• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman dan miskonsepsi siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta kelas XI Mia tentang konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemahaman dan miskonsepsi siswa SMA Budya Wacana Yogyakarta kelas XI Mia tentang konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Fradha Dwi Arinditya. 2015. Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Budya Wacana kelas XII tentang Mata Pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sejauh mana pemahaman tentang konsep suhu, kalor, dan Perpindahan Kalor pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia (2) mengetahui apakah terjadi miskonsepsi pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia tentang mata pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor (3) mengetahui dalam konsep apa saja siswa terjadi miskonsepsi.

Subyek penelitian ini adalah siswa – siswi SMA Budya Wacana kelas XI Mia pada tahun ajaran 2014/2015. Terdapat 21 siswa yang mengikuti tes dan 4 siswa dipilih sebagai subyek tes wawancara. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap, yaitu yang pertama menggunakan tes berupa 25 soal pilihan ganda mengenai konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor menggunakan skala CRI dengan skala 1 – 3 dan yang tahap kedua dengan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tingkat pemahaman siswa tentang konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor belum seluruhnya siswa paham, karena dari hasil analisis rata – rata pada setiap konsep masih dalam kategori sedang hanya pada konsep perubahan wujud siswa tinngi pemahaman (2) ada beberapa siswa yang terjadi miskonsepsi tetapi hasil terjadi miskonsepsi siswa dalam kategori rendah (3) pada konsep Perpindahan Kalor siswa paling banyak terjadi miskonsepsi dan pada konsep perubahan wujud siswa paling sedikit terjadi miskonsepsi.

(2)

ABSTRACT

FradhaDwiArinditya. 2015. The Understanding and Misconceptions of Grade XII Mia BudyaWacana Senior High School Student at Yogyakarta about Temperature , Heat, and Heat Transfer Concepts.Essay.Physics Education Study Program.Department of Mathematics and Science Education.Faculty of Teacher Training and Education.Sanata Dharma University. Yogyakarta

The aims of this research are : (1) to find out students comprehension on temperature concept, heat, and heat transfer of budyawacana high school students of grade XI MIA, (2) to discover whether there were misconceptions of budyawacana high school students of grade XI MIA on temperature concept, heat, and heat transfer, and (3) to find out the most misconception that students experienced.

The subjects of this research were BudyaWacana high school students of grade XI MIA 2014/2015. There were 21 students who took the test and 4 students were chosen as subjects of interview test. The type of this research is quantitative descriptive. The data was taken through 2 steps, firstly, the students were given 25 multiple choice questions about temperature concept, heat, and heat transfer using CRI scale (1-3). Secondly, 4 students were interviewed about that questions.

The results of this research show that : (1) they are many of the students understood about temperature concept, heat, and heat transfer because the result of analysis show that students’ understanding was in standard level for each category, except for the change of form concept; most of the students understood about the concept of the change of form, (2) few students experienced misconception, and (3) the most misconception happened in heat transfer and the fewest was in change foam.

(3)

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA KELAS XI MIATENTANG KONSEP SUHU, KALOR,

DAN PERPINDAHAN KALOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Fradha Dwi Arinditya 081424046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA KELAS XI MIATENTANG KONSEP SUHU, KALOR,

DAN PERPINDAHAN KALOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Fradha Dwi Arinditya 081424046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

SKRIPSI

PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA YOGYAKARTA KELAS XI MIA TENTANG KONSEP SUHU, KALOR,

DAN PERPINDAHAN KALOR

Cl*h:

Fradha Dwi Arinditva

.

NYM;081424046

{4

Telah disetujui oleh:

7r\-

^A

Gvnroe

Dosen Pembimbing

r)

tu)

n"*.

a.liladi,

M.si.

o

5.

D

n

s

(6)

{Iuuureo uesY '}eA 'sro

'ro

'€

'(['r{d 6rprrBr{ou'z

'ls';,rf ipuutFn.'v'sJ(I'l :

'S'tr\J'esotues Ipg'uE1'.rq :

'pd'S'ol1qpn1 {puv snuillocr€trAJ'r(I :

BtoEEuV

srrBloDles

?nle)

dapusl

urreN

: 1[n8ua.1 EI]xrrBd uuunsns

lere,(s qnueruoru lr*1u1e,(urp uu6 S t0Z snlsri8V tC 1u38ue1epe6

rln8uod ueciep rp ue{uerleuedip qsteJ

gVOVZVISO'J^IIN

u{1pu1ry Ina11 sqpurd :qalo sqnlrp uep ueldersredrq

UOTYX l\IYHYONIdTItrd NYO

.uOrrrx.nHnS

dgsNox cNYINf,T

YIW Tx SYTf,)I

YIuY:tYA3oA

YNY)YA\

YAONg YruS Y,,[SIS ISdf,SNOXSU I NYO NYIAIYHYIAIId

ue8u4 Bpuu.l

ISdTUXS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Berusaha dan slalu berdoa serta, mendorong minat dan mengalahkan kemalasan adalah kunci keberhasilan “

“Tetap berjalan ke depan, tetap pada satu tujuan dan tetap berdiri walau banyak halangan, rintangan datang didepan mata ini, tapi percaya bahwa Tuhan tetap akan slalu ada menemani setiap langkah hidup ku, dan biarlah penyesalan ada datang padaku, karena berkat penyesalan aku dapat bangkit dan melangkah terus

ke depan “

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah( Lessing )

“Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku”

(Maz 61:6)

skripsi ini kupersembahkan untuk :

Allah Bapa yang Maha Kasih

Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Ayahku Edhi Gantar Purwanto

Ibuku C. Marjiyah

Kakakku Stevanus Tofan Sulistyo

Adekku Hieronymus Ferdhian Triadmaja

(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutrpan dan dalam daftff pustakq sebagaimana layaknya ilmiah.

Yogyakarta, 28 Agustus 201 5

'"".,ruru

r*ar,u

o[i

,finctvu

(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUruAN

PLIBLIKASI KARYA ILMIAH UNTLIK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : FradhaDwi Arinditya

NIM

:081424046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

O'PEMAIIAMAN DATI MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA

KELAS Xr TENTAI{G MATA PELAJARAN SUHU, KALOR" DAI[ PERPINDAHAN

KALOR'

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola

di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selamatetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan

sebenarnya-Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 28 Agustus 2015

(10)

vii

ABSTRAK

Fradha Dwi Arinditya. 2015. Pemahaman dan Miskonsepsi Siswa SMA Budya Wacana kelas XII tentang Mata Pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sejauh mana pemahaman tentang konsep suhu, kalor, dan Perpindahan Kalor pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia (2) mengetahui apakah terjadi miskonsepsi pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia tentang mata pelajaran Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor (3) mengetahui dalam konsep apa saja siswa terjadi miskonsepsi.

Subyek penelitian ini adalah siswa – siswi SMA Budya Wacana kelas XI Mia pada tahun ajaran 2014/2015. Terdapat 21 siswa yang mengikuti tes dan 4 siswa dipilih sebagai subyek tes wawancara. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui dua tahap, yaitu yang pertama menggunakan tes berupa 25 soal pilihan ganda mengenai konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor menggunakan skala CRI dengan skala 1 – 3 dan yang tahap kedua dengan wawancara.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) tingkat pemahaman siswa tentang konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor belum seluruhnya siswa paham, karena dari hasil analisis rata – rata pada setiap konsep masih dalam kategori sedang hanya pada konsep perubahan wujud siswa tinngi pemahaman (2) ada beberapa siswa yang terjadi miskonsepsi tetapi hasil terjadi miskonsepsi siswa dalam kategori rendah (3) pada konsep Perpindahan Kalor siswa paling banyak terjadi miskonsepsi dan pada konsep perubahan wujud siswa paling sedikit terjadi miskonsepsi.

(11)

viii

ABSTRACT

FradhaDwiArinditya. 2015. The Understanding and Misconceptions of Grade XII Mia BudyaWacana Senior High School Student at Yogyakarta about Temperature , Heat, and Heat Transfer Concepts.Essay.Physics Education Study Program.Department of Mathematics and Science Education.Faculty of Teacher Training and Education.Sanata Dharma University. Yogyakarta

The aims of this research are : (1) to find out students comprehension on temperature concept, heat, and heat transfer of budyawacana high school students of grade XI MIA, (2) to discover whether there were misconceptions of budyawacana high school students of grade XI MIA on temperature concept, heat, and heat transfer, and (3) to find out the most misconception that students experienced.

The subjects of this research were BudyaWacana high school students of grade XI MIA 2014/2015. There were 21 students who took the test and 4 students were chosen as subjects of interview test. The type of this research is quantitative descriptive. The data was taken through 2 steps, firstly, the students were given 25 multiple choice questions about temperature concept, heat, and heat transfer using CRI scale (1-3). Secondly, 4 students were interviewed about that questions.

The results of this research show that : (1) they are many of the students understood about temperature concept, heat, and heat transfer because the result of

analysis show that students’ understanding was in standard level for each category, except for the change of form concept; most of the students understood about the concept of the change of form, (2) few students experienced misconception, and (3) the most misconception happened in heat transfer and the fewest was in change foam.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukurbagi Dia, nama segala nama atas segala nama dan Raja di

atas segala Raja, Yesus Kristus Tuhan dan Juru selamat. Semua ini karena begitu

besar melimpahkan rahmat, kasih, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini berjudul:

“PEMAHAMAN DAN MISKONSEPSI SISWA SMA BUDYA WACANA

KELAS XI YOGYAKARTA TENTANG KONSEP SUHU, KALOR, DAN

PERPINDAHAN KALOR”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik

tanpa proses panjang dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan yang bahagia ini, penulis secara

khusus mengucapkan terimakasih, kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa, M. S selaku Ketua Program Studi Pendidikan

(13)

x

4. Bapak Drs. A. Atmadi, M.Si sebagai pembimbing skripsi, terima kasih

telah membimbing, memberi nasehat, saran dan kritik dalam membimbing

selama penyusunan skripsi dengan sabar.

5. Bapak Rohandi, Ph.D dan Bapak Dr. Drs. Vet. Asan Damanik selaku

dosen penguji, terima kasih sudah memberikan waktu untuk menjadi

penguji skripsi saya.

6. Bapak Ismunawan Wibawa, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Budya

Wacana yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

7. Bapak Thomas Enggar, S. Pd selaku Guru Bidang Studi Fisika Sekolah

SMA Budya Wacana yang telah memberikan kemudahan dan membantu

dalam melaksanakan penelitian.

8. Guru-guru dan siswa-siswi Sekolah SMA Budya Wacana kelas XI MIA

yang telah memberikan kemudahan, membantu dalam penelitian, dan

penerimaan yang sangat baik bagi penulis selama melakukan penelitian.

9. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika dan karyawan JPMIPA yang telah

membantu penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama

masa perkuliahan.

10.Kedua orang tuaku tercinta, kakak, adikku, dan saudara-saudaraku yang

telah memberikan dukungan, semangat, kasih sayang, dan doa sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Dodik Prasetyo : terima kasih buat doa, dukungan, dan semangatnya

(14)

xi

12.Buat teman-temanku Pendidikan Fisika 2008 yang tercinta, terimakasih

buat persahabatan kita, kebersamaan selama kuliah, dan terima kasih buat

doa serta dukungan semangat untukku… Finally, aku LULUUUS !!

13.Teman-teman Kost Muria dan teman-teman lintas prodi yan tidak bisa aku

sebutin satu per satu : terima kasih buat doa, bantuan, dukungan, dan

dorongan dari kalian. terima kasih jua buat Angga yang udah membantu

menyelesaikan skripsi ini, luluuuuus bareng kita broooo...

14.Terima kasih untuk semua pihak yang telah memberiku semangat,

memberi dukungan untukku, memberikan doa dan membantu penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih,

pokonya terima kasih banyak, tanpa kalian aku tidak akan bisa.

Saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang

akan datang. Akhir kata penulis harapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan serta pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 28 Agustus 2015

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Konsep dan Pemahamannya ... 9

B. Konsepsi ... 10

C. Pembentukan Konsep ... 11

D. Tujuan Pembelajaran Fisika ... 12

E. Miskonsepsi ... 15

F. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme ... 16

G. Penyebab Miskonsepsi ... 16

(16)

xiii

1. Peta Konsep (Concept Maps) ... 17

2. Tes Esai Tertulis ... 18

3. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice) ... 19

4. Wawancara Klinis ... 29

5. Diskusi dalam Kelas ... 20

6. Praktikum dengan Tanya Jawab ... 20

I. Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor ... 21

1. Suhu ... 21

2. Kalor ... 22

3. Perpindahan Kalor ... 22

a. Konduksi ... 23

b. Konveksi ... 23

c. Radiasi ... 24

4. Azas Black ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Waktu dan Tempat ... 27

C. Partisipan ... 28

D. Metode Pengumpulan Data ... 28

1. Tes Pilihan Ganda ... 28

2. Wawncara ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 29

1. Tes Pilihan Ganda ... 29

2. Wawancara ... 30

F. Desain Penelitian ... 31

G. Validitas Instrumen dan Reliabilitas Instrument ... 34

1. Validitas Instrumen ... 34

2. Reliabilitas Instrument ... 34

H. Metode Analisis Data ... 35

1. Analisis Tes Tertulis ... 35

2. Analisis Hasil Wawancara ... 38

BAB IV DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Pelaksanaan Penelitian ... 39

B. Subyek Penelitian ... 39

C. Data Penelitian dan Pembahasan ... 40

1. Hasil Penilaian setiap Siswa dari Soal – soal Tes ... 40

2. Hasil Analisis dengan Skala CRI ... 41

(17)

xiv

4. Hasil Analisis Wawancara ... 65

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi - kisi soal ... 32

Tabel 2 Keyakinan Jawaban Siswa Berdasarkan CRI ... 32

Tabel 3 Kegiatan dalam Penelitian ... 34

Tabel 4 Kriteria Pengelompokkan Siswa berdasarkan CRI ... 36

Tabel 5 Kriteria Penilaian Soal ... 36

Tabel 6 Contoh Ketentuan untuk setiap Pertanyaan yang Diberikan Berdasarkan CRI ... 36

Tabel 7 Presentase Tingkat Miskonsepsi pada Konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor ... 37

Tabel 8 Contoh Hasil Analisis Miskonsepsi pada Sub Konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor ... 38

Tabel 9 Skor dan Kualifikasi Tingkat Pemahaman Siswa dari Data Hasil Skor yang Diperoleh Setiap Siswa ... 40

Tabel 10 Klasifikasi Tingkat Pemahaman Siswa menurut Skor yang diperoleh ... 41

Tabel 11 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Suhu ... 41

Tabel 12 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Pemuaian ... 42

Tabel 13 Hasil Analissis Miskonsepsi pada Konsep Kalor ... 44

Tabel 14 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Perubahan Wujud ... 45

Tabel 15 Hasil Analisis Miskonsepsi pada Konsep Perpindahan Kalor ... 46

(19)

xvi

Tabel 17 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep Pemuaian ... 49

Tabel 18 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep Kalor ... 50

Tabel 19 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep

Perubahan Wujud ... 51

Tabel 20 Hasil Analisis Kepahaman pada Konsep

Perpindahan Kalor ... 53

Tabel 21 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep Suhu ... 54

Tabel 22 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep

Pemuaian ... 55

Tabel 23 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep Kalor ... 57

Tabel 24 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep

Perubahan Wujud ... 58

Tabel 25 Hasil Analisis Ketidak-pahaman pada Konsep

Perpindahan Kalor ... 59

Tabel 26 Hasil Rata - rata seluruh Hasil Analisis Menggunakan

Skala CRI ... 61

Tabel 27 Presentase Jumlah siswa setiap Tingkat Kepahaman ... 64

Tabel 28 Presentase Jumlah Siswa pada Setiap Konsep yang

dipahami Paling Banyak Siswa dan

Paling Sedikit Siswa ... 64

Tabel 29 Tingkat Rata - rata Presentase Siswa pada Setiap Konsep

yang Terjadi Miskonsepsi Paling Banyak dan Paling

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 79

Lampiran 2 Surat Keterangan dari SMA Budya Wacana Yogyakarta ... 80

Lampiran 3 Peta Konsep ... 81

Lampiran 4 Konsep dan Indikator Pemahaman ... 82

Lampiran 5 Soal dan Alat Ukur ... 88

Lampiran 6 Soal Tes ... 90

Lampiran 7 Kunci Jawaban ... 95

Lampiran 8 Daftar Siswa ... 96

Lampiran 9 Tabel Transkrip Nilai dari Hasil Tes ... 97

Lampiran 10 Data Jumlah Siswa yang Paham, Tidak Paham, dan Miskonsepsi Menggunakan Skala CRI ... 98

Lampiran 11 Tabel Data Keseluruhan Siswa ... 104

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang

berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan bangsa.

Fisika adalah salah satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk

mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam

dan sifat serta penerapannya (Wospakrik dalam Putu Eka, 2003). Pendapat

tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika merupakan suatu ilmu

pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang

ada di dalamnya. Ilmu fisika membantu kita untuk menguak dan memahami

misteri alam semesta ini (Surya, dalam Putu Eka, 2003).

Dalam pembelajaran fisika, pemahaman terhadap konsep merupakan salah

satu hal yang terpenting. Tanpa mengetahui konsep, semua pembelajaran

akan menjadi pembelajaran hafalan dan bukan lagi pembelajaran bermakna.

Banyak pelajar tidak memahami konsep fisika karena mereka menghafal

sesuatu konsep dengan tidak memahami apa yang mereka hafal.

Pemahaman sendiri merupakan bagian dari ranah kognitif. Pemahaman

(22)

dipelajari (Winkel dalam Titis Vidiati, 2011). Seseorang dikatakan memiliki

kemampuan pemahaman yang baik bila mampu menguraikan isi pokok dari

suatu bacaan; mampu mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke

bentuk lain; dan mampu membuat perkiraan tentang kecenderungan yang

tampak dalam data tertentu, seperti dalam grafik. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa dari dalam diri seseorang yang memiliki pemahaman yang

baik terdapat kemampuan internal untuk menerjemahkan, menafsirkan,

memperkirakan, menentukan, memahami dan mengerti/menginterpretasikan

sesuatu hal (Winkel dalam Titis Vidiati, 2011)

Pemahaman merupakan aspek yang sangat penting dan bahkan dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar fisika menjadi aspek yang paling

ditonjolkan (Marpaung dan Suparno dalam Titis Vidiarti, 2011) Saat

melakukan kegiatan pembelajaran yang pertama-tama mau dicapai adalah

bahwa siswa mengerti atau memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu

dalam pembelajaran fisika seharusnya siswa dibimbing untuk meningkatkan

kemampuan pemahamannya terhadap konsep-konsep dasar fisika dalam

materi yang diajarkan. Dengan pemahaman konsep yang baik tersebut siswa

memiliki dasar yang kuat untuk memahami prinsip-prinsip, teori-teori dan

hukum fisika. Dalam konteks taksonomi Bloom pada ranah kognitif,

pemahaman konsep yang baik menjadi dasar untuk berkembangnya

kemampuan penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi atas konsep itu pada

(23)

Dalam praktek pembelajaran fisika di sekolah menengah selama ini

tampak bahwa belum semua siswa mampu memahami konsep yang diajarkan.

Kesalahan konsepsi atau miskonsepsi dalam diri siswa sering terjadi dan

mencakup semua bidang fisika (Suparno, 2005: 11). Bila miskonsepsi ini

tidak disadari dan dibiarkan berkembang dalam diri siswa dan tidak segera

diperbaiki, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami prinisip hokum

dan teori dalam fisika. Selain itu miskonsepsi yang tidak diperbaiki akan

menyulitkan saat menggunakan konsep tersebut dalam memecahkan

masalah-masalah fisika.

Miskonsepsi pada siswa biasanya terjadi karena disebabkan oleh pra

konsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berfikir, dan

teman lain (Suparno,2005). Pembelajaran yang tidak memeperhatikan

miskonsepsi meyebabkan kesulitan belajar dan akirnya prestasi belajar siswa

rendah. Pandangan tradisional yang menganggap bahwa pengetahuan dapat

dipindahkan secara utuh dari pikiran guru kepikiran siswa perlu digeser

menuju pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan

dibangun dalam diri siswa (Howe dalam Titis Vidiati, 2011).

Adapun beberapa kemungkinan penyebab miskonsepsi antara lain berasal

dari pengajar (guru), buku teks, siswa itu sendiri, metode mengajar dan

konteks pembelajaran (pengalaman, bahasa sehari-hari, keyakinan dan ajaran

(24)

Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti Fisika, Biologi,

Kimia, dan Astronomi (Suparno, 2005). Dalam Fisika miskonsepsi juga

sering terjadi. Seperti yang telah diteliti, miskonsepsi terjadi pada konsep

mekanika, listrik dan magnet, panas, optika, dan sifat-sifat materi, bumi dan

antariksa, serta fisika modern. Oleh sebab itu penulis tertarik mengadakan

penelitian untuk mengetahui, tentang pemahaman dan miskonsepsi yang

dialami oleh siswa pada konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pemahaman siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia pada

konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor?

2. Apakah telah terjadi miskonsepsi pada konsep Suhu, Kalor, dan

Perpindahan Kalor?

3. Dalam hal apa saja miskonsepsi tentang materi Suhu, Kalor, dan

(25)

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalahnya, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui sejauh mana pemahaman siswa SMA Budya Wacana kelas XI

Mia tentang konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor

2. Mengetahui apakah telah terjadi miskonsepsi pada siswa SMA Budya

Wacana kelas XI Mia pada Konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor.

3. Mengetahui miskonsepsi tentang materi Suhu, Kalor, dan Perpindahan

Kalor.

D.Pembatasan Masalah

Penelitian dibatasi pada pemahaman dan miskonsepsi tentang konsep

Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengujikan soal dan wawancara.

Dari hasil pekerjaan siswa dan hasil wawancara akan dilihat bagaimana

pemahaman dan miskonsepsi siswa. Semua partisipan penelitian adalah siswa

SMA Budya Wacana kelas XI Mia.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pemahaman dan

miskonsepsi yang terjadi pada siswa SMA Budya Wacana kelas XI Mia atas

konsep Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor. Hasil penelitian ini diharapkan

(26)

1. Bagi siswa

a. Siswa dapat belajar untuk memahami dan mengingat

kembali maksud materi tentang Suhu, Kalor, dan

Perpindahan Kalor

b. Siswa yang baru menyadari terjadinya miskonsepsi, perlu

dipelajari kembali konsep-konsep yang mendasar

2. Bagi guru / Calon Guru

a. Guru atau calon guru mengetahui letak miskonsepsi yang

terjadi pada siswa

b. Guru atau calon guru dapat member kan pengajaran yang

lebih kepada siswa yang mengalami miskonsepsi dengan

memikirkan suatu metode pengajaran yang dapat

meremidiasi kesalahan sekaligus menjadi bahan

pertimbangan apakah strategi yang telah diterapkan dalam

proses belajar mengajar dapat dilanjutkan atau perlu

diperbaiki agar miskonsepsi yang terjadi tidak terulang

kembali.

3. Bagi LPTK

Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pengetahuan yang mendidik calon guru

fisika dapat semakin serius dalam mendidik para

mahasiswa-mahasiswinya. Mahasiswa-mahasiwinya calon

(27)

metode pembelajaran fisika sehingga bias membantu siswa

(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Konsep dan Pemahamannya

Konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau

ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri-ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh

suatu tanda atau simbol. Jadi konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu

yang mempermudah komunikasi antara manusia dan memungkinkan manusia

berpikir.

Dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai berbagai macam konsep.

Dalam proses pembelajaran sering kali diawali dengan konsep sebelum sampai

pada penerapannya. Konsep harus dipahami lebih dahulu secara benar karena

pemahaman konsep yang tidakdipahamidenganbenar akan mengakibatkan

kesulitan dan kesalahan dalam menerapkannya (Kartika Budi dalam Dwi Asih,

2008).

Konsep adalah segala yang ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau

peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi dan ciri-ciri (Euwe, 1991: 8) yang menjadi

obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya

(29)

Kosep diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yakni konsep-konsep fisis

(physical concepts), konsep-konsep logika matematis (logico-mathematical

concepts), dan konsep-konsep filosofis (philosophical concepts) (Kartika Budi

dalam Dwi Asih, 2008).

Konsep Fisis adalah konsep yang mengacu pada obyek, proses yang

terjadi pada obyek dan relasi antara konsep yang satu dengan yang lain.

Konsep fisis dapat diklasifikasikan atas konsep obyek dan konsep proses

(Kartik Budi dalam Dwi Asih, 2008). Konsep obyek adalah konsep yang

mengacu pada suatu obyek yang konkret maupun abstrak dan mengacu pada

atribut-atribut yang dimiliki. Contoh konsep objek adalah magnet, cahaya,

lensa, dan arus listrik dsb.

Konsep proses adalah konsep yang mengacu pada proses dari benda-benda

atau obyek dan relasi antar konsep. Contoh konsep proses adalah memuai,

difraksi, interfensi dsb. Sedangkan contoh konsep yang menyatakan relasi antar

konsep bersifat kuantitif (formula/rumus) adalah V = I.R dsb. Konsep logika

matematis dalah konsep yang mengacu pada struktur operasi yang dilakukan

terhadap obyek. Misalnya : perkalian, pengurangan, penjumlahan. Konsep

filosofis adalah konsep yang berkaitan dengan sifat manusia. Misalnya :

senang, jujur, kagum.

Vygotsky seperti yang dikutip oleh Paul Suparno (1996) membedakan

konsep menjadi dua jenis konsep, yaitu konsep spontan dan konsep saintifik.

Konsep spontan adalah konsep yang dipunyai siswa karena pergaulannya

(30)

konsep sainstifik didapat dibangku sekolah secara sistematik struktural. Kedua

konsep itu saling mempengaruhi. Dalam proses pembelajaran konsep yang

spontan perlahan-lahan diubah menjadi lebih saintifik, dan yang saintifik nanti

mempengaruhi konsep spontan seseorang menjadi lebih maju dan lengkap.

Dengan demikian konsep seseorang akan sesuatu terus berkembang (Suparno

dalam Dwi Asih 2008).

Konsep spontan sering mengundang miskonsepsi. Hal ini dapat dimengerti

karena konsep itu memang belum disistematisasi dan juga diperoleh secara

spontan dari pengalaman sebelum mendapatkan pelajaran formal di sekolah.

Pembelajaran fisika di sekolah dimaksudkan agar siswa mampu menguasai

konsep-konsep fisika serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menguasai bukan sekedar mengetahui konsep saja, tetapi juga memahami

konsep fisika. Konsep yang sudah dikuasai dengan benar akan membantu

siswa dalam memecahkan suatu masalah.

B.Konsepsi

Konsepsi dapat didefisinikan sebagai tafsiran perorangan atau individu

terhadap suatu konsep (Berg V.D dalam Titis Vidiarti, 2011). Walaupun dalam

Fisika kebanyakan konsep mempunyai arti yang jelas, yang sudah disepakati

oleh tokoh Fisika, konsepsi siswa/mahasiswa berbeda-beda. Tafsiran siswa

(konsepsi siswa) mengenai konsep gaya berbeda dari tafsiran dari guru atau

buku.

Contohnya, konsep massa jenis adalah hasil bagi massa dan volume yang

(31)

Dengan demikian unsur/senyawa dapat dikenal dari massa jenisnya. Banyak

siswa mempunyai konsepsi yang berbeda, mereka cenderung berfikir bahwa

jika jumlah zat (massanya) ditambah, maka massa jenisnya juga bertambah.

Inilah satu contoh (mis)konsepsi siswa.

C.Pembentukan Konsep

Konsep-konsep dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu formasi konsep

(concept formation) dan asimilasi konsep (consept assimilation). Formasi

konsep merupakan bentuk perolehan konsep sebelum anak-anak masuk

sekolah. Formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep

konkret. Asimilasi konsep merupakan cara utama untuk memperoleh

konsep-konsep selama dan sesudah sekolah (Dahar R.W dalam Titis Vidiarti, 2011).

Banyak konsep yang kita peroleh dan berkembang semasa kecil, tetapi

konsep-konsep itu mengalami modifikasi atau perubahan yang disebabkan

karena pengalaman-pengalaman kita. Anak-anak memperoleh konsep-konsep

seperti: meja, kursi, dan lain-lain. Konsep semacam ini diperoleh melalui

proses pembentukan konsep. Pembentukan konsep merupakan suatu bentuk

belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif

yang melibatkan proses-proses psikologis seperti analisis diskriminatif,

abstraksi, diferensiasi, pembentukan hipotesis, pengujian dan generalisasi

(Dahar R. W dalam Titis Vidiarti, 2011).

Setelah masuk sekolah, anak-anak diharapkan belajar banyak konsep

melalui proses asimilasi konsep. Proses asimilasi konsep berlawanan dengan

(32)

diberi nama konsep dan antribut dari konsep itu. Ini berarti bahwa mereka akan

belajar arti konseptual baru dengan memperoleh penyajian antribut-antribut ini

dengan gagasan-gagasan relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif

mereka. Untuk memperoleh konsep-konsep melalui proses asimilasi, orang

yang belajar harus sudah memperoleh definisi formal dari konsep-konsep itu.

Suatu definisi formal dari kata menunjukan kesamaan-kesamaan dengan

konsep itu, dan membedakan konsep itu dari konsep-konsep lain (Dahar R. W

dalam Titis Vidiarti, 2011).

D.Tujuan Pembelajaran Fisika

Fisika adalah ilmu yang kebenarannya dihakimi oleh pengamatan. Suasana

berkarya akan menjadi semarak apabila peralatan yang sanggup mengungkap

aspek-aspek fisika yang digarap itu terdapat di tempat yang sama. Dengan kata

lain, diperlukan fasilitas dan tenaga yang memudahkan interaksi antara

eksperimen dan teori yang dapat digarap ditempat yang sama

Siswa atau mahasiswa tidak akan terlepas dari belajar fisika kecuali siswa

atau mahasiswa tersebut tidak mengambil jurusan eksak. Jurusan eksak adalah

merupakan langkah awal untuk memasuki dunia ilmiah, dunia untuk

memahami rahasia alam. Jadi, untuk memahami kehidupan dan segala yng

berkaitan di dalamnya tidak terlepas dari ilmu fisika.

Dari ribuan bahkan ratusan juta tahun yang lalu fisika sudah dipelajari

orang. Terbukti dari adanya ahli fisika di seluruh jagat raya ini. Tokoh fisika

(33)

dilahirkan pada tanggal 15 Januari 1564 di kota Pisa, Italia. Temuannya yang

paling fenomenal adalah teleskop. Galileo dianggap sebagai salah satu

penyumbang terbesar bagi dunia sains modern. Demikian juga Albert Einstein

yang dilahirkan di Ulm, Wuttenberg, Jerman pada tanggal 14 maret 1879. Ia

adalah ahli fisika terbesar abad ke-20. Rumusan matematisnya yang sangat

terkenal adalah E=mc².

Tujuan kita belajar fisika memang sangat banyak sekali tergantung ke arah

mana kita mendalaminya, karena fisika itu cukup luas cakupannya. Secara

sederhana tujuan belajar fisika adalah :

1. Untuk memahami ilmu fisika sesuai kedalaman mata pelajaran atau mata

kuliah.

Sebagian pelajar yang mempelajari fisika tentu agar bisa memahami

kompetensi yang dimuat dalam standar isi sehingga jika menghadapi

ulangan dan ujian akhir mendapat nilai tinggi. Bagi mahasiswa yang

mengambil mata kuliah fisika atau yang terkait dengan fisika tentu agar bisa

memahami materi yang termuat dalam sistem kredit semester sehingga

setelah ujian semester mendapat nilai A atau B.

2. Untuk bisa berkarya dan berinovasi bagi ilmu fisika seperti melakukan

penelitian

Ilmu fisika yang dipelajari merupakan hasil kerja sama para

pengembangnya di seluruh dunia. Kekayaan ilmu fisika saat ini sudah

(34)

menampung seluruh ilmu itu. Seorang pengembang cukup puas dengan

hanya mengikuti satu jalur perkembangan fisika.

3. Untuk bisa menerapkan fisika dan mengimplekasikan ke bidang lain

Pengetahuan tentang gejala dan perilaku alam yang dihimpun dalam ilmu

fisika telah banyak digunakan untuk membantu profesi lain, seperti profesi

di bidang pertanian dan kedokteran. Fisika sering dimasukkan dalam

katagori ilmu dasar. Maksudnya, untuk dapat menjadi dokter atau insinyur

diperlukan sejumlah pengetahuan fisika sebagai basis pemahaman ilmu

yang berkaitan dengan profesinya. Ilmu yang berkaitan dengan profesi

tersebut berkembang tarus. Misalnya, ilmu kedokteran telah menerapkan

cara pengobatan dengan radiasi dan berkas laser digunakan untuk

pembedahan. Pengetahuan fisika yang diperlukan untuk menangani hal ini

jelas bukan lagi apa yang dulu disebut fisika dasar. Artinya diperlukan

tenaga-tenaga yang sudah jauh belajar ilmu fisika.

4. Untuk menjadi guru fisika atau dosen fisika

Guru merupakan penyambung untuk mewariskan ilmu dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Ia memang bukan pembuat ilmu, tetapi ia dituntut

untuk tahu benar tentang ilmu yang ingin dipindah tangankan ke generasi

muda. Jika tidak, kita khawatir bahwa yang diwariskan adalah hal-hal yang

keliru sehingga pewarisan itu menjadi tidak bermakna. Di samping memiliki

pengetahuan yang benar tentang ilmu fisika, iapun perlu memperlajari

teknik komunikasi. Sebaiknya teknik komunikasi tidak hanya satu corak,

(35)

pembawaannya. Pengembangan alternatif teknik komunikasi maru-pakan

bagian dari kehidupan profesinya sebagai guru fisika.

E.Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan konsep yang

diakui oleh para ahli. Beberapa peneliti lebih suka menggunakan istilah konsep

alternatif, karena dengan istilah itu menunjukan keaktifan dan peran siswa

mengkonstruksi pengetahuan mereka. Selain itu, konsep yang dianggap “salah”

tersebut dalam banyak hal dapat membantu orang dalam memecahkan

persoalan hidup mereka.

Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, seperti fisika, kimia,

biologi, serta bumi dan antariksa. Dalam bidang fisika, semua subbidang juga

mengalami miskonsepsi seperti mekanika, termodinamika, bunyi dan

gelombang, optika, listrik dan magnet, dan fisika modern. Miskonsepsi ada

yang mudah dibetulkan, tetapi ada yang sulit, terlebih bila konsep itu memang

berguna dalam kehidupan yang nyata. Miskonsepsi terjadi di semua jenjang

pendidikan, dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, bahkan juga

terjadi pada guru dan dosen.

F. Miskonsepsi dari Sudut Filsafat Konstruktivisme

Konstruktivisme berbeda dengan behaviorisme dan maturasionisme. Bila

behaviorisme menekankan keterampilan sebagai suatu tujuan pengajaran,

konstruktivisme lebih menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang

mendalam. Bila maturasionisme lebih menekankan pengetahuan yang

(36)

lebih menekankan pengetahuan sebagai konstruktif aktif si pelajar (Fosnot

dalam Dwi Asih, 2008).

Secara Filosofis terjdinya miskonsepsi pada siswa dapat dijelaskan dengan

Filsafat Konstruktivisme. Filsafat Konstruktivisme secara singkat menyatakan

bahwa pengetahuan itu dibentuk (dikonstruksi) oleh siswa sendiri dalam

kontak dalam lingkungan, tantangan, dan bahan yg dipelajari (Suparno,1997).

Oleh karena siswa sendiri yang mengkonstruksikan pengetahuannya, maka

tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini dapat

disebabkan siswa belum terbiasa mengkonstruksi konsep fisika secara tepat,

belum mempunyai kerangka ilmiah yang dapat digunakan sebagai patokan.

G.Penyebab Miskonsepsi

Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima

kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti

prakonsepsi, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan

teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru,

kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru

dalam berelasi dengan siswa kurang baik.

Penyebab miskonsepsi dalam buku teks biasanya terdapat dalam

penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut. Konteks, seperti

budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi miskonsepsi siswa.

Sering kali penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi kadang-kadang saling

(37)

kompleks. Hal ini menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa

mengatasi miskonsepsi mereka.

H. Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi

Sebelum dapat membantu menangani miskonsepsi yang dipunyai siswa,

kiranya perlu diketahui lebih dahulu miskonsepsi apa saja dipunyai siswa dan

dari mana mereka mendapatkanya. Baru dengan demikian kita dapat

memikirkan bagaimana mengatasinya. Menurut Kartika Budi dalam tulisannya

yang berjudul Pemahaman Konsep Gaya dan Beberapa Salah Konsepsi yang

terjadi (1992), miskonsepsi dapat dideteksi dan diidentifikasi melalui

langkah-langkah : (1) hakikat atau makna suatu konsep dipahami dengan baik dan

dinyatakan dengan jelas, (2) berdasarkan pemahaman yang benar tersebut

dicari kemungkinan-kemungkinan salah konsep yang terjadi, (3) berdasarkan

kemungkinan salah konsepsi yang dapat terjadi, disusun soal (dapat berbentuk

uraian bebas, isian singkat, maupun pilihan berganda) yang memungkinkan

kesalahan dapat dideteksi, dan (4) setelah tes dilaksanakan (dapat secara lisan

maupun tertulis), hasil dianalisis untuk mengetahui secara tepat

kesalahan-kesalahan yang sungguh terjadi.

Selain cara identifikasi di atas, Suparno dalam bukunya Miskonsepsi dan

Perubahan Konsep yang Terjadi, menyatakan cara-cara mengidentifikasi atau

mendeteksi salah pengertian tersebut yaitu melalui peta konsep, tes essai, tes

pilihan ganda (multiple choice), wawancara diagnosis, diskusi kelas,

(38)

a. Peta Konsep (Concept Maps)

Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara

konsep-konsep dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis,

dengan jelas dapat mengungkapkan miskonsepsi siswa yang digambarkan

dalam peta konsep tersebut. Miskonsepsi dapat didefinisikan dengan melihat

hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya miskonsepsi

dapat dilihat dalam proporsi yang salah dan tidak adanya hubungan yang

lengkap antar konsep dengan peta konsep. Dengan mencermati

kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi konsep-konsep

mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya.

Untuk latar belakang susunan peta konsep tersebut, ada baiknya peta

konsep itu digabung dengan wawancara klinis. Dalam wawancara itu siswa

diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gegesannya, dan

mengapa ia mempunyai gagasan tersebut. Dalam penelitiannya, Feldsine

(1987) dan Flower (1987) yang dikutip oleh Suparno (2005), mendapatkan

bahwa peta konsep adalah alat yang baik untuk mengidentifikasi, baik

kerangka alternatif atau miskonsepsi siswa. Menurut Feldsine yang dikutip

oleh Suparno (2005), miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan mudah

oleh guru dari peta konsep siswa dan dapat dibantu dengan interview.

Novak yang dikutip Suparno (2005) menunjukkan bahwa peta konsep dapat

digunakan untuk bahan interview siswa, mengapa ia mempunyai

miskonsepsi itu. Dalam interview si peniliti dapat mengerti lebih baik

(39)

b. Tes Esai Tertulis

Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa

konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari

tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah

pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan salah pengertiannya,

beberapa siswa dapat diwawancarai dan dari situlah akan kentara dari mana

salah pengertian itu dibawa.

c. Tes Pilihan Ganda (miltiple choice)

Amir dkk. (1987) yang dikutip oleh suparno (2005), menggunakan

tes pilihan ganda (multiple choice) dengan pertanyaan terbuka di mana

siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti

itu. Jawaban-jawaban yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya

dijadikan bahan tes berikutnya. Treagust (1987) yang dikutip oleh Suparno

(2005), menggunakan pilihan ganda dengan alasan (reasoning). Dalam

bagian alasan, siswa harus menulis mengapa ia memilih jawaban itu.

Berdasarkan hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu, maka

peneliti mewawancarai siswa. Tujuan dari wawancara adalah untuk meneliti

bagaimana siswa berpikir, dan mengapa mereka berpikir itu.

d. Wawancara Klinis

Wawancara klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa.

Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti

(40)

diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka

mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerrti latar belakang

munculnya miskonsepsi yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana

mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.

e. Diskusi dalam Kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka

tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi

di kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan/ide mereka tepat atau tidak

(Harlen yang dikutip oleh Suparno, 2005). Dari diskusi tersebut, guru atau

seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai

siswa. Cara ini lebih cocok digunakan pada kelas yang besar dan juga

sebagai penjajakan awal.

f. Praktikum dengan Tanya Jawab

Selama praktikum, guru selalu bertanya bagaimana konsep siswa dan

bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Menurut

Suparno (2005:128) praktikum dapat diurutkan sebagai berikut :

1. Guru mengungkapkan persoalan yang ingin dilakukan dalam praktikum.

2. Siswa diminta untuk membuat hipotesis atau dugaan lebih dulu dan

alasannya.

3. Selama siswa melakukan praktikum, guru mengajukan pertanyaan

(41)

4. Siswa menyimpulkan hasilnya. Guru dapat menanyakan apakah hasilnya

sesuai hipotesis yang dipikirkan sebelumnya. Bila tidak sesuai, guru

mempertanyakan mengapa hal itu terjadi ?

Metode yang digunakan para peneliti di atas dapat didentifikasikan unsur

yang penting dalam metode tersebut :

1. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan konsep atau gagasannya

2. Dari ungkapan itu dapat diketahui apakah konsep alternatif atau tidak.

3. Diwawancarai untuk dimengerti dari mana mereka mendapatkan salah

pengertian itu.

Sedangkan menurut Katu (2000) seperti yang dikutip oleh Masik &

Asma untuk medeteksi miskonsepsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :

1. Memberikan tes diagnostik pada awal perkuliahan atau pada akhir

perkuliahan. Bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda atau

bentuk lain seperti menggambarkan diagram fisis atau vektoris, grafik

atau penjelasan dengan kata-kata.

2. Memberikan tugas-tugas terstruktur misalnya tugas mandiri maupun

kelompok sebagai pengajaran atau tugas pekerjaan rumah.

3. Memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse question)

atau pertanyaan yang kaya konteks (context-rich problem).

4. Mengoreksi langkah-langkah yang digunakan siswa atau mahasiswa

(42)

5. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka secara lisan kepada siswa

maupun mahasiswa.

I. Suhu, Kalor, dan Perpindahan Kalor

1. Suhu

Suhu adalah besaran termodinamika yang menunjukkan besarnya

energi kinetik translasi rata-rata molekul dalam sistem gas;suhu diukur

dengan menggunakan termometer (Kamus Kimia:Balai Putaka:2002).

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin

tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara

mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda.

Setiap atom dalam suatu benda bergerak, baik itu dalam bentuk

perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin

tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda

tersebut.

Suhu biasanya didefinisikan sebagai ukuran atau derajat panas

dinginnya suatu benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu

yang tinggi, sedangkan benda yang dingin memiliki suhu yang rendah.

Pada hakikatnya, suhu adalah ukuran energi kinetik rata-rata yang

dimiliki oleh molekul-molekul sebuah benda.

2. Kalor

Kalor adalah energi yang dapat diteruskan oleh satu benda ke

benda lain secara konduksi, konveksi, dan radiasi. (Kamus

(43)

menyamakan pengertian suhu dan kalor. Baru dengan tahun 1760,

Joseph Black membedakan kedua pengertian ini.

Suhu adalah sesuatu yang diukur pada termometer, dan kalor

adalah sesuatu yang mengalir dari benda yang panas ke benda yang

dingin untuk mencapai kesetimbangan termal.

3. Perpindahan Kalor

Perpindahan kalor dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

1) Konduksi

Konduksi adalah proses perpindahan kalor yang terjadi

tanpa disertai dengan perpindahan partikel-partikel dalam zat itu.

Contoh : zat padat (logam) yang dipanaskan.

Berdasarkan kemampuan kemudahannya menghantarkan

kalor, zat dapat dibagi menjadi: konduktor yang mudah dalam

menghantarkan kalor dan isolator yang lebih sulit dalam

menghantarkan kalor. Contoh konduktor adalah aluminium, logam

besi, dll. Sedangkan contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dll.

Besar kalor yang mengalir per satuan waktu pada proses

konduksi ini:

- Berbanding lurus deng an luas penampang batang

- Berbanding lurus dengan selisih suhu kedua ujung batang, dan

(44)

2) Konveksi

Konveksi adalah proses perpindahan kalor yang disertai

dengan perpindahan/pergerakan fluida itu sendiri. Ada 2 jenis

konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada

konveksi alamiah pergerakan fluida terjadi karena perbedaan massa

jenis, sedangkan pada konveksi paksa terjadinya pergerakan fluida

disebabkan oleh ada paksaan dari luar.

Contoh konveksi alamiah : nyala lilin akan menimbulkan

konveksi udara disekitarnya, air yang dipanaskan dalam panci,

terjadinya angin laut dan angin darat, dsb. Contoh konveksi paksa :

sistim pendingin mobil, pengering rambut, kipas angin, dsb. Besar

laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke fluida

di sekitarnya adalah berbanding lurus dengan luas permukaan

benda yang bersentuhan dengan fluida dan perbedaan suhu antara

benda dan fluida.

3) Radiasi

Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang

elektromagnetik. Contoh: cahaya matahari, gelombang radio,

gelombang TV, dsb.

Berdasarkan hasil eksperimen besarnya laju kalor radiasi

tergantung pada : luas permukaan benda dan suhu mutlak benda

seperti dinyatakan dalam hukum Stefan- Boltzman berikut ini,

(45)

bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu sebanding dengan luas

permukaan benda (A) dan sebanding dengan pangkat empat suhu

mutlak permukaan benda itu.

4. Azas Black

Pada awalnya teori kalorik menyatakan bahwa setiap benda

mengandung sejenis zat alir (kalorik) yang tidak dapat dilihat oleh

mata manusia. Teori ini diperkenalkan oleh Antoine Lavoiser.

Teori ini juga menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi

mengandung lebih banyak kalor dari pada benda yang suhunya

rendah. Ketika kedua benda disentuhkan, benda yang suhunya

tinggi akan kehilangan sebagian kalor yang diberikan kepada

benda bersuhu rendah. Akhirnya para ilmuwan mengetahui bahwa

kalor sebenarnya merupakan salah satu bentuk energi.

Karena merupakan energi maka berlaku prinsip kekekalan

energi yaitu bahwa semua bentuk energi adalah ekivalen (setara)

dan ketika sejumlah energi hilang, proses selalu disertai dengan

munculnya sejumlah energi yang sama dalam bentuk lainnya.

Kekekalan energi pada pertukaran kalor pertama kali

ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris Joseph Black dengan

pernyataan : kalor yang dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama

dengan kalor yang diterima air dingin (Q terima). Secara matematis

(46)

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk menentukan

kalor jenis suatu zat. Kalorimeter yang paling banyak digunakan

adalah kalorimeter aluminium. Alat ini dirancang sedemikian

sehingga pertukaran kalor tidak terjadi di luar bejana. Untuk

mengurangi radiasi kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan

dinding bejana, maka kedua dinding bejana bagian dalam dan luar

dibuat mengkilap.

Cincin serat fiber yang memisahkan kedua bejana adalah

penghantar panas yang jelak. Ruang antara kedua dinding bejana

berisi udara yang berfungsi sebagai isolator kalor sebab udara

adalah penghantar kalor yang jelek.

Sebuah bahan yang kalor jenisnya diketahui dicelupkan ke

dalam air dingin yang terdapat dalam bejana bagian dalam. Kalor

jenis zat dapat dihitung dengan mengukur massa air dingin, massa

bahan massa kalorimeter (bejana dalam) dan mengukur suhu air

(47)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Data

yang diperoleh dianalisis untuk mendiskrisikan suatu keadaan yang dalam

penelitian ini adalah miskonsepsi siswa terhadap konsep suhu, kalor, dan

perpindahan kalor. Termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif karena

peneliti ingin mengetahui pemahaman partisipan tentang suhu, kalor dan

perpindahan kalor.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengujikan soal-soal yang

berhubungan dengan konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor. Pekerjaan

partisipan dianalisis untuk mengetahui tingkat pemahaman dan

miskonsepsi partisipan. Untuk mendalami miskonsepsi atau salah konsep

partisipan dilakukan wawancara pada beberapa partisipan. Hasil peneliti

ini bersifat individual dan tidak bisa digeneralisasikan pada kelompok lain.

B. Waktu dan Tempat

1. Tempat : SMA Budya Wacana Yogyakarta

2. Bulan : Oktober – November 2014

(48)

C. Partisipan

Partisipan penelitian dipilih siswa kelas XI Mia . Mereka pernah

diajarmateri tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor di SMP dan waktu

mereka kelas X. Secara umum siswa kelas XI Mia SMA diharapkan telah

memahami suhu, kalor, dan perpindahan kalor.

D. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan dua cara, yaitu:

1. Tes PilihanGanda

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda.

Tes pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya dapat dipilih dari

beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Konstruksinya

terdiri dari pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas

kunci dan pengecoh. Kunci jawaban harus merupakan jawaban yang

benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya

jebaknya harus berfungsi, artinya siswa memungkinkan memilih jika tidak

menguasai materinya. Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah,

cepat, dan memiliki obyektifitas yang tinggi, mengukur bernbagai

tingkatan kognitif, serta dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas

dalam suatu tes.

Dalam penelitian ini tes pilihan ganda yang disertai dengan skala CRI,

diberikan kepada partisipan untuk mengukur tingkat pemahaman

(49)

Berdasarkan CRI kemudian dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa

partisipan dan dalam bidang apa saja. Setelah ditemukan miskonsepsinya,

beberapa partisipan diwawancarai untuk mengklarifikasi dan lebih

mendalami miskonsepsi mereka.

2. Wawancara

Berdasarkan data yang diperoleh dari tes, dengan skala CRI dapat

ditentukan tingkat pemahaman dan miskonsepsi yang dipunyai partisipan

terhadap konsep suhu, kalor, dan perpindahan kalor. Wawancara

digunakan untuk mengklarifikasi miskonsepsi mereka.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen, yaitu :

1. Tes PilihanGanda

Soal tertulis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 25 soal

tes pilihan ganda. Dalam penelitian ini, soal-soal tersebut disusun

berdasarkan kisi-kisi materi tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor.

Bentuk tes tertulis ini berupa soal pilihan ganda yang disertai dengan skala

CRI (Certainty of response index). Pada CRI ini siswa diminta untuk

memberikan derajat kepastian mereka dalam menyelesaikan dan

memanfaatkan pengetahuan, konsep, atau hukum untuk menjawab suatu

item soal.

CRI ini digunakan untuk mengetahui tingkat keyakinan siswa akan

(50)

yang menjawab karena menerka, siswa yang kurang pengetahuannya,

siswa yang miskonsepsi, dan siswa yang benar-benar mengerti konsep.

Jika skala CRI rendah (skala CRI 2-3), ini menunjukkan bahwa jawaban

lebih dijelaskan dengan kira-kira, baikjawaban itu benar atau salah.

Dengan demikian, menunjukkan kekurangan pengetahuan siswanya

tersebut. Jika skala CRI tinggi (1) responden ini menunjukkan

kepercayaan yang tinggi pada hukum dan metode yang digunakan untuk

sampai pada jawaban. Kalau jawaban itu salah, ini menunjukkan

kesalahan menerapkan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan

yang dihadapinya. Kalau jawaban itu benar, ini menunjukkan kebenaran

menerapkan pengetahuannya dalam menyelesaikan persoalan yang

dihadapinya.

Kesalahan menerapkan metode atau hukum sehubungan dengan

pertanyaan yang diberikan ini menunjukkan indikasi adanya miskonsepsi.

Peniliti memilih tes pilihan ganda karena ingin mendapatkan jawaban

yang sama. Tes pilihan ganda ini dibuat sendiri oleh peneliti. Semua soal

tersebut diharapkan dapat dikerjakan oleh partisipan dalam waktu kurang

dari 60 menit.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan pada partisipan yang memiliki perbedaan

tingkat penguasaan. Partisipan tersebut terdiri dari siswa yang memiliki

(51)

tidak paham. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui dan

mengungkap permasalahan-permasalahan serta untuk membuktikan

adanya miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam memahami materi

suhu, kalor, dan perpindahan kalor secara lebih mendalam setelah melihat

hasil tes tertulis.

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada

partisipan. Data yang diperoleh dari wawancara digunakan untuk

mendukung data yang telah diperoleh dengan tes tertulis. Wawancara yang

akan dilakukan bersifat terpimpin berarti pertanyaan sudah dipersiapkan

dan urutannya pun secara garis besar telah disiapkan lebih dahulu sehingga

peneliti dapat secara sistematis bertanya dan mengorek pemikiran siswa.

Hal ini dilakukan untuk menghindari kemacetan saat wawancara

dilakukan. Hasil wawancara direkan menggunakan alat perekam suara.

F. Desain Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan memberikan tes tertulis pada siswa

yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disertai dengan CRI. Namun CRI

yang digunakan hanya mengandalkan kejujuran siswa, bisa saja skala CRI

yang dituliskan oleh siswa tidak sesuai dengan kenyataan. Tes tertulis

yang berupa pilihan ganda ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman

siswa dan kesulitan-kesulitan yang siswa hadapi. Berdasarkan tes tertulis

yang diberikan, diharapkan siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai

dengan kemampuannya tentang suhu, kalor, dan perpindahan kalor .

(52)

menjawab karena menerka, siswa yang kurang pengetahuannya, siswa

yang miskonsepsi, siswa yang benar-benar mengerti konsep tersebut.

[image:52.595.99.511.190.716.2]

Adapun kisi- kisi soal uraian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1. Kisi-kisi soal uraian

No Indikator Keterangan Jml 1 Menganalisis Suhu benda 1, 2, 3, 4, 5 5 2 Menganalisis pengaruh perubahan suhu

terhadap ukuran benda (pemuaian)

6, 7, 8, 9, 10 5

3 Mendeskripsikan pengertian kalor 11, 12, 13, 14 4 4 Menerapkan Asas Black dalam peristiwa

pertukaran kalor

15 1

5 Menganalisis perubahan wujud zat 16, 17, 18, 19 4 6 Menganalisis perpindahan kalor konduksi,

konveksi, dan radiasi

20, 21, 22,25 4

7 Menganalisis perpindahan kalor konduktor dan isolator

23, 24 2

Total 25

Untuk mengetahui siswa dalam menjawab setiap soal

menggunakan konsep/pengetahuan yang mereka miliki atau hanya

menerka saja, maka untuk setiap item soal, siswa diminta untuk mengisi

skala CRI dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2. Keyakinan jawaban siswa berdasarkan CRI

Skala Keyakinan Siswa

1 Jawaban menerka dengan mempertimbangkan pengetahuan yang dimiliki

2 Jawaban dengan menggunakan pengetahuan dan pikiran tetapi tidak yakin akan kebenaran jawaban / ragu-ragu

(53)

Untuk mengetahui pemahaman dan untuk membuktikan adanya

miskonsepsi yang dialami oleh siswa dalam memahami konsep suhu,

kalor, dan perpindahan kalor secara lebih mendalam, dilakukan

wawancara. Wawancaradilakukan kepada partisipan yang memiliki

pemahaman tinggi dan rendah. Partisipan yang memiliki pemahaman yang

tinggi adalah partisipan yang memiliki nilai akhir tinggi berdasarkan hasil

analisis tes dan pemahaman rendah adalah partisipan yang memiliki nilai

akhir rendah berdasarkan hasil analisis tes.

Wawancara dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada

partisipan. Masing-masing partisipan diwawancarai secara individu dalam

waktu yang berbeda. Sebelum wawancara dilakukan, peneliti merancang

pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara.

Wawancara dilaksanakan pada jam pelajaran Fisika yang ada dalam

sekolah tersebut. Wawancaraantara peneliti dan partisipan direkam

dengan menggunakan perekam supaya tidak kehilangan data-data yang

diperlukan. Data hasil rekaman kemudian didengarkan dan dicatat pada

kertas. Hasil wawancara tersebut kemudian dianalisis untuk mengungkap

pemahaman dan untuk membuktikan adanya miskonsepsi yang dialami

(54)
[image:54.595.96.510.162.606.2]

Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan selama penelitian :

Tabel 3. Kegitian dalam Penelitian

Pertemuan Waktu Kegiatan 1 23 Oktober 2014

30 Oktober 2014

Perkenalan dan mengujikan soal tes tertulis

2 06 November 2014 Wawancara pada 4 partisipan

G. Validitas instrumen dan Reliabilitas instrument 1. Validitas Instrumen

Validitas mengukur atau menentukan apakah test yang dibuat

sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan

tujuan (valid untuk) khususnya pemahaman siswa tentang suhu, kalor,

dan perpindahan kalor. Validitas menunjukkan pada kesesusaian, penuh

arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang

dikumpulkan. Untuk menjamin istrumen penelitian valid dilakukan

validasi. Validasi instrumen dilakukan dengan cara dua cara yaitu uji

coba instrumen sertakonsultasi dengan guru dan dosen pembimbing.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjuk pada level konsistensi internal alat ukur

sepanjang waktu atau konsistensi skor yang diperoleh untuk tiap individu.

Reliabilitas instrumen kemudian diketahui melalui uji coba. Analisis

(55)

H. Metode Analisi Data

1. Analisi Tes PilihanGanda

Data utama dalam penelitian ini adalah data hasil miskonsepsi.

Data miskonsepsi diperoleh dari hasil pemberian tes berupa pilihan ganda

dengan menggunakan lembar jawaban model CRI kepada sampel. Pada

instrumen CRI ini siswa diberi gambaran mengenai tingkat keyakinan

partisipanterhadap jawaban yang dipilihnya.Analisis keyakinan partisipan

menggunakan skala CRI, dengan skala 1-3. Skala paling rendah adalah

1 (yakin), skala lebih tinggi berikutnya adalah 2 (ragu-ragu), dan skala

lebih tinggi berikutnya adalah 3 (tidak yakin).

Pilihan skala tingkat keyakinan yaitu untuk mengetahui siswa

dalam menjawab setiap soal menggunakan konsep/pengetahuan yang

mereka miliki atau hanya menerka saja, maka untuk setiap soal siswa

diminta untuk mengisi skala CRI.

Untuk mengetahui siswa yang memiliki keyakinan (sangat paham),

siswa yang mengalami kurang yakin (kurang paham) dan siswa yang

[image:55.595.96.512.199.615.2]

mengalami miskonsepsi digunakan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 4. Kriteria pengelompokkan siswa berdasarkan CRI

No Kriteria CRI Jawaban

Yakin Ragu-Ragu Tidak Yakin

1 Benar Paham Tidak Paham

Tidak Paham 2 Salah Miskonsepsi Tidak

Paham

(56)

Data yang diperoleh dari hasil tes CRI. Jawaban siswa di nilai

[image:56.595.101.524.183.659.2]

dengan kriteria penilaian sebagai tabel berikut :

Tabel 5. Kriteria Penilaian Soal

Bentuk Soal Nilai Keterangan

Pilihan Ganda

1 Jika jawaban benar 0 Jika jawaban salah

Jawaban siswa dianalisis dengan menggunakan model CRI. Bentuk

jawaban siswa dan pengkategoriannya disajikan pada contoh tabel berikut

ini :

Tabel 6. Contoh Ketentuan Untuk Setiap Pertanyaan yang Diberikan Berdasarkan pada Kombinasi Dari Jawaban Benar Atau Salah dan Kriteria CRI No Kriteria Jawaban Kriteria CRI K

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi soal uraian
Tabel 3. Kegitian dalam Penelitian
Tabel 4. Kriteria pengelompokkan siswa berdasarkan CRI
Tabel 5. Kriteria Penilaian Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis SMA Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Materi Suhu, Kalor Dan Perpindahan Kalor Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Pada konsep Kalor ini, rerata siswa yang mengalami miskonsepsi adalah 16.44%, dimana siswa menganggap kalor merupakan energi yang mengalir dari energi yang satu ke

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP FISIKA PESERTA DIDIK PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI SMA NEGERI 10 GOWA SKRIPSI Oleh SURYA SUTRIANA 105391108516 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS

Secara khusus kesimpulan dalam penelitian ini adalah Miskonsepsi terbanyak yang dialami siswa sebelum remediasi terjadi pada konsep pengaruh kalor pada perubahan suhu

Apabila mengamati perubahan tingkat miskonsepsi pada tiap soal, soal nomor 5 dengan sumber miskonsepsi pada konsep perpindahan panas dan perpindahan suhu mengalami

Pada konsep Kalor ini, rerata siswa yang mengalami miskonsepsi adalah 16.44%, dimana siswa menganggap kalor merupakan energi yang mengalir dari energi yang satu ke

EKSPLORASI LANGKAH SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA FILM DENGAN PENGUATAN LKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SUHU, KALOR, DAN PERPINDAHAN KALOR PADA SISWA KELAS XI IPA-1 DI SMAN 1

Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar Indikator 3.4 Menganalisis konsep suhu, pemuaian, kalor, perpindahan kalor, dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari termasuk