• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS III SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS III SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL."

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS III SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI

GUNUNGKIDUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Afrilida Nurahmawati NIM 12108241146

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

-PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul

"STIllI

KASUS TENTANG

MOTMSI

BELAJAR SISWA SLOW LEARNER

DI

KELAS

III

SD INKLUSI KAR,A.NGREJEK 2

WONOSARI GLINLfNGKIDUL" yang disusun oleh Afrilida Nurahmawati, NIM

12108241146 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, Oktcber 20 1 6

Dosen Pernbimbing

Haryani, M.Pd

(3)

SURAT Pf,RNYATAAN

$aya yang bertanda tangan di baw*h ini,

. Afrilida Nurahrnawati :1210824i146

: Peadidikan Guru liekolah Dasar

: Ilmu Pendidikan Nama

NIM

Program Studi

Fakultas

Judul Tugas

Akhir

: STUDI KASLTS TENTANG

MOTMSI

BELAJAR

SIS14,IA SL{}W LgARE,'#tr 1}I KELAS i}T SD INKLUS;

I{A

ANGRIJSK 2

WONGSARI GUNUNGKIDTIL

Dengan

ini

saya menyatakan bahwa skripsi

ini

benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang telah lazirn.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera pada halaman pengesahan adalah asli.

Jika tieiak asU, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode

1, -,-ll, t,-

-uerrKutnya.

Ycgyakaria. i5 Navember ?0i6

YaRg tnenyatakan,

Airil i,ja H urali malvati

MM

1?i*824\146
(4)

PANGESAAAN

Skripsi yang berjudul

"STIIDI

KASUS THNTANG

M*TMSI

BELAJAR SISWA SLOW LEARNER

DI

KELAS

III

SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL" yang disusun oleh Afrilida Nurahmawati, NIM

12108241146 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggai 20

Oktober 2016 dan dinvatakan lulus.

Nama

Haryani, M.Pd.

Dwi Yunairifi, M.Si

N. Praptiningrum., M"Pd

DEWAN PENGUJI

Jabatan

Ketua Penguji

Sekretaris Penguji

Penguji Utama

'**m"

Yogyakarta,

Fakultas ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yo gyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M.Pd.

(5)

v MOTTO

“... Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

( Terjemahan Q.S. Al-Insyirah 6-8)

“Semangat adalah langkah pertama dan utama menuju kesuksesan. Impian besar dapat tercapai bila bermusuhan dengan rasa malas”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Ayahku Sukarsana dan Ibu Nuryanti, yang tak pernah lelah mendukung,

memberi semangat, dan mendoakan.

(7)

vii

STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS III SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI

GUNUNGKIDUL

Oleh

Afrilida Nurahmawati NIM 12108241146

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa

slow learner di kelas III SD Karangrejek 2 Wonosari Gunungkidul.

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subyek Penelitian ini adalah siswa slow learner di kelas III SD Karangrejek 2. Pengumpulan metode pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu guru kelas, siswa slow learner, dan orang tua siswa slow learner. Data dianalisis dengan menggunakan teknis analisis data interactive model mencakup langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Hasil penelitian ini mendeskripsikan motivasi belajar siswa slow learner

dilihat dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik siswa

slow learner yaitu memiliki keinginan untuk berprestasi, memiliki dorongan untuk belajar dengan cara bertanya kepada orang lain ketika kesulitan memahami materi, memiliki cita-cita dan rencana masa depan. Motivasi ekstrinsik siswa slow learner yaitu lebih rajin belajar ketika ada hadiah, lebih rajin belajar dengan kondisi lingkungan yang mendukung untuk belajar, dan lebih rajin belajar dengan kegiatan belajar yang menarik.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat

menyusun Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Studi Kasus Tentang Motivasi Belajar Siswa Slow Learner di Kelas III SD Inklusi Karangrejek 2 Wonosari Gunungkidul”.

Terselesaikannya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1) Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan UNY,

2) Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin penelitian,

3) Haryani, M.Pd, dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan

motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,

4) Kepala SD Karangrejek 2 yang telah memberikan izin tempat penelitian,

5) Emy Gunarti, S.Pd.SD., Guru kelas III A SD Karangrejek 2 yang telah

bersedia bekerja sama dalam melaksanakan penelitian,

6) Bapak/ibu guru dan siswa SD Karangrejek 2 yang telah membantu

pelaksanaan penelitian.

7) Bapak/Ibu dosen FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu selama

(9)

ix

8) semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moral

maupun material dalam penyusunan skripsi ini.

Kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan

demi kesempurnaan skripsi.

Yogyakarta, 15 November 2016 Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Fokus Penelitian ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Motivasi Belajar ... 9

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 9

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 10

3. Indikator Motivasi Belajar ... 12

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 13

(11)

xi

B. Hakikat Siswa Slow Learner ... 22

1. Pengertian Siswa Slow Learner ... 22

2. Karakteristik Siswa Slow Learner ... 24

C. Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneltian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subyek Penelitian ... 30

D. Sumber Data ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Uji Keabsahan Data ... 34

H. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

1. Profil Sekolah ... 37

2. Visi dan Misi Sekolah ... 38

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 39

C. Hasil Penelitian ... 40

D. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 34

Gambar 2. Komponen dalam Teknik Analisis Data (Interactive Model) .. 35

Gambar 3. Naf mengerjakan tugas bersama teman-teman ... 41

Gambar 4. Naf berusaha menyelesaikan tugas pada saat jam istirahat ... 42

Gambar 5. Naf bertanya pada guru tentang cara mencari denyut nadi ... 44

Gambar 6. Suasana kelas III A mendukung kegiatan belajar ... 47

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Transrip Data Hasil Observasi Motivasi Belajar Motivasi

Belajar Siswa Slow Learner ... 60 Lampiran 2. Transkrip Data Hasil Wawancara ... 86

Lampiran 3. Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan ... 97

Lampiran 7. Display Data ... 108

Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 109

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Belajar adalah suatu usaha seseorang untuk memperoleh sesuatu,

sehingga terbentuk perilaku baru menjadi manusia yang lebih baik. Belajar

merupakan perubahan suatu perilaku yang disebabkan karena individu

melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya (Sunaryo Kartadinata,

1998: 57). Perubahan perilaku ini tidak hanya mencakup hasil belajar siswa,

namun juga perubahan yang dipandang bukan sebagai hasil belajar.

Terdapat keterampilan-keterampilan intelektual dasar yang harus

dikuasai oleh siswa dalam belajar antara lain membaca, menulis, dan

berhitung. Keterampilan-keterampilan dasar ini seharusnya telah dikuasai

siswa di jenjang sekolah dasar. Rita Eka Izzaty (2008:103) menjelaskan

tentang salah satu tugas perkembangan siswa pada masa kanak-kanak akhir

yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,

menulis dan berhitung.

Tidak semua siswa dapat mencapai tujuan belajar atau memperoleh

perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Hal ini serupa dengan

pendapat Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 240) yang menjelaskan bahwa

perkembangan belajar siswa tidak selalu lancar dan memberikan hasil yang

diharapkan. Terkadang siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam

belajar. Kesulitan atau hambatan tersebut dapat diartikan dalam berbagai gejala

(16)

2

belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik

terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah. David D. Smith (2009: 71)

mengungkapkan salah satu kesulitan belajar siswa yaitu kesulitan dalam hal

kebahasaan. Siswa yang mempunyai kesulitan belajar menggambarkan

siswa-siswa yang memiliki gangguan dalam perkembangan bahasa, membaca, dan

kemampuan komunikasi. Gangguan dalam membaca dapat disebabkan oleh

inteligensi yang rendah. Seperti yang dijelaskan oleh Mardiati Busono (1988:

307), siswa dengan inteligensi di bawah 80 akan mengalami retardasi

membaca. Siswa tersebut membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat

belajar seperti kemampuan siswa pada umumnya.

Seperti kasus yang ditemui oleh peneliti pada saat observasi. Seorang

siswa kelas tiga sekolah dasar bernama Naf mengalami kesulitan dalam belajar,

terutama dalam aspek membaca. Hal ini menunjukkan bahwa seorang peserta

didik mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan hambatan

untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Sunaryo Kartadinata (1998: 64),

kesulitan belajar termasuk kategori masalah belajar. Masalah belajar adalah

suatu kondisi yang dialami oleh siswa yang menghambat kelancaran proses

belajarnya. Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan

pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan

pengajaran.

Salah satu siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa slow

learner. Siswa slow learner memiliki bakat atau IQ yang kurang memadai

(17)

3

(2013:4) bahwa siswa lamban belajar atau slow learner berada pada taraf

perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85. Keadaan ini dapat berkenaan dengan

keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan juga

dapat berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan atau tidak

mendukung bagi dirinya. Siswa-siswa slow learner tidak hanya terbatas pada

kemampuan akademik, namun juga berkaitan dengan kemampuan-kemampuan

yang lain seperti pada aspek bahasa atau komunikasi, emosi, sosial atau moral.

Siswa slow learner dikategorikan sebagai siswa berkebutuhan khusus.

Hallahan dan Kaufman (dalam Abdul Hadis, 2006: 3) mendefiniskan siswa

berkebutuhan khusus yaitu siswa yang membutuhkan pendidikan dan layanan

khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.

Klasifikasi dari siswa yang dikategorikan sebagai siswa berkebutuhan khusus

yaitu 1) siswa retardasi mental; 2) siswa tidak mampu belajar; 3) siswa dengan

gangguan emosional; 4) siswa dengan gangguan bahasa dan wicara; 5) siswa

dengan kerusakan pendengaran; 6) siswa dengan gangguan atau kerusakan

penglihatan; 7) siswa dengan ketidakmampuan fisik; dan 8) siswa berbakat

(Hallahan dan Kauffman dalam Abdul Hadis, 2006: 6). Berdasarkan pendapat

dari Hallahan dan Kauffman, maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa

slow learner dikategorikan sebagai siswa berkebutuhan khusus dengan

klasifikasi siswa tidak mampu belajar. Siswa berkebutuhan khusus harus

mendapat layanan dan perhatian khusus dari lingkungan sekitar seperti

pendapat di atas, namun pada kasus yang ditemui oleh peneliti, siswa slow

(18)

4

Banyak faktor yang menyebabkan seorang peserta didik mengalami

kesulitan belajar baik dari faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern

meliputi gangguan psiko fisik siswa, antara lain rendahnhya kapasitas

intelektual, ketidakmatangan emosi, kondisi fisik siswa yang tidak sempurna,

motivasi, konsentrasi yang kurang baik, minat, dan rasa minat, dan rasa

percaya diri siswa. Faktor ekstern berasal dari lingkungan sekitar siswa seperti

perhatian orang tua, fasilitas belajar, dan keadaan ekonomi (Nana Syaodih

Sukmadinata, 2004:162).

Penjelasan Sukmadinata di atas menunjukkan bahwa motivasi

mempengaruhi prestasi belajar siswa atau menjadi alasan mengapa siswa

mengalami kesulitan belajar. Salah satunya motivasi belajar yang diartikan

sebagai dorongan dalam diri manusia yang menimbulkan kegiatan belajar.

Motivasi belajar apabila dilihat dari sumbernya dapat dibedakan

menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

merupakan motivasi yang berasal dari diri siswa, sedangkan motivasi ekstrinsik

merupakan motivasi yang berasal dari lingkungna siswa. Apabila siswa

memiliki motivasi belajar, maka siswa akan menunjukkan berbagai perilaku

antara lain memiliki keterlibatan yang tinggi dalam belajar baik secara

kehadiran maupun secara afektif atau perasaan dan adanya upaya siswa untuk

selalu menjaga agar selalu termotivasi (Rita Eka Izzati, 2008: 78).

Seperti kasus yang peneliti temui, seorang siswa bernama Naf

mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca. Menurut keterangan guru dan

(19)

5

dibandingkan siswa yang lain. Apabila melihat ciri-ciri siswa yang memiliki

motivasi belajar seperti yang diungkapkan oleh peneliti pada paragraf

sebelumnya, Naf menunjukkan perilaku antara lain terlibat penuh dalam

pembelajaran selama di sekolah dalam aspek kehadiran. Pada saat

pembelajaran, Naf mengikuti dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

kelas, namun Naf tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama dan

cenderung mengalihkan perhatian dari pembelajaran dengan mengganggu

teman sebangku.

Tidak ada perlakuan khusus bagi siswa slow learner di sekolah dasar

dimana Naf bersekolah. Guru kelas Naf menjelaskan bahwa beliau

memperlakukan Naf seperti siswa lainnya di dalam kelas. Guru kelas Naf tidak

memberi perlakuan khusus terhadap Naf. Pada saat peneliti melakukan

observasi, guru kelas Naf hanya memberi tambahan waktu pada saat pulang

sekolah ketika Naf belum selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

kelas.

Tinggi rendahnya motivasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiyono (2009: 97), antara lain

cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi

lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan

upaya guru untuk membelajarkan siswa.

Selain slow learner, Naf juga seorang albino, atau seseorang dengan

albinisme. Rod R. Seeley (2008: 101) mendefinisikan albinisme yaitu

(20)

6

Albinisme ditandai dengan kurangnya warna kulit, warna rambut, dan warna

mata. Apabila dilihat dari aspek sosial, Naf tidak memiliki masalah dalam

pergaulan. Keadaan Naf diterima dengan baik oleh teman-teman sekelas Naf.

Naf tetap bermain dengan teman-teman dan tidak merasa minder.

Peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai motivasi belajar Naf.

Peneliti ingin mengetahui motivasi belajar Naf sebagai seorang siswa slow

learner.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Siswa slow learner tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama

sehingga kurang dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.

2. Siswa slow learner cenderung mengalihkan perhatian dari pembelajaran

dengan mengganggu teman sebangku sehingga sering tertinggal oleh

teman-teman dalam menerima pelajaran.

3. Siswa slow learner kurang memiliki semangat yang ditandai dengan

seringnya Naf menunda-nunda pekerjaan sehingga sering tertinggal oleh

teman-teman lain dalam mengerjakan tugas.

C.Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini difokuskan pada

identifikasi masalah yang ketiga yaitu untuk mengetahui motivasi belajar siswa

(21)

7 D.Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana motivasi belajar siswa slow learner di kelas III

SD Karangrejek 2 Wonosari Gunungkidul.

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motivasi

belajar siswa slow learner di kelas III SD Karangrejek 2 Wonosari

Gunungkidul.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan tentang

pendidikan secara umum, khususnya tentang motivasi belajar siswa slow

learner.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai

pihak.

a. Bagi Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang

tua agar dapat mengupayakan motivasi belajar siswa.

b. Bagi Guru dan Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru

dan sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar dengan memperhatikan

(22)

8 G.Batasan Istilah

Perlu ada penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, untuk

tidak menimbulkan adanya perbedaan pengertian. Batasan istilah yang

digunakan diambil dari beberapa pendapat para pakar pada bidangnya, namun

sebagaian ditentukan oleh peneliti dengan maksud untuk kepentingan

penelitian ini. Batasan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.

1. Siswa slow learner yaitu siswa yang memiliki IQ antara 70-90 atau sedikit

di bawah rata-rata dari pada siswa pada umumnya yang memiliki IQ sekitar

90-109.

2. Motivasi Belajar adalah dorongan dalam diri manusia yang menimbulkan

kegiatan belajar berdasarkan tolak ukur kualitas keterlibatan dalam

pembelajaran, semangat, dorongan kebutuhan belajar, konsentrasi, dan

(23)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A.Hakikat Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berarti dorongan atau rangsangan atau daya penggerak

yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan

suatu tindakan atau aktivitas. Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 61)

menjelaskan motivasi sebagai kekuatan dalam diri individu yang

mendorong individu tersebut melakukan kegiatan untuk mencapai suatu

tujuan. Motivasi belajar menurut Sardiman (2006: 75) adalah faktor psikis

yang bersifat non-intelektual. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan

yang diharapkan dapt tercapai oleh subyek belajar. Hal serupa juga

diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:143) bahwa

motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang ada dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan

belajar siswa untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh siswa yang

bersangkutan sebagai subyek belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri manusia yang

(24)

10

kelangsungan kegiatan belajar, memberikan arah dan tujuan dalam belajar,

menciptakan gairah dan semangat dalam belajar.

2. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Jenis-jenis motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang, namun secara umum terdapat dua jenis motivasi belajar yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

a. Motivasi intrinsik.

Motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan

tujuan esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. Sardiman (2006:

86) mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai motif-motif yang menjadi

aktif atau berfungsinya berasal dari diri setiap individu. Dalam diri

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan

tersebut bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan

seseorang untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.

Muhibbin Syah (2005: 136) mengungkapkan motivasi instrinsik

yaitu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang

dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Motivasi

intrinsik dapat berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan

kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita (Hamzah B. Uno, 2013:

23).

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik muncul karena adanya rangsangan dari luar

(25)

11

ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan yang

berasal dari luar. Misalnya seorang siswa memiliki motivasi yang besar

untuk rajin belajar karena akan menghadapi ujian semester dalam waktu

dekat. Muhibbin Syah (2005: 137) menjelaskan motivasi ekstrinsik

adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi ekstrinsik

dapat berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif,

kegiatan belajar yang menarik (Hamzah B. Uno, 2013: 23).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa motivasi belajar secara umum terdiri dari motivasi

internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal merupakan motivasi

yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorong siswa untuk

melakukan kegiatan belajar. Motivasi eksternal adalah motivasi yang

berasal dari luar diri siswa atau lingkungan siswa yang juga dapat

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi

siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta

tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan

mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan

untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif

lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan

(26)

12 3. Indikator Motivasi Belajar

Motivasi belajar berperan untuk menumbuhkan gairah, merasa

senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar,

akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Rita Eka

Izzaty (2008: 78) menjelaskan bahwa motivasi belajar siswa dapat

ditemukan dalam sifat dan perilaku siswa seperti 1) kualitas keterlibatan

siswa dalam belajar sangat tinggi; 2) perasaan dan keterlibatan afektif siswa

yang tinggi dalam belajar; 3) adanya upaya siswa untuk selalu memelihara

atau menjaga agar selalu termotivasi.

Mohammad Asrori (2008: 184) menjelaskan beberapa indikator untuk

mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran,

antara lain 1) memiliki gairah yang tinggi untuk belajar; 2) penuh semangat

dalam mengikuti pembelajaran; 3) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi; 4)

mampu bertindak mandiri ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu;

5) memiliki rasa percaya diri; 6) memiliki daya konsentrasi yang lebih

tinggi; 7) kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi; 8)

memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Hamzah B. Uno (2013: 23) yang

mengklasifikasikan indikator motivasi belajar sebagai berikut: 1) adanya

hasrat atau keinginan untuk berhasil; 2) adanya dorongan dan cita-cita di

masa depan; 3) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 4) adanya

(27)

13

6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka indikator

motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) memiliki

kualitas keterlibatan yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar; 2) selalu

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru; 3) adanya dorongan dan kebutuhan belajar 4) memiliki

daya konsentrasi yang lebih tinggi; dan 5) bertanggung jawab atas tugas

yang diberikan oleh guru.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Seseorang dapat termotivasi oleh banyak faktor. Dimyati dan

Mudjiono (2009: 97) menjelaskan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi

motivasi belajar siswa sebagai berikut.

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti

keinginan belajar berjalan, belajar makan, memperebutkan mainan yang

mereka sukai, membaca, berhitung, dan sebagainya. Keberhasilan

mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan untuk belajar

dengan giat.

Penguatan berupa hadiah atau juga hukuman akan dapat

mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan berubah

menjadi cita-cita. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang sangat

(28)

14

belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita akan memperkuat

motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik.

b. Kemampuan siswa

Motivasi belajar erat kaitannya dengan kemampuan siswa dalam

berbagai aspek. Salah satunya aspek membaca. Keinginan membaca

perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi

huruf-huruf. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah

wawasan dan kekayaan kosa kata siswa. Secara singkat dapat dikatakan

bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk

melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani

mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang keadaan

jasmaninya kurang baik, misalnya sedang sakit akan mengganggu

konsentrasi siswa untuk belajar dan mengikuti pembelajaran. Begitu

juga apabila keadaan rohaninya dalam keadaan yang kurang baik,

misalnya sedang ada masalah di rumahnya, maka siwa akan terganggu

konsentrasinya.

d. Kondisi lingkungan siswa

Kondisi lingkungan dari siswa mempengaruhi motivasi belajar

siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat

tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Kondisi

(29)

15

bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, atau kondisi lingkungan

yang terlalu ramai menyebabkan siswa tidak memiliki semangat dan

motivasi untuk belajar. Sebaliknya, kondisi lingkungan siswa yang

kondusif seperti lingkungan yang sehat, aman, tenteram, dan tenang

akan meningkatkan semangat siswa untuk belajar.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

unsur dalam diri siswa mengalami perubahan.

Unsur-unsur tersebut meliputi dari dalam dalam diri siswa berupa perasaan,

perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran mengalami perubahan.

Unsur-unsur yang berada di luar diri siswa berupa lingkungan dan lingkungan

budaya. Lingkungan siswa meliputi lingkungan alam, lingkungan tempat

tinggal, dan pergaulan mengalami perubahan. Begitu juga dengan

lingkungan budaya siswa yang meliputi surat kabar, majalah, radio,

televisi, dan film juga mengalami perubahan. Semua perubahan unsur

yang terjadi dalam diri siswa maupun di lingkungan sekitar siswa

merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran.

f. Upaya guru untuk membelajarkan siswa

Upaya guru membelajarkan siswa dapat terjadi di sekolah dan di

luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah yaitu meliputi hal-hal

berikut ini.

1) Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah

2) Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti

(30)

16 3) Membina belajar tertib pergaulan

4) Membina belajar tertib di lingkungan sekolah

Eva Latipah (2012: 178) menjelaskan beberapa faktor kognitif yang

dapat mempengaruhi motivasi seperti berikut ini.

a. Minat

Minat adalah suatu bentuk motivasi intrinsik. Terdapat dua jenis

minat yaitu minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional

dipicu oleh sesuatu yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti hal-hal

yang baru, berbeda, dan tidak terduga. Di sisi lain, siswa juga

mempunyai minat pribadi tentang topik-topik yang mereka cari dan

aktivitas yang mereka ikuti. Minat pribadi relatif stabil sepanjang tahun

dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat oleh

siswa.

b. Ekspektasi dan Nilai

Motivasi seseorang untuk mengerjakan sebuah tugas tertentu

tergantung pada dua variabel yang bersifat subyektif. Kedua variabel

tersebut adalah siswa harus memiliki harapan yang tinggi (ekspektasi)

bahwa mereka akan sukses dan yang kedua adalah nilai (value) yaitu keyanikan siswa bahwa ada manfaat langsung dan tidak langsung dalam

pengerjaan sebuah tugas.

c. Tujuan

(31)

17

temporer dan tujuan jangka panjang yang relatif bertahan lebih lama.

Dalam pembelajaran pun juga terdapat berbagai tujuan prestasi antara

lain 1) tujuan penguasaan (mastery goals) yaitu tujuan hasrat untuk memperoleh pengetahuan baru atau menguasai keterampilan baru; 2)

tujuan performa (performace goals) yaitu hasrat untuk menampilkan diri sebagai orang yang kompeten di mata orang lain; 3) tujuan

pendekatan performa (performance-approach goals) yaitu hasrat untuk terlihat baik dan mendapatkan nilai positif di mata orang lain, dan 4)

tujuan penghindaran performa (performance-avoidance goals) yaitu hasrat untuk tidak terlihat berpenampilan buruk atau menerima nilai

negatif dari orang lain.

d. Atribusi

Atribusi (attribution) adalah cara seseorang dalam memandang penyebab (cause) dari suatu hasil. Menurut Weiner (dalam Eva Latipah, 2012: 182) ketika seseorang mengalami kegagalan atau kesuksesan,

seseorang akan mengatribusikannya pada salah satu atau lebih dari

empat penyebab yaitu 1) kemampuan (ability); 2) usaha (effort); 3) tingat kesulitan tugas (task difficulties); atau 4) keberuntungan (lucky). Siswa yang mengatribusikan kegagalan atau kesuksesannya dengan

atribusi usaha (effort) dan strategi akan memiliki motivasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang lebih mengatribusikan

(32)

18 e. Ekspektasi dan Atribusi Guru

Apabila seorang guru memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap

siswa, mereka akan menyajikan materi pelajaran yang lebih banyak dan

topik-topik yang lebih sulit, lebih sering berinteraksi dengan siswa,

memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi siswa untuk merespon,

dan memberikan umpan balik positif dan spesifik.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa terdiri

dari faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang

berasal dari dalam diri siswa meliputi cita-cita atau aspirasi siswa,

kemampuan siswa, kondisi siswa, minat, ekspektasi dan nilai, tujuan

dan atribusi. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari lingkungan

siswa meliputi kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam

belajar dan pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan siswa, dan

ekspektasi dan atribusi guru.

5. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

Ada beberpa usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat

membangkitkan atau meningkatkan motivasi belajar siswa seperti yang

diungkapkan oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2004:71) sebagai berikut.

a. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan. Siswa

akan termotivasi apabila siswa memahami manfaat dari pelajaran yang

(33)

19

b. Memilih materi atau bahan pelajaran yang benar-benar dibutuhkan oleh

siswa. Siswa akan termotivasi dan tertarik untuk belajar apabila siswa

merasa materi atau bahan tersebut mereka butuhkan dalam

kehidupannya. Guru sebaiknya memberi tugas, membimbing,

mengarahkan, dan memberi perlakuan sesuai dengan taraf aspirasi yang

dimiliki siswa (Eva Latipah, 2012: 186).

c. Memilih cara penyajian yang bervariasi sesuai dengan kemampuan

siswa dan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk

berpartisipasi dalam pembelajaran. Metode dan model pembelajaran

yang variatif akan menarik perhatian siswa untuk belajar. Selain itu,

siswa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka dapat melakukan

suatu kegiatan belajar secara langsung.

d. Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara. Sasaran akhir dari

kegiatan belajar siswa adalah lulus dari ujian akhir. Sasaran untuk

menempuh ujian akhir bagi siswa baru merupakan kegiatan yang terlalu

lama. Hal ini juga disampaikan oleh Abin Syamsuddin Makmun (2009:

41) yang menyarankan agar mengadakan pacemaking. Makin dekat pada tujuan sasaran, maka semakin besar motif untuk berusaha. Oleh

karena itu, perlu diadakan kegiatan-kegiatan antara seperti ulangan

harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Dengan

kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk dapat mencapai prestasi

(34)

20

e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk sukses. Guru dapat

memberikan tugas, latihan, pekerjaan rumah, dan sebagainya sesuai

dengan kemampuan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa memperoleh

keberhasilan. Apabila terdapat siswa yang kemampuannya kurang, guru

dapat memberikan tugas yang lebih sederhana atau lebih mudah.

f. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar. Apabila siswa

mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, guru dapat

memberikan bantuan, baik secara langsung oleh guru, maupun memberi

petunjuk kepada siapa siswa tersebut harus meminta bantuan.

g. Memberikan pujian, ganjaran atau hadiah.

h. Penghargaan terhadap pribadi anak.

Abin Syamsuddin Makmun (2009: 41) juga menjelaskan

beberapa cara untuk meningkatkan motivasi kerja dan termasuk

perbuatan belajar sebagai berikut.

a. Hindarkanlah sugesti dan kondisi yang negatif (kurang menunjang dan

menggairahkan).

b. Ciptakan situasi kompetisi yang sehat, baik antar individu dalam

kelompok/kelasnya. Adanya persaingan yang sehat akan meningkatkan

motivasi siswa untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari siswa

yang lainnya. Latipah (2012: 186) menjelaskan tiga jenis kompetisi

yang dapat diterapkan oleh guru yaitu 1) kompetisi antara siswa dengan

(35)

21

kelompok (intra group competition); dan 3) kompetisi antara kelompok (inter group competition).

c. Informasikan hasil kegiatan dan berikan kesempatan kepada individu

atau kelompok yang bersangkutan untuk mendiskusikannya.

Mendiskusikan hasil kegiatan yang telah dilakukan pada pembelajaran

pada hari tersebut akan meningkatkan motivasi siswa untuk terus

berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Eva Latipah

(2012: 187) menjelaskan kegiatan ini sebagai sarana umpan balik

(feedback). Feedback yang diberikan terhadap hasil belajar siswa harus jelas dan berkaitan langsung dengan pencapaian siswa. Pemberian

feedback yang memiliki jeda waktu lama dengan hasil belajar siswa menyebabkan dua dampak negatif yaitu 1) siswa yang melakukan

kesalahan dalam belajar akan tetap melakukan kesalahan yang sama

kecuali siswa mengetahui kesalahan yang dilakukannya; dan 2)

membuat keterkaitan antara perilaku dan akibatnya menjadi kabur.

d. Ganjaran dan hadiah (reward and bonus atau insentif dapat juga diberikan dalam bentuk penghargaan dengan pujian, piagam, fasilitas,

kesempatan, promosi, dan sebagainya). Menurut A. M. Sardiman

(2006: 94) pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik bagi siswa. Bila dipandang mungkin

(36)

22

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan

beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa antara lain 1) menjelaskan manfaat, tujuan, dan sasaran dari kegiatan

pembelajaran; 2) memilih cara penyajian yang bervariasi; 3) informasikan hasil

kegiatan dan berikan kesempatan bagi individu untuk mendiskusikannya; dan

4) memberikan ganjaran/hadiah atau hukuman.

B.Hakikat Siswa Slow Learner 1. Pengertian Siswa Slow Learner

Siswa slow learner memiliki kemampuan di bawah rata-rata siswa seusianya. Menurut Sri Budiyartati (2014: 29), siswa slow learner atau lamban belajar adalah siswa yang memiliki potensi intelektual lebih sedikit

di bawah normal, namun belum dikategorikan sebagai tunagrahita. Kemis

dan Ati Rosnawati (2013: 12) mengungkapkan klasifikasi siswa tunagrahita

untuk keperluan pembelajaran, siswa lamban belajar atau slow learner

berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85.

Siswa slow learner mengalami hambatan dalam beberapa proses seperti berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial. Siswa slow learner membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas baik tugas akademik maupun tugas non

akademik (Dedy Kustawan, 2013: 28). Oleh karena itu, siswa slow learner

memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Hal ini juga diungkapkan oleh

Cooter& Cooter Jr (dalam Nana Triani, 2013: 3) yang mengungkapkan

(37)

23

prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata dari siswa pada

umumnya yang memiliki IQ berkisar antara 90-109. Apabila dilakukan tes

IQ, maka skor siswa slow learner berada di antara 70 dan 90. Sedangkan menurut Toto dalam makalah seminarnya (dalam Triani, 2013: 3)

mengungkapkan bahwa siswa lamban belajar atau slow learner adalah siswa yang memiliki IQ berada pada taraf perbatasan (border line) yaitu antara 70 hingga 85. Klasifikasi lamban belajar dikemukakan oleh Triman Prasadio

(Mumpuniarti, 2007:14) yaitu :

1) retardasi sekolah IQ 86-90

2) borderline IQ 70-85

3) ringan (mild) IQ 50-60

4) sedang (moderate) IQ 36-49

5) berat (severe) IQ 20-30

6) sangat berat IQ 0-19

Klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa siswa slow learner yang masuk kategori borderline berada satu tingkat di atas tunagrahita. Perbedaan yang mendasar antara ketunagrahitaan, lambat belajar (borderline) dan kesulitan belajar terletak pada kemampuan kecerdasannya (Rochyati, 2005:

31).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

(38)

24

memiliki IQ sekitar 90-109. Apabila dilakukan tes IQ, maka skor siswa slow learner berkisar antara 70-90.

2. Karakteristik Siswa Slow Learner

Siswa slow learner memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.

a. Inteligensi

Siswa lamban belajar atau slow learner memiliki IQ di bawah rata-rata yaitu 70- 90 dari aspek inteligensi berdasarkan skala WISC.

Nana Triani (2013:10) mengungkapkan bahwa siswa slow learner

biasanya mengalami masalah pada hampir semua mata pelajaran

terutama yang berkenaan dengan hafalan dan pemahaman. Nilai belajar

siswa slow learner rendah apabila dibandingkan dengan teman-teman di kelasnya. Dedy Kustawan (2013: 29) mengungkapkan bahwa siswa

lamban belajar atau slow learner rata-rata memiliki prestasi yang rendah, sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas daripada

teman-teman seusianya, daya tangkap terhadap pelajaran lambat, dan

tidak naik kelas.

b. Bahasa

Siswa lamban belajar atau slow learner mengalami kesulitan baik dalam bahasa ekspresif atau menyampaikan ide atau gagasan

maupun dalam memahami percakapan orang lain atau bahasa reseptif

(39)

25

aspek bahasa lisan, Cece Wijaya (dalam Mulyadi, 2010: 125)

mengungkapkan bahwa siswa slow learner juga mengalami kesulitan dalam menulis walaupun menggunakan kata-kata mudah dan

sederhana.

c. Lemahnya Kemampuan Konsentrasi

Siswa slow learner memiliki kemampuan konsentrasi yang lemah dan terbatas. Mulyadi (2010: 123) mengatakan bahwa siswa slow learner memiliki perhatian dan konsentrasi yang terbatas. Siswa slow learner kurang memperlihatkan dan bahkan tidak memberikan perhatian terhadap apa yang dan bagaimana pekerjaan tersebut

dikerjakan. G. Lokanadha Reddy (2006: 10) mengungkapkan siswa

slow learner tidak bisa berkonsentrasi lebih dari 30 menit pada saat pembelajaran yang sebagian besar menggunakan penjelasan verbal.

d. Memori

Siswa slow learner memiliki kekuatan memori yang lemah. Flavell dan Wellmen (dalam G. Lokanadha Reddy, 2006: 7)

mendefinisikan memori sebagai rangkaian proses berpikir yang

mencakup mengenal, memanggil kembali, pengetahuan, strategi

berpikir dan metamemori. Siswa slow learner perlu mempelajari suatu materi beberapa kali sebelum dapat memahaminya. Salah satu

penyebab lemahnya memori siswa slow learner adalah karena lemahnya konsentrasi dan perhatian. Hal serupa juga diungkapkan oleh

(40)

26

siswa slow learner memiliki daya lekat (retensi) yang miskin dalam segala bentuk kegiatan belajar. Siswa slow learner membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran, namun cepat

sekali melupakan apa yang telah dipelajari. Anak slow learner lebih banyak menggunakan daya ingat (memori) daripada logika (reasoning). e. Emosi

Siswa lamban belajar atau slow learner memiliki emosi yang kurang stabil dari aspek emosi. Hal ini ditandai dengan cepat marah dan

meledak-ledak, serta sensitif. Siswa slow learner biasanya cepat patah semangat apabila terdapat suatu hal yang membuatnya tertekan atau

melakukan kesalahan (Nana Triani: 2013: 11).

f. Sosial

Nana Triani (2013: 12) mengemukakan bahwa siswa lamban

belajar atau slow learner biasanya kurang baik dalam bersosialisasi. Siswa slow learner sering memilih menjadi pemain pasif atau penonton pada saat bermain atau bahkan menarik diri dari pergaulan. Siswa slow learner lebih senang bermain dengan teman di bawah usianya karena siswa slow learner dapat menggunakan bahasa yang sederhana ketika berkomunikasi. Siswa slow learner juga memiliki ketidakmatangan dalam menjalin hubungan dengan anak seusianya (Rashmi Rekha

(41)

27 g. Moral

Siswa lamban belajar atau slow learner mengetahui aturan yang berlaku, namun siswa slow learner tidak memahami untuk apa peraturan tersebut dibuat. Siswa slow learner sering terlihat melanggar peraturan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan memori mereka yang

terbatas sehingga sering lupa. Oleh karena itu, siswa slow learner

sebaiknya sering diingatkan mengenai aturan tersebut (Nana Triani,

2013: 12)

Mulyadi (2010: 125) menyebutkan beberapa tingkah laku yang

ditunjukkan oleh siswa slow learner seperti berikut ini.

a. Lambat dalam menerima pelajaran, lambat dalam mengelola pelajaran,

lambat dalam membaca, lambat dalam memahami bacaan, lambat

dalam menyelesaikan pekerjaan, dan tugas, dan lambat dalam

memecahkan masalah, dsb.

b. Memiliki perilaku yang tidak produktif dan memiliki kebiasaan yang

tidak baik

c. Kurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi, kurangnya kemampuan

dalam mengingat, kurangnya kemampuan dalam membaca, kurangnya

kemampuan dalam berkomunikasi, kurangnya kemampuan dalam

memimpin, kurangnya kemampuan menyatakan ide atau

mengembangkan pendapat, dsb.

(42)

28 C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hasrat dan keinginan siswa slow learner untuk berprestasi? 2. Bagaimana kebutuhan belajar siswa slow learner ?

3. Bagaimana harapan dan cita-cita akan masa depan siswa slow learner ? 4. Bagaimana penghargaan mempengaruhi belajar siswa slow learner ? 5. Bagaimana siswa slow learner belajar dalam lingkungan yang kondusif ? 6. Bagaimana siswa slow learner belajar dengan kegiatan belajar yang

(43)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian studi kasus. Suharsimi Arikunto (2003: 314) menjelaskan bahwa

pada penelitian studi kasus, peneliti mencoba untuk mencermati individu atau

sebuah unit secara mendalam. Peneliti akan melakukan eksplorasi,

menggambarkan, dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi

terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di

lapangan.

Penerapan dalam penelitian yaitu peneliti berusaha menggambarkan

kegiatan pengumpulan data di lapangan yang dilakukan dengan teknik

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti melakukan eksplorasi,

menggambarkan motivasi belajar siswa slow learner ditinjau dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hasil penelitian kemudian akan dibahas

lebih lanjut secara kualitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Karangrejek 2 yang terletak di Jalan

Baron Km 2, Karangrejek, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Peneliti

(44)

30 C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa bernama Naf. Naf

merupakan siswa kelas III SD Karangrejek 2 Wonosari. Subyek dipilih

karena subyek merupakan seorang siswa slow learner. Naf menunjukkan kurangnya motivasi belajar yang ditandai dengan seringnya Naf

menunda-nunda tugas yg diberikan oleh guru di sekolah sehingga menyebabkan Naf

tertinggal oleh teman-teman lain dalam menyelesaikan tugas. Subyek dalam

penelitian ini sebagai narasumber penelitian.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah narasumber

dan dokumen pendukung. Narasumber yang dipilih oleh peneliti yaitu guru

kelas dan orang tua siswa slow learner. Dokumen pendukung yang dipilih yaitu hasil tes IQ siswa, hasil tes belajar siswa, dan foto.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 220) mendefinisikan observasi

sebagai suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Observasi yang dilakukan secara parsitipatif (participatory observation) yaitu peneliti ikut serta dalam dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

(45)

31

mengamati motivasi siswa slow learner sesuai dengan aspek motivasi belajar.

2. Wawancara

Haris Herdiasyah (2015: 31) mendefinisikan wawancara sebagai

proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih atas

dasar sukarela dan dalam setting alamiah. Dalam melakukan wawancara,

menggunakan pedoman wawancara terseruktur. Menurut Suharsimi

Arikunto (2006: 227) pedoman wawancara terstruktur merupakan

pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai

check-list. Wawancara digunakan untuk mengungkap motivasi belajar siswa slow learner. Wawancara dilakukan kepada subyek, guru kelas II, guru kelas III, dan orang tua subyek. Wawancara dilakukan secara

terstruktur dengan mengacu pedoman wawancara sesuai dengan aspek

motivasi belajar.

3. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2006: 231) menjelaskan bahwa metode

dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda dan sebagainya. Dokumen-dokumen yang dihimpun

dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumentasi dalam

(46)

32 F. Instrumen Penelitian

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka

instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

observasi, pedoman wawancara, dan lembar catatan lapangan.

a. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan untuk membantu peneliti

[image:46.595.134.517.330.620.2]

memperoleh data tentang motivasi belajar siswa slow learner. Kisi-kisi pedoman observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa Slow Learner

No Aspek Motivasi Belajar Indikator

A. Motivasi Intrinsik

1. Hasrat dan keinginan

untuk berhasil

1. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di

sekolah

2. Tidak menunda-nunda pekerjaan

3. Aktif menjawab pertanyaan guru.

4. Mengerjakan PR yang diberikan oleh guru

2. Dorongan kebutuhan

belajar

5. Bertanya kepada guru mengenai materi yang belum

dipahami

6. Meminta bantuan kepada teman apabila kesulitan

mengerjakan tugas

7. Belajar atas kemauannya sendiri

3. Harapan akan cita-cita 8. Memiliki cita-cita di masa depan

9. Memiliki rencana pendidikan dan masa depan

10. Bersemangat dalam mengikuti pembelajaran

B. Motivasi Ekstrinsik

1. Adanya penghargaan 1. Siswa menjawab pertanyaan jika guru memberikan

reward

2. Lingkungan belajar yang

kondusif

2. Siswa belajar di kelas yang nyaman

3. Siswa belajar dengan fasilitas belajar yang lengkap

4. Siswa belajar di lingkungan sekolah yang tenang.

3. Kegiatan belajar yang

menarik

5. Siswa belajar dengan kegiatan belajar yang variatif

6. Siswa belajar dengan media pembelajaran yang

(47)

33 b. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk membantu peneliti dalam

melakukan wawancara terstruktur dengan siswa slow learner, guru kelas, dan orang tua siswa slow learner. Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar

[image:47.595.135.498.274.587.2]

siswa slow learner.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara

No Aspek Motivasi

Belajar

Indikator

A. Motivasi Intrinsik

1. Hasrat dan keinginan

untuk berhasil

1. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di

sekolah

2. Tidak menunda-nunda pekerjaan

3. Aktif menjawab pertanyaan guru.

4. Mengerjakan PR yang diberikan oleh guru

2. Dorongan kebutuhan

belajar

5. Bertanya kepada guru mengenai materi yang

belum dipahami

6. Meminta bantuan teman apabila kesulitan

mengerjakan tugas

3. Harapan akan cita-cita 7. Memiliki cita-cita di masa depan

8. Memiliki rencana pendidikan dan masa depan

9. Bersemangat dalam mengikuti pembelajaran

B. Motivasi Ekstrinsik

1. Adanya penghargaan 7. Siswa menjawab pertanyaan jika guru

memberikan reward

2. Lingkungan belajar

yang kondusif

8. Siswa belajar di kelas yang nyaman

9. Siswa belajar dengan fasilitas belajar yang

lengkap

10. Siswa belajar di lingkungan sekolah yang tenang.

3. Kegiatan belajar yang

menarik

11. Siswa belajar dengan kegiatan belajar yang

variatif

12. Siswa belajar dengan media pembelajaran yang

menarik

c. Lembar catatan lapangan

Bogdan dan Biklen (dalam Lexy J. Moleong, 2012: 209)

menjelaskan catatan lapangan yaitu catatan tertulis tentang apa yang

(48)

34

data dan refleksi terhadap data yang dalam penelitian kualitatif. Proses

ini dilakukan setiap peneliti selesai mengadakan observasi atau

wawancara.

G. Uji Keabsahan Data

Penelitian ini, menggunakan uji kredibilitas. Uji kredibilitas data

dilakukan dengan triangulasi dan bahan referensi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Sugiyono

(2011: 372) menjelaskan triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu.

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu triangulasi

sumber. Triangulasi sumber berarti membadingkan dan mengecek kembali

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh (Lexy J. Moleong, 2012:

330). Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data tentang

“motivasi belajar siswa slow learner” dengan guru, dan orang tua siswa slow

learner. Apabila dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan pengecekan kembali dan diskusi lebih lanjut untuk

mendapatkan data yang benar.

Bahan referensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rekaman

wawancara, catatan lapangan, dan foto-foto. Bahan referensi ini bertujuan

untuk mendukung data yang telah ditemukan oleh peneliti.

(49)

35 H. Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data interactive model. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (2009: 16) mengatakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Teknik analisis data terdiri dari tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah dalam teknik

[image:49.595.132.491.307.421.2]

analisis data interactive model ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Komponen dalam teknik analisis data (interactive model) Langkah-langkah dalam teknik analisis data pada gambar di atas dapat

dijelaskan sebagai berikut.

a. Reduksi Data (data reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dan

membuang yang tidak diperlukan. Data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas (Sugiyono, 2011: 338). Data yang

direduksi adalah data hasil wawancara dan data hasil observasi.

Data Collection

Data Display Data Reduction

(50)

36 b. Penyajian Data (data display)

Data yang telah direduksi, kemudian didisplay atau disajikan.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya (Sugiyono, 2011:341). Penyajian data dalam penelitian ini berupa aspek

motivasi belajar siswa slow learner yang disajikan dalam bentuk bagan.

c. Verifikasi (Conclusion Drawing)

Langkah ketiga dari teknik analisis data Model Matthew B. Miles

dan A. Michael Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan dapat menjawab rumusan

masalah yang telah dirumuskan sejak awal oleh peneliti (Sugiyono, 2011:

345). Pada penelitian ini, peneliti menemukan deskripsi atau gambaran

(51)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah

Peneliti mengambil tempat penelitian yaitu di SD Karangrejek II.

SD N Karangrejek berlokasi di Jalan Baron Km 1,5 desa Karangrejek,

Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa

Yogyakarta. SD N Karangrejek II Wonosari terletak di tepi jalan raya

sehingga sangat strategis. Lingkungan SD N Karangrejek II Wonosari

cukup tenang dan mendukung untuk proses pembelajaran. SDN

Karangrejek II dikepalai oleh bapak Sum.

SD N Karangrejek II Wonosari merupakan salah satu sekolah

dasar yang sudah menyelenggarakan pendidikan inklusi di Gunungkidul.

Jumlah guru di SD Karangrejek II berjumlah 17 orang dengan rincian,

guru PNS berjumlah 11 orang dan guru GTT berjumlah 6 orang. Tenaga

kependidikan di SD N Karangrejek II berjumlah 3 orang. Seluruh tingkat

kelas berjumlah dua rombongan belajar kecuali kelas IV yang hanya ada

satu rombongan belajar. Di SD Karangrejek II terdapat 12 ruang kelas.

Pembelajaran di SD Karangrejek II sudah menerapkan Kurikulum 2013

dan buku-bukunya sudah lengkap.

Secara fisik, gedung SD Karangrejek II Wonosari sudah bagus.

(52)

38

tempat bermain siswa. Seluruh ruang kelas juga nyaman untuk belajar.

Di dalam kelas terdapat fasilitas belajar antara lain LCD, media belajar,

alat-alat untuk menggambar dan sarana pendukung yaitu kipas angin.

Penataan taman di SD Karangrejek II sudah cukup bagus.

2. Visi dan Misi Sekolah

SD N Karangrejek II mempunyai visi, misi dan tujuan sekolah

yang hendak dicapai sebagai lembaga pendidikan yang bertugas

mendidik generasi penerus bangsa. Berdasarkan profil sekolah, SD N

Karangrejek 2 mempunyai visi yaitu “Terwujudnya Insan Cerdas,

Unggul, Berbudaya, Iman dan Taqwa. Untuk mencapai visi tersebut, SD

N Karangrejek 2 mempunyai misi yaitu :

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan pendekatan

Scientifik.

b. Melaksanakan pembelajran BTA secara mandiri maupun

pembimbingan

c. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler wajib maupun pilihan

d. Mengoptimalkan pendidikan karakter dan budaya dalam proses

pembelajaran dan bimbingan

e. Mengembangkan minat, bakat, dan potensi melalui kegiatan

pembiasaan, kewirausahaan dalam proses pembelajaran dan

bimbingan.

f. Mengembangkan sikap “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun

(53)

39

g. Melaksanakan pelayanan prima dalam membangun citra sekolah

terhadap warga masyarakat dan dinas terkait.

h. Responsif terhadap perubahan, jujur, dan profesional dalam

pengelolaan.

SD N Karangrejek 2 juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai

pada tahun pelajaran 2015/2016, yaitu menghasilkan lulusan sebagai

berikut.

a. Mampu membaca Al-Qur’an/Al-Kitab dengan baik dan benar dan

mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Memperoleh Nilai Ujian Sekolah rata-rata 80

c. Peringkat 10 besar Prestasi Akademik/Ujian Sekolah di Tingkat UPT

TK/SD Kecamatan Wonosari

d. Mampu melaksanakan ajaran agamanya secara tertib, baik di sekolah,

maupun di rumah

e. Mampu melaksankan kebiasaan hidup bersih, sehat, tertib, di sekolah

dan di masyarakat

f. Mampu berkomunikasi secara ramah, dan sopan santun

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu Naf. Naf adalah siswa kelas III di

SD Karangrejek 2 Wonosari. Naf merupakan anak kedua dari dua bersaudara.

Naf tinggal bersama orang tua, kakak laki-laki, dan nenek. Alasan peneliti

memilih Naf sebagai subyek penelitian adalah karena Naf memiliki

(54)

40

waktu yang lebih lama untuk memahami materi dibandingkan teman-teman

sekelas.

Naf adalah seorang albino atau seseorang dengan albinisme. Secara

umum Naf merupakan anak yang ceria seperti anak-anak seusianya. Naf

mempunyai rasa percaya diri. Naf selalu mengobrol dengan teman-teman saat

istirahat. Naf terlihat tidak mempermasalahkan keadaan dirinya.

Naf selalu memperhatikan penjelasan guru dalam pembelajaran,

namun Naf membutuhkan pendamping khusus dalam pelajaran karena Naf

sering meninggalkan tugas dan harus beberapa kali diingatkan oleh guru.

Peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang motivasi Naf dalam belajar.

C. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Juli hingga 2 September 2016 di

SD N Karangrejek 2 Wonosari, Gunungkidul. Penelitian dilakukan dengan

observasi dan wawancara dengan subyek penelitian dan sumber data yaitu

guru kelas dan orang tua subyek.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan

data terkait dengan motivasi belajar siswa slow learner di SD N Karangrejek 2. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk

mendapatkan data tersebut yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh peneliti.

(55)

41 1. Hasrat dan keinginan untuk berhasil

Naf mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru pada saat

pembelajaran. Naf berusaha menyelesaikan tugas meskipun Naf mudah

terpengaruh oleh teman. Naf harus diingatkan beberapa kali oleh guru

karena sering meninggalkan tugasnya dan mengobrol bersama teman. Hal

ini juga diungkapkan oleh guru kelas Naf sebelumnya di kelas II yaitu ibu

An. Ibu An mengatakan ...”kalau teman-teman Naf mengerjakan, Naf

langsung ikut mengerjakan. Tapi kalau teman-teman Naf sudah selesai itu

[image:55.595.230.470.332.471.2]

biasanya Naf ikut mengobrol dengan teman-teman.”... (Lamp : 5 hal 118 )

Gambar 3. Naf mengerjakan tugas bersama teman-teman Sumber : Dokumentasi Peneliti

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Naf berusaha

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru namun Naf sering

menunda-nunda pekerjaannya. Akibatnya, Naf sering tertinggal oleh

teman-temannya. Namun Naf selalu berusaha menyelesaikan tugasnya meskipun

telah tertinggal oleh teman-temannya. Ketika teman-temannya mulai

(56)
[image:56.595.230.469.84.263.2]

42

Gambar 4. Naf berusaha menyelesaikan tugas pada saat jam istirahat.

Sumber : Dokumentasi peneliti.

Naf juga selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Naf

mengerjakan PR mata pelajaran Basa Jawa. Seperti yang diungkapkan

oleh orang tua Naf ...”kalau dapat PR ya dikerjakan. Pokoknya kalau

belum selesai ya masih dikerjakan sampai selesai.” (Lamp: 5 hal. 124)

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa Naf selalu berusaha untuk

menyelesaikan PR meskipun orang tua Naf mengungkapkan bahwa Naf

pernah lupa mengerjakan PR karena kelelahan setelah bermain bersama

teman.

Naf juga beberapa kali menjawab pertanyaan dari guru. Ketika

guru mengajukan pertanyaan lisan secara kolektif, Naf mau menjawab

meskipun jawaban Naf kurang tepat. Hal ini juga diungkapkan oleh guru

kelas Naf ...”kalau secara lisan dia sering menjawab, walaupun

(57)

43

menjawab itu tinggi.” (Lamp: 5 hal 119). Dari penjelasan tersebut dapat

dipahami bahwa Naf berusaha menjawab pertanyaan guru.

Naf termasuk anak yang rajin dan disiplin. Guru kelas Naf

mengungkapkan bahwa Naf tidak pernah bolos sekolah dan tidak pernah

terlambat datang ke sekolah. Naf selalu berpakaian rapi dan selalu

mengikuti aturan yang ada di sekolah. Dari penjelasan tersebut dapat

dipahami bahwa Naf memiliki keinginan untuk belajar di sekolah.

2. Dorongan Kebutuhan Belajar

Naf berusaha mencari tahu ketika Naf tidak memahami suatu

materi atau perintah guru, dengan maju dan bertanya kepada guru kelas.

Hal ini juga diungkapkan oleh guru kelas Naf ...”misalnya Naf belum

paham suatu pelajaran atau pertanyaan, Naf maju lalu bertanya langsung

pada saya. Naf membawa buku lalu bertanya.” (Lamp: 5 hal. 119). Naf

juga bertanya kepada orang tuanya ketika kesulitan memahami materi

atau kesulitan mengerjakan PR. Seperti yang diungkapkan oleh orang tua

Naf bahwa Naf meminta bantuan dari ibu ketika kesulitan mengerjakan

PR (Lamp: 5 hal. 125). Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa

Naf selalu berusaha untuk dapat memahami materi dan berusaha

menyelesaikan PR dengan bertanya pada guru kelas, teman-teman, dan

(58)
[image:58.595.186.483.85.249.2]

44

Gambar 5. Naf bertanya pada guru tentang cara mencari denyut nadi.

Sumber : Dokumentasi Peneliti

Naf masih perlu didampingi dan diingatkan oleh orang lain untuk

masalah belajar. Hal tersebut diungkapkan oleh orang tua Naf ...”kalau

tidak didampingi lalu keluyuran, naik sepeda, bermain, biasanya seperti

itu.” (Lamp: 5 hal. 126). Naf juga mengatakan bahwa Naf harus disuruh

untuk belajar. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa Naf belum

bisa mandiri dalam belajar dan mengerjakan PR.

3. Har

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa Slow Learner
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara
Gambar 2. Komponen dalam teknik analisis data (interactive model)
Gambar 3. Naf mengerjakan tugas bersama teman-teman Sumber : Dokumentasi Peneliti
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adanya hubungan yang signifikan antara peran PPL sebagai konsultan dengan tingkat kemampuan anggota menunjukkan bahwa kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh penyuluh

ANGLE ( lq0?) mendefinisilan klas lll maloklu5i sebagai stlatu leadaall dirnana lerdapat mesioklusi gigi ntolar bawah terhadap gigi Molar Atas dan dalanl hal ini tidak

Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan dilakukan menurut (Moprhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016) dan (Bulechek, Butcher, Dochterman, &

Internship ialah peringkat transisi profesional yang bertujuan untuk mengaitkan pengalaman amalan profesional pelajar dengan tugas guru permulaan.

Arti dari posisi keuangan yang dimaksud adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan; 2) Laporan laba rugi,

Oleh karena itu arah kebijakan pemerintah c.q Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen Agama dalam peningkatan mutu pendidikan pada masa yang akan datang

Pada siklus I berdasarkan perhitungan dari lembar observasi aktivitas guru dan kreativitas belajar siswa pada pendekatan saintifik, skor perolehan aktivitas guru sebesar