• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Jeruk Siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Jeruk Siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERKEBUNAN

JERUK SIAM DI DESA SEKAAN, KECAMATAN

KINTAMANI SELATAN, KABUPATEN BANGLI

SKRIPSI

Oleh

I DEWA PUTU GEDE ANOM MAHA ADHI CITA

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERKEBUNAN

JERUK SIAM DI DESA SEKAAN KECAMATAN

KINTAMANI SELATAN KABUPATEN BANGLI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

Oleh

I DEWA PUTU GEDE ANOM MAHA ADHI CITA

NIM. 1205315066

KONSENTRASI PENGEMBANGAN BISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya bersedia dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam aturan yang berlaku apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau mengandung tindakan plagiarism.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Denpasar, 5 April 2016 Yang menyatakan,

(4)

iii ABSTRACT

I Putu Gede Anom Maha Adhi Cita. Registration 1205315066. The Feasibility of Tangerine Plantation in Sekaan Village, South of Kintamani district, Bangli Regency. Supervised by: Ir. I Dewa Gede Raka Sarjana, MMA, and Drs. I Ketut Rantau, Msi

The role of agriculture in national economic development is a driving force of economic growth via agro-industry, provider and developer of the market for the products and services of non-agricultural sectors, capital accumulation and qualified workforce and conserve natural resources for sustainable development (Kasryno, 2000) One agricultural commodities important and strategic position is orange, data from the Department of P3 (agriculture, horticulture and forestry) Bangli Regency in 2014 is known, that the total population of the orange crop in Bangli Regency amounted to 4,084,168 trees. One of the citrus farm in the province of Bali, located in the village of swabs, south Kintamani district, Bangli Regency

Collecting data in this study was conducted from November 2015 through January 2016, and is discussed in the descriptive study of quantitative and qualitative. This study discusses the financial feasibility, and constraints faced in running the plantation for ten years. In the financial feasibility aspects discussed are net present value, net benefit / cost ratio, internal rate of return, payback period and sensitivity analysis are discussed in the descriptive quantitative. While to know the internal constraints which include technical aspects, management, marketing, and external constraints that include environmental aspects and legal aspects or laws that are discussed in qualitative descriptive.

These results indicate the value of the payback period for 13 periods of the production cycle or 6.5 years, the value of the net present value of Rp 10,140,153,940.00 net value of the benefit / cost ratio of 4.89 Value sensitivity analysis of changes in the value of revenues fell by 10%, operating costs rose by 10% and the cost of investment rose by 10% to note that citrus plantation in rural districts swabs South Kintamani Bangli district deserves to be continued. Constraints - the constraints faced by plantation tangerine is a constraint internal technical aspects such as pests and diseases, internal constraints management aspects of the financial report that is not being done by farmers, internal constraints marketing aspects farmers can not market their oranges directly to consumers, constraints external aspects environment the large number of farmers in Bangli district who cultivate citrus plants, limiting the number pesaimh be many, obstacles or legal esktern legal aspects have not been incorporated in the form of peasant farmer groups so hard to do the distribution of aid subsidies by the government.

(5)

iv ABSTRAK

I Putu Gede Anom Maha Adhi Cita. NIM. 1205315066. Kelayakan Usaha Perkebunan Jeruk Siam di Desa Sekaan Kecamatan Kintamani Selatan Kabupaten Bangli. Dibimbing oleh: Ir. Dewa Gede Raka Sarjana, MMA, dan Drs. I Ketut Rantau, M.Si

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi melalui agroindustri, penyedia dan pengembang pasar bagi produk dan jasa dari sektor non pertanian, memupuk modal dan tenaga kerja berkualitas dan melestarikan sumber daya alam untuk pembangunan berkelanjutan (Kasryno, 2000). Salah satu komoditi pertanian yang menempati posisi penting dan strategis adalah jeruk. Data Dinas P3 (Pertanian,Perkebunan, dan Perhutanan) Kabupaten Bangli tahun 2014 diketahui, bahwa total populasi tanaman jeruk di Kabupaten Bangli adalah sebesar 4.084.168 pohon. Salah satu pertanian jeruk siam di Provinsi Bali, terdapat di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dari bulan November 2015 sampai Januari 2016 dan penelitian ini dibahas secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini membahas mengenai kelayakan finansial, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan usahatani jeruk siam selama 10 tahun. Dalam kelayakan finansial aspek yang dibahas yaitu net present value, net benefit/cost ratio, internal rate of return, payback period dan analisis sensitivitas yang dibahas secara deskriptif kuantitatif. Untuk mengetahui kendala yang meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek lingkungan, dan aspek legal atau hukum yang dibahas secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukan nilai payback period selama 13 periode siklus produksi atau 6,5 tahun, nilai net present value sebesar Rp10.140.153.940, 00 nilai net benefit/cost ratio sebesar 4,89. Nilai analisis sensitivitas dari perkiraan perubahan nilai penerimaan turun sebesar 10%, biaya operasional naik sebesar 10% dan biaya investasi naik sebesar 10% dapat diketahui bahwa usahatani jeruk siam di desa Sekaan Kecamatan Kintamani Selatan kabupaten Bangli layak untuk diteruskan. Kendala-kendala yang dihadapi usahatani jeruk siam adalah kendala aspek teknis berupa serangan hama dan penyakit, kendala aspek manajemen berupa laporan keuangan yang tidak di lakukan oleh petani, kendala aspek pemasaran petani tidak bisa memasarkan hasil jeruk langsung ke konsumen, kendala aspek lingkungan Kondisi cuaca di Desa Sekaan yang kadang-kadang sulit diprediksi yang membuat petani kesulitan dalam menjaga kualitas jeruk siam yang dihasilkan, kendala aspek legal atau hukum berupa petani belum tergabung dalam kelompok tani sehingga sulit dilakukan pendistribusian bantuan subsidi oleh pemerintah ke petani.

(6)

v

RINGKASAN

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi melalui agroindustri, penyedia dan pengembang pasar bagi produk dan jasa dari sektor non pertanian, memupuk modal dan tenaga kerja berkualitas dan melestarikan sumber daya alam untuk pembangunan berkelanjutan (Kasryno, 2000). Di Kabupaten Bangli jeruk merupakan salah satu varietas unggulan sektor pertanian. Jenis jeruk yang dibudidayakan di Kintamani adalah jeruk siam (Citrus nobilis Tan), keprok tejakula (Citrus reticulate), dan jeruk besar. Produksi jeruk di Kintamani dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, meskipun dalam segi luas panen masih mengalami fluktuasi (Litbang, 2004). Tanaman jeruk yang paling diminati pembeli adalah jeruk siam. Prospek pengembangan buah jeruk siam di Bali khususnya di Kintamani sangat bagus karena pangsa pasar terbuka lebar. Dari data Dinas P3 (Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan) Kabupaten Bangli tahun 2014 diketahui, total populasi tanaman jeruk di Kabupaten Bangli adalah sebesar 4.084.168 pohon. Salah satu pertanian jeruk siam di Provinsi Bali yaitu di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dari bulan November 2015 sampai Januari 2016 dan penelitian ini dibahas secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini membahas mengenai kelayakan finansial, dan kendala–kendala yang dihadapi dalam menjalankan usahatani jeruk siam. Dalam kelayakan finansial aspek yang dibahas yaitu net present value, net benefit/cost ratio, internal rate of return, payback period dan analisis sensitivitas yang dibahas secara deskriptif kuantitatif. Sedangkan untuk mengetahui kendala-kendala yang meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek lingkungan, dan aspek legal atau hukum yang dibahas secara deskriptif kualitatif.

(7)

vi

netbenefit/cost ratio dan nilai gross benefit/cost ratio lebih besar dari > 1, nilai internal rate of return sebesar sebesar 25% yang berarti usahatani jeruk siam di desa Sekaan kecamatan Kintamani Selatan kabupaten Bangli menghasilkan tingkat keuntungan sebesar 25% atau 13% lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di bank yakni sebesar 12%. Nilai analisis sensitivitas dari perubahan nilai penerimaan turun sebesar 10%, biaya operasional naik sebesar 10% dan biaya investasi naik sebesar 10% menunjukkan bahwa usahatani jeruk siam di desa Sekaan kecamatan Kintamani Selatan kabupaten Bangli yang dijalankan selama dua puluh siklus produksi atau sepuluh tahun masih layak untuk diteruskan. Kendala-kendala yang sering dihadapi dalam usahatani jeruk siam adalah kendala aspek teknis berupa serangan hama dan penyakit, kendala aspek manajemen berupa laporan keuangan yang tidak di lakukan oleh petani, kendala aspek pemasaran petani tidak bisa memasarkan hasil jeruk langsung ke konsumen, kendala aspek lingkungan kondisi cuaca di Desa Sekaan yang kadang-kadang sulit diprediksi membuat petani kesulitan dalam menjaga kualitas jeruk siam yang dihasilkan, kendala aspek legal atau hukum berupa petani belum tergabung dalam kelompok tani sehingga sulit dilakukan pendistribusian bantuan subsidi oleh pemerintah ke petani.

(8)

vii

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERKEBUNAN JERUK

SIAM DI DESA SEKAAN KECAMATAN KINTAMANI

SELATAN KABUPATEN BANGLI

I Dewa Putu Gede Anom Maha Adhi Cita

NIM. 1205315066

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Dewa Gede Raka Sarjana, MMA Drs. I Ketut Rantau, M.Si NIP. 19561231 198603 1 108 NIP. 19561130 198103 1 001

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Udayana

Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, MS. NIP. 19630515 1988 1 001

(9)

viii

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PERKEBUNAN JERUK

SIAM DI DESA SEKAAN KECAMATAN KINTAMANI

SELATAN KABUPATEN BANGLI

Dipersiapkan dan diajukan oleh

I Dewa Putu Gede Anom Maha Adhi Cita

NIM. 1205315066

telah diuji dan dinilai oleh Tim Penguji

pada tanggal 30 Mei 2016

Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

No.: 100/UN14.1.23/DL/2016

Tanggal : 24 Mei 2016

Tim Penguji Skripsi adalah:

Ketua: I Dewa Ayu Sri Yudhari, S.P.,M.Si

Anggota:

1. Dr. Ir. Ratna Komala Dewi, MP.

2. Ni Luh Prima Kemala Dewi, S.P.,M.Agb.

3. Ir. I Dewa Gede Raka Sarjana, MMA

(10)

ix

RIWAYAT HIDUP

I Dewa Putu Gede Anom Maha Adhi Cita lahir di

Br. Tegeh, 13 juli 1994. Penulis merupakan anak pertama

dari dua bersaudara dari pasangan I Dewa Nyoman Murcita

dan Ni Putu Anom Utami.

Pendidikan dasar ditempuh di Taman Kanak–kanak

Giri Putra Angsri 1999 yang kemudian di lanjutkan di Sekolah Dasar Negeri No 2

Angsri pada tahun 2000-2006. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah

Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Baturiti, pada tahun 2006-2009. Setelah penulis

menyelesaikan tingkat pendidikan SMP, penulis malanjutkan Sekolah Menengah

Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kediri pada tahun 2009-2012. Selanjutnya, peneliti

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Negeri di Jurusan Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Udayana melalui jalur PMDK Gelombang

Pertama pada tahun 2012. Selama masa kuliah, peneliti pernah mengikuti kegiatan

kepanitiaan di Fakultas dan Jurusan. Salah satunya yaitu sebagai anggota sie

keamanan dalam kegiatan Gelar Ekpresi Mahasiswa Agribisnis pada tahun 2013.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha

Esa, akhirnya skripsi yang berjudul “Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan

Jeruk Siam di Desa Sekaan Kecamatan Kintamani Selatan Kabupaten Bangli”

dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. I Nyoman Rai, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Udayana.

2. Dr. Ir. I Dewa Putu Oka Suardi, M.Si, selaku Ketua Program

StudiAgribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

3. Ir. I Dewa Gede Raka Sarjana, MMA sebagai pembimbing I yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran memberikan semangat, dorongan, dan

bimbingan penuh kasih selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Ucapan yang sama juga penulis ucapkan kepada Drs. I Ketut Rantau, M.Si

pembimbing II yang penuh kesabaran memberikan semangat, dorongan,

dan bimbingan penuh kasih sayang kepada penulis.

5. Prof.Dr.Ir. I Made Narka Tenaya,MS selaku Pembimbing Akademik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian dan seluruh staf Fakultas Pertanian yang

telah memberikan segala fasilitas kepada penulis.

7. I Putu Kariana, SH selaku kepala desa Sekaan dan Staff pegawai yang juga

turut membantu proses penelitian ini.

8. Orang tua, Ajik (I Dewa Nyoman Murcita, Spd), ibu (Ni Putu Anom

Utami), adik (Desak Made Harum Maha Prabani) yang telah mendukung

baik moral maupun material yang sangat besar, agar dapat menyelesaikan

perkuliahan dan skripsi ini dalm rangka mendapatkan gelar Sarjana

Pertanian.

9. Orang-orang terdekat yang tercinta Heny Suandani, Artha Sudawa Wijaya,

Yande Sekaan D nada Id, Dangu jhonbovi, Teguh Paramarta, Bayu

Udayana (Udank), Rizki Dwi Saputra, Komang Sugiartha, Angga

Dipartha, Nova Supratman, Adi Marta, dan teman-teman Agribisnis

(12)

xi

Terimakasih atas bantuannya, dan keluarga besar KKN Batuagung

Jembrana Periode X, Terimaksih atas segala semangatnya, kerja keras,

keceriaan, dan segala motivasi yang telah diberikan.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu dan memberikan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun

penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang

memerlukannya. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Denpasar, 5 april 2016

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii

ABSTRACT ... iii

ABSTRAK ... iv

RINGKASAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

(14)

xiii

4.5 keadaan Pertanian dan Perekonomian Desa ... 37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

3.1 Variabel, Indikator, Parameter, dan Pengukuran Variabel di Desam

Sekaan, Kematan Kintamani Selatan ... 22 4.1 Data Luas Wilayah di Desa Sekaan Tahun 2015 ... 31

4.2 Jumlah Penduduk Desa Sekaan Menurut Kelompok Umur Tahun 2015 32

4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Sekaan

Tahun 2015 ... 32

5.1 Luas Garapan Petani Jeruk Siam di Desa Sekaan

Tahun 2015 ... 33

5.2 Golongan Usia Petani Petani Jeruk Siam di Desa Sekaan

Tahun 2015 ... 41

5.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Petani

Jeruk Siam di Desa Sekaan ... 42

5.4 Jenjang Pendidikan Formal Petani Jeruk Siam di

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Usahatani Jeruk Siam di Desa Sekaan

Kecamatan Kintamani Selatan Kabupaten Bangli ... 18

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer Lampiran Halaman

I. Profil Responden ... 55

II. Rincian Biaya Investasi Usaha Perkebunan Jeruk Siam ... 57

III. Biaya Investasi Usaha Perkebunan Jeruk Siam Tahun ke Nol Sampai Tahun Kesepuluh ... 67 1V. Biaya Operasional Usaha Perkebunan Jeruk Siam Tahun ke Nol

Sampai Tahun Kesepuluh ... 73 V. Penerimaan Total Usaha Perkebunan Siam Tahun ke Nol sampai

Tahun Ketujuh ... 95

VI. Hasil Analisis Regresi untuk Estimasi Data Produksi Tahun

2016 s.d 2018 ... 111 VII. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Jeruk Siam di

Desa Sekaan ... 113

VIII. Analisis Sensivitas dari Penurunan Penerimaan Sebesar 10% ... 115

IX. Analisis Sensivitas dari Kenaikan Biaya Operasional

Sebesar 10% ... 117

X. Analisis Sensivitas dari Kenaikan Biaya Investasi

Sebesar 10% ... 118

X1 Kuisioner Penelitian untuk Petani Jeruk Siam di Desa Sekaan .. 120

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara pertanian (agraris) dimana mayoritas

penduduknya berprofesi sebagai petani dan sektor pertanian memegang peranan

penting dalam perekonomian nasional. Peranan sektor pertanian dalam

pembangunan ekonomi nasional sangatlah penting yaitu sebagai motor penggerak

pertumbuhan ekonomi melalui agroindustri, penyedia dan pengembang pasar bagi

produk dan jasa dari sektor non pertanian, memupuk modal dan tenaga kerja

berkualitas dan melestarikan sumber daya alam untuk pembangunan berkelanjutan

(Kasryno, 2000)

Derasnya buah-buahan impor yang masuk ke Indonesia akhir-akhir ini

cukup memperihatinkan, sebab selain merupakan saingan buah-buahan asli

Indonesia, juga akan banyak menyedot devisa negara. Diperkirakan impor

buah-buahan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, mengingat bahwa konsumsi

buah-buahan Indonesia masih relatif rendah, sehingga tingkat pendapatan mereka

cenderung meningkat. Meningkatnya minat dari konsumen akan buah jeruk baik

dari dalam negeri maupun luar negeri merupakan suatu peluang yang harus

dimanfaatkan (Litbang, 2004).

Produktivitas perkebunan jeruk nasional cukup tinggi, yaitu berkiras 17-25

ton/ha dari potensi 25-40 ton per ha. Pada tahun 2004, impor buah jeruk segar

mencapai 94.696 ton sedangkan expornya sebesar 1.261 ton (Litbang, 2004).

Walaupun data impor buah jeruk segar dan olahan cenderung terus meningkat,

dan sebagian besar produksi dalam negeri terserap oleh pasar domestik. Jeruk

(19)

2

pasaran dunia maupun di dalam Negeri. Karena mempunyai nilai ekonomis tinggi,

maka permerintah tidak hanya mengarahkan pengelolaan jeruk bagi petani kecil

saja, tetapi juga mengorientasiakan kepada pola pengembangan industri jeruk

yang komprehensif. Prospek yang lebih cerah ke arah agribisnis jeruk semakin

nyata dengan memperhatikan berbagai potensi tanaman buah-buahan meliputi

jutaan hektar hingga mempunyai peluang yang cukup besar untuk membuka

perkebunan dengan skala besar dengan memperhatikan kesesuaian potensi produk

jika pengelolaan perkebunan jeruk di lakukan secara intensitif untuk mengarah ke

agribisnis, dan potensi pasar di perkirakan permintaan terhadap buah jeruk akan

semakin meningkat dengan memperhitungkan peningkatan pendapatan,

pertambahan jumlah penduduk dan elastisitas pendapatan terhadap penerimaan.

Tanaman jeruk di Bali termasuk salah satu komoditas buah unggulan

diantara mangga, salak, dan semangka. Dalam kurun waktu lima tahun

(2009-2013), produksi jeruk mengalami fluktuasi. Fluktuasi produksi jeruk di Bali dapat

di lihat pada Tabel. 1.1

Tabel 1.1

Jumlah Produksi Mangga, Jeruk, Salak, dan Semangka di Provinsi Bali Tahun 2009 s.d. 2013

Komoditas Total Produksi (Ton)

2009 2010 2011 2012 2013

Mangga 59.868 28.924 39.551 40.372 36.643

Jeruk 161.488 97.523 99.155 129.669 141.014

Salak 46.213 40.676 31.897 34.061 32.195

Semangka 15.823 17.929 10.301 9.621 21.328

Sumber: BPS Provinsi Bali Tahun, 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat di di ketahui bahwa produksi jeruk tertinggi

pada tahun 2009 yaitu sebesar 161,488 ton pertahun. Pada tahun 2009 ke tahun

(20)

3

2010 ke 2011 mengalami kenaikan sebesar 1,592 ton per tahun. Pada Tahun 2012

ke tahun 2013 produksi jeruk mengalami kenaikan pesat yaitu mencapai 11,345

ton pertahun.

Di Kabupaten Bangli jeruk merupakan salah satu varietas unggulan sektor

pertanian. Jenis jeruk yang dibudidayakan di Kintamani adalah jeruk siam (Citrus

nobilis Tan), keprok tejakula (Citrus reticulate), dan jeruk besar. Tanaman jeruk

yang paling diminati pembeli adalah jeruk siam. Prospek pengembangan buah

jeruk siam di Bali khususnya di Kintamani sangat bagus karena pangsa pasar

terbuka lebar. Data Dinas P3 (Pertanian,Perkebunan dan Perhutanan) Kabupaten

Bangli tahun 2014 diketahui, bahwa total populasi tanaman jeruk di Kabupaten

Bangli adalah sebesar 4.084.168 pohon. Populasi terbesar tanaman jeruk tersebut

(84,41%) berada di Kecamatan Kintamani. Produksi jeruk di Kecamatan

Kintamani tersebar di 48 desa, kecuali Desa Songan A, Songan B dan Desa

Blandingan. Menurut UPTD P3 Kecamatan Bangli (2013), di Desa Sekaan

terdapat 93.929 pohon jeruk siam dan menghasilkan jeruk 4.200 ton per tahun dan

produksi jeruk siam dari tahun ketahun selalu berfluktuasi. Jumlah produksi jeruk

siam yang berfluktuasi ini disebabkan oleh berbagai masalah. Menurut Daniel

(2004) masalah yang sering muncul di dalam usahatani yaitu permasalahan harga

yang tidak stabil, kesempatan kerja, kualitas sumber daya manusia, persediaan

lahan yang semakin sempit, kebutuhan pangan yang tidak terpenuhi, tingkat

pengangguran yang semakin tinggi dan masalah sosial tentang kepemilikan lahan.

Hernanto (1996) mengungkapkan permasalahan tersebut muncul karena petani

kecil umumnya melakukan usahataninya di daerah yang jauh dari pusat penduduk

(21)

4

baik itu keluar dari usahatani maupun beralih ke petani besar, adanya pergeseran

dari petani menjadi buruh tani atau peralih ke pekerjaan lain, dan makin

sempitnya skala usahatani. Terjadinya fluktuasi produksi jeruk ini menunjukan

atau diduga kelayakan berkebunan jeruk sangat rendah maka penelitian mengenai

kelayakan finansial usaha perkebunan jeruk siam ini perlu dilakukan untuk

mengetahui kelayakan dan kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk siam

dalam menjalankan usaha perkebunan di Desa Sekaan. Penelitian usaha

perkebunan jeruk siam ini daharapkan dapat mengetahui seberapa layak usaha

jeruk siam yang sudah dijalankan dan mengetahui bagaimana kondisi beserta

kendala–kendala yang dihadapi petani dalam menjalankan usaha perkebunan

jeruk siam di Desa Sekaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimanakah kelayakan finansial usaha perkebunan jeruk siam di Desa

Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli?

2. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk siam di Desa

Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui:

1. Kelayakan finansial usaha perkebunan jeruk siam di Desa Sekaan,

(22)

5

2. Kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk siam di Desa Sekaan,

Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dari analisis kelayakan finansial usaha perkebunan jeruk

siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli dapat

memberikan manfaat bagi beberapa pihak.

1. Petani

Membantu petani jeruk siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani

Selatan, Kabupaten Bangli dalam pengambilan keputusan bisnis.

2. Pemerintah

Membantu pemerintah dalam pengambilan langkah keputusan atau

kebijakan pada sektor pertanian.

3. Peneliti

Menambah kajian pustaka dalam dunia pendidikan khususnya bagi peneliti

yang akan melakukan penelitian sejenis dan menambah wawasan peneliti.

1.5 Ruang lingkup

Ruang lingkup dari penelitian yang dilakukan mencangkup kelayakan

finansial dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan usaha

perkebunan jeruk siam selama 10 tahun di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani

Selatan, Kabupaten Bangli. Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini

meliputi net present value, net benefit/cost ratio, internal rate of return,payback

period dan sensitivitas yang dibahas secara deskriptif kuantitatif untuk

mengetahui seberapa layak usahatani jeruk siam. Kendala-kendala usahatani jeruk

(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Jeruk Siam

Jeruk siam merupakan bagian kecil dari sekian banyak spesies jeruk yang

sudah dikenal dan dibudidayakan secara luas. Jeruk siam merupakan anggota dari

kelompok jeruk keprok yang memiliki nama ilmiah Citrus nobilis. Memiliki nama

jeruk siam karena jeruk ini berasal dari Siam (Thailand). Di Thailand, jeruk siam

diberi nama Som Kin Wan. Sampai saat ini, belum ada data resmi mengenai kapan

dan di mana jeruk siam pertama kali di datangkan di Indonesia. Akan tetapi, ada

daerah yang mempunyai catatan yang cukup tentang kisah awal masuknya jeruk siam

di wilayahnya, seperti di Kalimantan Barat.

Jeruk siam di Indonesia mempunyai banyak jenis tergantung dari daerah

asalnya seperti: jeruk siam Pontianak, siam Simadu, siam Garut, siam Palembang,

siam Jati Barang dan lain-lain. Dari berbagai nama tersebut, jeruk siam Pontianak dan

siam Simadu merupakan jenis jeruk siam yang paling dikenal.

Macam-macam jeruk siam tersebut tidak jauh berbeda satu dengan lainnya.

Perbedaannya biasanya dalam hal warna kulit, keharuman dan rasa yang sedikit

berbeda. Perbedaan ini biasanya timbul karena berbeda daerah penanamannya.

Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor alam yang

berbeda sehingga berpengaruh terhadap karakteristik buahnya.

Pada umumnya batang pohon jeruk siam yang dibudidayakan secara

komersial mempunyai tinggi antara 2.5 s.d 3.0 m. Pohon tersebut biasanya berasal

(24)

7

okulasi, tingginya ditentukan oleh jenis batang bawah yang digunakan. Jeruk siam

yang menggunakan batang bawah JC (Japanese citroen) biasanya memiliki tinggi

sekitar 272.5 cm, lingkaran batang 16.8 cm, dan lebar tajuk sekitar 197.5 cm.

Sedangkan tanaman jeruk siam yang menggunakan RL (Rough lemon) biasanya

memiliki tinggi sekitar 267.5 lingkar batang 31.9 cm, dan lebar tajuk 217.5 cm.

Kebanyakan varietas jeruk siam memiliki bentuk dan ukuran daun yang bisa

di bedakan dari jenis jeruk lainnya. Bentuk daunnya oval dan berukuran sedikit lebih

besar dari jeruk keprok Garut. Ukuran daunnya sekitar 7.5 cm x 3.9 cm dan memiliki

sayap daun kecil yang berukuran 0.8 x 0.2 cm. Ujung daunnya agak terbelah,

sedangkan bagian pangkalnya meruncing. Urat daunnya menyebar sekitar 0,1 cm dari

tepi daun. Antara batang dengan daun dihubungkan oleh tangkai daun dengan

panjang sekitar 1.3 cm. Tanaman jeruk siam biasanya berbunga sekitar bulan

September s.d Nopember. Bentuk dan warna bunganya cukup menarik. Ukuran

bunga kecil dan mungil dengan warna putih segar. Bentuk buahnya bulat dengan

ukuran idealnya sekitar 5.5 cm x 5.9 cm.

Jeruk siam memiliki ciri khas yang tidak dimiliki jeruk keprok lainnya karena

mempunyai kulit yang tipis sekitar 2 mm, permukaannya halus dan licin, mengkilap

serta kulit menempel lebih lekat dengan dagingnya. Dasar buahnya berleher pendek

dengan puncak berlekuk. Tangkai buahnya pendek, dengan panjang sekitar 3 cm dan

berdiameter 2.6 mm. Biji buahnya berbentuk ovoid, warnanya putih kekuningan

dengan ukuran sekitar 20 biji. Daging buahnya lunak dengan rasa manis dan harum.

(25)

8

rata-rata menghasilkan sekitar 7.3 kg buah. Panen biasanya dapat dilakukan pada

bulan Mei – Agustus (Deptan 1994).

Untuk pertumbuhan yang baik, jeruk siam memerlukan iklim dan kondisi

lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Jeruk siam dapat tumbuh dengan

baik di dataran rendah pada ketinggian kurang dari 700 m dpl (di atas permukaan

laut) sesuai dengan daerah asalnya di Muangthai. Ketinggian tempat penanaman

berpengaruh jelas terhadap rasa. Penanaman di atas 900 dpl menyebabkan rasa buah

jeruk siam menjadi sedikit asam (Deptan 1994).

Jeruk siam merupakan jenis jeruk yang paling banyak dibudidayakan di

indonesia. Dominasi pertanaman jeruk siam adalah sekitar 85% dari seluruh

pertanaman jeruk yang ada di indonesia, diikuti oleh jeruk keprok sebesar 8%, jeruk

pamelo 55% dan jenis jeruk lainnya sebesar 3% . Produksi jeruk siam Indonesia

merupakan yang ke 3 terbesar di dunis setelah China dan Spanyol, sedang jeruk

pamelo adalah urutan nomor 9 di dunia. Menurut Departemen Pertanian (2002)

secara sistematis klasifikasi jeruk siam adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rutales

Family : Rutaceae

Genus : Citrus

(26)

9

2.1.1 Syarat tumbuh tanaman jeruk siam

Tanaman jeruk siam dapat tumbuh pada ketinggian tempat sampai 1400 meter

diatas permukaan laut. Ketinggian tempat tersebut sangat mempengaruhi kualitas

serta rasa buah. Daerah penanaman jeruk siam sebaiknya menerima penyinaran

matahari antara 50 s.d 60 % dengan perbedaan suhu siang dan malam lebih dari 10

%. Keadaan udara yang lembab akan lebih banyak menimbulkan serangan hama

terutama kutu perisai dan kutu penghisap lainnya (TPPS, 1999 ).

Iklim yang sesuai untuk penanaman jeruk siam adalah iklim tipe B dan C

berdasarkan penggolongan Smith dan Ferguson. Iklim tipe B memiliki 7-9 bulan

basah dan 2 s.d 3 bulan kering, sedangkan tipe C memiliki 5 s.d 6 bulan basah dan 2

s.d 4 bulan kering. Idealnya pada iklim ini curah hujan berkisar 1500 mm/tahun, serta

penyebarannya merata sepanjang tahun (Joesoef, 1993).

Tanaman jeruk mengkehendaki tanah yang gembur, subur dengan keadaan air

tanah yang dangkal tapi tidak tergenang. Dengan demikian penanaman tanaman jeruk

pada lahan yang miring akan lebih baik dibanding tanah yang datar. Tanah yang

bersifat porous adalah kurang baik (Barus, 1992). Sentra jeruk di Indonesia tersebar

di Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula

(Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan

(SumateraUtara). Karena adanya serangan virus CVPD (Citrus Vein Phloen

Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi dan

diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi

(27)

10

2.1.

2 Karakteristik jeruk dan penyebarannya

Indonesia merupakan negara tropis di mana berbagai jenis jeruk banyak

dijumpai dan dibudidayakan mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Bahkan

beberapa jenis jeruk tersebut telah menjadi unggulan daerah maupun nasional seperti

jeruk manis Pacitan dari daerah Pacitan, Jawa Timur, jeruk manis Waturejo dari Jawa

Tengah, keprok Soe dari Nusa Tenggara Timur, Keprok Batu 55 dari Batu, Jawa

Timur. Siam Madu, Keprok Maga, dan Beras Sitepu dari Medan, Sumatra Utara,

Siam Pontianak dari Kalimantan Barat dan Pamelo Nambangan, Sri Nyonya, serta

Magetan dari Magetan, JawaTimur (Martasari dan Mulyanto, 2008). Jeruk yang

dikenal sebagai jeruk siam ini memiliki ciri antara lain buahnya berwarna hijau

kekuningan, mengkilat, dan permukaannya halus. Ketebalan kulitnya sekitar 2 mm.

Berat tiap buah sekitar 75.6gr. Bagian ujung buah berlekuk dangkal. Daging buahnya

bertekstur lunak dan mengandung banyak air dengan rasa manis yang segar. Setiap

buah mengandung sekitar 20 biji.

Daging Buah Jeruk merupakan sumber vitamin C yang sangat baik. Jus jeruk

mengandung asam askorbat 20 s.d 60 mg per 100 ml. Vitamin lain yang tak kalah

penting adalah vitamin A, tiamin, niasin, riboflavin, asam pantotenat, biotin, asam

folat, inositol, dan tokoferol. Kandungan vitamin A berkisar antara 250-420 IU,

tiamin 70-120 μg, asam folat 1.2 μg, dan inositol 135 mg setiap 100ml jus (BB Pasca

panen, 2009). Jeruk dan kerabatnya termasuk ke dalam famili Rutaceae yang meliputi

banyak genera, terdiri dari 7 sub famyli dan 130 genus (Roy dan Goldschmidt, 1996).

(28)

11

Sub famili tersebut masih dibagi dalam beberapa rumpun dan anak rumpun. dasarnya,

jeruk dapat dikelompokkan menjadi menjadi 3 berdasarkan manfaatnya, yaitu:

1. Primitif, yang belum dimanfaatkan.

2. Kerabat dekat jeruk yang sebagian telah dimanfaatkan.

3. Jeruk yang sebenarnya, yaitu yang telah dimanfaatkan dan dibubidayakan.

2.1

.3 Populasi (jarak tanam jeruk)

Jarak tanam merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan

dalam budidaya tanaman. Jarak tanaman adalah pengaturan pertumbuhan dalam

satuan luas. Jarak tanam atau kerapatan tanaman merupakan bagian dari teknik

bercocok tanam yang perlu diperhatikan secara serius agar pemanfaatan sumber daya

lahan dapat digunakan secara maksimal. Selain itu untuk mendapatkan hasil yang

maksimal yang dapat meningkatkan perekonomian.

Pada sistem bercocok tanam, apa bila kerapatan tanaman (jumlah populasi)

melebihi batas optimum, maka akan terjadi hambatan pertumbuhan tanaman akibat

persaingan dengan tanaman lain. Semakin dekat jarak makin hebat pula

persaingannya (Aryawijaya dalam Candrakirana; 1993).

2.1.4 Pola tanam

Pola tanam adalah urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun (Purba,

2008) yang secara umum dapat dibedakan menjadi pola tanam monokultur

(monocropping) dan polikultur (multiple cropping). Pola tanam digunakan sebagai

(29)

12

Dalam pola tanam dilakukan pengelolaan lahan sempit dengan pendekatan pertanian

terpadu, ramah lingkungan dan menganggap semua hasil tanaman merupakan produk

utama untuk mengoptimalkan pendapatan dalam sebuah usahatani. (Andoko, 2008)

2.2 Konsep Kelayakan Finansial

Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang

bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam

perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang

diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari

semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian

secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa

yang menerima hasil proyek tersebut (Kadariah, 1999).

Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja

dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi

perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variable harga yang dipakai adalah harga

bayangan ( shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variable harga yang

digunakan adalah data harga riil yang terjadi di masyarakat

(Soekartawi, 1995).

1. Net present value

Merupakan pengukuran berapa nilai yang dihasilkan saat ini seandainya

menanamkan sebuah investasi. NPV juga merupakan perbedaan di antara nilai pasar

investasi dan biaya yang dikeluarkan. Discounted cash flow valuation adalah proses

penilaian investasi melalui tingkat diskonto cash flow pada masa datang, untuk

(30)

13

Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilakukan, sebaliknya jika negatif maka

investasi ditolak atau tidak layak. Menurut Sofyan (2002), NPV adalah nilai netto

sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan

besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan

proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV > 0, jika tidak maka proyek

itu akan mengalami kerugian. Rumus yang digunakan dalam perhitungan net present

value yaitu

Kriteria untuk menerima dan menolak rencana investasi dengan metode NPV

adalah sebagai berikut:

a. Apabila NPV > 0, maka usahatani jeruk siam layak dilaksanakan.

b. Apabila NPV < 0, maka usahatani jeruk siam tidak layak dilakukan.

c. Apabila NPV = 0, kemungkinan usahatani jeruk siam akan diterima dan

ditolak, terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan atau tidak.

2. Net benefit/cost ratio

Merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih terhadap total

(31)

14

setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih. Semua aliran biaya dan manfaat

selama umur ekonomis, diukur dengan nilai uang sekarang, artinya dilakukan

discount nilai dikemudian hari dengan suatu discount factor. Benefit Cost Ratio atau

B/C ratio disebut juga dengan istilah “profitability index”. Selama B/C ratio ≥ 1 maka

usulan proyek dapat diterima, tetapi apabila sebaliknya maka usulan proyek tersebut

harus ditolak (Cahyosatrio, 2014). Rumus yang digunakan dalam perhitungan net

benefit/cost ratio adalah sebagai berikut:

Untuk Bt – Ct > 0

Untuk Bt – Ct < 0

Dimana:

Net B/C : Rasio benefit cost Net Bt-Ct : Dalam nilai mutlak

n : Umur ekonomis

t : 0 sampai n tahun

Penilaian kelayakan finansial berdasarkannet benefit/cost ratio, yaitu:

a) Net B/C Ratio > 1, maka usahatani jeruk siam layak dilaksanakan.

b) Net B/C Ratio < 1, maka usahatani jeruk siam layak atau tidak dapat

dilakukan.

c) Net B/C Ratio = 1, maka usahatani jeruk siam impas antara biaya dan

manfaat sehingga terserah kepada pengambil keputusan untuk dilaksanakan

atau tidak.

(32)

15

Merupakan tingkat diskonto yang menyebabkan NPV investasi sama dengan

nol. IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dari

suatu usaha, sepanjang setiap benefit bersih diperoleh secara otomatis ditanamkan

kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan

diberi bunga selama sisa umur usaha. Sebuah investasi layak jika nilai IRR melebihi

tingkat return yang dipersyaratkan. IRR dapat menggambarkan besarnya suku bunga

tingkat pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Dalam kriteria investasi IRR

harus lebih besar dari OCC atau opportunity cost of capital agar rencana atau usulan

investasi dapat layak dilaksanakan (Sofyan 2002: 178). Rumus yang digunakan untuk

IRR adalah sebagai berikut:

NPV1 = Jumlah nilai NPV yang bertanda positif.

NPV2 = Jumlah nilai NPV yang betanda negatif.

i1 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda positif.

i2 = Tingkat bunga pada NPV yang bertanda negatif

2. Payback period

Merupakan waktu yang dibutuhkan atas suatu investasi yang menghasilkan

cash flow yang dapat menutupi biaya investasi yang telah dikeluarkan. Teknik ini

digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam usaha itu

akan kembali jika alternatif aliran kas (CF) yang didapat dari usaha yang diusulkan

itu akan kembali, maka alternatrif usulan usaha yang memberikan masa yang

(33)

16

perhitungan nilai kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih

merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan

catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri) Rumus yang digunakan

dalam perhitungan payback period adalah sebagai berikut.

PP =initial investmentcash in flow atau PP = t + bc

Keterangan:

t = Tahun ke-t dimana cash in flow belum menutupi investasi awal. b = Nilai net cash flow kumulatif saat tahun ke-1

c = Nilai net cash flow saat tahun ke-(t+1)

3. Analisis sensitivitas

Merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan

parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam

menghasilkan keuntungan,dengan melakukan analisis sentivitas maka akibat yang

mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisifikasi

sebelumnya (Departemen Agribisnis IPB, 2015). Alasan dilakukannya analisis

sensitivitas adalah untukmengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:

a. Memperbaiki cara pelaksanan proyek yang sedang berlangsung, sehingga

dapat meningkatkan nilai net present value.

b. Mengurangi resiko kerugian dengan melakukan beberapa tindakan

pencegahan yang mesti diambil.

(34)

17

d. Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya investasii,

biaya bahan-baku, produksi, dan sebagainya.

e. Penurunan produktivitas siklus produksi.

f. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek / siklus produksi.

Setelah melakukan analisis sensitivitas dapat diketahui seberapa jauh dampak

perubahan terhadap suatu siklus produksi yang dilakukan, sekaligus untuk

mengetahui pada tingkat mana proyek masih layak untuk dilaksanakan.

2.3 Kerangka Teoritis

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting

(Sugiyono, 2008). Kerangka berfikir menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diteliti.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial dan

kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani

Selatan, Kabupaten Bangli. Kelayakan finansial dilakukan dengan menghitung nilai

Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost Ratio, Internal Rate of Return (IRR),

Payback period dan Analisis Sensitivitas yang dibahas secara deskriptif kuantitatif.

Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi petani jeruk siam dibahas secara deskriptif

kualitatif. Setelah hasil analisis dan kendala-kendala diketahui, maka dibuat

kesimpulan yang akan direkomendasikan kepada petani jeruk siam. Secara rinci

(35)

18

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Usahatani Jeruk Siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani Selatan, Kabupaten Bangli

Petani Jeruk Siam

Usaha Perkebunan Jeruk Siam

Rekomendasi Analisis Kelayakan Usahatani:

1. Net Present Value (NPV) 2. Net Benefit/Cost Ratio 3. Internal Rate of Return (IRR) 4. Payback Period

5. Analisis Sensitivitas

Analisis deskriptif

Kesimpulan

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Usahatani Jeruk Siam di Desa Sekaan, Kecamatan Kintamani

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa apabila biaya pengusahaan naik sebesar 50%, usaha tersebut masih layak untuk diusahakan sebab nilai IRR yang dihasilkan pada presentase kenaikan

Analisis sensitivitas pada agribisnis perkebunan kopi arabika di PTPN XII Kebun Blawan menunjukkan bahwa perubahan penurunan harga kopi, kenaikan biaya produksi

Analisis sensitivitas dilakukan pada alternatif yang paling layak apabila terjadi perubahan pada tiga variabel dan kondisi, yaitu pada saat biaya konstruksi naik

Analisis sensitivitas dilakukan pada alternatif yang paling layak apabila terjadi perubahan pada tiga variabel dan kondisi, yaitu pada saat biaya konstruksi naik

Analisis sensitivitas digunakan untuk mengganalisis kelayakan usaha perkebunan serta pengolahan karet jika terdapat perubahan dalam biaya atau penerimaan. Perubahan

a) Berdasarkan hasil analisis sensitivitas terhadap perubahan naiknya biaya investasi, biaya operasional, biaya bahan baku dan penurunan terhadap harga jual dan

Hasil penelitian penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh adalah sebesar 1,09 Dengan rasio sebesar 1,09 menunjukkan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan pada usaha keripik pisang di Desa Pondok Batu Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu sebesar Rp 18.648.000/tahun dengan biaya