• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK GROUP EXERCISE UNTUK PENGEMBANGAN RESILIENSI DIRI SISWA :Penelitian Quasi Exsperiment Pada Siswa Kelas X MAN Kinali, Sumatera Barat Tahun Ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK GROUP EXERCISE UNTUK PENGEMBANGAN RESILIENSI DIRI SISWA :Penelitian Quasi Exsperiment Pada Siswa Kelas X MAN Kinali, Sumatera Barat Tahun Ajaran 2014/2015."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

RESILIENSI DIRI SISWA

(Penelitian Quasi Exsperiment Pada Siswa Kelas X MAN Kinali,

Sumatera Barat Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Ilmu Pendidikan Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh:

WINDA YUNICA

NIM 1302293

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

RESILIENSI DIRI SISWA

(Penelitian Quasi Exsperiment Pada Siswa Kelas X MAN Kinali,

Sumatera Barat Tahun Ajaran 2014/2015)

oleh

WINDA YUNICA

NIM 1302293

Bimbingan dan Konseling

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M. Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

© Winda Yunica 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Winda Yunica (2015): EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK EXERCISE UNTUK PENGEMBANGAN RESILIENSI DIRI SISWA (Penelitian Quasi Experiment Pada Siswa Kelas X MAN Kinali, Sumatera Barat Tahun Ajaran 2014/2015)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh urgensi resiliensi dalam kehidupan individu serta persoalan-persoalan yang terkait dengan resiliensi diri khususnya pada siswa. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji keefektivan bimbingan kelompok menggunakan teknik exercise untuk mengembangkan resiliensi diri siswa. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, metode kuasi eksperimen dan non equivalent pre test post test control group desain. Data penelitian dikumpulkan menggunakan angket resiliensi siswa yang memiliki empat pilihan jawaban yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Teknik analisa data yang digunakan adalah statistika non parametrik yaitu Man Whitney Test. Penelitian menemukan bahwa bimbingan kelompok menggunakan teknik exercise efektif untuk mengembangkan resiliensi diri siswa pada keseluruhan aspek resiliensi. Keefektivan teknik exercise juga terlihat melalui peningkatan rataan skor siswa sebelum dan setelah intervensi, telaah terhadap jurnal harian siswa dan telaah terhadap hasil observasi. Hasil penelitian ini direkomedasikan kepada kepada guru bimbingan dan konseling agar dapat menggunakan teknik exercise untuk mengembangkan resiliensi diri siswa, dan peneliti selanjutnya hendaknya dapat menggunakan jenis exercise yang lain seperti movenent (gerak), arts and crafts (seni dan kerajinan tangan), fantasy, common reading (bacaan umum), feedbackuntuk (umpan balik), trust (kepercayaan) dan beberapa jenis execise lainnya.

(5)

ABSTRACT

Winda Yunica (2015): THE EFFECTIVENESS OF GROUP GUIDANCE

WITH EXERCISE TECHNIQUE TO DEVELOP STUDENTS’ SELF

-RESILIENCE (Quasi-Experimental Research to the Tenth Grade Students of MAN1 Kinali, Sumatera Barat)

The background to this research is the urgency for resilience in individuals’ life as well as problems related to self-resilience, ultimately among students. Thus, the research is aimed at testing the effectiveness of group guidance with exercise technique to develop students’ self-resilience. It adopted quantitative approach with quasi-experiment method and employed non-equivalent pre-test post-test control group design. Data were gathered through questionnaires on students’ resilience with four alternative answers, namely always, often, seldom, and never. The data were then analyzed using the non-parametric statistical test, which is Mann-Whitney Test. The research finds that group guidance with exercise technique was effective in developing students’ self-resilience at all aspects. The effectiveness of exercise technique was also evidenced in the student’s increased average scores after intervention, results of analysis of students’ daily journals, and observation results. Based on the findings, the research recommends that guidance and counseling teachers use exercise technique to develop students’ self -resilience, and the future researchers explore other types of exercise, such as movement, arts and crafts, fantasy, common reading, feedback, trust, and the like.

Keywords: Group Guidance, Exercise Technique, Resilience

(6)

Winda Yunica, 2015

DAFTAR ISI

LEMABAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN SYUKUR DAN TERIMAKASIH ... iii

ABSTRAK. ... iv

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah. ... 5

C. Tujuan Penelitian. ... 8

D. Manfaat Penelitian. ... 8

E. Struktur Penulisan Tesis. ... 9

BAB II BIMBINGAN KELOMPOK MENGGUNAKAN TEKNIK EXERCISE UNTUK PENGEMBANGAN RESILIENSI DIRI SISWA A. Konsep Dasar Resiliensi. ... 10

1. Pengertian Resiliensi. ... 10

2. Karakteristik Resiliensi. ... 14

3. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Resiliensi... 20

4. Sumber Resiliensi. ... 24

5. Upaya-Upaya Meningkatkan Resiliensi . ... 29

B. Teknik Exercise Sebagai Upaya Pengembangan Resiliensi Diri Siswa. .. 1. Defenisi exercise. ... 32

2. Jenis-jenis group exercise. ... 34

3. Proses group exercise. ... 39

C. Asumsi Penelitian. ... 43

D. Hipotesis Penelitian. ... 44

(7)

Winda Yunica, 2015

B. Metode Penelitian. ... 45

C. Disain Penelitian. ... 46

D. Partisipan Penelitian. ... 47

E. Populasi dan Sampel. ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data. ... 48

G. Instrumen Penelitian. ... 48

H. Pengembangan Program. ... 56

I. Kategorisasi Resliensi. ... 56

J. Prosedur Penelitian. ... 56

K. Teknik Analisis Data. ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Efektifitas Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Excercise untuk Pengembangan Resiliensi diri siswa. ... 67

B. Analisis Efektifitas Teknik Exercise Untuk Pengembangan Resiliensi Diri Siswa Per Aspek. ... 71

C. Keterbatasan Penelitian. ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. ... 85

A. Kesimpulan. ... 85

B. Rekomendasi. ... 85

DAFTAR PUSTAKA

(8)

Winda Yunica, 2015

DAFTAR TABEL

3.1. Desain Penelitian ... 46

3.2. Kategori Skor Alternatif Jawaban ... 49

3.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 50

3.4. Interpretasi Koefisien Reliabilitas Tes... 53

3.5. Contoh Pengkonfersian Nilai Skala Skor ... 54

3.6. Kategori Resiliensi Diri Siswa... 56

4.1. Rekapitulasi Profil Resiliensi Diri Siswa Sebelum dan Sesudah Intervensi . 67 4.2. Rekapitulasi Kategori Resiliensi Diri Siswa ... 68

4.3 Hasil Uji Coba Hipotesis ... 69

(9)

Winda Yunica, 2015

DAFTAR GAMBAR

(10)

Winda Yunica, 2015

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Surat Izin Penelitian LAMPIRAN 2 :

1. Program Intervensi 2. SKLBK

3. Intrumen Resiliensi 4. Jurnal Harian 5. Lembar Observasi LAMPIRAN 3 : Validitas dan Reabilitas

1. Data Pengkompersian Item 2. Data Uji Coba

3. Data Uji Ketepatan Instrumen 4. Hasil Faliditas dan Reliabilitas LAMPIRAN 4 : Tabulasi Pre Tes Seluruh Kelas X

LAMPIRAN 5 : Data pre tes dan pos tes kelas eksperimen dan kelas kontrol

(11)
(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat diri dan tetap melakukan perubahan sehubungan dengan masalah atau ujian yang dialami, setiap individu memiliki kapasitas untuk menjadi resilien. Kemampuan untuk melanjutkan hidup setelah ditimpa kemalangan atau bertahan ditengah lingkungan dengan tekanan yang berat bukanlah sebuah keberuntungan, hal tersebut menunjukkan adanya kemampuan tertentu dalam diri individu yang dikenal dengan istilah resiliensi (Tugade & Frederikson, 2004, hlm. 4). Penelitian yang dilakukan oleh Reivich di Universitas Pennsylvania selama kurang lebih dari 15 tahun menemukan bahwa resiliensi memegang peranan yang penting dalam kehidupan, karena resiliensi merupakan faktor esensial bagi kesuksesan dan kebahagiaan (Reivich and Shatte,2002, hlm. 11). Pengembangan resiliensi merupakan salah satu cara membantu remaja terhindar dari resiko-resiko ekstrim yang dialami oleh remaja. Dalam penelitiannya, Reivich dan Shatte (2002) menyebutkan pentingnya resiliensi untuk mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil seperti keluarga yang berantakan, kehilangan orang tua, kemiskinan, diabaikan secara emosional ataupun siksaan fisik.

(13)

namun ada pula individu yang gagal karena tidak berhasil keluar dari situasi yang tidak menguntungkan. Permasalahan yang berkaitan dengan resiliensi ini banyak terjadi dikalangan pelajar atau remaja, berbagai permasalahan yang timbul di usia remaja sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Konflik pada diri remaja yang diakibatkan oleh tidak siapnya remaja dalam menghadapi harapan akan kenyataan yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya menjadi salah satu penyebab permasalahan.

Thoresen and Eagleston (Roberson, 1985, hlm. 5) menyatakan bahwa anak atau remaja yang menghadapi seperangkat tuntutan tanpa kemampuan yang memadai akan meresponnya dengan cara yang berbahaya atau maladaptif. Dalam area kognitif, ketidakseimbangan antara tuntutan dengan kemampuan ini dapat mengakibatkan perasaan rendah diri dan selalu merasa gagal. Hurlock (1980, hlm. 213) mengungkapkan sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Pada masa remaja, siswa berpotensi untuk mengalami masalah-masalah emosional dan berperilaku dalam bentuk yang beragam. Siswa mungkin menjadi suka menentang atau mungkin menunjukkan (a) kemurungan, (b) marah, (c) sensitif, (d) agresif, (e) ambivalensi, (f) kesulitan konsentrasi, (g) kurang berpartisipasi, (h) meningkat dalam hal melakukan aktivitas beresiko, atau (i) kelelahan. Perilaku-perilaku yang dapat mengarah pada berbagai bentuk dalam adegan sekolah (Stanley, 2006, hlm. 40).

Siswa-siswa yang masuk dalam kategori remaja merupakan suatu usia yang rentan karena pada usia ini remaja berada pada masa transisi, mereka membutuhkan dukungan dan bimbingan dari orang-orang sekitarnya, dan mereka juga membutuhkan model dalam pengembangan dirinya. Menurut Santrock (2003, hlm. 17) remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan, yang tampaknya lebih banyak dan kompleks ketimbang yang dihadapi remaja generasi yang lalu.

(14)

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi remaja bermasalah (troubled adolesence). Adversitas ini dapat menjadi pemicu utama timbulnya konflik dan masalah psikologis bagi remaja. Adversitas berupa musibah, keadaan tidak sesuai harapan atau sulit, pengalaman buruk, kejadian tidak menyenangkan, serta stressor yang dianggap berat dan dapat menyebabkan trauma.

Beberapa kasus yang terjadi pada remaja abkibat dari masalah yang di alami oleh remaja itu sendiri yang disebabkan lemahnya resiliensi diri remaja yang berujung kepada obat-obatan dan alkohol, Kevin 2010 (legalinfo.com) sesuai laporan terbaru yang diterbitkan oleh berbagai sumber, ada sejumlah besar anak-anak yang berjuang setiap hari dengan tekanan teman sebaya dan berakhir bereksperimen dengan obat-obatan dan alkohol dan membuat pilihan yang merusak mereka.

Atikel Remaja dan Narkoba. 20 Oktober 2014 (dalam situs Bnn.go.id). Tahun 2013, Badan Narkotika Nasional menyimpulkan bahwa sebanyak 50 jiwa dari 4,55 juta penduduk Indonesia meninggal karena narkoba. Hal ini terjadi karena peredaran narkoba di Indonesia makin luas dan tak terkendali dan pemerintah Indonesia belum mampu menumpang gembong narkoba sampai akarnya. Pencandu narkoba itu pada umumnya berusia antara 11 sampai 24 tahun. Artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Narkoba juga salah satu ujung dari pelarian siswa dalam menghadapi tekanan dan masalah dalam hidupnya, hal ini tentu di akibatkan oleh lemahnya resiliensi diri remaja tersebut.

(15)

Berdasarkan hasil penelitian Karina (2014) menjelaskan bahwa di kota Malang pada remaja pada usia 12-22 tahun yang berada pada kondisi orang tuanya bercerai, memiliki tingkat resiliensi yang cenderung rendah sebanyak (30,56 %) dari jumlah total subjek sebanyak 72 orang. Tingkat resiliensi seorang remaja adalah bersifat fluktuatif, artinya tingkat resiliensi seseoranng dapat dikategorikan tinggi maupun dikategorikan rendah tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya yakni antara lain faktor protektif (protective factor) dan faktor resiko (risk factor). Perceraian orang tua merupakan salah satu yang termasuk dalam faktor resiko, perceraian ini dapat secara langsung mampu memperbesar tingginya potensi resiko bagi individu dan meningkatkan kemungkinan perilaku negatif pada diri seorang remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Castro (2011) terhadap 937 orang siswa di texas selatan yang mengikuti program berbasis kecerdasan emosional keseluruhan siswa termasuk dalam kategori remaja beresiko dan 34% diantarannya berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang rendah, hasil pretes menunjukan bahwa 25% remaja menunjukan resiliensi pada kategori under-average, 57% diantaranya berada pada kategori average, dan sisanya

sebanyak 18% berada pada kategori above-average.

Berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan dari hasil penyebaran instrumen terhadap sampel penelitian maka diperoleh gambaran mengenai profil resiliensi diri siswa kelas X MAN Kinali Pasaman Barat. Hasil penelitian diklasifikasikan dalam dua kategori resiliensi, yaitu resiliensi diri yang lemah dan resiliensi diri yang kuat. Hasil pre test menunjukkan bahwa pada umumnya gambaran konsep diri siswa cenderung kuat, hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi seluruh siswa kelas X, terdapat 93 siswa (75%) yang memiliki resiliensi diri yang kuat, dan 30 siswa (24%) memiliki resiliensi diri yang lemah. Namun bukan berarti siswa yang memiliki resiliensi yang kuat dapat dikatakan akan selalu memiliki resiliensi yang kuat, ada kemungkinan ketika mereka mengalami tekanan masalah akan menjadi kategori resiliensi yang lemah.

(16)

resiliensi atau daya lentur. Daya lentur (resilience) merupakan kapasitas manusiawi yang dimiliki seseorang dan berguna untuk menghadapi, memperkuat diri atau bahkan mengubah kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan (traumatik) menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi (Juke, 2003, hlm. 63). Tanpa adanya resiliensi tidak akan ada keberanian, ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak ada insight (Desmita, 2013, hlm. 227). Kemampuan individu dalam kesiapannya menghadapi tantangan hidup yang serba tak pasti dan daya saing yang ia miliki salah satunya ditentukan dengan kemampuan individu dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya.

B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah

Sebagian siswa atau remaja memiliki masa lalu yang kurang menguntungkan bagi perkembangan mereka. Bahkan setiap individu pernah mengalami berbagai peristiwa yang kurang menyenangkan tetapi tidak dapat dihindarkan. Setiap individu pernah mengalami kegagalan dan masa-masa yang penuh dengan kesulitan. Masa lalu memang tidak dapat diubah, tetapi pengaruh negatif masa lalu dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan. Untuk tujuan tersebut resiliensi individu perlu dikembangkan. Pengembangan resiliensi sangat bermanfaat sebagai bekal dalam menghadapi situasisituasi sulit yang tidak dapat dihindarkan.

(17)

anak yang tumbuh dalam keluarga disfungsi, atau yang mengalami penelantaran dan penganiayaan cenderung memiliki resiliensi diri yang rendah dan tumbuh menjadi orang dewasa yang rentan, dikarenakan dalam perkembangannya lebih banyak peristiwa yang memicu stress dan kurang mampu mengatasi tekanan yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut.

Liquanti (1992, hlm. 2) menyebutkan secara khusus bahwa resiliensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dimana mereka tidak mengalah saat menghadapi tekanan dan perubahan dalam lingkungan. Mereka juga senantiasa terhindar dari penggunaan obat terlarang, kenakalan remaja, kegagalan akademik, depresi, stres berkepanjangan, perilaku menyimpang dan gangguan mental. Artinnya resiliensi merupakan potensi yang sudah dimiliki oleh setiap individu yang perlu dijaga dan dikembangkan.

Dalam mengembangkan resiliensi remaja untuk siap menghadapi tekan dan pemasalahan tersebut memerlukan sebuah upaya bantuan. Sebagai bagian integral dalam pendidikan, bimbingan dan konseling memegang peranan penting dalam membantu siswa mengatasi berbagai permasalahan pribadi yang dapat menghambat perkembangan siswa. Salah layanan yang dapat digunakan dalam bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Dalam beberapa penelitian bimbingan kelompok terbukti dapat membantu mengoptimalkan dan meningkatkan atau pengembangkan potensi siswa, seperti yang sudah dilakukan oleh Aini, L. K, & Nursalim, M (2012) bahwa bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama mampu meningkatkan kemampuan interaksi siswa dilingkungan sekolah dari hasil penelitain dapat dijelaskan nilai p=0,01 < α= 0,05, maka Ho ditolak dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh posotif penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama terhadap peningkatan kemampuan interaksi sosial pada siswa kelas VII SMP.

(18)

rendah. 3) terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan berkomunikasi siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok, dimana tingkat kecemasan berkomunikasi siswa mengalami penurunan dari tingkat kecemasan berkomunikasi kategori tinggi menjadi rendah. mengacu kepada penjelasan diatas dengan menggunakan dinamika kelompok dapat membantu siswa untuk mengembangkan potesi yang ada pada siswa, termasuk kemampuan dalam bertahan menghadapi masalah kehidupan (resiliensi). Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Rusmana (2009, hlm. 13) bimbingan kelompok adalah sebagai “suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan pribadi”.

Dari beberapa peneliti yang sudah menggunakan bimbingan kelompok untuk membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya, maka dari itu saya dalam penelitian ini juga akan menggunakan bimbingan kelompok untuk membantu siswa meningkatkan potensi resiliensi diri dengan menggunakan salah satu teknik yang ada dalam bimbingan kelompok yaitu teknik group exercise.

Berdasarkan identifikasi masalah, rendahnya resiliensi anak bangsa bukanlah suatu hal yang layak dibiarkan, remaja perlu diajari bagaimana mengembangkan resiliensi dalam diri mereka, agar mereka memiliki bekal kemampuan untuk bangkit dan bertahan dalam situasi yang sarat perubahan dan tekanan seperti yang sedang terjadi di era globalisasi saat ini. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah perlu dikembangkan resiliensi diri bagi remaja yang memiliki resiliensi yang lemah. Berdasarkan rumusan masalah, maka pertanyaan penelitan dalam tesis ini adalah:

(19)

C. Tujuan Penelian

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan resiliensi diri remaja melalui bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik group exercise.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran mengenai efektivitas bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik group exercise dalam meningkatkan resiliensi remaja.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi para praktisi dalam meningkatkan resiliensi diri siswa di sekolah. Secara spesifik, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi:

a. Guru Bimbingan dan Konseling

Untuk membantu meningkatkan resiliensi diri siswa melalui implementasi layanan bimbingan kelompok.

b. Siswa

Diharapkan dapat memiliki resiliensi diri yang tinggi dalam menjalankan perannya sebagai siswa di sekolah, sehingga dapat menghadapi dan menyelesaikan tuntutan kehidupan dengan penuh makna positif dan sikap yang positif.

c. Peneliti selanjutnya

Untuk memperdalam kajian dan memberikan referensi mengenai resiliensi diri siswa dari berbagai variabel yang mempengaruhinya.

E. Struktur Penulisan Tesis

(20)

faktor-faktor yang mempengaruhi resliensi siswa, sumber rsiliensi, upaya-upaya dalam meningkatkan resiliensi. Dilajudkan dengan penjelasan konsep bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik exercise sebagai upaya meningkatkan resiliensi diri remaja, yang mencakup defenisi bimbingan kelompok, manfaat bimbingan kelompok, teknik exercise dalam bimbingan kelompok sebagai upaya meningkatkan resiliensi diri remaja, jenis-jensi group exesrcise dalam meningkatkan resiliensi remaja dan proses teknik exercise.

Bab tiga membahas metode penelitian yang melitputi, disain penelitian, metode penelitian, defenisi opersional, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab emapat hasil penelitian, pembahasan dan analisis. Bab lima terdiri atas kesimpulan dan rekomendasi.

(21)

Winda Yunica, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ketiga ini adalah penjelasan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari penjelasan tentang pendekatan, metode, dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen, prosedur dan teknik analisis data penelitian.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori-teori tertentu, dengan cara meneliti hubungan antar variabel, menggunakan instrumen-instrumen penelitian, sehingga data-data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporan akhir untuk penelitian ini pada umumnya memiliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan (Creswell. 2008 dalam Creswell. 2013, hlm 5). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui keefektivan bimbingan kelompok menggunakan teknik exercise untuk meningkatkan resiliensi remaja

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi exsperiment. Penelitian quasi experiment yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan berdasarkan kelompok yang terbentuk

(22)

Winda Yunica, 2015

subjek seadanya karena peneliti kurang memungkinkan membentuk kelas yang baru dan karena intervensi yang diberikan bersifat bimbingan untuk semua.

C. Disain Penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah pre-test post-test control group design, yaitu dalam desain ini terdapat dua kelompok yang sudah di beri

pretest untuk mengetahui keadaan awal. Setelah pre-test diberikan, kelompok

eksperimen akan diberikan perlakuan menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik group exercise, dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan. Setelah itu masing-masing kelompok kontrol dan eksperimen akan diberikan pre-test dan post-test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan

berpengaruh terhadap resiliensi diri siswa. Desain penelitian pre-test post-test control group dapat diilustrasikan sebagai berikut: (Heppner. 2008, hlm. 152).

Tabel 3.1

Desain Penelitian

Kelas Pretest Treatment Posttes

KE O1 X O2

KK O1 - O2

Keterangan:

KE : kelompok eksperimen KK : kelompok kontrol

X : perlakuan atau treatmen berupa bimbingan kelompok dengan teknik group exercise

O1 : pretest untuk mengukur resiliensi diri siswa.

(23)

Winda Yunica, 2015

D. Partisipan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Kinali yang beralamat Jl. Lintas Simpang Emapat Manggopoh Km. 15, Pasaman Barat, Sumbar. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X yang terdiri dari lima kelas. Jumlah partisapan yang telibat dalam penelitian ini adalah 150 orang.

Pemilihan partisipan dalam penelitan ini berdasarkan pertimbangan berikut ini:

1. Siswa-siswa kelas X merupakan suatu usia remaja yang rentan, karena pada usia ini mereka berada pada masa transisi. Dalam priode ini dianggap priode yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan individu yang mana-masa remaja adalah masa transisi dari remaja menuju dewasa.

2. Masa remaja dianggap sebagai priode badai dan penuh tekanan dalam menghadapi harapan dan kenyataan yang terjadi pada dirinya dan lingkungannya. Pada masa remaja ini kesemapatan untuk mengembangkan resiliensi diri masih banyak untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi persoalan dalam hidupnya.

3. Berdasarkan survei dan hasil wawancara dengan konselor sekolah, banyak siswa-siswa kelas X yang berlatar belakang dari keluarga broken home dan kondisi sosial-ekonomi yang rendah.

4. Berdasarkan penelitan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik groub exercise sebagai upaya mencegah dan meningkatkan resiliensi diri remaja yang lemah.

E. Populasi dan Sampel

(24)

Winda Yunica, 2015

hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X MAN Kinali. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu strategi pemilihan sampel yang memberikan kesempatan kepada

semua siswa kelas X yang terindikasi memiliki resiliensi lemah untuk menjadi sampel (Creswell, 2012).

F. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan dimensi dan indikator variabel dengan berpedoman pada cara penyusunan butir angket yang baik. Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian maka dikembangkan alat pengumpul data, yaitu:

1. Angket resiliensi diri digunakan untuk memperoleh informasi tentang tingkat resiliensi diri siswa sebelum dan sesudah diberikan teknik permainan. Skala yang digunakan adalah skala sikap berupa. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial ( Riduwan, 2011, hlm. 38). Dalam penelitian ini sampel ditentukan dengan menggunakan angket pretest pada seluruh kelas X dan yang yg terpilih adalah kelas Xc sebagai kelas kontrol dan X.d sebagai kelas eksperimen yang sama-sama memiliki karakteristik yang sama.

2. Observasi. Observasi dilakukan untuk melihat perubahan sikap siswa pada saat intervesi berlangsung.

G. Instrumen penelitian

1. Penyusunan Intrumen

(25)

Winda Yunica, 2015

hipotesis. Untuk mengungkap resiliensi remaja, peneliti menggunakan instrumen tes menggunakan pilihan jawaban partisipan yaitu Selalu (S), Sering (Sr), Jarangn (Jr), dan Tidak pernah (Tp) dengan bobot nilai secara berurutan 0, 1, 2, 3.

Tabel 3.2

Kategori Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban Item Positif Item Negatif

Selalu 3 0

Sering 2 1

Jarang 1 2

Tidak pernah 0 3

2. Defenisi Operasional Penelitian:

Berdasarkan identifikasi masalah, penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu 1) Variabel bebas, yakni teknik exercise. 2) variabel terikat, yakni resiliensi siswa. Variabel bebas berfungsi sebagai strategi fasilitas pengembangan resiliensi, sedangkan variabel terikat berfungsi sebagai perilaku sasaran. Berikut penjelasan definisi operasional kedua variabel tersebut:

1) Resiliensi Siswa

Resiliensi dalam penelitian ini dapat dipahami sebagai kemampuan atau kapasitas individu yang memberikan kemungkinan untuk menghadapi, mencegah, meminimalisasi, dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang menekan atau merugikan, atau mengubah kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Kemampuan yang harus dimiliki oleh individu terdiri dari tujuh aspek sebagai berikut:

(26)

Winda Yunica, 2015

b. Impulse Control adalah kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.

c. Optimism adalah individu yang optimis, optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang.

d. Causal Analysis adalah causal analysis merujuk pada kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi.

e. Empathy Empati sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain.

f. Self-efficacy adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil. g. Reaching out kemampuan individu meraih aspek positif dari

kehidupan setelah kemalangan yang menimpa. 2) Teknik exercise

Teknik exercise yang dimaksud dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan pemberian bantuan dari konselor atau peneliti kepada konseli atau siswa MAN Kinali. Bantuan yang diberikan melibatkan empat jenis teknis exercise yaitu dyat dan triad, creative props, written, rouds.

3. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Instrumen penelitian ini dikembangkan dari karakteristik resiliensi yang terdiri dari tujuh aspek yaitu Emotions regulations, Impulse control, Optimism, Casual analysis, Empathy, Self-efficacy, Reaching out.

(27)

Winda Yunica, 2015

indikator terdiri dari 3 item. Berikut disajikan kisi-kisi instrumen skala resiliensi remaja.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Resiliensi Remaja

No Aspek Indikator No Item

1. Emotions regulations

1.1.Mengendalikan rasa sedih. 1,2,3 1.2.Mengendalikan rasa marah 4,5,6 1.3.Mengendalikana rasa bersalah

dalam diri 7,8,9

2. Impulse control 2.1.Mengendalikan pikiran 10,11,12 2.2.Mengendalikan perilaku 13,14,15 3. Optimism Keyakinan tentang masa depan yang

lebih baik 16,17,18

4. Casual analysis Mengidentifkasi atau menganalisis

masalah 19,20,21

5. Empathy Merasakan perasaan orang lain 22,23,24 6. Self-efficacy Merasa mampu memecahkan masalah 25,26,27 7. Reaching out Bangkit dari masalah dan

keterpurukan 28,29,30

Jumlah Item 30

Kuesioner sebagai alat pengumpul data yang telah digunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:

a. Uji Kelayakan Instrumen.

(28)

Winda Yunica, 2015

Masukan dari dosen pembimbing dijadikan landasan dalam penyempurnaan alat pengumpul data yang dibuat. Adapun hasil penimbangan menunjukkan terdapat 28 item pernyataan yang dapat digunakan dari 30 item yang telah dirancang. Selanjutnya dilakukan uji coba secara empiris pada siswa MAN, data hasil uji coba diuji validitas dan reliabilitasnya.

1) Uji Validitas.

Uji validitas yang dimaksud ialah validitas item yang dihitung menggunakan rumus Spearman Rho sebagai berikut:

(Furqon, 2011, hlm 112) Keterangan:

: koefisien korelasi skor tiap item dengan skor total : skor tiap item

: skor total

: selisih nilai dengan : jumlah responden

Item valid jika nilai atau nilai

, sebaliknya item tidak valid jika atau nilai

. Berdasarkan hasil uji validitas diketahui 2 item yang tidak valit yaitu item nomor 9 dan nomor 18, dari 30 item yang diujikan, jadi item

dapat digunakan dalam penelitian ini menjadi 28 item. Hasil uji validitas

item secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

2) Uji realibilitas.

(29)

Winda Yunica, 2015

(Drummond & Jones, 2010, hlm 90) Keterangan:

: koefisien reliabilitas tes

: koefisien korelasi skor ganjil dan genap

Tes reliabel jika nilai , sebaliknya tes tidak reliabel jikanilai . Tingkat reliabilitas tes ditentukan menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Drummond & Jones (2010, hlm 94) sebagai berikut:

Tabel 3.4

Interpretasi Koefisien Reliabilitas Tes

Tingkat reliabilitas Nilai koefisien reliabilitas

Very High

High

Acceptable

Moderate/ Acceptable

Low/ Unacceptable

Berdasarkan uji reliabilitas disimpulkan bahwa tes yang digunakan reliabel dengan nilai 0,8512 (reliabilitas tinggi). Hasil uji reliabilitas tes secara lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

b. Uji Keterbacaan Item

(30)

Winda Yunica, 2015

keterbacaan pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan bahasa yang lebih mudah dipahami siswa. Berdasarkan hasil uji keterbacaan disimpulkan bahwa petunjuk pengerjaan dan bahasa yang digunakan sudah dipahami oleh siswa.

c. Uji Ketepatan Skala Skor

Data yang dieperoleh dari hasil uji coba masih berupa data ordinal Karena masih berupa skala ordinal, maka perlu mengkonversi nilai skala tersebut menjadi bernilai interval dengan menempatkan masing-masing nilai skala dalam kelompoknya pada distribusi normal yaitu dari skor mentah menjadi nilai skor akhir, sehingga jarak nilai menjadi sama . Dengan cara ini penentuan nilai skala dilakukan dengan memberi bobot dalam satuan deviasi normal bagi setiap kategori respon.

Pengkonversian nilai skala item ditentukan oleh banyaknya item pernyataan dalam suatu skala. Contoh pengkonversian nilai skala item dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Contoh Pengkonversian Nilai Skala Skor.

N = 45 Responden

1 S Sr Jr Tp

f 7 13 17 8

P 0,156 0,289 0,378 0,178

CP 0,156 0,444 0,822 1

Mid CP 0,078 0,30 0,63 0,91

Z -1,42 -0,53 0,33 1,34

Z+1,42 0 0,9 1,8 2,8

Z dibulatkan 0 1 2 3

(31)

Winda Yunica, 2015

1. Menentukan frekuensi ( f ) atau banyak pilihan responden pada setiap aternatif item, contoh dapat dilihat pada table 1.3. Ditabel dijelaskan pada item no 1 respoden yang memilih alternatif jawaban S = 7 orang, Sr = 13 orang, Jr = 17 orang, Tp = 8 orang, dari 45 orang total responden. 2. Menentukan P (proporsi) atau persentase setiap alternatif jawaban .

Contoh dari table 1.3 dapat diketahui menentukan proporsi ( P ) adalah, frekuensi alternatif jawaban dibagi dengan total responden. Frekuensi S = 7: 45 = Proprprsi (P) 0,156. Perhitungan ini dilakukan pada setiap alternatif jawaban item.

3. Setelah proporsi aleternatif dihitung, kemudian dilanjudkan menentukan cumulative proporsi (CP) setiap alternatif jawaban dengan cara

menjumlahkan hasil proporsi alternative jawaban dengan proporsif alternative jawaban yang sebelumnya. Contoh: untuk menetukan CP alternatif jawaban Sr = proporsi. (S) 0,156 + proporsi (Sr) 0,289 = CP (Sr) 0,444. Begitu selanjutnya untuk menentukan CP alternatif jawaban lainnya.

4. Kemudian menghitung Mid Cumulative Proporsi ( Mid CP) dengan cara menjumlahkan ½ P alternatif yang sedang dicari Mid CP dengan CP alternatif sebelumnya. Misalnya untuk Mid CP alternatif S yaitu ½ P S = 0,156:2 = Mid CP alternative S 0,076. Untuk CP alternatif Sr = CP S 0,156 + ½ P Sr 0,289 = Mid CP Sr 0,30. Demikian juga untuk Mid CP alternatif lainnya.

(32)

Winda Yunica, 2015

ke samping diperoleh angka -1,4 sedangkan pada ujung garis ke atas diperoleh angka 0,02 kemudian jumlahkan keduanya, maka diperolehlah bahwa z dari -0,078 adalah -1,42.

6. Sesudah diperoleh nilai Z untuk masing-masing alternative respon (mid point CP), maka untuk memperoleh skala, nilai Z yang pertama

(alternative dengan nilai skala terkecil) angka mutlaknya ditambahkan pada nilai z tiap alternative. Misalnya pada tabel di atas nilai 0 diperoleh dari -1,42 +-1,42. Setelah tiap alternatif respon memperoleh nilainya kemudian dibulatkan seperti terlihat dalam nilai konversi skala skor. Dari nilai inilah seluruh analisa data dilakukan. Jadi, apabila dalam analisis terbukti bahwa butir skala tersebut berpola 0,1,2,3 maka pola inilah yang dikatakan valid untuk dipakai (Subino. 1987, hlm. 124) (Hasil terlampir)

Langkah pengkonversian nilai skala dengan memberikan bobot dalam suatu deviasi normal akan menghasilkan suatu nilai interval yang tepat dalam memposisikan masing-masing kategori/ alternative respon dalam suatu kontinum.

H. Pengembangan Program Intervensi

(33)

Winda Yunica, 2015

I. Kategorisasi Resiliensi Diri Siswa

Berdasarkan skor minimum dan skor maksimum yang digunakan pada angket resiliensi diri siswa diperoleh rataan skor sebesar 1,5

( ). Kategorisasi resiliensi diri siswa

dilakukan berdasarkan kriteria berikut.

Tabel 3.6

Kategori Resiliensi Diri Siswa

Skor Resiliensi Kategori Resiliensi

Kuat

Lemah

Keterangan: merupakan rataan skor yang diperoleh masing-masing siswa

J. Prosedur penelitian

Borg dan Gall (1989: 679 dalam Creswell. 2013: 148) menyimpulkan enam langkah yang biasanya digunakan dalam prosedur rancangan pre test post test control group. Penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah

tersebut, yaitu: 1) persiapan, 2) melakukan pre test terhadap keseluruhan partisipan penelitian, 2) menempatkan partisipan secara berpasangan berdasarkan skor-skor pre test dalam ukuran yang telah ditetapkan, 3) menempatkan partisipan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 4) melakukan treatment, 5) melakukan post test terhadap keseluruhan partisipan, dan 6) melakukan analisa data. Secara umum penelitian ini dilakukan melalui serangkaian prosedur sebagai berikut:

a. Rasional

(34)

Winda Yunica, 2015

bukanlah sebuah keberuntungan, hal tersebut menunjukkan adanya kemampuan tertentu dalam diri individu yang dikenal dengan istilah resiliensi (Tugade & Frederikson, 2004, hlm. 4). Resiliensi penting agar seseorang dapat menghadapi stress dalam kehidupan sehari-hari dan penting untuk memperluas serta memperkaya kehidupan seseorang. Individu yang relisien adalah orang-orang yang terus berjuang beriringan dengan kekecewaan. Dalam menghadapi tantangan dan penderitaan yang dialami tersebut terdapat kemungkinan ditemuinya kegagalan serta kekecewaan. Namun, inti dari resiliensi adalah bagaimana ia dapat terus menerus bangkit dari kekecewaan tersebut

Liquanti (1992, hlm. 2) menyebutkan secara khusus bahwa resiliensi merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dimana mereka tidak mengalah saat menghadapi tekanan dan perubahan dalam lingkungan. Mereka juga senantiasa terhindar dari penggunaan obat terlarang, kenakalan remaja, kegagalan akademik, depresi, stres berkepanjangan, perilaku menyimpang dan gangguan mental. Artinnya resiliensi merupakan potensi yang sudah dimiliki oleh setiap individu yang perlu dijaga dan dikembangkan.

(35)

Winda Yunica, 2015

Dari beberapa teori bimbingan konseling yang dapat digunakan salah satunya yang dianggap dapat digunakan adalah bimbingan kelompok untuk membantu siswa mengembangkan potensi resliensi diri yang dimilikinya, maka dari itu bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik group exercise dianggap sesuai untuk mengembangkan potensi resiliensi siswa.

b. Tujuan

Program intervensi ini secara umum bertujuan untuk menguji matode teknik groub exercise yang paling efektif dalam mengembangkan potensi resiliensi diri siswa. Metode yang dimaksud adalah 1) dyat and triad, 2) creative props, 3) written, 4) Rounds. Metode teknik group exercise yang

paling efektif adalah teknik yang dapat meningkatkan karakteristis resiliensi diri siswa yakni:

1. Emotions regulations

a. Siswa mampu mengendalikan rasa sedih. b. Siswa mampu mengendalikan rasa marah

c. Siswa mampu mengendalikan rasa bersalah dalam diri 2. Impulse control

a. Siswa mampu mengendalikan pikiran b. Siswa mampu mengendalikan perilaku

3. Optimism; siswa memiliki keyakinan tentang masa depan yang lebih baik.

4. Casual analysis; siswa memiliki kemampuan untuk mengidentifkasi atau menganalisis masalah.

5. Empathy; siswa memiliki kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain

(36)

Winda Yunica, 2015

7. Reaching out; siswa mampu bangkit dari masalah dan keterpurukan.

c. Asumsi Dasar

Asumsi yang mendasari intervensi teknik group exercise dalam mengembangkan resiliensi diri siswa adalah:

1. Idividu memiliki kemampuan untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan diri ataupun mengubah dirinya dari keterpurukan atau kesengsaraan dalam hidup. Karena setiap orang itu pasti mengalami kesulitan ataupun sebuah masalah dan tidak ada seseorang yang hidup di dunia tanpa suatu masalah ataupun kesulitan. (Grotberg, 1995, hlm. 10). Itu artinya resiliensi merupakan potensi yang harus dikembangkan dari siswa.

2. Asumsi mendasar dalam studi mengenai resiliensi adalah bahwa beberapa individu tetap baik-baik saja meskipun telah mengalami situasi yang sarat adversitas dan beresiko, sementara beberapa individu lainnya gagal beradaptasi dan terperosok dalam adversitas atau resiko yang lebih berat lagi (Schoon, 2006:9).

3. Individu memiliki kemampuan untuk 1) mengatasi perubahan yang mengganggu, 2) menjaga kesehatan dan energi dibawah tekanan, 3) bangkit kembali dari keterpurukan, 4) mengatasi kemalangan, 5) mengubah cara berpikir dan bekerja ketika cara lama sudah tidak mungkin untuk dilakukan, 6) melakukan semua poin di atas tanpa merusak dan membahayakan. (Al Siebert, 2005, hlm. 5).

4. Individu memiliki kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. (Reivich dan Shatte, 2000, hlm. 26), 5. Teknik group excercise membantu individu untuk merangsang diskusi

(37)

Winda Yunica, 2015

untuk mempelajari lebih dalam pikiran dan perasaan, merangsang pembahasan dan diskusi terkait dengan dinamika kelompok dan proses kelompok. (Jacobs, 2009, hlm. 258)

6. Melalui bimbingan kelompok dengan teknik latihan (exercise) dapat digunakan untuk mengembangkan potensi diri siswa melalui partisipasi dengan mengangkat suatu fokus dalam memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk mendapatkan informasi serta memberikan rileksasi, kesenangan dan kenyamanan kepada siswa.

d. Kompetensi Konselor

Dalam melaksanakan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik group exercise untuk meningkatkan resiliensi diri siwa harus didukung oleh kompetensi memadai yang dimiliki oleh peneliti yang sekaligus berperan sebagai pemberi intervensi. Berbagai sumber menyatakan bahwa groub exercise dapat diberikan oleh berbagai kalangan dan tidak menuntut lisensi profesional tertentu. Beberapa kalangan yang terbiasa memberikan intervensi ini diantaranya adalah Guru, Guru BK, Konselor, dan Terapis. Hal ini mengimplikasikan bahwa peneliti memenuhi syarat untuk melaksanakan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik group exercise. Kompetensi lainnya adalah:

1. Memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai konsep resiliensi diri siswa.

2. Memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai dalam dalam bimbingan kelompok dengan menggunakan groub exercise. 3. Memahami karakteristik siswa di MAN Kinali yang merupakan subjek

dari penelitian ini.

(38)

Winda Yunica, 2015

e. Sasaran Intervensi

Populasi yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MAN kinali yang teridentifikasi memiliki resiliensi yang lemah. Sasaran intervensi adalah peserta didik yang memiliki skor rendah pada aspek karakterisitik resiliensi, yaitu pada aspek Emotions regulations, Impulse control, Optimism, Casual analysis, Empathy, Self-efficacy, Reaching out.

f. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Bimbingan

Secara keseluruhan intervensi group exercise dilaksanakan beberapa kali sesi intervensi untuk kelompok eksperimen. Pelaksanaan intervensi dilakukan secara fleksibel, artinya pelaksanaan intervensi dapat dilakukan di dalam ruangan kelas atau dilapangan MAN Kinali. Lamanya intervensi ditentukan oleh exercise yang akan diberikan. Untuk mendokumentasikan hasil penelitian, peneliti bekerja sama dengan guru pembimbing di MAN Kinali dalam proses perekaman, membagikan instrumen dan memberikan penjelasan tambahan kepada siswa yang belum memahami cara mengisi instrumen.

(39)

Winda Yunica, 2015

Reaching out, dengan tujuh kali sesi intervensi. Masing-masing sesi

mengintervensi satu aspek resiliensi.

Prosedur pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik exercise adalah :

1. Tahap awal, yaitu orientasi peserta (pembinaan hubungan baik), adalah proses pembentukan kelompok dan pembinaan hubungan yang baik dalam sebuah kelompok. Pada tahap ini peserta diberikan permainan yang bersifat pengakraban dan penjajagan antara peserta.

2. Tahap transisi, yaitu orientasi permainan kelompok. Tahap ini merupakan tahap pengembangan arah dan tujuan kelompok sehingga akan tercapai kesepakatan dalam diri anggota kelompok untuk melakukan apa dan bagaimana proses dari kegiatan yang akan dilakukan. Pada tahap ini konselor memberikan penjelasan sebagai berikut:

a. Tujuan group exercise yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus permainan kelompok yang akan dilaksanakan secara singkat.

b. Tata cara group exercise secara umum yang meliputi cara memulai, melaksanakan dan mengakhiri exercise.

c. Peran peserta dan peran fasilitator.

3. Tahap kerja atau tahap inti, yaitu pelaksanaan group exercise. Pada tahap ini seluruh peserta diajak untuk terlibat aktif dalam permainan kelompok yang dilaksanakan. Di samping itu fasilitator memberikan dorongan empatik dan penguatan kepada peserta pada saat exercise berlangsung.

(40)

Winda Yunica, 2015

analysis, Empathy, Self-efficacy, Reaching out, dengan tujuh kali sesi

intervensi. Masing-masing sesi mengintervensi satu aspek resiliensi. Intervensi group exercise dengan menggunkan metode, 1) dyat and triad, 2) creative props, 3) written, 4) Rounds. Berikut penjelasan setiap

sesi yang akan dilaksanakan: a) Sesi Pertama

Sesi pertama intervensi group exercise pada kelompok eksperimen adalah metode dyiat and triad dengan materi obrolan orang tua. Aspek resliensi yang diintervensi yakni emotions regulation. Obrolan orang tua ini akan diperankan oleh masing siswa dengan tema sesuai aspek yang ingin dicapai. Tujuan dari intervensi ini adalah agar siswa mampu mengendalikan emosi yang dirasakan dengan terkontrol. Setelah exercise dyiat and triad ini dilakukan kemudian peneliti akan merefleksikan yang dirasakan oleh siswa dari kekgiatan yang sudah dilakukan, dilanjutkan dengan diskusi tentang kegiatan tadi yang mengacu pada pembahasan aspek yang ingin dicapai.

b) Sesi Kedua

Sesi kedua intervensi group exercise adalah metode creative props, aspek resiliensi yang diintervensi yakni impulse contol. Tujuan

dari intervensi ini adalah agar siswa mampu mengendalikan impulsivitas dengan mencegah terjadinya kesalahan pemikirian dan

tindakan, sehingga dapat memberikan repon yang tepat pada permasalahan yang ada. Exercise yang akan dilakukan adalah menjernihkan pikiran (kegiatan terlampir).

c) Sesi Ketiga

(41)

Winda Yunica, 2015

terwujudnya masa depan yang lebih baik jika diiringi dengan segala usaha untuk mewujudkan hal tersebut. Exercise yang diberikan adalah menulis cita-citaku.

d) Sesi Keempat

Sesi keempat intervensi group exercise adalalah creative props, aspek resiliensi yang diintervensi casual analysis. Tujuan dari intervensi adalah siswa mampu mengidentifikasikan semua penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka tanpa menyalahkan orang lain atas kesalah yang mereka perbuat. Kegiatan exercise yang dilakukan adalah membangun menara (kegiatan

terlampir) e) Sesi Kelima

Sesi kelima intervensi group exercise adalah rouds, yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah, siswa memiliki kemampuan untuk merasakan perasan orang lain dengan melatih kepekaan mereka terhadap sentuhan verbal dan non verbal dari orang lain. Aspek resiliensi yang diintervensi adalah aspek empathy. Exercise yang diberikan adalah bebas bereksperesi ( kegiatan terlampir).

f) Sesi Keenam

Sesi keenam intervensi group exercise adalah creative props dengan aspek resiliensi yang diintervensi adalah self efficacy. Tujuan dari intervensi ini adalah siswa merasa memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Exercise yang deberikan adalah sembilan titik (kegitan terlampir)

(42)

Winda Yunica, 2015

Sesi ketujuh intervensi group exercise adalah menuli Creative porps, aspek resiliensi yang diintervensi adalah reaching out. Tujuan

dari intervensi ini adalah membantu siswa agar memiliki kemampuan meraih aspek positif dari kehidupan setelahkemalangan yang menimpa mereka, sehingga siswa benar-benar dapat bangkit dari masalah dan keterpurukan yang mereka alami. Exercise yang diberikan adalah bola mental.

4. Tahap terminasi, yaitu tahap refleksi dan pengakhiran group exercise. Pada tahap ini peneliti membantu peserta dalam menyerap pengalaman, wawasan dan hikmah yang diperoleh setelah mengikuti group exercise. Adapun contoh yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:

a. Memberikan kesempatan kepada setiap peserta untuk menjelaskan pengalaman apa yang didapatkan dalam exercise yang diberikan. b. Memberikan kesempatan setiap peserta exercise untuk menjelaskan

masalah yang dihadapi dalam pelaksanan permainan dan penanganannya.

c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjelaskan pelajaran yang diperoleh dari group exercise yang telah diikuti. d. Mengarahkan peserta group exercise untuk membahas proses

pelaksanaan dan hasil exercise berkaitan dengan permasalahan dan pengaplikasian dalam kehidapan sehari-hari peserta.

g. Evaluasi

(43)

Winda Yunica, 2015

penilaian terhadap hasil difokuskan terhadap perubahan sikap konseli setelah mengikuti keseluruhan sesi intervensi konseling.

Penilaian terhadap proses bimbingan dilakukan dengan mengamati dan menganalisis secara seksama mulai dari tahap awal, tahap inti, sampai tahap akhir pelaksanaan intervensi bimbingan adalah melalui post-test yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan bimbingan kelompok menggunakan group exercise untuk meningkatkan resiliensi diri siswa. Adanya

peningkatan rata-rata dan persentase antara sebelum pemberian intervensi exercise (pre test) dengan setelah pemberian intervensi exercise (post test),

hai ini merupakn indikator keberhasilan intervensi bimbingan kelompok menggunakan teknik exercise. Selain itu, indikator keberhasilan setiap sesi intervensi bimbingan ditentukan oleh penguasaan peserta terhadap pengetahuan dan keterampilan tertentu sebagaimana disebutkan dalam garis besar isi intervensi bimbingan yang dirangkup dari jurnal harian siswa.

K. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah independent sample Mann-Whitney test (uji Mann-Whitney untuk sampel

independen). Uji nonparametrik ini digunakan karena pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Efektifitas perlakuan dilihat dengan menggunakan uji Mann-Whitney menggunakan program SPSS. Jika nilai

maka Ho diterima, sebaliknya jika

(44)

80

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab lima dijelaskan mengenai kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan merupakan kombinasi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Sementara rekomendasi difokuskan pada upaya untuk mensosialisasikan dan mengaplikasikan hasil penelitian serta pengembangan keilmuan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

A. Kesimpulan

1. Bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik exercise dapat meningkatkan profil resiliensi diri siswa MAN Kinali. Dapat terlihat dari hasil analisis observasi dan jurnal harian siswa yang membuktikan bahwa adanya peningkatan pada setiap aspek resiliensi diri pada siswa setelah mengikuti group exercise.

2. Efektivitas taknik group exercise terbukti dapat meningkatkan resiliensi diri siswa setelah mengikuti teknik exercise dengan metode-metode yang ada dalam teknik exercise. Peningkatan yang signifikan dibuktikan dari hasil Uji-T paired sampel sehingga hipotesis H0 diterima dan dengan didukung uji N-Gain yang menunjukkan bahwa teknik dan metode group exercise dapat meningkatkan resiliensi diri siswa MAN Kinali.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dilakukan di MAN kinali, maka peneliti merekomendasikan beberapa saran sebagai beriku:

1. Siswa yang terindikasi memiliki masalah bahwasanya dapat ditingkatkan aspek-aspek resiliensi yang ada pada diri masing-masing siswa MAN Kinali melalui teknik exercise.

(45)

81

dan kedepannya dapat memperhatikan perkembangan resiliensi diri siswa.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Aini, L. K. & Nursalim, M (2012). Penerapan bimbingan kelompok dengan teknik

sosiodrama untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa di lingkungan sekolah. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan: Vol. 13. No.1, Juli 2012. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : Luluk Khurotul Aini, http://ejournal.unesa.ac.id/ (Diakses 04 desember 2014) Al Siebert. (2005). The resiliency advantage : Master change, thrive under

pressure, and bounce back from setbacks. California: Berrett-Koehler Publishers, Inc.

Amti, Erman (2004), Bimbingan dan konseling. Jakarta: Proyek Pembinaan Pendidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta :Rineka Cipta.

Aswida, W. dkk. (2012). Efektifitas layanan bimbingan kelompok dalam mengurangi kecemasan berkomunikasi pada siswa. Jurnal ilmiah konseling. Vol. 1. No. 1. Januari 2012. Hlm 1-11

Banaag, C. G (2002). Resiliency, street children and substance abuse prevention. Journal of prevention preventif, nov 2002, vol 3.

Bernard, B. (1991). Fostering resiliency in kids: protective factors in the family, school, and community, san fransisco: Wested Regional Educational Laboratory.

Bobey, Mary. (1999). Resilience : The ability to bounce back from adversity. American academy of pediatric. Available http://www.crha-health.ab.ca/clin/wowen102_MarApr.htm. (Diakses 1 Mai 2015)

http://bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputi-pencegahan/tips/11786/tips-dan-trik-agar-anda-terhindar-dari-narkoba (Diakses 28 November 2014) Castro, dkk. (2011). Self-reported resilient behaviors of seventh and eighth grade

students enrolled in an emotional intelligence based program. (Lecture paper). Universitas Of Texas Pan American.

(47)

Connor & Davidson, 2003. Develompment of the new resilience scale : The Connor-Davidson resilience scale (CD-RISC). Journal of depression and anxiety. Vol 18, 76-83

Davis, N. J. (1999). Resilience & school violance prevention: Research-based program. Juounal of national mental healt information center, vol. 8, 28-32.

Daniel, dkk. (2002). Adolescenc: Assessing and promoting resilience in vulnerable children. London: Jessica Kingsley Publisher

Desmita. (2010). Psikologi perkembangan peserta didik: panduan bagi orang tua dan guru dalam memahami psikologi anak usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Desmita (2013). Psikologi perkembangan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Deputi Pencegahan. (2014). Remaja dan narkoba. [Online]. Tesedia (Diakses 28 november 2014).

Djiwandono, S.E.W. 2005. Konseling dan terapi dengan anak dan orangtua. Jakarta: Grasindo.

Fergus, Stevenson & Zimmerman, Marc A. (2004). Adolescent resilience: A framework for understanding healthy development in the face of risk. Journal of Public Health. Oktober 2004. 26, 399–419.

Furqon (2011). Statistik terapan untuk penelitian. Alfabeta. Bandung

Gibson & Mitchhell. (2008). Alih bahasa. Yudi Santoso (2011). Bimbingan dan konseling. Edisi ke Tujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Glantz, Mayer D. & Jhonson, Jeannette L. (2002) Resilience and development: Posotive life adaptations. New York: Kluwer academic publisher

Goldstein, Sam & Brooks, robert. (2005). Handbook of resilience in children. New York: Springer Science Business Media, Inc.

(48)

Gooding, dkk (2011). Psychological resilience in young and olde adults. Journal of geriatric psychiatry. 6 April 2011.

Grotberg , E. (1995) A guide to promoting resilience in children: strengthening the human spirit. Bernard Van Leer Fondation.

Gross, J. J. dan John, O.P. (2003). Individual differences in two emotion regulationprocesses implications for affect, relationships and well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 85 (2), 348-362.

Hamill. (2010). Resilience and elf efficacy. Journal of science. Volume 18. Colgate University

Henderson, N. & Milstein, M.M. (2003). Resiliency in school making it happen for Students and Educators. California: Corwin Press.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development psychology: a life span approach. Alih bahasa. (1997). Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi perkembangan: pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Hooper, Lisa, M. (2009) Individual and family recilience: Defenitions, research and frameworks (relevant for all counselors). The alabama counseling association journal, volume 35, no 1. 19-26

Jacobs, Ed E., Masson, R.L, & Harvill, R.L. (2006). Group counseling : strategies & skills, Fifth Edition. USA: Thomson Brooks/Cole.

Juke, R., Siregar. (2003). Mengembangkan daya lentur pada anak dan remaja. Buletin Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia Volume 3, Maret 2003. Jones & Drummond. (2010). Assesment procedures for counselors and helping

professionals. 7 Th editions. Pearson

Karina, Canggih (2014). Resiliensi remaja yang memiliki orang tua bercerai. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal Psikologi. Vol. 02. No. 01. Tahun 2014.

Kelly, J. B. & Emery, R. E. (2003). Children’s adjustment following divorse: Risk and resilience perspectives. Family relations: Interdisciplinary journal of applied family studies. 52, 352-362.

Latipun. 2006. Psikologi konseling. Malang : UMM Press

(49)

Linley,P.A, & Joseph, S. (2004). Positive Psychology In Prctice. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Liquanti, R. (1992). Using community-wide collaboration to foster resilienscy in kids: A conseptual framework wastern regional center for drugs-free school and mommunities, far west laboratory for educational research and development. San Fransisco. (online). Tersedia: http://www.ncrel.org/sdrs/cityschool/citu11bhtm ( diakses: 30-01-2015). Masten, dkk. (1990) Resilience and development: Contributions from the study of

children who overcome adversity. Juornal of development and psychology. Vol 2, 425-444

Natawidjaja, R. (1987). Pendekatan-pendekatan dalam penyuluhan kelompok. Bandung : CV. Diponegoro

Neenan, Michael. (2009). Developing resilience, a cognitive behavioral approach. New York : Routledge

Nurihsan, Juntika (2006). Bimbingan konseling dalam berbagai latar kehidupan. Bandung. Refika Aditama.

Norman, Elaine. (2004). Resiliency enhancement: Putting the strengths perspective into social work practice. USA : Columbia University Press.

Odin, Hjemdal. dkk. (2011). The relationship between resilience and levels of anxiety, depression and obsessive-compulsive symptoms in adolescents. Journal clinical psychology & psychotherapy. Vol 18, no 4, 314-321

Peters, R.D, Leadbeater, Bonnie, dan McMahon, Robbert J. (2005). Resilience in children, families, and communities linking context to practice and policy. New York: Kluwer Academic / Plenum Publishers

Reich, Zautra, & Hall. (2010).Handbook Of Adult Resiliency.New York: The Guilford Press

Reivich K dan Shatte, A. (2002). The Resilience factor: 7 essential skill’s for

overcoming life’s inevitable obstacles. New York : Random House inc.

Resnick B, Gwyther P, & Roberto A. (2011). Resilience in aging : Concepts, research, and outcomes. New York :Springer

(50)

Roberts, S.A., Kiselica, M.S., & Fredrikson, S.A. (2002). Quality of live of

persons with medical illnesses: counseling’s holistic contribution. Journal of Counseling & Development. Vol. 80.

Roberson, Janice Blair. (1985). The effect of stress inoculation training in a classroom setting on state-trait anxiety level and self concept of early adolescents. (Dissertation). Texas: Graduate Faculty of Texas Tech University.

Salis, Yuniardi & Djudiyal (2011). “Support group therapy” untuk mengembangkan potensi resiliensi remaja dari keluarga “single parent” di kota malang. Journal psikobuana. vol 3, no 2, 135-140

Santrock, John W. (2003). Alih bahasa. Benedictine Widyasinta. Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.

Santrock, Jhon W (2011). Life-span development, perkembangan masa- hidup. Alih bahasa, Benedictine Widyasinta. Edisi Tigabelas. Erlangga.

Schoon, Ingrid. (2006), Risk and resilience, adaptations in changing times. New York: Cambridge University Press.

Stanley, dkk. (2006). Assessing prevalence of emotional and behavioral problems in suspended middle school students. The Journal of School Nursing. 22: 40.

Subino. (1987). Konstruksi dan anaslisis tes. Departemen pendidikan dan kebudayaan. Jakarta

Tugade, M. M. & Frederickson, B. L. (2004). Resilience individual use positive emotions to bounce back from negative emotional experiences. Journal of Personality and Social Psychology, 86, 320 – 333.

Wilks, Scott. E. (2008). Resilience a mid academic stress: the moderating impact of social support among social work students. International Journal of Social Work, Vol 9 (2), 106-125.

Wagnild, G.M., & Young, H.M. (1993). Development and psychometric evaluation of nursing measurement ,1, 2, 165-178

Wenner, E. & Smith, R. (1991). Overcoming the odds: High risk children from birth to adoulthood. New York: Cornell university press.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Kategori  Skor Alternatif Jawaban
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+3

Referensi

Dokumen terkait

 Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin diantaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai penagih hutang terhadap dia ; janganlah

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Belanja Jasa

Menentukan banyaknya titik rancangan (p) sangat sulit, dengan menggunakan konsep sistem Tchebysheff dapat ditentukan apakah dapat digunakan rancangan minimal

Belanja Hibah Barang atau Jasa Yang Akan Diserahkan Kepada Kabupaten/Kota (Yang Pendanaannya 683.063.143.014.. Bersumber Dari Tambahan Dana Bagi Hasil Migas Dan Dana

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Jadikanlah hati kami tahir, ya Allah, dan baharuilah batin kami dengan Roh yang teguh!. Janganlah membuang kami dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil

Pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba untuk membuat website yang akan menggeluti bidang tersebut, di mana konsep dari website yang akan dibuat adalah menyajikan

Mayoritas persepsi ibu atas Posyandu yang tercatat cukup baik (65%) dalam penelitian ini tampak pada mayoritas jawaban kuesioner pada item 1 yang menyatakan fungsi