UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-1 EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI
SKRIPSI
PENGARUH PIUTANG USAHA TERHADAP LAPORAN ARUS KAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN
OLEH
NAMA : MONA ILEVENTY LS
NIM : 080522042
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Analisis
Pengaruh Piutang Usaha Terhadap Laporan Arus Kas Pada PT Perkebunan Nusantara III Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam
konteks penulisan Skripsi Program Studi Starata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber dan data informasi yang diperoleh
telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan
oleh universitas.
Medan, 2 Mei 2011 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Universitas Sumatera Utara. Judul skripsi penulis adalah ” Pengaruh Piutang
Usaha Terhadap Laporan Arus Kas Pada PT Perkebunan Nusantara III Medan”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi
ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun dari segi
penyajiannya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati penulis
mengharapkan berbagai kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung,
penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan
ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi USU
2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Seketaris Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Wahidin Yasin, MSi, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah
4. Ibu Dra. Salbiah , Msi, Ak. selaku pembanding dan penguji I
5. Bapak Abdillah Arif Nst, SE.MSi selaku pembanding dan penguji II.
6. Pemimpin dan seluruh Staf PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan,
terima kasih atas segala bantuannya untuk mempermudah saya mendaptkan
data-data laporan keuangan.
7. Hormat dan baktiku kepada kedua orangtuaku yaitu M.Lumbansiantar dan
M.Hutagaol yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil.
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 2 Mei 2011 Penulis
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari Piutang Usaha terhadap
Laporan Arus Kas pada PT Perkebunan Nusantara III Medan (Persero). Pada PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, dalam penyajian laporan arus kas
menggunakan metode tidak langsung. Hasi Penelitian menyebutkan bahwa dengan
adanya kenaikan piutang usaha pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan, akan menyebabkan semakin menurun arus kas masuk dalam kegiatan
operasi pada Laporan Arus Kas.
ABSTRACK
This receach is done to find out the influence of Account Receivable with
Cash Flow Statement in PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. In PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, used indirect method for dish up the
cash flow statement. The result show that the raising of account receivables in PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan will make decreasing for cash in flow
operating activity in Cash Flow Statement.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Batasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 3
E. Kerangka Konseptual ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Piutang Usaha ... 6
1. Pengertian Piutang ... 6
2. Klasifikasi Piutang ... 7
3. Piutang Tak Tertagih ... 9
4. Pengakuan Piutang ... 11
B. Laporan Arus Kas ... 11
2. Penggolongan Arus Kas ... 12
3. Penyajian Laporan Arus Kas ... 14
4. Pelaporan Arus Kas ... 20
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data... 25
B. Teknik Pengumpulan Data ... 25
C. Metode Analisa Data ... 26
D. Tempat dan Jadwal Penelitian ... 26
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 28
1. Gambaran Umum Perusahaan ... 28
2. Aktivitas Perusahaan ... 29
3. Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan ... 30
4. Struktur Organisasi Perusahaan ... 26
5. Laporan Keuangan PTPN III (Persero) Medan ... 33
B. Analisis Hasil Penelitian ... 44
1. Pengaruh Piutang Usaha Terhadap Laporan Arus Kas ... 44
2. Penyajian Dalam Laporan Keuangan ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 4
Gambar 2.1 Neraca 9
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PTPN III (Persero) Medan 41
Gambar 4.2 Neraca PTPN III (Persero) Medan 42
Gambar 4.3 Laporan Laba Rugi PTPN III (Persero) Medan 43
Gambar 4.4 Laporan Arus Kas PTPN III (Persero) Medan 39
Gambar 4.5 Neraca PTPN III (Persero) Medan 46
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Skedul Arus Masuk dan Arus Keluar 13
Tabel 2.2 Skedul Arus Masuk dan Arus Keluar 17
Tabel 2.3 Ringkasan Penelitian Tinjuan Terdahulu 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk dapat mengetahui kinerja setiap perusahaan, perusahaan harus
menyajikan suatu laporan keuangan pada satu periode. Laporan keuangan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan, dimana hasil analisis tersebut digunakan oleh pihak – pihak yang
berkepentingan untuk mengambil suatu keputusan. Selain itu laporan keuangan
akan dapat menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban –
kewajibannya, struktur modal usaha, keefektifan penggunaan aktiva, serta hal –
hal lainnya yang berhubungan dengan keadaan finansial perusahaan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,
seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Salah satu tujuan laporan keuangan adalah untuk membantu para pemakai
laporan keuangan dalam membuat prediksi – prediksi tentang arus kas masuk dan
arus kas keluar sebuah perusahaan pada masa yang akan datang yang tertuang
PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Medan merupakan
perusahaaan yang usahanya bergerak dibidang perkebunan karet dan perkebunan
kelapa sawit yang memproduksi sendiri hasil perkebunannya. Perusahaan
tersebut selalu melakukan aktivitas penjualan. Salah satu aktivitas yang sangat
penting bagi kegiatan usaha perusahaan.
Penjualan yang bersifat kredit akan menimbulkan piutang. Dengan adanya
piutang tersebut, penulis mencoba mengemukakan pengaruh piutang usaha
terhadap laporan arus kas. Kas yang disediakan oleh operasi (selisih antara
penerimaan kas dengan pengeluaran kas) ditentukan dengan mengkonversi laba
bersih atas dasar akrual menjadi dasar kas. Hal ini dilakukan dengan
menambahkan atau mengurangi dari laba bersih pos-pos dalam laporan laba rugi
yang tidak mempengaruhi kas, seperti kenaikan dan penurunan piutang usaha.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh
piutang usaha terhadap PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Medan
dan membahasnya dalam suatu skripsi yang diberi judul “ Pengaruh Piutang
Usaha terhadap Laporan Arus Kas Terhadap PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan masalah tentang
bagaimana pengaruh aktivitas piutang usaha terhadap laporan arus kas pada PT
C. Batasan Masalah
Pembahasan dalam menilai kinerja keuangan dalam penelitian skripsi ini
hanya di batasi pada pembahasan pada piutang usaha dan laporan arus kas,
kemudian penulis hanya akan mengambil kesimpulan pengaruh piutang usaha
terhadap laporan arus kas PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero)
Medan secara periodik untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2008
sampai 31 Desember 2009.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang penelitian dan perumusan masalah
tersebut, penelitian dan penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh aktivitas penjualan dan piutang usaha pada laporan arus
kas pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Medan.
2. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi banyak pihak
antara lain:
a. Bagi penulis, menambah pengetahuan tentang piutang usaha dan laporan
arus kas, juga sebagai bahan untuk studi perbandingan antara teori yang
diperoleh diperkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
b. Bagi perusahaan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai
c. Bagi pihak lain, sebagai referensi dan informasi tambahan dalam
melakukan penelitian terutama yang berhubungan dengan informasi
pengaruh piutang usaha pada laporan kas perusahaan.
E. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1
Kerangka Konseptual
Sumber: Penulis, 2011
Keterangan:
PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Medan adalah perusahaan
yang bergerak dalam bidang perkebunan sawit dan karet. PT PERKEBUNAN
NUSANTARA III (Persero) Medan ada melakukan penjualan kredit yang LAPORAN ARUS KAS
PIUTANG USAHA
PT PERKEBUNAN NUSANTARAIII (Persero) MEDAN
menghasilkan piutang usaha. Kenaikan dan penurunan piutang usaha tersebut
akan mempengaruhi aktivitas operasi pada laporan arus kas. Dalam kerangka
konseptual ini penulis mencoba mengemukakan pola yang menjelaskan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PIUTANG USAHA 1. Pengertian Piutang
Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan
barang dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan
untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan
operasional perusahaan pada umumnya bergerak di bidang penjualan barang
atau jasa secara kredit maka piutang-piutang yang timbul merupakan unsur
paling penting dari aktiva lancar.
Kieso, Weygandt, Warfield (2002: 386) menjelaskan bahwa “ piutang
usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang
dijual.”
Menurut Warren (2005: 404) bahwa “piutang usaha adalah klaim atas
penjualan secara kredit terhadap pihak lain.”
Sehingga dari definisi di atas dapat diketahui bahwa piutang adalah dana
perusahaan pada perorangan atau perusahaan lainnya sebagai konsekuensi
penjualan dalam bentuk kredit/pinjaman yang pada akhir periode dana tersebut
2. Klasifikasi Piutang
Piutang diklasifikasikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai piutang
usaha dan wesel tagih, sebagai piutang dagang dan piutang non dagang,
sebagai piutang lancar dan non lancar.
Piutang usaha (account receivable) diperkirakan akan tertagih dalam
periode waktu yang relative pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha
dimasukkan di neraca sebagai aktiva lancar.
Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah terutang bagi pelanggan di
saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Dalam perjanjian
piutang wesel, debitur berjanji secara tertulis untuk membayar kepada kreditur
sejumlah dana tertentu di masa yang akan datang pada tanggal jatuh
temponya. Dokumen tertulis disebut surat promes ini berfungsi sebagai bukti
piutang. Wesel biasanya digunakan untuk untuk periode kredit lebih dari enam
puluh hari. Sebagai contoh, sebuah dealer mobil atau perabotan rumah tangga
biasanya meminta uang muka pada saat penjualan dan menerima wesel untuk
sisanya. Terkadang wesel tagih juga mengharuskan debitur untuk memberikan
suatu jaminan tertentu terhadap hutang yang dimilikinya. Apabila dikemudian
hari, debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya, maka debitur berhak
untuk mengklaim harta debitur yang dijadikan jaminan tersebut. Wesel tagih
yang akan jatuh tempo dalam waktu satu atau kurang dari satu tahun
dikategorikan sebagai aktiva lancar, sedangkan wesel tagih yang waktu jatuh
temponya lebih dari satu tahun dikategorikan sebagai piutang jangka panjang.
bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun akan dikategorikan sebagai
harta lancar, sedangkan sisanya masih akan dikategorikan sebagai piutang
jangka panjang. Misalkan perusahaan X membeli mobil Starlet dari PT A
secara kredit seharga Rp 100.000.000,- yang akan dibayar dalam jangka waktu
5 tahun. Jumlah yang akan jatuh tempo tahun depan sebesar Rp 20.000.000,-,
maka yang akan dikategorikan sebagai aktiva lancar dari PT A adalah
Rp 20.000.000,-
Piutang lain-lain (other receivable) yaitu tagihan yang timbul dari
transaksi lain bukan dari transaksi dagang atau usaha. Piutang lain-lain
meliputi piutang-piutang seperti piutang bunga dan pinjaman yang diberikan
kepada para karyawan dan anak perusahaan, piutang deviden, klaim pada
perusahaan asuransi dan lain-lain. Piutang lain-lain biasanya disajikan secara
terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu
tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika
penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai
aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Dalam neraca,
pelaporan wesel tagih yang bersifat jangka panjang dan piutang lain-lain
biasanya diletakkan diantara bagian aktiva lancar dengan aktiva tetap seperti
Gambar 2.1
PT X NERACA TANGGAL
AKTIVA KEWAJIBAN & EKUITAS
Aktiva Lancar Kas
Piutang Usaha setelah dikurangi penyisihan piutang tak tertagih
Wesel tagih, jangka pendek
Persediaan
Beban dibayar dimuka Total
Investasi
Investasi jangka panjang
Wesel tagih, jangka panjang
Wesel bayar, jangka pendek
Hutang lain-lain Total
Kewajiban Jangka Panjang Wesel tagih, jangka panjang
3. Piutang Tak Tertagih
Penjualan secara kredit akan menimbulkan keuntungan sekaligus
kerugian. Penerimaan dan keuntungan akan meningkat, tetapi kerugian yang
dialami perusahaan akan meningkat pula karena meningkatnya jumlah piutang
yang tidak tertagih. Kerugian ini biasanya kita sebut beban piutang tak
Untuk perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, beban piutang
tak tertagih merupakan beban yang memang timbul karena kegiatan bisnis
perusahaan. Sebagai beban usaha, tentunya beban piutang tak tertagih harus
diketahui jumlahnya. Untuk itu, dalam pengukuran jumlah piutang tak tertagih
dikenal dua metode yakni metode penyisihan dan metode penghapusan
langsung.
Dalam metode penyisihan (allowance method), pencatatan kerugian tidak
menunggu sampai langganan benar – benar tidak mampu membayar,
melainkan memperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak akan
dapat dibayar oleh pelanggan. Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan
perusahaan seakurat mungkin, maka perusahaan yang banyak melakukan
penjualan kredit akan mempergunakan metode penyisihan untuk mengukur
jumlah piutang tak tertagih. Tanpa harus menebak mana langganan yang tidak
akan membayar, metode ini menggunakan pengalaman masa lampau untuk
memperkirakan berapa jumlah beban piutang tak tertagih untuk periode ini.
Perusahaan akan mendebit beban piutang tak tertagih sejumlah yang
diperkirakan, yang nantinya akan disajikan sebagai pengurang dari akun
piutang usaha di dalam neraca.
Dalam metode penghapusan langsung (direct write off method ), piutang
usaha yang tak tertagih baru diakui sebagai beban apabila bagian kredit
menyatakan bahwa piutang tertsebut tidak dapat ditagih. Bila hal itu terjadi,
mengkredit piutang dagang dari langganan yang dianggap tidak dapat
membayar hutangnya.
4. Pengakuan Piutang Usaha
Piutang usaha didukung oleh faktur penjualan atau dokumen lainnya
selain jaminan tertulis formal, dan di dalamnya dimuat jumlah yang
diharapkan dapat tertagih pada tahun setelah tanggal neraca atau dalam siklus
operasi perusahaan. Setiap piutang usaha dari pelanggan dengan saldo kredit
(dari pembayaran di muka atau kelebihan pembayaran) direklasifikasi dan
dilaporkan sebagai kewajiban.
Piutang usaha hanya diakui ketika kriteria atas pengakuan telah dipenuhi.
Piutang usaha dinilai pada harga pertukaran awal antara perusahaan dengan
pihak ketiga, dikurangi penyesuaian untuk diskon tunai, retur penjualan, serta
penyisihan dan piutang tak tertagih yang menghasilkan nilai realisasi bersih,
yaitu jumlah kas yang diharapkan akan tertagih.
B. Laporan Arus Kas
1. Pengertian Laporan Arus kas
Laporan arus kas dimaksudkan untuk memberikan ikhtisar arus masuk dan
arus keluar kas untuk suatu periode. Laporan arus kas ini dijelaskan pula oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2.1) yaitu: “…..memberikan informasi
historis mengenai perubahan kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus
kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
maupun pendanaan (financing) selama suatu periode akuntansi.”
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), PSAK No.2 (2007: 2.2) bahwa
“arus kas adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas.”
Kiesso, Weygandt, Warfield (2002:372) mengemukakan pendapatnya
bahwa “laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas dan
perubahan bersih pada kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan dari suatu perusahaan selama suatu periode dalam suatu format
merekomendasikan saldo kas awal dan akhir”.
Menurut Soemarso (2005: 321), menjelaskan bahwa “ laporan arus kas
mengikhtisarkan sumber dan penggunaan kas dan setara kas.”
Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa laporan arus kas dapat
membantu menunjukkan bagaimana perubahan kas yang terjadi dalam sebuah
perusahaan dilaporkan dengan relevan selama periode tertentu.
2. Penggolongan Arus Kas
Laporan arus kas menggolongkan penerimaan kas dan pembayaran kas
menjadi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Transaksi-transaksi dan
berkakteristik kejadian lainnya dari setiap jenis aktivitas adalah sebagai
berikut :
1) Aktivitas operasi (operating activities), mencakup pengaruh kas dari
transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban. Pendapatan dan
beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba bersih. Kegiatan
operasi merupakan kegiatan sebagai bagian sehari-hari suatu perusahaan.
Penerimaan kas dari penjualan barang-barang atau dari memberikan jasa
utama dari operasi termasuk pembayaran pembelian persediaan dan upah,
pajak, bunga, utilities, sewa, dan biaya-biaya sejenis.
2) Aktivitas investasi (investing activities), mencakup memperoleh dan
menjual investasi dan aset tetap, dan kemudian meminjam uang dan
menagih pinjaman. Dalam hal ini, kegiatan investasi merupakan bagian
yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan aset jangka panjang.
3) Aktivitas pendanaan (financing activities), mencakup memperoleh kas dari
penerbitan utang dan membayarkan jumlah yang dipinjam, dan kemudian
memperoleh kas dari pemegang saham dan memberikan pengembalian
atas investasi pemegang saham.
Tabel 2.2 mengklasifikasikan penerimaan serta pembayaran kas yang
umum dari sebuah entitas bisnis berdasarkan kegiatan operasi, investasi, dan
pembiayaan.
Tabel 2.1
INVESTASI Dari penjualan hutang atau ekuitas kesatuan lain
Dari penerimaan pokok pinjaman pada kesatuan lain
Arus Kas Keluar
Untuk membeli harta, pabrik, dan peralatan Untuk membeli hutang atau ekuitas kesatuan lain
Untuk memberi pinjaman pada kesatuan lain
Sumber: Kiesso (2002:375)
3. Penyajian Laporan Arus Kas
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2.2) menjelaskan bahwa “Laporan arus
kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.”
Perusahaan menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut.
Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi
tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga
aktivitas tersebut.
Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasi ke
dalam lebih dari satu aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank
meliputi pokok pinjaman dan bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat
diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi dan pokok pinjaman merupakan
unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa laporan arus kas melaporkan
penerimaan kas, pengeluaran kas dan perubahan bersih kas, baik yang berasal
dari aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan.
Adapun langkah pertama dalam menyusun laporan arus kas adalah
membandingkan dua periode neraca berturut-turut untuk mengetahui
perubahan dari setiap perkiraan neraca. Mengidentifikasi perkiraan-perkiraan
neraca yang memperbesar kas dan memperkecil operasi, investasi dan
pendanaan. Setelah itu menyajikan informasi-informasi tersebut dalam laporan
arus kas.
a. Aktivitas Operasi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2.3),
Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: 1) Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;
2) Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; 3) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;
4) pembayaran kas kepada karyawan;
5) penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anitas, dan manfaat asuransi lainnya;
6) pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi;
7) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
b. Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2.3):
Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: 1) Pembayaran kas untuk membeli aset tetap , aset tidak berwujud, dan
aset jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aset tetap yang dibangun sendiri.
2) Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, serta aset tidak berwujud dan aset jangka panjang lain.
3) Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain
4) Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan)
5) Pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Bila perusahaan memiliki kelebihan kas, ada beberapa alternatif yang
dapat dipilih untuk memanfaatkan kelebihan ini. Salah satu caranya adalah
menginvestasikannya dalam saham atau obligasi perusahaan lain. Dengan
dividen atau bunga. Bila perusahaan menginvestasikan kelebihan kas ini
dengan tepat, nilai jual atau nilai pasar investasi akan naik, sehingga akan
semakin menguntungkan perusahaan pada saat saham atau obligasi
tersebut dijual kembali. Berikut ini adalah beberapa contoh arus kas yang
berasal dari aktivitas Investasi.
Perbedaan mendasar antara arus kas keluar operasi dan investasi
terletak pada periode manfaat yang diantisipasi. Pembelian persediaan
merupakan arus kas keluar aktivitas operasi karena manfaat dari penjualan
persediaan diharapkan akan diterima dalam jangka pendek. Aktiva pabrik
memberikan manfaat sepanjang periode waktu yang lebih panjang.
c. Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:2.3) menjelaskan:
Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan.”
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
1) Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya 2) Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau
menebus saham perusahaan
3) Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik 4) Pelunasan pinjaman
5) Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lease) untuk menurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).
Tabel 2.2
Format Umum Laporan Arus Kas
Nama Perusahaan LAPORAN ARUS KAS
Periode Tercakup Kas yang dihasilkan (digunakan untuk):
Arus kas dari aktivitas operasi ... Rp xxx Arus kas dari aktivitas investas... Rp xxx
Arus kas dari aktivitas pendanaan ... Rp xxx Kenaikan (penurunan) bersih dalam kas …………... Rp xxx
Kas pada awal periode ……… Rp xxx
Kas pada akhir periode ……… Rp xxx
Sumber: Skousen (2001: 284)
Beberapa arus kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi dan
pendanaan diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi. Misalnya,
penerimaan pendapatan investasi (bunga dan deviden) dan pembayaran
bunga ke pemberi pinjaman diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Sebaliknya, beberapa arus kas yang berkaitan dengan aktivitas operasi
diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi atau pendanaan. Misalnya, kas
yang diterima dari penjualan harta, pabrik, dan peralatan dengan
keuntungan, meskipun dilaporkan dalam perhitungan laba-rugi,
diklasifikasikan sebagai aktivitas investasi, dan pengaruh keuntungan yang
berkaitan tidak akan termasuk dalam arus kas bersih dari aktivitas operasi.
Demikian pula, keuntungan atau kerugian pada pembayaran (pelunasan)
dengan pembayaran kembali jumlah yang dipinjam dan karenanya
merupakan aktivitas pendanaan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah akun-akun luar biasa seperti bunga
dan dividen dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya. Pajak penghasilan harus
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan atau investasi.
Tidak seperti laporan keuangan utama lain, laporan arus kas tidak
disusun dari neraca percobaan yang disesuaikan. Informasi untuk
menyiapkan laporan ini biasanya berasal dari tiga sumber :
1) Neraca perbandingan memberikan jumlah perubahan dalam aktiva,
kewajiban, dan ekuitas dari awal ke akhir periode.
2) Data perhitungan laba-rugi periode berjalan membantu pembaca
menentukan jumlah kas yang disediakan atau digunakan selama
periode tersebut.
3) Data transaksi terpilih dari buku besar memberikan informasi terinci
tambahan yang diperlukan untuk menentukan bagaimana kas
disediakan atau digunakan selama periode tersebut.
Penyusunan laporan arus kas dari sumber-sumber data di atas
melibatkan tiga langkah pokok yaitu :
1)Menentukan perubahan dalam kas. Prosedur ini bersifat langsung
karena perbedaan antara saldo awal dan akhir kas dapat dengan mudah
2)Menentukan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Prosedur ini rumit,
melibatkan analisis tidak hanya perhitungan laba-rugi tahun berjalan
tetapi juga neraca perbandingan dan juga data transaksi terpilih.
3)Menentukan arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan. Semua
perubahan lain dalam perkiraan neraca herus dianalisis guna
menentukan pengaruhnya pada kas.
4. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Titik awal yang berguna dalam menentukan arus kas bersih dari kegiatan
operasi adalah memahami mengapa laba bersih harus dikonversi. Menurut
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, sebagian besar perusahaan
harus menggunakan dasar akuntansi akrual yang mensyaratkan bahwa
pendapatan dicatat ketika menghasilkan (earned) dan beban dicatat ketika
terjadi (incurred). Laba bersih mungkin mencakup penjualan kredit yang
belum tertagih, dan beban mungkin sudah terjadi tetapi belum dibayar.
Dengan demikian, menurut akuntansi akrual, laba bersih tidak akan
mencerminkan arus kas bersih dari kegiatan operasi.
Untuk mendapatkan jumlah arus kas bersih dari kegiatan operasi
diperlukan pelaporan pendapatan dan beban atas dasar kas. Hal ini dilakukan
dengan mengeliminasi pengaruh transaksi laporan laba rugi yang tidak
Konversi laba bersih menjadi arus kas bersih dari kegiatan operasi dapat
dilakukan dengan mengunakan metode langsung dan metode tidak langsung.
a. Metode Langsung (Direct Method)
Dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan
pengeluaran kas bruto diungkapkan. Metode ini menghasilkan informasi
yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat
dihasilkan dengan metode tidak langsung.
Metode langsung yang juga disebut metode laporan laba rugi,
melaporkan penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi.
Selisih diantara kedua jumlah tersebut adalah arus kas bersih dari kegiatan
operasi. Dengan kata lain, metode langsung mengurangi penerimaan kas
operasi. Metode langsung menunjukkan laporan penerimaan kas dan
pengeluaran secara ringkas.
Berbagai sumber informasi dicari untuk mendapatkan data yang
berhubungan dengan transaksi periode yang dilaporkan. Ayat jurnalnya
dapat direkonstruksi untuk mengidentifikasi komponen transaksi secara
lebih jelas. Menurut Dyckman, Dukes dan Davis (2001:558),
sumber-sumber informasi tersebut ditelaah menurut urutan berikut ini:
1) Laporan laba rugi: untuk informasi tentang keuntungan dan kerugian
non kas, penyusutan, serta pendapatan dan beban operasi yang berguna
2) Informasi tambahan (termasuk laporan laba ditahan atau laporan
ekuitas pemilik): untuk data tentang transaksi seperti penerbitan dan
pelunasan hutang, transaksi saham, dan pos-pos luar biasa.
3) Neraca komparatif: untuk perubahan akun yang tidak dijelaskan oleh
butir 1 atau 2 di atas dan yang menunjukkan transaksi tambahan untuk
dianalisis.
Keunggulan dari metode langsung adalah menyajikan kategori utama
penerimaan dan pengeluaran kas. Sedangkan kelemahan utamanya adalah
mahal dalam pengumpulan datanya.
b. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan
mengkoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral)
atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa
lalu dan masa depan, unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan
arus kas investasi atau pendanaan.
Penyesuaian rekonsiliasi untuk laba bersih dan arus kas operasi bersih
adalah:
1) Penyesuaian atas perubahan akun modal kerja yang berhubungan
dengan operasi (piutang usaha, persediaan, pembayaran dimuka,
piutang bunga, investasi dalam sekuritas perdagangan, hutang usaha,
hutang bunga, hutang pajak penghasilan, hutang jangka pendek
panjang seperti hutang kepada pemasok untuk pembelian persediaan
dan kegiatan operasi lainnya.
2) Beban-beban non kas, termasuk penyusutan, amortisasi aktiva tak
berwujud, dan amortisasi diskonto hutang obligasi, ditambahkan pada
laba bersih sebagai penyesuaian rekonsiliasi karena tidak
menyebabkan kas berkurang.
3) Pendapatan non kas, termasuk pendapatan investasi dari investasi
yang dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas, dan pendapatan
yang direalisasi dengan menerima sumber daya non kas (penyelesaian
kewajiban, penerimaan aktiva jangka panjang untuk jasa yang
diberikan) dikurangkan dari laba karena tidak menyebabkan kas
bertambah.
4) Keuntungan non kas dikurangkan dari laba bersih, dan kerugian non
kas ditambahkan pada laba bersih. Keuntungan dan kerugian atas
pelepasan aktiva pabrik, keuntungan dan kerugian luar biasa karena
kecelakaan serta penarikan obligasi, serta keuntungan dan kerugian
C. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan laporan arus kas:
Tabel 2.3
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Iqbal (2007) Analisis Laporan
Arus Kas Dalam Pengambilan Keputusan Manajemen Pada PT. Barata Indonesia
Penyajian Laporan arus kas AJB Bumiputera telah sesuai dengan PSAK No.2 dengan metode yang digunakan yaitu metode tidak langsung yakni metode yang disusun dengan transaksi non kas untuk mendapatkan arus kas bersih dari aktivitas operasi sehingga perbedaan antara laba bersih dengan kas yang berasal dari aktivitas operasi terlihat jelas 2. Putri S
(2008)
Pengaruh Arus Kas terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan pada Perusahaan Industri Semen go public yang terdaftar di BEI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan penulis berupa data yang bersifat kuantitatif,
yang terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari objek yang diteliti
dalam hal ini adalah PT PERKEBUNAN NUSANTARA III
(Persero) Medan secara langsung melalui teknik wawancara. Data
ini memerlukan pengolahan lebih lanjut dan dikembangkan dengan
pemahaman sendiri oleh penulis.
2. Data Sekunder
Data yang diolah dalam bentuk yang sudah jadi, berupa data yang
diambil langsung dan terdokumentasikan di perusahaan.
B.Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi
Yaitu penulis melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung
ke lapangan terhadap setiap kejadian yang menjadi objek.
2. Wawancara
Yaitu dengan melakukan tehnik tanya jawab secara langsung dengan
manajemen perusahaan, kepala bagian akuntansi, dan
dibutuhkan dan data-data yang dapat digunakan dalam penulisan skripsi
ini.
3. Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan
penelitian ini, baik yang diperoleh dari perusahaan maupun dari sumber
lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
C.Metode Analisa Data
Metode yang digunakan dalam menganalisa data yang diperoleh adalah
metode deskriptif yaitu metode penganalisaan data yaitu mengumpulkan,
menyusun dan menganalisis data yang diperoleh dari perusahaan sehingga
mampu memberikan informasi yang lengkap bagi pemecahan masalah yang
dihadapi.
D.Tempat dan Jadwal Penelitian 1. Tempat Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi
ini, maka penulis melakukan penelitian di PT PERKEBUNAN
NUSANTARA III (Persero) Medan Jl. Sei Batanghari No.2 Medan.
2. Jadwal Penelitian
& Pengolahan
Data
5 Bimbingan
Skripsi
6 Penyelesaian
Skripsi
7 Ujian Meja
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.Data Penelitian
1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha
perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. Pembentukan
perseroan ini mempunyai lintasan sejarah yang diawali dengan proses
pengambilalihan perusahaan-perusahaan perkebunan Belanda pada tahun
1958 oleh Pemerinta RI yang dikenal sebagai proses “Nasionalisasi”
perusahaan perkebunan asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara
(PPN). Langkah awal Perseroan dimulai tahun 1958 dengan nama
Perusahaan Perkebunan Negara Baru cabang Sumatera Utara (PPN Baru).
Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk/status badan hukum
sejalan dengan Undang-Undang (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang
ada, dan akhirnya pada tahun 1974 bentuk hukumnya dialihkan menjadi
PT Perkebunan (Persero).
Diawali dengan langkah penggabungan manajemen pada tahun 1994,
tiga BUMN Perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan III (Persero), PT
Perkebunan IV (Persero) dan PT Perkebunan V (Persero) disatukan
pengolahannya oleh Direksi PT Perkebunan III (Persero). Selanjutnya
ketiga Perseroan tersebut yang wilayah kerjanya berada di Provinsi
Sumatera Utara digabungkan menjadi satu Perseroan dengan dana PT
Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan Akta Notaris Harun
Kamil, SH, No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dan telah mendapat pengesahan
dari Menteri Kehakiman RI dengan surat keputusan No.
C2-831.HT.01.01.TH.96 tanggal 8 agustus 1996 serta telah diumumkan dalam
Berita Negara RI No. 81 tanggal 8 oktober 1996, Tambahan No.
8674/1996.
2. Aktivitas Perusahaan
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang agro industry, produk
utama PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Medan adalah
kelapa sawit dan hasil olahannya serta karet dan hasil olahannya. Jenis,
produk, segmen pasar, kelompok pelanggan adalah
o Produk gmen Pasar elompok Pelanggan
Kelapa Sawit
- CPO kal dan Expor ader dan Industri
- Inti Sawit kal ader dan Industri
Karet
- Lateks Pekat kal dan Expor ader dan Industri
- SIR kal dan Expor ader dan Industri
3. Visi, Misi dan Strategi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan agribisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan
melaksanakan tata kelola bisnis terbaik.
b.Misi Perusahaan
1) Mengembangkan industeri hilir berbasis perkebunan secara
berkesinambungan;
2) Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan;
3) Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan
mengembangkannya secara optimal;
4) Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan “imbal hasil”
terbaik bagi para investor;
5) Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra
bisnis;
6) Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam
pengembangan komunitas;
7) Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwenang
lingkungan.
c. Strategi Perusahaan
1) Menjalin dan mengembangkan hubungan sinergik yang efektif
2) Melaksanakan manajemen berorientasi pasar, sensitive terhadap
kecenderungan industry dan pergerakan pasar serta mencermati
pesaing;
3) Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dengan
kemampulabaan;
4) Mematuhi aturan-aturan SHE (Safety, Health and Environment);
5) Melaksanakan keunggulan operasional agar perusahaan menjadi
cost effective;
6) Membangun budaya kerja yang kondusif dengan melaksanakan
tata nilai dan paradigm baru;
7) Membangun dan mengimplementasikan manajemen sumber
daya manusia berbasis kompetensi dan kinerja.
4. Struktur Organisasi Perusahaan
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT PERKEBUNAN
NUSANTARA III (Persero) Medan No. 03.7/KTPS/SR/3/1984, dalam
pelaksanaan pencapaian tujuan ditetapkan suatu organisasi yang
menyangkut fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
masing-masing pengelola.
Struktur organisasi PT PERKEBUNAN NUSANTARA III
(Persero) Medan adalah struktur organisasi garis dan staff, sesuai
dengan laju perkembangannya perusahaan ini mengadakan
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT PERKEBUNAN NUSANTARA III
(Persero) Medan
STRUKTUR ORGANISASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)
Struktur organisasi sangat diperlukan untuk menjelaskan tanggung
jawab dengan tegas setiap posisi pekerjaan dan hubungan antar posisi dan
bagian di dalam organisasi. Dengan adanya struktur organisasi maka
karyawan juga akan mengetahui kepada siapa ia harus memberikan
laporan dan pertanggungjawaban atas pekerjaannya. Struktur organisasi
suatu perusahaan biasanya digambarkan dengan bagan organisasi.
Adapun uraian tugas dan wewenang yang dipegang oleh
masing-masing jabatan pada PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero)
Medan, adalah sebagai berikut :
a. Direktur Utama
Wewenangnya antara lain :
1) Melaksanakan kebijakan perusahaan sesuai yang diatur dengan
anggaran dasra perusahaan dan ketentuan-ketentuan yang
digariskan oleh RUPS dan Dewan Komisaris.
2) Menetapkan langkah-langkah pokok dan sasaran perseroan dalam
melaksanakan kebijakan perusahaan dibidang produksi, teknik
pengelolaan, sumber daya manussia, keuangan, pemasaran, dan
pengembangannya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3) Mengkoordinasikan tugas para anggota direksi dan mengawasi
Tanggung Jawabnya antara lain :
1) Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan RUPS.
2) Mengendalikan dan mengawasi Direktur produksi, Direktur
Keuangan, Direktur MSDM / Umum, Direkktur Pemasaran,
Kepala Bagian Sekretariat Korporat, Kepala Bagian SPI, dan
Kepala Bagian Teknologi Informasi.
b. Direktur Produksi
Wewenangnya antara lain :
1) Menyusun perencanaan dibidang peklerjan yang tercantum
dalam fungsi diatas
2) Melaksanakan pengaturan/, pengendalian, dan .pengawasan
terhadap semua kegiatan dari unit-unit produksi dan sarana
pendukungnya yang mencakup tanaman produk, teknik
pengolahan dan sebagainya.
Tanggung jawab antara lain :
1) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur produksi bertanggung
jawab kedalam Direktur Utama dan Keluar kepada Komisaris
2) Mengendalikan dan mengawasi Kepala Bagian Tanaman, Kepala
Bagian Teknik, dan Kepala Bagian Teknik / CMR
c. Direktur Keuangan
Wewenangnya antara lain :
1) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum
dalam fungsi tersebut diats.
2) Melakasanakan pengaturan dan pengawasan dari unit usaha dan
sarana pendukungnya yang mencakup keuangan secara umum,
administrasi, dan penyimpangan barang kebutuhan manusia.
Tanggung jawabnya antara lain:
1) Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Keuangan bertanggung
jawab kedalam kepala Direktur Utama dan Keluar kepada Dewan
Komisaris dan RUPS.
2) Mengendalikan dan mengawasi Kepala Bagian Pembiayaan dan
Kepala Kemitraan dan Bina Lingkungan.
d. Direktur SDM / Umum
Wewenangnya antara lain :
1) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam
2) Menetapkan ketentuan-ketentuan dibidang tenaga kerja dan umum
3) Megelolah administrasi perkantoran dan segala sesuatu yang
berkaitan dengannya.
Tanggung jawabnya antara lain :
1) Dalam melaksanakan tugasnya, direktur SDM / Umum
bertanggung jawab kedalam kepada Direktur Utama dan Kelular
kepada dewan Komisaris dan RUPS.
2) Mengendalikan dan mengawwasi Kepala Bagian Umum dan
Kepala
e. Direktur Pemasaran
Wewenangnya antara Lain :
1) Menyusun perencanaan dibidang pekerjaan yang tercantum dalam
fungsi tersebut diatas.
2) Melaksanakan pengaturan dan pengawasan dari unut usaha dan
saran a pendukungnya yang mencakup pemasaran hasil produksi
primer dan hasil industri serta pengadaaan bahan baku dan
Tanggung jawabnya antara lain:
1) Dalam melaksanakan tugasnya, Dlirektur Pemasaran bertanggung
jawab kedalam kepada Direktur utama dan Keluar kepada Dewan
Komisaris dan RUPS.
2) Mengendalikan dan mengawasi Kepala Bagian Pemasaran dan
Kepala Bagian Pengadaan.
f. Kepala Bagian Keuangan
Tugas :
1) Melaksanakan pengelolaan keuangan meliputi seluruh
fungsi-fungsi perencanaan, pencairan sumber-sumbe penerimaan,
penempatan, penyimpanan pada portafolio terbaik, pengalokasian
penggunaan dan pengawasannya.
2) Melaksanakan kegiatan administrasi keuangan, perpajakan dan
asuransi asset perusahaan
3) Memberi pedoman penyusunan Rencana Verja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) serta Rencana Kerja Operacional (RKO) dan
mengupayakan kegiatan tersebut sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
Wewenang :
1) Berwenang mengambil keputusan-keputusan yang sifatnya tidak
prinsipil dan tidak menyimpang dari kebijaksanaan Direksi/
2) Berwenang menandatangani surat-surat/ memorando yang
ditujukan lepada bagian yang sifatnya rutin dan tidak
menyimpang dari kebijaksanaan Direksi/ Direktur Keuangan.
g. Kepala Urusan Kas dan Bank
Tugas :
1) Mengkoordinir penyusunan laboran keuangan harian posisi kas
dan bank, arus kas dan bank bulanan, tripulan, semestre dan
tahunan.
2) Mengkoordinir penyusunan rencana pembayaran hutang pokok
dan bunga atas penarikan kredit investasi yang akan, sedang dan
telah diproses penarikannya.
3) Mengkoordinir penyusunan rencana pembayaran kepada pihak
ketiga secara mingguan, dua mingguan dan bulanan.
4) Mengkoordinir pelaksanaan pembayaran tunai maupun giral
setiap harinya terhadap transaksi-transaksi yang timbal
Tanggung Jawab :
Kepala urusan kas dan bank dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada kepala bagian keuangan.
h. Kepala Urusan Pajak dan Asuransi Asset Perusahaan
Tugas :
1) Mengkoordini pembuatan dan meneliti perhitungan Pajak
Pertambahan Nilai yang tercantum pada faktur pajak dan
2) Menkoordinir pembuatan dan meneliti kebenaran perhitungan
Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum pada faktur pajak
keluaran atas penjualan lokal.
Wewenang :
1) Menjalankan program kerja dalam rangka kewenangan organisasi
di lingkup urusan pajak dan asuransi asset perusahaan.
2) Memberikan penilaian dan pembinaan karyawan di lingkup
urusan pajak dan asuransi asset perusahaan.
Tanggung Jawab :
Kepala urusan pajak dan asuransi asset perusahaan dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada kepala bagian
keuangan.
i. Kepala Urusan Anggaran Perusahaan
Tugas :
Merencanakan, mengkoordinasikan serta mengendalikan pelaksanaan
penyusunan dan pengawasan RKAP / RJP yang menyangkut :
1) Areal tanaman dan areal lain-lain
2) Produksi hasil lahan dan hasil jadi serta productivitas produksi
3) Fasilitas pengolahan
4) Biaya produksi kebun dan harga pokok
5) Keuangan
7) Laboran realisasi anggaran kepala Direksi setiap triwulan /
semester / tahunan.
Wewenang :
1) Menjalankan program kerja dalam rangka kewenangan organisasi
di lingkup urusan anggaran perusahaan
2) Memberikan penilaian dan pembinaan karyawan di lingkup
urusan anggaran perusahaan
3) Menilai dan mengevaluasi pelaksanaan tugas-tugas bawahannya.
Tanggung Jawab :
Kepala urusan anggaran perusahaan dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada kepala bagian keuangan.
Dalam melakukan tugasnya Kepala Urusan Anggaran Perusahaan
dibantu oleh
1) Asisten urusan penyusunan anggaran yang bertugas membantu
kepala urusan anggaran melaksanakan fungsi manajemen di dalam
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja untuk jangka
pendek dan jangka panjang.
2) Asisten urusan pengawasan anggaran yang bertugas membantu
kepala urusan anggaran melaksanakan fungsi manajemen didalam
pengawasan anggaran pendapatan dan belanja untuk jangka
pendek dan panjang
5. Laporan Keuangan PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero)
Gambar 4.2
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2008 – 2009 (Dinyatakan dalam rupiah)
2009 2008
ASET
ASET LANCAR Kas dan setara kas
Piutang usaha pihak ketiga- setelah dikurangi penyisian piutang ragu-ragu sebesar Rp Nil (2008:Rp 25.162.249.433)
Piutang lain-lain:
Pihak hubungan istimewa Pihak ketiga – setelah dikurangi penyisian piutang ragu-ragu sebesr Rp 4.691.361.242 (2008 : Rp
4.701.116.833)
Persediaan – setelah dikurangi
penyisian Persediaan usang sebesar Rp 6.555.972.504
Pajak dibayar dimuka Uang muka dividen Aset lancar lainnya
Jumlah Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Hak Minoritas
Ekuitas
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
1.091.544.592.599 1.203.796.665.496
4.582.924.383.063 3.843.061.422.169
5.674.468.975.662 5.046.858.087.638
Gambar 4.3
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2008 – 2009 (dinyatakan dalam rupiah)
2009 2008
Pemasaran dan penjualan Umum dan administrasi Jumlah Beban Usaha
LABA USAHA
PENGHASILAN (BEBAN)LAIN-LAIN
Pendapatan bunga
Keuntungan (kerugian ) kurs mata uang asing-bersih Beban bunga dan keuangan Lain-lain bersih
Jumlah penghasilan (Beban) Lain-lain –Bersih
BAGIAN LABA BERSIH PERUSAHAAN ASOSIASI
LABA SEBELUM PAJAK
BEBAN (MANFAAT) PAJAK
Pajak kini Pajak tangguhan
Beban Pajak-Bersih
LABA SEBELUM HAK MINORITAS
HAK MINORITAS
LABA BERSIH
LABA BERSIH PER SAHAM DASAR
4.410.907.939.244
2.860.843.902.123
4.680.622.592.076
2.524.807.551.896
1.550.064.037.121 2.155.815.040.180
123.531.158.329 710.515.357.556
95.740.729.062 858.983.463.967 834.046.515.885 954.724.193.029
716.017.521.236 1.201.090.847.151
34.749.197.697
11.590.080.314 11.042.072.851
703.863.635.604
184.049.527.731 378.524.519.991
519.814.107.873
(15.894)
844.718.282.298
38.555
Gambar 4.4
PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2008 – 2009 (dinyatakan dalam rupiah)
2009 2008
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan Kas dari pelanggan Pembayaran Kas kepada : Pemasok
Direksi dan karyawan
Kas yang dihasilkan dari operasi
Pembayaran bunga
Pembayaran pajak penghasilan Kas Bersih Dari Aktivitas Operasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 185.998.624.623 488.732.084.007
(706.577.584.656) (726.712.390.943)
(6.721.592.443) 8.061.380.982
(16.748.664.287)
800.755.698.663
248.667.994.639
552.087.704.024
B.Hasil Analisis Data
1. Pengaruh Piutang Usaha Terhadap Laporan Arus Kas
Berdasarkan hasil penelitian penulis pada perusahaan, bahwa dalam
dalam pencatatan laporan arus kas dari kegiatan operasi, PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan menggunakan metode tidak langsung.
Dalam laporan keuangan di neraca, yang menjelaskan jumlah piutang
usaha dan terlihat bahwa ada kenaikan piutang usaha sebesar
5.819.829.826,- Hal itu diperoleh dari kenaikan piutang usaha dari Rp
46.653.902.638,- di tahun 2008 menjadi Rp 52. 437.732.464,- di tahun
2009. Kenaikan piutang usaha ini artinya penerimaan uang dari penagihan
piutang lebih besar, sedangkan dalam kenyataan uang yang diperoleh dari
pendapatan hasil penjualan belum diterima, untuk itu harus dilakukan
konversi laba bersih dari kegiatan operasi, yakni dengan mengurangi
kenaikan piutang usaha tersebut dari laba bersih pada laporan arus kas.
Tujuan utama dari dari laporan arus kas adalah untuk memberikan
informasi tentang penerimaan kas dan pengeluaran kas entitas selama
suatu periode. Tujuan lainnya adalah untuk menyediakan informasi
tentang kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan entitas tersebut atas
dasar kas. Karena itu, laporan arus kas melaporkan penerimaan kas,
pembayaran kas dan perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, dalam
bentuk yang dapat merekonsiliasi saldo kas awal dan akhir.
Sedangkan piutang usaha merupakan hasil penjualan kredit yang juga
menjadikan laba bersih meningkat, arus kas masuk dari kegiatan operasi
juga meningkat, sementara uang(kas) dari sumber penerimaan ini belum
diterima. Hal ini tentunya tidak mencerminkan jumlah arus kas yang
sebenarnya. Untuk itu kenaikan piutang usaha ini harus dikurangkan dari
laba bersih untuk menyesuaikan arus kas bersih dari kegiatan operasi pada
laporan arus kas.
Dalam hal ini diperoleh hasil bahwa semakin tinggi kenaikan piutang
usaha akan menyebabkan semakin rendah arus kas masuk dalam kegiatan
2. Penyajian dalam Laporan Keuangan
Gambar 4.5
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN NERACA
PER 31 DESEMBER 2008 – 2009 (Dinyatakan dalam rupiah)
2009 2008
ASET
ASET LANCAR Kas dan setara kas
Piutang usaha pihak ketiga- setelah dikurangi penyisian piutang ragu-ragu sebesar Rp Nil (2008:Rp 25.162.249.433)
Piutang lain-lain:
Pihak hubungan istimewa Pihak ketiga – setelah dikurangi penyisian piutang ragu-ragu sebesr Rp 4.691.361.242 (2008 : Rp
4.701.116.833)
Persediaan – setelah dikurangi
penyisian Persediaan usang sebesar Rp 6.555.972.504
Pajak dibayar dimuka Uang muka dividen Aset lancar lainnya
Jumlah Aset Lancar
Aset Tidak Lancar
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Hak Minoritas
Ekuitas
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
1.091.544.592.599 1.203.796.665.496
4.582.924.383.063 3.843.061.422.169
5.674.468.975.662 5.046.858.087.638
Gambar 4.6
PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN LAPORAN ARUS KAS
PER 31 DESEMBER 2008 – 2009 (dinyatakan dalam rupiah)
2009 2008
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan Kas dari pelanggan Pembayaran Kas kepada : Pemasok
Direksi dan karyawan
Kas yang dihasilkan dari operasi
Pembayaran bunga
Pembayaran pajak penghasilan Kas Bersih Dari Aktivitas Operasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 185.998.624.623 488.732.084.007
(706.577.584.656) (726.712.390.943)
(6.721.592.443) 8.061.380.982
(16.748.664.287)
800.755.698.663
248.667.994.639
552.087.704.024
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pada bab terakhir skripsi ini, penulis mencoba menarik kesimpulan
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PTPN III (Persero) Medan
yang diharapkan akan bermanfaat didalam mengatasi masalah-masalah yang
ada di perusahaan. Kesimpulan khususnya mengenai pengaruh piutang usaha
terhadap laporan arus kas pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Medan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Setelah dilakukan penelitian terhadap laporan keuangan PT Perkebunan
Nusantara III (Persero) Medan, diperoleh bahwa dalam tahun 2008-2009,
piutang usaha mengalami kenaikan.
2. Metode penyajian Laporan Arus Kas pada PT Perkebunan Nusantar III
(Persero) Medan, dilakukan dengan menggunakan metode tidak langsung.
3. Dengan adanya kenaikan piutang usaha pada PT Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan, akan menyebabkan semakin menurun arus kas masuk
B. SARAN
Setelah penelitian dan penulisan yang dilakukan penulis, penulis memberi
saran supaya kedepannya PT Perkebunan Nusantara III (Medan) lebih
selektif dalam menangani piutang usaha, untuk mengatasi kenaikan piutang
usaha. Karena hal tersebut bisa menyebabkan menurunnya juga arus kas
masuk pada perusahaan. Dan sebaliknya semakin baik perusahaan dalam
mengurangi piutang usaha, maka akan semakin banyak pula arus kas yang