• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan, wajar jika banyak pihak menganggap pendidikan itu sangat penting. Urgensi pendidikan bagi manusia tidak sekedar memperoleh pengetahuan saja, di dalamnya mereka berharap untuk jadi lebih manusiawi. Melalui pendidikan, manusia berekspektasi untuk merdeka, memiliki keyakinan terhadap langkah dan jalan yang benar, serta mengalami ketentraman hidup sebagai makhluk spiritual dan makhluk sosial. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut, pendidikan harus kongruen dengan kebutuhan dan fitrah manusia yang berhubungan dengan aspek-aspek materiil maupun imateriil.

Secara konstitusi, Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menempatkan pengertian pendidikan di ranah yang sangat ideal, yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pada perspektif undang-undang di atas, paradigma pendidikan seyogyanya mengacu pada konsep pendidikan komprehensif yang menyentuh penguatan spiritual, karakter, intelektual, dan sikap partisipatif. Hal ini tentu saja meniscayakan peran pendidikan dalam membentuk pengalaman dan pemahaman belajar yang utuh serta membantu masyarakat agar dapat mengetahui dan memahami dirinya, lingkungan tempat dia hidup, dan juga mendorong pembelajar untuk peka dan turut serta dalam mengatasi masalah-masalah di lingkungannya.

(2)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

1. Memberi kesempatan kepada semua orang untuk bebas dan mudah memperoleh sumber belajar pada setiap saat;

2. Memungkinkan semua orang yang ingin memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain dapat dengan mudah melakukannya, demikian pula bagi yang ingin mendapatkannya;

3. Menjamin tersedianya masukan umum yang berkenaan dengan pendidikan (Mudyahardjo, 2006: 49).

Berdasarkan tujuan pendidikan yang disampaikan sebelumnya, dapat dipahami bahwa pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya untuk membantu manusia mencapai realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaannya. Dengan pengertian ini, semua proses yang mengarah pada terwujudnya optimalisasi potensi manusia tanpa memandang tempat dan waktu dikategorikan sebagai kegiatan pendidikan. Sebaliknya, jika ada praktek yang disebut pendidikan namun ternyata menghambat berkembangnya potensi kemanusiaan dengan berbagai bentuknya, ini tidak dapat disebut pendidikan. Demikian pula jika memperhatikan tujuan pendidikan seperti yang dikemukakan Illich, nampak bahwa misi pendidikan sejatinya adalah membuka akses dan peluang masyarakat untuk mengembangkan potensi diri mereka; mencakup dimensi spiritualitas, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Jika dihubungkan dengan masyarakat, bangsa, dan negara, maka relevansi pendidikan sangat terkait dengan pemberdayaan perilaku demokratis masyarakatnya.

Secara instruksional, nilai-nilai demokratis ditanamkan pada diri mahasiswa melalui mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang mengacu pada aturan mata kuliah wajib atau mata kuliah pengembangan kepribadian. Pendidikan Kewarganegaraan (disingkat PKn) di perguruan tinggi memiliki fungsi untuk mendidik manusia Indonesia agar berkarakter demokratis; sehingga dengannya mereka dapat menjadi warga negara yang baik, cerdas, serta mampu berperan aktif di tengah masyarakat.

(3)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tugas Pendidikan Kewarganegaraan adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia dengan berbagai pengalaman akademik dan keterampilan sosial-kewarganegaraan yang memadai. Pendidikan Kewarganegaraan mengandung makna sebagai upaya mengubah perilaku warga negara ke arah yang positif melalui elaborasi pengetahuan dan pemahaman-pemahaman ilmiah yang didekatkan dengan kondisi obyektif masyarakat. Pengetahuan dan pemahaman tersebut digunakan untuk justifikasi tindakan warga negara ketika berhadapan dengan masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan memerlukan syarat-syarat seperti: bermakna, integratif, berdasarkan nilai (value-based), menantang, relevan, dan aktif.

Namun demikian, fakta di lapangan belum menunjukkan kondisi yang ideal. Praktek pengajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (disingkat PPKn) yang ditemukan di FKIP UHAMKA seperti terjebak pada rote learning (menghafal). Contohnya dari hasil wawancara yang dilakukan Peneliti terhadap beberapa mahasiswa, ditemukan pandangan bahwa mahasiswa kerap merasa dituntut untuk memahami masalah-masalah sosial kenegaraan dengan hanya dibekali ceramah dosen dan teknik diskusi kelas yang arbitrer (mana suka). Bagi mahasiswa, hal ini tidak menimbulkan kesan apa-apa setelah mengikuti kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Peneliti lalu melakukan cek silang dengan bertanya pada beberapa dosen yang mengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Jawaban mereka juga cukup mengejutkan, para dosen menganggap tuntutan kurikulum PPKn di perguruan tinggi sangat padat dan tidak sebanding dengan alokasi waktu yang diberikan. Efek yang terjadi adalah penggunaan metode sapu jagat untuk penyampaian materi PPKn. Yang penting materi telah disampaikan

sesuai dengan estimasi waktu meskipun belum menyentuh individuasi dan kristalisasi dalam diri mahasiswa.

(4)

sosial-Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

kewarganegaraan dalam struktur kognisi, afeksi, dan implementasinya secara utuh sehingga memicu ketidakpedulian mereka terhadap urusan-urusan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mengenai masalah ini, dibutuhkan pembelajaran terpadu/ integratif yang menginisiasi pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman mahasiswa secara utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang optimal. Pembelajaran ini harus dapat mengaktivasi kesadaran mahasiswa, membekali kemampuan analisis dan sintesis mereka, serta membangun keyakinan dan harapan yang menguatkan identitas sebagai warganegara madani.

Dengan memperhatikan landasan hukum di Indonesia (Pancasila, Undang-Undang Dasar, serta UU Sisdiknas), pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dikembangkan harus menyentuh dimensi spiritualitas, karakter diri, kepedulian sosial, dan keterampilan berdharma di tengah masyarakat. Pada titik ini terlihat perlunya mengimplementasikan Pendidikan Kewarganegaraan yang berbasis pada nilai-nilai khas yang ada di masyarakat. Dalam kaitannya dengan UHAMKA sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah, maka nilai-nilai khas tersebut adalah nilai al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

(5)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Setelah mempertimbangkan hadirnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbasis kemuhammadiyahan, maka ditelusuri referensi-referensi terkait model penguatan masyarakat demokratis pada Pendidikan Kewarganegaraan yang menggandeng nilai-nilai kemuhammadiyahan. Namun, sejauh ini belum ditemukan penelitian/ karya ilmiah yang mengkaji penerapan Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggandeng materi kemuhammadiyahan baik pada tataran kurikuler, teoretik, maupun programatik. Dengan demikian perlu dirancang Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berbasis Kemuhammadiyahan yang diturunkan dari konsep-konsep filosofis dalam materi PPKn ke tataran praksis yang bersifat eksperimental dan inquiry. Karena bersifat praksis, maka bentuk pembelajaran yang dianggap sesuai adalah pembelajaran partisipatori. Pembelajaran partisipatori dapat memfasilitasi proses belajar mahasiswa dengan mendekatkan mereka dengan objek yang sedang dipelajarinya, sekaligus juga terlibat dalam pemberdayaan orang-orang atau masyarakat dimana dia belajar. Dengan demikian, proses ini memenuhi apa yang telah disarankan

oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai “Jadilah Guru Sekaligus Murid”.

Dengan mempertimbangkan aspek-aspek seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya, maka dibutuhkan penelitian untuk merancang pembelajaran PPKn yang mengandung nilai-nilai kemuhammadiyahan sekaligus bersifat partisipatoris. Oleh karena itu, dipilih paradigma profetik untuk menjembatani pembelajaran PPKn tersebut untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa melalui mentalitas, kesadaran (consciousness), serta keterampilan mahasiswa yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan warganegara dalam menjalankan kehidupan berdemokrasi sehari-hari.

Setelah memperhatikan paparan masalah di atas, maka penting untuk di kaji penerapan pembelajaran PPKn bernuansa Profetik untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa di FKIP UHAMKA.

(6)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Moralitas merupakan substansi etis dari proses pembelajaran PPKn. Dengan demikian, PPKn berfungsi untuk memperkuat kompetensi warganegara yang didasarkan pada nilai moral Pancasila. PPKn hendaknya dikembangkan sebagai pendidikan etika untuk membangun peradaban bangsa Indonesia berlandaskan nilai-nilai Pancasila, yang dengan demikian tujuan utamanya adalah memperkokoh kehidupan demokrasi Pancasila yang berlandaskan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai fundamental dalam Pancasila memiliki komitmen yang kuat pada prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga nilai-nilai agama menjadi inspirasi dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila. Dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, kecerdasan berdemokrasi warganegara ditumbuhkan dengan penguatan sikap kejujuran, integritas, komitmen, kedisiplinan, visioner, dan kemandirian.

(7)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu C.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di FKIP UHAMKA sebagai berikut:

1. Dibutuhkan pembelajaran integratif yang dapat meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

2. Dibutuhkan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dapat meningkatkan kepedulian berdemokrasi mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari.

3. Dibutuhkan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses-proses demokrasi di tengah masyarakat.

D.Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang telah teridentifikasi kemudian di dekati dengan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Bernuansa Profetik (selanjutnya disingkat PPKn Profetik), yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seperti apa bentuk pembelajaran PPKn Profetik yang dikembangkan untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa?

2. Bagaimana peningkatan kecerdasan, kepedulian, dan partisipasi mahasiswa dapat terlihat setelah mengalami pembelajaran PPKn Profetik di FKIP UHAMKA?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran PPKn Profetik dalam meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa di FKIP UHAMKA.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berupaya menerapkan pembelajaran PPKn Profetik untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa di FKIP UHAMKA. Melalui upaya ini, penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis; penelitian ini berguna untuk memperkuat argumentasi ilmiah dari PPKn Profetik untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa melalui pendidikan formal.

2. Secara Praktis; penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

a. Memperkaya macam-macam model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah ada selama ini.

b. Membuka solusi praktis dalam proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan di FKIP UHAMKA.

c. Menambah pengetahuan dan keterampilan Peneliti yang sedang mendalami kajian Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

d. Memenuhi sebagian syarat untuk meraih gelar Magister Pendidikan (M.Pd) dalam bidang Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

(9)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian PPKn Profetik untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan mengenai individu, keadaan atau gejala dari kelompok yang dapat diamati (Moleong, 2001: 6). Data yang diperoleh merupakan rangkaian dari peristiwa-peristiwa, pengalaman-pengalaman, dan pemaknaan-pemaknaan yang berkembang ketika pembelajaran PPKn Profetik diterapkan pada mahasiswa yang mengikuti kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di program studi Pendidikan Sejarah FKIP UHAMKA Tahun Akademik 2013-2014.

Dengan paradigma kualitatif, pembelajaran PPKn Profetik menggunakan Penelitian Tindakan Partisipatoris (Participatory Action Research) untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas perkuliahan dengan melibatkan mahasiswa sebagai mitra partisipatif. Penelitian Tindakan Partisipatoris mengandalkan aspek-aspek interpretatif dari kalangan pendidik (dalam hal ini, peneliti sebagai dosen) yang bertujuan untuk memberikan penilaian tentang cara dan teknik meningkatkan kemampuan mengajar dosen serta memecahkan masalah pembelajaran yang dialami oleh mahasiswa secara kolaboratif dan andragogis.

(10)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

[image:10.595.188.442.211.474.2]

pada model Davison, Martinsons & Kock, penelitian ini dilakukan berdasarkan tahap-tahap sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model Canonical Participatory Action Research Martinsons, dkk Sumber: (Davison, R. M., Martinsons, M. G., Kock N, 2004: 65-86)

Penelitian pembelajaran PPKn Profetik untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa di FKIP UHAMKA dalam kerangka penelitian tindakan partisipatoris ala Martinsons, dkk dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Diagnosa (diagnosing)

Dalam tahap ini, Peneliti melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan kendala-kendala selama pembelajaran PPKn di FKIP UHAMKA sebagai dasar untuk mencari poin penting yang akan diperbaiki dalam penelitian. Peneliti mengidentifikasi kebutuhan

(11)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

stakeholder akan hadirnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

yang khas bernuansa kemuhammadiyahan mencakup point of view, landasan filosofis, landasan etis, dan landasan formal yang termaktub dalam visi-misi universitas sebagai lembaga Pendidikan Tinggi milik Persyarikatan Muhammadiyah. Langkah yang ditempuh adalah melakukan wawancara kepada stakeholder yang terkait langsung maupun tidak langsung. Pihak yang terkait langsung dan menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah semester I. Selain itu, untuk pihak yang tidak terkait langsung di pilih Dekan FKIP, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, dan Dosen PPKn yang mengajar di program studi lain sebagai narasumber.

2. Membuat Rencana Tindakan (Action Planning)

Pada tahap ini peneliti mempelajari pokok masalah yang ada kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana tindakan yang tepat sebagai treatment terhadap masalah yang ada. Dengan demikian, pembelajaran PPKn Profetik harus terlebih dahulu membuat desain pembelajaran. Dengan memperhatikan kebutuhan mahasiswa dan stakeholder dalam penguatan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa yang

sesuai dengan visi-misi UHAMKA sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah, Peneliti membuat rancangan pembelajaran PPKn dengan menggabungkan teknik belajar metakognisi untuk meradikalkan konsep Profetik khususnya tema demokrasi dan teknik Participatory Learning and Action (PLA) untuk menanamkan pemahaman demokrasi

(12)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Melakukan Tindakan (Action Taking)

Pada fase ini, Peneliti dan mahasiswa sebagai responden bersama-sama mengimplementasikan rencana tindakan dengan harapan dapat menemukan pola kecerdasan demokrasi yang dapat dianalisis hingga mahasiswa menemukan pemahaman baru terkait demokrasi (dalam penelitian ini digunakan konsep demokrasi deliberatif) yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Proses pelaksanaannya, pertama kali mahasiswa bersama dengan dosen mengkaji tuntunan-tuntunan agama Islam dalam al-Qur’an, buku daras perkuliahan PPKn; kemudian melakukan praktikum untuk mengetahui sejauh mana masyarakat melaksanakan prinsip demokrasi secara deliberatif. Setelah praktikum dilakukan, mahasiswa dan dosen kemudian mendiskusikan temuan-temuan di lapangan, melakukan pendalaman materi dengan cara menghubungkan teori dengan realitas, serta membuat sintesis-sintesis demokrasi untuk menguatkan pemahaman yang sudah terbentuk secara eskalatif selama mengikuti proses pembelajaran.

4. Melakukan Evaluasi (Evaluating)

(13)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5. Refleksi (Reflection)

Tahap ini merupakan bagian akhir tindakan yang telah dilalui dengan melaksanakan review proses belajar melalui wide group discussion (Diskusi Paripurna). Seluruh kriteria dalam prinsip

perkuliahan dikupas kembali, termasuk fenomena-fenomena yang terjadi selama perkuliahan berlangsung yang kemudian dikomunikasikan kepada mahasiswa, dosen mitra, serta pakar Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia yang menjadi pembimbing Penelitian ini. Peneliti kemudian merefleksikan pembelajaran PPKn yang telah dilaksanakan, termasuk pertimbangan dan masukan untuk memperbaiki model yang telah diterapkan. Selanjutnya, Peneliti merangkum seluruh hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian.

B.Desain Pembelajaran PPKn Profetik untuk Meningkatkan Kecerdasan Berdemokrasi Mahasiswa

Pendekatan pembelajaran PPKn Profetik bersifat Student Centered Learning (pembelajaran yang berpusat pada peserta didik). Pendekatan tersebut

bertujuan memberi pengalaman belajar mahasiswa ketika mengkaji materi PPKn secara langsung. Dalam pembelajaran PPKn Profetik, target yang ingin dicapai adalah perubahan cara berpikir mahasiswa dalam belajar, dimana ilmu yang dikuasai harus memiliki sandaran teologis dan berfungsi transformatif (social change) terhadap masyarakat. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, dirancang strategi belajar yang jelas langkah demi langkah. Strategi pembelajaran yang dirancang dalam pembelajaran PPKn Profetik memuat metode dan teknik gabungan, yaitu metakognisi dan PLA (Participatory Learning and Action).

(14)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dengan metode dan teknik yang digunakan. Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis dengan prosedur sebagai berikut:

1. Merancang Teknik Metakognisi untuk Memperdalam Pemahaman Demokrasi Sesuai Visi Profetik

Terlebih dahulu, dosen memberi informasi tentang konsep-konsep demokrasi dalam materi PPKn, dan meminta mahasiswa untuk mencari tuntunan etis dan liturgis dalam agama. Selanjutnya dosen memberikan pilihan kasus yang berkaitan dengan penguatan demokrasi. Dalam hal ini, kasus yang dimunculkan terkait problem masyarakat petani di daerah Sinapeul, Karawang. Kedua hal tersebut kemudian dipadankan dengan pengalaman dan pengetahuan mahasiswa tentang konsep dan penerapan berdemokrasi.

Fungsi metakognisi di fase awal adalah memperdalam pemahaman demokrasi yang menyentuh domain kecerdasan berdemokrasi (civic intelligence) secara kognitif-kritis. Tujuannya adalah mengendapkan pemahaman demokrasi mahasiswa hingga ke tahap ideologis. Maksud ideologis disini adalah menguatkan pemahaman mahasiswa bahwa prinsip-prinsip demokrasi memiliki tautan religiusitas dengan ajaran agama. Harapannya, dengan pemahaman tersebut mahasiswa memiliki dasar justifikasi tindakan yang kuat dan sahih. Prinsip ini penting karena setiap proses belajar adalah membenamkan keyakinan ilmiah yang kemudian mendorong perilaku mahasiswa bergerak sesuai dengan apa yang diyakininya.

Untuk mencapai tahap transendensi demokrasi, dosen melatih mahasiswa untuk menguasai teknik metakognisi melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Proses Merancang Belajar:

(15)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

demokrasi, dan tuntunan agama terkait kehidupan berdemokrasi.

2) Mahasiswa menyusun langkah-langkah bagaimana demokrasi itu dapat dipahami dan apa kesan yang diperoleh bila demokrasi itu dipelajari.

3) Mahasiswa menyusun jadwal belajar mandiri untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari materi demokrasi.

b) Proses Memantau:

1) Mahasiswa melakukan refleksi, apakah pelajaran demokrasi memberi makna kepada mereka?

2) Apa saja yang telah mahasiswa pahami terkait materi demokrasi?

3) Bagian apa yang sulit dipahami dan mengapa mahasiswa tidak memahami materi tersebut?

4) Bagaimana harusnya demokrasi itu dipelajari? c) Proses Menilai:

1) Mahasiswa menilai sendiri, apakah belajar mereka sudah tepat dan mendapatkan pemahaman demokrasi yang cukup?

2) Mengapa mahasiswa sukar/ mudah menguasai materi demokrasi?

3) Bagaimana pengetahuan, nilai dan pemahaman demokrasi tersebut dapat dikuasai?

d) Proses mengatur teknik belajar diri:

1) Dengan cara apa dan bagaimana proses belajar demokrasi dapat optimal?

2) Bagaimana menciptakan suasana dan kondisi yang dapat mendukung proses belajar demokrasi secara optimal? 3) Mahasiswa membuat target pembelajaran demokrasi

dengan mengacu pada harapan belajar mereka sendiri.

(16)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Fungsi PLA dalam pembelajaran PPKn Profetik adalah menurunkan teori hasil metakognisi di tahap sebelumnya ke dalam rancangan praktikum pendampingan masyarakat. Jadi, teknik PLA berfungsi untuk menerapkan teori ke praktek. Domain kecerdasan yang ingin dibangun adalah civic responsibility dan civic participation yang bertujuan untuk mengimplementasikan kecerdasan berdemokrasi dalam bingkai liberasi, humanisasi, dan transendensi.

Dalam pelaksanaannya, dosen membagi mahasiswa dalam beberapa kelompok berdasarkan peminatan mereka terhadap masalah-masalah yang muncul pada masyarakat petani di desa Sinapeul, Karawang. Jumlah kelompok disesuaikan dengan jumlah mahasiswa keseluruhan, dan jumlah anggota dalam kelompok ditentukan sebanyak dua atau tiga orang. Masalah yang akan menjadi fokus kajian mahasiswa di kategorisasi berdasarkan problem struktural (akses masyarakat terhadap pemangku kebijakan/ pemerintah daerah, akses layanan kesehatan, pendidikan, fasilitas umum, dan lahan produksi); serta problem kultural (budaya kerja, budaya berorganisasi, budaya kepemimpinan, dan modal sosial yang ada). Di sini dosen memberikan informasi posisi, lokasi, dan kondisi umum masyarakat target. Mahasiswa diperkenankan memilih salah satu masalah yang dianggap penting untuk dianalisis, jadi kategorisasi tersebut bersifat opsional. Setelah dilakukan pembagian kelompok, langkah selanjutnya adalah melakukan fasilitasi dengan proses-proses sebagai berikut:

(17)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dan membuat identifikasi tentang masyarakat petani. Teknik yang digunakan adalah deskripsi 5W+1H.

b) Mahasiswa menambah informasi dan teori baru terkait masyarakat petani di Sinapeul, Karawang. Tugas mahasiswa dalam kelompoknya adalah menyandingkan pola dan identifikasi target dengan fakta di lapangan. Caranya yaitu setelah menemukan pola, mahasiswa kemudian terjun ke lokasi target untuk mengumpulkan fakta dan data. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan wawancara.

c) Mahasiswa melakukan koordinasi dengan kelompok masing-masing untuk menyusun rencana tindak lanjut sesuai fokus masalah yang mereka pilih sebelumnya. Dalam posisi ini, mahasiswa harus menghasilkan satu solusi pemberdayaan yang memungkinkan diterapkan di lapangan.

d) Setelah melakukan praktikum lapangan, mahasiswa melakukan diskusi (roundtable discussion) untuk membagi pengalaman dan mengevaluasi kegiatan mereka.

3. Merancang Evaluasi Hasil Belajar PPKn Profetik Untuk Mengukur Kecerdasan Berdemokrasi Mahasiswa

(18)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

responsif menekankan pada keputusan yang dibuat sepanjang evaluasi dan menambahkan deskripsi dalam laporan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan mencakup deskripsi tentang keadaan, peristiwa, kejadian atau objek; hingga judgement (pertimbangan) mengenai proses yang telah dilaksanakan.

Format evaluasi PPKn Profetik mengadopsi model evaluasi Stake untuk mengukur keberhasilan program (Tayibnapis, 2000: 21). Dalam buku Tayibnapis disebutkan bahwa model evaluasi Stake memiliki ciri khas yaitu kewajiban evaluator untuk memberikan pertimbangan (judgement). Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran PPKn Profetik dalam meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa, peneliti menggunakan teknik evaluasi Stake dengan menerapkan tiga tahapan evaluasi, yaitu: 1). antecedent (pendahuluan atau persiapan), 2). transaction-process (transaksi, proses implementasi); dan 3). outcomes (keluaran atau hasil) (Tayibnapis, 2000: 22). Penjelasan mengenai tahapan-tahapan evaluasi yang digunakan adalah:

a. Antecedent dimaksudkan untuk menilai sumber input, yaitu karakteristik mahasiswa dan tujuan pembelajaran (kecerdasan berdemokrasi).

b. Tahap transaksi dilakukan untuk menilai rencana kegiatan dan proses pelaksanaannya, termasuk ke dalamnya urutan kegiatan, penjadwalan, bentuk interaksi yang terjadi dan lain sebagainya.

c. Outcomes dilakukan untuk menilai efek dari program pembelajaran setelah selesai dilaksanakan.

(19)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

[image:19.595.141.539.142.462.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Tahapan Evaluasi Dalam Pembelajaran PPKn Profetik

Tahap Deskripsi Judgement

Antecedent 1. Melakukan studi pendahuluan

2. Merancang Pembelajaran PPKn Profetik

Melakukan verifikasi rancangan pembelajaran dengan teori-teori dalam kajian pustaka, penelitian terdahulu, serta masukan dari ahli (expert judgement) di UPI.

Transaction 1. Menerapkan pembelajaran PKn-Profetik

2. Observasi, wawancara, diskusi, dan fasilitasi

Melakukan pengamatan (observasi) dan pencatatan (field notes) terhadap proses penerapan pembelajaran, dengan kriteria apakah proses berjalan sesuai dengan rencana atau belum.

Outcomes 1. Menilai kecerdasan

berdemokrasi mahasiswa melalui progress report

2. Mendalami tanggapan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran

1. Melakukan penilaian terhadap penerapan pembelajaran.

2. Melakukan penilaian terhadap konsistensi mahasiswa; apakah sesuai dengan rencana atau tidak.

3. Melakukan penilaian efektivitas model (waktu, sarana/ prasarana, biaya, kemampuan belajar mahasiswa, dan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran).

C.Situs Penelitian

(20)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

semester I Program Studi Pendidikan Sejarah sebagai responden. Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun akademik 2013-2014.

D.Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, Peneliti menggunakan empat teknik yang dijabarkan sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Pengumpulan data dengan teknik studi pustaka/ literatur dilaksanakan dengan melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis mengenai informasi teoretik dan penelitian yang relevan dalam bentuk jurnal, artikel, opini, dan buku-buku yang membahas tentang Pendidikan Kewarganegaraan dan penerapan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi, Kecerdasan Berdemokrasi (Democratic Quotient), Demokrasi Pancasila, Ilmu Sosial Profetik, Pendidikan Profetik, teknik metakognisi, dan teknik belajar Participatory Learning and Action (PLA) sebagai bahan baku

pengembangan pembelajaran PPKn Profetik yang akan diterapkan. Selain itu, dicari juga arsip-arsip yang terkait dengan proses perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan di FKIP UHAMKA. Arsip yang dimaksud berupa kurikulum, silabus, Satuan Acara Perkuliahan, dan arsip materi-materi yang disampaikan dalam perkuliahan PPKn. Tujuan dilakukannya studi pustaka untuk memperoleh bahan yang dapat mempertajam orientasi dan dasar konseptual pengembangan pembelajaran PPKn Profetik.

2. In-depth Interview (Wawancara Mendalam) dan Angket

(21)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

penelitian berlangsung. Wawancara dilakukan dengan cara menggali data dari mahasiswa sebagai responden melalui tanya-jawab untuk mendapatkan data dan informasi secara luas dan mendalam (Catherine & Rossman, 1989: 82). Proses wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai proses perkuliahan, pengalaman belajar, dan dampak dari pembelajaran PPKn Profetik terhadap peningkatan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa.

Untuk mengarahkan jalannya proses wawancara, Peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Pedoman tersebut memandu Peneliti agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tetap fokus pada informasi yang berhubungan dengan tema yang diteliti.

Pemilihan responden dilakukan secara jenuh (seluruh mahasiswa adalah responden dan informan). Cara kerjanya adalah mewawancarai responden selama terlibat dalam proses pembelajaran PPKn Profetik. Proses wawancara mengambil momen-momen yang bersifat tentatif dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.

Selain wawancara, Peneliti juga menggunakan angket untuk memperoleh data tertulis dari hasil belajar mahasiswa. Angket di isi setiap saat secara kondisional yang di dalamnya memuat catatan-catatan pembelajaran mahasiswa selama PPKn Profetik diterapkan. 3. Observasi

(22)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatoris yang dibantu oleh lembar observasi.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Teknik FGD dilakukan untuk memfasilitasi, kordinasi, dan mengumpulkan data melalui diskusi terarah dan terfokus pada mahasiswa untuk membahas permasalahan yang sedang diteliti. Tujuan FGD ini adalah menggali persepsi serta sikap responden terhadap proses pembelajaran, pengalaman belajar, dan hasil belajar mahasiswa melalui pembelajaran PPKn Profetik.

5. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi mencakup catatan proses pembelajaran, catatan lapangan, lembar penilaian afektif, instrumen perekam gambar/ suara (audio-video); dan catatan perkembangan belajar (progress report).

E.Validitas Data Penelitian

Karena sifat dasar bahan yang dikaji serta tujuan yang ingin dicapai bersifat kualitatif, maka langkah-langkah dalam penelitian ini menggunakan validasi dengan memperhatikan aspek sebagai berikut:

1. Keterpercayaan (credibility), 2. Kebergantungan (dependability), 3. Kepastian (confirmability), dan 4. Keteralihan (transferability).

(23)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

membuktikan bahwa kebenaran temuan dan simpulan kajian bisa dilacak berdasarkan data perolehan. Sedangkan keteralihan membuktikan bahwa temuan dan simpulan penelitian bisa diberlakukan pada kasus lain yang memiliki ciri-ciri sama dengan kasus yang di kaji.Untuk melakukan validasi dan triangulasi data, Peneliti membandingkan hasil observasi, wawancara, dan responsi mahasiswa selama pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menempuh empat tahap analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Tahap ini dilakukan ketika data primer dan sekunder melalui studi pustaka, observasi, wawancara mendalam, dan FGD telah terkumpul. Data di pilih berdasarkan asas kepentingan, relevansi, dan kebermaknaan. Pada tahap ini dilakukan pembersihan terhadap data yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

2. Deskripsi Data

Deskripsi data dilakukan melalui narasi, gambar, dan tabel dengan alur sajian yang sistematis dan logis.

3. Interpretasi Data

Tahap interpretasi dilakukan dengan cara mengaitkan data satu dengan data lainnya untuk selanjutnya diinterpretasi. Tahap interpretasi ini dilakukan dengan penafsiran terhadap data serta mengaitkannya dengan kerangka teori sehingga dapat dipahami fenomena yang terjadi (Neuman, 1997: 335).

(24)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

[image:24.595.109.371.217.397.2]

Tahap ini adalah tahap akhir dan dilakukan ketika data sudah di interpretasi. Kesimpulan diambil terkait efektifitas pembelajaran PPKn Profetik dalam meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa di FKIP UHAMKA. Model analisis data secara umum digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2 Bagan Analisis Data (Sumber: Sugiyono, 2005: 59)

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Deskripsi Data

(25)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ENTRANCE:

- Dugaan Masalah Pembelajaran PPKn yang kurang optimal

- Proposal Penelitian DIAGNOSIS:

Melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah dengan cara:

- Melakukan wawancara kepada stakeholder di FKIP UHAMKA. - Melakukan wawancara

kepada Dosen PPKn di FKIP UHAMKA.

ACTION PLANNING:

Proses perencanaan tindakan perkuliahan PPKn Profetik dilakukan dengan cara:

- Merancang teknik belajar Metakognisi untuk memasukkan nilai profetik pada materi demokrasi. - Merancang metode PLA.

- Merancang kertas kerja (worksheet) berupa Silabus, Satuan Acara Perkuliahan, Deskripsi Materi, dan Pedoman Praktikum Lapangan.

- Membuat Lembar Observasi, Lembar Wawancara, Lembar Evaluasi/ Penilaian.

ACTION TAKING:

Pada fase ini Peneliti dan mahasiswa sebagai bersama-sama mengimplementasikan pembelajaran PPKn Profetik dengan langkah sebagai berikut:

- Mahasiswa bersama dengan dosen mengkaji konsep-konsep demokrasi berdasarkan tuntunan agama Islam dalam al-Qur’an, dan buku daras perkuliahan dengan teknik belajar metakognisi.

- Mahasiswa melakukan praktikum dengan cara mengobservasi dan mewawancara masyarakat desa Sinapeul-Karawang untuk mengetahui sejauh mana masyarakat melaksanakan prinsip demokrasi secara deliberatif.

- Setelah praktikum, mahasiswa dan dosen

mendiskusikan temuan-temuan di lapangan, melakukan pendalaman materi dengan cara menghubungkan teori dengan realitas, serta membuat sintesis-sintesis demokrasi untuk menguatkan pemahaman yang sudah terbentuk secara eskalatif selama proses belajar berlangsung.

EVALUATION:

- Evaluasi Antecendent untuk menilai sumber input. - Evaluasi transaksi untuk menilai rencana kegiatan dan

proses pelaksanaannya, termasuk ke dalamnya urutan kegiatan, penjadwalan, bentuk interaksi yang terjadi dan lain sebagainya.

- Evaluasi Outcomes untuk menilai efek dari program pembelajaran setelah selesai dilaksanakan. - Asesmen untuk mengukur peningkatan kecerdasan

berdemokrasi mahasiswa menggunakan pengukuran non-tes dalam bentuk Laporan Perkembangan Belajar. - Membandingkan pemahaman awal sebelum mengikuti

pembelajaran dan setelah mengikuti pembelajaran. REFLECTION:

- Melakukan review tahap-pertahap melalui wide group discussion (Diskusi Kelas).

- Mengupas fenomena-fenomena yang terjadi selama perkuliahan berlangsung dan mengkomunikasikannya kepada mahasiswa, dosen mitra, serta pakar Pendidikan Kewarganegaraan yang menjadi pembimbing tesis Peneliti.

- Merefleksikan pembelajaran PPKn yang telah dilaksanakan, termasuk pertimbangan dan masukan untuk memperbaiki pembelajaran yang telah diterapkan, dengan cara:

a. Mencermati tujuan dan hasil perkuliahan dalam upaya memperbaiki pembelajaran PPKn Profetik. b. Mencermati uraian pada deskripsi temuan. c. Membuat ringkasan naratif dari hasil refleksi

tersebut.

(26)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Hasil penelitian ini telah menjawab pertanyaan penelitian yang ingin mengetahui seperti apa bentuk pembelajaran PPKn Profetik untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa; serta bagaimana peningkatan kecerdasan, kepedulian, dan partisipasi mahasiswa dapat terlihat setelah mengalami pembelajaran PPKn Profetik di FKIP UHAMKA.

Pembelajaran PPKn Profetik merupakan upaya didaktis yang memasukkan nilai-nilai liturgis-ideologis melalui pendidikan formal dengan suasana belajar yang reflektif, konstruktif, dan filantropik. PPKn Profetik sebagai sebuah model pembelajaran tidak mengklaim dirinya menjadi landasan metodik untuk mengajarkan Pendidikan Kewarganegaraan secara umum. Perancangannya dilakukan untuk memformulasikan model pembelajaran PPKn yang khas di Perguruan Tinggi Muhammadiyah seperti UHAMKA. Dengan demikian, kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Nilai ideal Islam yang menjadi acuan utama UHAMKA tidak otomatis membawa perubahan jika belum tersentuh oleh manusia-manusia sebagai aktivatornya. Nilai-nilai ideal Islam yang diyakini UHAMKA sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah harus disemaikan pada seluruh civitas akademika, terpenting dan terkhusus adalah mahasiswa. Oleh karena itu dirancang model pembelajaran yang menghubungkan nilai-nilai Islam dengan kemampuan menjadi warganegara yang baik dan cerdas. Dalam kaitannya dengan demokrasi, nilai-nilai ideal Islam dapat diturunkan menjadi stimulan kesadaran yang terkandung dalam substansi pendidikan. Dengan demikian, pendidikan demokrasi dapat bersentuhan dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan demokrasi dan nilai-nilai-nilai-nilai Islam dapat disusun sedemikian rupa untuk kemudian disandingkan dengan problem-problem kehidupan berbangsa dan bernegara di kehidupan sehari-hari.

3. Dengan memperhatikan postur Pendidikan Kewarganegaraan dalam kemasan PPKn Profetik sebagai model pembelajaran yang adaptif pada nilai-nilai khas institusi, penelitian ini memasukkan tiga dimensi profetik sebagai semangat pembelajaran demokrasi yang mengarahkan pada peningkatan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa melalui proses humanisasi, liberasi dan transendensi. PPKn Profetik berupaya menghadirkan paradigma pendidikan yang sangat dekat dengan identitas khas institusi UHAMKA sekaligus mendorong pembelajaran demokrasi yang lebih hidup dan bermakna. Dalam kaitannya dengan nilai-nilai Islam dan demokrasi, proses humanisasi diletakkan pada semangat Islam yang menekankan pentingnya upaya-upaya manusia dalam melakukan perubahan sosial menjadi lebih demokratis. Proses liberasi diletakkan pada semangat Islam

(28)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

yang mendorong gerakan pembebasan terhadap segala bentuk determinasi kultural dan struktural di kalangan masyarakat. Selanjutnya dengan transendensi, setiap semangat yang muncul sebagai dampak pembelajaran diberikan sentuhan yang lebih maknawi dalam bingkai kemanusiaan dan ketuhanan. Dalam konsep ini, Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya dilakukan untuk mengejar standar kompetensi dan tujuan di dalam kurikulum saja, melainkan mendorong proses belajar ke arah yang lebih transenden, yaitu beribadah kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa.

4. Untuk dapat memasukkan pembelajaran PPKn Profetik ke dalam struktur mata kuliah formal, dikaji kondisi kurikuler mata kuliah PPKn di FKIP UHAMKA. Dalam materi demokrasi, standar kompetensi yang diharapkan adalah mahasiswa mampu memahami pengertian dan hakekat demokrasi, model-model demokrasi, hubungan Islam dan demokrasi, serta mendukung pelaksanaan demokrasi. Dengan memperhatikan kompetensi tersebut, penelitian ini memastikan bahwa PPKn Profetik bisa masuk dan diujicobakan dalam materi demokrasi. Secara strategik, materi demokrasi disampaikan agar dapat membantu mahasiswa dalam memperkuat kecerdasan berdemokrasi mereka. Dengan kecerdasan berdemokrasi, kompetensi demokrasi sangat mungkin diperoleh. Oleh karena itu, fokus utama yang ditekankan adalah bagaimana melakukan tindakan pembelajaran yang dapat menciptakan situasi edukatif sehingga terjadi peningkatan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa.

(29)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tersebut bertujuan memberi pengalaman belajar mahasiswa ketika mengkaji materi PPKn melalui keterlibatan penuh dan bersifat langsung (direct learning). Dalam pembelajaran PPKn Profetik, target yang ingin dicapai adalah perubahan cara berpikir mahasiswa dalam belajar, dimana ilmu yang dikuasai harus memiliki sandaran teologis dan berfungsi transformatif (social change) terhadap masyarakat. Melalui proses belajar yang dikontrol oleh teknik metakognisi, mahasiswa dapat memahami substansi demokrasi sekaligus mendorong mereka untuk empati dan bersentuhan dengan masyarakat melalui teknik Participatory Learning And Action (PLA). Selain pada aspek substansi dan empati, pembelajaran PPKn Profetik menyosialisasikan bentuk demokrasi yang relevan dengan tuntunan Islam. Dengan demikian, tahapan-tahapan ilmu sosial profetik yang terpasang dalam postur pembelajaran PPKn Profetik sebagai bentuk semangat liberasi, humanisasi, dan transendensi telah dilalui oleh mahasiswa sebagai dampak pembelajaran laten maupun manifest. Hal inilah yang memicu peningkatan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran PPKn Profetik.

6. Penelitian ini menemukan relevansi bahwa perkembangan-perkembangan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa banyak dipengaruhi oleh pematangan curah pendapat yang terus dikondisikan sejak awal melalui fasilitasi, focus group discussion (FGD), serta rangsangan-rangsangan pertanyaan dari dosen sebagai fasilitator belajar mereka.

(30)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

oleh mereka dengan perilaku mandiri dalam menemukan sendiri pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman berdemokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tercermin mulai dari mencari referensi, menggali informasi, tema yang di bahas dalam diskusi, serta pemaparan pengetahuan diri yang secara umum telah menunjukkan peningkatan dari sekedar membahas pengertian “apa”,

menjadi lebih solutif dengan membahas “bagaimana”. Ketika mahasiswa berdiskusi tentang “bagaimana”, berarti mereka tengah

menjalankan proses berpikir inquiry dan problem solving.

8. Dalam penelitian ditemukan bahwa mahasiswa terlihat nyaman menceritakan pengetahuannya tentang demokrasi melalui curahan hati di Learner Diary yang dominan melibatkan unsur perasaan (emosi) ketimbang intelektual (kognisi). Dengan demikian, proses pembelajaran sebaiknya melibatkan unsur emosional dan intelektual mahasiswa secara bersamaan. Untuk menggabungkan dua unsur tersebut, penulisan portofolio diri mahasiswa melalui Learner Diary (Diary Pembelajaran) cukup efektif karena melibatkan intelektual dan emosional mahasiswa ketika membahas pengetahuan berdemokrasi.

(31)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

10. Praktikum pendampingan masyarakat turut berperan penting dalam mengasah kepedulian (civic responsibility) dan partisipasi (civic participation) mahasiswa. Pada proses ini nampak tindakan-tindakan

mahasiswa yang mencerminkan kemampuan kognitif, afektif, dan konatif dalam memahami konsep-konsep berdemokrasi yang telah dipelajari sebelumnya.

B.Rekomendasi

Pembelajaran PPKn Profetik untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa di FKIP UHAMKA dikembangkan atas dasar kebutuhan internalisasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap berdemokrasi mahasiswa melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dikaitkan dengan nilai-nilai Islam sebagai acuan utama yang diaktivasi melalui semangat ilmu sosial profetik yang dilekatkan dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi kebutuhan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang aktif, bermakna, serta filantropik sehingga mahasiswa dapat berperan aktif mengembangkan demokrasi dalam kepribadiannya serta menciptakan suasana demokratis di tengah-tengah kehidupan bermastarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehubungan dengan itu, hasil penelitian ini merekomendasikan sebagai berikut:

(32)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UHAMKA (FKIP UHAMKA) agar dapat mempertimbangkan penelitian pembelajaran PPKn Profetik Untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi mahasiswa ini sebagai bahan kajian untuk membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pembudayaan iklim demokrasi di kampus.

3. Kepada Dosen-Dosen PPKn di FKIP UHAMKA untuk mempertimbangkan penelitian pembelajaran PPKn Profetik ini sebagai informasi yang dapat didiskusikan untuk menyiasati strategi-strategi pembelajaran sehingga mempermudah pencapaian kompetensi PPKn pada mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. 4. Kepada para peneliti dan pemerhati pendidikan kewarganegaraan,

(33)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. (1999). Demokrasi di Persimpangan Makna. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Al Muchtar, Suwarma. (2000). Pengantar Studi Sistem Politik Indonesia. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

_____________________. (2001). Epistemologi Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Armstrong, Thomas. (2004). Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah. Alih Bahasa Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa Mizan Pustaka.

Atsushi, Ota. (2006). Changes of regime and social dynamics in West Java: Society, state and the outer world of Banten, 1750-1830. Leiden: Brill.

Borg, Walter R., & Gall, M.D. (1983). Educational research: An Introduction (4ed). New York & London: Longman.

Branson, M.S. (1998). The Role of Civic Education. Calabasas: CCE.

___________ Dkk. (1999). Belajar “Civic Education” Dari Amerika. Yogyakarta: LKiS dengan Didukung The Asia Foundation.

Budiardjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Chambers, Robert. (2002). Participatory Workshops: A Sourcebook of 21 Sets of Ideas & Activities. London: Earthscan Publication Ltd.

Chamot, A. U. (2006). Preparing language teachers to teach learning strategies. In W. M. Chan, K. N. Chin, & T. Suthiwan (Eds.) Foreign language teaching in Asia and beyond. Singapore: Centre for Language Studies, National University of Singapore.

Chaplin, J.P. (1985). Dictionary of Psychology, 2nd Edition. New York: Dell Publishing Company.

Creswell, John W. (terj. Ahmad Wafaid). (2010). Reserch Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmodiharjo, Darji, Dkk. (1984). Menjadi Warga Negara Pancasila, Cet.II, Jakarta: PN Balai Pustaka.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(34)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

___________________. (1995). Dasar Umum Metodologi Pengajaran Pendidikan Nilai Moral. Bandung: Lab Pengajaran PMP-IKIP Bandung.

___________________. (2007). Dasar-Dasar Umum Metodologi dan Pengajaran Nilai Moral PVCT. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Gredler, M.E. (2011). Learning and Instruction: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana.

Hamalik, Oemar. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara ______________. (2003). Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan

Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

______________. (2004). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Israil, Idris. (2005). Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran Kewarganegaraan. Malang: Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Kamil, Syukron. (2002). Islam dan Demokrasi: “Telaah Konseptual dan Historis”. Jakarta: Gaya Media.

Knowles, Malcom S. (1975). Self Directed learning: A Guide For Learners and Teachers. Chicago: Association Press and Follet Publishing Company.

Komalasari, Kokom. (2011). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.

Kuntowijoyo. (2001). Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental. Bandung: Mizan.

___________. (2004). Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan.

___________. (2001). Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika. Bandung: Mizan.

Kymlicka, Will. (2003). Kewargaan Multikultural. Jakarta: LP3ES.

Luthfiyah. (2013). Disertasi. Pengembangan Pendidikan Islam Berbasis Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.

Marshall, Catherine dan Rossman, Grechen B. (1989). Mendesain Penelitian Kualitatif/ Designing Qualitative Research, Newbury Park, CA: Sage.

Matlin, Margaret W. (1998). Cognition. Philadelphia: Harcourt Brace College Publisher.

Meyer, T. (2002). Demokrasi, Sebuah Pengantar untuk Penerapan. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung.

(35)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

NCSS. (2002). National Standards For Social Studies Teacher Volume 1, 2, 3. Washington DC: National Council For Social Studies.

Neuman, William Lawrence. (1997). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston: Allyn and Bacon.

Nuraini, Atikah., Herizal E. Arifin. (2012). Modul Panduan Pelatihan Untuk Pelatih Hak Asasi Manusia Bagi Penegak Hukum. Jakarta: ICJR.

Nur’aeni L, Epon., Yusuf Suryana, & Dindin Abdul Muiz L. (2007). Penggunaan

Instrumen Monitoring Diri Metakognisi untuk Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Menerapkan Strategi Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan Dasar Volume: V No. 7 April 2007.

Nur, Mohamad., Prima Retno Wikandri, dkk. (1999). Teori Belajar. Surabaya: University Press Universitas Negeri Surabaya.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Pujiriyanto. (2006). Membangun Jati diri dan rasa Percaya Diri Bangsa Melalui Pendidikan Profetik. Jurnal Majalah Ilmiah Pembelajaran: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. (2002). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sumaatmadja, Nursyid. (1998). Manusia Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Quigley, C.N., Buchanan, Jr. J. H., Bahmueller, C.F. (1991). Civitas: A Frame Work for Civic Education. Calabasas: Center for Civic Education.

Rima Vien PH. (2012). Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Belajar Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen). Jurnal PKn Progresif, Vol. 7 No. 2 Desember 2012. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Roqib. Moh. (2011). Prophetic Education. Purwokerto: STAIN Press.

Sapriya. (2001). Analisis Signifikansi “Content” PKn Persekolahan Dalam Menghadapi Tuntutan Era Demokrasi dan Penegakan Hak Asasi Manusia. Jurnal Civicus. Bandung: Jurusan PMPKN UPI.

______, Bunyamin Maftuh. (2005). Pembelajaran PKn Melalui Pemetaan Konsep. Jurnal Civicus. Bandung: Jurusan PKn FPIPS UPI.

(36)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Shofan, Mohammad. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik: Upaya Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam. Yogyakarta: IRCISOD.

Soedijarto. (2008). Landasan dan arah pendidikan Nasional Kita. Jakarta: Kompas.

Somantri, Muhammad Nu’man. (1976). Metode Mengajar Civics. Jakarta:

Erlangga.

_______, Muhammad Nu’man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2004). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

________. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman. dkk. (2001). Common Text Book: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

Sukardjo., Lis Permanasari. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY.

Sundawa, Dadang. (2011). Disertasi. Membangun Kecerdasan Berdemokrasi Warga Negara Muda Melalui Perwujudan Kelas PKn sebagai Laboratorium Demokrasi. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Penyusun Buku Panduan Akademik UHAMKA. (2012). Pedoman Akademik UHAMKA. Jakarta: UHAMKA Press.

Tukiran. (2005). Disertasi. Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Portofolio (Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto). Program Studi PIPS: UPI.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UNICEF. (1998). Basic Education a Vision For The 21st Century. UNICEF International Child Development Centre, Florence: Italy.

(37)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Uno, Hamzah B. (2009). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

UU. No. 12 Tahun 2012 Tentang pendidikan Tinggi.

UU. Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Winataputra, Udin S. (2001). Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS). Bandung: Program Pascasarjana UPI.

__________, Udin S., Dkk. (2002). Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi. Jakarta: Dirjen Dikti.

__________, Udin S. (2008). Teori Belajar Minat dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Woolfolk, Anita E. (1993). Educational Psychology. Fifth Edition. Singapore: Allyn and Bacon.

E-Journal, E-Book, Blog:

Anderson, Neil J. 2002. The Role Of Metacognition in Second Language Teaching and Learning. Digest April 2002. Tersedia pada: http://www.cal.org/ericcll /digest. Diakses pada 15 Agustus 2013.

Blakey, Elaine dan Spence, Sheila. 2008. Developing Metacognition. Tersedia pada: http://www.education.com/parter/articles. Diakses pada 6 September 2013.

David Kerr. 2003. Citizenship Education in England: The Making of a New Subject. http://www.sowi-onlinejournal.de/2003-2/index.html. Diakses pada 20 Agustus 2013.

Huit, W.G. 1997. Metacognition. Available: http://tip.psychology.org/-meta.html. Diakses, tanggal 28 September 2013.

http://www.gsu.edu/~mstswh/courses/it7000/papers/robert.htm. Diakses pada 20 Oktober 2013.

http://www.sarjanaku.com/2011/08/metode-inkuiri-download-penerapan.html?m=0. Diakses pada 13 Oktober 2013.

http://totoyulianto.wordpress.com/2013/03/02/metode-inkuiri-i-metodepembelajaran/. Diakses pada 20 Oktober 2013.

http://ariansya.blogspot.com/2012/07/kajian-pustaka-metode-inquiri.html. Diakses pada 20 Oktober 2013.

(38)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

http://penelitian.lppm.upi.edu/detil/1489/pengembangan-model-pembelajaran- virtual-interaktif-pada-program-pendidikan-guru-oleh:-cepi-riyana,-s.pd.,-m.pd.doc. Diakses pada 20 Oktober 2013.

http://winarno.staff.fkip.uns.ac.id/2012/09/02/pendidikan-kewarganegaraan-untuk-perguruan-tinggi/. Diakses pada 10 Oktober 2013.

Jonassen, D. 2000. Toward a Design Theory of Problem Solving To Appear in Educational Technologi: Research and Depelopement.

http://www.coe.missouri.edu/~jonassen/PSPaper%20 final.pdf. Diakses pada 18 September 2013.

Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasilan Peserta Didik. Tersedia pada: http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar peserta-didik/. Diakses, tanggal 7 Agustus 2013.

Livingstone, Jennifer A. 1997. Metacognition: An Overview. Tersedia pada: http: //http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html.). Diakses pada 1 September 2013.

Mulbar, Usman. 2008. Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.Tersedia pada: http//www.usmanmulbar.files. wordpress. com. Diakses pada 20 September 2013.

OLRC News. 2004. Metacognition. Tersedia pada: http://www.literacy. kent.edu/ ohioeff/resource.doc. Diakses pada 27 Agustus 2013.

Papaleontiou-Louca, Eleonora. 2008. Metacognition and Theory of Mind. Newcastle: Cambridge Scholars Publishing.

Peirce, William. 2003. Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation. Tersedia pada: http://www.academic.pgcc.edu

/wpeirce/MCCCTR /index.html. Diakses pada 8 September 2013.

Schraw, Gregory dan Brooks, David W. 2008. Helping Students Self-Regulate in Chemistry Courses: Improving the Will and the Skill. Tersedia pada: http://www.dwb.unl.edu/dwb/default.html. Diakses pada 13 Oktober 2013. Taccasu Project. 2008. Metacognition. Tersedia pada:

http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html. Diakses pada 10 September 2013.

(39)

Mubarak Ahmad, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKn BERNUANSA PROFETIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN BERDEMOKRASI MAHASISWA

Gambar

Gambar 3.1 Canonical Participatory Action Research
Tabel 3.1  Tahapan Evaluasi Dalam Pembelajaran PPKn Profetik
Gambar 3.2 Bagan Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tahap ini ditentukan tujuan penelitian berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai agar penelitian yang dilakukan efektif

kemampuan menulis teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan Tahun Pembelajaran 2016/2017 setelah penerapan media televisi “ My Trip My Adventure ” masuk

Setelah melalui proses pengkajian data kesehatan, proses klarifikasi data, desiminasi data, perumusan dan penentuan prioritas masalah sampai dengan penentuan rencana

Tanda-tanda kekuningan atau jaundice ini biasanya dapat dilihat pada kulit dan mata, yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darahnya..

1974, dengan dilakukan diplomasi ini Jepang berharap dapat memulihkan serta mengharmoniskan Jepang dengan Indonesia. Oleh karena itu perlu mempelajari kebudayaan asing

Jika pledoinya ditolak, maka ia segera dipecat bila sekurang-kurangnya 2/3 anggota Majelis al-Syura yang hadir dalam sidang istimewa untuk melakukan pemberhentian

Dalam jurnal ini tidak melakukan pengukuran secara langsung, jadi hanya menghitung berdasarkan ukuran utama mesin yaitu BHP ( Brake Horse Power ) sehingga di

Terjadinya sengketa mengenai hak cipta karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun