• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI HAND GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera var. Formulasi Hand Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera var. sinensis) Menggunakan Basis Carbopol 934: Evaluasi Sifat Fisik Dan Stabilitasnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FORMULASI HAND GEL EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe vera var. Formulasi Hand Gel Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera var. sinensis) Menggunakan Basis Carbopol 934: Evaluasi Sifat Fisik Dan Stabilitasnya."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI

HAND GEL

EKSTRAK LIDAH BUAYA (

Aloe vera

var.

sinensis

) MENGGUNAKAN BASIS CARBOPOL 934: EVALUASI

SIFAT FISIK DAN STABILITASNYA.

NASKAH PUBLIKASI

   

   

Oleh :

RAFA EMBUN RELIGIA

K100110016

FAKULTAS FARMASI

(2)

   

 

(3)

FORMULASI

HAND GEL

EKSTRAK LIDAH BUAYA VERA (

Aloe

vera

var.

sinensis

) MENGGUNAKAN BASIS CARBOPOL 934:

EVALUASI SIFAT FISIK DAN STABILITASNYA

HAND GEL FORMULATION EXTRACT ALOE VERA (

Aloe vera

var.

sinensis

) USING BASE CARBOPOL 934 : EVALUATION OF

PROPERTIES PHYSICAL AND STABILITY

 

Rafa Embun Religia* dan Anita Sukmawati

Jl A Yani Tromol Pos I, Pabelan Kartasurra Surakarta 57102 Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

*E-mail: embunrafa@gmail.com

ABSTRAK

Hand gel digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam melakukan aktivitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi carbopol

sebagai basis gel lidah buaya. Lidah buaya memiliki berbagai zat berkhasiat yang

berfungsi pada bidang pengobatan dan kecantikan. Dalam penelitian ini lidah buaya yang dibuat menggunakan metode freeze drying untuk menghilangkan kadar air. Dibuat sediaan

gel dengan basis carbopol dengan konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2% b/b. Lidah buaya

gel dievaluasi sifat fisik meliputi uji pH, viskositas, daya sebar, daya lekat, homogenitas dan organoleptik. Uji stabilitas fisik dilakukan selama 8 minggu pada dua suhu berbeda

yaitu suhu 27oC-28o dan suhu 6oC-8oC. Hasil evaluasi sifat fisik menunjukkan semakin

tinggi konsentrasi carbopol yang digunakan akan meningkatkan viskositas gel dan mengurangi nilai pH gel dikarenakan carbopol yang memiliki sifat asam, kemampuan daya sebar gel menurun dan daya lekat meningkat. Hasil uji stabilitas fisik gel pada uji organoleptik menunjukkan tidak adanya perubahan warna, bau dan tekstur sediaan gel selama 8 minggu penyimpanan akan tetapi terjadi peningkatan yang signifikan pada daya sebar dan daya lekat, diikuti dengan peningkatan viskositas selama masa penyimpanan namun viskositas mengalami penurunan pada minggu ke 7.

Kata kunci:Lidah buaya, hand gel, carbopol, sifat fisik, stabilitas:

ABSTRACT

Hand gel used by humans to meet of their activities. This study aims to determinate the

effeect of using carbopol as Aloe vera gel base hase a lot nutritious substances in the field

of medicine and beauty. In this research Aloe vera were made by freeze drying to remove

water content. Gels were made carbopol as a gel base at concentration of 0,5 %, 1%, 1,5

%, and 2 % w/w. The Aloe vera gels were evaluated in physical properties including pH,

viscosity, spread ability,adhesion ability, homogenity and organoleptic. Physicaly stability

test were performed for 8 weeks in two different temperature i.e temperature 27oC-28°C

and temperature 6oC-8oC. The result physical properties is showed the higher

(4)

 

significantly and adhesion ability hand gels Aloe vera followed with decrease in viscosity

during the weeks of storage.

Keywords: Aloe vera, hand gel, physical properties, stability

A. PENDAHULUAN

Aloe vera var. sinensis adalah salah satu varietas dari tanaman lidah yang berada

di Indonesia dan merupakan tanaman hias yang sangat mudah ditemukan, baik di

lingkungan rumah atau di luar lingkungan, selain penanaman yang mudah tanaman ini

memiliki kandungan zat yang berkhasiat berguna bagi manusia, beberapa khasiat

diantaranya sebagai anti inflamasi, anti alergi dan banyak khasiat yang lainnya. Hasil

penelitian Ida dan Noer (2012) sediaan gel menggunakan ekstrak lidah buaya dengan basis

carbopol berkhasiat sebagai gel antiseptik luka bakar. Tanaman ini kaya akan kandungan

zat-zat seerti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida, dan komponen lain yang

sangat bermanfaat bagi kesehatan (Wijayanti, 2012). Hasil penelitian Rahayu (2006)

ekstrak gel lidah buaya (Aloe barbadensis) pada konsentrasi 10,5% mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan Salmonella thypimurium dengan zona hambat sebesar 7,9 mm dan 6,5 mm. Dalam industri makanan, lidah buaya telah digunakan sebagai sumber

makanan fungsional dan sebagai bahan dalam produk makanan lainnya, contohnya dalam

produksi minuman kesehatan yang beredar di pasaran. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Padmadisastra (2003), lidah buaya digunakan sebagai minuman kesehatan

yang berguna untuk kesehatan manusia karenga khasiat yang dimiliki oleh tanaman ini.

Dalam industri kosmetik, lidah buaya telah digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi

krim, lotion, sabun, shampo, pembersih wajah dan produk lainnya (Hamman, 2008).

Dalam dunia kecantikan, lidah buaya memiliki khasiat untuk meremajakan kulit membuat

kulit tidak kering dan terlihat awet muda (Hartawan, 2012). Berdasarkan penelitian

Aslikhah dan Maspiyak (2013) lidah buaya bisa digunakan sebagai produk untuk merawat

diri terutama rambut karena memiliki nutrisi yang penting untuk rambut, nutrisi yang

dibutuhkan diantaranya adalah vitamin A. Semua bagian tanaman lidah buaya bisa

dimanfaatkan dari getahnya sampai daging atau gelnya. Gel lidah buaya memiliki

kandungan nutrisi yang kompleks namun zat aktifnya mudah rusak sehingga perlu

dilakukan metode yang cocok digunakan dalam pengolahan lidah buaya (Ramadhia et al.,

2012). Freeze drying adalah metode menghilangkan air dengan sublimasi dari es kristal menggunakan bahan yang dibekukan, metode ini menjaga kualitas sifat fisik dan kimia

(5)

hasil lidah buaya (Ciurzyńska dan Lenart, 2011). Pemanfaatan bahan baku lidah buaya

sendiri digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya contohnya untuk

mempercantik diri. Industri kosmetik sudah memanfaatkan lidah buaya sebagai bahan baku

herbal yang bertujuan agar memiliki sediaan yang memiliki efek samping kecil. Sediaan

kosmetik yang sudah dipasarkan diantaranya seperti krim, gel, pasta. Produk kosmetik

yang sudah umum di pasaran diantaranya adalah sediaan gel memiliki beberapa kelebihan

yaitu lebih mudah tersebar serta penyerapannya yang baik pada kulit manusia, (Ginanjar et

al., 2010). Ekstrak lidah buaya dalam penelitian ini akan dibuat sediaan gel agar dapat

memenuhi kebutuhan konsumennya. Pada formulasi sediaan gel digunakan beberapa

polimer sintesis yang berfungsi sebagai basis untuk membuat massa gel (Lieberman et al.,

1996). Massa gel dibuat dengan menambahkan gelling agent, menurut penelitian Ida dan Noer (2012) gelling agent yang baik digunakan harus stabil dan optimal. Menurut Voigt (1984) carbopol merupakan salah satu gelling agent yang baik karena basis ini tidak beracun, dapat diterima baik di kulit, dan biasa digunakan sebagai preparat-preparat

pelindung kulit. Carbopol memiliki sifat yang cocok dengan kulit manusia dan memiliki

viskositas yang baik selama masa penyimpanan (Allen, 2002). Berdasarkan hasil penelitian

Handani (2006) sediaan gel yang menggunakan basis carbopol sebagai gelling agent akan mempengaruhi lama penyimpanan serta berpengaruh terhadap stabilitas fisik, dan daya

sebar dari sediaan gel akan semakin luas dan pada minggu ketiga daya lekat yang

dihasilkan semakin menurun. Sedangkan carbopol 934 sendiri memiliki viskositas yang

tinggi dengan range antara 30.400-39.400 cP (Allen, 2002).

B. METODE PENELITIAN

1. Alat

Alat dan pembuatan dan pengujian hand gel sanitizer adalah: alat-alat gelas (pyrex), pH meter, timbangan analitik, Rion Rotor Viskotester (VT-04), kompor listrik,

freeze dryer. 2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ekstrak lidah buaya, carbopol 934,

triethanolamin, methyl paraben, Propil paraben, Propilen glikol, NaOH 0,1 N dan

aquadest.

(6)

  dilarutkan dalam 20 mL air mendidih, ditambahkan dalam basis gel carbopol, diaduk pada

suasana dingin (di atas baskom berisi es), kemudian ditambahkan akuades 40 mL, diaduk

sampai terbentuk gel. Ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N ke dalam basis carbopol, dan

diaduk sampai homogen. Sebanyak 10 mL larutan ekstrak lidah buaya hasil freeze drying ditambahkan ke dalam 15 gram propilen glikol, diaduk sampai homogen, kemudian

ditambahkan ke dalam basis carbopol yang sudah jadi dan diaduk sampai homogen. Di

tambahkan trietanolamin tetes demi tetes dan diaduk kembali sampai homogen. Dilakukan

uji sifat fisik dan stabilitas gel pada masa penyimpanan selama 8 minggu. Uji stabilitas

dilakukan pada suhu ruang dengan suhu 27oC-28oC dan suhu dingin yaitu 6oC-8oC, dengan

interval waktu pengujian 1 minggu satu kali. Analisis data dilakukan dengan statistik

ANOVA satu jalan dilanjutkan uji t-LSD dengan taraf kepercayaan 95% pada data hasil

evaluasi sifat fisik hand gel yaitu daya sebar, daya lekat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lidah buaya yang digunakan adalah lidah buaya hasil freeze drying, metode ini cocok untuk tanaman lidah buaya karena kandungan air yang melimpah dari lidah buaya.

Sebelum dilakukan perhitungan rendemen dari lidah buaya ditimbang terlebih dahulu berat

basah lidah buaya. Rendemen yang didapatkan sebesar 1,38%. Hasil dari ekstrak lidah

buaya secara organoleptik adalah warna kuning muda, kering, bentuk seperti kapas, bau

khas lidah buaya, dan tidak memiliki rasa. Berdasarkan hasil pengamatan uji sifat fisik

hand gel lidah buaya memiliki bau yang sama, yaitu bau khas lidah buaya. Uji stabilitas

sediaan gel yang diperoleh pada minggu ke 1 sampai minggu ke 8 berbau khas lidah buaya,

hal ini disebabkan karena pada formulasi tidak menggunakan bahan yang mudah menguap,

sehingga bau gel pada masing-masing formula masih sama pada minggu ke 0 sampai

minggu ke 8. Berdasarkan hasil uji organoleptik warna hand gel, terjadi perbedaan warna dengan adanya peningkatan konsentrasi dari basis carbopol, pada formula 1 cenderung

warna yang dihasilkan adalah warna kuning agak pudar, warna pudar ini dikarenakan

semakin banyak akuades yang digunakan untuk melarutkan basis dan sedikit konsentrasi

dari carbopol yang digunakan, uji sifat fisik ini dihitung sebagai hari ke 0. Bentuk

konsistensi dari gel berdasarkan sifat fisik dan stabilitasnya tidak terjadi perubahan tekstur

selama 8 minggu penyimpanan. Dikarenakan gel tidak memberikan perubahan

organoleptis selama 8 minggu penyimpanan sehingga dikatakan gel ekstrak stabil secara

(7)

Evaluasi homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sedikit sediaan gel pada

sekeping kaca/ obyek glass transparan. Evaluasi ini penting dilakukan agar dapat mengetahui bahwa zat aktif terdistribusi merata dalam sediaan dan tidak ada partikel yang

menggumpal. Secara fisik semua sediaan memiliki homogenitas yang baik. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa keempat sediaan gel memiliki homogenitas yang baik

berdasarkan sifat fisik atau stabilitasnya hal ini dibuktikan tidak adanya partikel yang

menggumpal dan tidak ada butiran kasar pada gel. Sediaan gel yang homogen

mengindikasikan ekstrak lidah buaya dan basis carbopol terdistribusi secara merata dalam

sediaan yang dibuat.

Berdasarkan grafik sediaan yang disimpan pada suhu 27– 28 oC dan suhu 6-8oC nilai

pH berdasarkan hasil uji sifat fisiknya sediaan tidak memiliki peningkatan yang derastis

pada masing-masing formula, dan masih berada dalam rentang pH kulit, diharapkan

sediaan masih bisa diterima sebagai sediaan topikal. Hasil pH sediaan gel pada formula 1,

2, 3, 4 masih sesuai dengan rentang pH kulit, sehingga gel aman digunakan. Formula 1

menunjukan pH yang paling tinggi dan mendekati pH 7, hal ini disebabkan formula 1 yang

memiliki konsentrasi paling kecil di bandingkan formula yang lain.

Berdasarkan hasil uji sifat fisik menunjukkan nilai viskositas yang berbeda antar

formula, konsentrasi carbopol yang ditambahkan ke dalam formula mempengaruhi

viskositas gel, semakin tinggi konsentrasi carbopol yang ditambahkan ke dalam formula

gel maka nilai viskositas gel akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji viskositas

menunjukkan nilai viskositas yang sedikit berbeda antara formula yang disimpan pada

suhu 27– 28 oC dan suhu 6-8oC. Dengan variasi konsentrasi carbopol serta penambahan

konsentrasi ekstrak lidah buaya yang tetap pada setiap formula akan meningkatkan

viskositas gel. Kenaikan viskositas pada masing-masing formula terjadi pada minggu ke 5,

namun terdapat perbedaan sedikit yaitu viskositas pada suhu 27– 28 oC lebih tinggi

dibandingkan viskositas pada suhu 6-8oC, perbedaan viskositas ini dikarenakan pada gel

suhu 6-8oC setelah dikeluarkan dari almari pendingin yang kemudian didiamkan pada

suhu 27– 28 oC mengalami peningkatan suhu atau pemanasan sehingga konsistensi atau

kekentalan gel menjadi turun, namun perbedaan ini tidak menyebabkan terjadinya

pemisahan fase selama 8 minggu penyimpanan.

(8)

  didapatkan nilai P- value 0,01 (P-value < 0,05). Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan carbopol menyebabkan konsistensi gel semakin kental. Pada formula 1

didapatkan luas penyebaran yang lebih luas dibandingkan dengan formula yang lain.

Berdasarkan hasil uji daya sebar menunjukan bahwa luas penyebaran dari minggu ke 1

sampai minggu ke 8 mengalami peningkatan. Pada minggu 1 ke minggu 2 menunjukan

bahwa formula 4 pada suhu 27– 28 oC mengalami peningkatan yang tajam dibandingkan

dengan formula 4 pada suhu 6-8oC. Peningkatan uji daya sebar ini dikarenakan selain

formula 4 yang memiliki konsentrasi carbopol yang besar juga dikarenakan viskositas yang

turun pada formula 4 sehingga menyebabkan daya sebar formula 4 semakin meningkat.

Berdasarkan hasil stabilitas uji daya sebar menggunakan analisis uji statistik ANOVA satu

jalan menunjukan bahwa daya sebar pada formula 1, 2, 3 dan 4 suhu 27– 28 oC mengalami

peningkatan yang signifikan selama 8 minggu dengan nilai P-value = 0.000 (P-value < 0,05). Untuk analisis tiap minggunya menggunakan Post Hoc Test didapatkan bahwa formula 1 mengalami peningkatan yang signifikan dimulai pada minggu ke 2, karena

memberikan nilai P-value 0,02 ( P-value < 0,05). Pada formula 2 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 3 dengan nilai P-value 0,038, pada formula 3 dan 4 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 2, dengan nilai P-value 0,03. Hasil uji analisis statistik ANOVA satu jalan menunjukan peningkatan konsentrasi

carbopol mempengaruhi daya sebar formula 1, 2, 3 dan 4 pada suhu 6-8oC dengan

ditunjukannya peningkatan yang signifikan, berdasarkan analisis Post Hoc Test semua formula mengalami peningkatan daya sebar yang signifikan dimulai pada minggu ke 2

dengan nilai P-value yang didapatkan pada F1 dan F3: 0,01, F2 dan F4 : 0,00 (P- value < 0,05). Hasil uji daya lekat berdasarkan mengalami peningkatan seiring dengan

bertambahnya konsentrasi carbopol pada sediaan, berdasarkan sifat fisik uji daya lekat gel

formula 4 memiliki daya lekat lebih tinggi dibandingkan F1, F2, dan F3. Pada hasil uji

analisis statistik daya lekat dengan ANOVA satu jalan menunjukkan nilai P-value 0,118

(P-value > 0,05) yang berarti peningkatan konsentrasi carbopol tidak mempengaruhi daya

lekat gel secara signifikan. Kemudian analisis dilanjutkan menggunakan Post Hoc Test, tiap-tiap formula tidak memiliki peningkatan daya lekat yang signifikan kecuali pada

formula 1 dan 4 memberikan peningkatan signifikan karena nilai P-value 0,045 (P-value < 0,05).

Berdasarkan hasil stabilitas uji daya lekat menggunakan analisis uji statistik

ANOVA satu jalan menunjukan bahwa daya lekat pada formula 1, 2, 3, 4 suhu 27– 28 oC

(9)

(P-value < 0,05). Untuk analisis tiap minggunya menggunakan Post Hoc Test didapatkan bahwa sediaan formula 1 mengalami peningkatan daya lekat yang signifikan dimulai pada

minggu ke 3, karena memberikan nilai P-value 0,039 ( P-value < 0,05). Pada formula 2 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 3 dengan nilai P-value 0,031, pada formula 3 dan 4 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 2,

dengan nilai P-value 0,029 dan 0,008. Hasil uji analisis statistik ANOVA satu jalan menunjukan, daya lekat formula 1, 2, 3 dan 4 pada suhu 6-8oC mengalami peningkatan

yang signifikan, semua dimulai pada minggu ke 3 dengan nilai p-value pada F1 dan F2 sebesar 0,020 dan 0,042, serta F3 dan F4 sebesar 0,00 (p-value < 0,05). Semua formula mengalami peningkatan daya lekat yang signifikan baik suhu 6-8oC atau suhu 27– 28 oC

dimulai pada minggu ke 3, kecuali formula 3 dan 4 pada suhu 27– 28 oC mengalami

peningkatan signifikan dimulai minggu ke 2. Hal ini dikarenakan pada formula 3 dan 4

pada minggu 1 dan 2 memiliki hasil uji daya lekat yang hampir sama.

Berdasarkan hasil keseluruhan hasil uji sifat fisik dan stabilitasnya, formula terbaik

adalah formula 2, hal dikarenakan berdasarkan hasil uji organoleptis gel yang dihasilkan

memberikan konsistensi yang bagus, warna dan bau yang tidak berubah, sediaan yang

homogen tidak ada partikel kasar atau menggumpal, kemampuan penyebarannya yang

baik, nilai pH masuk dalam range pH kulit manusia, viskositas yang baik dan sediaan tidak mengalami perubahan bentuk dari awal pembuatan sampai 8 minggu penyimpanan.

Formula 2 juga memiliki tekstur yang cocok saat dioleskan pada kulit, tidak terlalu kental

atau terlalu cair, walaupun keseluruhan hasil uji terdapat perubahan namun formula 2

memiliki hasil kedekatan yang besar dibandingkan dengan formula yang lain. Formula 2

memberikan nilai p-value pada uji daya sebar dan daya lekat sebesar 0,038 dan 0,042.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:

peningkatan konsentrasi carbopol pada formulasi sediaan gel lidah buaya memiliki

pengaruh terhadap sifat fisik gel (organoleptis, pH, viskositas, daya lekat dan daya sebar).

Uji stabilitas gel menunjukkan bahwa variasi konsentrasi carbopol stabil secara

organoleptis ditunjukan dengan tidak adanya perubahan warna, bau dan tekstur selama 8

(10)

  peningkatan yang signifikan pada daya sebar dan daya diikuti dengan penurunan viskositas

maka sediaan hand gel ekstrak lidah buaya tidak stabil selama 8 minggu penyimpanan. Formula 2 yang menunjukan stabilitas yang baik dibandingkan dengan formula yang lain

berdasarkan keseluruhan hasil uji sifat fisik dan stabilitasnya.

6. SARAN

Disarankan untuk melakukan formulasi dan uji stabilitas lebih lanjut agar

didapatkan sedian gel yang memiliki sifat stabilitas terhadap penyimpanan dan dilakukan

optimasi basis agar didapatkan sediaan gel yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L., 2002, The Art, Science and Technology of Pharmaceutical Compounding, 301-323, American Pharmaceutical Association; Washington D.C

Ciurzyńska, A., dan Lenart, A., 2011, Freeze-Drying Application in Food Processing and

Biotechnology – A Review, Pol. J. Food Nutr. Sci, Vol 61 (3), 165-171.

Handani Arnin., 2011, Pembuatan dan Uji Stabilitas Gel Ekstrak Etanolik Rimpang Jahe

(Zingiber officinale rose) 10 % dengan Gelling Agent Carbopol 940, Skripsi,

Universitas Setia Budi Surakarta.

Hartawan, E. Y., 2012, Sejuta Khasiat Lidah Buaya, 11-25, Pustaka Diantara.

Lukman, A., Susanti, E., & Oktaviana, R., 2012, Formulasi Gel Minyak Kulit Kayu Manis

(Cinnamomum burmannii BI) sebagai Sediaan Antinyamuk, Jurnal Penelitian

Farmasi Indonesia, 1(1), 24-29. .

Padmadisastra, Y., Sidik, dan Ajizah, S., 2003, Formulasi Sediaan Cair Gel Lidah Buaya Sebagai Minuman Kesehatan, Bandung.

Rahayu, I. D., 2006, Aloe barbadensis Miller and Aloe chinensis Baker As Antibiotic In Medication of Poultry Etnoveteriner By In Vitro, Jurnal Protein, 13 (1), 31-34. Ramadhia , M., Sri, K., & Imam, S., 2012, Pembuatan Tepung Lidah Buaya (Aloe vera L.)

dengan Pembuatan Foam-Mat Drying, Jurnal Teknologi Pertanian, 13 (2), 125-137.

Sari, R. & Isadiartuti. D., 2006, Studi Efektifitas Sediaan Gel Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn), Majalah Farmasi Indonesia, 17 (14), 163-169.

Referensi

Dokumen terkait

Pemohon berpendapat bahwa hak-hak konstitusional yang secara tidak langsung diberikan oleh norma Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, itu

Sehubungan dengan itu, dalam pembelajaran juga harus diterapkan kerja illmiah berupa eksperimen yaitu berupa praktikum pada materi yang sesuai, contohnya pada materi

Digital Elevation Models play a crucial role for determining hydrological system of Wadis and secondly acts as a key feature in defining flow channels in Wadis for

manakah yang lebih besar pengaruhnya terhadap hasil belajar IPA antara metode inkuiri dengan strategi everyone is a teacher here pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah

Citra ALOS AVNIR-2 yang digunakan merupakan citra yang diakuisisi pada 17 Juli 2009, sehingga umur tanaman kelapa sawit yang diinterpretasi merupakan kelas umur 0 tahun, 4 tahun,

Kondisi dalam wadah kultur dalam mikropropagasi fotoautotrofik diatur menggunakan pompa udara agar memiliki konsentrasi CO 2 yang tinggi, kelembaban udara yang lebih

Hasil wawancara peneliti dengan Ibu Asri selaku guru pengampu mata pelajaran Ekonomi kelas XI Ilmu Pengetahuan Sosial (XI IPS) Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sragen (SMA N

berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 116 Tahun 2012 tanggal 30 Januari 2OL2, telah diangkat dalam jabatan Ketua Jurusan Sastra lndonesia