• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGURANGI FOBIA MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS VII SMP AL-FATTAH MEDAN T.A 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGURANGI FOBIA MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS VII SMP AL-FATTAH MEDAN T.A 2013/2014."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGURANGI FOBIA MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN

MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS VII SMP AL-FATTAH MEDAN T.A 2013/2014

Oleh:

Asnita Chairani Srg NIM. 408311003

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENGURANGI FOBIA MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN

MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS VII SMP AL-FATTAH MEDAN T.A 2013/2014

ASNITA CHAIRANI SRG (408311003) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, tingkat fobia siswa terhadap matematika dan Mengetahui ketuntasan belajar siswa melalui pendekatan matematika realistik di kelas VII SMP Al-fattah Medan T.A 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah 36 siswa kelas VII1 SMP Al-fattah Medan dan objek penelitian ini adalah mengguankan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar dan mengurangi fobia matematika siswa pada materi bilangan pecahan.

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah tes dan lembar observasi. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan pendekatan matematika realistik dan lembar observasi digunakan untuk melihat proses pembelajaran dan angket fobia ketika pendekatan matematika realistik diterapkan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi atas 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes diagnostik dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis angket awal fobia pada angket awal diperoleh rata-rata siswa mengalami fobia adalah 39,41 dengan kategori sedang, terdapat siswa yang mengalami tingkat fobia tinggi 12 orang dan hasil analisis data diperoleh peningkatan hasil tes diagnostik sampai tes hasil belajar siswa. Banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar dari tes diagnostik yaitu 11 dari 36 siswa atau 30,5% dengan rata-rata kelas 54,61%. Hasil analisis data pada siklus I setelah dilakukan pendekatan matematika realistik pada materi pokok bilangan pecahan menunjukkan banyaknya siswa yang mencapai ketuntasan belajar adalah 21 dari 36 siswa atau 58,3% dengan rata-rata kelas 66,11. Hasil analisis data akhir siklus II dengan pembelajaran yang sama diperoleh banyak siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu 32 dari siswa 4atau 88,9% dengan rata-rata kelas 73,20. Kemudian diberikan angket angkhir, dari analisi angket fobia terdapat nilai rata-rata fobia siswa diperoleh 35,75 termasuk kategori rendah dan hanya 1 orang yang mengalami fobia dengan kategori tinggi maka dapat disimpulkan dari angket awal dan akhir mengala,I penurunan fobia siswa. Ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I hingga siklus II. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dengan izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengurangi Fobia Matematika Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik Di Kelas VII SMP Al-fattah Medan T.A 2013/2014” disusun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan berupa ilmu dan kasih sayang sejak awal sampai terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Sahat Siahaan, M.Pd, Bapak Drs. Syafari, M.Pd dan Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran – saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran – saran dalam perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA, Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, dan Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika, dan juga bapak Drs. Yasifatihia selaku sekretaris jurusan matematika serta seluruh Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan yang telah memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih kepada Bapak Saddam, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Al-fattah Medan dan Ibu Surya Kartini, S.Pd selaku guru bidang study matematika, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian disekolah SMP Al-fattah Medan tersebut.

(5)

v

dukungan dan do’a, serta menghibur penulis sehingga penulis semakin semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga kepada teman – teman seperjuangan yang selalu setia dalam suka maupun duka yaitu Siti D.Sitanggang, Dian Lestari, Rita, Ina, Putri, Desy, serta semua teman – teman sekelas Matematika Ekstensi’09, serta buat temen seperjuangan yaitu dian anita, dijah semua teman-teman baik seangkatan seperjuangan maupun kakak stambuk dan adik-adik stambuk, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada rekan-rekan PPLT unimed di SMK Jaya Krama’11 dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis tuliskan namanya satu per satu yang telah memberikan warna-warni dalam perjalanan hidup penulis.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2014 Penulis,

(6)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Pengertian Belajar 10

2.1.2. Jenis-jenis Belajar 12

2.1.3. Pengertian Fobia 15

2.1.3.1 Fobia Matematika 16

2.1.3.2. Gejala Fobia 17

2.1.3.3. Sumber-sumber Fobia 18

2.1.4. Upaya mengurangi Fobia 20 2.1.5. Kaitan fobia terhadap prestasi belajar matematika 21

2.1.6. Aspek-aspek Fobia 21

2.1.7. Pembelajaran Matematika 23

2.1.7.1. PMR 24

2.1.7.2. Prinsip PMR 25

2.1.7.3. Karakteristik PMR 27

2.1.7.4. Langkah-langkah Pembelajaran PMR 29 2.1.7.5. Teori-teori yang Melandasi PMR 30 2.1.7.6. Kelebihan dan Kekurangan PMR 32 2.1.8. Model Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan PMR 34 2.1.9. Model Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan PMR

untuk mengurangi fobia 36 2.10. PMR untuk mengurangi Fobia Siswa 38

2.11. Hasil Belajar 39

(7)

vii

2.2.1.1 Pecahan dan Lambangnya 41

2.2.1.3. Operasi Hitung Bilangan Pecahan 45 2.2. Kajian Penelitian yang Relevan 47

2.3. Kerangka Konseptual 47

2.4. Hipotesis Tindakan 49

BAB III METODE PENELITIAN 50

3.1. LokasidanWaktuPenelitian 50

3.1.1. Lokasi Penelitian 50

3..1.2. Waktu Penelitian 50

3.2. SubjekdanObjekPenelitian 50

3.2.1. Subjek Penelitian 50

3.2.2. Objek Penelitian 50

3.3.3. Pendekatan dan Jenis Penelitian 50

3.4. Prosedur Peneltian 51

3.8.1.Indikator Keberhasilan 72

3.9. Defenisi Opersional 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74

4.1. HasilPenelitian 74

4.1.1. HasilPenelitianSiklus I 74

4.1.1.1. Tahap Permasalahan 74

4.1.1.2. Hasil Orientasi dan Observasi awal 75

4.1.1.3. Rencana Tindakan I 81

4.1.1.4. Pelaksanaan Tindakan I 83

4.1.1.5 Observasi I 85

4.1.1.6. Analisis Data Siklus I 88 4.1.1.6.1 Analisi Data Hasil angket 88 4.1.1.6.2 Analisis Data Hasil Observasi 92 4.1.1.6.3 Analisis Data Hasil Tes Belajar I 101

4.1.2.5 Refleksi Tindakan I 105

4.1.2. Pelaksanaan dan Hasil Tindakan Siklus II 107

4.1.2.1 Permasalahan II 107

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan II 109

4.1.2.3 Observasi II 111

(8)

viii

4.1.2.5 Refleksi Tindakan II 125

4.3 Temuan Penelitian 129

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 130

BAB V KSIMPULAN DAN SARAN 131

5.1. Kesimpulan 131

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.7.4 . Sintaks PMR 29

Tabel 3.1. Kriteria Rata-rata Penilaian Observasi 66 Tabel 3.2. a. Tingkat Penguasaan Siswa 67 Tabel 3.2. b. Tingkat fobia Belajar Siswa 69 Tabel 4.1. Kategori Fobia Siswa Pada Angket Awal 74 Tabel 4.2. Hasil Angket Awal Ditinjau Dari Indikator Fobia Siswa 75 Tabel 4.3 Tingkat Ketuntasan Siswa pada Tes Diagnostik 77

Tabel 4.4 Data Tes Diagnostik 77

Tabel 4.4.1 Tabel Kesulitan Siswa Pada Tes diagnostik 79

Tabel 4.5.1. Angket Awal Fobia 88

Tabel 4.5.2. Kategori Fobia Siswa Pada Angket Awal 91 Tabel 4.5.3. Hasil Angket Awal Ditinjau Dari Indikator Fobia Siswa 91 Tabel 4.6.1 Deskripsi Hasil Obsevasi Guru Siklus I 92 Tabel 4.6.2 Deskripsi Hasil Obsevasi Guru Siklus I 95 Tabel 4.6.3. Deskripsi Hasil Obsevasi Siswa Pada Pembelajaran Siklus I 98 Tabel 4.6.4. Deskripsi Hasil Obsevasi Siswa Pada Pembelajaran Siklus I 100 Tabel 4.7 Data Kesalahan Siswa pada Tes Hasil Belajar I 102 Tabel 4.7.1. Nilai Tes Hasil Belajar I 103 Tabel 4.7.2 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Siklus I 104

Tabel 4.8.1. Angket Akhir Fobia 112

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Angket Siswa 137

Lampiran 2 Lembar Validasi Angket 140 Lampiran 3 RencanaPelaksanaanPembelajaran I 146 Lampiran 4 RencanaPelaksanaanPembelajaran II 151 Lampiran 5 RencanaPelaksanaanPembelajaran III 156 Lampiran 6 RencanaPelaksanaanPembelajaran IV 161

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa I 166

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa II 168 Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa III 170 Lampiran 10 LembarAktifitasSiswa IV 171 Lampiran 11Alternatif Penyelesaian LKS I 172 Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LKS II 174 Lampiran 13Alternatif Penyelesaian LKS III 176 Lampiran 14 Alteranatif Peneyelesaian LKS IV 177 Lampiran 15 Kisi-kisi TesDiagnostik 179 Lampiran 16 Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar I 180 Lampiran 17 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar II 181

Lampiran 18 Tes Diagnostik 182

Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes Diagnostik 183

Lampiran 20 Tes Hasil Belajar I 184

Lampiran21 Alternatif Penyelesaian Tes Belajar I 186

Lampiran 22 Tes Hasil Belajar II 188

Lampiran 23 Alternatif Penyelesain Tes Belajar II 189 Lampiran 24 Pedoman Penskoran Tes Diagnostik 191 Lampiran 25 Lembar Validasi Tes Diagnostik 193 Lampiran 26 Lembar Validasi Soal Tes Hasil Belajar I 196 Lampiran 27 Lembar Validasi Soal Tes Hasil Belajar II 199 Lampiran 28 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar I 202 Lampiran 29 Pedoman Penskoran Tes Hasil Belajar II 204 Lampiran 30 Kategori Fobia Siswa pada Angket Awal

(12)

xiii

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science) dan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Matematika selalu mengalami perkembangan yang berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Firdaus (dalam http://www.panyingkul.com ) bahwa:

“…..pada prinsipnya induk semua peradaban dan kemajuan teknologi disebabkan oleh perkembangan matematika yang menjadi segala dasar dari segala penciptaan yang telah kita nikmati pada zaman sekarang ini. Matematika selalu mendasari segala pola kehidupan kita sebagai manusia, sehingga tidak berlebihan kiranya kita menyebut bahwa tanpa matematika kita tidak akan mungkin bisa berperadaban dan maju”.

Matematika juga merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, objektif, kritis, dan rasional. Sehingga matematika perlu diajarkan kepada siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Cockroft (dalam Abdurrahman, 2003:253) yang mengemukakan bahwa:

”Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

(14)

2

”Hasil Penelitian The Third International Mathematics and Science Study Repeat (TIMSS-R) pada tahun 1999 menyebutkan bahwa di antara 38 negara, prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika. Sementara hasil nilai matematika pada ujian Nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan dan ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan”.

Sebaliknya, matematika masih merupakan pelajaran yang ditakuti oleh siswa. Banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika, karena menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit. Beberapa siswa tidak hanya mengatakan pelajaran matematika sulit, akan tetapi siswa sering menganggap matematika sebagai ”momok” yang menakutkan, membingungkan, dan sederet kata lain yang mengungkapkan ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan oleh Al-Firdaus (dalam http://www.panyingkul.com) bahwa:

“Masih banyak siswa yang menganggap matematika adalah momok. Matematika identik dengan angka-angka rumit dan susah dipecahkan. Begitu mendengar kata matematika, kening kebanyakan siswa langsung berkerut. Matematika seringkali dipahami sebagai sesuatu yang mutlak seolah-olah tak ada kemungkinan cara, solusi, jawaban lain yang berbeda-beda. Siswa menerima pelajaran matematika sebagai sesuatu yang musti tepat dan tak sedikit pun boleh salah dengan kata lain matematika telah menjadi beban bahkan sesuatu yang menakutkan”.

Tidak dapat disangkal, bahwa hingga saat ini matematika merupakan salah satu pelajaran yang ditakuti oleh siswa dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn, Kesenian, dan lain-lain. Yang menjadi penyebab fobia siswa terhadap pelajaran matematika antara lain seperti yang dikemukakan oleh Iwan Pranoto (dalam http://zaki.web.ugm.ac.id) bahwa:

(15)

3

Siswa menerima berbagai sikap dari guru mereka, dengan demikian guru – guru wajib menunjukkan sikap positif terhadap matematika dalam berbagai hal yang mereka lakukan. Dengan demikian hendaknya guru tidak bersikap otoriter. Perlu ditekankan lagi bahwa hendaknya matematika tidak digunakan guru sebagai alat menghukum.

Kurang bervariasinya pola pengajaran juga dapat membuat siswa tidak menyukai matematika. Guru sebagai penyampai ilmu harus mampu mengajarkan matematika lebih menarik sehingga siswa tidak fobia terhadap matematika. Suyono (dalam Pena Indonesia 2001:4) mengemukakan bahwa:

”Kelemahan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah adalah rendahnya kemampuan guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, kemampuan guru hanya sebatas menjawab soal-soal, guru enggan merubah metode pembelajaran yang terlanjur mereka anggap paling tepat tanpa melibatkan aktivitas berpikir siswa”.

Dari hasil observasi yang dilakukan penulis di sekolah tersebut, ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah, dapat ditinjau dari pihak pengajar ( guru ) siswa dan prasarana . Ditinjau dari pihak pengajar , guru masih didominasi oleh metode ceramah. Kebanyakan guru hanya menerangkan ( bercerita ) di depan kelas lalu siswa hanya mendengar dan siswa tidak dihadapkan langsung pada benda- benda. Pengajaran berpusat pada guru. Dalam kegiatan pembelajaran siswa kurang aktif dsan siswa lebih banyak mendengar saja tanpa menggunakan pola fikir mereka nmasing-masing. Pendapat siswa yang mengatakan bahwa 70,3% siswa mengatakan bahwa penjelasan yang diberikan guru pada materi bilangan pecahan ini belum dapat dipahami dengan baik. Ditinjau dari pihak siswa , bahwa siswa sering belajar dengan cara menghapal tanpa membentuk pengertian dari materi matematika yang dipelajari sehingga sulit menghubungkan materi matematika yang telah dipelajari dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari, akibat terjadi belajar hafalan tanpa mampu menerangkan konsep matematika.

(16)

4

dalam mempelajari matematika ketika soal yang diberikan tidak sama dengan contoh , ini kurangnya pemahaman siswa dalam pemahaman konsep sehingga kemampuan berfikir tidak telalu maksimal dan dampaknya fobia siswa menjadi meningkat”. Dalam mempelajari bilangan pecahan soal yang disajikan dapat bervariasi, misalnya dalam bentuk soal cerita. Untuk menyelesaikannya tentulah menggunakan pikiran . Siswa juga masih kesulitan dalam mengoperasikan bilangan pecahan baik dalam pecahan biasa maupun dalam pecahan campuran , menyamakan penyebut, dan mengurangi pecahan.

Pada kenyataannya selama ini banyak siswa mengalami kesulitan materi bilangan pecahan, bilangan pecahan adalah suatu konsep matematika yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun begitu banyak siswa tidak dapat menguasai konsep bilangan pecahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suradi (dalam Asrianti, 2006 : 1) yang menyatakan bahwa :

Salah satu bagian matematika yang perlu menjadi pusat perhatian dalam hal penguasaan siswa adalah konsep pecahan, karena konsep pecahan merupakan konsep dasar dalam matematika yang masih sulit dikuasi oleh siswa sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pengajarannya disekolah.

Dari hasil evaluasi diri yang dilakukan ada beberapa masalah dalam mempelajari materi bilangan pecahan ini antara lain yaitu mengoperasikan bilangan pecahan, bentuk-bentuk pecahan dan menyelesaikan soal cerita dalam bentuk pemecahan masalah. Pendapat siswa mengenai operasi bilangan pecahan menunjukkan 73% siswa mengalami kesulitan dalam mengubah pecahan biasa kepecahan campuran dan 67,5% siswa sulit mengubah pecahan biasa kepecahan desimal.

(17)

5

Kalau dilihat dari pendapat siswa mengenai usaha siswa untuk mengatasi masalah fobia tersebut tampak menggembirakan karena 35% dapat mengatasi kesulitannya dengan membaca buku panduan, 28% bertanya pada guru dan 55% bertanya pada teman yang dianggap lebih pintar dan 85% siswa dapat bekerja sama dengan baik didalam kelas untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran.

Dari hasil survei peneliti berupa pemberian tes ke siswa kelas VII SMP Al-fattah Medan menunjukkan bahwa tingkat 27,5% siswa dilihat dari aspek psikologis, 25,5% siswa dilihat dari aspek fisiologis, dan 35,5% siswa dilihat dari

aspek sosial dalam menentukan kesimpulan dari beberapa pernyataan bentuk fobia

secara umum dan berkaitan materi bilangan pecahan. Bilangan pecahan merupakan salah satu pokok bahasan disekolah menengah pertama (SMP) kelas VII. Mempelajari bilangan pecahan bukan hanya kemampuan berhitung yang dituntut, tetapi juga kemampuan berfikir atas suatu konsep. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dalam mengoperasikan bilangan pecahan ini disebabkan metode yang kurang baik sehingga menyebabkan rendahya hasil belajar siswa. Untuk itu pembelajaran dengan dengan pendekatan matematika realistik diharapkan akan memberikan cara kepada siswa untuk mengurangi fobia siswa pada pokok materi bilangan pecahan.

(18)

6

Kesulitan pada matematika disebabkan karena pembelajaran matematika kurang bermakna, siswa masih belum aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga pemahaman siswa tentang konsep matematika sangat lemah. Hal ini terjadi karena pembelajaran matematika pada saat ini, pada umumnya siswa menerima begitu saja apa yang disampaikan guru. Padahal pada umumnya siswa telah mengenal ide-ide matematika sejak dini. Siswa memiliki pengalaman belajar, sehingga siswa mempunyai kemampuan untuk berkembang. Dengan demikian, pembelajaran di sekolah akan lebih bermakna jika guru mengkaitkan pengetahuan dengan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Pendekatan realistik mengajak siswa untuk dapat menyukai matematika dengan memperlihatkan siswa cara mempelajari matematika melalui pengalamapn langsung kealam sekitar. Pola pikir siswa dikembangkan dari hal-hal yang bersifat konkrit menuju hal-hal yang bersifat abstark. Aktifitas belajar dilakukan melalui peragaan-peragaan yang melibatkan seluruh panca indra siswa terutama indra penglihatan, indra pendengaran dan indra perabaan. Alat peraga berfungsi untuk menjembatani proses abstraksi dari hal yang bersifat sederhana dan konkrit menuju pembanguna pengetahuan matematika formal dan baku oleh siswa sendiri.

Untuk mengatasi masalah siswa perlu diadakan perubahan cara guru dalam mengajarkan matematika. Dari pembelajaran matematika yang berorientasi pada guru ke pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa. Kemampuan siswa tidak muncul begitu saja dengan penggunaan strategi dan model pembelajaran yang monoton. Untuk itu guru perlu mengembangkan beberapa strategi dan metode pembelajaran yang berbeda untuk tiap topik pembelajaran.

Oleh karena itu, upaya untuk memperbaiki, mengurangi fobia matematika dan meningkatkan hasil matematika siswa perlu dilakukan suatu tindakan. Untuk itu peneliti merasa perlu untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitiannya.

(19)

7

Mengurangi Fobia Siswa melalui Pendekatan Realistik pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP Al-fattah Medan T.A 2013/2014.

1.2. Identifikasi Masalah

Pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Pandangan siswa terhadap sikap otoriter guru yang mengakibatkan siswa fobia.

3. Guru enggan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan materi bilangan pecahan.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang dibatasi pada pembelajaran matematika yang dilaksanakan guru kurang menyenangkan, oleh karena itu masalah dicarikan pendekatan realistik yaitu : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Mengurangi Fobia siswa melalui Pendekatan Realistik pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP Swasta Al-fattah Medan T.A 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bilangan pecahan di kelas VII SMP Al-fattah Medan T.A 2013/2014?

(20)

8

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang di ajar dengan pendekatan realistik pada materi bilangan pecahan di kelas VII SMP Al-fattah Medan T.A 2013/2014.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pendekatan realistik dapat mengurangi fobia siswa terhadap materi bilangan pecahan di kelas VII SMP Al-fattah Medan T.A 2013/2014.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru

Sebagai bahan masukan bagi guru bidang Studi Matematika mengenai pendekatan realistik dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan mengurangi fobia siswa.

2. Bagi Siswa

Dengan menggunakan pendekatan realistik dapat meningkatkan hasil belajar dan mengurangi fobia siswa.

3. Bagi pihak sekolah

Sebagai bahan masukan kepada pengelola sekolah dalam pembinaan dan peningkatan mutu pendidikan.

4. Bagi Orangtua

Sebagai bahan tentang hasil belajar dan fobia yang dimiliki anak selama ini.

5. Bagi Peneliti

(21)

131

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV dapat diambil kesimpulan bahwa :

langkah- langkah pembelajaran PMR dalam bilangan pecahan yaitu:

1. Memberikan motivasi kepada siswa dengan cara menyampaikan keterkaitan ( manfaat ) materi yang akan dipelajari dengan kehidupan nyata sehari-hari.

2. Menyampaikan materi perkalian dan pembagian pecahan melalui contoh nyata dalam kehidupan dengan menampilkan contoh- contoh tersebut melalui power point yang telah dibuat sebelumnya

3. Memberikan analogi penjelasan yang realistis terhadap maksud dari contoh yang telah disajikan tersebut dengan cara mengorganisasikan siswa bekerja secara berpasangan melakukan percobaan sederhana terkait perkalian dan pembagian pecahan bilangan pecahan tersebut sehingga siswa menemukan konsep perkalian dan pembagian pecahan

4. Guru memberikan arahan tentang bagaimana pengerjaan LAS sehingga siswa benar- benar melakukan penyelidikan makna terhadap konsep perkalian dan pembagian pecahan melalui pengerjaan LAS bersama teman kelompoknya.

5. Mengoreksi hasil pekerjaan yang ditampilkan perwakilan kelompok tersebut dan memperbaiki kesalahan pengerjaan sehingga siswa memperoleh pemahaman atas jawaban LKS yang tepat. Menugaskan siswa untuk membuat rangkuman materi yang telah dipelajari.

(22)

132

Adapun kesulitan yang dialami siswa mengikuti pembelajaran PMR dalam materi pelajaran, diantaranya:

1. Ketika melakukan percobaan sederhana secara berpasangan menemukan konsep penjumlahan pecahan, siswa kesulitan mengikuti instruksi/ langkah-langkah percobaan karena kurang paham maksud dari tersebut. 2. Sebagian siswa kesulitan menyesuaikan diri pada saat diskusi dan sulit

menerima pendapat teman sekelompoknya sehingga timbul perdebatan akibatnya hasil diskusi tidak maksimal.

3. Siswa yang lemah daya serapnya kesulitan mengikuti pembelajaran yang berjalan cukup cepat sementara yang pandai mendominasi sehingga muncul rasa minder.

4. Siswa kesulitan membuat rangkuman materi pelajaran yang telah dipelajari karena sebelumnya mereka belum pernah membuat rangkuman setelah selesai menyelesaikan soal.

5. Sebagian siswa tidak mengerti manfaat refleksi sehingga sulit mengeluarkan pendapatnya mengenai pembelajaran yang telah berlangsung.

6. Siswa kesulitan dalam menyamakan penyebut pecahan dan belum mengerti KPK dari dua buah bilangan.

7. Siswa kesulitan menyederhanakan pecahan

8. Siswa kesulitan menjumlahkan/ mengurangkan pecahan campuran

9. Siswa kesulitan dalam membuat kalimat matematika dari soal cerita ke model pecahannya.

3. Pada tes diagnostik nilai rata- rata diperoleh 54,44% yang mencapai ketuntasan

individu nilai ( 65%) sebanyak 11 orang siswa sedangkan 25 orang siswa

(69,4%) belum tuntas ( 65%). Pada tes hasil belajar I 21 siswa (58,3%) telah

(23)

133

tuntas (nilai ( 65%).sehingga diperoleh nilai rata-rata tes hasil belajar I 66,11%.

Pada tes hasil belajar II sebanyak 32 orang siswa (88,9%) telah mencapai

ketuntasan belajar ( 65%) dan 4 orang siswa ( 11,1% ) yang belum

mencapai ketuntasan belajar ((nilai ( 65%). Sehingga nilai rata-rata 72,20.

4. Indikator terbesar yang menyebabkan siswa fobia terhadap pelajaran matematika adalah bersumber dari guru yang otoriter

• Pada hasil angket awal, indikator fobia siswa terbesar terletak pada guru yaitu sebanyak 25 siswa

• Pada hasil angket akhir, indikator fobia siswa terbesar terletak pada guru yang otoriter yaitu sebanyak 15 siswa

5. Dengan menerapkan Pendekatan matematika realistik dapat mengurangi fobia siswa terhadap pelajaran matematika.

• Kategori fobia siswa terhadap pelajaran matematika sebelum dilaksanakan tindakan pembelajaran adalah rendah dengan rata-rata 39,41

• Kategori fobia siswa terhadap pelajaran matematika sesudah dilaksanakan tindakan pembelajaran adalah sangat rendah dengan rata-rata 35,75

• Kategori fobia siswa terhadap pelajaran matematika sesudah dilaksanakan tindakan pembelajaran berkurang sebesar 3,66

6. Ada kaitan antara fobia siswa terhadap pelajaran matematika dengan hasil belajar matematika siswa. Jika fobia siswa terhadap pelajaran matematika berkurang maka hasil belajar matematika siswa akan meningkat.

• Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa siklus I sebesar 58,3% • Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa siklus II sebesar 88,9%

(24)

134

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini , peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada siswa SMP Al-fattah Medan hendaknya berlatih lagi dalam menyelesaikan soal-soal dan berperan aktif dalam pembelajaran dan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide..

2. Guru hendaknya selalu memberikan LKS yang bertujuan melatih siswa dalam memecahkan masalah

3. Kepada Kepala SMP Al-fattah Medan agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menggunakan metode – metode pembelajaran yang lebih relevan yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan hasil belajar dan mengurangi fobia siswa. Salah satunya menggunakan pendekatan

matematika realistik (PMR).

(25)

viii

Halaman

(26)

ii

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 3.1.  Alur kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

Simbiosis komensalisme, merupakan kerja sama di antara mahluk hidup yang mana satu mendapat untung dan yang lain tidak mendapat untung juga tidak

maka Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya Pada Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun Anggaran 2014 mengumumkan Paket tersebut di

tersedia di Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumenstasi Kabupaten Nias Utara memadai dan kurang dengan kebutuhan pengguna serta jumlah buku yang dapat dipinjam juga

2.6 Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended melalui Keteram- pilan Membaca Matematika ... METODE

Untuk itu dalam penulisan ilmiah ini penulis membuat website yang dapat memberikan informasi kepada khalayak ramai yang berhubungan dengan dunia bisnis (e-commerce) yaitu

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Efektivitas Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Depok. Disetujui dan

Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang dan ikan ekor kuning di perairan Kepulauan Seribu secara terpadu dan berkelanjutan yang diusulkan dalam penelitian ini adalah

他们的世界是怎么样呢?首先 们必须了解幼儿的心理发展才 能知道他们的美好世界 因 为了写好 个论文, 读各种各样的 书 因特网 的一些学术论文 觉得,游