• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi segitiga kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/201

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi segitiga kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta tahun ajaran 2012/201"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian Belajardan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP JoannesBosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa. Tindakan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi, angket, dan dokumentasi. Angket diberikan kepada siswa pada akhir tindakan siklus untuk mengetahui sejauh mana kemandirian siswa dalam belajar. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi secara langsung selama proses pembelajaran, hasil angket kemandirian belajar setiap akhir siklus, hasil tes evaluasi siswa setiap akhir siklus, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan cara efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Peningkatan kemandirian belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil angket kemandirian belajar siswa yaitu peningkatan hasil masing-masing aspek kemandirian belajar siswa seperti: (1) Motivasi mengalami peningkatan dari 55,89% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,93% dengan criteria baik pada siklus II, (2) Inisiatif mengalami peningkatan dari 56,79% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,57% dengan criteria baik pada siklus II, (3) Disiplin mengalami peningkatan dari 55,71% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,89% dengan criteria baik pada siklus II, (4) Percaya diri mengalami peningkatan dari 55,8% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 81,47% dengan criteria baik pada siklus II, (5) Tanggungjawab mengalami peningkatan dari 59,97% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,21% dengan criteria baik pada siklus II. Hasil observasi siklus I sebesar 63,64% pada pertemuan 1 dan 72,73% pada pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 86,36% pada pertemuan 1 dan 90,91% pada pertemuan 2. Selain itu ditunjukkan pula rata-rata hasil tes evaluasi siswa mengalami peningkatan sebesar 17,5 dari 66,43 pada UTS semsester II menjadi 83,93 pada siklus II.

(2)

ABSTRACT

Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. The Use of Cooperative Learning Model in Mathematics using Numbered Heads Together Type to Increase the Independenct Learning and Student Learning on the Triangle Material for Class VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta 2012/2013. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was designed to increase the independentlearning of the students of grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta in mathematics using a cooperative learning approach by Numbered Heads Together type.

This was a Classroom Action Research (CAR), conducted in collaborative and participative setting. The subjects of this research were 28 students of Grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta. The action in this research was done in two cycles. Each cycle consisted of two meetings. The research instrumentconsisted oftwo sheets of observation, questions form, and documentation. The question form was given to students at the end of the action cycle to know how far the students useindependentstudy.Research data were obtained from results of observation directly during the learning process. Those were student independent learning question form at the end of each cycle, evaluation testat the end of the cycles, anddocumentation.

The research results showed that cooperative approach of the numbered heads together type is an effective path to increase the Independent learning of students.The improvement of independent learning of student was shown by an increase in student independence learning question form containing the following aspects: (1) motivation has increased from 55,89% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 78,93% with ‘good’ criterion in the second cycle, (2) Initiative has increased from 56,79% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 78,57% with

‘good’criterion in the second cycle, (3) Disciplin has increased from 55,71% with

‘sufficient’criterion at first test to 80,89% with ‘good’ criterion in the second cycle, (4) Self-confidence has increased from 55,8% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 81,47% with ‘good’ criterion in the second cycle, (5) Responsibility has increased from 59,97% with ‘sufficient’ criterion on the first test to 80,21% with ‘good’ criterion in the second cycle. The results of the first observation cycle at first meeting was 63,64% and the second meeting was 72,73%, while the second cycle of meeting was 86,36% to and 90,91% of second meeting. An increase was also seen in the average value of test evaluation results of students that increased 10,18 from 73,75 in the first cycle to 83,93 on the second cycle.

(3)

i

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII LOVE SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN

2012/2013

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

VALENTINA VIVIAN OKTAVIKA

NIM : 081414049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah

bersandar kepada pengertianmu sendiri,

Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu

(Amsal 3: 5,6)

Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akam

mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang

mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu

dibukakan.

(Lukas 11:7,8)

Karyaku yang masih belum sempurna ini

Aku persembahkan untuk :

Mama, bapak dan adikku

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Desember 2014

Penulis

(8)

vi

ABSTRAK

Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian Belajardan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP JoannesBosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta pada pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa. Tindakan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Dalam setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi, angket, dan dokumentasi. Angket diberikan kepada siswa pada akhir tindakan siklus untuk mengetahui sejauh mana kemandirian siswa dalam belajar. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi secara langsung selama proses pembelajaran, hasil angket kemandirian belajar setiap akhir siklus, hasil tes evaluasi siswa setiap akhir siklus, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan cara efektif untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Peningkatan kemandirian belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil angket kemandirian belajar siswa yaitu peningkatan hasil masing-masing aspek kemandirian belajar siswa seperti: (1) Motivasi mengalami peningkatan dari 55,89% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,93% dengan criteria baik pada siklus II, (2) Inisiatif mengalami peningkatan dari 56,79% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 78,57% dengan criteria baik pada siklus II, (3) Disiplin mengalami peningkatan dari 55,71% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,89% dengan criteria baik pada siklus II, (4) Percaya diri mengalami peningkatan dari 55,8% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 81,47% dengan criteria baik pada siklus II, (5) Tanggungjawab mengalami peningkatan dari 59,97% dengan criteria cukup pada tes awal menjadi 80,21% dengan criteria baik pada siklus II. Hasil observasi siklus I sebesar 63,64% pada pertemuan 1 dan 72,73% pada pertemuan 2, sedangkan pada siklus II sebesar 86,36% pada pertemuan 1 dan 90,91% pada pertemuan 2. Selain itu ditunjukkan pula rata-rata hasil tes evaluasi siswa mengalami peningkatan sebesar 17,5 dari 66,43 pada UTS semsester II menjadi 83,93 pada siklus II.

(9)

vii

ABSTRACT

Valentina Vivian Oktavika. 081414049. 2014. The Use of Cooperative Learning Model in Mathematics using Numbered Heads Together Type to Increase the Independenct Learning and Student Learning on the Triangle Material for Class VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta 2012/2013. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was designed to increase the independentlearning of the students of grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta in mathematics using a cooperative learning approach by Numbered Heads Together type.

This was a Classroom Action Research (CAR), conducted in collaborative and participative setting. The subjects of this research were 28 students of Grade VII Love of Joannes Bosco Junior High School Yogyakarta. The action in this research was done in two cycles. Each cycle consisted of two meetings. The research instrumentconsisted oftwo sheets of observation, questions form, and documentation. The question form was given to students at the end of the action cycle to know how far the students useindependentstudy.Research data were obtained from results of observation directly during the learning process. Those were student independent learning question form at the end of each cycle, evaluation testat the end of the cycles, anddocumentation.

The research results showed that cooperative approach of the numbered heads together type is an effective path to increase the Independent learning of students.The improvement of independent learning of student was shown by an increase in student independence learning question form containing the following aspects: (1) motivation has increased from 55,89% with „sufficient‟ criterion on the first test to 78,93% with „good‟ criterion in the second cycle, (2) Initiative has increased from 56,79% with „sufficient‟ criterion on the first test to 78,57% with „good‟criterion in the second cycle, (3) Disciplin has increased from 55,71% with „sufficient‟criterion at first test to 80,89% with „good‟ criterion in the second cycle, (4) Self-confidence has increased from 55,8% with „sufficient‟ criterion on the first test to 81,47% with „good‟ criterion in the second cycle, (5) Responsibility has increased from 59,97% with „sufficient‟ criterion on the first test to 80,21% with „good‟ criterion in the second cycle. The results of the first observation cycle at first meeting was 63,64% and the second meeting was 72,73%, while the second cycle of meeting was 86,36% to and 90,91% of second meeting. An increase was also seen in the average value of test evaluation results of students that increased 10,18 from 73,75 in the first cycle to 83,93 on the second cycle.

(10)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

DUPLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Valentina Vivian Oktavika

No. Mahasiawa : 081414049

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

‘PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII LOVE SMP JOANNES BOSCO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN

2012/2013’

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalitas kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Padatanggal : 19 Desember 2014

Yang menyatakan,

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Bapa di surga yang telah melimpahkan kasih

dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian

Belajar dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP

Joannes Bosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.

Selama penulisan skripsi ini ada berbagai kesenangan, kesusahan, dan

tantangan yang penulis hadapi. Namun karena kuasa dan campur tangan Tuhan

Yesus sendiri yang senantiasa menaungi penulis dan keterlibatan pihak-pihak

yang membantu semua hal itu dapat teratasi.

Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika.

2. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan dengan penuh sabar membimbing

penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd dan Bapak Beni Utomo, M. Sc

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis

untuk menyempurnakan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat JPMIPA, atas segala

(12)

x

5. Ibu Ag. Nuranisah, S.Ag, selaku kepala sekolah SMP Joannes Bosco

Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

6. Bapak Ibnu selaku guru matematika di SMP Joannes Bosco

Yogyakarta, yang telah membantu penulis selama melakukan

penelitian.

7. Siswa-siswi kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta yang

telah membantu selama pelaksanaan penelitian.

8. Mama, Bapak dan Adikku Brama yang telah setia memberikan

semangat, doa, dan dorongan selama kuliah hingga terselesaikannya

skripsi ini.

9. Pacarku Catur terimakasih atas dukungan, semangat, suka dan duka

yang telah kita lewati bersama.

10.Teman-teman seperjuangan P. Mat 08 terima kasih buat kerjasamanya.

Peneliti menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu masih perlu penyempurnaan dari teman sekalian.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

Penulis

(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT...vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

(14)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pembelajaran Matematika ... 9

1. Pengertian Matematika ... 9

2. Pengertian Pembelajaran ... 11

3. Pembelajaran Matematika ... 12

B. Pendekatan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together ... 14

1. Pendekatan Kooperatif ... 14

2. Tinjauan Tentang Tipe Numbered Heads Together ... 18

C. Kemandirian Belajar ... 19

1. Pengertian Kemandirian ... 19

2. Pengertian Kemandirian Belajar ... 20

D. Penelitian Tindakan Kelas... 24

E. Kerangka Berfikir... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan Penelitian ... 30

B. Subjek Penelitian ... 31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

D. Desain Penelitian ... 32

E. Instrumen Penelitian... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 40

1. Validitas Instrumen ... 41

(15)

xiii

H. Teknik Analisis Data ... 43

I. Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Pelaksanaan Tes Uji Coba ... 48

B. Hasil Tes Angket Awal...50

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Penelitian ... 51

1. Kegiatan Siklus I ... 52

2. Kegiatan Siklus II ... 71

D. Pembahasan ... 86

E. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 92

A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pendekatan NHT ... 37

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 38

Tabel 3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 42

Tabel 4. Klasifikasi Persentase Skor Hasil Observasi ... 44

Tabel 5. Klasifikasi Hasil Persentase Skor Angket ... 45

Tabel 6. Penggolongan Nilai Rata-rata Kelas ... 46

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Instrumen Angket ... 48

Tabel 8. Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika ... 51

Tabel 9. Materi Dalam LKS 1-4 ... 54

Tabel 10. Keterlaksaan Observasi Pembelajaran Siklus I ... 67

Tabel 11. Hasil Aspek Kemandirian Siklus I ... 68

Tabel 12. Keterlaksaan Observasi Pembelajaran Siklus II ... 83

Tabel 13. Hasil Aspek Kemandirian Siklus II ... 84

Tabel 14. Presentase Peningkatan Kemandirian Belajar... 89

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Konsep Matematika (De Lange) ... 11

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 32

Gambar 3. Peneliti Menfasilitasi Jalannya Diskusi... 60

Gambar 4. Siswa Sedang Mempresentasikan Jawaban ... 64

Gambar 5. Siswa Sedang Berdiskusi ... 76

Gambar 6. Grafik Pembelajaran Berdasar Observasi Siklus I dan II ... 87

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Halaman

Lampiran A.1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran... ... 1

Lampiran A.2 Lembar Kerja Siswa... .... 18

Lampiran A.3 Tugas Mandiri... ... 30

Lampiran A.4 Lembar Observasi... ... 34

Lampiran A.5 Angket Motivasi... .... 36

LAMPIRAN B Lampiran B.1 Soal Tes Siklus I... .... 38

Lampiran B.2 Soal Tes Siklus II... .... 42

Lampiran B.3 Kunci Semua Soal Tes... .... 44

LAMPIRAN C Lampiran C.1 Validitas Angket Motivasi... .... 47

Lampiran C.2 Reliabilitas Angket Tanggapan Siswa... .... 58

LAMPIRAN D Lampiran D.1 Hasil Observasi... .... 61

Lampiran D.2 Hasil Angket Motivasi Siklus I... ... 69

Lampiran D.3 Hasil Angket Motivasi Siklus II... .... 71

(19)

xvii

LAMPIRAN E

Lampiran E.1 Jawaban Lembar Kerja Siswa... .... 74

Lampiran E.2 Jawaban Tes Siklus I... .... 89

Lampiran E.3 Jawaban Tes Siklus II... .... 97

Lampiran E.4 Dokumentasi Penelitian... .. 101

LAMPIRAN F Lampiran F.1 Surat Ijin Penelitian... .. 103

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masalah klasik dalam pembelajaran matematika di D.I Yogyakarta

adalah rendahnya prestasi dan kurangnya motivasi serta kemandirian siswa

untukbelajarmatematika. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pembelajaran

matematika di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) yang ditunjukkan dengan hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) dari tahun

ketahun hasilnya belum menggembirakan jika dibandingkan dengan mata

pelajaran lain.

Matematika sendiri merupakan objek kajian yang abstrak dan tidak

mudah untuk dipahami. Pada pembelajaran di sekolah, guru hendaknya

memilih dan menggunakanstrategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang

banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, hal ini diungkapkan oleh Erman

Suherman, dkk (2001:62). Tujuan dari pembelajaran matematika yaitu agar

siswa memiliki kemampuan : (1) memiliki konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritmasecara

luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah, (2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

(21)

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan

minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya ditempatkan sebagai

subjek didik. Hal ini berarti siswa aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan

yang didapatkan, atau dengan kata lain siswa tidak bersifat pasif. Siswa tidak

hanya duduk mendengarkan pelajaran dari guru ataupun mencatat apa yang ada

di papan tulis, tetapi dengan bantuan guru siswa berusaha menemukan

pengetahuan sendiri. Dengan demikian keaktifan siswa sebagai subjek didik

adalah merencanakan dan yang melaksanakan sendiri belajar.

Agar matematika menjadi mata pelajaran yang bermakna bagi siswa,

maka pembelajaran matematika memerlukan pendekatan yang kontekstual,

sehingga siswa memiliki motivasi untuk dapat menguasai mata pelajaran

matematika dengan belajar secara mandiri. Menurut I Gusti Putu Suharta

(2008), bila siswa belajar matematika terpisah dari pengalaman sehari-hari

maka siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan matematika. Oleh

sebab itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu metode pembelajaran

(22)

memahami suatu konsep matematika melalui hasil pemikiran mereka sendiri

sebagai proses kemandirian belajar siswa.

Untuk mewujudkan kemandirian belajar siswa, maka perlu dimulai

pada jenjang remaja, karena selama masa remaja, tuntutan terhadap

kemandirian sangat besar sehingga perlu diberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar mengambil

inisiatif, belajar mengambil keputusan dan belajar

mempertanggungjawabkannya. Ini sesuai dengan pernyataan Enung Fatimah

(2006 : 142) bahwa jenjang remaja merupakan kesempatan anak untuk

memulai tanggungjawab terhadap diri dan lingkungannya sebagai wujud

kemandirian belajar.

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) atau penomoran berfikir bersama dianggap mampu mengakomodasi

tuntutan tersebut. Pendekatan kooperatiftipe Numbered Heads Together (NHT)

adalah pendekatan yang titik tekan utamanya pada bagaimana siswa belajar

dengan bantuan orang lain (guru atau siswa yang lain). Implementasi dalam

pembelajarannya adalah bahwa pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila

siswa terlibat secara social dalam pembelajaran untuk mengembangkan segala

ide dan kemampuannya melalui kegiatan mencoba-coba (trial and error) serta

pengalaman, siswa belajar membangun makna dari apa yang dipelajari, dalam

hal ini siswa tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga

interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain (guru maupun

(23)

ini muncul ketika siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar yang

diinginkan oleh siswa.

Berdasarkan observasi peneliti selama bulan Maret 2013 yang

dilaksanakan di kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta sebagai objek

yang diteliti tampak bahwa pembelajaran matematika di kelas tersebut masih

cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu guru merupakan

pengendali dan penanggungjawab dalam belajar siswa, guru merupakan pusat

belajar dan pembelajaran yang masih mendominasi proses pembelajaran adalah

metode ceramah serta menghafal, sehingga belum ada kebebasan siswa untuk

mengambil inisiatif sebagai pemenuhan dan pencapaian keberhasilan

belajarnya, kurangnya kemandirian belajar siswa dilihat dari kurangnya

partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru,

kurang aktifnya siswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan cenderung

mengobrol dengan teman, belum terlibat kerja keras antar siswa untuk saling

bertanya kepada siswa lain atau kepada guru ketika mereka menemukan

kesulitan sehingga siswa terkesan hanya pasrah dan diam saja.

Peningkatan kemandirian belajar matematika sangat penting dalam

upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Salah satu cara adalah

dengan model pembelajaran kooperatiftipe Numbered Heads Together (NHT),

karena model ini dapat membantu siswa untuk membangun konsep dengan

kemampuan sendiri dengan dibantu oleh orang lain yang berkompeten, yaitu

(24)

untuk memahami materi, yang pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian

belajar siswa.

Penelitian Tindakan Kelas dipilih sebagai model untuk melakukan

penelitian ini karena guru sendiri merasa siswa masih kurang aktif dan belum

menemukan metode yang dirasa cocok untuk meningkatkan keaktifan siswa

kelas VII Love. Siswa juga merasa bahwa metode (ceramah) yang diterapkan

guru sangat membosankan. Peneliti kemudian menggunakan Penelitian

Tindakan Kelas dengan model Numbered Heads Together untuk meningkatkan

kemandirian dan hasil belajar siswa kelas VII Love SMP JoannesBosco

Yogyakarta.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul

“Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemandirian

Belajardan Hasil Belajar Siswa pada Materi Segitiga Kelas VII Love SMP

JoannesBosco Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya prestasi dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar

matematika.

2. Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, sehingga tidak

(25)

3. Pembelajaran matematika di kelas VII Love SMP Joannes Bosco

Yogyakarta masih cenderung menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Belum adanya kebebasan siswa di kelas VII Love SMP Joannes Bosco

Yogyakarta dalam belajar untuk mengambil inisiatif sebagai pemenuhan

dan pencapaian keberhasilan belajarnya.

5. Kurangnya kemandirian belajar siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco

Yogyakarta.

C.Rumusan Masalah

Dari latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together(NHT) yang dapat

meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar siswa pada materi segitiga

di kelas VII Love SMP Joannes Bosco Yogyakarta?”

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together(NHT) yang

dapat meningkatkan kemandirian belajar dan hasil belajar matematika siswa

(26)

E.Penjelasan Istilah

1. Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran matematika merupakan pembentukan lingkungan

belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun konsep-konsep atau

prinsip-prinsip matematika berdasarkan kemampuan sendiri melalui proses

internalisasi.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togheter

(NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada

interaksi antar siswa. Numbered Heads Together bertujuan untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup

dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka.

3. Kemandirian Belajar Siswa

Kemandirian belajar adalah keadaan atau kondisi aktivitas belajar

siswa dengan kemampuan diri, dapat mengawasi pembelajarannya sendiri

serta dapat bertanggungjawab atas kebutuhan belajarnya demi tercapainya

tujuan belajar.

4. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

(27)

dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa yang bertujuan untuk

meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan tentang model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam

menentukan strategi belajar mengajar matematika di sekolah.

2. Bagi Siswa

a. Membantu dan mempermudah siswa-siswi kelas VII Love SMP Joannes

Bosco Yogyakarta dalam memahami suatu konsep matematika.

b. Sebagai sarana untuk mengembangkan kreatifitas, kemampuan berpikir,

serta kemampuan analisis siswa secara mandiri, sebab dalam model

model pembelajaran tipe Numbered Heads Together (NHT), peran guru

hanya sebagai fasilitator.

3. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan kemampuan dalam

bidang penelitian.

b. Memahami dan menerapkan model pembelajaran tipe Numbered Heads

(28)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika

Istilah matematika, yang dalam bahasa Inggris “mathematics

berasal dari bahasa Latin yaitu mathematica, yang pada mulanya diambil

dari bahasa Yunani, matematike, yang berarti “relating to learning”.

Perkataan tersebut memiliki akar kata mathema yang berarti pengetahuan

atau ilmu (knowledge, science). (Turmudi dkk,2001: 17-18). Sebagaimana

dikutip Turmudi, dkk (2001:18) matematika adalah ilmu tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan

satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi kedalam tiga

bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

Menurut Sukardjono (2001:1-3) matematika adalah cara atau

metode berfikir dan bernalar, dan matematika dapat digunakan untuk

memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada

kemungkinan benar. Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan

penemuan, dimana setiap hari ide-ide baru diketemukan. Beberapa definisi

dari matematika menurut Soedjadi (2000:11) adalah :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir

(29)

b. Matematika adalah pengetahuan tentang belajar dan kalkulasi

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik, dan

berhubungan dengan bilangan

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan

masalah tentang ruang dan bentuk

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur logis

f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

I Gusti Putu Suharta (2008) mengatakan bahwa pembelajaran

matematika di kelas seharusnya ditekankan pada keterkaitan antara

konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu, perlu

menekankan kembali konsep matematika yang telah dimiliki anak pada

kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain yang sangat penting dilakukan.

De Lange dalam I Gusti Putu Suharta (2008) menggambarkan konsep

matematisasi yang sangat berhubungan dengan dunia nyata, di mana

pembelajaran diawali dengan masalah kontekstual yang dialami siswa dalam

kehidupannya, sehingga memungkinkan siswa untuk menggunakan

pembelajaran sebelumnya secara langsung. Konsep matematisasi menurut

(30)

Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah cara atau metode berfikir dan bernalar sebagai ide-ide,

struktur-struktur, dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis dan

sistematis sebagai cabang ilmu pengetahuan eksak tentang fakta-fakta

kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

2. Pengertian Pembelajaran

Belajar sebagai proses aktif dalam memperoleh pengalaman dan

pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku (Herman

Hudojo, 2001:12). Pembelajaran menurut Erman Suherman (2001:8) adalah

upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar proses belajar

bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedangkan proses

pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja dirancang dan bersifat

rekayasa.

Dunia nyata

Matematisasi dalam aplikasi Matematisasi dan refleksi

[image:30.595.98.512.131.579.2]

Abstraksi dan formulasi

(31)

Pembelajaran merupakan suatu proses belajar dan mengajar

dengan segala interaksi didalamnya. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa

dalam membangun makna atau pemahaman dan guru membantu siswa

belajar dengan pengolahan pembelajaran sehingga siswa mendapatkan

tujuan belajar yaitu suatu pengetahuan. Tanggungjawab belajar berada pada

diri siswa, tetapi guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang

mendorong prakarsa, motivasi dan tanggungjawab siswa untuk belajar

sepanjang hayat.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pembelajaran

adalah proses pembangunan makna dan pemahaman oleh siswa. Proses

pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja dirancang dan bersifat rekayasa

dan guru bertanggungjawab untuk menciptakan situasi yang mendorong

prakarsa, motivasi dan tanggungjawab siswa dalam pembelajaran demi

tercapai tujuan belajar.

3. Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran matematika merupakan pembentukan

lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk membangun

konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika berdasarkan kemampuan sendiri

melalui proses internalisasi sebagaimana pernyataan Nicson yang dikutip

Rusdy (2004:5).

Pembelajaran matematika, menurut Erman Suherman (2001: 254)

pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa tidak hanya belajar untuk

(32)

diajarkan guru, manghafalkan rumus-rumus dan menghafalkan

langkah-langkah yang diberikan, akan tetapi siswa belajar untuk melakukan atau

menjiwai (learning to do and learning to be) yaitu dengan membangun

makna dari apa yang dipelajari, siswa juga belajar bagaimana seharusnya

belajar (learning to learn), yaitu pemahaman matematika yang terbentuk

melalui asimilasi dan akomodasi yang bersifat pribadi dan diukur dari

masing-masing siswa, serta siswa juga belajar untuk bersosialisasi dengan

teman (learning to live together).

Menurut Soeparna (2002: 5) pembelajaran matematika tidak hanya

bertujuan agar siswa memahami materi-materi yang diberikan serta mampu

menyelesaikan soal-soalnya, dan memberi sumbangan besar terhadap

pengembangan berfikir logis, kritis, sistematis, selain itu juga mendukung

pembentukan watak disiplin anak didik. Matematika sebagai kegiatan

penelusuran pola dan hubungan menurut Marsigit (2001: 4) hendaklah

disampaikan dengan metode pembelajaran matematika yang: (1)

memberikan kesempatan siswa untuk melalui kegiatan penemuan dan

menyelidiki pola-pola untuk menentukan hubungan; (2) memberikan

kesempatan siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara; (3)

mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan,

perbandingan, pengelompokan dan sebagainya; (4) mendorong siswa untuk

menarik kesimpulan umum; (5) membantu siswa memahami dan

(33)

Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran matematika adalah serangkaian proses pembangunan makna

dan pemahaman melibatkan siswa, yang proses pembelajarannya sengaja

dirancang oleh guru dalam usaha pencapaian perubahan-perubahan relative

konstan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan lain-lainnya

tentang matematika.

B.Pendekatan Metode Kooperatif Tipe Numbered Heads Together 1. Pendekatan Kooperatif

Ada beberapa macam tipe pembelajaran kooperatif, yaitu Student

Teams Acheivement Division (STAD), Jigsaw, Think Pair Share (TPS),

Grup Investigation (GI), Numbered Heads Together (NHT), dan Teams

Assited Individualizationatau Teams Accelerated Instruction (TAI).

1) Student Teams Achivement Division (STAD)

Pendekatan pembelajaran STAD yang dikembangkan oleh Robert

Slavin (dalam Arends 2007:13) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dalam pembelajaran ini terdiri dari tiga

tahap yaitu persiapan, tahap pembelajaran dan evaluasi. Pertama pada

tahap persiapan yaitu penentuan dan pembatasan materi yang akan

diberikan kemudian menetapkan siswa dalam kelompok. Penetapan siswa

dalam kelompok-kelompok belajar berdasar pada prinsip kooperatif, yaitu

dengan cara: merangking siswa berdasarkan prestasi akademik didalam

kelas, menentukan jumlah kelompok dimana masing-masing kelompok

(34)

berdasarkan prinsip kooperatif, sehingga setiap kelompok heterogen dalam

kemampuannya.

Setelah itu menentukan nilai dasar, merupakan nilai rata-rata

siswa pada kuis yang lalu atau nilai akhir siswa secara individual pada

semester sebelumnya. Pada tahap pembelajaran guru mengawali dengan

menyampaikan informasi materi kepada siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran khusus, dan guru mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok belajar, siswa di bawah bimbingan guru bekerja sama untuk

menyelesaikan tugas, pada tahap akhir yaitu evaluasi mandiri dan

penghargaan kelompok setelah pelaksanaan pembelajaran siswa

mengerjakan tes hasil belajar yang digunakan sebagai nilai perkembangan

individu dan penentuan skor kelompok.

2) Jigsaw

Model pembelajaran Jigsaw termasuk pembelajaran kooperatif

dimana siswa ditempatkan ke dalam tim beranggotakan enam orang untuk

mempelajari materi akademik yang telah dipecah menjadi bagian-bagian

untuk tiap anggota. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, yaitu: (a)

setiap anggota tim terdiri dari 5-6 orang yang disebut kelompok asal (b)

kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli, (c) kelompok

ahli dari masing-masing kelompok asal berdiskusi sesuai keahliannya, dan

(d) kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar

(35)

3) Think Pair Share

Menrut Suyatno (2009:54) jenis pembelajaran ini tergolong tipe

pembelajaran kooperatif dengan sintak: guru menyajikan materi klasikal,

memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan

cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok

(share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa,

mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward. Secara singkat yaitu: (a)

thinking (berpikir) (b) pairing (berpasangan) dan (c) sharing (berbagi).

4) Grup Investigation (GI)

Group Investigation adalah tipe pembelajaran kooperatif yang

melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun

cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe pembelajaran ini

menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group

process skills).

Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti

investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih,

kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas

secara keseluruhan (Arends, 1997:120-121).

Para guru yang menggunakan metode GI (Group Investigation)

umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

(36)

atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa memilih

yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai

subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu

laporan di depan kelas secara keseluruhan.

5) Numbered Heads Together

Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada interaksi

antar siswanya. Tipe pembelajaran ini dikembangkan oleh Kagan

(Ibrahim, 2008:28). Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk

pada konsep Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam

menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dalam mengecek

pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti

pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat

langkah sebagai berikut: (a) Penomoran (b) pengajuan pertanyaan (c)

berpikir bersama (d) pemberian jawaban.

6) Team Assisted Individualization (TAI)

TAI sama dengan STAD dalam penggunaan tim belajar empat

anggota berkemampuan campur dan sertifikat untuk tim berkinerja tinggi,

bedanya bila STAD menggunakan satu langkah pengajaran di kelas,

sedangkan TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan

pengajaran individual, langkah-langkah pembelajaran TAI yaitu: (a)

membuat kelompok heterogen dan memberikan bahan ajar berupa modul

(37)

kelompok secara individual, saling bertukar jawaban, saling berbagi

sehingga terjadi diskusi, (c) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes

formatif (Suyatno, 2009:57).

2. Tinjauan tentang Tipe Numbered Heads Together

Numbered Heads Together merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993)

yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka.

Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif menurut Kagan (1998, dalam

Arends 2008) adalah sebagai berikut:

a. Langkah 1-Numbering

Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggotakan tiga

sampai lima orang dan member nomor sehingga setiap siswa pada

masing-masing tim memiliki nomor antara satu sampai lima.

b. Langkah 2-Questioning

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan bisa

bervariasi tergantung dari guru.

c. Langkah 3-Heads Together

Siswa dalam satu kelompok saling berdiskusi menyatukan

“kepalanya” untuk menemukan jawaban dan memastikan bahwa

semua siswa dalam satu kelompok tahu jawabannya sehingga dapat

(38)

d. Langkah 4-Answering

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing

kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangan dan

memberikan jawabannya.

Sedangkan langkah-langkah metode Numbered Heads Together

(Suyatno, 2009:53) adalah sebagai berikut:

a. Mengarahkan

b. Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memilki nomor

tertentu.

c. Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama

tetapi untuk setiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa,

setiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

kemudian bekerja kelompok.

d. Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang

sama sesuai dengan tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas.

e. Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan setiap

siswa.

f. Mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward.

C.Kemandirian Belajar Siswa 1. Pengertian Kemandirian

Menurut Kartini & Dali (1987) seperti dikutip oleh Zainun

(39)

merupakan hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Siswa

dikatakan mandiri apabila memiliki ciri-ciri menemukan identitas diri,

memiliki inisiatif, membuat pertimbangan dalam bertindak dan

bertanggungjawab atas tindakannya serta dapat mencukupi kebutuhan

sendiri. Sedangkan Constance Kamii (2000: 56) menyatakan bahwa mandiri

atau kemandirian berarti diperintah diri sendiri, dimana setiap pribadi berhak

membuat keputusan bagi diri sendiri tanpa bergantung oleh orang lain.

Jadi kemandirian adalah kecenderungan menggunakan kemampuan

diri sendiri untuk menyelesaikan masalah secara bebas dan penuh inisiatif.

Kemandirian tampak ketika siswa mampu menyelesaikan masalah dengan

memilih strategi yang dianggapnya baik dan cocok dengan dirinya sendiri,

serta berani menerima akibat dari pilihannya, berani menerapkan idenya

sendiri dan menyelesaikan masalah secara berbeda dengan temannya, serta

mempunyai motivasi yang kuat sehingga rasa percaya dirinya tinggi.

Walaupun demikian, siswa masih perlu dibimbing oleh guru dalam

menemukan strateginya.

2. Pengertian Kemandirian Belajar

Karnita (2006: 1) menyatakan kemandirian belajar dapat diartikan

sebagai keadaan atau kondisi aktivitas belajar dengan kemampuan sendiri,

tanpa bergantung kepada orang lain, selain konsisten dan bersemangat

belajar dimanapun dan kapanpun. Dalam dirinya sudah melembaga

(40)

jangka pendek yang berupa nilai dan prestasi. Kondisi demikian telah

menyadarkan mereka pada belajar sepanjang hayat (long life education).

Dari beberapa batasan perihal kemandirian yang telah

dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka Shunzk & Zimmerman

dalam Utari Sumarmo (2004: 2-3) memberikan empat tahapan untuk

meningkatkan kemandirian, yaitu:

1) Merancang belajar. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini antara lain:

menganalisis tugas belajar, menetapkan tujuan belajar, merancang strategi

belajar.

2) Memantau kemajuan belajar selama menerapkan rancangan kegiatan yang

berlangsung. Kegiatan yang berlangsung pada tahap ini adalah

mengajukan pertanyaan pada diri sendiri mengenai strategi yang

dilaksanakan apakah telah sesuai dengan apa yang direncanakan dan

semakin meningkat atau sebaliknya.

3) Mengevaluasi hasil belajar secara lengkap. Kegiatan yang berlangsung

pada tahap ini adalah memeriksa jalannya strategi apakah yang telah

dilaksanakan dengan baik (evaluasi proses), memeriksa hasil belajar apa

yang telah tercapai (evaluasi produk), dan memeriksa kesesuaian strateri

yang dilaksanakan dengan jenis tugas yang dihadapi.

4) Refleksi. Pada dasarnya tahap ini berlangsung dalam tiap tahap yang telah

(41)

Menurut Guglielmino yang dikutip oleh Kristanti Ambar

Puspitasari (http://pk.ut.ac.id/ptjj/41kristanti), siswa yang mempunyai

kemandirian belajar memiliki ciri:

a. Mempunyai inisiatif dan persistensi dalam belajar

b. Menerima tanggungjawab terhadap belajarnya sendiri dan memandang

masalah sebagai tantangan bukan hambatan

c. Mempunyai disiplin dan rasa ingin tahu yang besar

d. Mempunyai keinginan kuat dalam belajar serta mempunyai rasa percaya

diri

e. Mampu mengorganisasi waktu, mengatur kecepatan belajar yang tepat

dan mengembangkan rencana untuk menyelesaikan tugas

f. Senang belajar dan mempunyai kecenderungan untuk memenuhi target

yang direncanakan.

Komponen-komponen yang menjadikan indikator perubahan dalam

penilaian kemandirian belajar siswa adalah:

a. Motivasi

Siswa diharapkan menunjukkan sikap positif, responsif, perhatian,

semangat tinggi dan lebih serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,

pada saat belajar tidak lagi malas-malasan, tidak membuat gaduh dan

tenang.Adanya rasa tenang dan tanggung jawab yang tinggi dalam

(42)

b. Disiplin

Saat kegiatan balajar-mengajar, siswa tidak melamun, bercanda,

membuat kelas gaduh, berbicara sendiri diluar pembicaraan yang berkaitan

dengan kegiatan pembelajaran, tidak asyik dengan kegiatan dan aktivitas

sendiri.Siswa lebih tertib dalam mengikuti pelajaran, lebih mempersiapkan

diri, tidak lagi keluyuran di dalam kelas dan siswa tidak lagi keluar masuk

kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

c. Inisiatif

Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat

dilihat dari keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab dengan

memberikan argumentasi tanpa menunggu ditunjuk guru. Frekuensi siswa

yang aktif, menjawab atau maju ke depan kelas atas inisiatif sendiri

bertambah.

d. Percaya diri

Siswa tidak lagi merasa takut, ragu-ragu atau malu-malu dalam

bertanya, menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat guru atau

siswa lain. Siswa yang cenderung diam dan takut salah dalam menjawab

pertanyaan ataupun bertanya mulai berani ambil bagian meski masih ada

yang salah. Siswa mulai dan lebih berani untuk tampil ke depan atau

presentasi tanpa menunggu permintaan atau ditunjuk guru.

e. Tanggungjawab

Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam

(43)

yang dikerjakan dikelas atau tugas untuk dikerjakan dirumah. Pada saat

kegiatan kelompok, siswa aktif mengerjakan tugas, saling bekerja sama,

terlibat diskusi, terlibat dalam memecahkan masalah, tidak ada yang santai

atau sekedar ikut-ikutan teman, siswa mengerjakan tugas-tugas dan PR

yang diberikan oleh guru.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian belajar adalah

keadaan atau kondisi aktivitas belajar siswa dengan kemampuan diri, dapat

mengawasi pembelajarannya sendiri serta dapat bertanggungjawab atas

kebutuhan belajarnya demi tercapainya tujuan belajar.

D.Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan kajian tentang situasi sosial

dengan maksud untuk meningkatkan kualitas keinginan yang ada di dalamnya.

Seluruh proses meliputi telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan dampak, menjalin hubungan yang diperlukan antara evaluasi

diri dan perkembangan professional (Elliot, 1991). Penelitina tindakan kelas

merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang yang terlibat dalam proses

tersebut dengan tujuan menginginkan terjadinya perubahan, peningkatan dan

perubahan pembelajaran yang lebih baik sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara optimal. Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari

tindakan-tindakan yang dilakukan itu, dan untuk memperbaiki kondisi dimana

(44)

 Penelitian : menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati objek

dengan menggunakan cara dan aturan model tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam

meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

peneliti.

 Tindakan : menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk

rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

 Kelas : dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi

dalam pengertian lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal

dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan

istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,

menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar mengajar berupa suatu tindakan yang segaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut

diberikan oleh guru yaitu dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa

(Suharsimi Arikunto, 2009).

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Melakukan tindakan perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan

(45)

2. Menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan

jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama

dengan melakukan modifikasi atau penyesuaian seperlunya.

Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja.

3. SWOT sebagai dasar berpijak.

S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan),

O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). S dan W yang

ada dalam diri peneliti perlu diidentifikasi terlebih dahulu. O

dan T yang ada di luar guru, siswa/subjek yang dikenai

tindakan.

4. Upaya empiris dan sistematik.

5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan.

 S-Specific : khusus

 M-Managable : dapat dikelola, dilaksanakan

 A-Acceptable : dapat diterima lingkungan

A-Achievable : dapat tercapai, terjangkau

 R-Realistic : operasional, tidak di luar jangkauan

(46)

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

1. Situasional

Berkaitan langsung dengan permasalahan konkrit yang dihadapi

guru dan siswa.

2. Kontekstual

Upaya pemecahan (model dan prosedur tindakan) sesuai konteks

dimana proses pembelajaran berlangsung.

3. Kolaboratif

Partisipasi semua komponen yang terlibat dalam Penelitian

Tindakan Kelas (guru, siswa, asisten, teknisi, dsb)

4. Self-reflective dan Self-evaluative

Pelaku dan objek yang dikenai tindakan melalui refleksi dan

evaluasi diri terhadap hasil/kemajuan yang tercapai.

5. Fleksibel

Memberikan kelonggaran dalam pelaksanaan tanpa melanggar

kaidah metodologi ilmiah.

Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas

1. Merupakan kegiatan nyata, hasil pemikiran yang dirancang guru

untuk meningkatkan mutu KBM.

2. Merupakan tindakan yang diberikan oleh guru kepada siswa.

3. Tindakan harus tampak nyata, berbeda dari biasanya.

4. Terjadi dalam siklus sebagai eksperimen berkesinambungan

(47)

5. Harus ada pedoman yang jelas secara tertulis, diberikan kepada

siswa agar dapat mengikuti tahap demi tahap.

6. Terlihat adanya siswa sesuai pedoman yang tertulis yang diberikan

oleh guru.

7. Ada penelusuran terhadap proses, dengan pedoman pengamatan.

8. Ada evaluasi terhadap hasil dengan instrumen yang relevan.

9. Keberhasilan tindakan dilakukan dalam bentuk refleksi,

melibatkan siswa yang dikenai tindakan.

10.Hasil refleksi harus terlihat dalam perencanaan siklus berikutnya.

E.Kerangka Berfikir

Dalam proses pembelajaran matematika, siswa perlu diberi

kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide sehingga siswa aktif dalam

pembelajaran. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe

Numbered Heads Together diharapkan dapat membantu siswa untuk

membangun konsep dengan kemampuan sendiri dibantu oleh orang lain

yang berkompeten, yaitu bisa dengan guru atau teman, siswa juga dituntut

aktif untuk belajar dan membangun pemahaman baru tentang pengetahuan

baru dengan menghubungkan pengetahuan yang ada. Model pembelajaran

tipe Numbered Heads Together melibatkan teman sebaya dan guru berperan

untuk membantu anak mendapat pengetahuan lebih untuk memahami materi

sehingga mendorong motivasi dan tanggungjawab siswa terhadap

(48)

lebih meningkatkan ketrampilan siswa, sehingga diharapkan ketika siswa

sudah memahami dan mampu membangun konsep maka mampu

meningkatkan kemandirian belajar siswa. Diharapkan apabila motivasi

siswa semakin meningkat, maka inisiatif dan kedisiplinan siswa untuk

belajar matematika juga semakin tinggi. Siswa bukan lagi sebagai individu

yang pasif, namun menjadi siswa yang percaya diri untuk mengemukakan

pendapat dan ikut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa mempunyai

tanggung jawab terhadap pembelajaran.

Model pembelajaran tipe Numbered Heads Together pada

pembelajaran matematika untuk siswa kelas VII Love SMP Joannes Bosco

Yogyakarta ini diharapkan mampu meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Kelas VII SMP merupakan tataran menengah saat siswa mulai dihadapkan

pada pemecahan-pemecahan masalah yang mulai kompleks, oleh sebab itu

anak diharapkan mampu menganalisis masalah dan mencari penyelesaian

masalah dengan kemampuan yang dimilikinya maupun dengan bantuan

orang lain.

Dengan model pembelajaran tipe Numbered Heads Together ini

siswa yang mengalami kesulitan belajar ataupun dalam memahami materi

pelajaran matematika yang diberikan, dapat mengatasi kesulitannya karena

pada awalnya, siswa akan diberi bantuan oleh orang lain yang berkompeten

sampai siswa mencapai kompetensi yang diharapkan, yang akhirnya diduga

dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa karena siswa tersebut sudah

(49)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian atau metode penelitian menurut Deddy Mulyana

(2002: 145) adalah proses, prinsip, prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati masalah dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah

suatu pendekatan umum untuk mengkaji suatu topik penelitian. W. Gulo

(2002: 14) dapat menyatakan bahwa pendekatan penelitian memiliki proses

ilmiah, yang bersifat empiris, terkendali, analisis, dan sistematis. Penelitian

dapat dilakukan oleh siapa saja yang memiliki keingintahuan mengenai suatu

permasalahan.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif.Kolaboratif

artinya penelitian bekerjasama dengan guru yang bersangkutan.Partisipatif

artinya penelitian yang melibatkan siswa dan peneliti dibantu teman sejawat

yang mengetahui tentang pembelajaran matematika dengan model

pembelajaran tipe Numbered Head Together terlibat secara langsung dalam

penelitian.Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan gambaran nyata

tentang kualitas pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe

(50)

Raka Joni dalam Soedarsono (2001: 2) menyatakan bahwa penelitian

tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh

pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang

dilakukan serta untuk memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek

pembelajaran tersebut dilakukan.

Dari uraian di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian yang

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian tindakan kelas

secara kolaboratif dan partisipatif antara guru mata pelajaran matematika dan

peneliti, yaitu untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika siswa

melalui model pembelajaran Numbered HeadsTogether.

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Love SMP

Joannes Bosco Yogyakarta yang berjumlah 28 siswa. Kelas VII Love dipilih

karena setelah melakukan observasi diseluruh kelas VII, peneliti menemukan

masalah di kelas VII Love yaitu siswa yang kurang aktif dalam pelaksanaan

belajar mengajar dan siswa yang cenderung kurang mandiri dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh siswa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Joannes Bosco Yogyakarta.Waktu

penelitian direncanakan selama bulan April – Mei 2013 pada semester II tahun

(51)

D. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui serangkaian langkah

yang bersifat spiral (a spiral of steps), yaitu suatu daur kegiatan yang dimulai

dari perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan sistematik

terhadap pelaksanaan dan hasil tindakan yang dilakukan (observation), dan

selanjutnya diulang kembali dengan perencanaan tindakan berikutnya (Tiaw,

[image:51.595.101.500.287.607.2]

2004: 2). Model tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan :

1. Perencanaan

2. Tindakan dan observasi I

3. Refleksi

4. Rencana terevisi I/perencanaan tindakan II

5. Tindakan dan observasi II

(52)

1) Siklus I :

a. Perencanakan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan ini peneliti merancang tindakan

yang akan dilaksanakan, yaitu:

1) Menyusun rencana pembelajaran yaitu RPP

2) Menyusun dan menyiapkan soal tes

3) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi dan lembar

observasi

4) Menyusun dan menyiapkan lembar angket untuk siswa.

Lembar angket disusun berdasarkan kisi-kisi angket

5) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan

6) Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan

selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan menggunakan

kamera.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, guru dan peneliti melaksanakan

rancangan tindakan yang telah direncanakan, yaitu:

1) Diskusi kelompok

2) Penggunaan LKS

3) Penggunaan variasi media

4) „Numbered HeadsTogether

(53)

Dalam usaha menuju perbaikan, suatu perencanaan bersifat

fleksibel dan siap dilakukan perubahan disesuaikan dengan situasi di

lapangan.

c. Monitoring/pengamatan

1) Pelaksanaan proses pembelajaran

2) Diskusi

3) Presentasi siswa

4) Tugas mandiri

d. Refleksi

Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi, yaitu merenungkan

dan memikirkan tindakan yang telah dilakukan untuk memperoleh

perbaikan dan mengontrol jalannya penelitian agar sesuai dengan tujuan

penelitian. Data pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan

Numbered Heads Together dari hasil observasi dianalisis dan

didiskusikan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan sehingga segera

dilakukan perbaikan untuk perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.

2) Siklus II :

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan ini peneliti merancang tindakan

yang akan dilaksanakan, yaitu:

1) Menyusun rencana pembelajaran yaitu RPP

(54)

3) Menyusun dan menyiapkan pedoman observasi dan lembar

observasi

4) Menyusun dan menyiapkan lembar angket untuk siswa.

Lembar angket disusun berdasarkan kisi-kisi angket

5) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan

6) Menyiapkan peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan

selama pembelajaran berlangsung yaitu dengan menggunakan

kamera.

b. Tindakan, meliputi:

1) Diskusi Kelompok

2) Penggunaan LKS

3) Penggunaan variasi media

c. Monitoring/pengamatan, yang meliputi :

1) Pelaksanaan proses

2) Diskusi

3) Presentasi

4) Tugas mandiri

d. Refleksi :

1) Hasil jawaban dari LKS dan hasil jawaban tugas mandiri siswa

2) Analisis kelebihan dan kekurangan siklus II

Bila data berdasarkan hasil refleksi II ini ternyata belum mencapai

indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka perlu diadakan

(55)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman penelitian dalam

melakukan observasi guna memperoleh data yang diinginkan. Observasi

dilakukan untuk memperoleh gambaran pelaksanaaan pembelajaran

matematika dengan melihat aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar

mengajar. Lembar observasi model pembelajaran tipe NHT yang

digunakan untuk mengetahui sejauhmana model pembelajaran tipe NHT

(56)
[image:56.595.107.547.144.614.2]

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pendekatan NHT

No.

Indikator Penerapan Model Pembelajaran Tipe Numbered Heads Together dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar

No. Butir

1

 Penjelasan materi oleh guru dalam pembelajaran 1

 Konteks materi dan permasalahan yang disampaikan  2, 3

 Pujian atas keberhasilan siswa 4

 Respon siswa dalam proses pembelajaran yang dilakukan  5, 6, 7, 8

2

 Guru bukan subjek utama dalam pembelajaran 1

Gambar

Gambar 1. Konsep Matematika (De Lange) .........................................................
Gambar 1. Konsep Matematisasi (De Lange)
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pendekatan NHT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang disampaikan oleh guru Akidah Akhlak berikut ini. Buku Kurikulum 2013 memiliki tahapan-tahapan sebagai berikut. Yang pertama ini berisi cerita secara

Saya merasa kebutuhan saya dengan membeli produk smartphone Samsung terpuaskan dengan pilihan yang saya gunakan

Hasil : Ditemukan paparan cacing tambang pada tanah halaman rumah (20,9 %), kebiasaan defekasi di kebun (25,6 %), pengelolaan sampah baik (86,0 %), pengelolaan limbah cair baik

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan Riset Kapasitas PEnangkapan Cantrang pada Perikanan Demersal di Laut Jawa Serta Pukat Cincin pada Perikanan Cakalang dan