• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD."

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tes untuk mengukur kemampuan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, dan SD Kanisius Tegalmulyo. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk. Hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 34 soal dari 40 soal yang diujicobakan dengan reliabilitas “tinggi”, 2 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang membedakan sehingga tidak digunakan kembali. Dari 32 soal yang baik, 13 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi.

Kata kunci: tes hasil belajar, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran,

(2)

ABSTRACT

DEVELOPING MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST ABOUT SQUARE AND SQUARE ROOT FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Sanata Dharma University

2016

This research was done under availability of test which used the student achievement test. The purposes of this research were (1) to explain the process of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school, and (2) to description the product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school.

This research was Research and Development (R&D) with developing model by Borg and Gall. Fifth grade students of SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, and SD Kanisius Tegalmulyo have been chosen as research subject. Collecting data instruments of this research used by interview guidance, questionnaire, and test.

The research’s result showed that developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school used 7 steps: 1) potential and problems, 2) collecting data, 3) product design, 4) product validity test, 5) design revision, 6) product trials, and 7) product revision. The result of product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school showed 34items from 40 trial items was valid with “high” reliability, 2 items between that had different potency in less distinguishable so can’t used again. 32 items was good, 13 items had dysfunctional distractor and need to revising.

(3)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan

NIM: 121134098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan

NIM: 121134098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur, peneliti mempersembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Sang Hyang Widhi Wasa yang selalu memberikan rahmat dan berkahnya di

setiap langkah yang telah peneliti tempuh.

2. I Gusti Nyoman Gede Sunarbawa dan I Gusti Ayu Nyoman Nilawati, selaku

orang tua peneliti yang senantiasa mendoakan kelancaran setiap langkah yang

peneliti tempuh.

3. I Gusti Ayu Nyoman Winarti, selaku tante, ibu asuh, dan salah satu orang

yang sangat berperan dalam hidup peneliti.

4. I Gusti Ngurah Agung Ade Prabowo Kepakisan, selaku adik peneliti tercinta

yang selalu mendukung langkah peneliti.

5. I Gusti Ngurah Agung Raditya Permana Kepakisan, terima kasih telah

mengisi hari-hari peneliti sejak 2010 hingga saat ini.

6. Sahabat-sahabatku, Sri Widyanthi, Putri Wirianti, Widiantari, Yogi, Fitri,

Desy, dll yang selalu mendukung peneliti menyelesaikan studi dengan sukses.

(8)

MOTTO

“I don’t regret the things I’ve done.

I regret the things I didn’t do when I had the chance”

(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyataakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Februari 2016

Peneliti,

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan

Nomor Mahasiswa : 121134098

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD”

Demikian saya berikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan,

mengalihkan dalam media lain, mengolahnya bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lainnya

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 Februari 2016

Yang menyatakan,

(11)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA

UNTUK SISWA KELAS V SD

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tes untuk mengukur kemampuan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, dan SD Kanisius Tegalmulyo. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk. Hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 34 soal dari 40 soal yang diujicobakan dengan reliabilitas “tinggi”, 2 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang membedakan sehingga tidak digunakan kembali. Dari 32 soal yang baik, 13 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi.

Kata kunci: tes hasil belajar, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran,

(12)

ABSTRACT

DEVELOPING MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST ABOUT SQUARE AND SQUARE ROOT FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY

SCHOOL

I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Sanata Dharma University

2016

This research was done under availability of test which used the student achievement test. The purposes of this research were (1) to explain the process of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school, and (2) to description the product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school.

This research was Research and Development (R&D) with developing model by Borg and Gall. Fifth grade students of SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, and SD Kanisius Tegalmulyo have been chosen as research subject. Collecting data instruments of this research used by interview guidance, questionnaire, and test.

The research’s result showed that developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school used 7 steps: 1) potential and problems, 2) collecting data, 3) product design, 4) product validity test, 5) design revision, 6) product trials, and 7) product revision. The result of product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school showed 34 items from 40 trial items was valid with “high” reliability, 2 items between that had different potency in less distinguishable so can’t used again. 32 items was good, 13 items had dysfunctional distractor and need to revising.

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, atas

segala rahmat dan berkah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk Siswa Kelas V SD” ini tepat pada waktunya.

Peneliti menyadari sepenuhya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Perkenankanlah

peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan sepenuh hati kepada:

1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dosen pembimbing I yang telah membimbing

peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan

skripsi hingga selesai.

4. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah

membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal

penyusunan skripsi hingga selesai.

5. C.A sebagai validator ahli matematika perangkat tes hasil belajar yang

peneliti kembangkan.

6. L.A.E sebagai validator ahli evaluasi pembelajaran perangkat tes hasil belajar

yang peneliti kembangkan.

7. Guru kelas V yang mengampu mata pelajaran matematika di SD Kanisius

Sengkan, SD Kanisius Bayat, dan SD Negeri Padukan I yang telah

memvalidasi perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.

8. Siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, SD

Kanisius Tegalmulyo telah membantu peneliti dalam uji coba perangkat tes

hasil belajar yang peneliti kembangkan.

9. Kedua orang tuaku dan tanteku yang selalu memberikan yang terbaik melalui

(14)

10.Adikku yang telah memberikan semangat dan dukungan.

11.Teman payungku, Yohana Kurniawati, Vita Kurniawati, Desy, Ecy, Nanda,

Wahyu, Ana, dan Sisca.

12.Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberian dukungan dan doa

bagi kelancaran skripsi peneliti, CAGUR FAMILY kalian luar biasa.

13.Teman-teman PGSD angkatan 2012 yang telah memberikan bantuan dan

dukungan bagi peneliti.

14.Semua pihak yang telah benyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebutkan

satu per satu.

Demi kesempurnaan skripsi ini peneliti mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak.

Yogyakarta, 15 Februari 2016

Peneliti,

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

(16)

c) Kelebihan dan Kekurangan Tes ... 13

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 16

a) Validitas ... 16

b) Reliabilitas ... 19

c) Karakteristik Butir Soal ... 20

1) Daya Pembeda ... 20

2) Tingkat Kesukaran ... 21

3) Analisis Pengecoh ... 22

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 24

4. Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 29

5. Program TAP (Test Analysis Program) ... 32

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

C. Prosedur Pengembangan ... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Non-Tes ... 48

a. Wawancara ... 48

b. Kuesioner ... 49

2. Tes ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 43

1. Non-Tes ... 50

(17)

b. Lembar Kuesioner ... 51

2. Tes ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 52

1. Analisis Data Kualitatif ... 53

2. Analisis Data Kuantitatif ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Hasil Penelitian ... 62

1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar ... 62

a. Potensi dan Masalah ... 62

2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 67

B. Pembahasan ... 72

a. Sampul Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika... 86

b. Isi Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika ... 86

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Keterbatasan Penelitian ... 88

C. Saran ... 89

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara untuk Analisis Kebutuhan ... 51

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 52

Tabel 3.3 Konversi Nilai Skala Lima ... 54

Tabel 3.4 Kriteria Skor Skala Lima ... 56

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 58

Tabel 3.8 Kriteria Daya Pembeda ... 59

Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 60

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 64

Tabel 4.2 Nomor Soal Sebelum divalidasi dan Sebaran Nomor Soal untuk Uji Coba ... 65

Tabel 4.3 Hasil Validitas Tipe Soal A ... 67

Tabel 4.4 Hasil Validitas Tipe Soal B ... 67

Tabel 4.5 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal A ... 68

Tabel 4.6 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal B ... 69

Tabel 4.7 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal A ... 70

Tabel 4.8 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 70

Tabel 4.9 Analisis Pengecoh Tipe Soal A... 71

Tabel 4.10 Analisis Pengecoh Tipe Soal B ... 72

Tabel 4.11 Konversi Skor Hasil Validasi ... 73

Tabel 4.12 Pembahasan Validitas Tipe Soal A ... 74

Tabel 4.13 Pembahasan Validitas Tipe Soal B ... 75

Tabel 4.14 Daya Pembeda Tipe Soal A ... 77

Tabel 4.15 Daya Pembeda Tipe Soal B ... 78

Tabel 4.16 Tingkat Kesukaran Tipe Soal A ... 79

Tabel 4.17 Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 80

(19)

Tabel 4.19 Analisis Pengecoh Tipe Soal A pada Soal yang Valid dengan Daya

Pembeda yang Baik ... 82

Tabel 4.20 Nomor Soal Sebelum divalidasi, untuk Uji Coba, dan Hasil Analisis Tipe

Soal A ... 83

Tabel 4.21 Nomor Soal Sebelum divalidasi, untuk Uji Coba, dan Hasil Analisis Tipe

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Literature Map penelitian yang akan dilakukan ... 35

Gambar 3.1 Tahap-tahap R&D Menurut Borg and Gall ... 40

Gambar 3.2 Prosedur R&D yang digunakan peneliti ... 44

Gambar 3.3 Rumus Point Biserial ... 57

Gambar 3.4 Rumus Daya Pembeda ... 58

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Analisis Kebutuhan ... 93

Lampiran 2. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 94

Lampiran 3. Format Validasi Ahli ... 96

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli ... 125

Lampiran 5. Tipe Soal A untuk Uji Coba Terbatas ... 127

Lampiran 6. Tipe Soal B untuk Uji Coba Terbatas ... 132

Lampiran 7. Jawaban Siswa untuk Tipe Soal A ... 137

Lampiran 8. Jawaban Siswa untuk Tipe Soal B ... 138

Lampiran 9. r tabel Validitas ... 127

Lampiran 10. Hasil Analisis Tipe Soal A menggunakan Program TAP ... 139

Lampiran 11. Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A menggunakan Program TAP 140 Lampiran 12. Hasil Analisis Tipe Soal B menggunakan Program TAP ... 144

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini akan menjelaskan tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional

serta spesifikasi produk yang diharapkan.

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bab II pasal 3 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional

adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional ini diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar di

institusi pendidikan yang bernama sekolah. Kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan di sekolah menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang

dimiliki oleh suatu negara. Kualitas SDM suatu negara mencerminkan kualitas

pendidikan di negara tersebut.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Hasil evaluasi

internasional yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student

Assesment) tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-64 dari

65 negara partisipan (Ratri, 2014: 1). Rata-rata skor yang diperoleh Indonesia pada

kemampuan matematika 375, Sains 382, dan membaca 396. Rata-rata ini masih

(23)

membaca yang dikemukan oleh pelaksana PISA, Organization for Economic

Cooperation and Development (OECD) sebesar 494, 501, dan 496. Hasil yang

diperoleh jelas menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah.

Kualitas pendidikan di Indonesia dapat pula dilihat pada kemampuan lulusan pada

jenjang pendidikan yang ditempuh. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 membahas kemampuan lulusan atau yang

sering disebut juga sebagai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kemampuan

peserta didik dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang meliputi

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) siswa

dapat diketahui dengan adanya asesmen pembelajaran.

Asesmen pembelajaran adalah pengumpulan data tentang proses pembelajaran

dan hasil pembelajaran melalui berbagai cara (observasi, wawancara, dokumen, peer

assessment, tes, laporan diri, dan lain sebagainya) untuk keperluan evaluasi (Akbar,

2013: 88). Evaluasi yang dimaksudkan ialah untuk membandingkan hasil

pembelajaran dengan tolak ukur tertentu. Evaluasi memerlukan sebuah pengukuran

yang tepat. Pengukuran dilakukan untuk keperluan penilaian berdasarkan keadaan

objek secara kuantitatif. Penilaian hanya akan dilakukan jika pengukuran telah

dilakukan.

Pengukuran dilakukan dengan alat ukur atau instrumen berupa tes maupun

non-tes. Alat ukur yang baik harus memiliki bukti kesahihan atau yang lebih dikenal

validitas dan keandalan atau yang lebih dikenal dengan reliabilitas (Mardapi, 2008:

15). Alat ukur yang memiliki validitas tinggi akan memiliki kesalahan pengukuran

(24)

tersebut tidak jauh berbeda dengan skor yang sesungguhnya (Azwar, 2011: 43). Alat

ukur yang reliabel atau memiliki keandalan adalah alat ukur yang memiliki hasil yang

tetap (Arikunto, 2010: 56). Hasil tetap yang dimaksud adalah pada saat diujikan

dalam kurun waktu yang berbeda memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil

yang sebelumnya.

Alat ukur yang baik juga harus memiliki tingkat kesukaran yang proporsional

antara soal dalam kategori mudah, sedang, dan sukar. Daya pembeda juga harus

dimiliki oleh alat ukur yang baik dalam membedakan kemampuan peserta tes yang

pandai dengan peserta tes yang kurang pandai (Sulistyorini, 2009: 173-177). Khusus

untuk alat ukur berupa tes bentuk pilihan ganda, hal yang harus diperhatikan pula

ialah keefektifan pengecoh. Bentuk tes pilihan ganda memiliki option atau alternatif

jawaban yang diantaranya merupakan jawaban benar (sesuai dengan kunci jawaban)

sedangkan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah inilah yang

disebut pengecoh. Pengecoh dikatakan efektif ketika 5% peserta tes memilih jawaban

tersebut. Oleh sebab itu, penyusunan alat ukur yang baik harus mengikuti aturan

penyusunan.

Aturan dalam penyusunan alat ukur tes maupun non-tes seringkali lalai

dijalankan. Kelalaian dalam penyusunan alat ukur tes maupun non-tes dapat

menyebabkan hasil yang diperoleh tidak tepat, bias, dan tidak dapat

dipertanggungjawabkan (Harijanto, 2006: 17). Wardani (dalam Harijanto, 2006: 18)

menyatakan guru dalam pembelajaran di kelas memberikan tes di akhir pembelajaran,

namun kadangkala alat ukur atau instrumen berupa tes yang digunakan kurang

(25)

kemungkinan tidak mengukur kemampuan siswa secara tepat, ketika tes yang

diberikan tidak mengikuti ketentuan penyusunan tes.

Penyusunan alat ukur tes yang sesuai dengan ketentuan bertujuan untuk

memberikan gambar sejelasnya mengenai kemampuan siswa dalam memahami

materi yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada

tanggal 21 Agustus 2015 dan 18 September 2015 terhadap dua guru di SDK X dan

SD N NK dapat disimpulkan bahwa guru telah mengetahui langkah-langkah

penyusunan tes hasil belajar, namun belum sampai pada tahap menguji validitas,

reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Kedua guru

tersebut juga memerlukan contoh tes hasil belajar yang telah diuji validitas,

reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecohnya sehingga

kemampuan siswa dapat terukur dengan tepat.

Peneliti terdorong melakukan penelitian dan pengembangan berdasarkan

keterbatasan guru dalam menyusun tes hasil belajar yang valid, reliabel, memiliki

daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh yang baik. Peneliti

mengembangkan perangkat tes hasil belajar untuk membantu guru dalam penerapan

langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika pada materi perpangkatan

dan akar sederhana. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengembangan Tes

Hasil Belajar Siswa Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk

Siswa Kelas V SD”. Penelitian ini termasuk dalam penelitian R&D (Research and

Development). Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa perangkat tes hasil

belajar yang terdiri dari tabel spesifikasi dan soal tes hasil belajar matematika untuk

(26)

B. Pembatasan Masalah

Peneliti memberikan batasan masalah pada penelitian ini guna memfokuskan

penelitian. Penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada:

1. Pengembangan alat ukur yang hanya mengukur ranah kognitif atau pengetahuan

siswa.

2. Alat ukur yang dikembangkan berupa tes dalam bentuk pilihan ganda dengan

empat pilihan jawaban.

3. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika untuk kelas V dengan

Standar Kompetensi 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam

Pemecahan Masalah, serta Kompetensi Dasar 1.4 Menghitung Perpangkatan dan

Akar Sederhana.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, peneliti merumuskan masalah

dalam penelitian dan pengembangan ini menjadi:

1. Bagaimana proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi

perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan

akar sederhana yang layak untuk siswa kelas V SD?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai

berikut:

1. Memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi

(27)

2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi

perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, dengan mengembangkan tes hasil belajar matematika materi

perpangkatan dan akar sederhana dapat menambah wawasan dalam penyusunan tes

yang benar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Guru terinspirasi dalam menyusun tes hasil belajar untuk siswa yang sesuai

aturan penyusunan.

b. Bagi Siswa

Siswa mendapat pengalaman dalam mengerjakan tes hasil belajar matematika

materi perpangkatan dan akar sederhana.

c. Bagi Peneliti

Manfaat yang didapatkan peneliti melalui penelitian ini adalah pengalaman

berharga dalam mengembangkan serta menganalisis butir soal tes hasil belajar

matematika untuk siswa kelas V SD terutama pada materi perpangkatan dan akar

sederhana.

d. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini juga bisa digunakan sebagai bahan acuan dalam

(28)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai

berikut:

1. Tes hasil belajar adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam memahami materi pembelajaran.

2. Matematika adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara menalar disertai

pembuktian yang logis, sehingga materi yang terdapat di dalamnya dapat diterima

akal sehat (logika).

3. Siswa kelas V SD adalah individu jenjang pendidikan dasar yang berada pada

rentang usia 11-12 tahun.

G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini

adalah:

1. Produk yang dikembangkan berupa perangkat tes hasil belajar matematika materi

perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD yang terdiri dari (a) identitas

soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan, (b)

indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah

kognitif yang diukur, dan (f) tingkat kesukaran.

2. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana

untuk kelas V SD telah diuji validitas isi melalui expert judgement, serta validitas

empiris dengan menggunakan program TAP.

3. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana

(29)

sebanyak 32 sebesar 0,35, sedangkan untuk jumlah responden sebanyak 30

sebesar 0,36.

4. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana

untuk kelas V SD memiliki reliabilitas yang termasuk tinggi yaitu berada pada

rentang 0,61 – 0,80.

5. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana

untuk kelas V SD memiliki daya pembeda yang baik minimal cukup

membedakan yaitu pada rentang 0,40 – 0,59.

6. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana

untuk kelas V SD memiliki tingkat kesukaran yang mudah dan sedang. Soal pada

kriteria mudah pada rentang 0,71 – 1,00, dan soal pada kriteria sedang pada

rentang 0,31 – 0,70.

7. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana

untuk kelas V SD memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik di setiap

option. Pengecoh yang berfungsi dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% peserta tes

atau setara 0,05.

8. Perangkat tes hasil belajar matematika disusun menggunakan bahasa Indonesia

yang baku sesuai EYD yang terbatas pada penggunaan huruf kapital dan tanda

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini akan menjelaskan empat hal yaitu kajian teori, penelitian yang relevan,

kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Teori

Kajian teori ini berisi tentang teori-teori relevan yang berhubungan dengan tes

hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, dan pengembangan tes hasil belajar.

1. Tes Hasil Belajar

a. Definisi Tes Hasil Belajar

Tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Tes

diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhan jawaban, atau

sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur

kemampuan seseorang atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang

dikenai tes (Mardapi, 2008: 67). Nurkancana dan Sumartana (Suwandi, 2010: 39)

menyatakan hal yang senada bahwa tes adalah suatu cara penilaian dalam bentuk

tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai

dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

Widoyoko (2015: 57) memaparkan bahwa tes merupakan bagian tersempit dari

penilaian. Berdasarkan tiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan jika tes

merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

kemampuan seseorang yang diperoleh melalui respon dari pertanyaan yang

(31)

Mudjijo (dalam Kinanthi, 2006: 13) memaparkan bahwa tes hasil belajar

adalah bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang diberikan kepada individu

yang dites (testee) yang harus dijawab dan atau dipecahkan. Tes hasil belajar

menurut Purwanto (2009: 64) sama halnya dengan tes penguasaan. Tes hasil

belajar berfungsi mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan

guru atau materi yang telah dipelajari oleh siswa. Berdasarkan dua pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan pertanyaan atau

pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur penguasaan siswa

terhadap materi yang telah diajarkan.

b. Jenis Tes

Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2009: 40) memaparkan bahwa tes dapat

dibedakan menjadi berbagai macam bergantung pada dasar yang digunakan

antara lain: berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki,

penyusun tes, dan bentuk tes.

Pertama, tes menurut individu yang dites dibedakan menjadi dua yaitu tes

individual dan tes kelompok. Tes individual terjadi saat pelaksanaan kegiatan tes

guru hanya menghadapi seorang siswa. Sebaliknya, dalam tes kelompok yang

dihadapi guru adalah sejumlah siswa misalnya siswa dalam satu kelas.

Kedua, tes menurut jawaban yang dikehendaki dibedakan menjadi dua yaitu

tes perbuatan dan tes verbal. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut respon

siswa yang berupa tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes perbuatan

dimaksudkan untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek

(32)

jawaban siswa yang berupa tingkah laku verbal yang berbentuk bahasa yang

berisi kata-kata dan kalimat. Tes verbal jika dilihat dari segi menjawabnya dibagi

menjadi dua yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan menghendaki jawaban siswa

diberikan secara lisan. Pertanyaan ataupun pernyataan yang diberikan tidak selalu

direspon dalam bentuk menulis jawaban namun dapat pula dalam bentuk lain

seperti memberi tanda, mewarnai menggambar dan lain sebagainya. Tes tertulis

menuntut jawaban siswa diberikan secara tertulis. Tes tertulis merupakan tes yang

baik soal maupun jawaban diberikan dalam bentuk tulisan.

Ketiga, tes menurut penyusun tes dibedakan menjadi dua yaitu tes buatan guru

dan tes standar. Tes buatan guru merupakan tes yang dibuat oleh guru kelas itu

sendiri. Tes tersebut dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa

mencapai tujuan pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan.

Tes standar adalah kebalikan dari tes buatan guru. Tes standar adalah tes yang

telah distandarkan. Tes standar dibedakan menjadi dua macam yaitu tes bakat

(aptitude test) dan tes prestasi (achievement test). Perbedaan antara tes buatan

guru dengan tes standar selain dari penjelasan di atas ialah terletak pada

kelayakan tes (appropriateness test), kesahihan tes (validity test), keajegan tes

(reliability test), dan ketertafsiran tes (interpretability test).

Keempat, tes menurut bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu tes subjektif

dan tes objektif. Bentuk tes subjektif sering juga disebut sebagai tes bentuk esai

(Inggris: essay). Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban

siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Tes bentuk

(33)

jawabannya sendiri dengan lingkup yang relatif dibatasi. Tes bentuk esai juga

menuntut siswa untuk dapat menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep,

mengorganisasikannya ke dalam koherensi yang logis dan kemudian

menuangkannya dalam bentuk ekspresi tulis dengan bahasa sendiri. Tes objektif

memiliki pengertian yang kontras dengan tes bentuk esai. Tes objektif juga

disebut dengan tes jawab singkat (short answer test). Sesuai dengan namanya, tes

jawab singkat menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat,

bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili

alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban terhadap tes objektif bersifat

pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Jenis tes objektif yang

banyak digunakan antara lain jawaban benar salah (true-false), pilihan ganda

(multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching).

Keempat jenis tes yang telah dipaparkan di atas ada pula jenis tes sebagai

pengukur keberhasilan. Tes pada dasarnya digunakan untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar.

Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2010: 44) menyebutkan jika tes pengukur

keberhasilan yang biasa digunakan terbagi menjadi empat yaitu: (1) tes

kemampuan awal, (2) tes diagnostik, (3) tes formatif, dan (4) tes sumatif. Tes

kemampuan awal dimaksudkan sebagai tes yang dilakukan sebelum siswa

mengalami proses belajar mengajar. Tes diagnostik dilakukan sebelum atau

selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar untuk menemukan

bahan-bahan pelajaran yang masih menyulitkan siswa. Tes formatif dilakukan selama

(34)

untuk mengukur tingkat kemampuan siswa berkaitan dengan pokok bahasan yang

baru saja diselesaikan. Tes sumatif dilakukan setelah semua kegiatan belajar

mengajar atau program yang direncanakan selesai yang lazimnya dilaksanakan

pada akhir semester dengan sebutan Ulangan Umum atau Ulangan Akhir

Semester.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis tes yang disusun

dalam penelitian ini jika ditinjau berdasarkan individu yang dites merupakan tes

kelompok, ditinjau dari jawaban yang dikehendaki termasuk tes verbal dengan

cara menjawabnya termasuk tes tertulis. Sedangkan jika dilihat dari penyusun tes

termasuk tes standar yaitu tes prestasi dengan bentuk tes objektif tipe pilihan

ganda.

c. Kelebihan dan Kekurangan Tes

Tes yang biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dibagi menjadi

dua yaitu tes objektif dan tes subjektif (Widoyoko, 2015: 57). Tes objektif

maupun tes subjektif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Widoyoko

(2015: 60- 88) memaparkan kelebihan dan kekurangan tes objektif dan tes

subjektif sebagai berikut:

1) Tes Objektif

a) Kelebihan Tes Objektif

(1) Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan.

(2) Lebih mudah dan cepat dalam memeriksa jawaban karena dapat

menggunakan kunci jawaban bahkan dapat menggunakan alat-alat

(35)

(3) Pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain.

(4) Pemeriksaan dan penskoran tidak ada unsur subjektif yang

mempengaruhi, baik segi guru maupun responden.

b) Kekurangan Tes Objektif

(1) Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes subjektif karena

butir soal atau item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari

kelemahan-kelemahan yang lain.

(2) Butir-butir soal cenderung hanya mengungkapkan ingatan dan

pengenalan kembali (memahami), dan sulit untuk mengukur

kemampuan berpikir tinggi seperti menganalisa dan mencipta.

(3) Banyak kesempatan bagi responden untuk melakukan spekulasi atau

untung-untungan dalam menjawab soal tes.

(4) Kerjasama antar responden pada waktu mengerjakan soal tes lebih

terbuka.

2) Tes Subjektif

a) Kelebihan Tes Subjektif

(1) Tes objektif dapat digunakan mengukur hasil belajar yang kompleks

seperti menganalisa dan mencipta.

(2) Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk

tes objektif.

(3) Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu

yang lama bagi guru untuk mempersiapkannya.

(36)

(5) Mendorong responden untuk berani mengemukakan pendapat serta

menyusun dalam bentuk kalimat yang baik.

(6) Memberi kesempatan kepada responden untuk mengutarakan

maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

b) Kekurangan Tes Subjektif

(1) Reliabilitas tes rendah karena skor yang dicapai tidak konsisten bila

tes yang sama diuji beberapa kali.

(2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengoreksi lembar

jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

Berdasarkan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan tes dapat

disimpulkan bahwa tes yang biasa digunakan baik tes objektif maupun tes subjektif

sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangnya masing-masing.

Sub-pokok bahasan mengenai tes hasil belajar membahas tiga hal yaitu definisi

tes hasil belajar, jenis tes serta kelebihan dan kekurangan tes. Tes hasil belajar

merupakan pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur

penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Tes dapat dibedakan menjadi

empat antara lain: berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki,

penyusun tes, dan bentuk tes. Ada pula jenis tes yang digunakan untuk mengukur

keberhasilan antara lain tes kemampuan awal, tes diagnostik, tes formatif, dan tes

sumatif. Tes hasil belajar yang biasa digunakan berupa tes objektif dan tes subjektif.

(37)

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

Konstruksi tes hasil belajar meliputi tiga pokok bahasan yaitu: validitas,

reliabilitas, dan karakteristik butir soal. Penjabaran tiga pokok bahasan tersebut

sebagai berikut.

a. Validitas

Masidjo (1995: 242) memaparkan pengertian validitas adalah taraf

kemampuan tes mengukur yang seharusnya diukur. Validitas menurut Standard

(dalam Mardapi, 2008: 16) merupakan dukungan bukti dan teori terhadap

penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Penafsiran skor tes

tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri. Apabila skor tes

yang digunakan ditafsirkan lebih dari satu makna, setiap penafsiran atau

pemaknaan itu harus divalidasi. Validitas menurut Noor (2012: 132) adalah suatu

indeks yang menunjukkan alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur yang

seharusnya diukur. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa validitas

adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang

seharusnya diukur.

Validitas secara tradisional dapat digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu

validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas

yang berdasarkan kriteria (criterion-related validity) (Azwar, 2014: 41).

1) Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi merupakan validitas yang diestiminasi lewat pengujian terhadap

kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang

(38)

diungkapkan oleh Arikunto (2013: 81) bahwa validitas isi bagi sebuah instrumen

menunjukkan kondisi instrumen berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi.

Secara lebih spesifik validitas isi dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu validitas

muka (face validity) dan validitas logis (logical validity).

a) Validitas Muka (Face validity)

Validitas muka adalah bukti validitas yang walaupun penting namun paling

rendah signifikansinya dikarenakan hanya didasarkan pada penilaian penampilan

tes dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan tes (Azwar, 2014: 43).

b) Validitas Logis (Logical Validity)

Validitas logis atau validitas sampling adalah validitas yang menunjukkan

sejauhmana aitem tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak

diukur (Azwar, 2014: 44). Validitas logis menurut Arikunto (2013: 80) adalah

kondisi sebuah instrumen yang memenuhi syarat valid berdasarkan hasil

penalaran. Kondisi valid dipandang sudah memenuhi jika instrumen yang

bersangkutan telah dirancang dengan baik mengikuti teori dan ketentuan yang

ada. Validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah

instrumen selesai disusun.

2) Validitas Konstrak (Construct Validity)

Allen&Yen (dalam Azwar, 2014: 45) menyatakan bahwa validitas konstrak

adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana hasil tes mampu mengungkap

sebuah trait atau suatu konstrak teoretik yang hendak diukur. Validitas konstrak

menurut Arikunto (2013: 81) adalah kondisi sebuah instrumen ditunjukkan

(39)

3) Validitas Berdasarkan Kriteria

Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas

prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).

a) Validitas Prediktif

Validitas prediktif atau predictive validity adalah kemampuan sebuah

instrumen untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

(Arikunto, 2013: 84). Yusuf (2014: 237) menyatakan hal yang yang senada

mengenai validitas prediktif yaitu derajat kesesuaian antara hasil pengukuran dan

kinerja di masa depan dalam aspek yang diukur. Validitas prediktif didapat

dengan mencari korelasi antara skor predictor dengan skor yang ada tentang

beberapa kriteria pada suatu waktu kemudian.

b) Validitas Konkuren

Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang layak ditegakkan bila

tes tidak dirancang untuk berfungsi sebagai prediktor dan merupakan validitas

yang penting dalam situasi diagnostik (Azwar, 2014: 49). Arikunto (2013: 83)

memaparkan bahwa concurrent validity lebih umum dikenal dengan validitas

empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris ketika hasilnya sesuai

dengan pengalaman. Kata “sesuai” mengkaitkan dua hal yang dipasangkan. Hasil

tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang

telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada

sekarang). Membandingkan sebuah tes memerlukan suatu kriterium atau alat

(40)

Berdasarkan uraian mengenai validitas dapat disimpulkan bahwa validitas

adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang

seharusnya diukur. Validitas secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga

yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct validity), dan

validitas yang berdasarkan kriteria (criterion-related validity). Validitas isi

dibedakan menjadi validitas tampang dan validitas logis. Validitas berdasarkan

kriteria dibedakan menjadi validitas prediktif dan validitas konkuren.

b. Reliabilitas

Masidjo (1995: 208) menjelaskan pengertian reliabilitas adalah taraf kemampuan

tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam

taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Sudijono (2011: 95) menyatakan reliabilitas

sebagai keajegan atau kemantapan tes. Suatu tes yang baik harus memiliki reliabilitas

atau bersifat reliabel. Suatu tes dinyatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan

menggunakan tes tersebut dilakukan berulang kali terhadap subjek yang sama

senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Arikunto

(2013: 100) menyatakan hal yang senada bahwa reliabilitas adalah ketetapan hasil tes.

Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang

sesuai dengan kenyataan. Ajeg atau tetap tidak diartikan selalu sama, tetapi mengikuti

perubahan secara ajeg. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

reliabilitas terlihat dari hasil sebuah instrumen jika diujikan dalam kurun waktu yang

berbeda menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh

(41)

c. Karakteristik Butir Soal

Karakteristik butir soal meliputi tiga pokok bahasan yaitu daya pembeda, tingkat

kesukaran, dan analisis pengecoh. Penjabaran ketiga pokok bahasan tersebut

dijabarkan sebagai berikut:

1) Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan item soal dalam membedakan kemampuan

siswa yang pandai dengan kemampuan siswa yang rendah (Sulistyorini, 2011: 177).

Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda adalah taraf jumlah jawaban

benar siswa yang tergolong kelompok atas (pandai = upper group) berbeda dari siswa

yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu item.

Siswa yang tergolong kelompok atas (KA) adalah siswa yang mempunyai skor-skor

tinggi, sedangkan siswa kelompok bawah (KB) adalah siswa yang mempunyai

skor-skor rendah.

Sudjana (2009: 141) menyatakan hal yang senada dengan Sulistyorini dan

Masidjo bahwa daya pembeda merupakan kesanggupan soal dalam membedakan

siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong

kurang (lemah prestasinya). Soal memiliki daya pembeda yang baik apabila diberikan

pada siswa yang mampu hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, sedangkan

apabila diberikan pada siswa yang kurang mampu menunjukkan hasil yang rendah.

Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan pada

siswa yang mampu menunjukkan hasil yang rendah, namun jika dikerjakan oleh

(42)

daya pembeda tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan

kemampuan siswa yang sebenarnya.

Berdasarkan pendapat tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda

merupakan kemampuan tes dalam membedakan siswa kelompok atas (siswa dengan

prestasi tinggi atau pandai) dengan siswa kelompok bawah (siswa dengan prestasi

lemah atau kurang pandai). Tes yang memiliki daya pembeda akan menghasilkan

gambaran kemampuan siswa yang sebenarnya. Sebaliknya tes yang tidak memiliki

daya pembeda tidak akan menghasilkan gambaran kemampuan siswa yang

sebenarnya.

2) Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu item soal (butir soal) dapat diketahui dari banyaknya

siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dengan suatu

bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK) (Masidjo, 1995: 189). Tingkat

kesulitan suatu item soal hendaknya memiliki keseimbangan yang proporsional

antara soal dalam kategori mudah, sedang dan sukar (Sulistyorini, 2009: 173).

Sudjana (2009: 135) memaparkan bahwa tingkat kesukaran soal dipandang dari

kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dari sudut guru

sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat

kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah,

sedang, dan sukar. Perbandingan proporsi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut

didasarkan atas kurva normal (Sudjana, 2009: 136). Sebagian besar soal berada pada

kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi

(43)

3-4-3. 30% soal dengan kategori mudah, 40% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal

dengan kategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 25-50-25, 25% soal dengan

kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang, dan 25% soal dengan kategori

sukar. Soal dengan kategori sedang menempati proporsi lebih banyak dari soal

kategori mudah dan soal kategori sukar.

Berdasarkan pendapat tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesukaran soal dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab soal dengan

benar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari sudut kemampuan siswa dalam

menjawab soal, bukan dari sudut guru sebagai pembuat soal. Proporsi soal dengan

kategori mudah, sedang, dan sukar juga turut menentukan analisis tingkat kesukaran

soal.

3) Analisis Pengecoh

Sudijono (2011: 409-411) memaparkan bahwa tes objektif bentuk pilihan ganda

setiap item soal (butir soal) dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban atau

yang lebih dikenal dengan option atau alternatif. Option atau alternatif jumlahnya

berkisar tiga sampai lima buah. Kemungkinan-kemungkinan yang terpasang pada

setiap item soal salah satu di antaranya merupakan jawaban benar (sesuai dengan

kunci jawaban) sedangkan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah

itulah yang disebut dengan pengecoh atau distraktor (Inggris: distractor).

Tujuan dipasangnya pengecoh pada setiap butir soal adalah agar dari sekian

banyak siswa yang mengikuti tes ada yang tertarik atau terangsang untuk

memilihnya, sebab mereka menyangka pengecoh yang dipilihnya merupakan

(44)

apabila memiliki daya tarik atau daya rangsang sedemikian rupa. Daya rangsang atau

daya tarik tersebut membuat siswa (khususnya yang termasuk siswa kategori

kelompok bawah atau kurang pandai) merasa bimbang dan ragu-ragu sehingga pada

akhirnya mereka terkecoh untuk memilih pengecoh sebagai jawaban benar. Pengecoh

dinyatakan menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh tersebut

sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes. Makin banyak siswa yang

terkecoh dapat dinyatakan bahwa pengecoh tersebut menjalankan fungsinya dengan

baik. Semakin banyak siswa yang menjawab benar sesuai kunci jawaban, maka

pengecoh tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik atau pengecoh “tidak

laku”.

Daryanto (2007: 193) menyatakan bahwa pengecoh dapat diperlakukan dengan

tiga cara yaitu: “diterima”, “ditolak”, dan “ditulis kembali”. Pengecoh yang

“diterima” telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu sekurang-kurangnya 5%

dari seluruh peserta tes. Pengecoh yang “ditolak” tidak menjalankan fungsinya

dengan baik atau seluruh peserta tes tidak memilih pengecoh tersebut. Pengecoh yang

“ditulis kembali” kurang menjalankan fungsinya dengan baik. Pengecoh yang “ditulis

kembali biasanya memiliki kekurangan yang terletak pada rumusan kalimat yang

kurang efektif sehingga memerlukan perubahan yang seperlunya.

Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh

digunakan pada tes objektif bentuk pilihan ganda. Pengecoh yang baik dipilih oleh

sekurang-kurangnya 5% dari seluruh peserta tes. Pengecoh dapat diperlakukan

(45)

Sub-pokok bahasan konstruksi tes hasil belajar dibagi menjadi tiga pokok bahasan

yaitu validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal yang terdiri dari daya

pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Validitas adalah kemampuan tes

menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang seharusnya diukur. Validitas dapat

digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi, validitas konstrak, dan

validitas yang berdasarkan kriteria. Apabila validitas menunjukkan ketepatan tes

dalam mengukur yang seharusnya diukur, maka reliabilitas menunjukkan keajegan

suatu tes dalam mengukur yang seharusnya diukur. Keajegan yang dimaksud

bukanlah hasil yang sama yang akan diperoleh setiap tes diujikan namun mengikuti

perubahan secara ajeg. Tes ketika diujikan akan mengukur kemampuan siswa yang

pandai dan siswa yang kurang pandai yang juga disebut daya pembeda. Tes yang

diujikan harus memiliki tingkat kesukaran yang baik yaitu soal pada kategori sedang

memiliki proporsi lebih banyak dari soal pada kategori mudan dan sukar. Soal

kategori mudah dan sukar memiliki proporsi yang seimbang. Soal objektif bentuk

pilihan ganda perlu dianalisis keefektifan pengecohnya. Pengecoh yang baik akan

dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% peserta tes.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Mardapi (dalam Widoyoko, 2015: 90-97) memaparkan ada sembilan langkah

yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesembilan langkah

tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Menyusun Spesifikasi Tes

Menyusun spesifikasi tes merupakan langkah awal dalam pengembangan tes.

(46)

dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan (a) menentukan

tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, dan (d) menentukan

panjang tes.

a. Menentukan Tujuan Tes

Tujuan tes yang banyak digunakan oleh lembaga pendidikan antara lain: tes

kemampuan awal atau tes penempatan, tes dignostik, tes formatif, dan tes sumatif.

b. Menyusun Kisi-kisi Tes

Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal yang akan dibuat.

Matriks kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan

kompetensi dasar (KD) dan indikator, pokok dan sub-pokok bahasan, serta uraian

materi. Baris menyatakan tujuan yang akan diukur dalam tes.

Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: (1) menulis

standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (2) menentukan indikator, (3)

membuat daftar pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang akan diujikan, (4)

menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan sub-pokok bahasan.

Kisi-kisi tes dapat disusun secara terpisah antara tes objektif dan tes subjektif (tes

esai atau uraian). Tes objektif dan tes subjektif juga dapat dibuat dalam satu kisi-kisi

soal. Sumber utama standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator,

pokok bahasan, dan sub-pokok bahasan adalah silabus mata pelajaran. Jumlah soal

yang digunakan bergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan materi yang

(47)

c. Memilih Bentuk Tes

Bentuk tes dapat ditentukan berdasarkan tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu

yang tersedia untuk memeriksa jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata

pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar

salah tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan

cakupan materi yang diujikan banyak.

d. Menentukan Panjang Tes (Durasi Pengerjaan Tes)

Panjang tes ditentukan berdasarkan cakupan materi ujian dan kelelahan peserta

tes. Tes tertulis pada umumnya menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, sedangkan

tes praktik membutuhkan waktu lebih dari itu. Tes pilihan ganda membutuhkan

waktu pengerjaan 2 sampai 3 menit untuk setiap butir soal. Hal ini juga dipengaruhi

oleh tingkat kesulitan soal.

2) Menulis Soal Tes

Penulisan soal merupakan penjabaran indikator menjadi pernyataan-pernyataan

yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat.

Kualitas tes secara keseluruhan dipengaruhi oleh tingkat kebaikan masing-masing

butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simple. Soal

yang tidak jelas dan bertele-tele akan menyebabkan interpretasi tunggal dan

membingungkan. Setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa sehingga jelas

yang ditanyakan dan jawaban yang diharapkan.

3) Menelaah Soal Tes

Soal yang telah dibuat seringkali memiliki kesalahan dan kekurangan yang luput

(48)

oleh orang lain bukan si pembuat soal untuk menghindari bias. Telaah soal

diharapkan menghasilkan kualitas soal yang lebih baik.

4) Melakukan Uji Coba Tes

Uji coba soal perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal sebelum soal

digunakan. Uji coba dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik

mengenai tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Hasil uji coba akan diperoleh

data yang digunakan sebagai dasar analisis tentang validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, daya pembeda, efektifitas pengecoh dan lain-lain. Berdasarkan hasil uji

coba tersebut apabila soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan

maka akan dilakukan perbaikan atau pembenahan butir soal.

5) Menganalisis Butir Soal Tes

Uji coba yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang

kualitas soal yang telah disusun. Hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir

soal yang telah disusun. Analisis dari hasil coba akan diketahui antara lain: tingkat

kesukaran, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh.

6) Memperbaiki Tes

Memperbaiki tes dilakukan pada butir soal yang belum mencapai kualitas yang

diharapkan. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi,

beberapa soal perlu direvisi, dan beberapa soal mungkin harus dibuang karena tidak

memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7) Merakit Tes

Butir soal yang telah dianalisis dan diperbaiki selanjutnya dirakit menjadi satu

(49)

soal tes yang terpadu. Perakitan tes perlu memperhatikan hal-hal yang dapat

mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal,

lay out dan sebagainya perlu diperhatikan. Hal ini sangat penting karena jika disusun

sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.

8) Melaksanakan Tes

Tes yang telah dirakit menjadi satu kesatuan diberikan kepada peserta tes untuk

diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Tes yang dilaksanakan perlu dipantau oleh pengawas agar tes benar-benar dikerjakan

oleh peserta tes dengan jujur dan ketentuan yang telah digariskan. Pengawasan

dilakukan harus tidak mengganggu pelaksanaan tes. Peserta tes tidak boleh terganggu

oleh kehadiran pengawas karena berakibat ketidak akuratan hasil tes.

9) Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor yang ditafsirkan menjadi

nilai. Tinggi rendahnya nilai dikaitkan dengan acuan penilaian. Acuan penilaian yang

sering digunakan dalam bidang pendidikan ada dua macam yaitu acuan norma dan

acuan kriteria. Nilai merupakan alat yang sangat berguna untuk memotivasi siswa

dalam belajar serta guru dalam mengajar lebih baik.

Mengembangkan tes hasil belajar memerlukan langkah-langkah pengembangan

yang benar. Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes

hasil belajar yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah

soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki

(50)

4. Taksonomi Bloom yang Direvisi

Taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus (Anderson&Krathwohl,

2010: 6). Taksonomi dalam dunia pendidikan mengklasifikasi Tujuan Instruksional

Khusus (TIK) atau lebih dikenal indikator. Sebuah rumusan TIK berisikan satu kata

kerja dan satu kata benda. Kata kerja mendeskripsikan proses kognitif yang

diharapkan sedangkan kata benda mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan

untuk dikuasai siswa. Contohnya: Siswa dapat membedakan (proses kognitif)

bilangan genap dan bilangan ganjil (pengetahuan) (Anderson&Krathwohl, 2010: 6).

Taksonomi Bloom memiliki satu dimensi, sedangkan taksonomi Bloom yang

direvisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi yang dimaksud adalah proses kognitif

dan pengetahuan. Interelasi antara kedua dimensi disebut dengan Tabel Taksonomi.

Dimensi proses kognitif memiliki enam kategori yaitu: Mengingat, Memahami,

Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta. Kontinum yang

mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkatan kognisi yang kompleks

(Anderson&Krathwohl, 2010: 6). Dimensi pengetahuan berisi empat kategori yaitu:

Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Kategori-kategori ini dianggap

merupakan kontinum dari yang konkret (faktual) dampai dengan abstrak

(metakognitif).

Kategori-kategori dalam proses kognitif dan pengetahuan akan dijabarkan sebagai

berikut:

a. Mengingat

Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori

(51)

dengan tujuan pembelajaran yang menghendaki kemampuan untuk meretensi atau

menyimpan materi yang pelajaran sama seperti materi yang diajarkan. Pengetahuan

yang dibutuhkan dalam proses mengingat adalah pengetahuan Faktual, Konseptual,

Prosedural, atau Metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut.

Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat

kembali (Anderson&Krathwohl, 2010: 103-104).

b. Memahami

Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran

baik yang bersifat lisan, tulisan, maupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran,

buku, atau layar komputer (Anderson&Krathwohl, 2010: 105). Pengetahuan yang

mendasari proses kognitif memahami ialah pengetahuan Konseptual. Proses-proses

kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,

mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan

(Anderson&Krathwohl, 2010: 106).

c. Mengaplikasikan

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur tertentu untuk

mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Pengetahuan yang berkaitan

erat dengan pengetahuan Prosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua

proses kognitif yaitu mengeksekusi (berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan)

dan mengimplementasikan (berkaitan dengan menyelesaikan masalah)

(52)

d. Menganalisis

Menganalisis berkaitan dengan proses memecah-mecah materi menjadi

bagian-bagian kecil serta mennetukan hubungan antar bagian-bagian dan antara setiap bagian-bagian dan

struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif

membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson&Krathwohl, 2010:

120).

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan

standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa

keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-

(keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal) (Anderson&Krathwohl, 2010:

125).

f. Mencipta

Mencipta berkaitan dengan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah

keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses kognitif yang terlibat dalam

mencipta sejalan dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Mencipta

bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh

tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa taksonomi adalah

sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi Bloom yang direvisi memiliki dua

dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Interelasi antara kedua dimensi

Gambar

Tabel 4.21 Nomor Soal Sebelum divalidasi, untuk Uji Coba, dan Hasil Analisis Tipe
Gambar 2.1 Literature Map penelitian yang akan dilakukan  ................................
Gambar 2.1 Literature Map penelitian yang akan dilakukan.
Gambar 3.1 Tahap-tahap R&D Menurut Borg dan Gall (Sugiyono, 2012: 298)
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DENGAN KEPUASAN PEMUSTAKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

1. Siswa tidak bergantung hanya kepada guru, akan tetapi dapat menambah kemampuan berpikir dari berbagai sumber serta belajar dari siswa lain. Dapat mengembangkan kemampuan

Awal mula saya tidak mengetahui Idntitas pelaku tersebut namun setelah saya menceritakan tentang ciri ciri dari orang tersebut kepada Bos saya saat itu kemudian setelah 2 (dua )

rdds|hh$fuhrustEigki:se ru ffiFqhoniioio

[r]

bahwa dafam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2ZI?MR.ASEOOT tentang Pemberian uang Makan bagi Pegawai Negeri sipit telah diatur jumlah hari kerja dan besaran uang makan

Hubugan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Serviks di Puskesmas

Meskipun begitu/ Fatah mengakui/ fatwa yang sebenarnya masih ditujukan untuk kalangan internalnya ini/ akan diberlakukan secara bertahap/ dan tidak harus berhenti