viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM 2013 DITINJAU
DARI LAMA MENGAJAR, PANGKAT/GOLONGAN, DAN
JENJANG SEKOLAH TEMPAT GURU MENGAJAR
Survai pada Guru SD, SMP, dan SMA Negeri Terakreditasi Adi Kecamatan Ngaglik
Lukas Willi Dwi K Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar, (2) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari pangkat/golongan, dan (3) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang sekolah tempat mengajar.
Penelitian ini merupakan survai pada guru SD, SMP, dan SMA Negeri Terakreditasi A di Kecamatan Ngaglik. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Juni 2015. Jumlah populasi penelitian sebanyak 240 guru. Jumlah sampel sebanyak 150 guru. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis varian (Anova).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar (asymp. Sig.
ix
ABSTRACT
TEACHER’S PRECEPTION TOWARD 2013 CURRICULUM
PERCEIVED FROM PERIOD OF TEACHING, OFFICIAL
STRATIFICATION, AND THE SCHOOL LEVEL
A Survey on Teachers of Primary Schools, Junior and Senior High Schools A Accredited in Ngaglik District
Lukas Willi Dwi K Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception about 2013 Curriculum perceived from: (1) period of teaching, (2) official stratification, and (3) the school level where the teachers teach.
This study is a kind of survey toward teachers in the Primary Schools, Junior High Schools, and Senior High Schools which are Accredited at A level in Ngaglik District. The research was conducted from March to June 2015. The population were 240 teachers. The samples were 150 teachers. Data collection technique is questionnaire. Data analysis techniques were descriptive analysis and analysis variant (Anova).
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM 2013 DITINJAU
DARI LAMA MENGAJAR, PANGKAT/GOLONGAN, DAN
JENJANG SEKOLAH TEMPAT GURU MENGAJAR
Survai pada Guru SD, SMP, dan SMA Negeri Terakreditasi Adi Kecamatan Ngaglik
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
LUKAS WILLI DWI KURNIANTO NIM: 111334037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM 2013 DITINJAU
DARI LAMA MENGAJAR, PANGKAT/GOLONGAN, DAN
JENJANG SEKOLAH TEMPAT GURU MENGAJAR
Survai pada Guru SD, SMP, dan SMA Negeri Terakreditasi Adi Kecamatan Ngaglik
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
LUKAS WILLI DWI KURNIANTO NIM: 111334037
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
(1). MY LORD Jesus Christ: Puji dan syukur atas segala limpahan berkat dan anugerahmu yang tercurah dalam hidupku, (2). Universitas Sanata Dharma:
Almamaterku, tempatku menaung, tempatku bertumbuh, berkembang, dan belajar dalam memaknai setiap nilai yang tercurah, (3). Rekan-Rekan Prodi Pendidikan Akuntansi: terimaksih atas pengalaman, semangat, nasehat, serta dukunganmu, (4). Rita Eny Purwanti: dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, dan informasi, (5). Orang tua [FX. Warso
& V. Wahyuni]: terimakasih untuk segala cinta, doa, dukungan, semangat,
perhatian, dan juga bantuan biaya selama studi, (6). Kaka dan Adikku
[Andreas Soni, Angelina Gadis, dan Irene Wardani]: terimakasih untuk
v
MOTTO
“Hidup itu perjuangan lakukanlah dengan penuh tanggung jawab dan kasih”
(FX. Warso)
“Hidup itu permainan perlu perjuangan, strategi, keahlian, semangat, dan
Tuhan”
(Lukas Willi DK)
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu
akan ditambahkannya kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari
besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan
sehari cukuplah untuk sehari”
viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM 2013 DITINJAU
DARI LAMA MENGAJAR, PANGKAT/GOLONGAN, DAN
JENJANG SEKOLAH TEMPAT GURU MENGAJAR
Survai pada Guru SD, SMP, dan SMA Negeri Terakreditasi Adi Kecamatan Ngaglik
Lukas Willi Dwi K Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar, (2) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari pangkat/golongan, dan (3) perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang sekolah tempat mengajar.
Penelitian ini merupakan survai pada guru SD, SMP, dan SMA Negeri Terakreditasi A di Kecamatan Ngaglik. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Juni 2015. Jumlah populasi penelitian sebanyak 240 guru. Jumlah sampel sebanyak 150 guru. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis varian (Anova).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar (asymp. Sig.
ix
ABSTRACT
TEACHER’S PRECEPTION TOWARD 2013 CURRICULUM
PERCEIVED FROM PERIOD OF TEACHING, OFFICIAL
STRATIFICATION, AND THE SCHOOL LEVEL
A Survey on Teachers of Primary Schools, Junior and Senior High Schools AAccredited in Ngaglik District
Lukas Willi Dwi K Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
The purposes of this research are to know the differences of teacher’s perception about 2013 Curriculum perceived from: (1) period of teaching, (2) official stratification, and (3) the school level where the teachers teach.
This study is a kind of survey toward teachers in the Primary Schools, Junior High Schools, and Senior High Schools which are Accredited at A level in Ngaglik District. The research was conducted from March to June 2015. The population were 240 teachers. The samples were 150 teachers. Data collection technique is questionnaire. Data analysis techniques were descriptive analysis and analysis variant (Anova).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Krisrus karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma;
2. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. Selaku Ketua Program Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; 4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan kesabaran dalam memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini; 5. Para staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
memberikan banyak tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan; 6. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
xi
7. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SD, SMP, dan SMA Negeri Terakreditasi A di Kecamatan Ngaglik, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian;
8. Rekan-rekan FKIP Pendidikan Akuntansi angkatan 2011 yang telah memberikan banyak masukan;
9. Kedua orang tuaku, Bapak FX. Warso dan Ibu V. Wahyuni yang tidak pernah lelah memberikan semangat, doa, kasih sayang, nasehat, serta bantuan financial selama studi di Universitas Sanata Dharma dan dalam mengerjakan skripsi;
10. Kakakku Andreas Soni, Adikku Angelina Gadis dan Adventina Irene yang selalu memberikan doa, nasehat, dan semangat dalam penyusunan skripsi ini;
11. Vitalis Anjar Jati Setyorini [Vivi], yang telah banyak mendukung dan membantu dengan penuh cinta dan kasih sayang selama studi di Universitas Sanata Dhrama dan dalam mengerjakan skripsi;
12. Sahabat-sahabatku Daniel, Fajar, Arga, Irwan, Ali, Abah, Dadang, Bayu, Toro, Eko, Nino, Deni, Glow, Valen, Rosa, Sella, yang telah banyak mendukung dan membangun secara spiritual selama studi di Universitas Sanata Dhrama;
13. Teman-teman seperjuanganku Arum, Oktin, terimakasih atas saran, motivasi, dan semangatnya selama ini;
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HEPOTESIS
A. Persepsi Guru ... 7
B. Kurikulum ... 12
C. Kurikulum 2013 ... 18
D. Lama mengajar ... 23
E. Pangkat/Golongan ... 24
F. Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar ... 26
G. Kerangka Berfikir ... 27
H. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
C. Subyek dan Objek Penelitian ... 31
D. Populasi dan Sampel ... 31
E. Operasionalisasi Variabel ... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 40
H. Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 50
B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 58
C. Pengujian Hipotesis ... 62
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
xv
C. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Populasi ... 31
Tabel 3.2 Tabel Sampel Responden ... 33
Tabel 3.3 Skala Pengukuran Model Likert ... 34
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau dari Lama Mengajar, Pangkat/golongan, Jenjang Sekoah Tempat Guru Mengajar ... 36
Tabel 3.5 Rangkuman Uji Validitas Pertama Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 ... 42
Tabel 3.6 Rangkuman Uji Validitas ke Dua Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 ... 43
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabelitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 ... 45
Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 49
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Lama Mengajar ... 50
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Menurut Pangkat/golonagn Guru ... 52
Tabel 4.4 Deskripsi Responden Menurut Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar ... 52
Tabel 4.5 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 ... 53
xvii
Tabel 4.7 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Pangkat/golongan ... 56
Tabel 4.8 Persepsi guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar ... 57
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Lama Mengajar ... 58
Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Pangkat/golongan ... 59
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel
Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar ... 60
Tabel 4.12 Tabel Homogenitas ... 61
Tabel 4.13 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Lama Mengajar ... 62
Tabel 4.14 Persepsi Guru terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Pangkat/golongan ... 63
Tabel 4.15 Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 76
Lampiran 2 Data Validitas dan Reliabelitas Penelitian ... 85
Lampiran 3 Data Induk Penelitian ... 88
Lampiran 4 Analisis Data Penelitian ... 104
Lampiran 5 Tabel T, R, dan F ... 114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengrertian Kurikulum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Isi dan Peraturan Mentri No 23 Tentang
Sisitem Pendidikan Nasional adalah:
Sejak tahun 1945 kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami
perubahan berkali-kali. Dari tahun 1947 kurikulum rencana pelajaran yang
dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 Rencana Pendidikan
Sekolah Dasar, 1968 Kurikulum Sekolah Dasar, 1973 kurikulum Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), 1975 Kurikulum Sekolah Dasar,
1984 Kurikulum 1984, 1994 Kurikulum 1994, 1997 revisi Kurikulum
1994, 2004 rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan saat ini diperbaharui
menjadi Kurikulum 2013.
“Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Bedasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merupakan seperangkat perencanaan mengenai tujuan, isi, serta cara yang
akan digunakan untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan pembelajaran.
Lahirnya Kurikulum 2013 didasarkan pada berbagai fenomena
informasi, masalah buruknya moral dikalangan pelajar, dan masalah di era
globalisasai, sehingga masyarakat menganggap pendidikan terlalu
menitikberatkan pada aspek kognitif saja, selain itu banyaknya jumlah
mata pelajaran menjadikan beban untuk siswa. Untuk itu masyarakat
menilai ada kemerosotan dalam pendidikan karakter pelajar saat ini, dan
perlunya penyusunan kembali mata pelajaran, sehingga tidak menjadi
beban untuk sisiwa, dan perlunya penekanan pada muatan pendidikan
karakter dalam kurikulum, berdasarkan fenomena di atas penyusunan
Kurikulum 2013 menekankan pada pembangunan karakter, sehingga
mampu bersaing di dunia golobal.
Jadi Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang dirancang
untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan dimasa
depan mereka. Pemerintah diharapkan mampu menyiapkan kurikulum
yang lebih matang dan mumpuni dibanding kurikulum sebelumnya.
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama pentingnya yakni
kurikulum sebagai dokumen dan kurikulum sebagai implementasinya.
Sebagai sebuah dokumen kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru
dan kurikulum sebagai implementasi adalah realisasi dari pedoman
tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupakan salah satu faktor
penting dalam implementasi kurikulum karena Kurikulum 2013 menuntut
perubahan paradigma dalam pembelajaran, sehingga dengan adanya
Kurikulum 2013 tidak hanya menyebabkan perubahan konsep metode dan
komitmen guru. Dengan adanya perubahan paradigma tersebut, tentunya
membuat persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 akan berbeda satu
dengan guru yang lainnya.
Keberhasilan penerapan Kurikulum 2013 dapat ditinjau dari hasil
belajar siswa, sehingga guru dituntun untuk mampu mengarahkan peserta
didik dalam mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan,
nilai sikap dan minat, sehingga membentuk pribadi yang terampil dan
mandiri. Dalam hal ini keberhasilan sisiwa dapat ditinjau dari lama
mengajar guru dan proses pemahaman dan penerimaan terhadap
Kurikulum 2013.
Perubahan kurikulum tentunya memberikan beban baru bagi guru
dalam hal ini guru dengan pangkat/golongan lebih tinggi, tentuakan
memandang lebih realistis berdasarkan pengalaman yang telah didiapat
dan lebih siap ketika terjadi perubahan dalam kurikulum, sedangkan guru
yang pangkat/golongan lebih rendah, tentunya akan di pusingkan dengan
perubahan-perubahan dalam kurikulum.
Lembaga pendidikan merupakan tonggak yang paling penting
dalam menanamkan daya saing yang tangguh dalam menciptakan
generasi penerus, baik dalam jenjang pendidikan SD, SMP, maupun
SMA, sehingga perbedaan jenjang sekolah tempat guru mengajar
diharapkan bukan menjadi halangan dalam menciptakan generasi penerus
yang mampu menghadapi tantangan zaman, sesuai dengan tujuan dari
Yang penting sekarang bagaiman guru dengan segala potensinya
mampu bersinergi dengan berbagai faktor penunjang pelaksanaan
kurikulum, sehingga nantinya tujuan dari Kurikulum 2013 dapat tercapai
dengan optimal, dan mendukung pada peningkatan kualitas pesertadidik.
Maka penulis memilih, SD, SMP, SMA Negeri Terakreditasi A,
Kecamatan Ngaglik sebagai objek penelitian agar dapat memperkaya
pengetahuan dan pengalaman penulis.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Persepsi guru terhadap Kurikulum
2013 ditinjau dari lama mengajar, pangkat/golongan, dan jenjang
sekolah tempat guru mengajar” (Survai pada Guru SD, SMP, dan SMA
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 di
batasi pada lama mengajar, pangkat/golongan, dan jenjang sekolah tempat
guru mengajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
ditinjau dari lama mengajar?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
ditinjau dari pangkat/golongan?
3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
ditinjau dari jenjang sekolah tempat guru mengajar?
D. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
ditinjau dari lama mengajar?
2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
ditinjau dari jenjang sekolah tempat guru mengajar?
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berasngkutan:
1. Bagi Guru, dapat memberikan gambaran terhadap Kurikulum 2013,
serta membantu guru dalam menerapkan Kurikulum 2013
pembelajaran, sehingga tujuan Kurikulum 2013 dapat tercapai.
2. Bagi Sekolah, untuk memberikan gambaran kongkrit tentang persepsi
guru terhadap Kurikulum 2013 dan masukan yang berguna bagi
sekalah dalam hal pembelajaran, sehingga sekolah dapat optimal
dalam penerapan Kurikulum 2013.
3. Bagi Peneliti, menambah pengalaman tentang kurikulum dan persepsi
guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari berbagai aspek, sehingga
memberikan pengalaman dan kemudian menjadi bekal kelak menjadi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Persepsi Guru
1. Pengertian Persepsi
Manusia adalah makhluk sosial dan juga makhluk individu,
sehingga terdapat perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya,
persepsi adalah proses pemahaman yang dialami oleh setiap orang di
dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
pengelihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman (Toha,
1983:138).
Menurut Davidoff (1981:232) persepsi adalah proses pemahaman
yang terorganisir dan menggabungkan data-data indera untuk
dikembangkan sehingga kita menyadari sekeliling kita, sementara
Walgito (1994) mengatakan persepsi adalah proses yang didahulu
penginderaan, diterimanya stimulasi melalui reseptor, kemudian
diteruskan ke otak dan terjadilah proses psikologi sehingga individu
mengerti tentang apa yang diindrakan, setelah manusia mengindrakan
objek di lingkungan ia memproses hasil pengindrannya itu dan tumbuhlah
makna tentang objek itu pada diri manusia yang bersangkutan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses pemahaman terkait lingkungannya, melalui panca indra
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Toha (1988:149-156) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses seleksi persepsi dalam diri seseorang, sebagai
berikut:
a. Faktor dari dalam diri seseorang, antara lain:
1) Proses belajar
Semua faktor dari dalam yang membentuk adanya
perhatian kepada sesuatu objek, sehingga menimbulkan adanya
persepsi yang didasarkan pada kekomplekkan kejiwaan.
Kekomplekkan kejiwaan selaras dengan pemahaman dan
proses belajar seseorang dari masing-masing individu.
2) Motivasi
Faktor dari dalam lainnya yang dapat membentuk
persepsi adalah motivasi dan kepribadian. Walaupun motivasi
dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat
penting dalam proses pemilihan persepsi.
3) Kepribadian
Dalam membentuk persepsi unsur kepribadian sangat
erat kaitannya dengan proses belajar dan motivasi seseorang,
yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam
b. Faktor dari luar diri seseorang, antara lain :
1) Intensitas
Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan
bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya
semakin besar pula hal-hal itu dipahami (to be perceived).
2) Ukuran
Faktor ini sangat dekat dengan prinsip intensitas di atas.
Semakin besar ukuran objek maka semakin mudah pula untuk bisa
diketahui dan dipahami.
3) Keberlawanan atau kontras
Prinsip ini menyatakan bahwa stimulus dari luar yang
penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya atau
sekelilingnya atau sama sekali di luar sangkaan orang banyak,
akan semakin menarik perhatian.
4) Pengulangan (repetition)
Stimulus yang berasal dari luar yang diulang-ulang akan
memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan
objek yang hanya satu kali dilihat.
5) Gerakan (moving)
Prinsip ini diantaranya menyatakan bahwa orang akan
memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam
jangkauan pandangannya dibandingkan dengan objek yang hanya
6) Baru dan familier
Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal
yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan
untuk menarik perhatian.
3. Syarat-syarat Persepsi
Syarat agar seseorang dapat mengadakan persepsi menurut
Walgito (1994: 54) adalah sebagai berikut :
a. Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor yang kemudian diteruskan ke otak dan terjadilah proses
psikologi.
b. Alat indra
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Dalam menerima stimulus alat indera perlu dibantu dengan
saraf sensoris. Saraf sensoris adalah saraf yang menghubungkan
stimulus sampai ke otak dan saraf motorik yang mengadakan
penyampaian stimulus untuk mengadakan respon.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi terhadap
sesuatu diperlukan adanya perhatian yang merupakan langkah pertama
sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, tanpa perhatian
4. Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 228) guru
adalah orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab
XI pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa :
“Pendidik (guru) merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran melalui pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.
Sehingga setiap kegiatan pendidikan formalnya dilakukan oleh
tenaga kependidikan yang mempunyai kewewenangan mengajar yakni
guru.
5. Persepsi Guru
Kurikulum yang terus berubah membuat guru bingung akan
perubahan kurikulum tersebut, sehingga pendidikan yang diajarkan
tidaklah maksimal, faktor utama terkait belum menguasai kurikulum
oleh tenaga pendidik, perubahan dalam kurikulum menuntut kesiapan
guru, karena perubahan kurikulum dimaksudkan untuk terwujudnya
tujuan dari pendidikan nasional, tentunya pemerintah memberikan
fasilitas dan kemudahan bagi guru, baik dengan memberikan seminar
Persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 adalah proses
pemahaman dan pengintepretasian Kurikulum 2013, melalui
pancaindra sehingga guru mengerti dan memahami kurikulum.
B. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menjelaskan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu cara untuk
mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang
produktif dalam masyarakat. Setiap kurikulum, bagaimanapun polanya,
selalu mempunyai komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan
dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan
kegiatan belajar mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar.
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai
dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan
2. Perkembangan Kurikulum di Indonesia
3. Peranan Kurikulum
Sejak tahun 1945 kurikulum pendidikan di Indonesia
mengalami perubahan berkali-kali. Dari 1947 kurikulum rencana
pelajaran yang dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 Rencana
Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 Kurikulum Sekolah Dasar, 1973
kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), 1975
Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 Kurikulum 1984, 1994 Kurikulum
1994, 1997 revisi Kurikulum 1994, 2004 rintisan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) sampai 2006 Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan saat ini diperbaharui menjadi Kurikulum 2013.
Peranan kurikulum menurut Wiryokusumo (1988:6-8) antara lain:
a. Peranan konservatif
Kurikulum berperan aktif dalam menafsirkan dan mewariskan
nilai-nilai budaya yang mengandung makna dalam membina prilaku
anak didik.
b. Peranan kreatif
Kurikulum harus mampu memberikan kegiatan kreatif dan
konstruktif bagi siswa, dalam arti harus menyusun dan mendesain
pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat
c. Peranan kritis dan evaluatif
Kurikulum berperan aktif sebagai kontrol sosial dan
menekankan pada unsure berfikir kritis sebagai kontrol sosial dan
menekan pada unsur berpikir kritis dimana nilai sosisal yang tidak
sesuai ditata untuk siap diorganisir menjadi bentuk pengalaman
belajar.
4. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum seperti yang dijelaskan oleh Hendrayat
Soetopo dan Wasty Soemanto dalam (Susilo, 2006) ada 7 yaitu :
a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap
cukup tepat dan penting untuk dicapai.
b. Fungsi kurikulum bagi anak
Kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun disiapkan
untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka.
Dengan begitu diharapkan anak akan mendapat sejumlah
pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan
seirama perkembangan anak.
c. Fungsi kurikulum bagi guru
Ada tiga macam fungsi kurikulum bagi guru, antara lain:
1) Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan
2) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman
yang diberikan;
3) Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan
pengajaran.
d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah
Ada lima arti fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina
sekoalah antara lain:
1) Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu
memperbaiki situasi belajar;
2) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam
menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah
yang lebih baik;
3) Sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam
memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi
mengajar;
4) Sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut
dan;
5) Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar
mengajar.
e. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid
Orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam
melaluikonsultasi langsung dengan sekolah/guru, dana dan
sebagainya.
f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya
Meliputi pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan
dan penyiapan tenaga guru.
g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah
Pemakai lulusan dapat ikut memberikan bantuan guna
memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan
kerjasama dengan pihak orangtua/masyarakat. Dan ikut memberikan
kritik atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan
program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan
masyarakat dan lapangan pekerjaan.
5. Landasan Perkembangan Kurikulum
Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil, maka dalam
pengembangan kurikulum diperlukan landasan pengembangan
kurikulum, yang tercantum sebagai berikut (Dimyati, 1999 :268) :
a. Landasan Filosofis
Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat
sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan
diselenggarakan melalui pendidikan. Segala kehendak yang dimiliki
oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada
b. Landasan Sosial Budaya
Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan,
pelestarian atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai
sosial-budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang
dirancang melalui kurikulum.
c. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara
langsung akan menjadi isi/materi pendidikan. Sedangkan secara tidak
langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali
masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi
sebagai pengaruh perkembangan Iptek.
d. Landasan Kebutuhan Masyarakat
Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya, agama dan
perubahan Iptek dalam suatu masyarakat akan merubah pula
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum
yang hanya berdasar pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis.
Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan
individu yang mencakup keterkaitan dengan lingkungan sosialnya.
e. Landasan Perkembangan Masyarakat
Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya
kurikulum yang landasan pengembangannya berupa
pengembangan masyarakat itu sendiri.
C. Kurikulum 2013
1. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Landasan Kurikulum 2013 menurut Fadlillah (2013:29)
dilandasi beberapa aspek sebagai berikut:
a. Aspek filosofis
Filosofis adalah landasan penyususnan kurikulum yang
didasarkan pada kerangka berfikir dan hakikat pendidikan yang
sesungguhnya. Dalam hal ini landasan filosofis Kurikulum 2013,
yaitu:
1) Pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik,
kebutuhan peserta didik, dan masyarakt;
2) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi.
b. Aspek yuridis
Aspek yuridis adalah suatu landasan yang digunakan
sebagai payung hukum dalam penyusunan dan pengembangan
kurikulum. Dalam penyusunan Kurikulum 2013 ini, landasaan
yuridis yang digunakan antara lain:
1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2) RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan yang berisi tentang
3) Inpres No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional; Penyempurnaan Kurikulum
dan Metodologi Pembelajaran Aktif berdasarkan Nilai-nilai
Budaya Bangsa untuk Membentuk Daya Saing karakter
Bangsa.
4) Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum 2013.
c. Aspek konseptual
Aspek konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan
pada ide atau gagasan yang di abstraksi dari peristiwa konkret.
Dalam penyusunan Kurikulum 2013 landasan konseptualnya antara
lain:
1) Prinsip relevansi;
2) Model kurikulum berbasis kompetensi;
3) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen;
4) Proses pembelajaran, yang meliputi: aktivitas belajar, output
belajar, dan outcome belajar;
5) Penilaian, kesesuaian teknik penilaian dan kompetensi dan
penjejangan penilaian.
2. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai
diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adlaah
maupun KTSP, Kurikulum 2013 adalah sebuah kurikulum yang
dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan
soft skillsl dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan
pengetahuan (Fadlillah, 2013:16).
Dalam hal ini Kurikulum 2013 lebih menekankan pada
nilai-nilai yang tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan
keterampilan yang diperoleh peserta didik melalui pengetahuan
dibangku sekolah, baik soft skills dan hard skills dapat tertanam
seimbang, berdampingan, dan mampu diaplikasi dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia (Fadlillah, 2013:25).
4. Karakteristik Kurikulum 2013
Menurut Ghassani (2014), Kurikulum 2013 dirancang dengan
karakteristik sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti;
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya
(enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).
5. Prinsip pengembangan Kurikulum 2013
Prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman dalam pengembangan
Kurikulum 2013 didasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A tahun 2013 tentang
a. Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia
b. Kebutuhan kompetensi masa depan
c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat seseuai dengan tingkat
perkembangan dan kemampuan perserta didik.
d. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
f. Tuntutan dunia kerja.
g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
h. Agama
i. Dinamika perkembangan global
6. Struktur Kurikulum 2013
Menurut Fadlillah (2013:40), struktur kurikulum adalah
pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Muatan
Pelajaran, dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan
program pendidikan. Hal ini sejalan dengan acuan Kemendikbud
tentang Strukutur Kurikulum setidaknya menggambarkan
konseptualisasi konten kurikulum dalam mata pelajaran, posisi konten
dalam kurikulum, posisi konten dalam semester atau tahun, dan beban
belajar untuk mata pelajaran serta beban belajar per minggu setiap
siswa.
Untuk Kurikulum 2013, struktur kurikulum sedikit ada
perubahan terkait bentuk mata pelajaran serta alokasi waktu belajar
yang dibebankan kepada peserta didik.
D. Lama Mengajar
Lama mengajar guru berkaitan erat dengan pengalaman mengajar
dan masa kerja. Pengalaman menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
adalah barang apa yang telah dirasai, diketahui dan dikerjakan.
Pengalaman berasal dari kata “alam” yang berarti lebih mengetahui atau
tahu benar, maka pengalaman dapat berarti pengetahuan atau keterampilan
atau partisipasi langsung dari peristiwa.
Lama mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan
surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau
kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari
komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah
dari lembaga berwenang (Muslich, 2007:14).
Sedangkan pengalaman kerja merupakan salah satu syarat yang sering
diminta sekolah dalam menerima calon tenaga guru. Dilihat dari masa kerja
dan pengalaman kerja yang banyak, seorang guru akan dapat bekerja dengan
E. Pangkat/golongan
Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerdarminto, 1982:281,242)
menyatakan bahwa golongan adalah kelompok dan jabatan adalah
pekerjaan dalam pemerintah atau organisasi. Jadi bisa disimpulkan bahwa
golongan jabatan adalah kelompok pekerjaan dalam suatu pemerintahan
atau organisasi. Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil
pasal 5 ayat 2 menyatakan berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan
fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam 4 jenjang
jabatan yaitu :
1. Jenjang utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari
Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina
utama, golongan ruang IV/e.
2. Jenjang madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari
Pembina, golongan ruang IV/a sampai dengan pembina utama muda,
golongan ruang IV/c.
3. Jenjang muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari
Penata, golongan ruang III/c sampai dengan penata tingkat I, golongan
ruang III/d.
4. Jenjang pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas
dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari
Penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan penata muda tingkat
I, golongan ruang III/b.
Pada Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
1999 dituliskan berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka
jabatan fungsional ketrampilan dibagi dalam 4 jenjang jabatan yaitu:
1. Jenjang penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan
yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas,
dan penilai pelaksanaan pekerjaan jabatan fungsional tingkat di
bawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis
operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu
dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c
sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.
2. Jenjang pelaksana lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional
ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana
tingkat lanjutan pembimbing, pengawas dan mensyaratkan
beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan
mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan
Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.
3. Jenjang pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan
yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana dan
mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional
penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan
kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang
II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
4. Jenjang pelaksana pemula, adalah jenjang jabatan fungsional
ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu
pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan teknis operasional
penunjang yang didasari cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan
kepangkatan mulai dari pengatur muda, golongan ruang II/a.
F. Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar
jenjang sekolah tempat guru mengajar adalah tahapan pendidikan
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemampuan yang akan di kembangkan. Dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 14, disebutkan bahwa jenjang pendidikan yang
termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Di akhir masa pendidikan dasar selama 6 tahun pertama
(SD/MI), para siswa harus mengikuti dan lulus dari ujian nasional untuk
dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs)
dengan lama pendidikan 3 tahun.
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan.
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
doktor dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
G. Kerangka Berfikir
1. Persepsi Guru Terhadap Pernerapan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Lama mengajar
Semakin tua umur seseorang tentu pengalaman yang didiapat
dalam hidup juga semakin banyak. Hal ini pun sama dengan yang
terjadi pada sosok guru. Guru yang lebih dahulu mengajar akan
mempunyai pengalaman yang banyak. Lama mengajar guru
menentukan sikap guru terhadap kurikulum yang sedang berlaku. Guru
dengan masa kerja yang lebih lama akan lebih realistik dalam
memandang perubahan kurikulum berdasarkan pengetahuan dan
Sementara guru baru tentu tidak sempat mengalami perubahan
kurikulum karen mereka lulus lebih dahulu sementara perubahan bisa
saja belum terjadi sehingga ilmu dan pengetahuan terhadap kurikulum
belum sepenuhnya mereka pahami.
2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari
Pangkat/Golongan
Persepsi guru yang satu dengan yang lain tentang kurikulum
akan beda karena memiliki pangkat/golongan yang
berbeda-beda. Guru yang memiliki pangkat/golongan lebih tinggi, tentu akan
memandang lebih realistis bedasarkan pengalaman, sementara guru
yang pangkat/golongan lebih rendah, akan dipusingkan dengan
perubahan-perubahan dalam kurikulum.
3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Jenjang
Sekolah Tempat Guru Mengajar
Kurikulum 2013 ini dijalankan mulai dari tingkat pendidikan
SD, SMP, SMA, sehingga pemahaman guru dalam setiap jenjang
pendidikan akanlah berbeda. Guru dalam jenjang pendidikan yang
sama tentulah juga akan memiliki padangan yang berbeda tentang
kurikulum. Penerimaan guru SD jauh lebih sulit karena mengajar
dengan tema tertentu biasa disebut perlajaran “tematik” dibandingkan
H. Hipotesis
1. Ha1 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau
dari lama mengajar.
Ho1 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
ditinjau dari lama mengajar.
2. Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau
dari pangkat/golongan.
Ho2 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
ditinjau dari pangkat/golongan.
3. Ha3 = Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau
dari jenjang sekolah tempat guru mengajar.
4. Ho3 = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum 2013
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dimana penelitian
deskriptif merupakan suatu penelitian untuk memperoleh gambaran
informasi lebih jelas tentang fakta-fakta yang terjadi di lapangan, terkait
dengan situasi atau gejala sosoial yang sedang terjadi.
Untuk mendeskripsikan persepsi guru terhadap kurikulum 2013 yang
ditinjau dari lama mengajar, pangkat/golongan, dan jenjang sekolah tempat
guru mengajar, penelitian ini dilakukan dengan penelitian survai yaitu
penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala
yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara factual, baik tentang
institusi, ekonomi, ataupun politik dari kelompok ataupun suatu daerah
(Hasan, 2004 : 8).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD, SMP, SMA Negeri Terakreditasi
A Kecamatan Ngaglik.
2. Waktu penelitian
Penelitan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru SD, SMP, SMA Negeri
Terakreditasi A, Kecamatan Ngaglik.
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap kurikulum 2013
ditinjau dari lama mengajar, pangkat/golongan, dan jenjang sekolah
tempat guru mengajar.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang di jadikan sasaran dalam penelitian ini adalah
240 guru, yang tersebar pada jenajang SD, SMP, dan SMA Negeri
yang Terakreditasi A Kecamatan Ngaglik, jumlah populasi guru
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tabel Populasi
Nama Sekolah Jumlah Guru Jumlah Total Guru SD NEGERI JONGKANG 11
SD NEGERI NGAGLIK 9 SD NEGERI NGEBELGEDE 1 11 SD NEGERI NGELEMPONG 10 SD NEGERI REJODANI 11 SD NEGERI SELOMULYO 9
JUMLAH 240 240 100%
2. Sampel
Untuk mendapatkan sampel yang representatif, yang berarti
dapat mewakili populasi yang menjadi sasaran penelitian, maka dalam
penentuan sample penelitian ini digunakan rumus Slovin sebagai
berikut:
� = �
1 +� (�)2
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
r = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
Dari jumlah populasi 240 guru, dengan tingkat kemaknaan
(alfa) sebesar 5%, maka dengan menggunakan rumus di atas
diperoleh sampel sebesar :
� = 240
1 + (240 � (5%)2)
� = 150
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan proportionate stratified random sampling,
unsur heterogen dan berstrata. Proposional distribusi sampel tampak
pada table berikut:
Tabel 3.2
Tabel Sampel Responden
E. Operasionalisasi variabel
1. Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi akan apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini
melibatkan variabel independen dan variabel dependen sebagai
berikut:
a. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini
adalah lama mengajar, pangkat/golongan, dan jenjang sekolah
tempat guru mengajar.
b. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
persepsi guru terhadap kurikulum 2013.
2. Pengukuran
a. Persepsi guru terhadap kurikulum 2013
No Jenjang
Pendidikan
Prosentase Guru
Ukuran Sampel
Slovin Pembulatan
1 SD 33.3% 150 x 33.3% = 49.95 50
2 SMP 35% 150 x 35% = 52.5 53
3 SMA 31.7% 150 x 31.7% = 47.55 47
pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel
persepsi guru terhadap kurikulum 2013 dengan menggunakan skala
pengukuran Likert dengan alternatif jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skala Pengukuran Model Likert
Alternatif jawaban Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
b. Lama mengajar guru
Lama mengajar dapat dilihat dari masa kerja atau lamanya
seseorang bekerja. Dalam penelitian ini lama mengajar digolongkan ke
dalam :
1) Masa kerja 2-4 tahun Skor 1
2) Masa kerja 5-7 tahun Skor 2
3) Masa kerja 8-10 tahun Skor 3
4) Masa kerja 11-13 tahun Skor 4
5) Masa kerja 14-16 tahun Skor 5
6) Masa kerja 17-19 tahun Skor 6
7) Masa kerja 20-22 tahun Skor 7
8) Masa kerja 23-25 tahun Skor 8
c. Pangkat/golongan guru
Golongan Kepangkatan guru merupakan kelompok atau
jabatan guru dalam suatu organisasi keguruan. Pemberian skor
untuk variabel Golongan Kepangkatan Guru adalah sebagai
berikut:
1) Golongan II/a.b.c.d Skor 1
2) Golongan III/a.b.c.d Skor 2
3) Golongan IV/a.b.c.d Skor 3
d. Jenjang sekolah tempat guru mengajar
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.
Dalam penelitian ini jenjang pendidikan sekolah yang
dimaksud adalah jenjang sekolah tempat guru mengajar, yang
dibagi atas :
1) Jenjang pendidikan SD Skor 1
2) Jenjang pendidikan SMP Skor 2
3) Jenjang pendidikan SMA Skor 3
F. Teknik pengumplan data
1. Instrumen Penelitian
Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
daftar pernyataan yang diberikan kepada responden untuk diisikan
sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi guru terhadap
penilaian kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar,
pangkat/golongan, jejang sekolah tempat guru mengajar.
2. Penyusunan Instrumen/Kuesioner
Tabel penyusunan kuesioner/kisi-kisi penyusunan kuesioner
nampak dalam tabel berikut:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013 Ditinajau Dari Lama Mengajar, Pangkat/Golongan, Jenjang Sekolah
Tempat Guru Mengajar
Variabel Sub variabel Sub-sub
variabel
kegiatan
a.Pedoman bagi guru yang
terpadu kondisi daerah
Ciri KBM Mengalami
dan eksplorasi
Interaksi Interaksi siswa
dengan guru
21
Komunikasi Kesempatan
siswa
Siswa a.Jenis kegiatan
b.Tujuan kegiatan c.Keterlibatan
siswa d.Waktu belajar e.Ketersediaan
sarana/prasarana f.Karakteristik
siswa Sumber belajar capai
kompetensi
menggabungka
Indikator-indikator tersebut digunakan dalam bentuk kuesioner
dan variabel Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013, diukur
menggunakan sekala Likert.
sumber: Natalia, yosephin. 2009. Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan jenjang pendidikan.
G. Teknik pengujian instrumen
Teknik pengujian instrumen penelitian yang digunakan adalah uji
validitas dan reliabelitas.
1. Uji validitas
Menurut Masri Singarimbun (1981:122) validitas menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin
diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang hendak diukur dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang
diteliti secara tepat (Suharsimi Arikunto, 2006:168). Instrumen
penelitian yang berupa angket diuji validitasnya untuk memperoleh
kesahihan instrumen penelitian sehingga dapat dibakukan menjadi
instrumen pengambilan data penelitian. Pengujian validitas penelitian ini
��� = � ∑ �� −
(∑ �)(∑ �)
�(� ∑ �2−(∑ �)2)(∑ �2−(∑ �)2)
Keterangan :
r xy : Koefisen korelasi
∑X : Skor total
∑XY : Skor total perkalian x dan y
∑X2
∑Y
: Skor kuadrat masing-masing item
2
N : Jumlah kasus
: Skor total kuadrat
Untuk mengetahui koefisien korelasinya (r) maka perlu diuji
signifikansinya dengan membandingkan nilai koefisien korelasi hasil
perhitungan dengan koefisien korelasi pada tabel dengan taraf
signifikansi 5%. Jika rhitung> rtabel maka butir pernyataan dikatakan valid
dan jika rhitung< rtabel
Ujicoba instrumen dilakukan pada responden di luar sampel
penelitian yang berjumlah 30 orang, dengan mendasarkan pada jawaban
responden atas 36 butir pernyataan yang menunjukkan variabel persepsi
guru terhadap Kurikulum 2013.
maka butir pernyataan dikatakan tidak valid.
Validitas kuesioner di periksa bedasarkan jawaban responden
yang berjumlah 30 orang guru. Rangkuman hasil uji validitas tersebut
Tabel 3.5
Rangkuman Uji Validitas Pertama Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013
Corrected Item Total Correlation
rtabel Status
Dari data hasil uji validitas dengan bantuan program SPSS versi
16.0 yang dapat dilihat pada kolom corrected Item-Total Correlation
merupakan r hitung. Sedangkan untuk menentukan r tabel dapat terlebih
dahulu mencari df= n-2 = 30-2 = 28 dan taraf signifikan = 5%
menunjukkan nilai r tabel = 0,361 ternyata diketahui corrected
Item-Total Correlation masih ada nilai r hitung yang bernilai negative maka
untuk item tersebut harus dihilangkan kemudian diolah lagi, berikut
anakn ditampilkan output yang baru:
Tabel 3.6
Rangkuman Uji Validitas Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013
Corrected Item Total Correlation
rtabel Status
Butir23 0,538 0,361 Valid
Dari output diatas dapat dilihat rhitung > rtabel
2. Uji reliabelitas
maka dapat
disimpulkan butir untuk semua item valid.
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel mengandung arti
bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan
data yang bisa dipercaya (Suharsimi Arikunto,2002:154). Rumus Alpha
Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan nol dan
satu, misalnya angket atau soal bentuk uraian.
Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut:
K = jumlah butir pertanyaan
∑ � �2 = jumlah varian butir atau item
��2 = varian total
Pengujian instrumen dikatakan reliabel jika nilai ralpha
Uji reliabelitas instrumen penelitian dilakukan dengan
menggunkan rumus Cronbach Alpha dan dikerjakan dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.0. Hasil
pengujian reliabelitas instrumen dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai
berikut:
≥ 0,6 dan
instrumen dikatakan tidak reliabel jika nilai alpha <0,6.
Tabel 3.7
Rangkuman Hasil Pengujian Reliabelitas Untuk Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013
Cronbach's Alpha N of Items
.939 34
Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa nilai Cronbach’s
Alpha sebesar 0,939, dimana nilai ini lebih besar dari 0,6, dengan
demikian dapat disimpukan bahwa persepsi guru terhadap kurikulum
2013 dikatakan reliabel
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Untuk mendeskripsikan responden digunakan analisis
deskriptif, yaitu dengan tabulasi responden untuk menentukan jumlah
dan presentase berdasarkan latar belakang responden. Kumudian untuk
mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian disajikan dalam
pedoman penilian acuan II (PAP II)
2. Uji prasyarat analisis
Uji prasyarat analisis pengujian hepotesis delam penelitian ini
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau
tidak. Untuk mengetahui normalitas suatu data perlu dicek
keberadaanya agar langkah selanjutnya dapat di pertanggung
jawabkan. Uji normalitas ini menggunakan tes satu sampel
Kolmogorov-Smirnov yang persamaan rumusnya sebagai berikut
(sugiyono, 2009:326):
D = Maksimum [Sn1 (X) – Sn2
Keterangan:
(X)]
D = Deviasi atau penyimpangan
Sn1
Sn
(X) = Fungsi jenjang komulatif observasi salah satu sampel
Apabila probabilitas yang diperoleh melalui perhitungan
lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 maka signifikan, artinya
ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi
data teoritis sehingga sebaran data variabel tidak normal pada
taraf signifikan 0,05. Sedangkan apabila probabilitas yang
diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf 0,05 maka
tidak signifikan, artinya tidak ada beda antara distribusi data yang
dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel
normal pada taraf signifikan 0,05.
2) Uji Homogenitas
Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians
populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan populasinya.
Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan
pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah menggunakan uji
F dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2011:261)
F =
������� …��������������� …��������
Harga Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga
Ftabel dengan dk pembilang dan dk penyebut. Kesimpulan :
Ftabel > Fhitung serta, signifikansi lebih dari 0,05, maka varians
data yang dianalisa homogen, sebaliknya bila Ftabel < Fhitung dan
signifikansi kurang dari 0,05 maka varians data yang dianalisa
3. Pengujian Hipotesis dan Penarikan Kesimpulan
a. Dalam penelitian ini statistik yang digunakan adalah Analisis
Varians (Anova) karena menguji hipotesis komparatif lebih dari
dua variabel. Untuk menjawab masalah yang pertama dilakukan
pengujian hipotesis dengan langkah-langkah :
1) Merumuskan Ho dan Ha
Ho : Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum 2013
ditinjau dari lama mengajar.
Ha : ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum 2013 ditinjau
dari lama mengajar.
Menentukan daerah penerimaan Ho dan penolakan Hi
Pengujian dengan Anova menggunakan distribusi F, titik kritis
diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentukan
dengan:
2) Taraf nyata (α) = 5%
3) Derajad kebebasan atau degree of fredom (df) terdiri dari:
Numerator = k-1
Denominator = N-k
b. Menentukan nilai uji statistik
Nilai statistikuji yang disebut uji F ditentukan dengan cara dihitung
menggunakan program Statistical Package for Social Science
(SPSS) yaitu program computer untuk analisis statistic secara
penelitian ini adalah program SPSS versi 16.
c. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, yaitu : Ho diterima jika
Fhitung< Ftabel Ha diterima jika Fhitung> F
d. Menarik kesimpulan
tabel
1) Jika Ho diterima berarti bahwa tidak ada perbedaan persepsi
guru terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar
2) Jika Ha diterima berarti bahwa ada perbedaan persepsi guru
terhadap Kurikulum 2013 ditinjau dari lama mengajar
e. Uji signifikansi
Membandingkan nilai probabilitas significance dengan nilai alpha
0,05. Apabila niali Significance lebih besar dari nilai alpha 0,05 maka
sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat digeneralisasikan pada
populasinya. Artinya, hasil penelitian ini dapat berlaku pada populasi.
Sebaliknya apabila nilai probabilitas significance lebih kecil dari nilai
alpha0,05 maka sampel yang diambil dalam penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan pada populasinya. Artinya hasil penelitian ini hanya
berlaku pada sampel.
Catatan : Langkah seperti diatas juga dilakukan untuk pengujian
50
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Desksipsi Data
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan
Juni 2015. Subjek penelitian ini adalah guru SD, SMP, dan SMA Negri
terakreditasi A di Kecamatan Ngaglik. Jumlah kuesioner yang disebar
adalah 225 kuesioner dan jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 165
kuesioner. Berdasarkan jawaban dari 165 responden, sebanyak 15
kuesioner tidak lengkap dan 150 responden mengisi dengan lengkap
semua butir pertanyaan/pernyataa sehingga memenuhi persayaratan
penelitian. Berikut ini akan disajikan table yang memuat uraian tentang
responden dari masing-masing sekolah.
Tabel 4.1
Sebaran Responden Penelitian
Nama Sekolah Jumlah Kuesioner
Tersebar Kembali Tidak Lengkap Responden
Berikut disajikan deskripsi data variabel-variabel penelitian ini:
1. Deskripsi responden penelitian
a. Lama mengajar
Tabel 4.2
Deskripsi Responden Menurut Lama Mengajar
Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa jumlah responden
masa kerja 2-4th sebanyak 5 responden, 5-7th sebanyak 19
responden, 8-10th sebanyak 13 responden, 11-13th sebamyak 6
responden, 14-16th sebanyak 6 responden, 17-19th sebanyak 4
responden, 20-22th sebanyak 5 responden, 23-25th sebanyak 11, dan
>25th sebanyak 81 responden. Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini adalah
masa kerja >25th.
Nama Sekolah Lama Mengajar Guru Responden
2-4th 5-7th 8-10th 11-13th 14-16th 17-19th 20-22th 23-25th >25th
b. Pangkat/Golongan
Table 4.3
Deskripsi Responden Menurut Pangkat/golongan Guru
Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa jumlah reponden
berpangkat/golongan II/a-II/d sebanyak 7 responden,
berpangkat/golongan III/a-III/d sebanyak 42 responden, dan
berpangkat/golongan IV/a-IV/d sebanyak 101 responden. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
penelitian ini berpangkat/golongan IV/a-IV/d.
c. Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar
Tabel 4.4
Deskripsi Responden Menurut Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar
Nama Sekolah Pangkat/Golongan Guru Responden
II/a-II/d III/a-III/d IV/a-IV/d
SMA Negeri Ngaglik 1 1 6 18 25
Nama Sekolah Jenjang Sekolah
Tempat Guru Mengajar
Tabel 4.4 menunjukan bahwa jumlah responden menurut
Jenjang Sekolah Tempat Guru Mengajar di tingkat SD sebesar 50
guru, di tingkat SMP sebesar 53 guru, dan ditingkat SMA sebesar
47 guru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar responden dalam penelitian ini berada pada jenjang sekolah
SMP.
2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013
Persepsi guru terhadap kurikulum 2013 dapat dijelaskan dalam
tabel berikut:
Tabel 4.5
Persepsi Guru Terhadap Kurikulum 2013
Kel Skor Frekuensi Keterangan