hasil dari pemahaman konsep ilmuan yang sesuai dengan batasan kemampuan siswa. Atau dengan kata lain, repersonalisasi adalah menerjemahkan konsep ilmuan oleh guru. Sedangkan menyajikan konsep tersebut
kepada siswa disebut rekontekstualisasi. Pada proses rekontekstualisasi terjadi transfer konteks dari guru ke desain pembelajaran (desain didaktis).
3
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
Sehingga dengan adanya desain didaktis, diharapkan siswa tidak lagi mengalami
hambatan belajar khususnya hambatan belajar yang bersifat epistemologi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, perlu adanya penelitian tentang desain pembelajaran tentang optika geometris khususnya tentang alat optik mata dan lup. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN MATERI MATA
DAN LUP KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS BERDASARKAN
HAMBATAN BELAJAR SISWA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja hambatan belajar siswa terkait dengan materi alat optik mata dan lup ?
2. Bagaimana bentuk desain didaktis yang dapat mengantisipasi hambatan belajar siswa terkait dengan materi alat optik mata dan lup ?
3. Bagaimana learning trajectory terkait materi alat optik mata dan lup?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu :
1. Mendeskripsikan hambatan belajar siswa terkait dengan materi alat optik mata dan lup.
2. Mendeskripsikan bentuk desain didaktis yang dapat mengantisipasi hambatan belajar siswa dalam penyelesaian masalah terkait mata dan lup.
3. Mendeskripsikan learning trajectory terkait materi alat optik mata dan lup
D. Manfaat Penelitian
4
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
1. Dari segi teori diharapkan hambatan belajar dan learning trajectory siswa
tentang alat optik mata dan lup dapat diketahui, sehingga pengembangan pembelajaran fisika dalam konsep ini dapat dibuat dengan memperhatikan hambatan belajar yang dialami siswa.
2. Dari segi kebijakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan materi ajar khususnya terkait dengan alat optik mata dan lup.
3. Dari segi praktek penelitian ini dapat memberikan rekomendasi desain pembelajaran tentang alat optik mata dan lup yang dibuat berdasarkan hambatan belajar siswa.
4. Dari segi isu serta aksi sosial, penelitian ini dapat menjadi referensi pendukung bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan desain pembelajaran fisika dengan memperhatikan hambatan belajar siswa, khususnya tentang mata dan lup.
E. Struktur Organisasi
Skripsi ini tersusun atas lima bab, yakni mulai dari Bab I sampai pada Bab V.
Bab I Pendahuluan, mendeskripsikan pendahuluan penelitian dengan maksud untuk menjelaskan alasan dilakukannya penelitian tersebut (latar belakang penelitian), masalah yang diteliti, tujuan dilakukannya penelitian, serta pentingnya penelitian tersebut baik dari sisi teoritis maupun praktis.
Bab II Kajian Pustaka berisi landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian. Dalam bab ini, penulis membandingkan dan mengembangkan penulisan penelitian berdasarkan teori yang didapat. Adapun landasan teori utama yang digunakan yaitu mengenai Didactical Design Research (DDR), serta teori-teori belajar yang mendukung yaitu teori-teori Vygotski, teori-teori Ausubel, dan teori-teori Bruner.
5
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
Bab IV Temuan dan Pembahasan berisikan hasil penelitian yang telah
dilakukan penulis, masalah yang ditemukan penulis dalam penelitian lengkap dengan analisis dan pembahasannya hingga dapat menjawab pertanyaan penelitian yang sudah dirumuskan sebelumnya.
6
6
Dessy Norma Juita, 2015
20
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab ini terdiri dari tahap- tahap yang dilakukan dalam penelitian. Tahap- tahap itu antara lain adalah desain penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data serta jadwal penelitian yang dipaparkan sebagai berikut.
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif (Arikunto, 2010). Dan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Didactical Design Research atau Penelitian Desain Didaktis. desain didaktis Menurut Suryadi (2010), Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research) pada dasarnya terdiri dari tiga tahap yaitu:
(1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotetis dengan hasil analisis metapedadidaktik.
Untuk lebih jelasnya, tiga tahapan dalam Penelitian Desain Didaktis ini dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Tahap Analisis Situasi Didaktis Sebelum Pembelajaran
a. Menentukan materi fisika yang akan dijadikan bahan penelitian. b. Menganalisis materi fisika yang telah dipilih (repersonalisasi).
c. Membuat instrument tes diagnostik hambatan belajar siswa berdasarkan konsep- konsep esensial yang ditemukan selama repersonalisasi.
d. Melakukan judgement ke guru kelas X terkait tes diagnostik kesulitas belajar siswa.
e. Melakukan judgement internal tes diagnostik hambatan belajar siswa. f. Melakukan uji instrumen tes diagnostik hambatan belajar pada siswa kelas
XI.
21
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
i. Mengembangkan desain didaktis berdasarkan hambatan belajar yang
muncul (Rekontekstualisasi)
j. Membuat prediksi siswa terhadap desain didaktis yang dibuat serta membuat antisipasi respon siswa terhadap situasi didaktis.
2. Tahap Analisis Metapedadidaktik
a. Melakukan implementasi desain didaktis yang telah dibuat pada siswa kelas X
b. Menggunakan prediksi serta antisipasi respon siswa jika diperlukan ketika melakukan implementasi terhadap desain didaktis
3. Tahap Analisis Retrosfektif
a. Menganalisis hasil implementasi desain didaktis berbagai respon siswa kelas X saat implementasi desain didaktis.
b. Mengaitkan antara prediksi awal yang telah dibuat sebelum implementasi dengan respon siswa saat implementasi berlangsung sebagai rujukan untuk revisi desain didaktis.
c. Merevisi kembali desain didaktis berdasarkan analisis hasil implementasi desain didaktis.
d. Melakukan uji instrumen tes hambatan belajar kepada siswa kelas X yang telah menerima pembelajaran menggunakan desain didaktis kemudian menganalisis hasil pengujian instrumen hambatan belajar tersebut untuk melihat apakah hambatan siswa kelas XI yang telah teridentifikasi sebelumnya masih muncul atau tidak.
22
Dessy Norma Juita, 2015
[image:14.595.148.492.85.415.2]Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
Gambar 3.1. Tahapan dalam Penelitian Desain Didaktis
B. Partisipan dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA Negeri 4 Bandung dengan subjek penelitian
terbagi menjadi dua, yaitu subjek pada uji instrumen tes diagnostik hambatan belajar siswa atau disebut juga dengan Tes Kemampuan Responden (TKR) serta subjek pada implementasi desain didaktis. Subjek untuk mengidentifikasi hambatan belajar dengan TKR yaitu siswa kelas XI IIA SMA Negeri 4 Bandung yang sudah pernah mengalami pembelajaran tentang materi tersebut. Sedangkan, subjek pada implementasi desain didaktis adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung untuk menyelidiki apakah hambatan belajar yang ditemukan pada siswa kelas XI masih ditemukan di kelas X atau tidak.
23
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan beberapa metode.
Berikut ini disajikan penggunaan dan metode dalam pengumpulan data : 1. Penggunaan Tes
Penggunaan tes pada penelitian ini adalah berupa Tes Kemampuan Responden (TKR). TKR tersebut berupa soal uraian terkait dengan materi mata dan lup. Soal uraian dipilih agar dapat terlihat jalan pikiran siswa dalam menjawab dan menyelesaikan soal. Hasil TKR digunakan untuk mengidentifikasi hambatan belajar siswa pada materi mata dan lup yang nantinya berguna untuk membuat desain didaktis awal.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengorek informasi terkait dengan pembelajaran yang sudah dilakukan oleh guru pada materi mata dan lup. Selain itu, wawancara juga digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan munculnya hambatan didaktis dari guru. Wawancara dilakukan kepada guru yang bersangkutan dan siswa yang sudah mengalami pembelajaran oleh guru tersebut. Pedoman wawancara yang digunakan adalah bentuk semi structured (Arikunto, 2006). Hasil dari wawancara akan digunakan sebagai referensi dalam membuat
desain didaktis terkait dengan materi mata dan lup. 3. Metode observasi
Metode observasi digunakan untuk mendapatkan informasi, masukan dan referensi dari para pengamat (observer) terhadap desain didaktis yang sudah diterapkan. Selain itu, hasil observasi tersebut juga berguna sebagain referensi untuk membuat desain didaktis revisi atau desain didaktis akhir.
4. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yang digunakan adalah dengan menggunakan rekaman video selama proses pembelajaran. Dari rekaman video tersebut akan diperoleh data transkrip selama pembelajaran yang berguna saat menganalisis hasil pembelajaran.
24
Dessy Norma Juita, 2015
Desain didaktis pembelajaran materi mata dan lup kelas X sekolah menengah atas berdasrkan hambatan belajar siswa
Data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis. Adapun
langkah- langkah dalam menganalisis data adalah : 1. Analisis hasil TKR
Analisis hasil TKR dilakukan dengan menganalisis hambatan siswa, serta mengelompokkan jenis hambatan yang dialami siswa.
2. Analisis hasil implementasi desain didaktis
Analisis hasil implementasi desain didaktis dilakukan dengan memperhatikan berbagai respon siswa yang muncul, apakah sesuai dengan prediksi respon siswa yang telah dibuat sebelumnya atau tidak. Berbagai respon siswa yang muncul, baik itu sesuai dengan prediksi ataupun yang tidak harus ada alternatif didaktiknya.
3. Analisis hasil TKR kepada siswa yang telah mendapatkan pembelajaran menggunakan desain didaktis
Siswa kelas X yang telah mendapatkan pembelajaran menggunakan desain didaktis, diuji menggunakan instrumen TKR untuk melihat apakah hambatan siswa kelas XI yang telah teridentifikasi sebelumnya masih muncul atau tidak pada siswa kelas X.
4. Analisis hambatan belajar siswa setelah diimplementasikan Desain Didaktis Siswa yang telah diimplementasikan Desain Didaktis, dianalisis kembali apakah hambatan belajar yang pernah muncul pada materi sebelumnya sudah teratasi setelah diimplementasikan desain didaktis.