ABSTRAK
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA
UNTUK SISWA KELAS V SD
I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tes untuk mengukur kemampuan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, dan SD Kanisius Tegalmulyo. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk. Hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 34 soal dari 40 soal yang diujicobakan dengan reliabilitas “tinggi”, 2 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang membedakan sehingga tidak digunakan kembali. Dari 32 soal yang baik, 13 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi.
Kata kunci: tes hasil belajar, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran,
ABSTRACT
DEVELOPING MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST ABOUT SQUARE AND SQUARE ROOT FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY
SCHOOL
I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Sanata Dharma University
2016
This research was done under availability of test which used the student achievement test. The purposes of this research were (1) to explain the process of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school, and (2) to description the product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school.
This research was Research and Development (R&D) with developing model by Borg and Gall. Fifth grade students of SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, and SD Kanisius Tegalmulyo have been chosen as research subject. Collecting data instruments of this research used by interview guidance, questionnaire, and test.
The research’s result showed that developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school used 7 steps: 1) potential and problems, 2) collecting data, 3) product design, 4) product validity test, 5) design revision, 6) product trials, and 7) product revision. The result of product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school showed 34items from 40 trial items was valid with “high” reliability, 2 items between that had different potency in less distinguishable so can’t used again. 32 items was good, 13 items had dysfunctional distractor and need to revising.
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA
UNTUK SISWA KELAS V SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan
NIM: 121134098
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA
UNTUK SISWA KELAS V SD
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan
NIM: 121134098
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERSEMBAHAN
Puji syukur, peneliti mempersembahkan karya sederhana ini kepada:
1. Sang Hyang Widhi Wasa yang selalu memberikan rahmat dan berkahnya di
setiap langkah yang telah peneliti tempuh.
2. I Gusti Nyoman Gede Sunarbawa dan I Gusti Ayu Nyoman Nilawati, selaku
orang tua peneliti yang senantiasa mendoakan kelancaran setiap langkah yang
peneliti tempuh.
3. I Gusti Ayu Nyoman Winarti, selaku tante, ibu asuh, dan salah satu orang
yang sangat berperan dalam hidup peneliti.
4. I Gusti Ngurah Agung Ade Prabowo Kepakisan, selaku adik peneliti tercinta
yang selalu mendukung langkah peneliti.
5. I Gusti Ngurah Agung Raditya Permana Kepakisan, terima kasih telah
mengisi hari-hari peneliti sejak 2010 hingga saat ini.
6. Sahabat-sahabatku, Sri Widyanthi, Putri Wirianti, Widiantari, Yogi, Fitri,
Desy, dll yang selalu mendukung peneliti menyelesaikan studi dengan sukses.
MOTTO
“I don’t regret the things I’ve done.
I regret the things I didn’t do when I had the chance”
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyataakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar referensi sebagai layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Februari 2016
Peneliti,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan
Nomor Mahasiswa : 121134098
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA
UNTUK SISWA KELAS V SD”
Demikian saya berikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan,
mengalihkan dalam media lain, mengolahnya bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lainnya
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 15 Februari 2016
Yang menyatakan,
ABSTRAK
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERPANGKATAN DAN AKAR SEDERHANA
UNTUK SISWA KELAS V SD
I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya tes untuk mengukur kemampuan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk (1) memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD dan (2) mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D) dengan model pengembangan Borg dan Gall. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, dan SD Kanisius Tegalmulyo. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan pedoman wawancara, lembar kuesioner, dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menggunakan 7 langkah yaitu 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) uji validasi produk, 5) revisi desain, 6) uji coba produk, dan 7) revisi produk. Hasil kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD menunjukkan soal yang valid sebanyak 34 soal dari 40 soal yang diujicobakan dengan reliabilitas “tinggi”, 2 soal diantaranya memiliki daya pembeda yang kurang membedakan sehingga tidak digunakan kembali. Dari 32 soal yang baik, 13 soal memiliki pengecoh yang kurang berfungsi dan perlu direvisi.
Kata kunci: tes hasil belajar, valid, reliabel, daya pembeda, tingkat kesukaran,
ABSTRACT
DEVELOPING MATHEMATICS ACHIEVEMENT TEST ABOUT SQUARE AND SQUARE ROOT FOR FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY
SCHOOL
I Gusti Ayu Mas Indah Prabawati Kepakisan Sanata Dharma University
2016
This research was done under availability of test which used the student achievement test. The purposes of this research were (1) to explain the process of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school, and (2) to description the product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school.
This research was Research and Development (R&D) with developing model by Borg and Gall. Fifth grade students of SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, and SD Kanisius Tegalmulyo have been chosen as research subject. Collecting data instruments of this research used by interview guidance, questionnaire, and test.
The research’s result showed that developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school used 7 steps: 1) potential and problems, 2) collecting data, 3) product design, 4) product validity test, 5) design revision, 6) product trials, and 7) product revision. The result of product quality of developing achievement test about square and square root for fifth grade students of elementary school showed 34 items from 40 trial items was valid with “high” reliability, 2 items between that had different potency in less distinguishable so can’t used again. 32 items was good, 13 items had dysfunctional distractor and need to revising.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Sang Hyang Widhi Wasa, atas
segala rahmat dan berkah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk Siswa Kelas V SD” ini tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari sepenuhya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Perkenankanlah
peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dengan sepenuh hati kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. dosen pembimbing I yang telah membimbing
peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal penulisan
skripsi hingga selesai.
4. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah
membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dari awal
penyusunan skripsi hingga selesai.
5. C.A sebagai validator ahli matematika perangkat tes hasil belajar yang
peneliti kembangkan.
6. L.A.E sebagai validator ahli evaluasi pembelajaran perangkat tes hasil belajar
yang peneliti kembangkan.
7. Guru kelas V yang mengampu mata pelajaran matematika di SD Kanisius
Sengkan, SD Kanisius Bayat, dan SD Negeri Padukan I yang telah
memvalidasi perangkat tes hasil belajar yang peneliti kembangkan.
8. Siswa kelas V SD Kanisius Notoyudan I, SD Kanisius Kintelan I, SD
Kanisius Tegalmulyo telah membantu peneliti dalam uji coba perangkat tes
hasil belajar yang peneliti kembangkan.
9. Kedua orang tuaku dan tanteku yang selalu memberikan yang terbaik melalui
10.Adikku yang telah memberikan semangat dan dukungan.
11.Teman payungku, Yohana Kurniawati, Vita Kurniawati, Desy, Ecy, Nanda,
Wahyu, Ana, dan Sisca.
12.Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberian dukungan dan doa
bagi kelancaran skripsi peneliti, CAGUR FAMILY kalian luar biasa.
13.Teman-teman PGSD angkatan 2012 yang telah memberikan bantuan dan
dukungan bagi peneliti.
14.Semua pihak yang telah benyak berjasa yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu per satu.
Demi kesempurnaan skripsi ini peneliti mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Yogyakarta, 15 Februari 2016
Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
c) Kelebihan dan Kekurangan Tes ... 13
2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ... 16
a) Validitas ... 16
b) Reliabilitas ... 19
c) Karakteristik Butir Soal ... 20
1) Daya Pembeda ... 20
2) Tingkat Kesukaran ... 21
3) Analisis Pengecoh ... 22
3. Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 24
4. Taksonomi Bloom yang Direvisi ... 29
5. Program TAP (Test Analysis Program) ... 32
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32
C. Kerangka Berpikir ... 36
D. Pertanyaan Penelitian ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
C. Prosedur Pengembangan ... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Non-Tes ... 48
a. Wawancara ... 48
b. Kuesioner ... 49
2. Tes ... 49
E. Instrumen Penelitian ... 43
1. Non-Tes ... 50
b. Lembar Kuesioner ... 51
2. Tes ... 51
F. Teknik Analisis Data ... 52
1. Analisis Data Kualitatif ... 53
2. Analisis Data Kuantitatif ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Hasil Penelitian ... 62
1. Langkah-langkah Pengembangan Perangkat Tes Hasil Belajar ... 62
a. Potensi dan Masalah ... 62
2. Kualitas Perangkat Tes Hasil Belajar ... 67
B. Pembahasan ... 72
a. Sampul Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika... 86
b. Isi Perangkat Tes Hasil Belajar Matematika ... 86
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 87
A. Kesimpulan ... 87
B. Keterbatasan Penelitian ... 88
C. Saran ... 89
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara untuk Analisis Kebutuhan ... 51
Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 52
Tabel 3.3 Konversi Nilai Skala Lima ... 54
Tabel 3.4 Kriteria Skor Skala Lima ... 56
Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 58
Tabel 3.8 Kriteria Daya Pembeda ... 59
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 60
Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 64
Tabel 4.2 Nomor Soal Sebelum divalidasi dan Sebaran Nomor Soal untuk Uji Coba ... 65
Tabel 4.3 Hasil Validitas Tipe Soal A ... 67
Tabel 4.4 Hasil Validitas Tipe Soal B ... 67
Tabel 4.5 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal A ... 68
Tabel 4.6 Hasil Daya Pembeda Tipe Soal B ... 69
Tabel 4.7 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal A ... 70
Tabel 4.8 Hasil Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 70
Tabel 4.9 Analisis Pengecoh Tipe Soal A... 71
Tabel 4.10 Analisis Pengecoh Tipe Soal B ... 72
Tabel 4.11 Konversi Skor Hasil Validasi ... 73
Tabel 4.12 Pembahasan Validitas Tipe Soal A ... 74
Tabel 4.13 Pembahasan Validitas Tipe Soal B ... 75
Tabel 4.14 Daya Pembeda Tipe Soal A ... 77
Tabel 4.15 Daya Pembeda Tipe Soal B ... 78
Tabel 4.16 Tingkat Kesukaran Tipe Soal A ... 79
Tabel 4.17 Tingkat Kesukaran Tipe Soal B ... 80
Tabel 4.19 Analisis Pengecoh Tipe Soal A pada Soal yang Valid dengan Daya
Pembeda yang Baik ... 82
Tabel 4.20 Nomor Soal Sebelum divalidasi, untuk Uji Coba, dan Hasil Analisis Tipe
Soal A ... 83
Tabel 4.21 Nomor Soal Sebelum divalidasi, untuk Uji Coba, dan Hasil Analisis Tipe
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Literature Map penelitian yang akan dilakukan ... 35
Gambar 3.1 Tahap-tahap R&D Menurut Borg and Gall ... 40
Gambar 3.2 Prosedur R&D yang digunakan peneliti ... 44
Gambar 3.3 Rumus Point Biserial ... 57
Gambar 3.4 Rumus Daya Pembeda ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Analisis Kebutuhan ... 93
Lampiran 2. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 94
Lampiran 3. Format Validasi Ahli ... 96
Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli ... 125
Lampiran 5. Tipe Soal A untuk Uji Coba Terbatas ... 127
Lampiran 6. Tipe Soal B untuk Uji Coba Terbatas ... 132
Lampiran 7. Jawaban Siswa untuk Tipe Soal A ... 137
Lampiran 8. Jawaban Siswa untuk Tipe Soal B ... 138
Lampiran 9. r tabel Validitas ... 127
Lampiran 10. Hasil Analisis Tipe Soal A menggunakan Program TAP ... 139
Lampiran 11. Hasil Analisis Pengecoh Tipe Soal A menggunakan Program TAP 140 Lampiran 12. Hasil Analisis Tipe Soal B menggunakan Program TAP ... 144
BAB I PENDAHULUAN
Bab I ini akan menjelaskan tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional
serta spesifikasi produk yang diharapkan.
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab II pasal 3 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional ini diwujudkan melalui kegiatan belajar mengajar di
institusi pendidikan yang bernama sekolah. Kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan di sekolah menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dimiliki oleh suatu negara. Kualitas SDM suatu negara mencerminkan kualitas
pendidikan di negara tersebut.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Hasil evaluasi
internasional yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student
Assesment) tahun 2012 menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-64 dari
65 negara partisipan (Ratri, 2014: 1). Rata-rata skor yang diperoleh Indonesia pada
kemampuan matematika 375, Sains 382, dan membaca 396. Rata-rata ini masih
membaca yang dikemukan oleh pelaksana PISA, Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) sebesar 494, 501, dan 496. Hasil yang
diperoleh jelas menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah.
Kualitas pendidikan di Indonesia dapat pula dilihat pada kemampuan lulusan pada
jenjang pendidikan yang ditempuh. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 membahas kemampuan lulusan atau yang
sering disebut juga sebagai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) adalah kemampuan
peserta didik dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang meliputi
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) siswa
dapat diketahui dengan adanya asesmen pembelajaran.
Asesmen pembelajaran adalah pengumpulan data tentang proses pembelajaran
dan hasil pembelajaran melalui berbagai cara (observasi, wawancara, dokumen, peer
assessment, tes, laporan diri, dan lain sebagainya) untuk keperluan evaluasi (Akbar,
2013: 88). Evaluasi yang dimaksudkan ialah untuk membandingkan hasil
pembelajaran dengan tolak ukur tertentu. Evaluasi memerlukan sebuah pengukuran
yang tepat. Pengukuran dilakukan untuk keperluan penilaian berdasarkan keadaan
objek secara kuantitatif. Penilaian hanya akan dilakukan jika pengukuran telah
dilakukan.
Pengukuran dilakukan dengan alat ukur atau instrumen berupa tes maupun
non-tes. Alat ukur yang baik harus memiliki bukti kesahihan atau yang lebih dikenal
validitas dan keandalan atau yang lebih dikenal dengan reliabilitas (Mardapi, 2008:
15). Alat ukur yang memiliki validitas tinggi akan memiliki kesalahan pengukuran
tersebut tidak jauh berbeda dengan skor yang sesungguhnya (Azwar, 2011: 43). Alat
ukur yang reliabel atau memiliki keandalan adalah alat ukur yang memiliki hasil yang
tetap (Arikunto, 2010: 56). Hasil tetap yang dimaksud adalah pada saat diujikan
dalam kurun waktu yang berbeda memiliki hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil
yang sebelumnya.
Alat ukur yang baik juga harus memiliki tingkat kesukaran yang proporsional
antara soal dalam kategori mudah, sedang, dan sukar. Daya pembeda juga harus
dimiliki oleh alat ukur yang baik dalam membedakan kemampuan peserta tes yang
pandai dengan peserta tes yang kurang pandai (Sulistyorini, 2009: 173-177). Khusus
untuk alat ukur berupa tes bentuk pilihan ganda, hal yang harus diperhatikan pula
ialah keefektifan pengecoh. Bentuk tes pilihan ganda memiliki option atau alternatif
jawaban yang diantaranya merupakan jawaban benar (sesuai dengan kunci jawaban)
sedangkan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah inilah yang
disebut pengecoh. Pengecoh dikatakan efektif ketika 5% peserta tes memilih jawaban
tersebut. Oleh sebab itu, penyusunan alat ukur yang baik harus mengikuti aturan
penyusunan.
Aturan dalam penyusunan alat ukur tes maupun non-tes seringkali lalai
dijalankan. Kelalaian dalam penyusunan alat ukur tes maupun non-tes dapat
menyebabkan hasil yang diperoleh tidak tepat, bias, dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan (Harijanto, 2006: 17). Wardani (dalam Harijanto, 2006: 18)
menyatakan guru dalam pembelajaran di kelas memberikan tes di akhir pembelajaran,
namun kadangkala alat ukur atau instrumen berupa tes yang digunakan kurang
kemungkinan tidak mengukur kemampuan siswa secara tepat, ketika tes yang
diberikan tidak mengikuti ketentuan penyusunan tes.
Penyusunan alat ukur tes yang sesuai dengan ketentuan bertujuan untuk
memberikan gambar sejelasnya mengenai kemampuan siswa dalam memahami
materi yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada
tanggal 21 Agustus 2015 dan 18 September 2015 terhadap dua guru di SDK X dan
SD N NK dapat disimpulkan bahwa guru telah mengetahui langkah-langkah
penyusunan tes hasil belajar, namun belum sampai pada tahap menguji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Kedua guru
tersebut juga memerlukan contoh tes hasil belajar yang telah diuji validitas,
reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecohnya sehingga
kemampuan siswa dapat terukur dengan tepat.
Peneliti terdorong melakukan penelitian dan pengembangan berdasarkan
keterbatasan guru dalam menyusun tes hasil belajar yang valid, reliabel, memiliki
daya pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh yang baik. Peneliti
mengembangkan perangkat tes hasil belajar untuk membantu guru dalam penerapan
langkah-langkah penyusunan tes hasil belajar matematika pada materi perpangkatan
dan akar sederhana. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengembangan Tes
Hasil Belajar Siswa Matematika Materi Perpangkatan dan Akar Sederhana untuk
Siswa Kelas V SD”. Penelitian ini termasuk dalam penelitian R&D (Research and
Development). Penelitian ini menghasilkan suatu produk berupa perangkat tes hasil
belajar yang terdiri dari tabel spesifikasi dan soal tes hasil belajar matematika untuk
B. Pembatasan Masalah
Peneliti memberikan batasan masalah pada penelitian ini guna memfokuskan
penelitian. Penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada:
1. Pengembangan alat ukur yang hanya mengukur ranah kognitif atau pengetahuan
siswa.
2. Alat ukur yang dikembangkan berupa tes dalam bentuk pilihan ganda dengan
empat pilihan jawaban.
3. Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran matematika untuk kelas V dengan
Standar Kompetensi 1. Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam
Pemecahan Masalah, serta Kompetensi Dasar 1.4 Menghitung Perpangkatan dan
Akar Sederhana.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, peneliti merumuskan masalah
dalam penelitian dan pengembangan ini menjadi:
1. Bagaimana proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi
perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD?
2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan
akar sederhana yang layak untuk siswa kelas V SD?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Memaparkan proses pengembangan tes hasil belajar matematika materi
2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika materi
perpangkatan dan akar sederhana untuk siswa kelas V SD.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, dengan mengembangkan tes hasil belajar matematika materi
perpangkatan dan akar sederhana dapat menambah wawasan dalam penyusunan tes
yang benar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Guru terinspirasi dalam menyusun tes hasil belajar untuk siswa yang sesuai
aturan penyusunan.
b. Bagi Siswa
Siswa mendapat pengalaman dalam mengerjakan tes hasil belajar matematika
materi perpangkatan dan akar sederhana.
c. Bagi Peneliti
Manfaat yang didapatkan peneliti melalui penelitian ini adalah pengalaman
berharga dalam mengembangkan serta menganalisis butir soal tes hasil belajar
matematika untuk siswa kelas V SD terutama pada materi perpangkatan dan akar
sederhana.
d. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini juga bisa digunakan sebagai bahan acuan dalam
F. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Tes hasil belajar adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan
siswa dalam memahami materi pembelajaran.
2. Matematika adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara menalar disertai
pembuktian yang logis, sehingga materi yang terdapat di dalamnya dapat diterima
akal sehat (logika).
3. Siswa kelas V SD adalah individu jenjang pendidikan dasar yang berada pada
rentang usia 11-12 tahun.
G. Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Spesifikasi produk yang dihasilkan dalam penelitian dan pengembangan ini
adalah:
1. Produk yang dikembangkan berupa perangkat tes hasil belajar matematika materi
perpangkatan dan akar sederhana untuk kelas V SD yang terdiri dari (a) identitas
soal berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan, (b)
indikator, (c) soal tes hasil belajar matematika, (d) kunci jawaban, (e) ranah
kognitif yang diukur, dan (f) tingkat kesukaran.
2. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana
untuk kelas V SD telah diuji validitas isi melalui expert judgement, serta validitas
empiris dengan menggunakan program TAP.
3. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana
sebanyak 32 sebesar 0,35, sedangkan untuk jumlah responden sebanyak 30
sebesar 0,36.
4. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana
untuk kelas V SD memiliki reliabilitas yang termasuk tinggi yaitu berada pada
rentang 0,61 – 0,80.
5. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana
untuk kelas V SD memiliki daya pembeda yang baik minimal cukup
membedakan yaitu pada rentang 0,40 – 0,59.
6. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana
untuk kelas V SD memiliki tingkat kesukaran yang mudah dan sedang. Soal pada
kriteria mudah pada rentang 0,71 – 1,00, dan soal pada kriteria sedang pada
rentang 0,31 – 0,70.
7. Perangkat tes hasil belajar matematika materi perpangkatan dan akar sederhana
untuk kelas V SD memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik di setiap
option. Pengecoh yang berfungsi dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% peserta tes
atau setara 0,05.
8. Perangkat tes hasil belajar matematika disusun menggunakan bahasa Indonesia
yang baku sesuai EYD yang terbatas pada penggunaan huruf kapital dan tanda
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini akan menjelaskan empat hal yaitu kajian teori, penelitian yang relevan,
kerangka berpikir dan pertanyaan penelitian.
A. Kajian Teori
Kajian teori ini berisi tentang teori-teori relevan yang berhubungan dengan tes
hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, dan pengembangan tes hasil belajar.
1. Tes Hasil Belajar
a. Definisi Tes Hasil Belajar
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Tes
diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhan jawaban, atau
sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur
kemampuan seseorang atau mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang
dikenai tes (Mardapi, 2008: 67). Nurkancana dan Sumartana (Suwandi, 2010: 39)
menyatakan hal yang senada bahwa tes adalah suatu cara penilaian dalam bentuk
tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai
dan prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
Widoyoko (2015: 57) memaparkan bahwa tes merupakan bagian tersempit dari
penilaian. Berdasarkan tiga pendapat ahli di atas dapat disimpulkan jika tes
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kemampuan seseorang yang diperoleh melalui respon dari pertanyaan yang
Mudjijo (dalam Kinanthi, 2006: 13) memaparkan bahwa tes hasil belajar
adalah bentuk pertanyaan maupun pernyataan yang diberikan kepada individu
yang dites (testee) yang harus dijawab dan atau dipecahkan. Tes hasil belajar
menurut Purwanto (2009: 64) sama halnya dengan tes penguasaan. Tes hasil
belajar berfungsi mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan
guru atau materi yang telah dipelajari oleh siswa. Berdasarkan dua pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan pertanyaan atau
pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap materi yang telah diajarkan.
b. Jenis Tes
Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2009: 40) memaparkan bahwa tes dapat
dibedakan menjadi berbagai macam bergantung pada dasar yang digunakan
antara lain: berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki,
penyusun tes, dan bentuk tes.
Pertama, tes menurut individu yang dites dibedakan menjadi dua yaitu tes
individual dan tes kelompok. Tes individual terjadi saat pelaksanaan kegiatan tes
guru hanya menghadapi seorang siswa. Sebaliknya, dalam tes kelompok yang
dihadapi guru adalah sejumlah siswa misalnya siswa dalam satu kelas.
Kedua, tes menurut jawaban yang dikehendaki dibedakan menjadi dua yaitu
tes perbuatan dan tes verbal. Tes perbuatan adalah tes yang menuntut respon
siswa yang berupa tingkah laku yang melibatkan gerakan otot. Tes perbuatan
dimaksudkan untuk mengukur tujuan-tujuan yang berkaitan dengan aspek
jawaban siswa yang berupa tingkah laku verbal yang berbentuk bahasa yang
berisi kata-kata dan kalimat. Tes verbal jika dilihat dari segi menjawabnya dibagi
menjadi dua yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes lisan menghendaki jawaban siswa
diberikan secara lisan. Pertanyaan ataupun pernyataan yang diberikan tidak selalu
direspon dalam bentuk menulis jawaban namun dapat pula dalam bentuk lain
seperti memberi tanda, mewarnai menggambar dan lain sebagainya. Tes tertulis
menuntut jawaban siswa diberikan secara tertulis. Tes tertulis merupakan tes yang
baik soal maupun jawaban diberikan dalam bentuk tulisan.
Ketiga, tes menurut penyusun tes dibedakan menjadi dua yaitu tes buatan guru
dan tes standar. Tes buatan guru merupakan tes yang dibuat oleh guru kelas itu
sendiri. Tes tersebut dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan.
Tes standar adalah kebalikan dari tes buatan guru. Tes standar adalah tes yang
telah distandarkan. Tes standar dibedakan menjadi dua macam yaitu tes bakat
(aptitude test) dan tes prestasi (achievement test). Perbedaan antara tes buatan
guru dengan tes standar selain dari penjelasan di atas ialah terletak pada
kelayakan tes (appropriateness test), kesahihan tes (validity test), keajegan tes
(reliability test), dan ketertafsiran tes (interpretability test).
Keempat, tes menurut bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu tes subjektif
dan tes objektif. Bentuk tes subjektif sering juga disebut sebagai tes bentuk esai
(Inggris: essay). Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban
siswa dalam bentuk uraian dengan mempergunakan bahasa sendiri. Tes bentuk
jawabannya sendiri dengan lingkup yang relatif dibatasi. Tes bentuk esai juga
menuntut siswa untuk dapat menghubungkan fakta-fakta dan konsep-konsep,
mengorganisasikannya ke dalam koherensi yang logis dan kemudian
menuangkannya dalam bentuk ekspresi tulis dengan bahasa sendiri. Tes objektif
memiliki pengertian yang kontras dengan tes bentuk esai. Tes objektif juga
disebut dengan tes jawab singkat (short answer test). Sesuai dengan namanya, tes
jawab singkat menuntut siswa hanya dengan memberikan jawaban singkat,
bahkan hanya dengan memilih kode-kode tertentu yang mewakili
alternatif-alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban terhadap tes objektif bersifat
pasti, hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar. Jenis tes objektif yang
banyak digunakan antara lain jawaban benar salah (true-false), pilihan ganda
(multiple choice), isian (completion), dan penjodohan (matching).
Keempat jenis tes yang telah dipaparkan di atas ada pula jenis tes sebagai
pengukur keberhasilan. Tes pada dasarnya digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dalam kegiatan belajar mengajar.
Nurgiyantoro (dalam Suwandi, 2010: 44) menyebutkan jika tes pengukur
keberhasilan yang biasa digunakan terbagi menjadi empat yaitu: (1) tes
kemampuan awal, (2) tes diagnostik, (3) tes formatif, dan (4) tes sumatif. Tes
kemampuan awal dimaksudkan sebagai tes yang dilakukan sebelum siswa
mengalami proses belajar mengajar. Tes diagnostik dilakukan sebelum atau
selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar untuk menemukan
bahan-bahan pelajaran yang masih menyulitkan siswa. Tes formatif dilakukan selama
untuk mengukur tingkat kemampuan siswa berkaitan dengan pokok bahasan yang
baru saja diselesaikan. Tes sumatif dilakukan setelah semua kegiatan belajar
mengajar atau program yang direncanakan selesai yang lazimnya dilaksanakan
pada akhir semester dengan sebutan Ulangan Umum atau Ulangan Akhir
Semester.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis tes yang disusun
dalam penelitian ini jika ditinjau berdasarkan individu yang dites merupakan tes
kelompok, ditinjau dari jawaban yang dikehendaki termasuk tes verbal dengan
cara menjawabnya termasuk tes tertulis. Sedangkan jika dilihat dari penyusun tes
termasuk tes standar yaitu tes prestasi dengan bentuk tes objektif tipe pilihan
ganda.
c. Kelebihan dan Kekurangan Tes
Tes yang biasa digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dibagi menjadi
dua yaitu tes objektif dan tes subjektif (Widoyoko, 2015: 57). Tes objektif
maupun tes subjektif memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Widoyoko
(2015: 60- 88) memaparkan kelebihan dan kekurangan tes objektif dan tes
subjektif sebagai berikut:
1) Tes Objektif
a) Kelebihan Tes Objektif
(1) Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan.
(2) Lebih mudah dan cepat dalam memeriksa jawaban karena dapat
menggunakan kunci jawaban bahkan dapat menggunakan alat-alat
(3) Pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain.
(4) Pemeriksaan dan penskoran tidak ada unsur subjektif yang
mempengaruhi, baik segi guru maupun responden.
b) Kekurangan Tes Objektif
(1) Membutuhkan persiapan yang lebih sulit daripada tes subjektif karena
butir soal atau item tesnya banyak dan harus teliti untuk menghindari
kelemahan-kelemahan yang lain.
(2) Butir-butir soal cenderung hanya mengungkapkan ingatan dan
pengenalan kembali (memahami), dan sulit untuk mengukur
kemampuan berpikir tinggi seperti menganalisa dan mencipta.
(3) Banyak kesempatan bagi responden untuk melakukan spekulasi atau
untung-untungan dalam menjawab soal tes.
(4) Kerjasama antar responden pada waktu mengerjakan soal tes lebih
terbuka.
2) Tes Subjektif
a) Kelebihan Tes Subjektif
(1) Tes objektif dapat digunakan mengukur hasil belajar yang kompleks
seperti menganalisa dan mencipta.
(2) Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk
tes objektif.
(3) Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu
yang lama bagi guru untuk mempersiapkannya.
(5) Mendorong responden untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusun dalam bentuk kalimat yang baik.
(6) Memberi kesempatan kepada responden untuk mengutarakan
maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
b) Kekurangan Tes Subjektif
(1) Reliabilitas tes rendah karena skor yang dicapai tidak konsisten bila
tes yang sama diuji beberapa kali.
(2) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengoreksi lembar
jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan tes dapat
disimpulkan bahwa tes yang biasa digunakan baik tes objektif maupun tes subjektif
sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangnya masing-masing.
Sub-pokok bahasan mengenai tes hasil belajar membahas tiga hal yaitu definisi
tes hasil belajar, jenis tes serta kelebihan dan kekurangan tes. Tes hasil belajar
merupakan pertanyaan atau pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mengukur
penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Tes dapat dibedakan menjadi
empat antara lain: berdasarkan individu yang dites, jawaban yang dikehendaki,
penyusun tes, dan bentuk tes. Ada pula jenis tes yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan antara lain tes kemampuan awal, tes diagnostik, tes formatif, dan tes
sumatif. Tes hasil belajar yang biasa digunakan berupa tes objektif dan tes subjektif.
2. Konstruksi Tes Hasil Belajar
Konstruksi tes hasil belajar meliputi tiga pokok bahasan yaitu: validitas,
reliabilitas, dan karakteristik butir soal. Penjabaran tiga pokok bahasan tersebut
sebagai berikut.
a. Validitas
Masidjo (1995: 242) memaparkan pengertian validitas adalah taraf
kemampuan tes mengukur yang seharusnya diukur. Validitas menurut Standard
(dalam Mardapi, 2008: 16) merupakan dukungan bukti dan teori terhadap
penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Penafsiran skor tes
tercantum pada tujuan penggunaan tes, bukan tes itu sendiri. Apabila skor tes
yang digunakan ditafsirkan lebih dari satu makna, setiap penafsiran atau
pemaknaan itu harus divalidasi. Validitas menurut Noor (2012: 132) adalah suatu
indeks yang menunjukkan alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur yang
seharusnya diukur. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa validitas
adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang
seharusnya diukur.
Validitas secara tradisional dapat digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu
validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas
yang berdasarkan kriteria (criterion-related validity) (Azwar, 2014: 41).
1) Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi merupakan validitas yang diestiminasi lewat pengujian terhadap
kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang
diungkapkan oleh Arikunto (2013: 81) bahwa validitas isi bagi sebuah instrumen
menunjukkan kondisi instrumen berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi.
Secara lebih spesifik validitas isi dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu validitas
muka (face validity) dan validitas logis (logical validity).
a) Validitas Muka (Face validity)
Validitas muka adalah bukti validitas yang walaupun penting namun paling
rendah signifikansinya dikarenakan hanya didasarkan pada penilaian penampilan
tes dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan tes (Azwar, 2014: 43).
b) Validitas Logis (Logical Validity)
Validitas logis atau validitas sampling adalah validitas yang menunjukkan
sejauhmana aitem tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak
diukur (Azwar, 2014: 44). Validitas logis menurut Arikunto (2013: 80) adalah
kondisi sebuah instrumen yang memenuhi syarat valid berdasarkan hasil
penalaran. Kondisi valid dipandang sudah memenuhi jika instrumen yang
bersangkutan telah dirancang dengan baik mengikuti teori dan ketentuan yang
ada. Validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah
instrumen selesai disusun.
2) Validitas Konstrak (Construct Validity)
Allen&Yen (dalam Azwar, 2014: 45) menyatakan bahwa validitas konstrak
adalah validitas yang menunjukkan sejauhmana hasil tes mampu mengungkap
sebuah trait atau suatu konstrak teoretik yang hendak diukur. Validitas konstrak
menurut Arikunto (2013: 81) adalah kondisi sebuah instrumen ditunjukkan
3) Validitas Berdasarkan Kriteria
Validitas berdasarkan kriteria dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas
prediktif (predictive validity) dan validitas konkuren (concurrent validity).
a) Validitas Prediktif
Validitas prediktif atau predictive validity adalah kemampuan sebuah
instrumen untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang
(Arikunto, 2013: 84). Yusuf (2014: 237) menyatakan hal yang yang senada
mengenai validitas prediktif yaitu derajat kesesuaian antara hasil pengukuran dan
kinerja di masa depan dalam aspek yang diukur. Validitas prediktif didapat
dengan mencari korelasi antara skor predictor dengan skor yang ada tentang
beberapa kriteria pada suatu waktu kemudian.
b) Validitas Konkuren
Validitas konkuren merupakan indikasi validitas yang layak ditegakkan bila
tes tidak dirancang untuk berfungsi sebagai prediktor dan merupakan validitas
yang penting dalam situasi diagnostik (Azwar, 2014: 49). Arikunto (2013: 83)
memaparkan bahwa concurrent validity lebih umum dikenal dengan validitas
empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas empiris ketika hasilnya sesuai
dengan pengalaman. Kata “sesuai” mengkaitkan dua hal yang dipasangkan. Hasil
tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang
telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada
sekarang). Membandingkan sebuah tes memerlukan suatu kriterium atau alat
Berdasarkan uraian mengenai validitas dapat disimpulkan bahwa validitas
adalah kemampuan tes menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang
seharusnya diukur. Validitas secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct validity), dan
validitas yang berdasarkan kriteria (criterion-related validity). Validitas isi
dibedakan menjadi validitas tampang dan validitas logis. Validitas berdasarkan
kriteria dibedakan menjadi validitas prediktif dan validitas konkuren.
b. Reliabilitas
Masidjo (1995: 208) menjelaskan pengertian reliabilitas adalah taraf kemampuan
tes dalam menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam
taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Sudijono (2011: 95) menyatakan reliabilitas
sebagai keajegan atau kemantapan tes. Suatu tes yang baik harus memiliki reliabilitas
atau bersifat reliabel. Suatu tes dinyatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan
menggunakan tes tersebut dilakukan berulang kali terhadap subjek yang sama
senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil. Arikunto
(2013: 100) menyatakan hal yang senada bahwa reliabilitas adalah ketetapan hasil tes.
Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang
sesuai dengan kenyataan. Ajeg atau tetap tidak diartikan selalu sama, tetapi mengikuti
perubahan secara ajeg. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas terlihat dari hasil sebuah instrumen jika diujikan dalam kurun waktu yang
berbeda menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh
c. Karakteristik Butir Soal
Karakteristik butir soal meliputi tiga pokok bahasan yaitu daya pembeda, tingkat
kesukaran, dan analisis pengecoh. Penjabaran ketiga pokok bahasan tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
1) Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan item soal dalam membedakan kemampuan
siswa yang pandai dengan kemampuan siswa yang rendah (Sulistyorini, 2011: 177).
Masidjo (1995: 196) menyatakan bahwa daya pembeda adalah taraf jumlah jawaban
benar siswa yang tergolong kelompok atas (pandai = upper group) berbeda dari siswa
yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai = lower group) untuk suatu item.
Siswa yang tergolong kelompok atas (KA) adalah siswa yang mempunyai skor-skor
tinggi, sedangkan siswa kelompok bawah (KB) adalah siswa yang mempunyai
skor-skor rendah.
Sudjana (2009: 141) menyatakan hal yang senada dengan Sulistyorini dan
Masidjo bahwa daya pembeda merupakan kesanggupan soal dalam membedakan
siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong
kurang (lemah prestasinya). Soal memiliki daya pembeda yang baik apabila diberikan
pada siswa yang mampu hasilnya menunjukkan prestasi yang tinggi, sedangkan
apabila diberikan pada siswa yang kurang mampu menunjukkan hasil yang rendah.
Tes dikatakan tidak memiliki daya pembeda apabila tes tersebut jika diujikan pada
siswa yang mampu menunjukkan hasil yang rendah, namun jika dikerjakan oleh
daya pembeda tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang sesuai dengan
kemampuan siswa yang sebenarnya.
Berdasarkan pendapat tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda
merupakan kemampuan tes dalam membedakan siswa kelompok atas (siswa dengan
prestasi tinggi atau pandai) dengan siswa kelompok bawah (siswa dengan prestasi
lemah atau kurang pandai). Tes yang memiliki daya pembeda akan menghasilkan
gambaran kemampuan siswa yang sebenarnya. Sebaliknya tes yang tidak memiliki
daya pembeda tidak akan menghasilkan gambaran kemampuan siswa yang
sebenarnya.
2) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu item soal (butir soal) dapat diketahui dari banyaknya
siswa yang menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dengan suatu
bilangan indeks yang disebut Indeks Kesukaran (IK) (Masidjo, 1995: 189). Tingkat
kesulitan suatu item soal hendaknya memiliki keseimbangan yang proporsional
antara soal dalam kategori mudah, sedang dan sukar (Sulistyorini, 2009: 173).
Sudjana (2009: 135) memaparkan bahwa tingkat kesukaran soal dipandang dari
kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawab soal, bukan dari sudut guru
sebagai pembuat soal. Persoalan yang penting dalam melakukan analisis tingkat
kesukaran soal adalah penentuan proporsi dan kategori soal yang termasuk mudah,
sedang, dan sukar. Perbandingan proporsi jumlah soal untuk tiga kategori tersebut
didasarkan atas kurva normal (Sudjana, 2009: 136). Sebagian besar soal berada pada
kategori sedang, sebagian lagi berada pada kategori mudah dan sukar dengan proporsi
3-4-3. 30% soal dengan kategori mudah, 40% soal dengan kategori sedang, dan 30% soal
dengan kategori sukar. Perbandingan juga dapat dibuat 25-50-25, 25% soal dengan
kategori mudah, 50% soal dengan kategori sedang, dan 25% soal dengan kategori
sukar. Soal dengan kategori sedang menempati proporsi lebih banyak dari soal
kategori mudah dan soal kategori sukar.
Berdasarkan pendapat tiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesukaran soal dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab soal dengan
benar. Tingkat kesukaran soal dipandang dari sudut kemampuan siswa dalam
menjawab soal, bukan dari sudut guru sebagai pembuat soal. Proporsi soal dengan
kategori mudah, sedang, dan sukar juga turut menentukan analisis tingkat kesukaran
soal.
3) Analisis Pengecoh
Sudijono (2011: 409-411) memaparkan bahwa tes objektif bentuk pilihan ganda
setiap item soal (butir soal) dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban atau
yang lebih dikenal dengan option atau alternatif. Option atau alternatif jumlahnya
berkisar tiga sampai lima buah. Kemungkinan-kemungkinan yang terpasang pada
setiap item soal salah satu di antaranya merupakan jawaban benar (sesuai dengan
kunci jawaban) sedangkan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah
itulah yang disebut dengan pengecoh atau distraktor (Inggris: distractor).
Tujuan dipasangnya pengecoh pada setiap butir soal adalah agar dari sekian
banyak siswa yang mengikuti tes ada yang tertarik atau terangsang untuk
memilihnya, sebab mereka menyangka pengecoh yang dipilihnya merupakan
apabila memiliki daya tarik atau daya rangsang sedemikian rupa. Daya rangsang atau
daya tarik tersebut membuat siswa (khususnya yang termasuk siswa kategori
kelompok bawah atau kurang pandai) merasa bimbang dan ragu-ragu sehingga pada
akhirnya mereka terkecoh untuk memilih pengecoh sebagai jawaban benar. Pengecoh
dinyatakan menjalankan fungsinya dengan baik apabila pengecoh tersebut
sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% dari seluruh peserta tes. Makin banyak siswa yang
terkecoh dapat dinyatakan bahwa pengecoh tersebut menjalankan fungsinya dengan
baik. Semakin banyak siswa yang menjawab benar sesuai kunci jawaban, maka
pengecoh tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik atau pengecoh “tidak
laku”.
Daryanto (2007: 193) menyatakan bahwa pengecoh dapat diperlakukan dengan
tiga cara yaitu: “diterima”, “ditolak”, dan “ditulis kembali”. Pengecoh yang
“diterima” telah menjalankan fungsinya dengan baik yaitu sekurang-kurangnya 5%
dari seluruh peserta tes. Pengecoh yang “ditolak” tidak menjalankan fungsinya
dengan baik atau seluruh peserta tes tidak memilih pengecoh tersebut. Pengecoh yang
“ditulis kembali” kurang menjalankan fungsinya dengan baik. Pengecoh yang “ditulis
kembali biasanya memiliki kekurangan yang terletak pada rumusan kalimat yang
kurang efektif sehingga memerlukan perubahan yang seperlunya.
Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh
digunakan pada tes objektif bentuk pilihan ganda. Pengecoh yang baik dipilih oleh
sekurang-kurangnya 5% dari seluruh peserta tes. Pengecoh dapat diperlakukan
Sub-pokok bahasan konstruksi tes hasil belajar dibagi menjadi tiga pokok bahasan
yaitu validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal yang terdiri dari daya
pembeda, tingkat kesukaran, dan analisis pengecoh. Validitas adalah kemampuan tes
menunjukkan ketepatannya dalam mengukur yang seharusnya diukur. Validitas dapat
digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas isi, validitas konstrak, dan
validitas yang berdasarkan kriteria. Apabila validitas menunjukkan ketepatan tes
dalam mengukur yang seharusnya diukur, maka reliabilitas menunjukkan keajegan
suatu tes dalam mengukur yang seharusnya diukur. Keajegan yang dimaksud
bukanlah hasil yang sama yang akan diperoleh setiap tes diujikan namun mengikuti
perubahan secara ajeg. Tes ketika diujikan akan mengukur kemampuan siswa yang
pandai dan siswa yang kurang pandai yang juga disebut daya pembeda. Tes yang
diujikan harus memiliki tingkat kesukaran yang baik yaitu soal pada kategori sedang
memiliki proporsi lebih banyak dari soal pada kategori mudan dan sukar. Soal
kategori mudah dan sukar memiliki proporsi yang seimbang. Soal objektif bentuk
pilihan ganda perlu dianalisis keefektifan pengecohnya. Pengecoh yang baik akan
dipilih oleh sekurang-kurangnya 5% peserta tes.
3. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Mardapi (dalam Widoyoko, 2015: 90-97) memaparkan ada sembilan langkah
yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar. Kesembilan langkah
tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1) Menyusun Spesifikasi Tes
Menyusun spesifikasi tes merupakan langkah awal dalam pengembangan tes.
dimiliki suatu tes. Penyusunan spesifikasi tes mencakup kegiatan (a) menentukan
tujuan tes, (b) menyusun kisi-kisi tes, (c) memilih bentuk tes, dan (d) menentukan
panjang tes.
a. Menentukan Tujuan Tes
Tujuan tes yang banyak digunakan oleh lembaga pendidikan antara lain: tes
kemampuan awal atau tes penempatan, tes dignostik, tes formatif, dan tes sumatif.
b. Menyusun Kisi-kisi Tes
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal yang akan dibuat.
Matriks kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan
kompetensi dasar (KD) dan indikator, pokok dan sub-pokok bahasan, serta uraian
materi. Baris menyatakan tujuan yang akan diukur dalam tes.
Ada empat langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu: (1) menulis
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD), (2) menentukan indikator, (3)
membuat daftar pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang akan diujikan, (4)
menentukan jumlah butir soal tiap pokok bahasan dan sub-pokok bahasan.
Kisi-kisi tes dapat disusun secara terpisah antara tes objektif dan tes subjektif (tes
esai atau uraian). Tes objektif dan tes subjektif juga dapat dibuat dalam satu kisi-kisi
soal. Sumber utama standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator,
pokok bahasan, dan sub-pokok bahasan adalah silabus mata pelajaran. Jumlah soal
yang digunakan bergantung pada waktu yang tersedia untuk tes dan materi yang
c. Memilih Bentuk Tes
Bentuk tes dapat ditentukan berdasarkan tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu
yang tersedia untuk memeriksa jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata
pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan objektif pilihan ganda dan bentuk tes benar
salah tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan
cakupan materi yang diujikan banyak.
d. Menentukan Panjang Tes (Durasi Pengerjaan Tes)
Panjang tes ditentukan berdasarkan cakupan materi ujian dan kelelahan peserta
tes. Tes tertulis pada umumnya menggunakan waktu 90 sampai 150 menit, sedangkan
tes praktik membutuhkan waktu lebih dari itu. Tes pilihan ganda membutuhkan
waktu pengerjaan 2 sampai 3 menit untuk setiap butir soal. Hal ini juga dipengaruhi
oleh tingkat kesulitan soal.
2) Menulis Soal Tes
Penulisan soal merupakan penjabaran indikator menjadi pernyataan-pernyataan
yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat.
Kualitas tes secara keseluruhan dipengaruhi oleh tingkat kebaikan masing-masing
butir soal. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simple. Soal
yang tidak jelas dan bertele-tele akan menyebabkan interpretasi tunggal dan
membingungkan. Setiap pertanyaan perlu disusun sedemikian rupa sehingga jelas
yang ditanyakan dan jawaban yang diharapkan.
3) Menelaah Soal Tes
Soal yang telah dibuat seringkali memiliki kesalahan dan kekurangan yang luput
oleh orang lain bukan si pembuat soal untuk menghindari bias. Telaah soal
diharapkan menghasilkan kualitas soal yang lebih baik.
4) Melakukan Uji Coba Tes
Uji coba soal perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas soal sebelum soal
digunakan. Uji coba dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik
mengenai tingkat kebaikan soal yang telah disusun. Hasil uji coba akan diperoleh
data yang digunakan sebagai dasar analisis tentang validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, daya pembeda, efektifitas pengecoh dan lain-lain. Berdasarkan hasil uji
coba tersebut apabila soal yang disusun belum memenuhi kualitas yang diharapkan
maka akan dilakukan perbaikan atau pembenahan butir soal.
5) Menganalisis Butir Soal Tes
Uji coba yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa informasi penting tentang
kualitas soal yang telah disusun. Hasil uji coba perlu kiranya dilakukan analisis butir
soal yang telah disusun. Analisis dari hasil coba akan diketahui antara lain: tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh.
6) Memperbaiki Tes
Memperbaiki tes dilakukan pada butir soal yang belum mencapai kualitas yang
diharapkan. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi,
beberapa soal perlu direvisi, dan beberapa soal mungkin harus dibuang karena tidak
memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
7) Merakit Tes
Butir soal yang telah dianalisis dan diperbaiki selanjutnya dirakit menjadi satu
soal tes yang terpadu. Perakitan tes perlu memperhatikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal,
lay out dan sebagainya perlu diperhatikan. Hal ini sangat penting karena jika disusun
sembarangan dapat menyebabkan soal tersebut menjadi tidak baik.
8) Melaksanakan Tes
Tes yang telah dirakit menjadi satu kesatuan diberikan kepada peserta tes untuk
diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Tes yang dilaksanakan perlu dipantau oleh pengawas agar tes benar-benar dikerjakan
oleh peserta tes dengan jujur dan ketentuan yang telah digariskan. Pengawasan
dilakukan harus tidak mengganggu pelaksanaan tes. Peserta tes tidak boleh terganggu
oleh kehadiran pengawas karena berakibat ketidak akuratan hasil tes.
9) Menafsirkan Hasil Tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif berupa skor yang ditafsirkan menjadi
nilai. Tinggi rendahnya nilai dikaitkan dengan acuan penilaian. Acuan penilaian yang
sering digunakan dalam bidang pendidikan ada dua macam yaitu acuan norma dan
acuan kriteria. Nilai merupakan alat yang sangat berguna untuk memotivasi siswa
dalam belajar serta guru dalam mengajar lebih baik.
Mengembangkan tes hasil belajar memerlukan langkah-langkah pengembangan
yang benar. Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes
hasil belajar yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah
soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki
4. Taksonomi Bloom yang Direvisi
Taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus (Anderson&Krathwohl,
2010: 6). Taksonomi dalam dunia pendidikan mengklasifikasi Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) atau lebih dikenal indikator. Sebuah rumusan TIK berisikan satu kata
kerja dan satu kata benda. Kata kerja mendeskripsikan proses kognitif yang
diharapkan sedangkan kata benda mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan
untuk dikuasai siswa. Contohnya: Siswa dapat membedakan (proses kognitif)
bilangan genap dan bilangan ganjil (pengetahuan) (Anderson&Krathwohl, 2010: 6).
Taksonomi Bloom memiliki satu dimensi, sedangkan taksonomi Bloom yang
direvisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi yang dimaksud adalah proses kognitif
dan pengetahuan. Interelasi antara kedua dimensi disebut dengan Tabel Taksonomi.
Dimensi proses kognitif memiliki enam kategori yaitu: Mengingat, Memahami,
Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta. Kontinum yang
mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkatan kognisi yang kompleks
(Anderson&Krathwohl, 2010: 6). Dimensi pengetahuan berisi empat kategori yaitu:
Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Kategori-kategori ini dianggap
merupakan kontinum dari yang konkret (faktual) dampai dengan abstrak
(metakognitif).
Kategori-kategori dalam proses kognitif dan pengetahuan akan dijabarkan sebagai
berikut:
a. Mengingat
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
dengan tujuan pembelajaran yang menghendaki kemampuan untuk meretensi atau
menyimpan materi yang pelajaran sama seperti materi yang diajarkan. Pengetahuan
yang dibutuhkan dalam proses mengingat adalah pengetahuan Faktual, Konseptual,
Prosedural, atau Metakognitif, atau kombinasi dari beberapa pengetahuan tersebut.
Proses-proses kognitif dalam kategori mengingat meliputi mengenali dan mengingat
kembali (Anderson&Krathwohl, 2010: 103-104).
b. Memahami
Proses memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran
baik yang bersifat lisan, tulisan, maupun grafis yang disampaikan melalui pengajaran,
buku, atau layar komputer (Anderson&Krathwohl, 2010: 105). Pengetahuan yang
mendasari proses kognitif memahami ialah pengetahuan Konseptual. Proses-proses
kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan
(Anderson&Krathwohl, 2010: 106).
c. Mengaplikasikan
Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur tertentu untuk
mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Pengetahuan yang berkaitan
erat dengan pengetahuan Prosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua
proses kognitif yaitu mengeksekusi (berkaitan dengan menyelesaikan soal latihan)
dan mengimplementasikan (berkaitan dengan menyelesaikan masalah)
d. Menganalisis
Menganalisis berkaitan dengan proses memecah-mecah materi menjadi
bagian-bagian kecil serta mennetukan hubungan antar bagian-bagian dan antara setiap bagian-bagian dan
struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis meliputi proses kognitif
membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan (Anderson&Krathwohl, 2010:
120).
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi berkaitan dengan membuat keputusan berdasarkan kriteria dan
standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa
keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-
(keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal) (Anderson&Krathwohl, 2010:
125).
f. Mencipta
Mencipta berkaitan dengan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Proses kognitif yang terlibat dalam
mencipta sejalan dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Mencipta
bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh
tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa taksonomi adalah
sebuah kerangka berpikir khusus. Taksonomi Bloom yang direvisi memiliki dua
dimensi yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Interelasi antara kedua dimensi