• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Dengan Bahan Penghancur Explotab Dan Bahan Pengisi Amilum.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Dengan Bahan Penghancur Explotab Dan Bahan Pengisi Amilum."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya. Bahkan tidak sedikit dokter yang mulai meresepkan obat herbal (Kusuma & Zaky, 2005). Sani et al., (2012) melaporkan bahwa daun kersen menunjukkan adanya kandungan senyawa saponin, tanin, flavonoid, triterpen dan steroid, tetapi tidak menunjukkan adanya alkaloid. Kersen satu-satunya spesies dalam genus Muntingia yang mempunyai banyak manfaat. Daunnya digunakan sebagai infus, antiinflamasi, antipiretik, mengurangi pembengkakan kelenjar prostat, dan dijadikan minuman. Daun kersen yang diekstrak dengan metanol menunjukkan aktivitas antioksida signifikan pada IC50

sebanyak 22µg/mL (Premakumari et al., 2010). Aktivitas antioksidan dihasilkan dari kandungan senyawa fenolik dalam daun kersen (Kuntorini dkk., 2013).

Tablet konvensional dan kapsul merupakan bentuk sediaan yang paling populer di masyarakat. Salah satu kelemahan dari bentuk sediaan tersebut adalah “Disfagia” atau kesulitan dalam menelan bagi banyak pasien, terutama anak-anak dan usia lanjut. Saat ini masih belum banyak penelitian yang melakukan formulasi kersen dalam bentuk sediaan farmasi. Oleh karena itu, ekstrak daun kersen akan diformulasi menjadi bentuk sediaan Fast Disintegrating Tablet (FDT). Fast Disintegrating Tablet adalah bentuk sediaan padat jika diletakkan di lidah, hancur atau cepat larut, melepaskan obat, dalam beberapa detik tanpa perlu air. Akhir-akhir ini permintaan sediaan FDT semakin meningkat di masyarakat dan berkembang pesat dalam industri farmasi. Baru-baru ini sediaan FDT mulai populer, karena mudah dalam penggunaannya dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat(Deepak et al., 2012).

(2)

penyerapan air secara cepat, mengembang sehingga menyebabkan peningkatan volume pada granul yang mengakibatkan terjadinya disintegrasi secara cepat dan seragam. Peningkatan tekanan kompresi tablet tidak berpengaruh pada waktu hancur tablet. Pembuatan tablet berbahan explotab biasanya menggunakan metode kempa langsung atau granulasi basah dengan konsentrasi optimum dalam formulasi adalah 4% (Mangal et al., 2012). Kekurangan explotab yaitu pada konsentrasi tinggi dapat membentuk gel dan hilangnya disintegrasi (Bala et al., 2012).

Bahan pengisi amilum ditambahkan pada formulasi FDT dengan tujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet dan membantu kemudahan dalam pembuatan tablet (Siregar, 2010). Pati (amilum) sebagai bahan pengisi (filler) dan bahan pengikat (binder) dalam pembuatan tablet banyak digunakan dalam bidang industri dan farmasi. Kekurangan pati (amilum) yaitu tidak mempunyai daya alir (fluiditas) dan kompaktibilitas dalam membentuk tablet yang baik (Yusuf et al., 2008). Amilum mempunyai efek lain sebagai pengikat (Hausler, 2009). Konsentrasi kedua bahan tersebut belum diketahui sehingga perlu dioptimasi.

Optimasi dilakukan dengan metode Factorial Design yang bertujuan untuk melihat efek dan interaksi dari kombinasi explotab dan amilum ditinjau dari sifat fisik tablet yang baik, serta didapat formula yang optimum.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum terhadap sifat fisik FDT ekstrak daun kersen?

2. Pada konsentrasi berapa kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum menghasilkan formula optimum ditinjau dari sifat fisik FDT ekstrak daun kersen?

C. Tujuan Penelitian

(3)

2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa didapatkan formula optimum kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum ditinjau dari sifat fisik FDT ekstrak daun kersen.

D. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Kersen (Muntingia calabura. L). Kersen merupakan salah satu tumbuhan berkhasiat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kersen satu-satunya spesies dalam genus Muntingia yang mempunyai banyak manfaat. Salah satunya berkhasiat sebagai antioksidan (Premakumari etal., 2010). Kuntorini dkk (2013) menyebutkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak metanol daun kersen tua lebih kuat dibandingkan daun kersen muda, dengan nilai IC50 ekstrak daun kersen tua sebesar 18,214 ppm. Klasifikasi tanaman kersen dalam taksonomi menurut Tjitrosoepomo (2010), yaitu sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiosperma Kelas : Dicotyledoneae Sub kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Tiliaceae Marga : Muntingia

Jenis : Muntingia calabura L.

Sani et al (2012) melaporkan bahwa daun kersen menunjukkan adanya kandungan senyawa saponin, tanin, flavonoid, triterpen dan steroid, tetapi tidak menunjukkan adanya alkaloid. Daun kersen dapat juga digunakan sebagai obat batuk dan peluruh dahak (Widyaningrum, 2011), infus, antiinflamasi, antipiretik, dan dijadikan minuman (Premakumari etal., 2010).

(4)

tiga hari dan ekstrak dipekatkan. Metanol digunakan sebagai pelarut untuk mengekstrak senyawa yang bersifat polar (Kuntorini dkk., 2013). Lamanya waktu maserasi harus cukup agar dapat memasuki semua rongga dari struktur obat dan melarutkan semua zat yang mudah larut. Untuk ekstraksi yang optimum memerlukan waktu beberapa jam atau beberapa hari, tergantung pada sifat atau ciri campuran obat (Ansel, 1989). Keuntungan dari maserasi adalah peralatan dan cara kerja yang digunakan sederhana serta mudah diusahakan sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan banyak pelarut dan pengerjaannya lama (Depkes, 1986). Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigt, 1984).

3. Fast Disintegrating Tablet (FDT). FDT adalah bentuk sediaan padat jika diletakkan di lidah, hancur atau larut seketika, melepaskan obat, dalam beberapa detik tanpa perlu air (Deepak et al., 2012). Sinonim dari FDT yaitu fast dissolving tablet, mouth dispersible tablet, melt in mouth tablet, rapimelt, porous tablet or

rapidly disintegrating tablet (Patil et al., 2011). FDT baik untuk pasien yang mudah muntah, pasien yang alergi, dan tidak tersedianya air. Ketika obat cepat melarut maka penyerapan obat akan lebih cepat dan cepat timbulnya efek klinis (Deepak et al., 2012). Menurut Bhowmik et al (2009) kelemahan sediaan FDT, yaitu: (1) tablet biasanya memiliki kekuatan mekanik yang cukup (2) tablet dapat meninggalkan rasa yang tidak enak jika tidak diformulasi dengan benar. Kelebihan sediaan FDT antaralain: (1) diminum tanpa air, dimanapun dan kapanpun, (2) baik untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan terutama anak-anak, (3) baik untuk pasien yang mudah muntah, (4) stabilitas obat baik karena obat tetap dalam bentuk sediaan padat.

(5)

granulasi basah antaralain: biaya yang besar karena berkaitan dengan penggunaan ruangan, waktu, dan peralatan yang relatif banyak (Siregar, 2010).

4. Sifat Fisik Granul

a. Uji kecepatan alir. Uji kecepatan alir merupakan pengujian yang sangat penting karena berhubungan dengan keseragaman ruang cetakan yang akan mempengaruhi keseragaman bobot. Uji kecepatan alir menggunakan metode corong. Serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik jika 100 gram serbuk yang diuji mempunyai waktu alir ≤10 detik (kecepatan alir 10 gram/detik). Besar kecilnya lubang corong akan mempengaruhi waktu alir (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013). Uji kecepatan alir dihitung dengan persamaan: V ...(1)

Keterangan: t= waktu alir granul (detik); m= massa granul (gram)

b. Uji pengetapan. Uji pengetapan ditentukan dengan mengukur perubahan volume sejumlah serbuk yang dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL. Serbuk dikatakan dapat mengalir bebas, jika perubahan volume sesudah pengetapan <20 % (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013). Uji pengetapan dihitung dengan persamaan: Indeks pemampatan = ...(2)

Keterangan: Vo= volume sebelum pengetapan; Vt= volume setelah pengetapan

5. Sifat Fisik Tablet

a. Keseragaman Bobot. Keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979), yaitu ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Persyaratan Keseragaman bobot dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan keseragaman bobot tablet menurut Farmakope Indonesia edisi III

Bobot tablet rata-rata Penyimpangan (%) dari bobot tablet rata-rata

A B

25 mg atau kurang 15 30

26 - 150 mg 10 20

151 - 300 mg 7,5 15

>300 mg 5 10

CV = ...(3)

(6)

b. Kekerasan. Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti benturan, keretakan selama pengemasan, penyimpanan, transfortasi, dan sampai ke tangan pengguna. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Kekerasan FDT adalah 2,56-3,55 kg (Madan et al., 2009).

c. Kerapuhan. Kerapuhan merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet. Semakin besar nilai persentase kerapuhan, semakin besar massa tablet yang hilang. Kerapuhan tablet yang baik bila hasilnya kurang dari 0,8% (Hadisoewignyo & Fudholi, 2013). Kerapuhan FDT adalah tidak boleh lebih dari 1% (Ratnakar & Prajapati, 2011).

%Kerapuhan = %...(4)

d. Waktu Hancur. Uji waktu hancur tidak dapat mewakili kondisi dalam mulut maka uji waktu hancur dilakukan dengan cara meletakkan tablet di tengah cawan petri (diameter 10 cm) yang berisi 10 mL air. Waktu dihitung mulai dari meletakkan tablet sampai tablet hancur sempurna (Mangal et al., 2012).

6. Optimasi Model Desain Faktorial. Factorial design merupakan teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Desain faktorial digunakan untuk menentukan secara simulasi efak dari beberapa faktor dan interaksinya yang signifikan. Persamaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktorial menggunakan konsentrasi terendah dan tertinggi. Persamaan desain faktorial dengan dua level dan dua faktor:

Y=β0+β1(A)+β2(B)+β12(A)(B)...(5)

Dimana: Y = respon hasil atau yang diamati

(A), (B) = level faktor A dan B nilainya antara -1 sampai +1

β0, β1, β2, β12 = koevisien, dihitung dari hasil percobaan

Konsep percobaan factorial design dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Konsep percobaan factorial design untuk dua level dan dua faktor (Kurniawan & Sulaiman, 2009)

A B Interaksi A dan B

(1) - - +

A + - -

B - + -

AB + + +

(7)

E. Landasan Teori

Ekstrak metanol daun kersen memiliki efek terapi yang baik dalam mengurangi respon nociceptive (respon nyeri) (Zakaria et al., 2014) dan menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat. Aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan oleh bagian daun (Kuntorini dkk., 2013). FDT dimaksudkan untuk hancur atau cepat larut, melepaskan obat dalam beberapa detik ketika diletakkan dilidah. FDT bertujuan untuk merancang bentuk sediaan, bebas dari efek samping dan melepaskan obat dengan segera untuk mencapai kepatuhan pasien yang lebih baik (Deepak et al., 2012).

Kecepatan disintegrasi tablet tidak hanya dipengaruhi bahan penghancur, tetapi juga dipengaruhi bahan pengisi (Siregar, 2010). Bahan pengisi amilum selain berfungsi sebagai pengisi berfungsi juga sebagai disintegran dalam pembuatan tablet sehingga dapat membantu kecepatan disintegrasi (Hausler, 2009). Amilum mempunyai sifat lain sebagai pengikat (Hausler, 2009), untuk menanggulangi sifat tersebut perlu penambahan bahan explotab. Tablet dengan bahan penghancur explotab ketika bersinggungan dengan air, dengan cepat air akan berpenetrasi masuk kedalam pori-pori tablet sehingga mengalami pembengkakan, mengakibatkan lemahnya kerekatan (adhesiveness) dengan bahan lain menyebabkan tablet menjadi hancur (Mangal et al., 2012).

Optimasi dilakukan dengan metode Factorial Design yang bertujuan untuk mengetahui efek dan interaksi terhadap respon (Bolton, 1997). Efek dan interaksi dilihat dari kombinasi bahan penghancur explotab dan bahan pengisi amilum.

F. Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Lansia (Lanjut Usia) ... Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. BAB III METODE

Strategi yang diperoleh antara lain dengan menyinergikan pembiayaan dari lembaga non formal, memanfaatkan nilai strategis PPI Muara Angke dalam mendukung usaha perikanan

Analisis Kesulitan Belajar Siswa. Latar belakang penelitian ini bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Pada umumnya proses belajar mengajar kurang kondusif karena

Dengan hak bebas rovaiti non-ekskiusif iar Urur'ersitas Sebelas Maret berhak menyimpan, mengalihmediakan, mengelolanya dalam bentuk pangkaian data (database),

Informasi seperti data jenis tanah, curah hujan, dan kemiringan lereng digabungkan ( overlay ) dengan SIG, informasi akhir dari proses tersebut akan menghasilkan

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang mana atas Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Karya Tugas Akhir yang berjudul

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Amd pada Program Studi Diploma III Teknik Informatika Universitas Sebelas

Sumber-sumber yang telah dikumpulkan, kemudian peneliti mempelajari mengenai peranan PAS O dalam peristiwa Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta tahun 1948, dari