• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESENIAN KETUK TILU PADA ACARA KEGIATAN WISATA HUTAN LINDUNG SODONG PANJANG CIKALONG PANGANDARAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESENIAN KETUK TILU PADA ACARA KEGIATAN WISATA HUTAN LINDUNG SODONG PANJANG CIKALONG PANGANDARAN."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KESENIAN KETUK TILU

PADA ACARA KEGIATAN WISATA HUTAN LINDUNG

SODONG PANJANG CIKALONG PANGANDARAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan

Departemen Pendidikan Musik

Oleh Yusi Permatasari

1000584

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

Oleh

Yusi Permatasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Musik

© Yusi Permatasari 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Yusi Permatasari 1000584

KESENIAN KETUK TILU

PADA ACARA KEGIATAN WISATA HUTAN LINDUNG SODONG PANJANG CIKALONG PANGANDARAN

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pembimbing I

Dr. Dewi Suryati Budiwati, S.Sen., M.Pd NIP. 196204221986092001

Pembimbing II

Toni Setiawan Sutanto, S.Pd., M.Sn NIP. 197405012001121002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Musik

(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran” yang bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan masalah tentang fungsi kesenian dan komposisi musik ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Secara operasional data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Semua data yang terkumpul diolah melalui teknik reduksi, display dan verivikasi data. Hasil temuan penelitian ini adalah fungsi manifes yang terdiri dari seni sebagai hiburan pribadi dan seni sebagai presentasi estetis, dan fungsi laten yang terdiri dari seni sebagai media komunikasi dan seni sebagai media pendidikan.. Komposisi musik ketuk tilu diklasifikasikan berdasarkan pola irama waditra, pola melodi lagu, dan rumpaka lagu yang dibawakan kemudian dituangkan kedalam bentuk partitur atau score. Semua temuan tersebut diharapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak sehingga berdampak positif bagi khasanah budaya tradisional masyarakat Indonesia.

ABSTRACT

This thesis is “Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran” to porpoises describing the problems abouut the function of art and ketuk tilu music composition in the moment take forest Sodong Panjang. The metodh wich use in this research is descriptive thorough cualitative approchment. Operationally the data is collecting with

(5)

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

6. Teknik Menabuh waditra ... 20

D. Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Lokasi dan Subjek ... 23

(6)

Yusi Permatasari, 2014

C. Metode Penelitian... 27

D. Definisi Operasional... 28

E. Instrumen Penelitian... 28

F. Pengembangan Instrumen ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ... 30

H. Teknik Pengolahan Data ... 33

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

1. Kondisi Objektif kesenian ketuk tilu di Cikalong ... 35

2. Fungsi kesenian Ketuk tilu ... 43

3. Komposisi Musik Ketuk tilu... 47

B. Pembahasan ... 66

1. Fungsi Kesenian Ketuk tilu ... 67

2. Komposisi Musik Ketuk tilu... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. KESIMPULAN ... 74

B. SARAN ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... xiv

(7)

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki beragam kesenian

tradisional. Salah satu kesenian tradisionalnya yaitu ketuk tilu. Ketuk tilu adalah

sebuah kesenian yang dalam penyajiannya menyatukan dua bidang seni yaitu tari

dan musik. Kesenian ini pula lebih indentik dengan sebutan kesenian rakyat yang

disajikan melalui tarian pergaulan yang diiringi musik gamelan diantaranya

bonang, kendang dan goong serta seorang sinden. Keseluruhan waditra pengiring

tadi dimainkan oleh 3 orang yang disebut nayaga atau pemain gamelan yang

masing masing memegang bonang, kendang dan goong serta seorang sinden yang

juga sebagai penari. Salah satu daerah yang memiliki kesenian ketuk tilu ini

adalah Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran. Pada awalnya ketuk tilu ini

diselenggarakan pada acara salametan sri pohaci yaitu salametan padi yang

dilakukan sebelum panen padi dengan tujuan meminta keselamatan dan

kelancaran ketika panen padi. Hal ini sangat terkait dengan budaya yang kental

yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Cikalong. Namun seiring

perkembangan jaman, kesenian ketuk tilu banyak dipakai di berbagai acara seperti

acara khitanan, pernikahan, dan sekarang kesenian ini dipakai pada acara kegiatan

wisata hutan lindung Sodong Panjang.

Hutan lindung Sodong Panjang merupakan tempat wisata baru yang

berada di Desa Cikalong yang baru dibuka sekitar tahun 2012 oleh masyarakat

Cikalong. Menurut cerita kepercayaan masyarakat sekitar, dahulu ada tujuh

pengembara sakti yang datang ke hutan Sodong Panjang dan membuka jalan dari

perkampungan ke hutan. Hutan ini dijadikan sebagai tempat mendekatkan diri

kepada Tuhan. Ke tujuh pengembara tersebut yang menemukan jalan dan

membuka hutan ini menamakan Sodong Panjang yaitu batu yang memanjang.

Namun sekarang tempat ini tidak lagi dijadikan sebagai tempat mendekatkan diri

(8)

masyarakat Cikalong bekerja sama dengan pemerintahan Pangandaran dan

bimbingan dari para sesepuh sekitar, hutan ini diresmikan sebagai wisata hutan

lindung agar menambah tempat wisata di daerah Pangandaran. Wisata hutan

lindung Sodong Panjang ini diresmikan pada tanggal 25 Juni 2014, peresmian

tersebut menampilkan seni tradisional ketuk tilu.

Ketuk tilu merupakan sebuah tarian pergaulan masyarakat. Tari pergaulan

yang dimaksud adalah tarian yang menyatukan antara penonton dan pemain.

Penonton tidak hanya disuguhkan oleh permainan kesenian ini saja, namun

mereka bisa ikut berpartisipasi dengan ikut bergabung menari bersama.

Berdasarkan pernyataan Bapak Suhir selaku pimpinan grup kesenian ketuk tilu

Mekar Saluyu pada wawancara tanggal 9 Juli 2014, kesenian ketuk tilu sudah

sangat dikenal oleh masyarakat Cikalong sehingga dengan adanya kesenian ini

menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk bisa hadir sekaligus bisa mengenal

tempat wisata baru yaitu Sodong Panjang.

Tidak di pungkiri, seiring perkembangan jaman kesenian ketuk tilu ini

semakin sedikit diminati oleh para generasi muda. Hal ini yang menjadi pekerjaan

rumah bagi para tokoh dan seniman sekitar yang masih menjunjung tinggi

kesenian tradisional ini agar bisa terus dilestarikan. Walaupun begitu, kesenian

ketuk tilu ini masih sering banyak dipakai di acara-acara seperti acara hajatan,

khitanan, perkawinan dan acara-acara lain yang membutuhkan hiburan dalam

acara tersebut. Masyarakat yang ingin mengadakan acara seperti hajatan, khitanan

atau perkawinan masih sering menggunakan kesenian ketuk tilu sebagai

hiburannya. Bukan hanya kenikmatan sendiri ketika mengadakan kesenian ketuk

tilu, namun hal ini juga sekaligus ikut melestarikan kesenian ketuk tilu khususnya

di Desa Cikalong.

Banyak masyarakat lain yang menganggap kesenian ketuk tilu ini kuno.

Namun tidak untuk masyarakat Cikalong karena mereka menganggap bahwa ini

sebuah tanggung jawab yang harus mereka lakukan untuk melestarikan kesenian

ini dan memiliki banyak fungsi lain yang terdapat di dalamnya. Kesenian ketuk

(9)

3

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ingin kawul atau ikut berkumpul dan melakukan tarian bersama. Kesenian ketuk

tilu yang menjadikan minat sebagian masyarakat adalah kesederhanaannya.

Kesan sederhana melekat pada kesenian ketuk tilu. Hal ini bisa dilihat dari

waditra yang digunakan pada kesenian tersebut yaitu kendang, bonang dan

goong. Walaupun waditra yang digunakan tidak terlalu banyak, tetapi komposisi

musik yang dibawakan dalam kesenian ini cukup meriah. Hal ini dikarenakan

tabuhan-tabuhan dari waditra yang digunakan cukup atraktif terutama pada

waditra kendang.

Selain permainan instrumen yang cukup meriah dan mengundang

penonton untuk menari, nyanyian-nyanyian yang dibawakan oleh pesinden pun

mendukung kemeriahan kesenian tersebut. Seperti contohnya memanggil para

penonton dengan cara dinyanyikan, sehingga terasa lebih komunikatif antara

pemain dan penonton.

Ada beberapa grup kesenian ketuk tilu di Desa Cikalong, salah satunya

adalah Grup Mekar Saluyu pimpinan Bapak Suhir yang digunakan pada acara

peresmian wisata hutan lindung Sodong Panjang. Seiring dengan perkembangan

jaman, ketuk tilu sedikit demi sedikit melakukan inovasi baik dalam pola gerak

tariannya maupun pola lagunya. Bahkan lagunya pun sudah ada yang mengalami

gubahan dari lagu lain yang biasa disebut raehan contohnya lagu yang berjudul

anak hayam.

Mengacu pada permasalahan diatas, peneliti bermaksud meneliti kesenian

tradisional ini agar ketuk tilu bisa lebih dipahami oleh masyarakat bahwa tidak

hanya sekedar hiburan, namun ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Selain

itu sebagai pelestarian kesenian tradisional agar tidak dilupakan oleh masyarakat

khususnya oleh masyarakat Desa Cikalong.

Berdasarkan pernyataan diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian terhadap kesenian ketuk tilu ini dengan judul “Kesenian Ketuk tilu Pada

Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran”.

Dengan harapan hasil temuannya dapat berdaya guna bagi kebutuhan pendidikan

di lingkungan Sekolah dan mampu berkontribusi bagi referensi khasanah budaya

(10)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, pertunjukan kesenian ketuk tilu

dapat diidentifikasi, bahwa ruang lingkup kajiannya memiliki berbagai faktor

diantaranya fungsi kesenian yang difungsikan sebagai fungsi manifes yang terdiri

dari sarana hiburan, presentasi estetis, dan fungsi laten yang terdiri dari media

komunikasi dan media pendidikan yang mengandung aspek musikal termasuk

unsur-unsurnya serta hal lainnya seperti, pola irama waditra, pola melodi, lagu

yang disajikan, rumpaka, tata busana, dan struktur pertunjukan.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan yakni bagaimana kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata

hutan lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran. secara operasional

kajiannya difokuskan pada masalah yang diungkap melalui bentuk pertanyaan

penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Apa fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung

Sodong Panjang?

2. Bagaimana komposisi musik ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan

lindung Sodong Panjang?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kondisi objektif fenomena dan tata cara pertunjukan

kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang

Cikalong Pangandaran

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menjawab berbagai permasalahan

(11)

5

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong

Panjang Cikalong Pangandarandi Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran

b. Komposisi musik ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong

Panjang Cikalong Pangandarandi Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran

E. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sangat

berarti bagi pihak-pihak, yakni:

1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai bentuk pertunjukan

kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang

Cikalong Pangandaran

2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Musik, diharapkan dapat menambah wawasan

seni dari salah satu kajian skripsi, ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang

adanya kesenian ketuk tilu. Selain itu uga dijadikan wahana guna memperkaya

ilmu pengetahuan tentang seni tradisional bagi para akademik Jurusan

Pendidikan Seni Musik

3. Bagi masyarakat Pangandaran dan sekitarnya penelitian ini sekiranya dapat

mengangkat seni budaya yang mungkin tidak banyak diketahui sebagian orang

khususnya para remaja

4. Bagi pemerintah Kabupaten Pangandaran diharapkan kesenian ini bisa

menjadi daya tarik untuk menarik warga pendatang, turis asing maupun lokal

serta menambah data tentang kesenian yang berasal dari Pangandaran

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, merupakan awal bahasan meliputi:

Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, dengan ruang lingkup masalah:

Pertunjukan Seni Tradisional (kesenian ketuk tilu, musik dalam ketuk tilu,),

(12)

sebagai presentasi estetis, seni sebagai mata pencaharian, seni sebagai media

komunikasi, seni sebagai media pendidikan), Komposisi Musik (pola irama, laras,

rumpaka, teknik menabuh)

BAB III METODE PENELITIAN, meliputi:

Lokasi dan Subjek, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional,

Instrumen Penelitian, Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Pengolahan Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, meliputi:

Hasil Penelitian (fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan

linsung Sodong Panjang, komposisi musik), Pembahasan (fungsi seni sebagai

hiburan, seni sebagai presentasi estetis, seni sebagai mata pencaharian, seni

sebagai media komunikasi, seni sebagai media pendidikan, komposisi musik)

(13)

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek 1. Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih

Kabupaten Pangandaran. Lokasi ini dipilih karena di Desa ini masih menjunjung

tinggi kesenian tradisional ketu tilu. Selain itu penelitian dilakukan di kediaman

Bapak Suhir selaku pimpinan dari kesenian ketuk tilu untuk melakukan

wawancara.

Gambar 3.1 Peta Desa Cikalong (dokumentasi www.google.com) 2. Subjek

Subjek penelitian yaitu grup Mekar Saluyu pimpinan Bapak Suhir. Grup

(14)

Bapak Suhir grup ini baru dipimpin Bapak Suhir sekitar 3 tahun, namun grup

Mekar Saluyu sudah lama berdiri puluhan tahun lalu dan grup Mekar Saluyu ini

adalah grup kesenian tradisional turun temurun. Kesenian ini diturunkan oleh

Bapaknya yang dahulu merupakan pemimpin kesenian ini. Selain senang dengan

kesenian ini, Bapak suhir juga mendapat tanggung jawab agar terus melestarikan

kesenian ketuk tilu dengan mempertahankan grup Mekar Saluyu ini.

Foto 3.2 Grup Mekar Saluyu (dokumentasi Yusi 2014)

B. Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus membuat rancangan atau

desain penelitian agar bisa tersusun secara rapih. Desain penelitian memadukan

semua unsur agar sebuah penelitian terstruktur dan terencana menuju pemecahan

masalah penelitian. Perencanaannya meliputi proses yang akan dijalani hingga

keputusan untuk mengambil keputusan tersebut. Pada desain penelitian ini

dilakukan tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap pelaksanaan dan tahap akhir yang

(15)

25

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1

Desain alur penelitian kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Pelaksanaan Penelitian - Kajian teori (seni

(16)

Tahap Awal

Pada tahap awal peneliti melakukan observasi awal yaitu kepada Bapak

Suhir selaku pimpinan Grup Mekar Saluyu pada tanggal 20 Juni 2014. Setelah

melakukan observasi tersebut peneliti mulai merumuskan masalah yang terlihat,

menyusun instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan

dengan apa yang dirumuskan penelitian kesenian ketuk tilu lalu peneliti mengkaji

teori tentang kesenian ketuk tilu berupa fungsi kesenian ketuk tilu dan komposisi

musik yang dibawakan. selanjutnya mengkaji teori-teori terutama yang terkait

dengan seni pertunjukan, fungsi seni dan komposisi musik pada kesenian ketuk

tilu.

Tahap Pelaksanaan Penelitian:

Pada tahap ini peneliti mengaplikasikan instrumen penelitian yang sudah

disususn sebelumnya. Ketika grup mekar saluyu melakukan pertunjukan kesenian

ketuk tilu, peneliti melakukan tanya jawab seputar kesenian ketuk tilu yang sedang

dipertunjukan. Pertanyaannya meliputi banyak hal sampai kepada pertanyaan

penelitian yang menjurus yaitu fungsi dan komposisi musiknya.

Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data. Pertama melakukan

pendekatan terhadap subjek penelitian (informan). Dalam tahap ini pengumpulan

data dimulai dengan memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan tersebut dilakukan pada acara kegiatan wisata hutan lindung sdong

panjang. Data yang dikumpulkan berupa rincian-rincian dari kegiatan yang telah

diikuti. Selanjutnya mereduksi data dengan cara merangkum dari penelitian yang

dilakukan. Memilah tema yang sekiranya perlu dan penting untuk disusun pada

laporan. Setelah itu melakukan display data yaitu menguraikan data-data yang

telah ada berupa uraian singkat.

Tahap Akhir:

(17)

27

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh di lapangan dan teori yang terdapat pada buku sumber. Pengolahan data

ini sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu fungsi pertunjukan dan komposisi

musiknya.

Setelah data diolah dengan baik selanjutnya yaitu penyusunan laporan.

Penyusunan laporan dilakukan dari mulai tahap awal yakni perumusan masalah,

penentuan metode, proses pengumpulan data, reduksi data, sampai display data

yang dituangkan dalam draft laporan penelitian mengenai fungsi dan komposisi

ketuk tilu yang merupakan sebuah skripsi.

C. Metode Penelitian

Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2009, hlm. 5), bahwa

penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang

dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti sebuah kesenian yaitu kesenian ketuk tilu

pada acara pembukaan wisata hutan lindung Sodong Panjang tentang bagaimana

struktur pertunjukan dan komposisi musiknya.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif

melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriftif merupakan suatu penelitian yang

paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan atau mengemukakan

fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa

manusia (Sukmadinata, 2009, hlm. 72). Penelitian kualitatif merupakan suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2009, hlm. 60).

Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan masalah yang diteliti yaitu

tentang kesenian ketuk tilu. Pendeskripsian atau penjabaran ini mencakup semua

kegiatan ketuk tilu yang diselenggarakan pada acara kegiatan wisata hutan lindung

Sodong Panjang terutama mengengenai fungsi kesenian don komposisi musiknya.

Selain itu peneliti menelaah bagaimana peristiwa itu terjadi, mencari apakah ada

(18)

musik yang dibawakan pada saat kesenian ini berlangsung secara faktual dan

naturalistik

D. Definisi Operasional

1. Kesenian

Diungkap oleh Suparlan (1987) dalam Tjetjep Rohendi (2000, hlm. 9),

kesenian merupakan unsur integratif yang mengikat dan mempersatukan

pedoman-pedoman bertindak yang berbeda-beda menjadi satu desain yang bulat,

menyeluruh dan operasional serta dapat diterima sebagai hal yang bernilai.

Kedudukan seni menjadi pengintegrasi yang merefleksi konfigurasi dari desain

itu.

2. Ketuk tilu

Kubarsah (1994, hlm. 112) mengungkapkan bahwa ketuk tilu adalah

seperangkat waditra yang terdiri dari 3 buah ketuk, sebuah rebab, sebuah bonang,

kendang dan kulanter, serta sebuah kempul dan goong. Perangkat waditra ini

dipergunakan untuk mengiringi tari rakyat tradisional yang biasa disebut tari

ketuk ketuk tilu.

E. Instrumen Penelitian

Diungkapkan oleh Mukhtar (2013, hlm. 109) Instrumen penelitian adalah

alat yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dikenal

dengan data penelitian. Dalam penelitian kualitatif deskriptif, instrumen yang

paling utama berpedoman pada triangulasi yaitu instrumen observasi, wawancara

dan dokumentasi.

Dalam penelitian dibantu dengan pedoman observasi yaitu dengan cara

mengamati tentang kesenian ketuk tilu yang digunakan pada kegiatan wisata hutan

lindung Sodong Panjang. Wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian

yang berhubungan dengan subjek yang akan di teliti. Wawancara dilakukan

kepada para tokoh yang terkait pada kesenian ketuk tilu terutama mengenai fungsi

(19)

29

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui tentang hutan lidung Sodong Panjang sehingga bisa dibuka sebagai

tempat wisata.

Selain wawancara, dokumentasi pun sangat diperlukan untuk bukti dan

kelengkapan sebuah pernyataan. Dokumentasi dilakukan pada saat proses

pengumpulan data dari mulai wawancara sampai kegiatan pelaksanaan kesenian

ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang di Desa

Cikalong. Akan tetapi instrumen penelitian ini tidak mutlak. Instrumen penelitian

dapat berkembang ketika dilapangan dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi

sehingga pertanyaan pun bisa bertambah.

F. Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian pasti

mengalami perkembangan sehingga instrumen tersebut dapat dipakai. Untuk

dapat mengembangkan intrumen penelitinian tersebut, maka harus melalui

pengujian dahulu seperti:

1. Validitas

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 173) instrumen yang valid berarti alat ukur

yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti

intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Validitas yang digunakan yaitu validitas eksternal. Menurut sugiyono

(hlm. 183) validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk

mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta

empiris yang terjadi di lapangan.

Validitas ini bisa di cek dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dalam pengujian validitas diperkuat dari triangulasi. Triangulasi merupakan

teknik yang digunakan untuk menguji keterpercayaan data (memeriksa keabsahan

data atau verifikasi data). Triangulasi merupakan proses melakukan pengujian

kebenaran data. Pada pengerjaan penelitian ini, validasi yang dilakukan adalah

pengecekan dari kebenaran atau kesesuaian semua data dengan mengolahnya dan

menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama

(20)

narasumber, melakukan observasi dan dokumentasi agar bisa membuktikan

kesesuaian pernyataan berdasarkan data yang didapat tentang fungsi dan

komposisi pada pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acaara kegiatan wisata hutan

lindung Sodong Panjang di Desa Cikalong Pangandaran.

2. Realibilitas

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 173) Instrumen yang realibel adalah

intrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama.

Pengujian realibilitas ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi waktu.

Cara yang dilakukan berulang-ulang agar data yang dihasilkan akurat dan sesuai.

Pada triangulasi waktu ini, peneliti melakukan beberapa kali pengecekan

kebenaran data mengenai fungsi dan komposisi pertunjukan kesenian ketuk tilu

dengan melakukan teknik wawancara yang berbeda waktu sampai ditemukan

kepastian data yang valid sesuai data yang terkumpul.

G. Teknk Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi/Pengamatan

Dalam melakukan kegiatan observasi dalam penelitian ini yaitu partisifasi

pasif dimana peneliti hanya sebagai pengamat dan tidak terlibat langsung pada

kegiatan yang dilakukan. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengenal,

mengamati, dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti dengan cara

mendatangi langsuk lokasi dan subjek yang akan diteliti.

Data yang di observasi berupa terbentuknya grup Mekar Saluyu,

eksistensi, persiapan pertunjukn, metode latihan sampai pelaksanaan pertunjukan

dan semua hal yang bersangkutan dengan kepeerluan data penelitian, observasi ini

dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu:

a. Observasi awal dilakukan pada tanggal 20 Juni 2014 kepada Bapak Suhir

(21)

31

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui grup yang akan diteliti, dari mulai terbentuknya grup, eksistensi

Grup Mekar Saluyu sehingga masih aktif sampai sekarang.

b. Observasi kedua dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014. Pada observasi ini

dilakukan pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan

lindung Sodong Panjang di Desa Cikalong.

c. Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 9 Juli. Pada observasi ini peneliti

melakukan pengamatan pada waditra yang digunakan pada kesenian ketuk

tilu.

d. Observasi ke empat dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2014. Observasi ini

dilakukan untuk mengamati lagu-lagu pada kesenian ketuk tilu

e. Observasi ke lima dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2014. Pada observasi

ini dilakukan kepada Ibu Enok selaku sinden untuk mengetahui segala

sesuatu yang berhubungan dengan sinden

2. Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada

narasumber yaitu para tokoh seniman yang ada di Cikalong. Pertama, wawancara

dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 kepada Bapak Suhir selaku pimpinan Grup

kesenian ketuk tilu yang dinamanakan Grup Mekar Saluyu. Pada wawancara ini

peneliti menanyakan semua hal yang berkaitan dengan kesenian ketuk tilu

khususnya yang berkembang di Desa Cikalong. selanjutnya pada tanggal 9 Juli

2014 masih kepada Bapak Suhir peneliti menanyakan tentang waditra yang

digunakan. Kedua, wawancara dilakukan pada tanggal 10 Juli 2014 kepada

Bapak Ade selaku sesepuh di Desa Cikalong. Pada wawancara ini peneliti

menanyakan tentang sejarah sampai dibukanya hutan lindung Sodong Panjang

sehingga bisa menjadi tempat wisata. Selain kepada bapak Suhir dan Bapak Ade,

peneliti melakukan wawancara pada tanggal 20 Agustus kepada Ibu Enok selaku

sinden pada grup Mekar Saluyu. Pada sesi wawancara ini peneliti mengajukan

beberapa pertanyaan seperti bagaimana dia bisa menjadi sinden, hal apa yang

membuat dia tertarik, cara dia belajar dan mempertahankan eksistensinya agar

(22)

Foto 3.3

Wawancara kepada bu Enok selaku sinden kesenian ketuk tilu (dokumentasi Yusi 2014)

Disaat wawancara dilakukan, peneliti menemui Ibu Enok pada saat sedang

santai dan menjalani kegiatannya sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga. Nampak

terlihat berbeda ketika sedang berada di rumah tanpa menggunakan riasan make

up di wajahnya. hal ini diakui oleh Bu Enok bahwa pada kegiatan sehari-hari

memang seperti itu. Make up dan dandanan rapi hanya jika ia melakukan

pekerjaannya sebagai sinden.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan kegiatan mengambil suatu peristiwa yang berupa

video dan foto yang ada di lapangan. Dokumentasi ini sebagai pengkajian data

yang nantinya bisa dijadikan bahan materi agar data yang terkumpul sesuai materi

yang dalam penulisannya bisa tersusun secara struktur sesuai tujuan penelitian.

Dokumentasi dalam hal ini sangat membantu peneliti untuk memperoleh

data yang berhubungan dengan kajian kesenian ketuk tilu pada kegiatan wisata

hutan lindung Sodong Panjang. Data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian

diabadikan dengan cara direkam, dicetak dan ditulis secara baik dan benar sebagai

bukti dari proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam aspek

dokumentasi.

4. Studi Pustaka

(23)

33

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

buku, jurnal elektronik dan tulisan lainnya yang terkait dengan penelitian. Adapun

sumber yang digunakan antara lain buku Seni Pertunjukan Indonesia Di Era

Globalisasi oleh Soedarsono tahun 2002 tentang fungsi seni, Waditra oleh Ubun

tahun 2004 tentang penjelasan waditra yang dipakai pada kesenian ketuk tilu,

Pengantar Dasar Ilmu Estetika oleh Djelantik tahun 1990 tentang fungsi seni,

Sekar Gending oleh Natapradja tahun 2003 tentang laras yang digunakan pada

ketuk tilu, Corat-Coret Muaik KontemporerDulu dan Kini oleh Hardjana tahun

2003 tentang komposisi musik, Teori Menabuh Gamelan Sunda oleh Yoyo tahun

1968 tentang teknik menabuh gamelan yang dilakukan pada kesenian ketuk tilu.

H. Teknik Pengolahan Data

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di

lapangan dan setelah di lapangan. Dalam peneliitian kualitatif, analisis data lebih

difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

Langkah langkah dalam proses analisis data menurut Huberan (1984) dalam

Sugiyono (2011, hlm. 337) adalah sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

Fotoan yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya dan mencari bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap

peneliti akandipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian

kualitatif adalah pada temuan.

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Malalui diskusi,

maka wawasan penelitian akan berkembang sehingga dapat mereduksi data-data

yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Dalam

penelitian ini data yang di reduksi berupa fungsi kesenian dan komposisi musik

yang disajikan pada pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata

(24)

2. Data Display ( penyajian Data)

Dalam penyajian data dilakukan uraian singkat dari data yang telah

direduksi. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut. Data yang disajikan berupa pertunjukan ketuk tilu

secara khusus diarahkan pada fungsi kesenian dan komposisi musik yang

disajikan pada pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan

lindung Sodong Panjang.

3. Conclusion drawing/Verivication

Analisis data pada langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih berdifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,

hipotesis atau teori. Penyimpulan data ini berupa hasil temuan mengenai fungsi

kesenian dan komposisi musik yang disajikan pada pertunjukan kesenian ketuk

(25)

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Ketuk tilu merupakan kesenian yang berkembang secara turun temurun di

Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran. Ketuk tilu adalah sebuah kesenian yang

dalam penyajiannya memadukan dua bidang seni yaitu musik dan tari. Musik

yang mengiringinya yaitu berasal dari musik gamelan yang terdiri dari bonang,

kendang dan goong. Tari dilakukan oleh sinden yang sekaligus sebagai ronggeng

serta para penikmat tari yang berasal dari penonon.

Berdasarkan hasil dari data data yang terkumpul dari penelitian tentang

kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang di

Desa Cikalong Pangandaran, mengacu pada rumusan masalahpenelitian maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegaiatan wisata hutan lindung Sodong

Panjang di Desa Cikalong Pangandaran ini memiliki dua fungsi seni utama

yaitu: a) fungsi manifes yang terdiri dari seni sebagai hiburan pribadi dan seni

sebagai presentasi estetis, b) fungsi laten yang terdiri dari seni sebagai media

komunikasi dan seni sebagai media pendidikan.

2. Komposisi musik ketuk tilu yang telah dipaparkan tebagi atas pola-pola yang

dihasilkan dari setiap waditra maupun vokal yang dibawakan. Pola-pola

tersebut dibawakan secara berulang-ulang pada setiap lagu yang dibawakan.

Namun pada penyajiannya, pola-pola tabuhan pada waditra bukanlah pola

yang baku. Pola tabuhan yang dilakukan nayaga bisa berkembang sesuai

dengan feeling dan kreativitas nayaga untuk mengolah berbagai pola tersebut.

Pada bonang, pola ritmiknya sederhana namun dikembangkan pada pola

tabuhan melodinya sesuai dengan feeling nayaga. Pada kendang, pola

tabuhan yang dilakukan tidak baku dengan kata lain nayaga bisa lebih

mengembangkan pola-pola tabuhan yang ada menyesuaikan dengan gerak tari

(26)

ronggeng ini membawakan lagu dengan rumpaka berbentuk paparikan. Pada

lagu deungkleung dengdek, anak hayam dan gresik sinden membawakan

dengan sekar tandak sementara pada lagu kawungan, kidung cangreng dan

liring menggunakan sekar irama merdeka.

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang berhasil diungkapkan oleh peneliti dalam bentuk

kesimpulan diatas, peneliti mengungkapkan beberapa saran yang ditujukan

kepada pemerintah, pelaku seni dan masyarakat setempat, diantaranya:

1. Pengembangan dan pelestarian kesenian ketuk tilu agar terus dijaga seiring

perkembangan jaman yang semakin modern tanpa menghilangkan

unsur-unsur asli dari kesenian ketuk tilu ini agar tidak punah, lebih peduli dan

mendukung kesenian ketuk tilu sehingga masyarakat setempat bisa lebih

mengenal dan mengapresiasi kesenian yang dimiliki.

2. Setiap grup kesenian di Pangandaran sebagai wadah pelestarian kesenian

ketuk tilu hendaknya agar selalu tetap mempertahankan nilai keaslian dan

eksistensinya dalam mempertunjukan kesenian ketuk tilu.

3. Pelaku kesenian ketuk tilu hendaknya melakukan sistem pewarisan dengan

cara mengenalkan kesenian ketuk til sejak dini kepada anak-anaknya dan

generasi muda di lingkungannya.

4. Mengemas kesenian ketuk tilu dengan mengikuti perkembangan jaman

dengan tidak menghilangkan unsur-unsur keaslian dan nilai budaya yang

mendasar dari kesenian ketuk tilu

5. Peranan aktif masyarakat sangat diperlukan dalam pelestarian kesenian ketuk

tilu diantaranya bisa sebagai pelaku seni maupun sebagai apresiator sehingga

dapat memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki kebanggaan terhadap

(27)

Yusi Permatasari, 2014

Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Dimarwati, Retno. 2006. Kajian Seni Pertunjukan. Bandung. Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Djelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika. Denpasar. Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Hardjana, Suka. (2003). Corat coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Cetakan pertama. Jakarta. Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Kayam, Umar (1981). Seni Tradisi Masyarakat. Cetakan pertama. Jakarta. Sinar Harapan

Kubarsah, Ubun. 2004. Waditra, Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa

Barat. Bandung. CV Sempurna.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Cetakan pertama. Jakarta. GP Press Group.

Natapradja, Iwan. 2003. Sekar Gending. Cetakan ke 2. Bandung. PT Karya Cipta Lestari.

Rinenggaswara. 2011. Pertunjukan kesenian rudat grup tunas harapan pada

acara maulid nabi di kampung jayanti kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi

Rohidi, TR. 2000. Ekspresi Orang Miskin. Cetakan pertama. Bandung. Nuansa

Rohidi, TR. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung. STSI Press.

Setiawan, Dani. 2011. Pola Permainan Cuk dan Cak dalam Keroncong Asli Di

RRI Bandung. Skripsi

Simanungkalit, N. 2008. Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Soedarsono, R.M (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Cetakan pertama edisi ketiga. Yogyakarta:Gajah Mada University Press

(28)

Sukmadinata, NS. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-5. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Sumiati, Lilis. 1996. Ketuk Tilu Sebagai Sumber Penataran Tari Kreasi Baru. Bandung. Laporan Penelitian Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Syafei, Efe. 1984. Sastra Lagu Sunda. Bandung. Proyek Pengembayang Institut Kesenian Indonesia.

Upandi, P. 2011. Gamelan Salendro, Gending dan Kawih Kepesindenan

Lagu-lagu Jalan. . Bandung. Lubuk Agung.

Gambar

Gambar 3.1 Peta Desa Cikalong

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi linier adalah salah satu alat yang dapat digunakan dalam memprediksi permintaan di masa yang akan datang dengan berdasarkan data masa lalu, atau

Tersedia juga ukuran sesuai dengan pesanan Kemasan ini biasanya digunakan untuk kemasan Snack, Abon, Kerupuk,. Kemasan

Predictors: (Constant), Banyak Hujan, Curah Hujan, Luas Panen.. Dependent Variabel:

Selanjutnya dari 100 kuesioner yang dibagikan kepada responden, diperoleh data mengenai karakteristik, pendapat responden tentang kualitas jasa, kepuasan nasabah, dan

[r]

Sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai (street- level-bureaucrats). Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah

Effects of a Peer – Mediated Phonological Skill and Reading Comprehension Program on Reading Skill Acquisition for Middle School Students with Reading

Begitu pentingnya nilai laba yang dimiliki perusahaan juga berguna untuk menarik minat investor untuk ikut mendanai sebuah perusahaan dengan harapan akan mendapatkan return