ABSTRAK
Fradha Dwi Arinditya. 2015. Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Budya Wacana kelas XII tentang Mata Pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sejauh mana pemahaman tentang konsep suhu, kalor, dan Perpindahan Kalor pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia (2) mengetahui apakah terjadi miskonsepsi pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia tentang mata pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor (3) mengetahui dalam konsep apa saja siswa terjadi miskonsepsi.
Subyek penelitian ini adalah siswa – siswi SMA Budya Wacana kelas XI Mia pada tahun ajaran 2014/2015. Terdapat 21 siswa yang mengikuti tes dan 4 siswa dipilih sebagai subyek tes wawancara. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap, yaitu yang pertama menggunakan tes berupa 25 soal pilihan ganda mengenai konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor menggunakan skala CRI dengan skala 1 – 3 dan yang tahap kedua dengan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tingkat pemahaman siswa tentang konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor belum seluruhnya siswa paham, karena dari hasil analisis rata – rata pada setiap konsep masih dalam kategori sedang hanya pada konsep perubahan wujud siswa tinngi pemahaman (2) ada beberapa siswa yang terjadi miskonsepsi tetapi hasil terjadi miskonsepsi siswa dalam kategori rendah (3) pada konsep Perpindahan Kalor siswa paling banyak terjadi miskonsepsi dan pada konsep perubahan wujud siswa paling sedikit terjadi miskonsepsi.
ABSTRACT
FradhaDwiArinditya. 2015. The Understanding and Misconceptions of Grade XII Mia BudyaWacana Senior High School Student at Yogyakarta about Temperature , Heat, and Heat Transfer Concepts.Essay.Physics Education Study Program.Department of Mathematics and Science Education.Faculty of Teacher Training and Education.Sanata Dharma University. Yogyakarta
The aims of this research are : (1) to find out students comprehension on temperature concept, heat, and heat transfer of budyawacana high school students of grade XI MIA, (2) to discover whether there were misconceptions of budyawacana high school students of grade XI MIA on temperature concept, heat, and heat transfer, and (3) to find out the most misconception that students experienced.
The subjects of this research were BudyaWacana high school students of grade XI MIA 2014/2015. There were 21 students who took the test and 4 students were chosen as subjects of interview test. The type of this research is quantitative descriptive. The data was taken through 2 steps, firstly, the students were given 25 multiple choice questions about temperature concept, heat, and heat transfer using CRI scale (1-3). Secondly, 4 students were interviewed about that questions.
The results of this research show that : (1) they are many of the students understood about temperature concept, heat, and heat transfer because the result of analysis show that students’ understanding was in standard level for each category, except for the change of form concept; most of the students understood about the concept of the change of form, (2) few students experienced misconception, and (3) the most misconception happened in heat transfer and the fewest was in change foam.
PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA KELAS XI MIATENTANG KONSEP SUHU, KALOR,
DAN PERPINDAHAN KALOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Fradha Dwi Arinditya 081424046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA KELAS XI MIATENTANG KONSEP SUHU, KALOR,
DAN PERPINDAHAN KALOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Fradha Dwi Arinditya 081424046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA KELAS XI MIA TENTANG KONSEP SUHU, KALOR,
DAN PERPINDAHAN KALOR
Cl*h:
Fradha Dwi Arinditva
.
NYM;081424046{4
Telah disetujui oleh:7r\-
^A
Gvnroe
Dosen Pembimbing
r)
tu)
n"*.
a.liladi,
M.si.o
5.
D
n
s
{Iuuureo uesY '}eA 'sro
'ro
'€'(['r{d 6rprrBr{ou'z
'ls';,rf ipuutFn.'v'sJ(I'l :
'S'tr\J'esotues Ipg'uE1'.rq :
'pd'S'ol1qpn1 {puv snuillocr€trAJ'r(I :
BtoEEuV
srrBloDles
?nle)
dapusl
urreN: 1[n8ua.1 EI]xrrBd uuunsns
lere,(s qnueruoru lr*1u1e,(urp uu6 S t0Z snlsri8V tC 1u38ue1epe6
rln8uod ueciep rp ue{uerleuedip qsteJ
gVOVZVISO'J^IIN
u{1pu1ry Ina11 sqpurd :qalo sqnlrp uep ueldersredrq
UOTYX l\IYHYONIdTItrd NYO
.uOrrrx.nHnS
dgsNox cNYINf,T
YIW Tx SYTf,)IYIuY:tYA3oA
YNY)YA\
YAONg YruS Y,,[SIS ISdf,SNOXSU I NYO NYIAIYHYIAIIdue8u4 Bpuu.l
ISdTUXS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Berusaha dan slalu berdoa serta, mendorong minat dan mengalahkan kemalasan adalah kunci keberhasilan “
“Tetap berjalan ke depan, tetap pada satu tujuan dan tetap berdiri walau banyak halangan, rintangan datang didepan mata ini, tapi percaya bahwa Tuhan tetap akan slalu ada menemani setiap langkah hidup ku, dan biarlah penyesalan ada datang padaku, karena berkat penyesalan aku dapat bangkit dan melangkah terus
ke depan “
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah( Lessing )
“Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku”
(Maz 61:6)
skripsi ini kupersembahkan untuk :
Allah Bapa yang Maha Kasih
Tuhan Yesus Kristus
Bunda Maria
Ayahku Edhi Gantar Purwanto
Ibuku C. Marjiyah
Kakakku Stevanus Tofan Sulistyo
Adekku Hieronymus Ferdhian Triadmaja
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutrpan dan dalam daftff pustakq sebagaimana layaknya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Agustus 201 5
'"".,ruru
r*ar,u
o[i
,finctvu
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUruAN
PLIBLIKASI KARYA ILMIAH UNTLIK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : FradhaDwi Arinditya
NIM
:081424046Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
O'PEMAIIAMAN DATI MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA
KELAS Xr TENTAI{G MATA PELAJARAN SUHU, KALOR" DAI[ PERPINDAHAN
KALOR'
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selamatetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan
sebenarnya-Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 28 Agustus 2015
vii
ABSTRAK
Fradha Dwi Arinditya. 2015. Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Budya Wacana kelas XII tentang Mata Pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sejauh mana pemahaman tentang konsep suhu, kalor, dan Perpindahan Kalor pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia (2) mengetahui apakah terjadi miskonsepsi pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia tentang mata pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor (3) mengetahui dalam konsep apa saja siswa terjadi miskonsepsi.
Subyek penelitian ini adalah siswa – siswi SMA Budya Wacana kelas XI Mia pada tahun ajaran 2014/2015. Terdapat 21 siswa yang mengikuti tes dan 4 siswa dipilih sebagai subyek tes wawancara. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap, yaitu yang pertama menggunakan tes berupa 25 soal pilihan ganda mengenai konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor menggunakan skala CRI dengan skala 1 – 3 dan yang tahap kedua dengan wawancara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tingkat pemahaman siswa tentang konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor belum seluruhnya siswa paham, karena dari hasil analisis rata – rata pada setiap konsep masih dalam kategori sedang hanya pada konsep perubahan wujud siswa tinngi pemahaman (2) ada beberapa siswa yang terjadi miskonsepsi tetapi hasil terjadi miskonsepsi siswa dalam kategori rendah (3) pada konsep Perpindahan Kalor siswa paling banyak terjadi miskonsepsi dan pada konsep perubahan wujud siswa paling sedikit terjadi miskonsepsi.
viii
ABSTRACT
FradhaDwiArinditya. 2015. The Understanding and Misconceptions of Grade XII Mia BudyaWacana Senior High School Student at Yogyakarta about Temperature , Heat, and Heat Transfer Concepts.Essay.Physics Education Study Program.Department of Mathematics and Science Education.Faculty of Teacher Training and Education.Sanata Dharma University. Yogyakarta
The aims of this research are : (1) to find out students comprehension on temperature concept, heat, and heat transfer of budyawacana high school students of grade XI MIA, (2) to discover whether there were misconceptions of budyawacana high school students of grade XI MIA on temperature concept, heat, and heat transfer, and (3) to find out the most misconception that students experienced.
The subjects of this research were BudyaWacana high school students of grade XI MIA 2014/2015. There were 21 students who took the test and 4 students were chosen as subjects of interview test. The type of this research is quantitative descriptive. The data was taken through 2 steps, firstly, the students were given 25 multiple choice questions about temperature concept, heat, and heat transfer using CRI scale (1-3). Secondly, 4 students were interviewed about that questions.
The results of this research show that : (1) they are many of the students understood about temperature concept, heat, and heat transfer because the result of
analysis show that students’ understanding was in standard level for each category, except for the change of form concept; most of the students understood about the concept of the change of form, (2) few students experienced misconception, and (3) the most misconception happened in heat transfer and the fewest was in change foam.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukurbagi Dia, nama segala nama atas segala nama dan Raja di
atas segala Raja, Yesus Kristus Tuhan dan Juru selamat. Semua ini karena begitu
besar melimpahkan rahmat, kasih, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan
dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini berjudul:
“PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA
KELAS XI YOGYAKARTA TENTANG KONSEP SUHU, KALOR, DAN
PERPINDAHAN KALOR”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa proses panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan yang bahagia ini, penulis secara
khusus mengucapkan terimakasih, kepada :
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M. S selaku Ketua Program Studi Pendidikan
x
4. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si sebagai pembimbing skripsi, terima kasih
telah membimbing, memberi nasehat, saran dan kritik dalam membimbing
selama penyusunan skripsi dengan sabar.
5. Bapak Rohandi, Ph.D dan Bapak Dr. Drs. Vet. Asan Damanik selaku
dosen penguji, terima kasih sudah memberikan waktu untuk menjadi
penguji skripsi saya.
6. Bapak Ismunawan Wibawa, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Budya
Wacana yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
7. Bapak Thomas Enggar, S. Pd selaku Guru Bidang Studi Fisika Sekolah
SMA Budya Wacana yang telah memberikan kemudahan dan membantu
dalam melaksanakan penelitian.
8. Guru-guru dan siswa-siswi Sekolah SMA Budya Wacana kelas XI MIA
yang telah memberikan kemudahan, membantu dalam penelitian, dan
penerimaan yang sangat baik bagi penulis selama melakukan penelitian.
9. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika dan karyawan JPMIPA yang telah
membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama
masa perkuliahan.
10.Kedua orang tuaku tercinta, kakak, adikku, dan saudara-saudaraku yang
telah memberikan dukungan, semangat, kasih sayang, dan doa sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Dodik Prasetyo : terima kasih buat doa, dukungan, dan semangatnya
xi
12.Buat teman-temanku Pendidikan Fisika 2008 yang tercinta, terimakasih
buat persahabatan kita, kebersamaan selama kuliah, dan terima kasih buat
doa serta dukungan semangat untukku… Finally, aku LULUUUS !!
13.Teman-teman Kost Muria dan teman-teman lintas prodi yan tidak bisa aku
sebutin satu per satu : terima kasih buat doa, bantuan, dukungan, dan
dorongan dari kalian. terima kasih jua buat Angga yang udah membantu
menyelesaikan skripsi ini, luluuuuus bareng kita broooo...
14.Terima kasih untuk semua pihak yang telah memberiku semangat,
memberi dukungan untukku, memberikan doa dan membantu penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih,
pokonya terima kasih banyak, tanpa kalian aku tidak akan bisa.
Saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Akhir kata penulis harapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan serta pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 28 Agustus 2015
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Pembatasan Masalah ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Konsep dan Pemahamannya ... 9
B. Konsepsi ... 10
C. Pembentukan Konsep ... 11
D. Tujuan Pembelajaran Fisika ... 12
E. Miskonsepsi ... 15
F. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme ... 16
G. Penyebab Miskonsepsi ... 16
xiii
1. Peta Konsep (Concept Maps) ... 17
2. Tes Esai Tertulis ... 18
3. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice) ... 19
4. Wawancara Klinis ... 29
5. Diskusi dalam Kelas ... 20
6. Praktikum dengan Tanya Jawab ... 20
I. Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor ... 21
1. Suhu ... 21
2. Kalor ... 22
3. Perpindahan Kalor ... 22
a. Konduksi ... 23
b. Konveksi ... 23
c. Radiasi ... 24
4. Azas Black ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Waktu dan Tempat ... 27
C. Partisipan ... 28
D. Metode Pengumpulan Data ... 28
1. Tes Pilihan Ganda ... 28
2. Wawncara ... 29
E. Instrumen Penelitian ... 29
1. Tes Pilihan Ganda ... 29
2. Wawancara ... 30
F. Desain Penelitian ... 31
G. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrument ... 34
1. Validitas Instrumen ... 34
2. Reliabilitas Instrument ... 34
H. Metode Analisis Data ... 35
1. Analisis Tes Tertulis ... 35
2. Analisis Hasil Wawancara ... 38
BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Pelaksanaan Penelitian ... 39
B. Subyek Penelitian ... 39
C. Data Penelitian dan Pembahasan ... 40
1. Hasil Penilaian setiap Siswa dari Soal – soal Tes ... 40
2. Hasil Analisis dengan Skala CRI ... 41
xiv
4. Hasil Analisis Wawancara ... 65
BAB V PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi - kisi soal ... 32
Tabel 2 Keyakinan Jawaban Siswa Berdasarkan CRI ... 32
Tabel 3 Kegiatan dalam Penelitian ... 34
Tabel 4 Kriteria Pengelompokkan Siswa berdasarkan CRI ... 36
Tabel 5 Kriteria Penilaian Soal ... 36
Tabel 6 Contoh Ketentuan untuk setiap Pertanyaan yang Diberikan Berdasarkan CRI ... 36
Tabel 7 Presentase Tingkat Miskonsepsi pada Konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor ... 37
Tabel 8 Contoh Hasil Analisis Miskonsepsi pada Sub Konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor ... 38
Tabel 9 Skor dan Kualifikasi Tingkat Pemahaman Siswa dari Data Hasil Skor yang Diperoleh Setiap Siswa ... 40
Tabel 10 Klasifikasi Tingkat Pemahaman Siswa menurut Skor yang diperoleh ... 41
Tabel 11 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Suhu ... 41
Tabel 12 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Pemuaian ... 42
Tabel 13 Hasil Analissis Miskonsepsi pada Konsep Kalor ... 44
Tabel 14 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Perubahan Wujud ... 45
Tabel 15 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Perpindahan Kalor ... 46
xvi
Tabel 17 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep Pemuaian ... 49
Tabel 18 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep Kalor ... 50
Tabel 19 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep
Perubahan Wujud ... 51
Tabel 20 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep
Perpindahan Kalor ... 53
Tabel 21 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep Suhu ... 54
Tabel 22 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep
Pemuaian ... 55
Tabel 23 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep Kalor ... 57
Tabel 24 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep
Perubahan Wujud ... 58
Tabel 25 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep
Perpindahan Kalor ... 59
Tabel 26 Hasil Rata - rata seluruh Hasil Analisis Menggunakan
Skala CRI ... 61
Tabel 27 Presentase Jumlah siswa setiap Tingkat Kepahaman ... 64
Tabel 28 Presentase Jumlah Siswa pada Setiap Konsep yang
dipahami Paling Banyak Siswa dan
Paling Sedikit Siswa ... 64
Tabel 29 Tingkat Rata - rata Presentase Siswa pada Setiap Konsep
yang Terjadi Miskonsepsi Paling Banyak dan Paling
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 79
Lampiran 2 Surat Keterangan dari SMA Budya Wacana Yogyakarta ... 80
Lampiran 3 Peta Konsep ... 81
Lampiran 4 Konsep dan Indikator Pemahaman ... 82
Lampiran 5 Soal dan Alat Ukur ... 88
Lampiran 6 Soal Tes ... 90
Lampiran 7 Kunci Jawaban ... 95
Lampiran 8 Daftar Siswa ... 96
Lampiran 9 Tabel Transkrip Nilai dari Hasil Tes ... 97
Lampiran 10 Data Jumlah Siswa yang Paham, Tidak Paham, dan Miskonsepsi Menggunakan Skala CRI ... 98
Lampiran 11 Tabel Data Keseluruhan Siswa ... 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang
berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa.
Fisika adalah salah satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk
mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam
dan sifat serta penerapannya (Wospakrik dalam Putu Eka, 2003). Pendapat
tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang
ada di dalamnya. Ilmu fisika membantu kita untuk menguak dan memahami
misteri alam semesta ini (Surya, dalam Putu Eka, 2003).
Dalam pembelajaran fisika, pemahaman terhadap konsep merupakan salah
satu hal yang terpenting. Tanpa mengetahui konsep, semua pembelajaran
akan menjadi pembelajaran hafalan dan bukan lagi pembelajaran bermakna.
Banyak pelajar tidak memahami konsep fisika karena mereka menghafal
sesuatu konsep dengan tidak memahami apa yang mereka hafal.
Pemahaman sendiri merupakan bagian dari ranah kognitif. Pemahaman
dipelajari (Winkel dalam Titis Vidiati, 2011). Seseorang dikatakan memiliki
kemampuan pemahaman yang baik bila mampu menguraikan isi pokok dari
suatu bacaan; mampu mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke
bentuk lain; dan mampu membuat perkiraan tentang kecenderungan yang
tampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa dari dalam diri seseorang yang memiliki pemahaman yang
baik terdapat kemampuan internal untuk menerjemahkan, menafsirkan,
memperkirakan, menentukan, memahami dan mengerti/menginterpretasikan
sesuatu hal (Winkel dalam Titis Vidiati, 2011)
Pemahaman merupakan aspek yang sangat penting dan bahkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika menjadi aspek yang paling
ditonjolkan (Marpaung dan Suparno dalam Titis Vidiarti, 2011) Saat
melakukan kegiatan pembelajaran yang pertama-tama mau dicapai adalah
bahwa siswa mengerti atau memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu
dalam pembelajaran fisika seharusnya siswa dibimbing untuk meningkatkan
kemampuan pemahamannya terhadap konsep-konsep dasar fisika dalam
materi yang diajarkan. Dengan pemahaman konsep yang baik tersebut siswa
memiliki dasar yang kuat untuk memahami prinsip-prinsip, teori-teori dan
hukum fisika. Dalam konteks taksonomi Bloom pada ranah kognitif,
pemahaman konsep yang baik menjadi dasar untuk berkembangnya
kemampuan penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi atas konsep itu pada
Dalam praktek pembelajaran fisika di sekolah menengah selama ini
tampak bahwa belum semua siswa mampu memahami konsep yang diajarkan.
Kesalahan konsepsi atau miskonsepsi dalam diri siswa sering terjadi dan
mencakup semua bidang fisika (Suparno, 2005: 11). Bila miskonsepsi ini
tidak disadari dan dibiarkan berkembang dalam diri siswa dan tidak segera
diperbaiki, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami prinisip hokum
dan teori dalam fisika. Selain itu miskonsepsi yang tidak diperbaiki akan
menyulitkan saat menggunakan konsep tersebut dalam memecahkan
masalah-masalah fisika.
Miskonsepsi pada siswa biasanya terjadi karena disebabkan oleh pra
konsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berfikir, dan
teman lain (Suparno,2005). Pembelajaran yang tidak memeperhatikan
miskonsepsi meyebabkan kesulitan belajar dan akirnya prestasi belajar siswa
rendah. Pandangan tradisional yang menganggap bahwa pengetahuan dapat
dipindahkan secara utuh dari pikiran guru kepikiran siswa perlu digeser
menuju pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan
dibangun dalam diri siswa (Howe dalam Titis Vidiati, 2011).
Adapun beberapa kemungkinan penyebab miskonsepsi antara lain berasal
dari pengajar (guru), buku teks, siswa itu sendiri, metode mengajar dan
konteks pembelajaran (pengalaman, bahasa sehari-hari, keyakinan dan ajaran
Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti Fisika, Biologi,
Kimia, dan Astronomi (Suparno, 2005). Dalam Fisika miskonsepsi juga
sering terjadi. Seperti yang telah diteliti, miskonsepsi terjadi pada konsep
mekanika, listrik dan magnet, panas, optika, dan sifat-sifat materi, bumi dan
antariksa, serta fisika modern. Oleh sebab itu penulis tertarik mengadakan
penelitian untuk mengetahui, tentang pemahaman dan miskonsepsi yang
dialami oleh siswa pada konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia pada
konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor?
2. Apakah telah terjadi miskonsepsi pada konsep Suhu, Kalor, dan
Perpindahan Kalor?
3. Dalam hal apa saja miskonsepsi tentang materi Suhu, Kalor, dan
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalahnya, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sejauh mana pemahaman siswa SMA Budya Wacana kelas XI
Mia tentang konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor
2. Mengetahui apakah telah terjadi miskonsepsi pada siswa SMA Budya
Wacana kelas XI Mia pada Konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor.
3. Mengetahui miskonsepsi tentang materi Suhu, Kalor, dan Perpindahan
Kalor.
D.Pembatasan Masalah
Penelitian dibatasi pada pemahaman dan miskonsepsi tentang konsep
Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengujikan soal dan wawancara.
Dari hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara akan dilihat bagaimana
pemahaman dan miskonsepsi siswa. Semua partisipan penelitian adalah siswa
SMA Budya Wacana kelas XI Mia.
E.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemahaman dan
miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia atas
konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor. Hasil penelitian ini diharapkan
1. Bagi siswa
a. Siswa dapat belajar untuk memahami dan mengingat
kembali maksud materi tentang Suhu, Kalor, dan
Perpindahan Kalor
b. Siswa yang baru menyadari terjadinya miskonsepsi, perlu
dipelajari kembali konsep-konsep yang mendasar
2. Bagi guru / Calon Guru
a. Guru atau calon guru mengetahui letak miskonsepsi yang
terjadi pada siswa
b. Guru atau calon guru dapat member kan pengajaran yang
lebih kepada siswa yang mengalami miskonsepsi dengan
memikirkan suatu metode pengajaran yang dapat
meremidiasi kesalahan sekaligus menjadi bahan
pertimbangan apakah strategi yang telah diterapkan dalam
proses belajar mengajar dapat dilanjutkan atau perlu
diperbaiki agar miskonsepsi yang terjadi tidak terulang
kembali.
3. Bagi LPTK
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pengetahuan yang mendidik calon guru
fisika dapat semakin serius dalam mendidik para
mahasiswa-mahasiswinya. Mahasiswa-mahasiwinya calon
metode pembelajaran fisika sehingga bias membantu siswa
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Konsep dan Pemahamannya
Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau
ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri-ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh
suatu tanda atau simbol. Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu
yang mempermudah komunikasi antara manusia dan memungkinkan manusia
berpikir.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai berbagai macam konsep.
Dalam proses pembelajaran sering kali diawali dengan konsep sebelum sampai
pada penerapannya. Konsep harus dipahami lebih dahulu secara benar karena
pemahaman konsep yang tidakdipahamidenganbenar akan mengakibatkan
kesulitan dan kesalahan dalam menerapkannya (Kartika Budi dalam Dwi Asih,
2008).
Konsep adalah segala yang ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau
peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi dan ciri-ciri (Euwe, 1991: 8) yang menjadi
obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya
Kosep diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yakni konsep-konsep fisis
(physical concepts), konsep-konsep logika matematis (logico-mathematical
concepts), dan konsep-konsep filosofis (philosophical concepts) (Kartika Budi
dalam Dwi Asih, 2008).
Konsep Fisis adalah konsep yang mengacu pada obyek, proses yang
terjadi pada obyek dan relasi antara konsep yang satu dengan yang lain.
Konsep fisis dapat diklasifikasikan atas konsep obyek dan konsep proses
(Kartik Budi dalam Dwi Asih, 2008). Konsep obyek adalah konsep yang
mengacu pada suatu obyek yang konkret maupun abstrak dan mengacu pada
atribut-atribut yang dimiliki. Contoh konsep objek adalah magnet, cahaya,
lensa, dan arus listrik dsb.
Konsep proses adalah konsep yang mengacu pada proses dari benda-benda
atau obyek dan relasi antar konsep. Contoh konsep proses adalah memuai,
difraksi, interfensi dsb. Sedangkan contoh konsep yang menyatakan relasi antar
konsep bersifat kuantitif (formula/rumus) adalah V = I.R dsb. Konsep logika
matematis dalah konsep yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan
terhadap obyek. Misalnya : perkalian, pengurangan, penjumlahan. Konsep
filosofis adalah konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya :
senang, jujur, kagum.
Vygotsky seperti yang dikutip oleh Paul Suparno (1996) membedakan
konsep menjadi dua jenis konsep, yaitu konsep spontan dan konsep saintifik.
Konsep spontan adalah konsep yang dipunyai siswa karena pergaulannya
konsep sainstifik didapat dibangku sekolah secara sistematik struktural. Kedua
konsep itu saling mempengaruhi. Dalam proses pembelajaran konsep yang
spontan perlahan-lahan diubah menjadi lebih saintifik, dan yang saintifik nanti
mempengaruhi konsep spontan seseorang menjadi lebih maju dan lengkap.
Dengan demikian konsep seseorang akan sesuatu terus berkembang (Suparno
dalam Dwi Asih 2008).
Konsep spontan sering mengundang miskonsepsi. Hal ini dapat dimengerti
karena konsep itu memang belum disistematisasi dan juga diperoleh secara
spontan dari pengalaman sebelum mendapatkan pelajaran formal di sekolah.
Pembelajaran fisika di sekolah dimaksudkan agar siswa mampu menguasai
konsep-konsep fisika serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menguasai bukan sekedar mengetahui konsep saja, tetapi juga memahami
konsep fisika. Konsep yang sudah dikuasai dengan benar akan membantu
siswa dalam memecahkan suatu masalah.
B.Konsepsi
Konsepsi dapat didefisinikan sebagai tafsiran perorangan atau individu
terhadap suatu konsep (Berg V.D dalam Titis Vidiarti, 2011). Walaupun dalam
Fisika kebanyakan konsep mempunyai arti yang jelas, yang sudah disepakati
oleh tokoh Fisika, konsepsi siswa/mahasiswa berbeda-beda. Tafsiran siswa
(konsepsi siswa) mengenai konsep gaya berbeda dari tafsiran dari guru atau
buku.
Contohnya, konsep massa jenis adalah hasil bagi massa dan volume yang
Dengan demikian unsur/senyawa dapat dikenal dari massa jenisnya. Banyak
siswa mempunyai konsepsi yang berbeda, mereka cenderung berfikir bahwa
jika jumlah zat (massanya) ditambah, maka massa jenisnya juga bertambah.
Inilah satu contoh (mis)konsepsi siswa.
C.Pembentukan Konsep
Konsep-konsep dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu formasi konsep
(concept formation) dan asimilasi konsep (consept assimilation). Formasi
konsep merupakan bentuk perolehan konsep sebelum anak-anak masuk
sekolah. Formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep
konkret. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh
konsep-konsep selama dan sesudah sekolah (Dahar R.W dalam Titis Vidiarti, 2011).
Banyak konsep yang kita peroleh dan berkembang semasa kecil, tetapi
konsep-konsep itu mengalami modifikasi atau perubahan yang disebabkan
karena pengalaman-pengalaman kita. Anak-anak memperoleh konsep-konsep
seperti: meja, kursi, dan lain-lain. Konsep semacam ini diperoleh melalui
proses pembentukan konsep. Pembentukan konsep merupakan suatu bentuk
belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif
yang melibatkan proses-proses psikologis seperti analisis diskriminatif,
abstraksi, diferensiasi, pembentukan hipotesis, pengujian dan generalisasi
(Dahar R. W dalam Titis Vidiarti, 2011).
Setelah masuk sekolah, anak-anak diharapkan belajar banyak konsep
melalui proses asimilasi konsep. Proses asimilasi konsep berlawanan dengan
diberi nama konsep dan antribut dari konsep itu. Ini berarti bahwa mereka akan
belajar arti konseptual baru dengan memperoleh penyajian antribut-antribut ini
dengan gagasan-gagasan relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif
mereka. Untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi, orang
yang belajar harus sudah memperoleh definisi formal dari konsep-konsep itu.
Suatu definisi formal dari kata menunjukan kesamaan-kesamaan dengan
konsep itu, dan membedakan konsep itu dari konsep-konsep lain (Dahar R. W
dalam Titis Vidiarti, 2011).
D.Tujuan Pembelajaran Fisika
Fisika adalah ilmu yang kebenarannya dihakimi oleh pengamatan. Suasana
berkarya akan menjadi semarak apabila peralatan yang sanggup mengungkap
aspek-aspek fisika yang digarap itu terdapat di tempat yang sama. Dengan kata
lain, diperlukan fasilitas dan tenaga yang memudahkan interaksi antara
eksperimen dan teori yang dapat digarap ditempat yang sama
Siswa atau mahasiswa tidak akan terlepas dari belajar fisika kecuali siswa
atau mahasiswa tersebut tidak mengambil jurusan eksak. Jurusan eksak adalah
merupakan langkah awal untuk memasuki dunia ilmiah, dunia untuk
memahami rahasia alam. Jadi, untuk memahami kehidupan dan segala yng
berkaitan di dalamnya tidak terlepas dari ilmu fisika.
Dari ribuan bahkan ratusan juta tahun yang lalu fisika sudah dipelajari
orang. Terbukti dari adanya ahli fisika di seluruh jagat raya ini. Tokoh fisika
dilahirkan pada tanggal 15 Januari 1564 di kota Pisa, Italia. Temuannya yang
paling fenomenal adalah teleskop. Galileo dianggap sebagai salah satu
penyumbang terbesar bagi dunia sains modern. Demikian juga Albert Einstein
yang dilahirkan di Ulm, Wuttenberg, Jerman pada tanggal 14 maret 1879. Ia
adalah ahli fisika terbesar abad ke-20. Rumusan matematisnya yang sangat
terkenal adalah E=mc².
Tujuan kita belajar fisika memang sangat banyak sekali tergantung ke arah
mana kita mendalaminya, karena fisika itu cukup luas cakupannya. Secara
sederhana tujuan belajar fisika adalah :
1. Untuk memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata pelajaran atau mata
kuliah.
Sebagian pelajar yang mempelajari fisika tentu agar bisa memahami
kompetensi yang dimuat dalam standar isi sehingga jika menghadapi
ulangan dan ujian akhir mendapat nilai tinggi. Bagi mahasiswa yang
mengambil mata kuliah fisika atau yang terkait dengan fisika tentu agar bisa
memahami materi yang termuat dalam sistem kredit semester sehingga
setelah ujian semester mendapat nilai A atau B.
2. Untuk bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti melakukan
penelitian
Ilmu fisika yang dipelajari merupakan hasil kerja sama para
pengembangnya di seluruh dunia. Kekayaan ilmu fisika saat ini sudah
menampung seluruh ilmu itu. Seorang pengembang cukup puas dengan
hanya mengikuti satu jalur perkembangan fisika.
3. Untuk bisa menerapkan fisika dan mengimplekasikan ke bidang lain
Pengetahuan tentang gejala dan perilaku alam yang dihimpun dalam ilmu
fisika telah banyak digunakan untuk membantu profesi lain, seperti profesi
di bidang pertanian dan kedokteran. Fisika sering dimasukkan dalam
katagori ilmu dasar. Maksudnya, untuk dapat menjadi dokter atau insinyur
diperlukan sejumlah pengetahuan fisika sebagai basis pemahaman ilmu
yang berkaitan dengan profesinya. Ilmu yang berkaitan dengan profesi
tersebut berkembang tarus. Misalnya, ilmu kedokteran telah menerapkan
cara pengobatan dengan radiasi dan berkas laser digunakan untuk
pembedahan. Pengetahuan fisika yang diperlukan untuk menangani hal ini
jelas bukan lagi apa yang dulu disebut fisika dasar. Artinya diperlukan
tenaga-tenaga yang sudah jauh belajar ilmu fisika.
4. Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika
Guru merupakan penyambung untuk mewariskan ilmu dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Ia memang bukan pembuat ilmu, tetapi ia dituntut
untuk tahu benar tentang ilmu yang ingin dipindah tangankan ke generasi
muda. Jika tidak, kita khawatir bahwa yang diwariskan adalah hal-hal yang
keliru sehingga pewarisan itu menjadi tidak bermakna. Di samping memiliki
pengetahuan yang benar tentang ilmu fisika, iapun perlu memperlajari
teknik komunikasi. Sebaiknya teknik komunikasi tidak hanya satu corak,
pembawaannya. Pengembangan alternatif teknik komunikasi maru-pakan
bagian dari kehidupan profesinya sebagai guru fisika.
E.Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang
diakui oleh para ahli. Beberapa peneliti lebih suka menggunakan istilah konsep
alternatif, karena dengan istilah itu menunjukan keaktifan dan peran siswa
mengkonstruksi pengetahuan mereka. Selain itu, konsep yang dianggap “salah”
tersebut dalam banyak hal dapat membantu orang dalam memecahkan
persoalan hidup mereka.
Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, seperti fisika, kimia,
biologi, serta bumi dan antariksa. Dalam bidang fisika, semua subbidang juga
mengalami miskonsepsi seperti mekanika, termodinamika, bunyi dan
gelombang, optika, listrik dan magnet, dan fisika modern. Miskonsepsi ada
yang mudah dibetulkan, tetapi ada yang sulit, terlebih bila konsep itu memang
berguna dalam kehidupan yang nyata. Miskonsepsi terjadi di semua jenjang
pendidikan, dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, bahkan juga
terjadi pada guru dan dosen.
F. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme
Konstruktivisme berbeda dengan behaviorisme dan maturasionisme. Bila
behaviorisme menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran,
konstruktivisme lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang
mendalam. Bila maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang
lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruktif aktif si pelajar (Fosnot
dalam Dwi Asih, 2008).
Secara Filosofis terjdinya miskonsepsi pada siswa dapat dijelaskan dengan
Filsafat Konstruktivisme. Filsafat Konstruktivisme secara singkat menyatakan
bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam
kontak dalam lingkungan, tantangan, dan bahan yg dipelajari (Suparno,1997).
Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuannya, maka
tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini dapat
disebabkan siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika secara tepat,
belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan.
G.Penyebab Miskonsepsi
Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima
kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.
Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti
prakonsepsi, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan
teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru,
kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru
dalam berelasi dengan siswa kurang baik.
Penyebab miskonsepsi dalam buku teks biasanya terdapat dalam
penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti
budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa.
Sering kali penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi kadang-kadang saling
kompleks. Hal ini menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa
mengatasi miskonsepsi mereka.
H. Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi
Sebelum dapat membantu menangani miskonsepsi yang dipunyai siswa,
kiranya perlu diketahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja dipunyai siswa dan
dari mana mereka mendapatkanya. Baru dengan demikian kita dapat
memikirkan bagaimana mengatasinya. Menurut Kartika Budi dalam tulisannya
yang berjudul Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang
terjadi (1992), miskonsepsi dapat dideteksi dan diidentifikasi melalui
langkah-langkah : (1) hakikat atau makna suatu konsep dipahami dengan baik dan
dinyatakan dengan jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut
dicari kemungkinan-kemungkinan salah konsep yang terjadi, (3) berdasarkan
kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk
uraian bebas, isian singkat, maupun pilihan berganda) yang memungkinkan
kesalahan dapat dideteksi, dan (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan
maupun tertulis), hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat
kesalahan-kesalahan yang sungguh terjadi.
Selain cara identifikasi di atas, Suparno dalam bukunya Miskonsepsi dan
Perubahan Konsep yang Terjadi, menyatakan cara-cara mengidentifikasi atau
mendeteksi salah pengertian tersebut yaitu melalui peta konsep, tes essai, tes
pilihan ganda (multiple choice), wawancara diagnosis, diskusi kelas,
a. Peta Konsep (Concept Maps)
Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara
konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis,
dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi siswa yang digambarkan
dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi dapat didefinisikan dengan melihat
hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya miskonsepsi
dapat dilihat dalam proporsi yang salah dan tidak adanya hubungan yang
lengkap antar konsep dengan peta konsep. Dengan mencermati
kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi konsep-konsep
mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya.
Untuk latar belakang susunan peta konsep tersebut, ada baiknya peta
konsep itu digabung dengan wawancara klinis. Dalam wawancara itu siswa
diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gegesannya, dan
mengapa ia mempunyai gagasan tersebut. Dalam penelitiannya, Feldsine
(1987) dan Flower (1987) yang dikutip oleh Suparno (2005), mendapatkan
bahwa peta konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi, baik
kerangka alternatif atau miskonsepsi siswa. Menurut Feldsine yang dikutip
oleh Suparno (2005), miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan mudah
oleh guru dari peta konsep siswa dan dapat dibantu dengan interview.
Novak yang dikutip Suparno (2005) menunjukkan bahwa peta konsep dapat
digunakan untuk bahan interview siswa, mengapa ia mempunyai
miskonsepsi itu. Dalam interview si peniliti dapat mengerti lebih baik
b. Tes Esai Tertulis
Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa
konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari
tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah
pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan salah pengertiannya,
beberapa siswa dapat diwawancarai dan dari situlah akan kentara dari mana
salah pengertian itu dibawa.
c. Tes Pilihan Ganda (miltiple choice)
Amir dkk. (1987) yang dikutip oleh suparno (2005), menggunakan
tes pilihan ganda (multiple choice) dengan pertanyaan terbuka di mana
siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti
itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya
dijadikan bahan tes berikutnya. Treagust (1987) yang dikutip oleh Suparno
(2005), menggunakan pilihan ganda dengan alasan (reasoning). Dalam
bagian alasan, siswa harus menulis mengapa ia memilih jawaban itu.
Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu, maka
peneliti mewawancarai siswa. Tujuan dari wawancara adalah untuk meneliti
bagaimana siswa berpikir, dan mengapa mereka berpikir itu.
d. Wawancara Klinis
Wawancara klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa.
Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti
diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka
mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerrti latar belakang
munculnya miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana
mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.
e. Diskusi dalam Kelas
Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka
tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi
di kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan/ide mereka tepat atau tidak
(Harlen yang dikutip oleh Suparno, 2005). Dari diskusi tersebut, guru atau
seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai
siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga
sebagai penjajakan awal.
f. Praktikum dengan Tanya Jawab
Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan
bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Menurut
Suparno (2005:128) praktikum dapat diurutkan sebagai berikut :
1. Guru mengungkapkan persoalan yang ingin dilakukan dalam praktikum.
2. Siswa diminta untuk membuat hipotesis atau dugaan lebih dulu dan
alasannya.
3. Selama siswa melakukan praktikum, guru mengajukan pertanyaan
4. Siswa menyimpulkan hasilnya. Guru dapat menanyakan apakah hasilnya
sesuai hipotesis yang dipikirkan sebelumnya. Bila tidak sesuai, guru
mempertanyakan mengapa hal itu terjadi ?
Metode yang digunakan para peneliti di atas dapat didentifikasikan unsur
yang penting dalam metode tersebut :
1. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan konsep atau gagasannya
2. Dari ungkapan itu dapat diketahui apakah konsep alternatif atau tidak.
3. Diwawancarai untuk dimengerti dari mana mereka mendapatkan salah
pengertian itu.
Sedangkan menurut Katu (2000) seperti yang dikutip oleh Masik &
Asma untuk medeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Memberikan tes diagnostik pada awal perkuliahan atau pada akhir
perkuliahan. Bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda atau
bentuk lain seperti menggambarkan diagram fisis atau vektoris, grafik
atau penjelasan dengan kata-kata.
2. Memberikan tugas-tugas terstruktur misalnya tugas mandiri maupun
kelompok sebagai pengajaran atau tugas pekerjaan rumah.
3. Memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse question)
atau pertanyaan yang kaya konteks (context-rich problem).
4. Mengoreksi langkah-langkah yang digunakan siswa atau mahasiswa
5. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka secara lisan kepada siswa
maupun mahasiswa.
I. Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor
1. Suhu
Suhu adalah besaran termodinamika yang menunjukkan besarnya
energi kinetik translasi rata-rata molekul dalam sistem gas;suhu diukur
dengan menggunakan termometer (Kamus Kimia:Balai Putaka:2002).
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin
tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara
mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.
Setiap atom dalam suatu benda bergerak, baik itu dalam bentuk
perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda
tersebut.
Suhu biasanya didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas
dinginnya suatu benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu
yang tinggi, sedangkan benda yang dingin memiliki suhu yang rendah.
Pada hakikatnya, suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang
dimiliki oleh molekul-molekul sebuah benda.
2. Kalor
Kalor adalah energi yang dapat diteruskan oleh satu benda ke
benda lain secara konduksi, konveksi, dan radiasi. (Kamus
menyamakan pengertian suhu dan kalor. Baru dengan tahun 1760,
Joseph Black membedakan kedua pengertian ini.
Suhu adalah sesuatu yang diukur pada termometer, dan kalor
adalah sesuatu yang mengalir dari benda yang panas ke benda yang
dingin untuk mencapai kesetimbangan termal.
3. Perpindahan Kalor
Perpindahan kalor dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
1) Konduksi
Konduksi adalah proses perpindahan kalor yang terjadi
tanpa disertai dengan perpindahan partikel-partikel dalam zat itu.
Contoh : zat padat (logam) yang dipanaskan.
Berdasarkan kemampuan kemudahannya menghantarkan
kalor, zat dapat dibagi menjadi: konduktor yang mudah dalam
menghantarkan kalor dan isolator yang lebih sulit dalam
menghantarkan kalor. Contoh konduktor adalah aluminium, logam
besi, dll. Sedangkan contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dll.
Besar kalor yang mengalir per satuan waktu pada proses
konduksi ini:
- Berbanding lurus deng an luas penampang batang
- Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan
2) Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan kalor yang disertai
dengan perpindahan/pergerakan fluida itu sendiri. Ada 2 jenis
konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada
konveksi alamiah pergerakan fluida terjadi karena perbedaan massa
jenis, sedangkan pada konveksi paksa terjadinya pergerakan fluida
disebabkan oleh ada paksaan dari luar.
Contoh konveksi alamiah : nyala lilin akan menimbulkan
konveksi udara disekitarnya, air yang dipanaskan dalam panci,
terjadinya angin laut dan angin darat, dsb. Contoh konveksi paksa :
sistim pendingin mobil, pengering rambut, kipas angin, dsb. Besar
laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida
di sekitarnya adalah berbanding lurus dengan luas permukaan
benda yang bersentuhan dengan fluida dan perbedaan suhu antara
benda dan fluida.
3) Radiasi
Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Contoh: cahaya matahari, gelombang radio,
gelombang TV, dsb.
Berdasarkan hasil eksperimen besarnya laju kalor radiasi
tergantung pada : luas permukaan benda dan suhu mutlak benda
seperti dinyatakan dalam hukum Stefan- Boltzman berikut ini,
bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu sebanding dengan luas
permukaan benda (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu
mutlak permukaan benda itu.
4. Azas Black
Pada awalnya teori kalorik menyatakan bahwa setiap benda
mengandung sejenis zat alir (kalorik) yang tidak dapat dilihat oleh
mata manusia. Teori ini diperkenalkan oleh Antoine Lavoiser.
Teori ini juga menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi
mengandung lebih banyak kalor dari pada benda yang suhunya
rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda yang suhunya
tinggi akan kehilangan sebagian kalor yang diberikan kepada
benda bersuhu rendah. Akhirnya para ilmuwan mengetahui bahwa
kalor sebenarnya merupakan salah satu bentuk energi.
Karena merupakan energi maka berlaku prinsip kekekalan
energi yaitu bahwa semua bentuk energi adalah ekivalen (setara)
dan ketika sejumlah energi hilang, proses selalu disertai dengan
munculnya sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya.
Kekekalan energi pada pertukaran kalor pertama kali
ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris Joseph Black dengan
pernyataan : kalor yang dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama
dengan kalor yang diterima air dingin (Q terima). Secara matematis
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan
kalor jenis suatu zat. Kalorimeter yang paling banyak digunakan
adalah kalorimeter aluminium. Alat ini dirancang sedemikian
sehingga pertukaran kalor tidak terjadi di luar bejana. Untuk
mengurangi radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan
dinding bejana, maka kedua dinding bejana bagian dalam dan luar
dibuat mengkilap.
Cincin serat fiber yang memisahkan kedua bejana adalah
penghantar panas yang jelak. Ruang antara kedua dinding bejana
berisi udara yang berfungsi sebagai isolator kalor sebab udara
adalah penghantar kalor yang jelek.
Sebuah bahan yang kalor jenisnya diketahui dicelupkan ke
dalam air dingin yang terdapat dalam bejana bagian dalam. Kalor
jenis zat dapat dihitung dengan mengukur massa air dingin, massa
bahan massa kalorimeter (bejana dalam) dan mengukur suhu air
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Data
yang diperoleh dianalisis untuk mendiskrisikan suatu keadaan yang dalam
penelitian ini adalah miskonsepsi siswa terhadap konsep suhu, kalor, dan
perpindahan kalor. Termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif karena
peneliti ingin mengetahui pemahaman partisipan tentang suhu, kalor dan
perpindahan kalor.
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengujikan soal-soal yang
berhubungan dengan konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor. Pekerjaan
partisipan dianalisis untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
miskonsepsi partisipan. Untuk mendalami miskonsepsi atau salah konsep
partisipan dilakukan wawancara pada beberapa partisipan. Hasil peneliti
ini bersifat individual dan tidak bisa digeneralisasikan pada kelompok lain.
B. Waktu dan Tempat
1. Tempat : SMA Budya Wacana Yogyakarta
2. Bulan : Oktober – November 2014
C. Partisipan
Partisipan penelitian dipilih siswa kelas XI Mia . Mereka pernah
diajarmateri tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor di SMP dan waktu
mereka kelas X. Secara umum siswa kelas XI Mia SMA diharapkan telah
memahami suhu, kalor, dan perpindahan kalor.
D. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan dua cara, yaitu:
1. Tes PilihanGanda
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda.
Tes pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya dapat dipilih dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Konstruksinya
terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas
kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban yang
benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya
jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilih jika tidak
menguasai materinya. Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah,
cepat, dan memiliki obyektifitas yang tinggi, mengukur bernbagai
tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
dalam suatu tes.
Dalam penelitian ini tes pilihan ganda yang disertai dengan skala CRI,
diberikan kepada partisipan untuk mengukur tingkat pemahaman
Berdasarkan CRI kemudian dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa
partisipan dan dalam bidang apa saja. Setelah ditemukan miskonsepsinya,
beberapa partisipan diwawancarai untuk mengklarifikasi dan lebih
mendalami miskonsepsi mereka.
2. Wawancara
Berdasarkan data yang diperoleh dari tes, dengan skala CRI dapat
ditentukan tingkat pemahaman dan miskonsepsi yang dipunyai partisipan
terhadap konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor. Wawancara
digunakan untuk mengklarifikasi miskonsepsi mereka.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen, yaitu :
1. Tes PilihanGanda
Soal tertulis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 25 soal
tes pilihan ganda. Dalam penelitian ini, soal-soal tersebut disusun
berdasarkan kisi-kisi materi tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor.
Bentuk tes tertulis ini berupa soal pilihan ganda yang disertai dengan skala
CRI (Certainty of response index). Pada CRI ini siswa diminta untuk
memberikan derajat kepastian mereka dalam menyelesaikan dan
memanfaatkan pengetahuan, konsep, atau hukum untuk menjawab suatu
item soal.
CRI ini digunakan untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa akan
yang menjawab karena menerka, siswa yang kurang pengetahuannya,
siswa yang miskonsepsi, dan siswa yang benar-benar mengerti konsep.
Jika skala CRI rendah (skala CRI 2-3), ini menunjukkan bahwa jawaban
lebih dijelaskan dengan kira-kira, baikjawaban itu benar atau salah.
Dengan demikian, menunjukkan kekurangan pengetahuan siswanya
tersebut. Jika skala CRI tinggi (1) responden ini menunjukkan
kepercayaan yang tinggi pada hukum dan metode yang digunakan untuk
sampai pada jawaban. Kalau jawaban itu salah, ini menunjukkan
kesalahan menerapkan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan
yang dihadapinya. Kalau jawaban itu benar, ini menunjukkan kebenaran
menerapkan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya.
Kesalahan menerapkan metode atau hukum sehubungan dengan
pertanyaan yang diberikan ini menunjukkan indikasi adanya miskonsepsi.
Peniliti memilih tes pilihan ganda karena ingin mendapatkan jawaban
yang sama. Tes pilihan ganda ini dibuat sendiri oleh peneliti. Semua soal
tersebut diharapkan dapat dikerjakan oleh partisipan dalam waktu kurang
dari 60 menit.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada partisipan yang memiliki perbedaan
tingkat penguasaan. Partisipan tersebut terdiri dari siswa yang memiliki
tidak paham. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui dan
mengungkap permasalahan-permasalahan serta untuk membuktikan
adanya miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam memahami materi
suhu, kalor, dan perpindahan kalor secara lebih mendalam setelah melihat
hasil tes tertulis.
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada
partisipan. Data yang diperoleh dari wawancara digunakan untuk
mendukung data yang telah diperoleh dengan tes tertulis. Wawancara yang
akan dilakukan bersifat terpimpin berarti pertanyaan sudah dipersiapkan
dan urutannya pun secara garis besar telah disiapkan lebih dahulu sehingga
peneliti dapat secara sistematis bertanya dan mengorek pemikiran siswa.
Hal ini dilakukan untuk menghindari kemacetan saat wawancara
dilakukan. Hasil wawancara direkan menggunakan alat perekam suara.
F. Desain Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan memberikan tes tertulis pada siswa
yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disertai dengan CRI. Namun CRI
yang digunakan hanya mengandalkan kejujuran siswa, bisa saja skala CRI
yang dituliskan oleh siswa tidak sesuai dengan kenyataan. Tes tertulis
yang berupa pilihan ganda ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman
siswa dan kesulitan-kesulitan yang siswa hadapi. Berdasarkan tes tertulis
yang diberikan, diharapkan siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai
dengan kemampuannya tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor .
menjawab karena menerka, siswa yang kurang pengetahuannya, siswa
yang miskonsepsi, siswa yang benar-benar mengerti konsep tersebut.
[image:52.595.99.511.190.716.2]Adapun kisi- kisi soal uraian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tabel 1. Kisi-kisi soal uraian
No Indikator Keterangan Jml 1 Menganalisis Suhu benda 1, 2, 3, 4, 5 5 2 Menganalisis pengaruh perubahan suhu
terhadap ukuran benda (pemuaian)
6, 7, 8, 9, 10 5
3 Mendeskripsikan pengertian kalor 11, 12, 13, 14 4 4 Menerapkan Asas Black dalam peristiwa
pertukaran kalor
15 1
5 Menganalisis perubahan wujud zat 16, 17, 18, 19 4 6 Menganalisis perpindahan kalor konduksi,
konveksi, dan radiasi
20, 21, 22,25 4
7 Menganalisis perpindahan kalor konduktor dan isolator
23, 24 2
Total 25
Untuk mengetahui siswa dalam menjawab setiap soal
menggunakan konsep/pengetahuan yang mereka miliki atau hanya
menerka saja, maka untuk setiap item soal, siswa diminta untuk mengisi
skala CRI dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 2. Keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI
Skala Keyakinan Siswa
1 Jawaban menerka dengan mempertimbangkan pengetahuan yang dimiliki
2 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran tetapi tidak yakin akan kebenaran jawaban / ragu-ragu
Untuk mengetahui pemahaman dan untuk membuktikan adanya
miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam memahami konsep suhu,
kalor, dan perpindahan kalor secara lebih mendalam, dilakukan
wawancara. Wawancaradilakukan kepada partisipan yang memiliki
pemahaman tinggi dan rendah. Partisipan yang memiliki pemahaman yang
tinggi adalah partisipan yang memiliki nilai akhir tinggi berdasarkan hasil
analisis tes dan pemahaman rendah adalah partisipan yang memiliki nilai
akhir rendah berdasarkan hasil analisis tes.
Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada
partisipan. Masing-masing partisipan diwawancarai secara individu dalam
waktu yang berbeda. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti merancang
pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara.
Wawancara dilaksanakan pada jam pelajaran Fisika yang ada dalam
sekolah tersebut. Wawancaraantara peneliti dan partisipan direkam
dengan menggunakan perekam supaya tidak kehilangan data-data yang
diperlukan. Data hasil rekaman kemudian didengarkan dan dicatat pada
kertas. Hasil wawancara tersebut kemudian dianalisis untuk mengungkap
pemahaman dan untuk membuktikan adanya miskonsepsi yang dialami
Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan selama penelitian :
Tabel 3. Kegitian dalam Penelitian
Pertemuan Waktu Kegiatan 1 23 Oktober 2014
30 Oktober 2014
Perkenalan dan mengujikan soal tes tertulis
2 06 November 2014 Wawancara pada 4 partisipan
G. Validitas instrumen dan Reliabilitas instrument 1. Validitas Instrumen
Validitas mengukur atau menentukan apakah test yang dibuat
sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan
tujuan (valid untuk) khususnya pemahaman siswa tentang suhu, kalor,
dan perpindahan kalor. Validitas menunjukkan pada kesesusaian, penuh
arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang
dikumpulkan. Untuk menjamin istrumen penelitian valid dilakukan
validasi. Validasi instrumen dilakukan dengan cara dua cara yaitu uji
coba instrumen sertakonsultasi dengan guru dan dosen pembimbing.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjuk pada level konsistensi internal alat ukur
sepanjang waktu atau konsistensi skor yang diperoleh untuk tiap individu.
Reliabilitas instrumen kemudian diketahui melalui uji coba. Analisis
H. Metode Analisi Data
1. Analisi Tes PilihanGanda
Data utama dalam penelitian ini adalah data hasil miskonsepsi.
Data miskonsepsi diperoleh dari hasil pemberian tes berupa pilihan ganda
dengan menggunakan lembar jawaban model CRI kepada sampel. Pada
instrumen CRI ini siswa diberi gambaran mengenai tingkat keyakinan
partisipanterhadap jawaban yang dipilihnya.Analisis keyakinan partisipan
menggunakan skala CRI, dengan skala 1-3. Skala paling rendah adalah
1 (yakin), skala lebih tinggi berikutnya adalah 2 (ragu-ragu), dan skala
lebih tinggi berikutnya adalah 3 (tidak yakin).
Pilihan skala tingkat keyakinan yaitu untuk mengetahui siswa
dalam menjawab setiap soal menggunakan konsep/pengetahuan yang
mereka miliki atau hanya menerka saja, maka untuk setiap soal siswa
diminta untuk mengisi skala CRI.
Untuk mengetahui siswa yang memiliki keyakinan (sangat paham),
siswa yang mengalami kurang yakin (kurang paham) dan siswa yang
[image:55.595.96.512.199.615.2]mengalami miskonsepsi digunakan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 4. Kriteria pengelompokkan siswa berdasarkan CRI
No Kriteria CRI Jawaban
Yakin Ragu-Ragu Tidak Yakin
1 Benar Paham Tidak Paham
Tidak Paham 2 Salah Miskonsepsi Tidak
Paham
Data yang diperoleh dari hasil tes CRI. Jawaban siswa di nilai
[image:56.595.101.524.183.659.2]dengan kriteria penilaian sebagai tabel berikut :
Tabel 5. Kriteria Penilaian Soal
Bentuk Soal Nilai Keterangan
Pilihan Ganda
1 Jika jawaban benar 0 Jika jawaban salah
Jawaban siswa dianalisis dengan menggunakan model CRI. Bentuk
jawaban siswa dan pengkategoriannya disajikan pada contoh tabel berikut
ini :
Tabel 6. Contoh Ketentuan Untuk Setiap Pertanyaan yang Diberikan Berdasarkan pada Kombinasi Dari Jawaban Benar Atau Salah dan Kriteria CRI No Kriteria Jawaban Kriteria CRI K