• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metoda Konstruksi Gelagar Jembatan Beton Pratekan Proyek Jalan Layang Cimindi Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metoda Konstruksi Gelagar Jembatan Beton Pratekan Proyek Jalan Layang Cimindi Bandung."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON

PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG

Shita Andriyani NRP : 0321068

Pembimbing : Dr. Ir. Purnomo Soekirno JURUSAN TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ABSTRAK

Jalan layang adalah bangunan jalan yang melayang di atas tanah dan memiliki ketinggian suatu konstruksi yang gunanya untuk menghubungkan jalur transportasi atau lalu lintas melintasi suatu rintangan atau jalur transportasi yang berbeda dan yang lebih rendah. Dalam membangun suatu jalan layang diperlukan perencanaan/desain yang akan memuat semua data yang menunjang jalannya kegiatan pelaksanaan konstruksi jalan layang itu sendiri, termasuk di dalamnya adalah metoda (pelaksanaan) konstruksi yang akan dipakai.

Jalan layang yang dipilih adalah jalan layang Cimindi dengan panjang lintasan 666,50 meter. Gelagar yang digunakan pada proyek jalan layang ini adalah gelagar beton pratekan berbentuk I (PC–I Girder). Desain jalan layang mengikuti standar perencanaan jembatan beton pratekan dengan bentang 40 meter. Dalam Tugas Akhir ini, gelagar yang digunakan merupakan gelagar beton pratekan pracetak pasca tarik (post tensioning). Metoda konstruksi dibatasi kepada metoda pelaksanaan untuk pekerjaan gelagar jalan layang, yang terdiri dari fabrikasi segmen gelagar beton pratekan di pabrik, pengangkutan segmen gelagar beton pratekan dari pabrik ke lokasi proyek, penggabungan segmen menjadi gelagar, dan pemasangan gelagar ke posisi jalan layang. Untuk pemasangan gelagar ke posisi jalan layang dibatasi pada pemasangan gelagar secara simultan dalam dua arah.

Dari hasil kajian Tugas Akhir ini diasumsikan bahwa pemasangan gelagar dalam dua arah dapat memberikan keuntungan dalam mempercepat waktu pelaksanaan. Metoda (pelaksanaan) konstruksi secara tidak langsung akan mempengaruhi biaya serta waktu pelaksanaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa metoda konstruksi perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu proyek, untuk mensiasati kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam pelaksanaan proyek.

(2)

DAFTAR ISI

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii

ABSTRAK...iii

PRAKATA...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR TABEL...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Tujuan Penulisan...3

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan...3

1.4 Metodologi Pembahasan...4

1.5 Sistematika Pembahasan...6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bangunan dan Proyek Konstruksi...7

2.1.1 Bangunan...7

1. Komponen Bangunan...8

2. Jenis-jenis Bangunan...8

3. Mutu Bangunan...9

2.1.2 Proyek Konstruksi...10

vi

(3)

1. Karakteristik/Sifat-sifat Proyek Konstruksi...10

2. Tahapan Proyek...11

2.2 Jalan Layang...13

2.2.1 Bagian-bagian Jalan Layang...13

1. Bangunan Atas (Super Structure)...14

2. Bangunan Bawah (Sub Structure)...16.

2.2.2 Kelas Jalan...18

3. Pengukuran Garis Bebas...24

2.2.6 Pembebanan Jalan Layang...24

1. Beban Primer...25

2. Beban Sekunder...27

3. Beban Khusus...27

2.3 Metoda Konstruksi...28

2.3.1 Penetapan/Pemilihan Metoda Konstruksi...30

2.3.2 Beton...31

1. Kekuatan Beton...32

2. Jenis Beton...33

3. Metoda Pembuatan Beton...34

4. Beton Pratekan...46

vii

(4)

2.3.3 Metoda Konstruksi Gelagar Jalan Layang (Jembatan) Beton Pratekan...50 1. Fabrikasi Segmen Gelagar Beton Pratekan

Di Pabrik...50 2. Pengangkutan Segemen Gelagar Beton Pratekan

dari Pabrik ke Lokasi Proyek...57 3. Penggabungan Segmen Menjadi Gelagar...58 4. Pemasangan Beton Pratekan ke Posisi Jalan

Layang...63 BAB 3 DATA TEKNIS DAN DESAIN JALAN LAYANG PROYEK

FLY OVER CIMINDI, BANDUNG

3.1 Deskripsi Proyek...67 3.2 Struktur Organisasi Proyek Fly Over Cimindi, Bandung...70 3.3 Desain Jalan Layang Cimindi, Bandung...72 BAB 4 PEMBAHASAN METODA (PELAKSANAAN) KONSTRUKSI

4.1 Metoda Konstruksi Gelagar Beton Pratekan Jalan Layang

Cimindi, Bandung...77 4.1.1 Fabrikasi Segmen Gelagar Beton Pratekan Pracetak...78 4.1.2 Pengangkutan Segmen Gelagar dari Pabrik ke Lokasi

Proyek...91 4.1.3 Penggabungan Segmen Menjadi Gelagar...94 4.1.4 Pemasangan Gelagar Beton Pratekan Pracetak...99

viii

(5)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan...120

1.2 Saran...122

DAFTAR PUSTAKA...123

LAMPIRAN...124

ix

(6)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

A = Luas Penampang

B = Lebar lantai kendaraan Beban ”D” = Beban jalur gelagar

Beban ”T” = Beban terpusat untuk lantai kendaraan F = Gaya pratekanan q = Beban merata pada jalan layang

W = Beban merata dalam pengangkutan gelagar w = Beban merata akibat beban luar

wb = Beban merata pada beton pratekan = 8 2

L Fh

x = Tegangan tekan

x

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Diagram Alir Metodologi Pembahasan Tugas Akhir Gambar 2.1 Bangunan Gedung

Gambar 2.2 Bangunan Sipil

Gambar 2.3 Hubungan Keterkaitan Tahapan Proyek

Gambar 2.4 Jalan Layang Dibangun untuk Mengatasi Kemacetan Gambar 2.5 Bagian-bagian Jalan Layang

Gambar 2.6 Jalan Layang yang Mempergunakan Elastomer Bearing Pads Gambar 2.7 Girder Prestress Bentuk I (PC – I Girder)

Gambar 2.8 Hubungan Pelat Lantai Dengan Gelagar Gambar 2.9 Jenis-jenis Pondasi

Gambar 2.10 Abutment Gambar 2.11 Pilar (Pier)

Gambar 2.12 Proses Desain Jalan Layang

Gambar 2.13 Hubungan Keterkaitan Hasil Tahap Desain Konstruksi

Gambar 2.14 Lebar Minimum Jalan Layang dan Kebebasan Samping Minimum Gambar 2.15 Ruang Bebas Jalan Kereta Api di Bawah Jalan Layang

Gambar 2.16 Pengukuran Garis Bebas Pada Jalan Layang Gambar 2.17 Beban-beban Pada Jalan Layang

Gambar 2.18 Beban ”T” pada Jalan Layang Gambar 2.19 Beban “D” pada Jalan Layang Gambar 2.20 GayaT pada Jalan Layang

Gambar 2.21 Penetapan/Pemilihan Metoda (Pelaksanaan) Konstruksi Gambar 2.22 Penerapan Metoda Konstruksi

xi

(8)

Gambar 2.23 Faktor Penentu Kekuatan Beton Gambar 2.24 Metoda Pembuatan Beton

Gambar 2.25 Pengaturan Umum Jenis Instalasi Takaran Bahan Kering Gambar 2.26 Jenis Pengelolaan Pemasangan Penakaran dan Pencampuran Gambar 2.27 Pembagi Silo – Semen

Gambar 2.28 (a. Alat Campur yang Wadahnya Tidak Dapat Dimiringkan ; b. Alat Campur yang Wadahnya Dapat Dimiringkan ; c. Alat Campur yang Wadahnya Dapat Dibalik Arah ; d. Pan Mixer)

Gambar 2.29 Cara Menangani Campuran Beton

Gambar 2.30 (a. Pembawa Campuran Beton pada Satu Rel ; b. Wadah Pembawa 3 m3 ; c. Pengecor Beton ”Pneumatic” (Tiup) ; d. Pompa Beton yang Dapat Berpindah-pindah Dengan Mobil)

Gambar 2.31 Pengecoran Beton dari Suatu ”Skip” yang Dilaksanakan Dengan Teliti

Gambar 2.32 Cara Penanganan Campuran Beton, dimana Lapisan yang Berikutnya Mengikuti Dengan Cepat Pengecorannya Agar Tak Terjadi Suatu ”Sambungan Dingin”

Gambar 2.33 Penggunaan Mesin Getar Dalam yang Digerakkan Secara Elektrik pada Dinding.

Gambar 2.34 (a. Mesin Getar Listrik yang Ditempelkan pada Acuan Baja ; b. Meja Getar untuk Unit Beton Pra-cetak)

Gambar 2.35 Kuat Desak Beton yang Dikeringkan Dalam Udara di Laboratorium Sesudah Perawatan Awal Dengan Membasahinya. Gambar 2.36 Tegangan yang Dihasilkan oleh Beton Pratekan

xii

(9)

Gambar 2.37 Balok Beton Menggunakan Baja Mutu Tinggi Gambar 2.38 Balok Pratekan Dengan Tendon Parabola

Gambar 2.39 Urutan Pelaksanaan Penegangan pada Beton Pratekan Pre-tension Gambar 2.40 Urutan Pelaksanaan Penegangan pada Beton Pratekan Post-tension Gambar 2.41 Pelaksanaan Jalan layang dengan Sistem Perancah

Gambar 2.42 Metode Kantilever Seimbang Menggunakan Cetakan Berjalan Gambar 2.43 Titik Tempat Mengangkat Segmen Gelagar, dan Titik Tumpuan

pada Saat Pengangkatan

Gambar 2.44 Pemasangan Kabel dengan Mesin Penarik/Derek Gambar 2.45 Pemasangan Kabel dengan Strand Pusher

Gambar 2.46 Pompa Elektrik

Gambar 2.47 Penarikan Kabel Multistressed

Gambar 2.48 Pengangkuran Tendon Strand Tunggal

Gambar 2.49 Pelaksanaan Pemasangan Gelagar Pratekan dengan Crawler Crane Gambar 2.50 Metoda Kantilever Seimbang

Gambar 2.51 Metoda Perletakan Berurutan

Gambar 3.1 Lokasi Proyek Fly Over Cimindi, Bandung Gambar 3.2 Fly Over Cimindi, Bandung

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Proyek Fly Over Cimindi, Bandung Gambar 3.4 Gambar Desain Jalan Layang

Gambar 4.1 Metoda Konstruksi Jalan Layang Gambar 4.2 Potongan Melintang Jalan Layang

Gambar 4.3 Gelagar Beton Pratekan Segmental Bentang 40,0 meter (PC – I Girder)

xiii

(10)

Gambar 4.4 Bagan Alur Proses Fabrikasi Gelagar Beton Pratekan Segmental Postensioning Hingga Gelagar Siap Diangkut

Gambar4.5 Bagan Alur Proses Pengangkutan Gelagar Beton Pratekan Segmental Postensioning

Gambar 4.6 Bagan alur Penggabungan Segmen Gelagar Beton Pratekan Gambar 4.7 Pemasangan Gelagar Secara Simultan dari Kedua Ujung Gambar 4.8 Tahapan Pemasangan Gelagar Jalan layang Cimindi, Bandung Gambar 4.9 Keterkaitan Pekerjaan Pondasi, Pilar, dan Gelagar Alternatif Ketiga Gambar 4.10 Pemasangan Gelagar pada Abutment ke Pier 1 dengan 2 Unit

Crane

Gambar 4.11 Lorry Mounted Cranes (Coles Cranes)

Gambar 4.12 Pengangkutan Gelagar dengan Coles Cranes dan Bantual Rel Peluncur

xiv

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Perkotaan

Tabel 2.2 Kelas Jalan Berdasarkan Kecepatan Rencana Kendaraan Tabel 2.3 Kelas Jalan Berdasarkan Lebar Total Jalan

Tabel 3.1 Data Hasil Desain Jalan Layang

Tabel 3.2 Data Hasil Desain Pelat Lantai, Gelagar, dan Perletakan Tabel 3.3 Data Hasil Desain Pilar dan Abutment

Tabel 3.4 Data Hasil Desain Pondasi

Tabel 4.1 Panjang Bentang (Gelagar) Jalan Layang Tabel 4.2 Data Perencanaan Gelagar Beton Pratekan

Tabel 4.3 Uraian Kegiatan Fabrikasi Segmen Gelagar Beton Pratekan Pracetak

Tabel 4.4 Uraian Kegiatan Pengangkutan Segmen Gelagar dari Pabrik ke Lokasi Proyek

Tabel 4.5 Uraian Kegiatan Penggabungan Segmen Gelagar Beton Pratekan Tabel 4.6 Uraian Kegiatan Pemasangan Gelagar ke Posisi Jalan Layang

xv

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Desain Jalan Layang LAMPIRAN B Beban Pada Jalan Layang

LAMPIRAN C Fabrikasi Segmen Gelagar Beton Pratekan, Penggabungan Segmen Gelagar Beton Pratekan

LAMPIRAN D Pemasangan Gelagar Beton Pratekan dalam Dua Arah

xvi

(13)

LAMPIRAN A

(14)
(15)
(16)

3

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

LAMPIRAN B

(23)
(24)

2

(25)
(26)

LAMPIRAN D

PEMASANGAN GELAGAR BETON

(27)

Arah Cimahi

(28)
(29)

Pekerjaan FS Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi Abutment balok 4,5,6 (bentang 1)

Abutment (arah Cimahi),

(arah Cimahi), Pilar 1,2,3 FS Pemasangan (erection)

Pondasi 1,2,3 balok 1,2,3 (bentang 1)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 2)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 2)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 3)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 3)

FS

FS Pekerjaan FS Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi 4, 5, 6 Pilar 4, 5, 6 balok 4,5,6 (bentang 4)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 4)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 5)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 5)

FS Pemasangan (erection) balok4,5,6 bentang 6)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 6)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 7)

FS FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 7)

FS FS

SS FF SS FF Pekerjaan FS Pekerjaan Pemasangan

Pondasi 7,8 Pilar 7,8 (erection)

FS balok 4,5,6

(bentang 8)

FS FS Pemasangan

FS (erection)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3

balok 1,2,3 (bentang 9) (bentang 8)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 9)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 10)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 10)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 11)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 11)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 12)

FS Pekerjaan FS Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi 9, 10,11 Pilar 9,10,11 FS balok 4,5,6 (bentang 12)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 13)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 13)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 14)

FS Pemasangan (erection) balok4,5,6 (bentang 14)

Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi Pekerjaan balok1,2,3 (bentang 15)

Abutment Abutment

(arah Bandung) FS (arah Bandung), FS Pemasangan (erection) Pondasi 12, 13, 14 Pilar 12,13,14 balok 4,5,6 (bentang 15)

Pemasangan Gelagar Beton Pratekan Berkaitan Dengan Pekerjaan Pondasi dan Pilar

(30)

LAMPIRAN A

(31)
(32)
(33)

3

(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

LAMPIRAN B

(40)
(41)

2

(42)
(43)

LAMPIRAN C

FABRIKASI SEGMEN GELAGAR BETON

PRATEKAN, PENGGABUNGAN SEGMEN

(44)

1

FABRIKASI SEGMEN GELAGAR BETON PRATEKAN

1. Persiapan Material (1) Agregat

Agregat yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu agregat halus yang berasal dari ex. Galunggung dan agregat kasar berasal dari Maloko yang diproduksi oleh PT. Sido Manik berlokasi di Tanggerang.

(2) Semen

Semen yang digunakan diproduksi oleh PT. Semen Cibinong Tbk. yang berlokasi di Cibinong, Bogor.

(3) Air

Air untuk fabrikasi beton ini berasal dari sumur bor yang ada di pabrik. (4) Bahan Tambahan Cair (Admixture)

Bahan tambahan cair yang digunakan adalah Daracem, yang diproduksi oleh PT. Grace Specialty Chemicals Indonesia yang berlokasi di Cikarang, Bekasi.

(5) Cetakan, terbuat dari plat baja dengan tebal ± 10 cm. (6) Bahan Grouting

(7) Kabel Prategang

a. Kabel (strand) ex. Walsin.

− Jenis : Uncoated sevent – wire stress relieved ASTM A – 416, grade 270 low relaxation

− Diameter : 0,5” (12,7 mm)

(45)

2

Strand didatangkan dalam bentuk potongan, sesuai dengan panjang kabel yang dibutuhkan. Penempatan dilakukan pada ruang yang bebas dari air dan diletakkan di atas balok penumpu. Strand yang dikirim disertai lampiran sertifikat dari pabrik pembuatnya.

b. Wedges

Terdiri dari sepasang baji berbentuk kerucut terbelah dan bagian dalamnya bergerigi.

c. Casting

Bagian dari angkur yang tertanam dalam beton. Permukaan luar casting berfungsi untuk meneruskan gaya prategang ke dalam beton. Sama halnya dengan angkur hidup, ukuran casting ini sesuai dengan besar gaya yang ditanam. Pasangan angkur hidup dengan casting biasa dikenal sebagai angkur hidup.

d. Kepala Angkur (anchor head)

Bagian dari angkur yang berfungsi untuk mengikat atau mengunci baja prestressed setelah dilakukan pekerjaan stressing.

e. Dead End (angkur mati)

Berfungsi untuk menahan gaya stressing dan bukan sebagai pengunci. f. Bursting Steel

Berupa rangkaian tulangan besi dipasang dan tertanam dibelakang casting, yang berfungsi sebagai perkuatan untuk menahan penyebaran gaya arah radial yang terjadi akibat prategang yang bekerja pada casting.

(46)

3

Berbentuk seperti pipa berfungsi sebagai tempat kedudukan baja prestressed sehingga posisi sesuai dengan yang direncanakan setelah beton dicor, juga untuk menjaga agar baja prestressed bebas dari ikatan dengan beton. Sambungan antara bagian saluran merupakan sambungan logam dan harus disegel dengan menggunakan pita tahan air untuk mencegah kebocoran adukan. Sambungan harus bebas dari retak, dan saling mengikat rapat dengan adukan.

h. Grout vent

Pipa untuk lubang memasukkan bahan grouting atau dapat juga sebagai lubang ventilasi pada saat pekerjaan grouting dilakukan. Biasanya dipasang pada posisi tertinggi dan terendah.

(8) Besi tulangan, yang digunakan adalah besi dengan diameter 13 mm, 10 mm, dan 8 mm.

2. Perakitan Tulangan atau Selubung

Alat-alat yang digunakan untuk perakitan adalah alat potong besi, mesin las, meteran, alat pembengkok, gegep, dan batu gurinda. Sedangkan materialnya adalah besi beton, selubung, masking tape, minyak cetak, kawat ikat, kawat las, dan mesin gurinda.

(47)

4

Besi penyangga selubung dipasang (las) pada rakitan tulangan dengan posisi/elevasi sesuai dengan gambar kerja. Kemudian potong atau sambung selubung sesuai gambar kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan panjang segmen.

Perakitan, Pemasangan Tulangan dan Cetakan

3. Posisi/Elevasi Selubung Kabel

Untuk menetukan posisi selubung dilakukan pengukuran perpanjangan segmen yang telah ditentukan. Pengukuran dilakukan dari bagian bawah struktur beton ke bagian tengah dan bawah dari selubung.

Jarak dari bagian bawah struktur ke bagian tengah selubung disebut titik-titik y1. Titik-titik-titik ini bila dihubungkan merupakan garis letak kabel prategang dan merupakan hasil perhitungan pada perencanaan dari perencanaan untuk tata letak kabel. Sedangkan jarak dari bagian bawah selubung disebut titik y2, dimana titik ini berguna untuk menentukan dan menempatkan selubung kabel prategang.

(48)

5

kawat, sedangakan tulangan penahan tersebut diikat juga dengan kawat pada tulangan sengkang atau tulangan memanjang.

Pada bagian ujung selubung dipasang baja spiral yang disebut bursting steel, yang berfungsi untuk menahan gaya prategang pada daerah blok ujung (end block) untuk mencegah beton pada daerah tersebut tidak hancur. Kemudian pada ujung selubung dipasang casting yang merupakan tempat dipasangnya angkur.

4. Pemasangan Tulangan dan Selubung

Alat-alat yang digunakan adalah cetakan (end plate), gegep, dan obeng/kunci. Sedangkan materialnya adalah bendrat, beton decking (spacer), selubung, minyak cetak, casting, baut seng, dan besi beton.

Pemasangan tulangan dan selubung dilakukan secara berselang-seling dalam dua tahap, yaitu sebagai berikut :

Tahap I : Pada landasan I, dipasang untuk selubung segmen nomor ganjil. Pada landasan II, dipasang untuk segmen nomor genap.

Tahap II : Pada landasan I, dipasang untuk selubung segmen nomor genap. Pada landasan II, dipasang untuk nomor ganjil.

Untuk landasan III dan IV, dan seterusnya, proses pemasangan tulangan dan selubung sama seperti landasan I dan II.

Landasan catakan dibersihkan dan diolesi minyak cetak, kemudian ditempatkan rakitan tulangan diatas landasan catakan sesuai tahapan tersebut diatas.

(49)

6

sengkang dengan ketinggian menurut profil kabel pada gambar kerja. Jarak antara tulangan penyangga dibuat maksimum satu meter. Setelah pemasangan tulangan penyangga selesai dikerjakan dan diperiksa, selubung kabel (duct) dipasang diatas tulangan penyangga tersebut dan diikat dengan kawat pengikat pada tulangan penyangga tersebut.

Pasang casting pada end plate pada kedua ujung segmen untuk pengecoran tahap kedua (yaitu antara dua segmen yang telah dicor sebelumnya, tidak diperlukan end plate), dan pasang ujung segmen gambar kerja.

Pada sambungan antara selubung kabel (duct) digunakan coupler (lihat Gambar, yaitu selubung kabel dengan diameter sedikit lebih besar dari diameter selubung terpasang, dan dilengkapi dengan pita perekat (seal tape) untuk menghindari masuknya air atau adukan beton ke dalam selubung. Demikian juga digunakan pita perekat pada sambungan antara selubung kabel (duct) dengan terompet angkur (anchorage guide).

(50)

7

Pemasangan Selubung

5. Pemasangan Dinding Cetakan

Alat-alat yang digunakan adalah dinding cetakan, kunci ring pas, martil/palu, benang, portal crane, dan penyangga (jack brace). Sedangkan materialnya adalah spons, lem, dan minyak cat.

(51)

8

6. Pemasangan Angkur

Bagian angkur yang tertanam dalam beton (casting) dipasang sesuai dengan ordinat pada kerja, dibaut pada box formwork dan bagian tepi sambungan ditutup dengan masking tape yang bertujuan untuk mencegah masuknya air semen ke dalam angkur. Di belakang angkur dipasang pembesian bursting steel yang sesuai dengan gaya prategang yang bekerja.

7. Pengeluaran Produk dari Cetakan

Setelah kekuatan beton dicapai sesuai dengan yang direncanakan, maka dinding cetakan dan sekat pemisah dibuka. Alat-alat yang digunakan adalah kunci ring pas, mertil/palu, portal crane, mal penandaan. Sedangkan materialnya yang digunakan adalah cat.

Urutan pelaksanaan pengeluaran produk dari cetakan adalah sebagai berikut :

1) Buka separator, jack brace, dan baji

2) Buka baut-baut pengikat cetakan dan end plate

3) Angkat dinding cetakan, tempatkan pada tempat yang telah disediakan 4) Periksa dan kualifikasikan produk berdasarkan instruksi kerja

5) Beri tanda atau identitas masing-masing segmen produk

6) Jika landasan ada segmen gelagar yang cacat maka segmen tersebut diperbaiki diluar.

(52)

9

PENGGABUNGAN SEGMEN GELAGAR BETON PRATEKAN 1. Setting dan Stressing Gelagar Segmental

Sebelum dilakukan mobilisasi gelagar, maka lahan untuk stressing bed diratakan dahulu kemudian dibuatkan bantalan beton. Untuk pelaksanaan Fly Over Cimindi ini menggunakan badan jalan aspal yang ada.

Pekerjaan setting dan stressing dilakukan di lapangan (site) diambil lokasi terdekat dengan lokasi erection. Karena proyek Fly Over Cimindi ini berada di kawasan pasar dan ramai kendaraan, maka untuk pekerjaan setting dan stressing ini perlu menutup satu jalur kendaraan sehingga penduduk masih dapat beraktifitas seperti biasanya walaupun sedikit terganggu dengan adanya proyek tersebut.

Pekerjaan yang dilakukan dan waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan stressing adalah sebagai berikut :

(53)

10

Penarikan Strand (stressing)

2. Pemasangan kabel Baja Prategang

Strand dimasukkan ke dalam selubung (duct) dengan cara ditusukkan satu per satu secara manual, setelah gelagar-gelagar segmental disusun dengan baik. Pemasangan dilakukan pada saat pekerjaan penarikan kabel akan dimulai.

3. Pekerjaan Penarikan (Stressing)

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar mungkin agar tidak menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral. Setelah itu ketujuh segmen balok girder yang telah menjadi satu kesatuan, dijajarkan sesuai bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan sementara untuk masing-masing segmen. Di bagian ujung pertemuan harus diberi oli atau pelumas agar balok dapat bergerak mengimbangi gaya pratekan yang diberikan.

(54)

11

kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel. Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000 Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.

Hasil Stressing Balok Segmental Postensioning (Gelagar 26,5 meter, 29,2 meter, dan 31,9 meter)

4. Grouting

Grouting dilakukan setelah penarikan tendon, dimaksudkan untuk memberi perlindungan terhadap korosi dan membuat suatu lekatan antara tendon dan beton di sekelilingnya.

Grouting terdiri dari semen portland, air, dan campuran pengembang (expansive) ditambah pelambat (retarder). Tidak boleh ada campuran yang mengandung klor (chloride) atau nitrat.

(55)

12

1) Setelah hasil stressing mendapat persetujuan dari pihak konsultan, maka pekerjaan grouting baru dapat dilaksanakan.

2) Awal dari pekerjaan grouting adalah perpotongan kabel baja prategang (strand) yang berada pada angkur. Strand dipotong minimum 3 cm dari tepi terluar baji.

3) Jika pemotongan telah selesai dilaksanakan, maka angkur ditutup dengan adukan semen dan pasir (patching) untuk mencegah keluarnya suhu grouting dari sela-sela strand.

4) Satu hari = 24 jam setelah pekerjaan patching, maka pekerjaan grouting dapat dilaksanakan.

5) Sebelum pekerjaan grouting dilaksanakan, selubung (duct) yang berisi strand dibersihkan dengan mengalirkan air bersih kedalamnya, kemudian dengan menggunakan kompresor, selubung tersebut dikeringkan.

6) Pada pelaksanaan pekerjaan grouting, semen, air, campuran pengembang dan pelambat diaduk dengan menggunakan electrical mixer sebelum dipompakan ke dalam selubung dengan electrical grouting pump. Bahan grouting dipompakan dengan tekanan sekitar 0,5 N/mm² dan setelah keluar pada grout vent dan grout inlet, maka grout outlet dan grout inlet ditutup dan pekerjaan grouting selesai.

(56)

13

(57)

14

(58)

LAMPIRAN D

PEMASANGAN GELAGAR BETON

(59)

Arah Cimahi

(60)
(61)

Pekerjaan FS Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi Abutment balok 4,5,6 (bentang 1)

Abutment (arah Cimahi),

(arah Cimahi), Pilar 1,2,3 FS Pemasangan (erection)

Pondasi 1,2,3 balok 1,2,3 (bentang 1)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 2)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 2)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 3)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 3)

FS

FS Pekerjaan FS Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi 4, 5, 6 Pilar 4, 5, 6 balok 4,5,6 (bentang 4)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 4)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 5)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 5)

FS Pemasangan (erection) balok4,5,6 bentang 6)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 6)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 7)

FS FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 7)

FS FS

SS FF SS FF Pekerjaan FS Pekerjaan Pemasangan

Pondasi 7,8 Pilar 7,8 (erection)

FS balok 4,5,6

(bentang 8)

FS FS Pemasangan

FS (erection)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3

balok 1,2,3 (bentang 9) (bentang 8)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 9)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 10)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 10)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 11)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 11)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 12)

FS Pekerjaan FS Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi 9, 10,11 Pilar 9,10,11 FS balok 4,5,6 (bentang 12)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 13)

FS Pemasangan (erection) balok 4,5,6 (bentang 13)

FS Pemasangan (erection) balok 1,2,3 (bentang 14)

FS Pemasangan (erection) balok4,5,6 (bentang 14)

Pekerjaan FS Pemasangan (erection)

Pondasi Pekerjaan balok1,2,3 (bentang 15)

Abutment Abutment

(arah Bandung) FS (arah Bandung), FS Pemasangan (erection) Pondasi 12, 13, 14 Pilar 12,13,14 balok 4,5,6 (bentang 15)

Pemasangan Gelagar Beton Pratekan Berkaitan Dengan Pekerjaan Pondasi dan Pilar

(62)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan zaman yang semakin modern belakangan ini, seringkali ditemukan berbagai macam kesulitan dalam beraktifitas, termasuk dalam bertransportasi. Semakin banyaknya kendaraan menjadi salah satu pemicu kemacetan di jalan yang membuat orang-orang terganggu atau terhambat untuk melakukan aktifitasnya masing-masing. Oleh karena itu perlu dibuatkan alternatif

1

(63)

2

untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu cara adalah dengan membuat jembatan di atas jalan yang ada atau yang biasa disebut dengan jalan layang (fly over). Selain itu juga adanya bangunan, membuat terputusnya jalur lalu lintas sehingga peranan jalan layang disini sangat kuat demi memudahkan transportasi kita, sehingga kita dapat beraktifitas dengan nyaman dan lancar.

Dalam proses perencanaan suatu proyek jalan layang, metoda konstruksi memegang peranan yang cukup penting. Oleh karena itu perlu direncanakan terlebih dahulu metoda konstruksi apa yang akan dipakai untuk melaksanakan suatu proyek. Metoda ini nantinya akan disesuaikan dengan proyek itu sendiri, karena setiap metoda konstruksi dapat memberikan karakteristik pekerjaan yang berbeda-beda. Penentuan daripada metoda yang akan dipakai dalam suatu proyek tidaklah gampang mengingat banyak faktor dan variabel pengaruh yang perlu dipertimbangkan. Selain itu metoda konstruksi yang berbeda-beda memberikan pengaruh terhadap durasi kerja dan estimasi biaya yang diperlukan.

Jalan layang mempunyai peranan yang cukup kuat dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu penting bagi orang sipil untuk merencanakan (desain) jalan layang dan juga metoda konstruksi yang akan digunakan untuk pembuatan jalan layang tersebut. Dalam hal ini kontraktor perlu mengkaji dan memilih metoda konstruksi yang tepat untuk pelaksanaan proyek jalan layang. Sehingga jalan layang yang tercipta akan kuat memikul beban yang dipikulnya, serta memberi kenyamanan sendiri bagi penggunanya. Dalam artinan disini adalah jalan layang tersebut harus kuat terhadap beban yang dipikul, cuaca, maupun kondisi alam yang sekarang ini tidak menentu; aman dilalui; dan juga memperhatikan segi estetikanya.

(64)

3

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah melakukan kajian metoda konstruksi jalan layang, khususnya pada pekerjaan gelagar (girder) jalan layang beton pratekan.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Sesuai dengan tujuan penulisan Tugas Akhir, maka ruang lingkup pembahasan adalah :

1. Jembatan yang dimaksud adalah jalan layang (fly over) yang lokasinya terletak di Jalan Raya Cimindi Kotamadya Bandung, Propinsi Jawa Barat. Namun perlu dijelaskan bahwa jalan layang ini bukanlah jalan layang yang sekarang terdapat di lokasi tersebut, melainkan jalan layang yang didesain ulang dengan bentuk yang berbeda namun memiliki panjang lintasan yang hampir sama pada lokasi tersebut.

2. Perencanaan (desain) jalan layang Cimindi Bandung diasumsikan berdasarkan kelas jalan dan Standar Jembatan Indonesia yang ada.

3. Gelagar yang digunakan adalah gelagar beton pratekan pracetak.

4. Metoda konstruksi yang dibahas ditekankan pada asumsi pelaksanaan pekerjaan gelagar beton pratekan saja. Metoda konstruksi yang meliputi asumsi waktu dan biaya dalam Tugas Akhir ini tidak dibahas.

5. Metoda (pelaksanaan) konstruksi ini meliputi fabrikasi segmen gelagar beton pratekan di pabrik, pengangkutan segmen gelagar dari pabrik ke lokasi proyek, penggabungan segmen menjadi gelagar, dan pemasangan gelagar ke posisi jalan layang.

(65)

4

1.4 Metodologi Pembahasan

Metodologi yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini adalah :

1. Permasalahan dan tujuan penulisan sebagaimana dijelaskan pada bab 1. 2. Studi Pustaka, meliputi bacaan dan dokumen-dokumen yang relevan

dengan topik Tugas Akhir ini. Studi Pustaka ini mencakup tentang bangunan dan proyek konstruksi; jalan layang; dan metoda konstruksi, yang dibahas pada Bab 2.

3. Perencanaan (desain) jalan layang, dalam hal ini penulis melakukan survei 1 yang mencakup tentang geometrik proyek dan kebutuhan pengguna, sehingga didapatkan data-data mengenai kondisi lokasi proyek, serta kebutuhan pengguna jalan, yang akan digunakan untuk menunjang perencanaan jalan layang. Pembahasan mengenai asumsi (desain) jalan layang dituangkan pada Bab 2, dan hasil (desain) jalan layang tersebut ada pada Bab 3.

4. Perencanaan metoda konstruksi, setelah didapat rencana (desain) jalan layang, maka dilakukan survei 2 dimana survei ini mencakup tentang dokumen kontrak, kondisi lingkungan, material dan teknologi (peralatan), serta ketersediaan tenaga kerja, sehingga dari survei ini penulis dapat merencanakan metoda konstruksi yang akan dipakai.

5. Pemilihan metoda konstruksi pada pemasangan gelagar beton pratekan pracetak segmental ini dibatasi pada pemasangan gelagar secara simultan dalam dua arah. Hal tersebut akan dibahas pada Bab 4

6. Sebagai penutup adalah Bab 5 yang berisi kesimpulan dan saran.

(66)

5

Skema diagram alir metodologi pembahasan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut

PERENCANAAN JALAN LAYANG STUDI PUSTAKA : • Bangunan dan Proyek Konstruksi

• Jalan Layang

• Metoda Konstruksi

PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENULISAN :

Mengkaji Metoda Konstruksi, khususnya pada pekerjaan gelagar jalan layang

PERENCANAAN METODA KONSTRUKSI SURVEI 1

RENCANA JALAN LAYANG

METODA KONSTRUKSI

Gambar 1.1 Skema Diagram Alir Metodologi Pembahasan Tugas Akhir

(67)

6

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : Bab 1, PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan, metodologi pembahasan, dan sistematika pembahasan.

Bab 2, TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang bangunan dan proyek konstruksi, jalan layang, dan metoda konstruksi. Pada bab ini juga dibahas mengenai teori-teori mengenai fabrikasi segmen gelagar beton pratekan di pabrik, pengangkutan segmen gelagar dari pabrik ke lokasi proyek, penggabungan segmen menjadi gelagar, dan pemasangan gelagar ke posisi jalan layang.

Bab3, DATA TEKNIS DAN DESAIN JALAN LAYANG PROYEK FLY OVER CIMINDI, BANDUNG

Bab ini membas tentang data teknis proyek serta kondisi lingkungan proyek, struktur organisasi, dan desain jalan layang Cimindi Bandung.

Bab 4, PEMBAHASAN METODA (PELAKSANAAN) KONSTRUKSI Bab ini membahas tentang metoda konstruksi gelagar beton pratekan proyek jalan layang Cimindi, Bandung.

Bab 5, KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menyajikan kesimpulan dan saran atas laporan Tugas Akhir yang dibuat.

(68)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dalam mendesain suatu jalan layang diperlukan data-data berupa kelas jalan yang akan dipakai, kebutuhan pengguna, volume dan beban lalu lintas di lokasi proyek.

2. Metoda konstruksi merupakan salah satu hasil proses desain yang secara tidak langsung mempengaruhi biaya dan waktu pelaksanaan proyek.

120

(69)

121

3. Penggunaan beton pratekan pracetak pada jalan akan memberikan

keuntungan dari segi kekuatan beton dan segi waktu pelaksanaan di lokasi

kerja, sehingga tidak menggagu pekerjaan lainnya.

4. Gelagar pracetak dapat mengurangi pemakaian bekisting dan mengurangi

tenaga kerja di lapangan

5. Pemasangan gelagar dalam dua arah dapat mempercepat pelaksanaan

proyek → aktifitas penduduk tidak lagi terganggu, dan aman bagi kereta

api

6. Masalah yang timbul dalam konstruksi jalan layang yang menggunakan

gelagar beton pratekan pracetak adalah pengangkutan gelagar tersebut dari

pabrik ke lokasi proyek. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka gelagar

beton pratekan pracetak dibuat per segmen, sehingga memudahkan

pengangkutan.

7. Selama pengangkutan dari pabrik ke lokasi proyek, gelagar beton pratekan

harus ditumpu pada tempat-tempat yang sudah ditentukan, tetap pada

posisi tegak, terhindar dari sentuhan-sentuhan yang berbahaya.

8. Proses stressing segmen gelagar dilakukan di stressing bed yang

sebelumnya sudah diberikan bantalan beton untuk menghindari kontak

langsung dengan tanah.

9. Pemasangan gelagar dalam dua arah memberikan keuntungan dan

kekurangan. Keuntungannya adalah pelaksanaan proyek dapat dipercepat

karena memakai 4 buah crawler crane. Sedangkan kekurangannya terdapat

biaya penyewaan crawler crane yang cukup mahal. Hal tersebut akan

mempengaruhi biaya proyek.

(70)

122

5.2 Saran

1. Untuk jalan layang dengan bentang pendek sebaiknya pengecoran gelagar

ddilakukan di tempat (cast in situ) atau dibuat gelagar pratekan monolit. 2. Sebaiknya ditinjau pula pemasangan dari satu arah atau dari 4 arah

3. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada malam hari agar tidak menggagu

aktifitas penduduk di sekitar proyek, mengingat proyek berada di kawasan

ramai penduduk.

4. Pemasangan gelagar pada posisinya harus hati-hati. Crane yang

mengangkut gelagar harus bergerak bersamaan, untuk menghindari

gelagar miring pada saat diangkut ke posisinya.

(71)

123

DAFTAR PUSTAKA

1. Chudley, R. (1996), Construction Technology, Second Edition, Longman, Singapore.

2. Direktorat Jendral Bina Marga. (1990), Sistem Manajemen Jembatan, Direktorat Bina Program Jalan, Jakarta.

3. Direktorat Jendral Bina Marga. (1992), Standar Perencanaan Geometrik

Untuk Jalan perkotaan, Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Jakarta.

4. Direktorat Jendral Bina Marga. (1995), Pedoman Pembangunan

Prasarana Sederhana Tambatan Perahu di Perdesaan, Direktorat

Pembinaan Jalan Kota, Jakarta.

5. Haryanti, Diani L. (2002), Pengendalian Mutu Pabrikasi dan

Pemasangan Gelagar Beton Pracetak, Universitas Pakuan, Bogor.

6. Kodan, Nihon D. (1976), National Expressway Practices in Japan, The Japan Highway Public Coorporation, Japan.

7. Murdock, L. J. & Brook, K. M. (1986), Bahan dan Praktek Beton, Edisi

Keempat, Erlangga, Jakarta

8. Raju, Krishna N. (1986), Beton Pratekan ”Prestressed Concrete”, Erlangga, Jakarta

9. Soekirno, Purnomo, Dr. (2000), Pengantar Metode Konstruksi

(Pelaksanaan) Jembatan, UII, Yogyakarta.

10.Soekirno, Purnomo, Dr & Syadaruddin S. (2005), Diktat Kuliah

Jembatan, ITB, Bandung

11.Soekirno, Purnomo, Dr & Syadaruddin S. (2005), Diktat Kuliah

Manajemen (Proyek) Konstruksi Bangunan Laut, ITB, Bandung.

12.Supriyadi, Bambang, Dr & Muntohar, Agus S. (2000), Jembatan, Edisi pertama, Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait