STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS III SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI
GUNUNGKIDUL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Afrilida Nurahmawati NIM 12108241146
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
-PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul
"STIllI
KASUS TENTANGMOTMSI
BELAJAR SISWA SLOW LEARNERDI
KELASIII
SD INKLUSI KAR,A.NGREJEK 2WONOSARI GLINLfNGKIDUL" yang disusun oleh Afrilida Nurahmawati, NIM
12108241146 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, Oktcber 20 1 6
Dosen Pernbimbing
Haryani, M.Pd
SURAT Pf,RNYATAAN
$aya yang bertanda tangan di baw*h ini,
. Afrilida Nurahrnawati :1210824i146
: Peadidikan Guru liekolah Dasar
: Ilmu Pendidikan Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Judul Tugas
Akhir
: STUDI KASLTS TENTANGMOTMSI
BELAJARSIS14,IA SL{}W LgARE,'#tr 1}I KELAS i}T SD INKLUS;
I{A
ANGRIJSK 2WONGSARI GUNUNGKIDTIL
Dengan
ini
saya menyatakan bahwa skripsiini
benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata penulisan karya ilmiah yang telah lazirn.Tanda tangan dosen penguji yang tertera pada halaman pengesahan adalah asli.
Jika tieiak asU, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode
1, -,-ll, t,-
-uerrKutnya.
Ycgyakaria. i5 Navember ?0i6
YaRg tnenyatakan,
Airil i,ja H urali malvati
MM
1?i*824\146PANGESAAAN
Skripsi yang berjudul
"STIIDI
KASUS THNTANGM*TMSI
BELAJAR SISWA SLOW LEARNERDI
KELASIII
SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL" yang disusun oleh Afrilida Nurahmawati, NIM12108241146 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggai 20
Oktober 2016 dan dinvatakan lulus.
Nama
Haryani, M.Pd.
Dwi Yunairifi, M.Si
N. Praptiningrum., M"Pd
DEWAN PENGUJI
Jabatan
Ketua Penguji
Sekretaris Penguji
Penguji Utama
'**m"
Yogyakarta,
Fakultas ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yo gyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M.Pd.
v MOTTO
“... Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain,
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
( Terjemahan Q.S. Al-Insyirah 6-8)
“Semangat adalah langkah pertama dan utama menuju kesuksesan. Impian besar dapat tercapai bila bermusuhan dengan rasa malas”
vi
PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini ku persembahkan untuk :
1. Ayahku Sukarsana dan Ibu Nuryanti, yang tak pernah lelah mendukung,
memberi semangat, dan mendoakan.
vii
STUDI KASUS TENTANG MOTIVASI BELAJAR SISWA SLOW LEARNER DI KELAS III SD INKLUSI KARANGREJEK 2 WONOSARI
GUNUNGKIDUL
Oleh
Afrilida Nurahmawati NIM 12108241146
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan motivasi belajar siswa
slow learner di kelas III SD Karangrejek 2 Wonosari Gunungkidul.
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subyek Penelitian ini adalah siswa slow learner di kelas III SD Karangrejek 2. Pengumpulan metode pada penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu guru kelas, siswa slow learner, dan orang tua siswa slow learner. Data dianalisis dengan menggunakan teknis analisis data interactive model mencakup langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan motivasi belajar siswa slow learner
dilihat dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik siswa
slow learner yaitu memiliki keinginan untuk berprestasi, memiliki dorongan untuk belajar dengan cara bertanya kepada orang lain ketika kesulitan memahami materi, memiliki cita-cita dan rencana masa depan. Motivasi ekstrinsik siswa slow learner yaitu lebih rajin belajar ketika ada hadiah, lebih rajin belajar dengan kondisi lingkungan yang mendukung untuk belajar, dan lebih rajin belajar dengan kegiatan belajar yang menarik.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat
menyusun Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “Studi Kasus Tentang Motivasi Belajar Siswa Slow Learner di Kelas III SD Inklusi Karangrejek 2 Wonosari Gunungkidul”.
Terselesaikannya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan UNY,
2) Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan izin penelitian,
3) Haryani, M.Pd, dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan
motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini,
4) Kepala SD Karangrejek 2 yang telah memberikan izin tempat penelitian,
5) Emy Gunarti, S.Pd.SD., Guru kelas III A SD Karangrejek 2 yang telah
bersedia bekerja sama dalam melaksanakan penelitian,
6) Bapak/ibu guru dan siswa SD Karangrejek 2 yang telah membantu
pelaksanaan penelitian.
7) Bapak/Ibu dosen FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu selama
ix
8) semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moral
maupun material dalam penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan
demi kesempurnaan skripsi.
Yogyakarta, 15 November 2016 Penulis
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Fokus Penelitian ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Batasan Istilah ... 8
BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Motivasi Belajar ... 9
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 9
2. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 10
3. Indikator Motivasi Belajar ... 12
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 13
xi
B. Hakikat Siswa Slow Learner ... 22
1. Pengertian Siswa Slow Learner ... 22
2. Karakteristik Siswa Slow Learner ... 24
C. Pertanyaan Penelitian ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneltian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
C. Subyek Penelitian ... 30
D. Sumber Data ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Instrumen Penelitian ... 32
G. Uji Keabsahan Data ... 34
H. Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37
1. Profil Sekolah ... 37
2. Visi dan Misi Sekolah ... 38
B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 39
C. Hasil Penelitian ... 40
D. Pembahasan ... 49
BAB V KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
xii
DAFTAR TABEL
hal
xiii
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ... 34
Gambar 2. Komponen dalam Teknik Analisis Data (Interactive Model) .. 35
Gambar 3. Naf mengerjakan tugas bersama teman-teman ... 41
Gambar 4. Naf berusaha menyelesaikan tugas pada saat jam istirahat ... 42
Gambar 5. Naf bertanya pada guru tentang cara mencari denyut nadi ... 44
Gambar 6. Suasana kelas III A mendukung kegiatan belajar ... 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Transrip Data Hasil Observasi Motivasi Belajar Motivasi
Belajar Siswa Slow Learner ... 60 Lampiran 2. Transkrip Data Hasil Wawancara ... 86
Lampiran 3. Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan ... 97
Lampiran 7. Display Data ... 108
Lampiran 8. Catatan Lapangan ... 109
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu usaha seseorang untuk memperoleh sesuatu,
sehingga terbentuk perilaku baru menjadi manusia yang lebih baik. Belajar
merupakan perubahan suatu perilaku yang disebabkan karena individu
melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya (Sunaryo Kartadinata,
1998: 57). Perubahan perilaku ini tidak hanya mencakup hasil belajar siswa,
namun juga perubahan yang dipandang bukan sebagai hasil belajar.
Terdapat keterampilan-keterampilan intelektual dasar yang harus
dikuasai oleh siswa dalam belajar antara lain membaca, menulis, dan
berhitung. Keterampilan-keterampilan dasar ini seharusnya telah dikuasai
siswa di jenjang sekolah dasar. Rita Eka Izzaty (2008:103) menjelaskan
tentang salah satu tugas perkembangan siswa pada masa kanak-kanak akhir
yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung.
Tidak semua siswa dapat mencapai tujuan belajar atau memperoleh
perubahan tingkah laku sebagaimana yang diharapkan. Hal ini serupa dengan
pendapat Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 240) yang menjelaskan bahwa
perkembangan belajar siswa tidak selalu lancar dan memberikan hasil yang
diharapkan. Terkadang siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam
belajar. Kesulitan atau hambatan tersebut dapat diartikan dalam berbagai gejala
2
belajar lambat, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik
terhadap pelajaran, guru ataupun sekolah. David D. Smith (2009: 71)
mengungkapkan salah satu kesulitan belajar siswa yaitu kesulitan dalam hal
kebahasaan. Siswa yang mempunyai kesulitan belajar menggambarkan
siswa-siswa yang memiliki gangguan dalam perkembangan bahasa, membaca, dan
kemampuan komunikasi. Gangguan dalam membaca dapat disebabkan oleh
inteligensi yang rendah. Seperti yang dijelaskan oleh Mardiati Busono (1988:
307), siswa dengan inteligensi di bawah 80 akan mengalami retardasi
membaca. Siswa tersebut membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat
belajar seperti kemampuan siswa pada umumnya.
Seperti kasus yang ditemui oleh peneliti pada saat observasi. Seorang
siswa kelas tiga sekolah dasar bernama Naf mengalami kesulitan dalam belajar,
terutama dalam aspek membaca. Hal ini menunjukkan bahwa seorang peserta
didik mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan hambatan
untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Sunaryo Kartadinata (1998: 64),
kesulitan belajar termasuk kategori masalah belajar. Masalah belajar adalah
suatu kondisi yang dialami oleh siswa yang menghambat kelancaran proses
belajarnya. Masalah belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan
pengajaran, karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan
pengajaran.
Salah satu siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah siswa slow
learner. Siswa slow learner memiliki bakat atau IQ yang kurang memadai
3
(2013:4) bahwa siswa lamban belajar atau slow learner berada pada taraf
perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85. Keadaan ini dapat berkenaan dengan
keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan juga
dapat berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan atau tidak
mendukung bagi dirinya. Siswa-siswa slow learner tidak hanya terbatas pada
kemampuan akademik, namun juga berkaitan dengan kemampuan-kemampuan
yang lain seperti pada aspek bahasa atau komunikasi, emosi, sosial atau moral.
Siswa slow learner dikategorikan sebagai siswa berkebutuhan khusus.
Hallahan dan Kaufman (dalam Abdul Hadis, 2006: 3) mendefiniskan siswa
berkebutuhan khusus yaitu siswa yang membutuhkan pendidikan dan layanan
khusus untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna.
Klasifikasi dari siswa yang dikategorikan sebagai siswa berkebutuhan khusus
yaitu 1) siswa retardasi mental; 2) siswa tidak mampu belajar; 3) siswa dengan
gangguan emosional; 4) siswa dengan gangguan bahasa dan wicara; 5) siswa
dengan kerusakan pendengaran; 6) siswa dengan gangguan atau kerusakan
penglihatan; 7) siswa dengan ketidakmampuan fisik; dan 8) siswa berbakat
(Hallahan dan Kauffman dalam Abdul Hadis, 2006: 6). Berdasarkan pendapat
dari Hallahan dan Kauffman, maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa
slow learner dikategorikan sebagai siswa berkebutuhan khusus dengan
klasifikasi siswa tidak mampu belajar. Siswa berkebutuhan khusus harus
mendapat layanan dan perhatian khusus dari lingkungan sekitar seperti
pendapat di atas, namun pada kasus yang ditemui oleh peneliti, siswa slow
4
Banyak faktor yang menyebabkan seorang peserta didik mengalami
kesulitan belajar baik dari faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor intern
meliputi gangguan psiko fisik siswa, antara lain rendahnhya kapasitas
intelektual, ketidakmatangan emosi, kondisi fisik siswa yang tidak sempurna,
motivasi, konsentrasi yang kurang baik, minat, dan rasa minat, dan rasa
percaya diri siswa. Faktor ekstern berasal dari lingkungan sekitar siswa seperti
perhatian orang tua, fasilitas belajar, dan keadaan ekonomi (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2004:162).
Penjelasan Sukmadinata di atas menunjukkan bahwa motivasi
mempengaruhi prestasi belajar siswa atau menjadi alasan mengapa siswa
mengalami kesulitan belajar. Salah satunya motivasi belajar yang diartikan
sebagai dorongan dalam diri manusia yang menimbulkan kegiatan belajar.
Motivasi belajar apabila dilihat dari sumbernya dapat dibedakan
menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
merupakan motivasi yang berasal dari diri siswa, sedangkan motivasi ekstrinsik
merupakan motivasi yang berasal dari lingkungna siswa. Apabila siswa
memiliki motivasi belajar, maka siswa akan menunjukkan berbagai perilaku
antara lain memiliki keterlibatan yang tinggi dalam belajar baik secara
kehadiran maupun secara afektif atau perasaan dan adanya upaya siswa untuk
selalu menjaga agar selalu termotivasi (Rita Eka Izzati, 2008: 78).
Seperti kasus yang peneliti temui, seorang siswa bernama Naf
mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca. Menurut keterangan guru dan
5
dibandingkan siswa yang lain. Apabila melihat ciri-ciri siswa yang memiliki
motivasi belajar seperti yang diungkapkan oleh peneliti pada paragraf
sebelumnya, Naf menunjukkan perilaku antara lain terlibat penuh dalam
pembelajaran selama di sekolah dalam aspek kehadiran. Pada saat
pembelajaran, Naf mengikuti dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
kelas, namun Naf tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama dan
cenderung mengalihkan perhatian dari pembelajaran dengan mengganggu
teman sebangku.
Tidak ada perlakuan khusus bagi siswa slow learner di sekolah dasar
dimana Naf bersekolah. Guru kelas Naf menjelaskan bahwa beliau
memperlakukan Naf seperti siswa lainnya di dalam kelas. Guru kelas Naf tidak
memberi perlakuan khusus terhadap Naf. Pada saat peneliti melakukan
observasi, guru kelas Naf hanya memberi tambahan waktu pada saat pulang
sekolah ketika Naf belum selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
kelas.
Tinggi rendahnya motivasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti yang diungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiyono (2009: 97), antara lain
cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi
lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran, dan
upaya guru untuk membelajarkan siswa.
Selain slow learner, Naf juga seorang albino, atau seseorang dengan
albinisme. Rod R. Seeley (2008: 101) mendefinisikan albinisme yaitu
6
Albinisme ditandai dengan kurangnya warna kulit, warna rambut, dan warna
mata. Apabila dilihat dari aspek sosial, Naf tidak memiliki masalah dalam
pergaulan. Keadaan Naf diterima dengan baik oleh teman-teman sekelas Naf.
Naf tetap bermain dengan teman-teman dan tidak merasa minder.
Peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai motivasi belajar Naf.
Peneliti ingin mengetahui motivasi belajar Naf sebagai seorang siswa slow
learner.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Siswa slow learner tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama
sehingga kurang dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa slow learner cenderung mengalihkan perhatian dari pembelajaran
dengan mengganggu teman sebangku sehingga sering tertinggal oleh
teman-teman dalam menerima pelajaran.
3. Siswa slow learner kurang memiliki semangat yang ditandai dengan
seringnya Naf menunda-nunda pekerjaan sehingga sering tertinggal oleh
teman-teman lain dalam mengerjakan tugas.
C.Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini difokuskan pada
identifikasi masalah yang ketiga yaitu untuk mengetahui motivasi belajar siswa
7 D.Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana motivasi belajar siswa slow learner di kelas III
SD Karangrejek 2 Wonosari Gunungkidul.
E.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan motivasi
belajar siswa slow learner di kelas III SD Karangrejek 2 Wonosari
Gunungkidul.
F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan tentang
pendidikan secara umum, khususnya tentang motivasi belajar siswa slow
learner.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai
pihak.
a. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi orang
tua agar dapat mengupayakan motivasi belajar siswa.
b. Bagi Guru dan Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru
dan sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar dengan memperhatikan
8 G.Batasan Istilah
Perlu ada penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, untuk
tidak menimbulkan adanya perbedaan pengertian. Batasan istilah yang
digunakan diambil dari beberapa pendapat para pakar pada bidangnya, namun
sebagaian ditentukan oleh peneliti dengan maksud untuk kepentingan
penelitian ini. Batasan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut.
1. Siswa slow learner yaitu siswa yang memiliki IQ antara 70-90 atau sedikit
di bawah rata-rata dari pada siswa pada umumnya yang memiliki IQ sekitar
90-109.
2. Motivasi Belajar adalah dorongan dalam diri manusia yang menimbulkan
kegiatan belajar berdasarkan tolak ukur kualitas keterlibatan dalam
pembelajaran, semangat, dorongan kebutuhan belajar, konsentrasi, dan
9
BAB II KAJIAN TEORI
A.Hakikat Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berarti dorongan atau rangsangan atau daya penggerak
yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan
suatu tindakan atau aktivitas. Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 61)
menjelaskan motivasi sebagai kekuatan dalam diri individu yang
mendorong individu tersebut melakukan kegiatan untuk mencapai suatu
tujuan. Motivasi belajar menurut Sardiman (2006: 75) adalah faktor psikis
yang bersifat non-intelektual. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang diharapkan dapt tercapai oleh subyek belajar. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:143) bahwa
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang ada dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan
belajar siswa untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh siswa yang
bersangkutan sebagai subyek belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam diri manusia yang
10
kelangsungan kegiatan belajar, memberikan arah dan tujuan dalam belajar,
menciptakan gairah dan semangat dalam belajar.
2. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Jenis-jenis motivasi belajar dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, namun secara umum terdapat dua jenis motivasi belajar yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri dengan
tujuan esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. Sardiman (2006:
86) mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya berasal dari diri setiap individu. Dalam diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dorongan
tersebut bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan
seseorang untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
Muhibbin Syah (2005: 136) mengungkapkan motivasi instrinsik
yaitu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
dapat mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Motivasi
intrinsik dapat berupa hasrat dan keinginan untuk berhasil, dorongan
kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita (Hamzah B. Uno, 2013:
23).
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik muncul karena adanya rangsangan dari luar
11
ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan yang
berasal dari luar. Misalnya seorang siswa memiliki motivasi yang besar
untuk rajin belajar karena akan menghadapi ujian semester dalam waktu
dekat. Muhibbin Syah (2005: 137) menjelaskan motivasi ekstrinsik
adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi ekstrinsik
dapat berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif,
kegiatan belajar yang menarik (Hamzah B. Uno, 2013: 23).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa motivasi belajar secara umum terdiri dari motivasi
internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal merupakan motivasi
yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mendorong siswa untuk
melakukan kegiatan belajar. Motivasi eksternal adalah motivasi yang
berasal dari luar diri siswa atau lingkungan siswa yang juga dapat
mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi
siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta
tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan
mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif
lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan
12 3. Indikator Motivasi Belajar
Motivasi belajar berperan untuk menumbuhkan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar,
akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Rita Eka
Izzaty (2008: 78) menjelaskan bahwa motivasi belajar siswa dapat
ditemukan dalam sifat dan perilaku siswa seperti 1) kualitas keterlibatan
siswa dalam belajar sangat tinggi; 2) perasaan dan keterlibatan afektif siswa
yang tinggi dalam belajar; 3) adanya upaya siswa untuk selalu memelihara
atau menjaga agar selalu termotivasi.
Mohammad Asrori (2008: 184) menjelaskan beberapa indikator untuk
mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran,
antara lain 1) memiliki gairah yang tinggi untuk belajar; 2) penuh semangat
dalam mengikuti pembelajaran; 3) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi; 4)
mampu bertindak mandiri ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu;
5) memiliki rasa percaya diri; 6) memiliki daya konsentrasi yang lebih
tinggi; 7) kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi; 8)
memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Hamzah B. Uno (2013: 23) yang
mengklasifikasikan indikator motivasi belajar sebagai berikut: 1) adanya
hasrat atau keinginan untuk berhasil; 2) adanya dorongan dan cita-cita di
masa depan; 3) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 4) adanya
13
6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seorang siswa dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka indikator
motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1) memiliki
kualitas keterlibatan yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar; 2) selalu
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru; 3) adanya dorongan dan kebutuhan belajar 4) memiliki
daya konsentrasi yang lebih tinggi; dan 5) bertanggung jawab atas tugas
yang diberikan oleh guru.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Seseorang dapat termotivasi oleh banyak faktor. Dimyati dan
Mudjiono (2009: 97) menjelaskan unsur-unsur yang dapat mempengaruhi
motivasi belajar siswa sebagai berikut.
a. Cita-cita atau aspirasi siswa
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti
keinginan belajar berjalan, belajar makan, memperebutkan mainan yang
mereka sukai, membaca, berhitung, dan sebagainya. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan untuk belajar
dengan giat.
Penguatan berupa hadiah atau juga hukuman akan dapat
mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan berubah
menjadi cita-cita. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu yang sangat
14
belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Cita-cita akan memperkuat
motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik.
b. Kemampuan siswa
Motivasi belajar erat kaitannya dengan kemampuan siswa dalam
berbagai aspek. Salah satunya aspek membaca. Keinginan membaca
perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan bunyi
huruf-huruf. Keberhasilan membaca suatu buku bacaan akan menambah
wawasan dan kekayaan kosa kata siswa. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang siswa yang keadaan
jasmaninya kurang baik, misalnya sedang sakit akan mengganggu
konsentrasi siswa untuk belajar dan mengikuti pembelajaran. Begitu
juga apabila keadaan rohaninya dalam keadaan yang kurang baik,
misalnya sedang ada masalah di rumahnya, maka siwa akan terganggu
konsentrasinya.
d. Kondisi lingkungan siswa
Kondisi lingkungan dari siswa mempengaruhi motivasi belajar
siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat
tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Kondisi
15
bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, atau kondisi lingkungan
yang terlalu ramai menyebabkan siswa tidak memiliki semangat dan
motivasi untuk belajar. Sebaliknya, kondisi lingkungan siswa yang
kondusif seperti lingkungan yang sehat, aman, tenteram, dan tenang
akan meningkatkan semangat siswa untuk belajar.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
unsur dalam diri siswa mengalami perubahan.
Unsur-unsur tersebut meliputi dari dalam dalam diri siswa berupa perasaan,
perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran mengalami perubahan.
Unsur-unsur yang berada di luar diri siswa berupa lingkungan dan lingkungan
budaya. Lingkungan siswa meliputi lingkungan alam, lingkungan tempat
tinggal, dan pergaulan mengalami perubahan. Begitu juga dengan
lingkungan budaya siswa yang meliputi surat kabar, majalah, radio,
televisi, dan film juga mengalami perubahan. Semua perubahan unsur
yang terjadi dalam diri siswa maupun di lingkungan sekitar siswa
merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran.
f. Upaya guru untuk membelajarkan siswa
Upaya guru membelajarkan siswa dapat terjadi di sekolah dan di
luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah yaitu meliputi hal-hal
berikut ini.
1) Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah
2) Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti
16 3) Membina belajar tertib pergaulan
4) Membina belajar tertib di lingkungan sekolah
Eva Latipah (2012: 178) menjelaskan beberapa faktor kognitif yang
dapat mempengaruhi motivasi seperti berikut ini.
a. Minat
Minat adalah suatu bentuk motivasi intrinsik. Terdapat dua jenis
minat yaitu minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional
dipicu oleh sesuatu yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti hal-hal
yang baru, berbeda, dan tidak terduga. Di sisi lain, siswa juga
mempunyai minat pribadi tentang topik-topik yang mereka cari dan
aktivitas yang mereka ikuti. Minat pribadi relatif stabil sepanjang tahun
dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat oleh
siswa.
b. Ekspektasi dan Nilai
Motivasi seseorang untuk mengerjakan sebuah tugas tertentu
tergantung pada dua variabel yang bersifat subyektif. Kedua variabel
tersebut adalah siswa harus memiliki harapan yang tinggi (ekspektasi)
bahwa mereka akan sukses dan yang kedua adalah nilai (value) yaitu keyanikan siswa bahwa ada manfaat langsung dan tidak langsung dalam
pengerjaan sebuah tugas.
c. Tujuan
17
temporer dan tujuan jangka panjang yang relatif bertahan lebih lama.
Dalam pembelajaran pun juga terdapat berbagai tujuan prestasi antara
lain 1) tujuan penguasaan (mastery goals) yaitu tujuan hasrat untuk memperoleh pengetahuan baru atau menguasai keterampilan baru; 2)
tujuan performa (performace goals) yaitu hasrat untuk menampilkan diri sebagai orang yang kompeten di mata orang lain; 3) tujuan
pendekatan performa (performance-approach goals) yaitu hasrat untuk terlihat baik dan mendapatkan nilai positif di mata orang lain, dan 4)
tujuan penghindaran performa (performance-avoidance goals) yaitu hasrat untuk tidak terlihat berpenampilan buruk atau menerima nilai
negatif dari orang lain.
d. Atribusi
Atribusi (attribution) adalah cara seseorang dalam memandang penyebab (cause) dari suatu hasil. Menurut Weiner (dalam Eva Latipah, 2012: 182) ketika seseorang mengalami kegagalan atau kesuksesan,
seseorang akan mengatribusikannya pada salah satu atau lebih dari
empat penyebab yaitu 1) kemampuan (ability); 2) usaha (effort); 3) tingat kesulitan tugas (task difficulties); atau 4) keberuntungan (lucky). Siswa yang mengatribusikan kegagalan atau kesuksesannya dengan
atribusi usaha (effort) dan strategi akan memiliki motivasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang lebih mengatribusikan
18 e. Ekspektasi dan Atribusi Guru
Apabila seorang guru memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap
siswa, mereka akan menyajikan materi pelajaran yang lebih banyak dan
topik-topik yang lebih sulit, lebih sering berinteraksi dengan siswa,
memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi siswa untuk merespon,
dan memberikan umpan balik positif dan spesifik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa terdiri
dari faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa meliputi cita-cita atau aspirasi siswa,
kemampuan siswa, kondisi siswa, minat, ekspektasi dan nilai, tujuan
dan atribusi. Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari lingkungan
siswa meliputi kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur dinamis dalam
belajar dan pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan siswa, dan
ekspektasi dan atribusi guru.
5. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Ada beberpa usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat
membangkitkan atau meningkatkan motivasi belajar siswa seperti yang
diungkapkan oleh Nana Syaodih Sukmadinata (2004:71) sebagai berikut.
a. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan. Siswa
akan termotivasi apabila siswa memahami manfaat dari pelajaran yang
19
b. Memilih materi atau bahan pelajaran yang benar-benar dibutuhkan oleh
siswa. Siswa akan termotivasi dan tertarik untuk belajar apabila siswa
merasa materi atau bahan tersebut mereka butuhkan dalam
kehidupannya. Guru sebaiknya memberi tugas, membimbing,
mengarahkan, dan memberi perlakuan sesuai dengan taraf aspirasi yang
dimiliki siswa (Eva Latipah, 2012: 186).
c. Memilih cara penyajian yang bervariasi sesuai dengan kemampuan
siswa dan memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran. Metode dan model pembelajaran
yang variatif akan menarik perhatian siswa untuk belajar. Selain itu,
siswa akan termotivasi untuk belajar apabila mereka dapat melakukan
suatu kegiatan belajar secara langsung.
d. Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara. Sasaran akhir dari
kegiatan belajar siswa adalah lulus dari ujian akhir. Sasaran untuk
menempuh ujian akhir bagi siswa baru merupakan kegiatan yang terlalu
lama. Hal ini juga disampaikan oleh Abin Syamsuddin Makmun (2009:
41) yang menyarankan agar mengadakan pacemaking. Makin dekat pada tujuan sasaran, maka semakin besar motif untuk berusaha. Oleh
karena itu, perlu diadakan kegiatan-kegiatan antara seperti ulangan
harian, ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Dengan
kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk dapat mencapai prestasi
20
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk sukses. Guru dapat
memberikan tugas, latihan, pekerjaan rumah, dan sebagainya sesuai
dengan kemampuan siswa. Hal ini dilakukan agar siswa memperoleh
keberhasilan. Apabila terdapat siswa yang kemampuannya kurang, guru
dapat memberikan tugas yang lebih sederhana atau lebih mudah.
f. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar. Apabila siswa
mengalami kesulitan atau hambatan dalam belajar, guru dapat
memberikan bantuan, baik secara langsung oleh guru, maupun memberi
petunjuk kepada siapa siswa tersebut harus meminta bantuan.
g. Memberikan pujian, ganjaran atau hadiah.
h. Penghargaan terhadap pribadi anak.
Abin Syamsuddin Makmun (2009: 41) juga menjelaskan
beberapa cara untuk meningkatkan motivasi kerja dan termasuk
perbuatan belajar sebagai berikut.
a. Hindarkanlah sugesti dan kondisi yang negatif (kurang menunjang dan
menggairahkan).
b. Ciptakan situasi kompetisi yang sehat, baik antar individu dalam
kelompok/kelasnya. Adanya persaingan yang sehat akan meningkatkan
motivasi siswa untuk mendapatkan nilai yang lebih baik dari siswa
yang lainnya. Latipah (2012: 186) menjelaskan tiga jenis kompetisi
yang dapat diterapkan oleh guru yaitu 1) kompetisi antara siswa dengan
21
kelompok (intra group competition); dan 3) kompetisi antara kelompok (inter group competition).
c. Informasikan hasil kegiatan dan berikan kesempatan kepada individu
atau kelompok yang bersangkutan untuk mendiskusikannya.
Mendiskusikan hasil kegiatan yang telah dilakukan pada pembelajaran
pada hari tersebut akan meningkatkan motivasi siswa untuk terus
berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilannya. Eva Latipah
(2012: 187) menjelaskan kegiatan ini sebagai sarana umpan balik
(feedback). Feedback yang diberikan terhadap hasil belajar siswa harus jelas dan berkaitan langsung dengan pencapaian siswa. Pemberian
feedback yang memiliki jeda waktu lama dengan hasil belajar siswa menyebabkan dua dampak negatif yaitu 1) siswa yang melakukan
kesalahan dalam belajar akan tetap melakukan kesalahan yang sama
kecuali siswa mengetahui kesalahan yang dilakukannya; dan 2)
membuat keterkaitan antara perilaku dan akibatnya menjadi kabur.
d. Ganjaran dan hadiah (reward and bonus atau insentif dapat juga diberikan dalam bentuk penghargaan dengan pujian, piagam, fasilitas,
kesempatan, promosi, dan sebagainya). Menurut A. M. Sardiman
(2006: 94) pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik bagi siswa. Bila dipandang mungkin
22
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan
beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa antara lain 1) menjelaskan manfaat, tujuan, dan sasaran dari kegiatan
pembelajaran; 2) memilih cara penyajian yang bervariasi; 3) informasikan hasil
kegiatan dan berikan kesempatan bagi individu untuk mendiskusikannya; dan
4) memberikan ganjaran/hadiah atau hukuman.
B.Hakikat Siswa Slow Learner 1. Pengertian Siswa Slow Learner
Siswa slow learner memiliki kemampuan di bawah rata-rata siswa seusianya. Menurut Sri Budiyartati (2014: 29), siswa slow learner atau lamban belajar adalah siswa yang memiliki potensi intelektual lebih sedikit
di bawah normal, namun belum dikategorikan sebagai tunagrahita. Kemis
dan Ati Rosnawati (2013: 12) mengungkapkan klasifikasi siswa tunagrahita
untuk keperluan pembelajaran, siswa lamban belajar atau slow learner
berada pada taraf perbatasan (borderline) dengan IQ 70-85.
Siswa slow learner mengalami hambatan dalam beberapa proses seperti berpikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial. Siswa slow learner membutuhkan waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas baik tugas akademik maupun tugas non
akademik (Dedy Kustawan, 2013: 28). Oleh karena itu, siswa slow learner
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Hal ini juga diungkapkan oleh
Cooter& Cooter Jr (dalam Nana Triani, 2013: 3) yang mengungkapkan
23
prestasi belajar rendah atau sedikit di bawah rata-rata dari siswa pada
umumnya yang memiliki IQ berkisar antara 90-109. Apabila dilakukan tes
IQ, maka skor siswa slow learner berada di antara 70 dan 90. Sedangkan menurut Toto dalam makalah seminarnya (dalam Triani, 2013: 3)
mengungkapkan bahwa siswa lamban belajar atau slow learner adalah siswa yang memiliki IQ berada pada taraf perbatasan (border line) yaitu antara 70 hingga 85. Klasifikasi lamban belajar dikemukakan oleh Triman Prasadio
(Mumpuniarti, 2007:14) yaitu :
1) retardasi sekolah IQ 86-90
2) borderline IQ 70-85
3) ringan (mild) IQ 50-60
4) sedang (moderate) IQ 36-49
5) berat (severe) IQ 20-30
6) sangat berat IQ 0-19
Klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa siswa slow learner yang masuk kategori borderline berada satu tingkat di atas tunagrahita. Perbedaan yang mendasar antara ketunagrahitaan, lambat belajar (borderline) dan kesulitan belajar terletak pada kemampuan kecerdasannya (Rochyati, 2005:
31).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan
24
memiliki IQ sekitar 90-109. Apabila dilakukan tes IQ, maka skor siswa slow learner berkisar antara 70-90.
2. Karakteristik Siswa Slow Learner
Siswa slow learner memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari beberapa aspek berikut.
a. Inteligensi
Siswa lamban belajar atau slow learner memiliki IQ di bawah rata-rata yaitu 70- 90 dari aspek inteligensi berdasarkan skala WISC.
Nana Triani (2013:10) mengungkapkan bahwa siswa slow learner
biasanya mengalami masalah pada hampir semua mata pelajaran
terutama yang berkenaan dengan hafalan dan pemahaman. Nilai belajar
siswa slow learner rendah apabila dibandingkan dengan teman-teman di kelasnya. Dedy Kustawan (2013: 29) mengungkapkan bahwa siswa
lamban belajar atau slow learner rata-rata memiliki prestasi yang rendah, sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas daripada
teman-teman seusianya, daya tangkap terhadap pelajaran lambat, dan
tidak naik kelas.
b. Bahasa
Siswa lamban belajar atau slow learner mengalami kesulitan baik dalam bahasa ekspresif atau menyampaikan ide atau gagasan
maupun dalam memahami percakapan orang lain atau bahasa reseptif
25
aspek bahasa lisan, Cece Wijaya (dalam Mulyadi, 2010: 125)
mengungkapkan bahwa siswa slow learner juga mengalami kesulitan dalam menulis walaupun menggunakan kata-kata mudah dan
sederhana.
c. Lemahnya Kemampuan Konsentrasi
Siswa slow learner memiliki kemampuan konsentrasi yang lemah dan terbatas. Mulyadi (2010: 123) mengatakan bahwa siswa slow learner memiliki perhatian dan konsentrasi yang terbatas. Siswa slow learner kurang memperlihatkan dan bahkan tidak memberikan perhatian terhadap apa yang dan bagaimana pekerjaan tersebut
dikerjakan. G. Lokanadha Reddy (2006: 10) mengungkapkan siswa
slow learner tidak bisa berkonsentrasi lebih dari 30 menit pada saat pembelajaran yang sebagian besar menggunakan penjelasan verbal.
d. Memori
Siswa slow learner memiliki kekuatan memori yang lemah. Flavell dan Wellmen (dalam G. Lokanadha Reddy, 2006: 7)
mendefinisikan memori sebagai rangkaian proses berpikir yang
mencakup mengenal, memanggil kembali, pengetahuan, strategi
berpikir dan metamemori. Siswa slow learner perlu mempelajari suatu materi beberapa kali sebelum dapat memahaminya. Salah satu
penyebab lemahnya memori siswa slow learner adalah karena lemahnya konsentrasi dan perhatian. Hal serupa juga diungkapkan oleh
26
siswa slow learner memiliki daya lekat (retensi) yang miskin dalam segala bentuk kegiatan belajar. Siswa slow learner membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari dan menerangkan pelajaran, namun cepat
sekali melupakan apa yang telah dipelajari. Anak slow learner lebih banyak menggunakan daya ingat (memori) daripada logika (reasoning). e. Emosi
Siswa lamban belajar atau slow learner memiliki emosi yang kurang stabil dari aspek emosi. Hal ini ditandai dengan cepat marah dan
meledak-ledak, serta sensitif. Siswa slow learner biasanya cepat patah semangat apabila terdapat suatu hal yang membuatnya tertekan atau
melakukan kesalahan (Nana Triani: 2013: 11).
f. Sosial
Nana Triani (2013: 12) mengemukakan bahwa siswa lamban
belajar atau slow learner biasanya kurang baik dalam bersosialisasi. Siswa slow learner sering memilih menjadi pemain pasif atau penonton pada saat bermain atau bahkan menarik diri dari pergaulan. Siswa slow learner lebih senang bermain dengan teman di bawah usianya karena siswa slow learner dapat menggunakan bahasa yang sederhana ketika berkomunikasi. Siswa slow learner juga memiliki ketidakmatangan dalam menjalin hubungan dengan anak seusianya (Rashmi Rekha
27 g. Moral
Siswa lamban belajar atau slow learner mengetahui aturan yang berlaku, namun siswa slow learner tidak memahami untuk apa peraturan tersebut dibuat. Siswa slow learner sering terlihat melanggar peraturan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan memori mereka yang
terbatas sehingga sering lupa. Oleh karena itu, siswa slow learner
sebaiknya sering diingatkan mengenai aturan tersebut (Nana Triani,
2013: 12)
Mulyadi (2010: 125) menyebutkan beberapa tingkah laku yang
ditunjukkan oleh siswa slow learner seperti berikut ini.
a. Lambat dalam menerima pelajaran, lambat dalam mengelola pelajaran,
lambat dalam membaca, lambat dalam memahami bacaan, lambat
dalam menyelesaikan pekerjaan, dan tugas, dan lambat dalam
memecahkan masalah, dsb.
b. Memiliki perilaku yang tidak produktif dan memiliki kebiasaan yang
tidak baik
c. Kurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi, kurangnya kemampuan
dalam mengingat, kurangnya kemampuan dalam membaca, kurangnya
kemampuan dalam berkomunikasi, kurangnya kemampuan dalam
memimpin, kurangnya kemampuan menyatakan ide atau
mengembangkan pendapat, dsb.
28 C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana hasrat dan keinginan siswa slow learner untuk berprestasi? 2. Bagaimana kebutuhan belajar siswa slow learner ?
3. Bagaimana harapan dan cita-cita akan masa depan siswa slow learner ? 4. Bagaimana penghargaan mempengaruhi belajar siswa slow learner ? 5. Bagaimana siswa slow learner belajar dalam lingkungan yang kondusif ? 6. Bagaimana siswa slow learner belajar dengan kegiatan belajar yang
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian studi kasus. Suharsimi Arikunto (2003: 314) menjelaskan bahwa
pada penelitian studi kasus, peneliti mencoba untuk mencermati individu atau
sebuah unit secara mendalam. Peneliti akan melakukan eksplorasi,
menggambarkan, dengan tujuan untuk dapat menerangkan dan memprediksi
terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di
lapangan.
Penerapan dalam penelitian yaitu peneliti berusaha menggambarkan
kegiatan pengumpulan data di lapangan yang dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti melakukan eksplorasi,
menggambarkan motivasi belajar siswa slow learner ditinjau dari motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Hasil penelitian kemudian akan dibahas
lebih lanjut secara kualitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Karangrejek 2 yang terletak di Jalan
Baron Km 2, Karangrejek, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Peneliti
30 C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa bernama Naf. Naf
merupakan siswa kelas III SD Karangrejek 2 Wonosari. Subyek dipilih
karena subyek merupakan seorang siswa slow learner. Naf menunjukkan kurangnya motivasi belajar yang ditandai dengan seringnya Naf
menunda-nunda tugas yg diberikan oleh guru di sekolah sehingga menyebabkan Naf
tertinggal oleh teman-teman lain dalam menyelesaikan tugas. Subyek dalam
penelitian ini sebagai narasumber penelitian.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah narasumber
dan dokumen pendukung. Narasumber yang dipilih oleh peneliti yaitu guru
kelas dan orang tua siswa slow learner. Dokumen pendukung yang dipilih yaitu hasil tes IQ siswa, hasil tes belajar siswa, dan foto.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Nana Syaodih Sukmadinata (2010: 220) mendefinisikan observasi
sebagai suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi yang dilakukan secara parsitipatif (participatory observation) yaitu peneliti ikut serta dalam dalam kegiatan yang sedang berlangsung.
31
mengamati motivasi siswa slow learner sesuai dengan aspek motivasi belajar.
2. Wawancara
Haris Herdiasyah (2015: 31) mendefinisikan wawancara sebagai
proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih atas
dasar sukarela dan dalam setting alamiah. Dalam melakukan wawancara,
menggunakan pedoman wawancara terseruktur. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 227) pedoman wawancara terstruktur merupakan
pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai
check-list. Wawancara digunakan untuk mengungkap motivasi belajar siswa slow learner. Wawancara dilakukan kepada subyek, guru kelas II, guru kelas III, dan orang tua subyek. Wawancara dilakukan secara
terstruktur dengan mengacu pedoman wawancara sesuai dengan aspek
motivasi belajar.
3. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2006: 231) menjelaskan bahwa metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda dan sebagainya. Dokumen-dokumen yang dihimpun
dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumentasi dalam
32 F. Instrumen Penelitian
Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka
instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
observasi, pedoman wawancara, dan lembar catatan lapangan.
a. Pedoman observasi
Pedoman observasi digunakan untuk membantu peneliti
[image:46.595.134.517.330.620.2]memperoleh data tentang motivasi belajar siswa slow learner. Kisi-kisi pedoman observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi Motivasi Belajar Siswa Slow Learner
No Aspek Motivasi Belajar Indikator
A. Motivasi Intrinsik
1. Hasrat dan keinginan
untuk berhasil
1. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di
sekolah
2. Tidak menunda-nunda pekerjaan
3. Aktif menjawab pertanyaan guru.
4. Mengerjakan PR yang diberikan oleh guru
2. Dorongan kebutuhan
belajar
5. Bertanya kepada guru mengenai materi yang belum
dipahami
6. Meminta bantuan kepada teman apabila kesulitan
mengerjakan tugas
7. Belajar atas kemauannya sendiri
3. Harapan akan cita-cita 8. Memiliki cita-cita di masa depan
9. Memiliki rencana pendidikan dan masa depan
10. Bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
B. Motivasi Ekstrinsik
1. Adanya penghargaan 1. Siswa menjawab pertanyaan jika guru memberikan
reward
2. Lingkungan belajar yang
kondusif
2. Siswa belajar di kelas yang nyaman
3. Siswa belajar dengan fasilitas belajar yang lengkap
4. Siswa belajar di lingkungan sekolah yang tenang.
3. Kegiatan belajar yang
menarik
5. Siswa belajar dengan kegiatan belajar yang variatif
6. Siswa belajar dengan media pembelajaran yang
33 b. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk membantu peneliti dalam
melakukan wawancara terstruktur dengan siswa slow learner, guru kelas, dan orang tua siswa slow learner. Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar
[image:47.595.135.498.274.587.2]siswa slow learner.
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara
No Aspek Motivasi
Belajar
Indikator
A. Motivasi Intrinsik
1. Hasrat dan keinginan
untuk berhasil
1. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di
sekolah
2. Tidak menunda-nunda pekerjaan
3. Aktif menjawab pertanyaan guru.
4. Mengerjakan PR yang diberikan oleh guru
2. Dorongan kebutuhan
belajar
5. Bertanya kepada guru mengenai materi yang
belum dipahami
6. Meminta bantuan teman apabila kesulitan
mengerjakan tugas
3. Harapan akan cita-cita 7. Memiliki cita-cita di masa depan
8. Memiliki rencana pendidikan dan masa depan
9. Bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
B. Motivasi Ekstrinsik
1. Adanya penghargaan 7. Siswa menjawab pertanyaan jika guru
memberikan reward
2. Lingkungan belajar
yang kondusif
8. Siswa belajar di kelas yang nyaman
9. Siswa belajar dengan fasilitas belajar yang
lengkap
10. Siswa belajar di lingkungan sekolah yang tenang.
3. Kegiatan belajar yang
menarik
11. Siswa belajar dengan kegiatan belajar yang
variatif
12. Siswa belajar dengan media pembelajaran yang
menarik
c. Lembar catatan lapangan
Bogdan dan Biklen (dalam Lexy J. Moleong, 2012: 209)
menjelaskan catatan lapangan yaitu catatan tertulis tentang apa yang
34
data dan refleksi terhadap data yang dalam penelitian kualitatif. Proses
ini dilakukan setiap peneliti selesai mengadakan observasi atau
wawancara.
G. Uji Keabsahan Data
Penelitian ini, menggunakan uji kredibilitas. Uji kredibilitas data
dilakukan dengan triangulasi dan bahan referensi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Sugiyono
(2011: 372) menjelaskan triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu triangulasi
sumber. Triangulasi sumber berarti membadingkan dan mengecek kembali
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh (Lexy J. Moleong, 2012:
330). Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data tentang
“motivasi belajar siswa slow learner” dengan guru, dan orang tua siswa slow
learner. Apabila dari ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda maka peneliti melakukan pengecekan kembali dan diskusi lebih lanjut untuk
mendapatkan data yang benar.
Bahan referensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rekaman
wawancara, catatan lapangan, dan foto-foto. Bahan referensi ini bertujuan
untuk mendukung data yang telah ditemukan oleh peneliti.
35 H. Teknik analisis data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data interactive model. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (2009: 16) mengatakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Teknik analisis data terdiri dari tiga langkah yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah dalam teknik
[image:49.595.132.491.307.421.2]analisis data interactive model ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 2. Komponen dalam teknik analisis data (interactive model) Langkah-langkah dalam teknik analisis data pada gambar di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Reduksi Data (data reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dan
membuang yang tidak diperlukan. Data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas (Sugiyono, 2011: 338). Data yang
direduksi adalah data hasil wawancara dan data hasil observasi.
Data Collection
Data Display Data Reduction
36 b. Penyajian Data (data display)
Data yang telah direduksi, kemudian didisplay atau disajikan.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya (Sugiyono, 2011:341). Penyajian data dalam penelitian ini berupa aspek
motivasi belajar siswa slow learner yang disajikan dalam bentuk bagan.
c. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga dari teknik analisis data Model Matthew B. Miles
dan A. Michael Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif akan dapat menjawab rumusan
masalah yang telah dirumuskan sejak awal oleh peneliti (Sugiyono, 2011:
345). Pada penelitian ini, peneliti menemukan deskripsi atau gambaran
37 BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah
Peneliti mengambil tempat penelitian yaitu di SD Karangrejek II.
SD N Karangrejek berlokasi di Jalan Baron Km 1,5 desa Karangrejek,
Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. SD N Karangrejek II Wonosari terletak di tepi jalan raya
sehingga sangat strategis. Lingkungan SD N Karangrejek II Wonosari
cukup tenang dan mendukung untuk proses pembelajaran. SDN
Karangrejek II dikepalai oleh bapak Sum.
SD N Karangrejek II Wonosari merupakan salah satu sekolah
dasar yang sudah menyelenggarakan pendidikan inklusi di Gunungkidul.
Jumlah guru di SD Karangrejek II berjumlah 17 orang dengan rincian,
guru PNS berjumlah 11 orang dan guru GTT berjumlah 6 orang. Tenaga
kependidikan di SD N Karangrejek II berjumlah 3 orang. Seluruh tingkat
kelas berjumlah dua rombongan belajar kecuali kelas IV yang hanya ada
satu rombongan belajar. Di SD Karangrejek II terdapat 12 ruang kelas.
Pembelajaran di SD Karangrejek II sudah menerapkan Kurikulum 2013
dan buku-bukunya sudah lengkap.
Secara fisik, gedung SD Karangrejek II Wonosari sudah bagus.
38
tempat bermain siswa. Seluruh ruang kelas juga nyaman untuk belajar.
Di dalam kelas terdapat fasilitas belajar antara lain LCD, media belajar,
alat-alat untuk menggambar dan sarana pendukung yaitu kipas angin.
Penataan taman di SD Karangrejek II sudah cukup bagus.
2. Visi dan Misi Sekolah
SD N Karangrejek II mempunyai visi, misi dan tujuan sekolah
yang hendak dicapai sebagai lembaga pendidikan yang bertugas
mendidik generasi penerus bangsa. Berdasarkan profil sekolah, SD N
Karangrejek 2 mempunyai visi yaitu “Terwujudnya Insan Cerdas,
Unggul, Berbudaya, Iman dan Taqwa. Untuk mencapai visi tersebut, SD
N Karangrejek 2 mempunyai misi yaitu :
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan dengan pendekatan
Scientifik.
b. Melaksanakan pembelajran BTA secara mandiri maupun
pembimbingan
c. Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler wajib maupun pilihan
d. Mengoptimalkan pendidikan karakter dan budaya dalam proses
pembelajaran dan bimbingan
e. Mengembangkan minat, bakat, dan potensi melalui kegiatan
pembiasaan, kewirausahaan dalam proses pembelajaran dan
bimbingan.
f. Mengembangkan sikap “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun
39
g. Melaksanakan pelayanan prima dalam membangun citra sekolah
terhadap warga masyarakat dan dinas terkait.
h. Responsif terhadap perubahan, jujur, dan profesional dalam
pengelolaan.
SD N Karangrejek 2 juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai
pada tahun pelajaran 2015/2016, yaitu menghasilkan lulusan sebagai
berikut.
a. Mampu membaca Al-Qur’an/Al-Kitab dengan baik dan benar dan
mampu mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Memperoleh Nilai Ujian Sekolah rata-rata 80
c. Peringkat 10 besar Prestasi Akademik/Ujian Sekolah di Tingkat UPT
TK/SD Kecamatan Wonosari
d. Mampu melaksanakan ajaran agamanya secara tertib, baik di sekolah,
maupun di rumah
e. Mampu melaksankan kebiasaan hidup bersih, sehat, tertib, di sekolah
dan di masyarakat
f. Mampu berkomunikasi secara ramah, dan sopan santun
B. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini yaitu Naf. Naf adalah siswa kelas III di
SD Karangrejek 2 Wonosari. Naf merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Naf tinggal bersama orang tua, kakak laki-laki, dan nenek. Alasan peneliti
memilih Naf sebagai subyek penelitian adalah karena Naf memiliki
40
waktu yang lebih lama untuk memahami materi dibandingkan teman-teman
sekelas.
Naf adalah seorang albino atau seseorang dengan albinisme. Secara
umum Naf merupakan anak yang ceria seperti anak-anak seusianya. Naf
mempunyai rasa percaya diri. Naf selalu mengobrol dengan teman-teman saat
istirahat. Naf terlihat tidak mempermasalahkan keadaan dirinya.
Naf selalu memperhatikan penjelasan guru dalam pembelajaran,
namun Naf membutuhkan pendamping khusus dalam pelajaran karena Naf
sering meninggalkan tugas dan harus beberapa kali diingatkan oleh guru.
Peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang motivasi Naf dalam belajar.
C. Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Juli hingga 2 September 2016 di
SD N Karangrejek 2 Wonosari, Gunungkidul. Penelitian dilakukan dengan
observasi dan wawancara dengan subyek penelitian dan sumber data yaitu
guru kelas dan orang tua subyek.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan
data terkait dengan motivasi belajar siswa slow learner di SD N Karangrejek 2. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk
mendapatkan data tersebut yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data yang diperoleh peneliti.
41 1. Hasrat dan keinginan untuk berhasil
Naf mengerjakan tugas yang diperintahkan oleh guru pada saat
pembelajaran. Naf berusaha menyelesaikan tugas meskipun Naf mudah
terpengaruh oleh teman. Naf harus diingatkan beberapa kali oleh guru
karena sering meninggalkan tugasnya dan mengobrol bersama teman. Hal
ini juga diungkapkan oleh guru kelas Naf sebelumnya di kelas II yaitu ibu
An. Ibu An mengatakan ...”kalau teman-teman Naf mengerjakan, Naf
langsung ikut mengerjakan. Tapi kalau teman-teman Naf sudah selesai itu
[image:55.595.230.470.332.471.2]biasanya Naf ikut mengobrol dengan teman-teman.”... (Lamp : 5 hal 118 )
Gambar 3. Naf mengerjakan tugas bersama teman-teman Sumber : Dokumentasi Peneliti
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Naf berusaha
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru namun Naf sering
menunda-nunda pekerjaannya. Akibatnya, Naf sering tertinggal oleh
teman-temannya. Namun Naf selalu berusaha menyelesaikan tugasnya meskipun
telah tertinggal oleh teman-temannya. Ketika teman-temannya mulai
42
Gambar 4. Naf berusaha menyelesaikan tugas pada saat jam istirahat.
Sumber : Dokumentasi peneliti.
Naf juga selalu mengerjakan PR yang diberikan oleh guru. Naf
mengerjakan PR mata pelajaran Basa Jawa. Seperti yang diungkapkan
oleh orang tua Naf ...”kalau dapat PR ya dikerjakan. Pokoknya kalau
belum selesai ya masih dikerjakan sampai selesai.” (Lamp: 5 hal. 124)
Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa Naf selalu berusaha untuk
menyelesaikan PR meskipun orang tua Naf mengungkapkan bahwa Naf
pernah lupa mengerjakan PR karena kelelahan setelah bermain bersama
teman.
Naf juga beberapa kali menjawab pertanyaan dari guru. Ketika
guru mengajukan pertanyaan lisan secara kolektif, Naf mau menjawab
meskipun jawaban Naf kurang tepat. Hal ini juga diungkapkan oleh guru
kelas Naf ...”kalau secara lisan dia sering menjawab, walaupun
43
menjawab itu tinggi.” (Lamp: 5 hal 119). Dari penjelasan tersebut dapat
dipahami bahwa Naf berusaha menjawab pertanyaan guru.
Naf termasuk anak yang rajin dan disiplin. Guru kelas Naf
mengungkapkan bahwa Naf tidak pernah bolos sekolah dan tidak pernah
terlambat datang ke sekolah. Naf selalu berpakaian rapi dan selalu
mengikuti aturan yang ada di sekolah. Dari penjelasan tersebut dapat
dipahami bahwa Naf memiliki keinginan untuk belajar di sekolah.
2. Dorongan Kebutuhan Belajar
Naf berusaha mencari tahu ketika Naf tidak memahami suatu
materi atau perintah guru, dengan maju dan bertanya kepada guru kelas.
Hal ini juga diungkapkan oleh guru kelas Naf ...”misalnya Naf belum
paham suatu pelajaran atau pertanyaan, Naf maju lalu bertanya langsung
pada saya. Naf membawa buku lalu bertanya.” (Lamp: 5 hal. 119). Naf
juga bertanya kepada orang tuanya ketika kesulitan memahami materi
atau kesulitan mengerjakan PR. Seperti yang diungkapkan oleh orang tua
Naf bahwa Naf meminta bantuan dari ibu ketika kesulitan mengerjakan
PR (Lamp: 5 hal. 125). Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
Naf selalu berusaha untuk dapat memahami materi dan berusaha
menyelesaikan PR dengan bertanya pada guru kelas, teman-teman, dan
44
Gambar 5. Naf bertanya pada guru tentang cara mencari denyut nadi.
Sumber : Dokumentasi Peneliti
Naf masih perlu didampingi dan diingatkan oleh orang lain untuk
masalah belajar. Hal tersebut diungkapkan oleh orang tua Naf ...”kalau
tidak didampingi lalu keluyuran, naik sepeda, bermain, biasanya seperti
itu.” (Lamp: 5 hal. 126). Naf juga mengatakan bahwa Naf harus disuruh
untuk belajar. Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa Naf belum
bisa mandiri dalam belajar dan mengerjakan PR.