KESENIAN KETUK TILU
PADA ACARA KEGIATAN WISATA HUTAN LINDUNG
SODONG PANJANG CIKALONG PANGANDARAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
Departemen Pendidikan Musik
Oleh Yusi Permatasari
1000584
DEPARTEMEN PENDIDIKAN MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
Oleh
Yusi Permatasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Musik
© Yusi Permatasari 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
April 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
Yusi Permatasari 1000584
KESENIAN KETUK TILU
PADA ACARA KEGIATAN WISATA HUTAN LINDUNG SODONG PANJANG CIKALONG PANGANDARAN
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing
Pembimbing I
Dr. Dewi Suryati Budiwati, S.Sen., M.Pd NIP. 196204221986092001
Pembimbing II
Toni Setiawan Sutanto, S.Pd., M.Sn NIP. 197405012001121002
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Musik
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran” yang bertujuan untuk memaparkan dan mendeskripsikan masalah tentang fungsi kesenian dan komposisi musik ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Secara operasional data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Semua data yang terkumpul diolah melalui teknik reduksi, display dan verivikasi data. Hasil temuan penelitian ini adalah fungsi manifes yang terdiri dari seni sebagai hiburan pribadi dan seni sebagai presentasi estetis, dan fungsi laten yang terdiri dari seni sebagai media komunikasi dan seni sebagai media pendidikan.. Komposisi musik ketuk tilu diklasifikasikan berdasarkan pola irama waditra, pola melodi lagu, dan rumpaka lagu yang dibawakan kemudian dituangkan kedalam bentuk partitur atau score. Semua temuan tersebut diharapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak sehingga berdampak positif bagi khasanah budaya tradisional masyarakat Indonesia.
ABSTRACT
This thesis is “Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran” to porpoises describing the problems abouut the function of art and ketuk tilu music composition in the moment take forest Sodong Panjang. The metodh wich use in this research is descriptive thorough cualitative approchment. Operationally the data is collecting with
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
6. Teknik Menabuh waditra ... 20
D. Penelitian Terdahulu ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A. Lokasi dan Subjek ... 23
Yusi Permatasari, 2014
C. Metode Penelitian... 27
D. Definisi Operasional... 28
E. Instrumen Penelitian... 28
F. Pengembangan Instrumen ... 29
G. Teknik Pengumpulan Data ... 30
H. Teknik Pengolahan Data ... 33
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Hasil Penelitian ... 35
1. Kondisi Objektif kesenian ketuk tilu di Cikalong ... 35
2. Fungsi kesenian Ketuk tilu ... 43
3. Komposisi Musik Ketuk tilu... 47
B. Pembahasan ... 66
1. Fungsi Kesenian Ketuk tilu ... 67
2. Komposisi Musik Ketuk tilu... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
A. KESIMPULAN ... 74
B. SARAN ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... xiv
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki beragam kesenian
tradisional. Salah satu kesenian tradisionalnya yaitu ketuk tilu. Ketuk tilu adalah
sebuah kesenian yang dalam penyajiannya menyatukan dua bidang seni yaitu tari
dan musik. Kesenian ini pula lebih indentik dengan sebutan kesenian rakyat yang
disajikan melalui tarian pergaulan yang diiringi musik gamelan diantaranya
bonang, kendang dan goong serta seorang sinden. Keseluruhan waditra pengiring
tadi dimainkan oleh 3 orang yang disebut nayaga atau pemain gamelan yang
masing masing memegang bonang, kendang dan goong serta seorang sinden yang
juga sebagai penari. Salah satu daerah yang memiliki kesenian ketuk tilu ini
adalah Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran. Pada awalnya ketuk tilu ini
diselenggarakan pada acara salametan sri pohaci yaitu salametan padi yang
dilakukan sebelum panen padi dengan tujuan meminta keselamatan dan
kelancaran ketika panen padi. Hal ini sangat terkait dengan budaya yang kental
yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Desa Cikalong. Namun seiring
perkembangan jaman, kesenian ketuk tilu banyak dipakai di berbagai acara seperti
acara khitanan, pernikahan, dan sekarang kesenian ini dipakai pada acara kegiatan
wisata hutan lindung Sodong Panjang.
Hutan lindung Sodong Panjang merupakan tempat wisata baru yang
berada di Desa Cikalong yang baru dibuka sekitar tahun 2012 oleh masyarakat
Cikalong. Menurut cerita kepercayaan masyarakat sekitar, dahulu ada tujuh
pengembara sakti yang datang ke hutan Sodong Panjang dan membuka jalan dari
perkampungan ke hutan. Hutan ini dijadikan sebagai tempat mendekatkan diri
kepada Tuhan. Ke tujuh pengembara tersebut yang menemukan jalan dan
membuka hutan ini menamakan Sodong Panjang yaitu batu yang memanjang.
Namun sekarang tempat ini tidak lagi dijadikan sebagai tempat mendekatkan diri
masyarakat Cikalong bekerja sama dengan pemerintahan Pangandaran dan
bimbingan dari para sesepuh sekitar, hutan ini diresmikan sebagai wisata hutan
lindung agar menambah tempat wisata di daerah Pangandaran. Wisata hutan
lindung Sodong Panjang ini diresmikan pada tanggal 25 Juni 2014, peresmian
tersebut menampilkan seni tradisional ketuk tilu.
Ketuk tilu merupakan sebuah tarian pergaulan masyarakat. Tari pergaulan
yang dimaksud adalah tarian yang menyatukan antara penonton dan pemain.
Penonton tidak hanya disuguhkan oleh permainan kesenian ini saja, namun
mereka bisa ikut berpartisipasi dengan ikut bergabung menari bersama.
Berdasarkan pernyataan Bapak Suhir selaku pimpinan grup kesenian ketuk tilu
Mekar Saluyu pada wawancara tanggal 9 Juli 2014, kesenian ketuk tilu sudah
sangat dikenal oleh masyarakat Cikalong sehingga dengan adanya kesenian ini
menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk bisa hadir sekaligus bisa mengenal
tempat wisata baru yaitu Sodong Panjang.
Tidak di pungkiri, seiring perkembangan jaman kesenian ketuk tilu ini
semakin sedikit diminati oleh para generasi muda. Hal ini yang menjadi pekerjaan
rumah bagi para tokoh dan seniman sekitar yang masih menjunjung tinggi
kesenian tradisional ini agar bisa terus dilestarikan. Walaupun begitu, kesenian
ketuk tilu ini masih sering banyak dipakai di acara-acara seperti acara hajatan,
khitanan, perkawinan dan acara-acara lain yang membutuhkan hiburan dalam
acara tersebut. Masyarakat yang ingin mengadakan acara seperti hajatan, khitanan
atau perkawinan masih sering menggunakan kesenian ketuk tilu sebagai
hiburannya. Bukan hanya kenikmatan sendiri ketika mengadakan kesenian ketuk
tilu, namun hal ini juga sekaligus ikut melestarikan kesenian ketuk tilu khususnya
di Desa Cikalong.
Banyak masyarakat lain yang menganggap kesenian ketuk tilu ini kuno.
Namun tidak untuk masyarakat Cikalong karena mereka menganggap bahwa ini
sebuah tanggung jawab yang harus mereka lakukan untuk melestarikan kesenian
ini dan memiliki banyak fungsi lain yang terdapat di dalamnya. Kesenian ketuk
3
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ingin kawul atau ikut berkumpul dan melakukan tarian bersama. Kesenian ketuk
tilu yang menjadikan minat sebagian masyarakat adalah kesederhanaannya.
Kesan sederhana melekat pada kesenian ketuk tilu. Hal ini bisa dilihat dari
waditra yang digunakan pada kesenian tersebut yaitu kendang, bonang dan
goong. Walaupun waditra yang digunakan tidak terlalu banyak, tetapi komposisi
musik yang dibawakan dalam kesenian ini cukup meriah. Hal ini dikarenakan
tabuhan-tabuhan dari waditra yang digunakan cukup atraktif terutama pada
waditra kendang.
Selain permainan instrumen yang cukup meriah dan mengundang
penonton untuk menari, nyanyian-nyanyian yang dibawakan oleh pesinden pun
mendukung kemeriahan kesenian tersebut. Seperti contohnya memanggil para
penonton dengan cara dinyanyikan, sehingga terasa lebih komunikatif antara
pemain dan penonton.
Ada beberapa grup kesenian ketuk tilu di Desa Cikalong, salah satunya
adalah Grup Mekar Saluyu pimpinan Bapak Suhir yang digunakan pada acara
peresmian wisata hutan lindung Sodong Panjang. Seiring dengan perkembangan
jaman, ketuk tilu sedikit demi sedikit melakukan inovasi baik dalam pola gerak
tariannya maupun pola lagunya. Bahkan lagunya pun sudah ada yang mengalami
gubahan dari lagu lain yang biasa disebut raehan contohnya lagu yang berjudul
anak hayam.
Mengacu pada permasalahan diatas, peneliti bermaksud meneliti kesenian
tradisional ini agar ketuk tilu bisa lebih dipahami oleh masyarakat bahwa tidak
hanya sekedar hiburan, namun ada banyak pelajaran yang dapat diambil. Selain
itu sebagai pelestarian kesenian tradisional agar tidak dilupakan oleh masyarakat
khususnya oleh masyarakat Desa Cikalong.
Berdasarkan pernyataan diatas maka peneliti termotivasi untuk melakukan
penelitian terhadap kesenian ketuk tilu ini dengan judul “Kesenian Ketuk tilu Pada
Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran”.
Dengan harapan hasil temuannya dapat berdaya guna bagi kebutuhan pendidikan
di lingkungan Sekolah dan mampu berkontribusi bagi referensi khasanah budaya
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, pertunjukan kesenian ketuk tilu
dapat diidentifikasi, bahwa ruang lingkup kajiannya memiliki berbagai faktor
diantaranya fungsi kesenian yang difungsikan sebagai fungsi manifes yang terdiri
dari sarana hiburan, presentasi estetis, dan fungsi laten yang terdiri dari media
komunikasi dan media pendidikan yang mengandung aspek musikal termasuk
unsur-unsurnya serta hal lainnya seperti, pola irama waditra, pola melodi, lagu
yang disajikan, rumpaka, tata busana, dan struktur pertunjukan.
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan yakni bagaimana kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata
hutan lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran. secara operasional
kajiannya difokuskan pada masalah yang diungkap melalui bentuk pertanyaan
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Apa fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung
Sodong Panjang?
2. Bagaimana komposisi musik ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan
lindung Sodong Panjang?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kondisi objektif fenomena dan tata cara pertunjukan
kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang
Cikalong Pangandaran
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui, mendeskripsikan dan menjawab berbagai permasalahan
5
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong
Panjang Cikalong Pangandarandi Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran
b. Komposisi musik ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong
Panjang Cikalong Pangandarandi Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran
E. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sangat
berarti bagi pihak-pihak, yakni:
1. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai bentuk pertunjukan
kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang
Cikalong Pangandaran
2. Bagi Jurusan Pendidikan Seni Musik, diharapkan dapat menambah wawasan
seni dari salah satu kajian skripsi, ilmu pengetahuan dan pengalaman tentang
adanya kesenian ketuk tilu. Selain itu uga dijadikan wahana guna memperkaya
ilmu pengetahuan tentang seni tradisional bagi para akademik Jurusan
Pendidikan Seni Musik
3. Bagi masyarakat Pangandaran dan sekitarnya penelitian ini sekiranya dapat
mengangkat seni budaya yang mungkin tidak banyak diketahui sebagian orang
khususnya para remaja
4. Bagi pemerintah Kabupaten Pangandaran diharapkan kesenian ini bisa
menjadi daya tarik untuk menarik warga pendatang, turis asing maupun lokal
serta menambah data tentang kesenian yang berasal dari Pangandaran
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN, merupakan awal bahasan meliputi:
Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, dengan ruang lingkup masalah:
Pertunjukan Seni Tradisional (kesenian ketuk tilu, musik dalam ketuk tilu,),
sebagai presentasi estetis, seni sebagai mata pencaharian, seni sebagai media
komunikasi, seni sebagai media pendidikan), Komposisi Musik (pola irama, laras,
rumpaka, teknik menabuh)
BAB III METODE PENELITIAN, meliputi:
Lokasi dan Subjek, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional,
Instrumen Penelitian, Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data,
Teknik Pengolahan Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, meliputi:
Hasil Penelitian (fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan
linsung Sodong Panjang, komposisi musik), Pembahasan (fungsi seni sebagai
hiburan, seni sebagai presentasi estetis, seni sebagai mata pencaharian, seni
sebagai media komunikasi, seni sebagai media pendidikan, komposisi musik)
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek 1. Lokasi
Lokasi penelitian dilakukan Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih
Kabupaten Pangandaran. Lokasi ini dipilih karena di Desa ini masih menjunjung
tinggi kesenian tradisional ketu tilu. Selain itu penelitian dilakukan di kediaman
Bapak Suhir selaku pimpinan dari kesenian ketuk tilu untuk melakukan
wawancara.
Gambar 3.1 Peta Desa Cikalong (dokumentasi www.google.com) 2. Subjek
Subjek penelitian yaitu grup Mekar Saluyu pimpinan Bapak Suhir. Grup
Bapak Suhir grup ini baru dipimpin Bapak Suhir sekitar 3 tahun, namun grup
Mekar Saluyu sudah lama berdiri puluhan tahun lalu dan grup Mekar Saluyu ini
adalah grup kesenian tradisional turun temurun. Kesenian ini diturunkan oleh
Bapaknya yang dahulu merupakan pemimpin kesenian ini. Selain senang dengan
kesenian ini, Bapak suhir juga mendapat tanggung jawab agar terus melestarikan
kesenian ketuk tilu dengan mempertahankan grup Mekar Saluyu ini.
Foto 3.2 Grup Mekar Saluyu (dokumentasi Yusi 2014)
B. Desain Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus membuat rancangan atau
desain penelitian agar bisa tersusun secara rapih. Desain penelitian memadukan
semua unsur agar sebuah penelitian terstruktur dan terencana menuju pemecahan
masalah penelitian. Perencanaannya meliputi proses yang akan dijalani hingga
keputusan untuk mengambil keputusan tersebut. Pada desain penelitian ini
dilakukan tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap pelaksanaan dan tahap akhir yang
25
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagan 3.1
Desain alur penelitian kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Pelaksanaan Penelitian - Kajian teori (seni
Tahap Awal
Pada tahap awal peneliti melakukan observasi awal yaitu kepada Bapak
Suhir selaku pimpinan Grup Mekar Saluyu pada tanggal 20 Juni 2014. Setelah
melakukan observasi tersebut peneliti mulai merumuskan masalah yang terlihat,
menyusun instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan apa yang dirumuskan penelitian kesenian ketuk tilu lalu peneliti mengkaji
teori tentang kesenian ketuk tilu berupa fungsi kesenian ketuk tilu dan komposisi
musik yang dibawakan. selanjutnya mengkaji teori-teori terutama yang terkait
dengan seni pertunjukan, fungsi seni dan komposisi musik pada kesenian ketuk
tilu.
Tahap Pelaksanaan Penelitian:
Pada tahap ini peneliti mengaplikasikan instrumen penelitian yang sudah
disususn sebelumnya. Ketika grup mekar saluyu melakukan pertunjukan kesenian
ketuk tilu, peneliti melakukan tanya jawab seputar kesenian ketuk tilu yang sedang
dipertunjukan. Pertanyaannya meliputi banyak hal sampai kepada pertanyaan
penelitian yang menjurus yaitu fungsi dan komposisi musiknya.
Selanjutnya peneliti melakukan pengumpulan data. Pertama melakukan
pendekatan terhadap subjek penelitian (informan). Dalam tahap ini pengumpulan
data dimulai dengan memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan tersebut dilakukan pada acara kegiatan wisata hutan lindung sdong
panjang. Data yang dikumpulkan berupa rincian-rincian dari kegiatan yang telah
diikuti. Selanjutnya mereduksi data dengan cara merangkum dari penelitian yang
dilakukan. Memilah tema yang sekiranya perlu dan penting untuk disusun pada
laporan. Setelah itu melakukan display data yaitu menguraikan data-data yang
telah ada berupa uraian singkat.
Tahap Akhir:
27
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diperoleh di lapangan dan teori yang terdapat pada buku sumber. Pengolahan data
ini sesuai dengan pertanyaan penelitian yaitu fungsi pertunjukan dan komposisi
musiknya.
Setelah data diolah dengan baik selanjutnya yaitu penyusunan laporan.
Penyusunan laporan dilakukan dari mulai tahap awal yakni perumusan masalah,
penentuan metode, proses pengumpulan data, reduksi data, sampai display data
yang dituangkan dalam draft laporan penelitian mengenai fungsi dan komposisi
ketuk tilu yang merupakan sebuah skripsi.
C. Metode Penelitian
Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2009, hlm. 5), bahwa
penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti sebuah kesenian yaitu kesenian ketuk tilu
pada acara pembukaan wisata hutan lindung Sodong Panjang tentang bagaimana
struktur pertunjukan dan komposisi musiknya.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif
melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriftif merupakan suatu penelitian yang
paling dasar ditujukan untuk mendeskripsikan atau mengemukakan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa
manusia (Sukmadinata, 2009, hlm. 72). Penelitian kualitatif merupakan suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok (Sukmadinata, 2009, hlm. 60).
Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan masalah yang diteliti yaitu
tentang kesenian ketuk tilu. Pendeskripsian atau penjabaran ini mencakup semua
kegiatan ketuk tilu yang diselenggarakan pada acara kegiatan wisata hutan lindung
Sodong Panjang terutama mengengenai fungsi kesenian don komposisi musiknya.
Selain itu peneliti menelaah bagaimana peristiwa itu terjadi, mencari apakah ada
musik yang dibawakan pada saat kesenian ini berlangsung secara faktual dan
naturalistik
D. Definisi Operasional
1. Kesenian
Diungkap oleh Suparlan (1987) dalam Tjetjep Rohendi (2000, hlm. 9),
kesenian merupakan unsur integratif yang mengikat dan mempersatukan
pedoman-pedoman bertindak yang berbeda-beda menjadi satu desain yang bulat,
menyeluruh dan operasional serta dapat diterima sebagai hal yang bernilai.
Kedudukan seni menjadi pengintegrasi yang merefleksi konfigurasi dari desain
itu.
2. Ketuk tilu
Kubarsah (1994, hlm. 112) mengungkapkan bahwa ketuk tilu adalah
seperangkat waditra yang terdiri dari 3 buah ketuk, sebuah rebab, sebuah bonang,
kendang dan kulanter, serta sebuah kempul dan goong. Perangkat waditra ini
dipergunakan untuk mengiringi tari rakyat tradisional yang biasa disebut tari
ketuk ketuk tilu.
E. Instrumen Penelitian
Diungkapkan oleh Mukhtar (2013, hlm. 109) Instrumen penelitian adalah
alat yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dikenal
dengan data penelitian. Dalam penelitian kualitatif deskriptif, instrumen yang
paling utama berpedoman pada triangulasi yaitu instrumen observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Dalam penelitian dibantu dengan pedoman observasi yaitu dengan cara
mengamati tentang kesenian ketuk tilu yang digunakan pada kegiatan wisata hutan
lindung Sodong Panjang. Wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang berhubungan dengan subjek yang akan di teliti. Wawancara dilakukan
kepada para tokoh yang terkait pada kesenian ketuk tilu terutama mengenai fungsi
29
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui tentang hutan lidung Sodong Panjang sehingga bisa dibuka sebagai
tempat wisata.
Selain wawancara, dokumentasi pun sangat diperlukan untuk bukti dan
kelengkapan sebuah pernyataan. Dokumentasi dilakukan pada saat proses
pengumpulan data dari mulai wawancara sampai kegiatan pelaksanaan kesenian
ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang di Desa
Cikalong. Akan tetapi instrumen penelitian ini tidak mutlak. Instrumen penelitian
dapat berkembang ketika dilapangan dan disesuaikan dengan kondisi dan situasi
sehingga pertanyaan pun bisa bertambah.
F. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian pasti
mengalami perkembangan sehingga instrumen tersebut dapat dipakai. Untuk
dapat mengembangkan intrumen penelitinian tersebut, maka harus melalui
pengujian dahulu seperti:
1. Validitas
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 173) instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
intrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas yang digunakan yaitu validitas eksternal. Menurut sugiyono
(hlm. 183) validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta
empiris yang terjadi di lapangan.
Validitas ini bisa di cek dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dalam pengujian validitas diperkuat dari triangulasi. Triangulasi merupakan
teknik yang digunakan untuk menguji keterpercayaan data (memeriksa keabsahan
data atau verifikasi data). Triangulasi merupakan proses melakukan pengujian
kebenaran data. Pada pengerjaan penelitian ini, validasi yang dilakukan adalah
pengecekan dari kebenaran atau kesesuaian semua data dengan mengolahnya dan
menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
narasumber, melakukan observasi dan dokumentasi agar bisa membuktikan
kesesuaian pernyataan berdasarkan data yang didapat tentang fungsi dan
komposisi pada pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acaara kegiatan wisata hutan
lindung Sodong Panjang di Desa Cikalong Pangandaran.
2. Realibilitas
Menurut Sugiyono (2011, hlm. 173) Instrumen yang realibel adalah
intrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama.
Pengujian realibilitas ini dapat dilakukan dengan cara triangulasi waktu.
Cara yang dilakukan berulang-ulang agar data yang dihasilkan akurat dan sesuai.
Pada triangulasi waktu ini, peneliti melakukan beberapa kali pengecekan
kebenaran data mengenai fungsi dan komposisi pertunjukan kesenian ketuk tilu
dengan melakukan teknik wawancara yang berbeda waktu sampai ditemukan
kepastian data yang valid sesuai data yang terkumpul.
G. Teknk Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi/Pengamatan
Dalam melakukan kegiatan observasi dalam penelitian ini yaitu partisifasi
pasif dimana peneliti hanya sebagai pengamat dan tidak terlibat langsung pada
kegiatan yang dilakukan. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengenal,
mengamati, dan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti dengan cara
mendatangi langsuk lokasi dan subjek yang akan diteliti.
Data yang di observasi berupa terbentuknya grup Mekar Saluyu,
eksistensi, persiapan pertunjukn, metode latihan sampai pelaksanaan pertunjukan
dan semua hal yang bersangkutan dengan kepeerluan data penelitian, observasi ini
dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu:
a. Observasi awal dilakukan pada tanggal 20 Juni 2014 kepada Bapak Suhir
31
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui grup yang akan diteliti, dari mulai terbentuknya grup, eksistensi
Grup Mekar Saluyu sehingga masih aktif sampai sekarang.
b. Observasi kedua dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014. Pada observasi ini
dilakukan pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan
lindung Sodong Panjang di Desa Cikalong.
c. Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 9 Juli. Pada observasi ini peneliti
melakukan pengamatan pada waditra yang digunakan pada kesenian ketuk
tilu.
d. Observasi ke empat dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2014. Observasi ini
dilakukan untuk mengamati lagu-lagu pada kesenian ketuk tilu
e. Observasi ke lima dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2014. Pada observasi
ini dilakukan kepada Ibu Enok selaku sinden untuk mengetahui segala
sesuatu yang berhubungan dengan sinden
2. Wawancara
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada
narasumber yaitu para tokoh seniman yang ada di Cikalong. Pertama, wawancara
dilakukan pada tanggal 25 Juni 2014 kepada Bapak Suhir selaku pimpinan Grup
kesenian ketuk tilu yang dinamanakan Grup Mekar Saluyu. Pada wawancara ini
peneliti menanyakan semua hal yang berkaitan dengan kesenian ketuk tilu
khususnya yang berkembang di Desa Cikalong. selanjutnya pada tanggal 9 Juli
2014 masih kepada Bapak Suhir peneliti menanyakan tentang waditra yang
digunakan. Kedua, wawancara dilakukan pada tanggal 10 Juli 2014 kepada
Bapak Ade selaku sesepuh di Desa Cikalong. Pada wawancara ini peneliti
menanyakan tentang sejarah sampai dibukanya hutan lindung Sodong Panjang
sehingga bisa menjadi tempat wisata. Selain kepada bapak Suhir dan Bapak Ade,
peneliti melakukan wawancara pada tanggal 20 Agustus kepada Ibu Enok selaku
sinden pada grup Mekar Saluyu. Pada sesi wawancara ini peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan seperti bagaimana dia bisa menjadi sinden, hal apa yang
membuat dia tertarik, cara dia belajar dan mempertahankan eksistensinya agar
Foto 3.3
Wawancara kepada bu Enok selaku sinden kesenian ketuk tilu (dokumentasi Yusi 2014)
Disaat wawancara dilakukan, peneliti menemui Ibu Enok pada saat sedang
santai dan menjalani kegiatannya sehari-hari sebagai Ibu rumah tangga. Nampak
terlihat berbeda ketika sedang berada di rumah tanpa menggunakan riasan make
up di wajahnya. hal ini diakui oleh Bu Enok bahwa pada kegiatan sehari-hari
memang seperti itu. Make up dan dandanan rapi hanya jika ia melakukan
pekerjaannya sebagai sinden.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan kegiatan mengambil suatu peristiwa yang berupa
video dan foto yang ada di lapangan. Dokumentasi ini sebagai pengkajian data
yang nantinya bisa dijadikan bahan materi agar data yang terkumpul sesuai materi
yang dalam penulisannya bisa tersusun secara struktur sesuai tujuan penelitian.
Dokumentasi dalam hal ini sangat membantu peneliti untuk memperoleh
data yang berhubungan dengan kajian kesenian ketuk tilu pada kegiatan wisata
hutan lindung Sodong Panjang. Data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian
diabadikan dengan cara direkam, dicetak dan ditulis secara baik dan benar sebagai
bukti dari proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam aspek
dokumentasi.
4. Studi Pustaka
33
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
buku, jurnal elektronik dan tulisan lainnya yang terkait dengan penelitian. Adapun
sumber yang digunakan antara lain buku Seni Pertunjukan Indonesia Di Era
Globalisasi oleh Soedarsono tahun 2002 tentang fungsi seni, Waditra oleh Ubun
tahun 2004 tentang penjelasan waditra yang dipakai pada kesenian ketuk tilu,
Pengantar Dasar Ilmu Estetika oleh Djelantik tahun 1990 tentang fungsi seni,
Sekar Gending oleh Natapradja tahun 2003 tentang laras yang digunakan pada
ketuk tilu, Corat-Coret Muaik KontemporerDulu dan Kini oleh Hardjana tahun
2003 tentang komposisi musik, Teori Menabuh Gamelan Sunda oleh Yoyo tahun
1968 tentang teknik menabuh gamelan yang dilakukan pada kesenian ketuk tilu.
H. Teknik Pengolahan Data
Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan dan setelah di lapangan. Dalam peneliitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
Langkah langkah dalam proses analisis data menurut Huberan (1984) dalam
Sugiyono (2011, hlm. 337) adalah sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
Fotoan yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mencari bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap
peneliti akandipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian
kualitatif adalah pada temuan.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Malalui diskusi,
maka wawasan penelitian akan berkembang sehingga dapat mereduksi data-data
yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Dalam
penelitian ini data yang di reduksi berupa fungsi kesenian dan komposisi musik
yang disajikan pada pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata
2. Data Display ( penyajian Data)
Dalam penyajian data dilakukan uraian singkat dari data yang telah
direduksi. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang telah dipahami tersebut. Data yang disajikan berupa pertunjukan ketuk tilu
secara khusus diarahkan pada fungsi kesenian dan komposisi musik yang
disajikan pada pertunjukan kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan
lindung Sodong Panjang.
3. Conclusion drawing/Verivication
Analisis data pada langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih berdifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi
suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah
diteliti menjadi menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis atau teori. Penyimpulan data ini berupa hasil temuan mengenai fungsi
kesenian dan komposisi musik yang disajikan pada pertunjukan kesenian ketuk
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ketuk tilu merupakan kesenian yang berkembang secara turun temurun di
Desa Cikalong Kabupaten Pangandaran. Ketuk tilu adalah sebuah kesenian yang
dalam penyajiannya memadukan dua bidang seni yaitu musik dan tari. Musik
yang mengiringinya yaitu berasal dari musik gamelan yang terdiri dari bonang,
kendang dan goong. Tari dilakukan oleh sinden yang sekaligus sebagai ronggeng
serta para penikmat tari yang berasal dari penonon.
Berdasarkan hasil dari data data yang terkumpul dari penelitian tentang
kesenian ketuk tilu pada acara kegiatan wisata hutan lindung Sodong Panjang di
Desa Cikalong Pangandaran, mengacu pada rumusan masalahpenelitian maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Fungsi kesenian ketuk tilu pada acara kegaiatan wisata hutan lindung Sodong
Panjang di Desa Cikalong Pangandaran ini memiliki dua fungsi seni utama
yaitu: a) fungsi manifes yang terdiri dari seni sebagai hiburan pribadi dan seni
sebagai presentasi estetis, b) fungsi laten yang terdiri dari seni sebagai media
komunikasi dan seni sebagai media pendidikan.
2. Komposisi musik ketuk tilu yang telah dipaparkan tebagi atas pola-pola yang
dihasilkan dari setiap waditra maupun vokal yang dibawakan. Pola-pola
tersebut dibawakan secara berulang-ulang pada setiap lagu yang dibawakan.
Namun pada penyajiannya, pola-pola tabuhan pada waditra bukanlah pola
yang baku. Pola tabuhan yang dilakukan nayaga bisa berkembang sesuai
dengan feeling dan kreativitas nayaga untuk mengolah berbagai pola tersebut.
Pada bonang, pola ritmiknya sederhana namun dikembangkan pada pola
tabuhan melodinya sesuai dengan feeling nayaga. Pada kendang, pola
tabuhan yang dilakukan tidak baku dengan kata lain nayaga bisa lebih
mengembangkan pola-pola tabuhan yang ada menyesuaikan dengan gerak tari
ronggeng ini membawakan lagu dengan rumpaka berbentuk paparikan. Pada
lagu deungkleung dengdek, anak hayam dan gresik sinden membawakan
dengan sekar tandak sementara pada lagu kawungan, kidung cangreng dan
liring menggunakan sekar irama merdeka.
B. SARAN
Dari hasil penelitian yang berhasil diungkapkan oleh peneliti dalam bentuk
kesimpulan diatas, peneliti mengungkapkan beberapa saran yang ditujukan
kepada pemerintah, pelaku seni dan masyarakat setempat, diantaranya:
1. Pengembangan dan pelestarian kesenian ketuk tilu agar terus dijaga seiring
perkembangan jaman yang semakin modern tanpa menghilangkan
unsur-unsur asli dari kesenian ketuk tilu ini agar tidak punah, lebih peduli dan
mendukung kesenian ketuk tilu sehingga masyarakat setempat bisa lebih
mengenal dan mengapresiasi kesenian yang dimiliki.
2. Setiap grup kesenian di Pangandaran sebagai wadah pelestarian kesenian
ketuk tilu hendaknya agar selalu tetap mempertahankan nilai keaslian dan
eksistensinya dalam mempertunjukan kesenian ketuk tilu.
3. Pelaku kesenian ketuk tilu hendaknya melakukan sistem pewarisan dengan
cara mengenalkan kesenian ketuk til sejak dini kepada anak-anaknya dan
generasi muda di lingkungannya.
4. Mengemas kesenian ketuk tilu dengan mengikuti perkembangan jaman
dengan tidak menghilangkan unsur-unsur keaslian dan nilai budaya yang
mendasar dari kesenian ketuk tilu
5. Peranan aktif masyarakat sangat diperlukan dalam pelestarian kesenian ketuk
tilu diantaranya bisa sebagai pelaku seni maupun sebagai apresiator sehingga
dapat memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki kebanggaan terhadap
Yusi Permatasari, 2014
Kesenian Ketuk Tilu Pada Acara Kegiatan Wisata Hutan Lindung Sodong Panjang Cikalong Pangandaran
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Dimarwati, Retno. 2006. Kajian Seni Pertunjukan. Bandung. Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).
Djelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika. Denpasar. Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).
Hardjana, Suka. (2003). Corat coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Cetakan pertama. Jakarta. Ford Foundation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Kayam, Umar (1981). Seni Tradisi Masyarakat. Cetakan pertama. Jakarta. Sinar Harapan
Kubarsah, Ubun. 2004. Waditra, Mengenal Alat-Alat Kesenian Daerah Jawa
Barat. Bandung. CV Sempurna.
Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Cetakan pertama. Jakarta. GP Press Group.
Natapradja, Iwan. 2003. Sekar Gending. Cetakan ke 2. Bandung. PT Karya Cipta Lestari.
Rinenggaswara. 2011. Pertunjukan kesenian rudat grup tunas harapan pada
acara maulid nabi di kampung jayanti kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi
Rohidi, TR. 2000. Ekspresi Orang Miskin. Cetakan pertama. Bandung. Nuansa
Rohidi, TR. 2000. Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung. STSI Press.
Setiawan, Dani. 2011. Pola Permainan Cuk dan Cak dalam Keroncong Asli Di
RRI Bandung. Skripsi
Simanungkalit, N. 2008. Teknik Vokal Paduan Suara. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Soedarsono, R.M (2002). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Cetakan pertama edisi ketiga. Yogyakarta:Gajah Mada University Press
Sukmadinata, NS. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-5. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sumiati, Lilis. 1996. Ketuk Tilu Sebagai Sumber Penataran Tari Kreasi Baru. Bandung. Laporan Penelitian Sekolah Tinggi Seni Indonesia.
Syafei, Efe. 1984. Sastra Lagu Sunda. Bandung. Proyek Pengembayang Institut Kesenian Indonesia.
Upandi, P. 2011. Gamelan Salendro, Gending dan Kawih Kepesindenan
Lagu-lagu Jalan. . Bandung. Lubuk Agung.