vi
ABSTRAK
Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian Belajardan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP JoannesBosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa. Tindakan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi, angket, dan dokumentasi. Angket diberikan kepada siswa pada akhir tindakan siklus untuk mengetahui sejauh mana kemandirian siswa dalam belajar. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi secara langsung selama proses pembelajaran, hasil angket kemandirian belajar setiap akhir siklus, hasil tes evaluasi siswa setiap akhir siklus, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan cara efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Peningkatan kemandirian belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil angket kemandirian belajar siswa yaitu peningkatan hasil masing-masing aspek kemandirian belajar siswa seperti: (1) Motivasi mengalami peningkatan dari 55,89% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,93% dengan criteria baik pada siklus II, (2) Inisiatif mengalami peningkatan dari 56,79% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,57% dengan criteria baik pada siklus II, (3) Disiplin mengalami peningkatan dari 55,71% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,89% dengan criteria baik pada siklus II, (4) Percaya diri mengalami peningkatan dari 55,8% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 81,47% dengan criteria baik pada siklus II, (5) Tanggungjawab mengalami peningkatan dari 59,97% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,21% dengan criteria baik pada siklus II. Hasil observasi siklus I sebesar 63,64% pada pertemuan 1 dan 72,73% pada pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 86,36% pada pertemuan 1 dan 90,91% pada pertemuan 2. Selain itu ditunjukkan pula rata-rata hasil tes evaluasi siswa mengalami peningkatan sebesar 17,5 dari 66,43 pada UTS semsester II menjadi 83,93 pada siklus II.
ABSTRACT
Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. The Use of Cooperative Learning Model in Mathematics using Numbered Heads Together Type to Increase the Independenct Learning and Student Learning on the Triangle Material for Class VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta 2012/2013. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research was designed to increase the independentlearning of the students of grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta in mathematics using a cooperative learning approach by Numbered Heads Together type.
This was a Classroom Action Research (CAR), conducted in collaborative and participative setting. The subjects of this research were 28 students of Grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta. The action in this research was done in two cycles. Each cycle consisted of two meetings. The research instrumentconsisted oftwo sheets of observation, questions form, and documentation. The question form was given to students at the end of the action cycle to know how far the students useindependentstudy.Research data were obtained from results of observation directly during the learning process. Those were student independent learning question form at the end of each cycle, evaluation testat the end of the cycles, anddocumentation.
The research results showed that cooperative approach of the numbered heads together type is an effective path to increase the Independent learning of students.The improvement of independent learning of student was shown by an increase in student independence learning question form containing the following aspects: (1) motivation has increased from 55,89% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 78,93% with ‘good’ criterion in the second cycle, (2) Initiative has increased from 56,79% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 78,57% with
‘good’criterion in the second cycle, (3) Disciplin has increased from 55,71% with
‘sufficient’criterion at first test to 80,89% with ‘good’ criterion in the second cycle, (4) Self-confidence has increased from 55,8% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 81,47% with ‘good’ criterion in the second cycle, (5) Responsibility has increased from 59,97% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 80,21% with ‘good’ criterion in the second cycle. The results of the first observation cycle at first meeting was 63,64% and the second meeting was 72,73%, while the second cycle of meeting was 86,36% to and 90,91% of second meeting. An increase was also seen in the average value of test evaluation results of students that increased 10,18 from 73,75 in the first cycle to 83,93 on the second cycle.
i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR
DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII LOVE SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2012/2013
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh :
VALENTINA VIVIAN OKTAVIKA
NIM : 081414049
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
‘ Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah
bersandar kepada pengertianmu sendiri,
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu
(Amsal 3: 5,6)
Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akam
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu
dibukakan.
(Lukas 11:7,8)
Karyaku yang masih belum sempurna ini
Aku persembahkan untuk :
Mama, bapak dan adikku
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Desember 2014
Penulis
vi
ABSTRAK
Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian Belajardan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP JoannesBosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa. Tindakan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi, angket, dan dokumentasi. Angket diberikan kepada siswa pada akhir tindakan siklus untuk mengetahui sejauh mana kemandirian siswa dalam belajar. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi secara langsung selama proses pembelajaran, hasil angket kemandirian belajar setiap akhir siklus, hasil tes evaluasi siswa setiap akhir siklus, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan cara efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Peningkatan kemandirian belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil angket kemandirian belajar siswa yaitu peningkatan hasil masing-masing aspek kemandirian belajar siswa seperti: (1) Motivasi mengalami peningkatan dari 55,89% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,93% dengan criteria baik pada siklus II, (2) Inisiatif mengalami peningkatan dari 56,79% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,57% dengan criteria baik pada siklus II, (3) Disiplin mengalami peningkatan dari 55,71% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,89% dengan criteria baik pada siklus II, (4) Percaya diri mengalami peningkatan dari 55,8% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 81,47% dengan criteria baik pada siklus II, (5) Tanggungjawab mengalami peningkatan dari 59,97% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,21% dengan criteria baik pada siklus II. Hasil observasi siklus I sebesar 63,64% pada pertemuan 1 dan 72,73% pada pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 86,36% pada pertemuan 1 dan 90,91% pada pertemuan 2. Selain itu ditunjukkan pula rata-rata hasil tes evaluasi siswa mengalami peningkatan sebesar 17,5 dari 66,43 pada UTS semsester II menjadi 83,93 pada siklus II.
vii
ABSTRACT
Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. The Use of Cooperative Learning Model in Mathematics using Numbered Heads Together Type to Increase the Independenct Learning and Student Learning on the Triangle Material for Class VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta 2012/2013. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research was designed to increase the independentlearning of the students of grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta in mathematics using a cooperative learning approach by Numbered Heads Together type.
This was a Classroom Action Research (CAR), conducted in collaborative and participative setting. The subjects of this research were 28 students of Grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta. The action in this research was done in two cycles. Each cycle consisted of two meetings. The research instrumentconsisted oftwo sheets of observation, questions form, and documentation. The question form was given to students at the end of the action cycle to know how far the students useindependentstudy.Research data were obtained from results of observation directly during the learning process. Those were student independent learning question form at the end of each cycle, evaluation testat the end of the cycles, anddocumentation.
The research results showed that cooperative approach of the numbered heads together type is an effective path to increase the Independent learning of students.The improvement of independent learning of student was shown by an increase in student independence learning question form containing the following aspects: (1) motivation has increased from 55,89% with „sufficient‟ criterion on the first test to 78,93% with „good‟ criterion in the second cycle, (2) Initiative has increased from 56,79% with „sufficient‟ criterion on the first test to 78,57% with „good‟criterion in the second cycle, (3) Disciplin has increased from 55,71% with „sufficient‟criterion at first test to 80,89% with „good‟ criterion in the second cycle, (4) Self-confidence has increased from 55,8% with „sufficient‟ criterion on the first test to 81,47% with „good‟ criterion in the second cycle, (5) Responsibility has increased from 59,97% with „sufficient‟ criterion on the first test to 80,21% with „good‟ criterion in the second cycle. The results of the first observation cycle at first meeting was 63,64% and the second meeting was 72,73%, while the second cycle of meeting was 86,36% to and 90,91% of second meeting. An increase was also seen in the average value of test evaluation results of students that increased 10,18 from 73,75 in the first cycle to 83,93 on the second cycle.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
DUPLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Valentina Vivian Oktavika
No. Mahasiawa : 081414049
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
‘PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII LOVE SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2012/2013’
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalitas kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Padatanggal : 19 Desember 2014
Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapa di surga yang telah melimpahkan kasih
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian
Belajar dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP
Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.
Selama penulisan skripsi ini ada berbagai kesenangan, kesusahan, dan
tantangan yang penulis hadapi. Namun karena kuasa dan campur tangan Tuhan
Yesus sendiri yang senantiasa menaungi penulis dan keterlibatan pihak-pihak
yang membantu semua hal itu dapat teratasi.
Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Matematika.
2. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan dengan penuh sabar membimbing
penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd dan Bapak Beni Utomo, M. Sc
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis
untuk menyempurnakan skripsi ini.
4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat JPMIPA, atas segala
x
5. Ibu Ag. Nuranisah, S.Ag, selaku kepala sekolah SMP Joannes Bosco
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
6. Bapak Ibnu selaku guru matematika di SMP Joannes Bosco
Yogyakarta, yang telah membantu penulis selama melakukan
penelitian.
7. Siswa-siswi kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang
telah membantu selama pelaksanaan penelitian.
8. Mama, Bapak dan Adikku Brama yang telah setia memberikan
semangat, doa, dan dorongan selama kuliah hingga terselesaikannya
skripsi ini.
9. Pacarku Catur terimakasih atas dukungan, semangat, suka dan duka
yang telah kita lewati bersama.
10.Teman-teman seperjuangan P. Mat 08 terima kasih buat kerjasamanya.
Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu masih perlu penyempurnaan dari teman sekalian.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT...vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Penjelasan Istilah ... 7
xii
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Tinjauan Pembelajaran Matematika ... 9
1. Pengertian Matematika ... 9
2. Pengertian Pembelajaran ... 11
3. Pembelajaran Matematika ... 12
B. Pendekatan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ... 14
1. Pendekatan Kooperatif ... 14
2. Tinjauan Tentang Tipe Numbered Heads Together ... 18
C. Kemandirian Belajar ... 19
1. Pengertian Kemandirian ... 19
2. Pengertian Kemandirian Belajar ... 20
D. Penelitian Tindakan Kelas... 24
E. Kerangka Berfikir... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Pendekatan Penelitian ... 30
B. Subjek Penelitian ... 31
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31
D. Desain Penelitian ... 32
E. Instrumen Penelitian... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ... 39
G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 40
1. Validitas Instrumen ... 41
xiii
H. Teknik Analisis Data ... 43
I. Indikator Keberhasilan ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Pelaksanaan Tes Uji Coba ... 48
B. Hasil Tes Angket Awal...50
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian ... 51
1. Kegiatan Siklus I ... 52
2. Kegiatan Siklus II ... 71
D. Pembahasan ... 86
E. Keterbatasan Penelitian ... 91
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 94
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pendekatan NHT ... 37
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 38
Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 42
Tabel 4. Klasifikasi Persentase Skor Hasil Observasi ... 44
Tabel 5. Klasifikasi Hasil Persentase Skor Angket ... 45
Tabel 6. Penggolongan Nilai Rata-rata Kelas ... 46
Tabel 7. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket ... 48
Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ... 51
Tabel 9. Materi Dalam LKS 1-4 ... 54
Tabel 10. Keterlaksaan Observasi Pembelajaran Siklus I ... 67
Tabel 11. Hasil Aspek Kemandirian Siklus I ... 68
Tabel 12. Keterlaksaan Observasi Pembelajaran Siklus II ... 83
Tabel 13. Hasil Aspek Kemandirian Siklus II ... 84
Tabel 14. Presentase Peningkatan Kemandirian Belajar... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Konsep Matematika (De Lange) ... 11
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 32
Gambar 3. Peneliti Menfasilitasi Jalannya Diskusi... 60
Gambar 4. Siswa Sedang Mempresentasikan Jawaban ... 64
Gambar 5. Siswa Sedang Berdiskusi ... 76
Gambar 6. Grafik Pembelajaran Berdasar Observasi Siklus I dan II ... 87
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Halaman
Lampiran A.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran... ... 1
Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa... .... 18
Lampiran A.3 Tugas Mandiri... ... 30
Lampiran A.4 Lembar Observasi... ... 34
Lampiran A.5 Angket Motivasi... .... 36
LAMPIRAN B Lampiran B.1 Soal Tes Siklus I... .... 38
Lampiran B.2 Soal Tes Siklus II... .... 42
Lampiran B.3 Kunci Semua Soal Tes... .... 44
LAMPIRAN C Lampiran C.1 Validitas Angket Motivasi... .... 47
Lampiran C.2 Reliabilitas Angket Tanggapan Siswa... .... 58
LAMPIRAN D Lampiran D.1 Hasil Observasi... .... 61
Lampiran D.2 Hasil Angket Motivasi Siklus I... ... 69
Lampiran D.3 Hasil Angket Motivasi Siklus II... .... 71
xvii
LAMPIRAN E
Lampiran E.1 Jawaban Lembar Kerja Siswa... .... 74
Lampiran E.2 Jawaban Tes Siklus I... .... 89
Lampiran E.3 Jawaban Tes Siklus II... .... 97
Lampiran E.4 Dokumentasi Penelitian... .. 101
LAMPIRAN F Lampiran F.1 Surat Ijin Penelitian... .. 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di D.I Yogyakarta
adalah rendahnya prestasi dan kurangnya motivasi serta kemandirian siswa
untukbelajarmatematika. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pembelajaran
matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) yang ditunjukkan dengan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) dari tahun
ketahun hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan dengan mata
pelajaran lain.
Matematika sendiri merupakan objek kajian yang abstrak dan tidak
mudah untuk dipahami. Pada pembelajaran di sekolah, guru hendaknya
memilih dan menggunakanstrategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang
banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, hal ini diungkapkan oleh Erman
Suherman, dkk (2001:62). Tujuan dari pembelajaran matematika yaitu agar
siswa memiliki kemampuan : (1) memiliki konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritmasecara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah, (2)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya ditempatkan sebagai
subjek didik. Hal ini berarti siswa aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan
yang didapatkan, atau dengan kata lain siswa tidak bersifat pasif. Siswa tidak
hanya duduk mendengarkan pelajaran dari guru ataupun mencatat apa yang ada
di papan tulis, tetapi dengan bantuan guru siswa berusaha menemukan
pengetahuan sendiri. Dengan demikian keaktifan siswa sebagai subjek didik
adalah merencanakan dan yang melaksanakan sendiri belajar.
Agar matematika menjadi mata pelajaran yang bermakna bagi siswa,
maka pembelajaran matematika memerlukan pendekatan yang kontekstual,
sehingga siswa memiliki motivasi untuk dapat menguasai mata pelajaran
matematika dengan belajar secara mandiri. Menurut I Gusti Putu Suharta
(2008), bila siswa belajar matematika terpisah dari pengalaman sehari-hari
maka siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika. Oleh
sebab itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu metode pembelajaran
memahami suatu konsep matematika melalui hasil pemikiran mereka sendiri
sebagai proses kemandirian belajar siswa.
Untuk mewujudkan kemandirian belajar siswa, maka perlu dimulai
pada jenjang remaja, karena selama masa remaja, tuntutan terhadap
kemandirian sangat besar sehingga perlu diberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil
inisiatif, belajar mengambil keputusan dan belajar
mempertanggungjawabkannya. Ini sesuai dengan pernyataan Enung Fatimah
(2006 : 142) bahwa jenjang remaja merupakan kesempatan anak untuk
memulai tanggungjawab terhadap diri dan lingkungannya sebagai wujud
kemandirian belajar.
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) atau penomoran berfikir bersama dianggap mampu mengakomodasi
tuntutan tersebut. Pendekatan kooperatiftipe Numbered Heads Together (NHT)
adalah pendekatan yang titik tekan utamanya pada bagaimana siswa belajar
dengan bantuan orang lain (guru atau siswa yang lain). Implementasi dalam
pembelajarannya adalah bahwa pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila
siswa terlibat secara social dalam pembelajaran untuk mengembangkan segala
ide dan kemampuannya melalui kegiatan mencoba-coba (trial and error) serta
pengalaman, siswa belajar membangun makna dari apa yang dipelajari, dalam
hal ini siswa tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga
interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain (guru maupun
ini muncul ketika siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkan oleh siswa.
Berdasarkan observasi peneliti selama bulan Maret 2013 yang
dilaksanakan di kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai objek
yang diteliti tampak bahwa pembelajaran matematika di kelas tersebut masih
cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu guru merupakan
pengendali dan penanggungjawab dalam belajar siswa, guru merupakan pusat
belajar dan pembelajaran yang masih mendominasi proses pembelajaran adalah
metode ceramah serta menghafal, sehingga belum ada kebebasan siswa untuk
mengambil inisiatif sebagai pemenuhan dan pencapaian keberhasilan
belajarnya, kurangnya kemandirian belajar siswa dilihat dari kurangnya
partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru,
kurang aktifnya siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan cenderung
mengobrol dengan teman, belum terlibat kerja keras antar siswa untuk saling
bertanya kepada siswa lain atau kepada guru ketika mereka menemukan
kesulitan sehingga siswa terkesan hanya pasrah dan diam saja.
Peningkatan kemandirian belajar matematika sangat penting dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Salah satu cara adalah
dengan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads Together (NHT),
karena model ini dapat membantu siswa untuk membangun konsep dengan
kemampuan sendiri dengan dibantu oleh orang lain yang berkompeten, yaitu
untuk memahami materi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian
belajar siswa.
Penelitian Tindakan Kelas dipilih sebagai model untuk melakukan
penelitian ini karena guru sendiri merasa siswa masih kurang aktif dan belum
menemukan metode yang dirasa cocok untuk meningkatkan keaktifan siswa
kelas VII Love. Siswa juga merasa bahwa metode (ceramah) yang diterapkan
guru sangat membosankan. Peneliti kemudian menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas dengan model Numbered Heads Together untuk meningkatkan
kemandirian dan hasil belajar siswa kelas VII Love SMP JoannesBosco
Yogyakarta.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul
“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
(NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian
Belajardan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP
JoannesBosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat diidentifikasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar
matematika.
2. Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, sehingga tidak
3. Pembelajaran matematika di kelas VII Love SMP Joannes Bosco
Yogyakarta masih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional.
4. Belum adanya kebebasan siswa di kelas VII Love SMP Joannes Bosco
Yogyakarta dalam belajar untuk mengambil inisiatif sebagai pemenuhan
dan pencapaian keberhasilan belajarnya.
5. Kurangnya kemandirian belajar siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco
Yogyakarta.
C.Rumusan Masalah
Dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together(NHT) yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi segitiga
di kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta?”
D.Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together(NHT) yang
dapat meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar matematika siswa
E.Penjelasan Istilah
1. Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran matematika merupakan pembentukan lingkungan
belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun konsep-konsep atau
prinsip-prinsip matematika berdasarkan kemampuan sendiri melalui proses
internalisasi.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togheter
(NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada
interaksi antar siswa. Numbered Heads Together bertujuan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup
dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka.
3. Kemandirian Belajar Siswa
Kemandirian belajar adalah keadaan atau kondisi aktivitas belajar
siswa dengan kemampuan diri, dapat mengawasi pembelajarannya sendiri
serta dapat bertanggungjawab atas kebutuhan belajarnya demi tercapainya
tujuan belajar.
4. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa yang bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam
menentukan strategi belajar mengajar matematika di sekolah.
2. Bagi Siswa
a. Membantu dan mempermudah siswa-siswi kelas VII Love SMP Joannes
Bosco Yogyakarta dalam memahami suatu konsep matematika.
b. Sebagai sarana untuk mengembangkan kreatifitas, kemampuan berpikir,
serta kemampuan analisis siswa secara mandiri, sebab dalam model
model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT), peran guru
hanya sebagai fasilitator.
3. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dalam
bidang penelitian.
b. Memahami dan menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika
Istilah matematika, yang dalam bahasa Inggris “mathematics”
berasal dari bahasa Latin yaitu mathematica, yang pada mulanya diambil
dari bahasa Yunani, matematike, yang berarti “relating to learning”.
Perkataan tersebut memiliki akar kata mathema yang berarti pengetahuan
atau ilmu (knowledge, science). (Turmudi dkk,2001: 17-18). Sebagaimana
dikutip Turmudi, dkk (2001:18) matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan
satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi kedalam tiga
bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
Menurut Sukardjono (2001:1-3) matematika adalah cara atau
metode berfikir dan bernalar, dan matematika dapat digunakan untuk
memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada
kemungkinan benar. Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan
penemuan, dimana setiap hari ide-ide baru diketemukan. Beberapa definisi
dari matematika menurut Soedjadi (2000:11) adalah :
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
b. Matematika adalah pengetahuan tentang belajar dan kalkulasi
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik, dan
berhubungan dengan bilangan
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur logis
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
I Gusti Putu Suharta (2008) mengatakan bahwa pembelajaran
matematika di kelas seharusnya ditekankan pada keterkaitan antara
konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu
menekankan kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada
kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain yang sangat penting dilakukan.
De Lange dalam I Gusti Putu Suharta (2008) menggambarkan konsep
matematisasi yang sangat berhubungan dengan dunia nyata, di mana
pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual yang dialami siswa dalam
kehidupannya, sehingga memungkinkan siswa untuk menggunakan
pembelajaran sebelumnya secara langsung. Konsep matematisasi menurut
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah cara atau metode berfikir dan bernalar sebagai ide-ide,
struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis dan
sistematis sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak tentang fakta-fakta
kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
2. Pengertian Pembelajaran
Belajar sebagai proses aktif dalam memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Herman
Hudojo, 2001:12). Pembelajaran menurut Erman Suherman (2001:8) adalah
upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar proses belajar
bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses
pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja dirancang dan bersifat
rekayasa.
Dunia nyata
Matematisasi dalam aplikasi Matematisasi dan refleksi
[image:30.595.98.512.131.579.2]Abstraksi dan formulasi
Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar
dengan segala interaksi didalamnya. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa
dalam membangun makna atau pemahaman dan guru membantu siswa
belajar dengan pengolahan pembelajaran sehingga siswa mendapatkan
tujuan belajar yaitu suatu pengetahuan. Tanggungjawab belajar berada pada
diri siswa, tetapi guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang
mendorong prakarsa, motivasi dan tanggungjawab siswa untuk belajar
sepanjang hayat.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembelajaran
adalah proses pembangunan makna dan pemahaman oleh siswa. Proses
pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja dirancang dan bersifat rekayasa
dan guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang mendorong
prakarsa, motivasi dan tanggungjawab siswa dalam pembelajaran demi
tercapai tujuan belajar.
3. Pembelajaran Matematika
Proses pembelajaran matematika merupakan pembentukan
lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun
konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika berdasarkan kemampuan sendiri
melalui proses internalisasi sebagaimana pernyataan Nicson yang dikutip
Rusdy (2004:5).
Pembelajaran matematika, menurut Erman Suherman (2001: 254)
pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa tidak hanya belajar untuk
diajarkan guru, manghafalkan rumus-rumus dan menghafalkan
langkah-langkah yang diberikan, akan tetapi siswa belajar untuk melakukan atau
menjiwai (learning to do and learning to be) yaitu dengan membangun
makna dari apa yang dipelajari, siswa juga belajar bagaimana seharusnya
belajar (learning to learn), yaitu pemahaman matematika yang terbentuk
melalui asimilasi dan akomodasi yang bersifat pribadi dan diukur dari
masing-masing siswa, serta siswa juga belajar untuk bersosialisasi dengan
teman (learning to live together).
Menurut Soeparna (2002: 5) pembelajaran matematika tidak hanya
bertujuan agar siswa memahami materi-materi yang diberikan serta mampu
menyelesaikan soal-soalnya, dan memberi sumbangan besar terhadap
pengembangan berfikir logis, kritis, sistematis, selain itu juga mendukung
pembentukan watak disiplin anak didik. Matematika sebagai kegiatan
penelusuran pola dan hubungan menurut Marsigit (2001: 4) hendaklah
disampaikan dengan metode pembelajaran matematika yang: (1)
memberikan kesempatan siswa untuk melalui kegiatan penemuan dan
menyelidiki pola-pola untuk menentukan hubungan; (2) memberikan
kesempatan siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara; (3)
mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan,
perbandingan, pengelompokan dan sebagainya; (4) mendorong siswa untuk
menarik kesimpulan umum; (5) membantu siswa memahami dan
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran matematika adalah serangkaian proses pembangunan makna
dan pemahaman melibatkan siswa, yang proses pembelajarannya sengaja
dirancang oleh guru dalam usaha pencapaian perubahan-perubahan relative
konstan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan lain-lainnya
tentang matematika.
B.Pendekatan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together 1. Pendekatan Kooperatif
Ada beberapa macam tipe pembelajaran kooperatif, yaitu Student
Teams Acheivement Division (STAD), Jigsaw, Think Pair Share (TPS),
Grup Investigation (GI), Numbered Heads Together (NHT), dan Teams
Assited Individualizationatau Teams Accelerated Instruction (TAI).
1) Student Teams Achivement Division (STAD)
Pendekatan pembelajaran STAD yang dikembangkan oleh Robert
Slavin (dalam Arends 2007:13) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dalam pembelajaran ini terdiri dari tiga
tahap yaitu persiapan, tahap pembelajaran dan evaluasi. Pertama pada
tahap persiapan yaitu penentuan dan pembatasan materi yang akan
diberikan kemudian menetapkan siswa dalam kelompok. Penetapan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar berdasar pada prinsip kooperatif, yaitu
dengan cara: merangking siswa berdasarkan prestasi akademik didalam
kelas, menentukan jumlah kelompok dimana masing-masing kelompok
berdasarkan prinsip kooperatif, sehingga setiap kelompok heterogen dalam
kemampuannya.
Setelah itu menentukan nilai dasar, merupakan nilai rata-rata
siswa pada kuis yang lalu atau nilai akhir siswa secara individual pada
semester sebelumnya. Pada tahap pembelajaran guru mengawali dengan
menyampaikan informasi materi kepada siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus, dan guru mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok belajar, siswa di bawah bimbingan guru bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas, pada tahap akhir yaitu evaluasi mandiri dan
penghargaan kelompok setelah pelaksanaan pembelajaran siswa
mengerjakan tes hasil belajar yang digunakan sebagai nilai perkembangan
individu dan penentuan skor kelompok.
2) Jigsaw
Model pembelajaran Jigsaw termasuk pembelajaran kooperatif
dimana siswa ditempatkan ke dalam tim beranggotakan enam orang untuk
mempelajari materi akademik yang telah dipecah menjadi bagian-bagian
untuk tiap anggota. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu: (a)
setiap anggota tim terdiri dari 5-6 orang yang disebut kelompok asal (b)
kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli, (c) kelompok
ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai keahliannya, dan
(d) kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar
3) Think Pair Share
Menrut Suyatno (2009:54) jenis pembelajaran ini tergolong tipe
pembelajaran kooperatif dengan sintak: guru menyajikan materi klasikal,
memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan
cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok
(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa,
mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward. Secara singkat yaitu: (a)
thinking (berpikir) (b) pairing (berpasangan) dan (c) sharing (berbagi).
4) Grup Investigation (GI)
Group Investigation adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun
cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe pembelajaran ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group
process skills).
Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,
kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas
secara keseluruhan (Arends, 1997:120-121).
Para guru yang menggunakan metode GI (Group Investigation)
umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih
yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai
subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu
laporan di depan kelas secara keseluruhan.
5) Numbered Heads Together
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada interaksi
antar siswanya. Tipe pembelajaran ini dikembangkan oleh Kagan
(Ibrahim, 2008:28). Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk
pada konsep Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dalam mengecek
pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti
pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat
langkah sebagai berikut: (a) Penomoran (b) pengajuan pertanyaan (c)
berpikir bersama (d) pemberian jawaban.
6) Team Assisted Individualization (TAI)
TAI sama dengan STAD dalam penggunaan tim belajar empat
anggota berkemampuan campur dan sertifikat untuk tim berkinerja tinggi,
bedanya bila STAD menggunakan satu langkah pengajaran di kelas,
sedangkan TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan
pengajaran individual, langkah-langkah pembelajaran TAI yaitu: (a)
membuat kelompok heterogen dan memberikan bahan ajar berupa modul
kelompok secara individual, saling bertukar jawaban, saling berbagi
sehingga terjadi diskusi, (c) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes
formatif (Suyatno, 2009:57).
2. Tinjauan tentang Tipe Numbered Heads Together
Numbered Heads Together merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993)
yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka.
Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif menurut Kagan (1998, dalam
Arends 2008) adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1-Numbering
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggotakan tiga
sampai lima orang dan member nomor sehingga setiap siswa pada
masing-masing tim memiliki nomor antara satu sampai lima.
b. Langkah 2-Questioning
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa
bervariasi tergantung dari guru.
c. Langkah 3-Heads Together
Siswa dalam satu kelompok saling berdiskusi menyatukan
“kepalanya” untuk menemukan jawaban dan memastikan bahwa
semua siswa dalam satu kelompok tahu jawabannya sehingga dapat
d. Langkah 4-Answering
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing
kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangan dan
memberikan jawabannya.
Sedangkan langkah-langkah metode Numbered Heads Together
(Suyatno, 2009:53) adalah sebagai berikut:
a. Mengarahkan
b. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memilki nomor
tertentu.
c. Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama
tetapi untuk setiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa,
setiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)
kemudian bekerja kelompok.
d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang
sama sesuai dengan tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi
kelas.
e. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan setiap
siswa.
f. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.
C.Kemandirian Belajar Siswa 1. Pengertian Kemandirian
Menurut Kartini & Dali (1987) seperti dikutip oleh Zainun
merupakan hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Siswa
dikatakan mandiri apabila memiliki ciri-ciri menemukan identitas diri,
memiliki inisiatif, membuat pertimbangan dalam bertindak dan
bertanggungjawab atas tindakannya serta dapat mencukupi kebutuhan
sendiri. Sedangkan Constance Kamii (2000: 56) menyatakan bahwa mandiri
atau kemandirian berarti diperintah diri sendiri, dimana setiap pribadi berhak
membuat keputusan bagi diri sendiri tanpa bergantung oleh orang lain.
Jadi kemandirian adalah kecenderungan menggunakan kemampuan
diri sendiri untuk menyelesaikan masalah secara bebas dan penuh inisiatif.
Kemandirian tampak ketika siswa mampu menyelesaikan masalah dengan
memilih strategi yang dianggapnya baik dan cocok dengan dirinya sendiri,
serta berani menerima akibat dari pilihannya, berani menerapkan idenya
sendiri dan menyelesaikan masalah secara berbeda dengan temannya, serta
mempunyai motivasi yang kuat sehingga rasa percaya dirinya tinggi.
Walaupun demikian, siswa masih perlu dibimbing oleh guru dalam
menemukan strateginya.
2. Pengertian Kemandirian Belajar
Karnita (2006: 1) menyatakan kemandirian belajar dapat diartikan
sebagai keadaan atau kondisi aktivitas belajar dengan kemampuan sendiri,
tanpa bergantung kepada orang lain, selain konsisten dan bersemangat
belajar dimanapun dan kapanpun. Dalam dirinya sudah melembaga
jangka pendek yang berupa nilai dan prestasi. Kondisi demikian telah
menyadarkan mereka pada belajar sepanjang hayat (long life education).
Dari beberapa batasan perihal kemandirian yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka Shunzk & Zimmerman
dalam Utari Sumarmo (2004: 2-3) memberikan empat tahapan untuk
meningkatkan kemandirian, yaitu:
1) Merancang belajar. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini antara lain:
menganalisis tugas belajar, menetapkan tujuan belajar, merancang strategi
belajar.
2) Memantau kemajuan belajar selama menerapkan rancangan kegiatan yang
berlangsung. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini adalah
mengajukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai strategi yang
dilaksanakan apakah telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan
semakin meningkat atau sebaliknya.
3) Mengevaluasi hasil belajar secara lengkap. Kegiatan yang berlangsung
pada tahap ini adalah memeriksa jalannya strategi apakah yang telah
dilaksanakan dengan baik (evaluasi proses), memeriksa hasil belajar apa
yang telah tercapai (evaluasi produk), dan memeriksa kesesuaian strateri
yang dilaksanakan dengan jenis tugas yang dihadapi.
4) Refleksi. Pada dasarnya tahap ini berlangsung dalam tiap tahap yang telah
Menurut Guglielmino yang dikutip oleh Kristanti Ambar
Puspitasari (http://pk.ut.ac.id/ptjj/41kristanti), siswa yang mempunyai
kemandirian belajar memiliki ciri:
a. Mempunyai inisiatif dan persistensi dalam belajar
b. Menerima tanggungjawab terhadap belajarnya sendiri dan memandang
masalah sebagai tantangan bukan hambatan
c. Mempunyai disiplin dan rasa ingin tahu yang besar
d. Mempunyai keinginan kuat dalam belajar serta mempunyai rasa percaya
diri
e. Mampu mengorganisasi waktu, mengatur kecepatan belajar yang tepat
dan mengembangkan rencana untuk menyelesaikan tugas
f. Senang belajar dan mempunyai kecenderungan untuk memenuhi target
yang direncanakan.
Komponen-komponen yang menjadikan indikator perubahan dalam
penilaian kemandirian belajar siswa adalah:
a. Motivasi
Siswa diharapkan menunjukkan sikap positif, responsif, perhatian,
semangat tinggi dan lebih serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
pada saat belajar tidak lagi malas-malasan, tidak membuat gaduh dan
tenang.Adanya rasa tenang dan tanggung jawab yang tinggi dalam
b. Disiplin
Saat kegiatan balajar-mengajar, siswa tidak melamun, bercanda,
membuat kelas gaduh, berbicara sendiri diluar pembicaraan yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran, tidak asyik dengan kegiatan dan aktivitas
sendiri.Siswa lebih tertib dalam mengikuti pelajaran, lebih mempersiapkan
diri, tidak lagi keluyuran di dalam kelas dan siswa tidak lagi keluar masuk
kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
c. Inisiatif
Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat
dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab dengan
memberikan argumentasi tanpa menunggu ditunjuk guru. Frekuensi siswa
yang aktif, menjawab atau maju ke depan kelas atas inisiatif sendiri
bertambah.
d. Percaya diri
Siswa tidak lagi merasa takut, ragu-ragu atau malu-malu dalam
bertanya, menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat guru atau
siswa lain. Siswa yang cenderung diam dan takut salah dalam menjawab
pertanyaan ataupun bertanya mulai berani ambil bagian meski masih ada
yang salah. Siswa mulai dan lebih berani untuk tampil ke depan atau
presentasi tanpa menunggu permintaan atau ditunjuk guru.
e. Tanggungjawab
Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam
yang dikerjakan dikelas atau tugas untuk dikerjakan dirumah. Pada saat
kegiatan kelompok, siswa aktif mengerjakan tugas, saling bekerja sama,
terlibat diskusi, terlibat dalam memecahkan masalah, tidak ada yang santai
atau sekedar ikut-ikutan teman, siswa mengerjakan tugas-tugas dan PR
yang diberikan oleh guru.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian belajar adalah
keadaan atau kondisi aktivitas belajar siswa dengan kemampuan diri, dapat
mengawasi pembelajarannya sendiri serta dapat bertanggungjawab atas
kebutuhan belajarnya demi tercapainya tujuan belajar.
D.Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas merupakan kajian tentang situasi sosial
dengan maksud untuk meningkatkan kualitas keinginan yang ada di dalamnya.
Seluruh proses meliputi telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan dampak, menjalin hubungan yang diperlukan antara evaluasi
diri dan perkembangan professional (Elliot, 1991). Penelitina tindakan kelas
merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang yang terlibat dalam proses
tersebut dengan tujuan menginginkan terjadinya perubahan, peningkatan dan
perubahan pembelajaran yang lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal. Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, dan untuk memperbaiki kondisi dimana
Penelitian : menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati objek
dengan menggunakan cara dan aturan model tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi
peneliti.
Tindakan : menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
Kelas : dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi
dalam pengertian lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan
istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar mengajar berupa suatu tindakan yang segaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru yaitu dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa
(Suharsimi Arikunto, 2009).
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1. Melakukan tindakan perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan
2. Menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan
jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama
dengan melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya.
Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin.
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja.
3. SWOT sebagai dasar berpijak.
S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan),
O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). S dan W yang
ada dalam diri peneliti perlu diidentifikasi terlebih dahulu. O
dan T yang ada di luar guru, siswa/subjek yang dikenai
tindakan.
4. Upaya empiris dan sistematik.
5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan.
S-Specific : khusus
M-Managable : dapat dikelola, dilaksanakan
A-Acceptable : dapat diterima lingkungan
A-Achievable : dapat tercapai, terjangkau
R-Realistic : operasional, tidak di luar jangkauan
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
1. Situasional
Berkaitan langsung dengan permasalahan konkrit yang dihadapi
guru dan siswa.
2. Kontekstual
Upaya pemecahan (model dan prosedur tindakan) sesuai konteks
dimana proses pembelajaran berlangsung.
3. Kolaboratif
Partisipasi semua komponen yang terlibat dalam Penelitian
Tindakan Kelas (guru, siswa, asisten, teknisi, dsb)
4. Self-reflective dan Self-evaluative
Pelaku dan objek yang dikenai tindakan melalui refleksi dan
evaluasi diri terhadap hasil/kemajuan yang tercapai.
5. Fleksibel
Memberikan kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar
kaidah metodologi ilmiah.
Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas
1. Merupakan kegiatan nyata, hasil pemikiran yang dirancang guru
untuk meningkatkan mutu KBM.
2. Merupakan tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa.
3. Tindakan harus tampak nyata, berbeda dari biasanya.
4. Terjadi dalam siklus sebagai eksperimen berkesinambungan
5. Harus ada pedoman yang jelas secara tertulis, diberikan kepada
siswa agar dapat mengikuti tahap demi tahap.
6. Terlihat adanya siswa sesuai pedoman yang tertulis yang diberikan
oleh guru.
7. Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan.
8. Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan.
9. Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi,
melibatkan siswa yang dikenai tindakan.
10.Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya.
E.Kerangka Berfikir
Dalam proses pembelajaran matematika, siswa perlu diberi
kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide sehingga siswa aktif dalam
pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe
Numbered Heads Together diharapkan dapat membantu siswa untuk
membangun konsep dengan kemampuan sendiri dibantu oleh orang lain
yang berkompeten, yaitu bisa dengan guru atau teman, siswa juga dituntut
aktif untuk belajar dan membangun pemahaman baru tentang pengetahuan
baru dengan menghubungkan pengetahuan yang ada. Model pembelajaran
tipe Numbered Heads Together melibatkan teman sebaya dan guru berperan
untuk membantu anak mendapat pengetahuan lebih untuk memahami materi
sehingga mendorong motivasi dan tanggungjawab siswa terhadap
lebih meningkatkan ketrampilan siswa, sehingga diharapkan ketika siswa
sudah memahami dan mampu membangun konsep maka mampu
meningkatkan kemandirian belajar siswa. Diharapkan apabila motivasi
siswa semakin meningkat, maka inisiatif dan kedisiplinan siswa untuk
belajar matematika juga semakin tinggi. Siswa bukan lagi sebagai individu
yang pasif, namun menjadi siswa yang percaya diri untuk mengemukakan
pendapat dan ikut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa mempunyai
tanggung jawab terhadap pembelajaran.
Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together pada
pembelajaran matematika untuk siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco
Yogyakarta ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa.
Kelas VII SMP merupakan tataran menengah saat siswa mulai dihadapkan
pada pemecahan-pemecahan masalah yang mulai kompleks, oleh sebab itu
anak diharapkan mampu menganalisis masalah dan mencari penyelesaian
masalah dengan kemampuan yang dimilikinya maupun dengan bantuan
orang lain.
Dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together ini
siswa yang mengalami kesulitan belajar ataupun dalam memahami materi
pelajaran matematika yang diberikan, dapat mengatasi kesulitannya karena
pada awalnya, siswa akan diberi bantuan oleh orang lain yang berkompeten
sampai siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, yang akhirnya diduga
dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa karena siswa tersebut sudah
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian atau metode penelitian menurut Deddy Mulyana
(2002: 145) adalah proses, prinsip, prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah
suatu pendekatan umum untuk mengkaji suatu topik penelitian. W. Gulo
(2002: 14) dapat menyatakan bahwa pendekatan penelitian memiliki proses
ilmiah, yang bersifat empiris, terkendali, analisis, dan sistematis. Penelitian
dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki keingintahuan mengenai suatu
permasalahan.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif.Kolaboratif
artinya penelitian bekerjasama dengan guru yang bersangkutan.Partisipatif
artinya penelitian yang melibatkan siswa dan peneliti dibantu teman sejawat
yang mengetahui tentang pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran tipe Numbered Head Together terlibat secara langsung dalam
penelitian.Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran nyata
tentang kualitas pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe
Raka Joni dalam Soedarsono (2001: 2) menyatakan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang
dilakukan serta untuk memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek
pembelajaran tersebut dilakukan.
Dari uraian di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian tindakan kelas
secara kolaboratif dan partisipatif antara guru mata pelajaran matematika dan
peneliti, yaitu untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa
melalui model pembelajaran Numbered HeadsTogether.
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Love SMP
Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa. Kelas VII Love dipilih
karena setelah melakukan observasi diseluruh kelas VII, peneliti menemukan
masalah di kelas VII Love yaitu siswa yang kurang aktif dalam pelaksanaan
belajar mengajar dan siswa yang cenderung kurang mandiri dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh siswa.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Waktu
penelitian direncanakan selama bulan April – Mei 2013 pada semester II tahun
D. Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui serangkaian langkah
yang bersifat spiral (a spiral of steps), yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai
dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan sistematik
terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan (observation), dan
selanjutnya diulang kembali dengan perencanaan tindakan berikutnya (Tiaw,
[image:51.595.101.500.287.607.2]2004: 2). Model tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan :
1. Perencanaan
2. Tindakan dan observasi I
3. Refleksi
4. Rencana terevisi I/perencanaan tindakan II
5. Tindakan dan observasi II
1) Siklus I :
a. Perencanakan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini peneliti merancang tindakan
yang akan dilaksanakan, yaitu:
1) Menyusun rencana pembelajaran yaitu RPP
2) Menyusun dan menyiapkan soal tes
3) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi dan lembar
observasi
4) Menyusun dan menyiapkan lembar angket untuk siswa.
Lembar angket disusun berdasarkan kisi-kisi angket
5) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
6) Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan
selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan menggunakan
kamera.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan, guru dan peneliti melaksanakan
rancangan tindakan yang telah direncanakan, yaitu:
1) Diskusi kelompok
2) Penggunaan LKS
3) Penggunaan variasi media
4) „Numbered HeadsTogether‟
Dalam usaha menuju perbaikan, suatu perencanaan bersifat
fleksibel dan siap dilakukan perubahan disesuaikan dengan situasi di
lapangan.
c. Monitoring/pengamatan
1) Pelaksanaan proses pembelajaran
2) Diskusi
3) Presentasi siswa
4) Tugas mandiri
d. Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi, yaitu merenungkan
dan memikirkan tindakan yang telah dilakukan untuk memperoleh
perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar sesuai dengan tujuan
penelitian. Data pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan
Numbered Heads Together dari hasil observasi dianalisis dan
didiskusikan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan sehingga segera
dilakukan perbaikan untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
2) Siklus II :
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan ini peneliti merancang tindakan
yang akan dilaksanakan, yaitu:
1) Menyusun rencana pembelajaran yaitu RPP
3) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi dan lembar
observasi
4) Menyusun dan menyiapkan lembar angket untuk siswa.
Lembar angket disusun berdasarkan kisi-kisi angket
5) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan
6) Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan
selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan menggunakan
kamera.
b. Tindakan, meliputi:
1) Diskusi Kelompok
2) Penggunaan LKS
3) Penggunaan variasi media
c. Monitoring/pengamatan, yang meliputi :
1) Pelaksanaan proses
2) Diskusi
3) Presentasi
4) Tugas mandiri
d. Refleksi :
1) Hasil jawaban dari LKS dan hasil jawaban tugas mandiri siswa
2) Analisis kelebihan dan kekurangan siklus II
Bila data berdasarkan hasil refleksi II ini ternyata belum mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka perlu diadakan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan sebagai pedoman penelitian dalam
melakukan observasi guna memperoleh data yang diinginkan. Observasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran pelaksanaaan pembelajaran
matematika dengan melihat aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar. Lembar observasi model pembelajaran tipe NHT yang
digunakan untuk mengetahui sejauhmana model pembelajaran tipe NHT
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pendekatan NHT
No.
Indikator Penerapan Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar
No. Butir
1
Penjelasan materi oleh guru dalam pembelajaran 1
Konteks materi dan permasalahan yang disampaikan 2, 3
Pujian atas keberhasilan siswa 4
Respon siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan 5, 6, 7, 8
2
Guru bukan subjek utama dalam pembelajaran 1