• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011073 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011073 Full text"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN

BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA

OLEH

ARIFATUN MUAZANAH 802011073

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arifatun Muazanah

Nim : 802011073

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal

bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya yang

berjudul :

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan mengalih media/

mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasi tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Arifatun Muazanah

Nim : 802011073

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA

Yang dibimbing oleh :

Heru Astikasari S. Murti, S.Psi., MA

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya

Salatiga, 22 Agustus 2016 Yang memberi pernyataan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA

Oleh

Arifatun Muazanah 802011073

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal : 30 Agustus 2016 Oleh :

Pembimbing,

Heru Astikasari S.Murti, S.Psi., MA

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMANDIRIAN

BELAJAR SISWA SD KUTOWINANGUN 11 SALATIGA

Arifatun Muazanah Heru Astikasari S.Murti

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara motivasi

berprestasi dengan kemandirian belajar pada siswa kelas 4 dan 5 SD Kutowinangun 11

Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan data

sampling jenuh. Partisipan penelitian ini adalah 47 siswa. Teknik analisis data yang dipakai

adalah menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dari Pearson. Dari hasil

analisa data diperoleh koefisien korelasi (r) 0,551 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05)

yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dengan

kemandirian belajar.

(9)

ii Abstract

This research objective is to find out the relation significance between achievement

motivation and self-directed learning to 4th and 5th graders of Kutowinangun Elementary

School 11 Salatiga. This research uses a quantity method with sampling data of with drawal

technic in which there are 47 students as participants. Data analysis technic used is

correlation technic of Pearson Product Moment by Pearson. From the data analysis result

gained 0,551 of correlation coefficient (r) obtains significance value 0,000 (p>0,05) which it

means there are positive relations between achievement motivation and self-directed

learning.

(10)

1

PENDAHULUAN

Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

pendidikan merupakan penentu kemajuan suatu bangsa, maju mundurnya suatu bangsa

tergantung pada pengetahuan dan keterampilan warga negaranya, oleh karena itu mutu

pendidikan perlu ditingkatkan terus menerus. Peningkatan mutu pendidikan diupayakan oleh

berbagai pihak dan dengan berbagai cara. Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar

merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa

sebagai anak didik. Menurut Suryabrata, (1998) hasil belajar yang baik merupakan harapan

dari semua pihak, baik siswa, guru (sekolah), pemerintah maupun orang tua (masyarakat).

Untuk menjadi orang yang berhasil dalam kehidupannya dengan memiliki

pengetahuan dan memiliki sikap yang baik, maka seseorang perlu memiliki kemandirian

belajar yang baik, karena selama perkembangannya, individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi, sehingga individu tersebut mampu

berfikir dan bertindak. Kemandirian sangat dibutuhkan dalam perkembangan siswa menuju

masa depan yang lebih baik. Kemandirian menuntut kedisiplinan siswa di sekolah sebagai

upaya menumbuhkan nilai-nilai kepatuhan siswa dalam melaksanakan peraturan yang

berlaku di sekolah. Upaya mewujudkan kemandirian belajar dengan pembinaan pribadi siswa

di sekolah artinya siswa yang memiliki kemandirian belajar yang baik akan menunjukkan

kesiapan dalam mengikuti pelajaran di kelas, mengerjakan tugas baik di rumah maupun di

sekolah, memiliki kelengkapan belajar, bersikap eksploratif, mampu mengambil keputusan,

percaya diri, dan kreatif (Hurlock, 2009). Seperti dikatakan Monk dan Knoers (2006) bahwa

orang yang mandiri memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil

keputusan, percaya diri dan kreatif, selain itu juga mampu bertindak kritis tidak takut berbuat

(11)

2

Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif. Namun,

kenyataannya masih ada siswa yang memiliki perilaku kemandirian belajar yang rendah.

Kemandirian belajar yang rendah ini ditandai dengan kurangnya kesadaran diri untuk

mempersiapkan bahan-bahan mata pelajaran yang sesuai jadwal, tidak menyelesaikan tugas

sekolah.

Belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Namun, untuk mengembangkan

aktivitas belajar yang baik dapat dilakukan dalam lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah

sangat berpengaruh terhadap kemandirian belajar pada anak didik. Karena siswa mulai

belajar dalam akademik maupun non akademik.Dalam bidang akademik ada beberapa siswa

yang berada pada standart kompetensi minimal, sedangkan dalam bidang non akademik

misalnya siswa selalu mengerjakan tugas sekolah dengan baik, mampu berkomunikasi

dengan guru-guru. Sumarmo (2004) siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi

cenderung belajar lebih baik, sebab siswa dalam pengawasan sendiri bukan dari pengawasan

program; mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif;

menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; dan mengatur waktu belajar secara

efisien.

Untuk data survei yang dilakukan oleh The World Economic Forum Swedia (Fuady,

2011) mengungkap penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain masalah

efektivitas, efisiensi, dan standardisasi pengajaran. Kenyataan di lapangan ternyata terdapat

beberapa siswa yang belum sepenuhnya memiliki nilai standar atau nilai batas tuntas (KKM)

dalam belajarnya. Seperti yang sudah dilakukan wawancara oleh penulis kepada beberapa

guru bahwa di sekolah SD Kutowinangun 11 tersebut terdapat beberapa siswa kelas 4 dan 5

dalam kemandirian belajar di SD Kutowinangun 11 Salatiga tersebut dapat dilihat dari

beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya kesadaran diri sendiri, adanya strategi

(12)

3

mandiri. Seperti yang sudah dilakukan wawancara oleh penulis kepada beberapa guru

terdapat siswa yang belum sepenuhnya sadar akan mandiri dalam belajar seperti mencontek

atau melihat pekerjaan rumah milik temannya, dalam strategi pembelajaran siswa SD

Kutowinangun 11 Salatiga tersebut guru memberi tugas untuk berdiskusi dalam kelompok

dan dalam tugas kelompok tersebut siswa diminta untuk bertanggung jawab pada

masing tugas mereka, namun ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugasnya

masing-masing dan yang mengerjakan hanya beberapa siswa saja. Guru juga mengadakan kegiatan

pramuka yang terdapat beberapa permainan dan tugas agar siswa dapat bertanggung jawab

dan mandiri, namun ada beberapa siswa juga yang sengaja tidak berangkat untuk mengikuti

kegiatan pramuka. Guru juga mengadakan evaluasi atau tes kecil setelah selesai penjelasan

didalam kelas, tetapi ada beberapa siswa yang mencontek karena mereka tidak

memperhatikan penjelasan dari guru.

Dalam pendidikan tidak terlepas dari kebutuhan akan prestasi. Kebutuhan akan

prestasi atau motivasi berprestasi bagi keberhasilan pendidikan seseorang siswa menjadi

penting. Hal tersebut dikarenakan motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk

menyelesaikan sesuatu dalam suatu standar kesuksesan dan melakukan suatu usaha demi

mencapai suatu tujuan (Santrock, 2003). Motivasi berprestasi yang dimiliki oleh setiap siswa

di sekolah merupakan bekal yang utama dan motivasi berprestasi tersebut berkaitan dengan

kemandirian belajar. Motivasi berprestasi sering dipengaruhi oleh motif yang mendorong

siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi berprestasi yang digunakan dalam

penelitian ini dapat diartikan sebagai motif yang mendorong siswa untuk mencapai

keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan. Penelitian

motivasi berprestasi dikaitkan dengan kemandirian belajar telah banyak dilakukan antara lain,

penelitian Wiyosa (2013) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi

(13)

4

Pabelan. Sementara terdapat hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Solita (2012) yaitu

tidak adanya hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar siswa SMA Adabiah

Padang.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan adanya perbedaan hasil

dalam penelitian mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar, maka

peneliti tertarik ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan

kemandirian belajar siswa dengan judul Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian

Belajar Siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga.

TINJAUAN PUSTAKA

Kemandirian belajar

Utomo (2007) berpendapat bahwa kemandirian merupakan suatu kecenderungan

menggunakan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah secara bebas,

progresif, dan penuh dengan inisiatif. Kemandirian dapat mendorong individu untuk

berprestasi, berkreasi sehingga dapat menjadi manusia yang produktif dan mampu membawa

diri ke arah kemajuan. Namun, jika kemandirian tersebut tidak dapat terwujud seperti yang

diharapkan maka bukan hanya kerugian bagi individu itu sendiri melainkan sudah merupakan

kerugian bagi bangsa.

Menurut Ali dan Asrori (2009) kemandirian belajar adalah suatu kekuatan internal

individu yang diperoleh melalui proses individual, proses individualisasi itu adalah proses

realisasi kemandirian dan menuju kesempurnaan. Kemandirian yang sehat dapat dicapai

melalui proses peragaman, perkembangan dan ekspresi sistem kepribadian sampai pada

(14)

5

belajar merupakan proses dimana individu mengambil inisiatif dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasisistem pembelajarannya.

Kemandirian belajar adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan diri dalam

diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya untuk mempelajari objek

belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di dalam dirinya (Surya, 2003). Siswa dapat

memiliki kemandirian belajar jika memiliki ciri-ciri diantaranya mampu berpikir kritis,

kreatif, inovatif, tidak mudah terpengaruh pendapat orang lain, tidak merasa rendah diri, terus

bekerja penuh dengan ketekunan, dan kedisiplinan serta mampu mempertanggungjawabkan

tindakannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Williamson, (2007) yang

mendefinisikan kemandirian belajar (self directed learning) yaitu: (a) Siswa mampu

bertanggung jawab dengan berbagai keputusan yang berhubungan dengan belajar; (b)

Kemandirian dipandang sebagai rangkaian atau sikap yang muncul di tingkat tertentu disetiap

individu dan setiap situasi; (c) Kemandirian belajar mampu belajar, baik dalam pengetahuan

maupun ketrampilan dalam berbagai situasi; (d) Kemandirian belajar mampu mengaitkan

berbagai kegiatan dan sebagai sumber belajar, berpartisipasi dalam kelompok, bersosialisasi

dengan orang lain, komunikasi lewat elektronik, kegiatan menulis secara mandiri; (e)

Beberapa institusi pendidikan menemukan cara kemandirian belajar individu, penawaran

kursus modern dan program-program inovatif yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar merupakan

aktivitas belajar siswa yang didorong dari kemauan sendiri tanpa ketergantungan pada orang

lain dan tanpa ada tekanan atau pengaruh orang lain, selalu bekerja dengan ketekunan, dan

(15)

6

Aspek-aspek kemandirian belajar

Menurut Williamson (2007) kemandirian belajar memiliki aspek-aspek, yaitu:

1. Kesadaran

Kesadaran tentang pemahaman siswa mengenai faktor-faktor yang memberikan

kontribusi guna menjadi pembelajar yang mandiri.

2. Strategi pembelajaran

Seorang siswa harus mempunyai berbagai strategi dalam belajar yang berguna untuk

menjadi pembelajar yang mandiri dalam proses belajar mereka.

3. Kegiatan pembelajaran

Menspesifikasikan persyaratan kegiatan belajar yang harus dilakukan secara aktif oleh

anak didiknya guna menjadi seorang siswa yang mandiri dalam belajar mereka.

4. Evaluasi

Memperlihatkan atribut-atribut khusus yang dimiliki anak didik supaya membantu

memantau kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan.

5. Skill/ kemampuan interpersonal

Seorang siswa harus mempunyai kemampuan interpersonal mereka supaya menjadi

anak yang mandiri dalam belajar mereka.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan

suatu perilaku yang bersumber dari dalam individu yang dimanifestasikan dalam

tindakan-tindakan seperti: mampu mengatasi masalah sendiri, memiliki inisiatif, memiliki rasa percaya

diri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan self directed learning sebagai definisi dan

alat ukur dalam penelitian yang diajukan oleh Williamson (2007) karena self directed

(16)

7

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar

Menurut Basri (2000) kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor yang terdapat

dalam dirinya sendiri (internal) dan faktor yang terdapat diluar dirinya (eksternal). Faktor

internal adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan

keturunan dan segala sesuatu yang dibawa sejak lahir. Segala sifat dasar dari orangtua

mungkin juga akan ditemui dalam diri seseorang, seperti potensi, bakat, dan intelektual.

Motivasi berprestasi merupakan faktor dari dalam diri individu. Faktor eksternal atau faktor

lingkungan adalah semua keadaan yang berasal dari luar dirinya. Lingkungan yang dihadapi

setiap individu sangatlah memengaruhi perkembangan seseorang, baik dalam segi positif

maupun negatif. Lingkungan yang baik akan membentuk kepribadian, termasuk dalam hal

kemandirian.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kemandirian belajar siswa antara lain kesadaran diri sendiri, adanya strategi

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi dan skill untuk mendukung sikap

kemandirian. Kemandirian juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri

sendiri (internal) dan faktor dari luar lingkungan (eksternal).

Motivasi Berprestasi

Menurut Mc Clelland (Usman, 2009) motivasi berprestasi adalah dorongan dari dalam

diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan. Motivasi

berprestasi berfungsi sebagai daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan aktivitas

tertentu dalam mencapai tujuan. Motivasi berprestasi dipandang dari segi proses, berarti

motivasi dapat dirangsang oleh faktor luar, untuk menimbulkan motivasi dalam diri siswa

(17)

8

Teori motivasi berprestasi muncul dari Mc Clelland (Usman, 2009), yang

mengungkapkan bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan pokok, yaitu: kebutuhan akan

berprestasi (achievement), kebutuhan akan kekuasaan (power), dan kebutuhan akan

persahabatan (affilition). Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk berhubungan dengan orang

lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak-banyaknya. Sedangkan, motivasi

berkuasa ialah dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada kehendaknya.

Weinner (dalam Dewi, 2012) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu

kecenderungan positif yang berada dalam individu yang pada dasarnya mempunyai reaksi

terhadap suatu tujuan yang ingin atau harus dicapai. Sementara itu Edward (dalam Dewi,

2012) menguraikan motivasi berprestasi sebagai kebutuhan individu untuk menyelesaikan

tugas-tugas lebih sukses untuk mencapai prestasi yang tinggi. Hal itu sejalan dengan

pendapat Kusuma (2004) yang mengungkapkan bahwa jika motivasi seseorang untuk

mencapai sesuatu tinggi maka akan semakin tinggi pula usaha yang dilakukan untuk

mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi taraf kebutuhan untuk berprestasi yang dimiliki

seseorang akan menyebabkan motivasinya yang semakin meningkat pula dan kebutuhan

berprestasi akan terpenuhi melalui kinerja yang baik sehingga kebutuhan berprestasi dapat

terpenuhi.Munculnya motivasi berprestasi disebabkan adanya kebutuhan berprestasi dalam

diri seseorang adanya motivasi berprestasi yang tinggi dari seseorang akan terlihat dari usaha

seseorang dalam keberhasilan mencapai prestasi.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan yaitu motivasi

berprestasi merupakan suatu dorongan yang bersumber dari dalam dan luar diri seseorang

untuk mengungguli, berprestasi, menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dan seefektif mungkin

(18)

9

Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi

Menurut Mc Clelland (1987) motivasi berprestasi memiliki aspek-aspek yaitu:

a. Tanggung jawab pribadi.

Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki rasa

tanggung jawab pribadi disetiap permasalahannya dan akan menyenangi setiap tugas

dengan senang hati.

b. Menyenangi umpan balik

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mengharapkan

feedback atau umpan balik dari segala tugas yang dilakukannya.

c. Moderat.

Jadi seseorang akan menyenangi tugas yang bersifat moderat yang tingkat

kesulitannya tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah, tetapi individu mengharapkan

suatu tantangan dalam setiap tugas.

d. Tekun dan ulet

Seseorang akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki sikap yang

tekun dan ulet dalam bekerja, serta tidak mudah menyerah untuk mencapai tujuan.

e. Melakukan tugas penuh dengan pertimbangan dan perhitungan.

Seseorang akan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menghindari

mengerjakan sesuatu asal-asalan, jadi harus dengan penuh pertimbangan dan

perhitungan supaya mencapai hasil yang maksimal.

f. Mengutamakan keberhasilan tugas.

Seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mengutamakan

keberhasilan tugasnya, serta akan meningkatkan aspirasinya dan tetap bersifat

(19)

10

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aspek dalam motivasi

berprestasi adalah tanggung jawab atas pribadi, menyenangi umpan balik, menyenangi tugas

dengan kesulitan yang moderat, tekun dan ulet, penuh pertimbangan dan perhitungan,

mengutamakan keberhasilan tugasnya. Jadi, setiap siswa diharapkan mempunyai rasa

bertanggung jawab dan selalu berani mengambil resiko atas prestasi yang akan dicapai.

Seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung bertindak kreatif dan inovatif,

dengan mencari cara baru untuk menyelesaikan tugas seefektif dan seefisien mungkin.

Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar

Kemandirian belajar seseorang siswa sebenarnya berkaitan dengan berbagai hal yang

meliputi keadaan anak tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar

pada siswa adalah motivasi untuk berprestasi. Motivasi merupakan semua tingkah laku

manusia yang disadari, didorong oleh suatu kekuatan. Motivasi tersebut mendorong individu

untuk bertingkah laku tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Walgito, 1994).

McClelland (1987) menyatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan

untuk berprestasi. Ini memungkinkan bahwa individu selalu ingin mendapatkan hasil baik

dalam segala usahanya. Hal ini didukung oleh pernyataan Haditono (dalam Santoso, 2007)

bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu ciri khas untuk meningkatkan suatu tingkat

prestasi yang dilatar belakangi oleh keinginan yang kuat dari diri individu untuk mencapai

suatu tingkat prestasi diatas rata-rata. Orang yang mempunyai motivasi berprestasi yang

tinggi akan berusaha sebaik mungkin untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam belajar.

Edward (dalam Leonardo, 2007) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah

kebutuhan individu untuk berbuat lebih baik dari orang lain, yang mendorong individu untuk

menyelesaikan tugas yang lebih baik dan untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi

(20)

11

belajar yang mandiri, bekerja dengan lebih baik, lebih efisien dan lebih cepat daripada yang

pernah dilakukan sebelumnya (Ernawan, 2002).

Hasil penelitian Wiyosa (2013) menunjukkan bahwa antara motivasi berprestasi dan

kemandirian belajar terdapat korelasi yang positif, sehingga semakin tinggi motivasi

berprestasi seorang siswa, semakin baik kemandirian belajarnya. Adanya motivasi berprestasi

yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula. Seseorang yang

didominasi motivasi berprestasi, lebih senang bekerja sendiri, percaya pada kemampuan yang

dimilikinya, dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.

Jika yang akan terjadi pada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah,

sehingga semangat untuk belajar tidak muncul. Rendahnya motivasi berprestasi juga

menyebabkan kurangnya bersemangat dalam belajar. Pengharapan untuk sukses akan

mendorong kepada pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibanding dengan siswa yang hanya

mengharapkan sekedar tidak gagal. Demikian juga siswa yang berusaha tidak gagal akan

lebih baik nilainya daripada siswa yang malas belajar tanpa usaha.

Atkinson (Santoso, 2007) mengatakan bahwa motivasi berprestasi didasarkan pada

dua hal yaitu keinginan meraih kesuksesan dan keinginan untuk menghindari kegagalan.

Individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi tidak akan ingin gagal dalam

mencapai kesuksesan. Kegagalan dalam mencapai kesuksesan tersebut tak lain adalah

kesulitan yang dialami oleh individu. Setiap orang dalam kehidupan selalu diperhadapkan

pada kesulitan yang mengarah pada ketidakberdayaan, baik itu kesulitan di dalam sekolah

dan kesulitan dalam diri individu. Ketidakberdayaan yang dipelajari dapat mengurangi

intensitas belajar, kemauan untuk belajar, dan motivasi untuk berprestasi. Ketidakberdayaan

tersebut akan mengakibatkan individu tidak mempunyai kemampuan untuk mandiri dalam

(21)

12

kemampuan diri sendiri dalam mencapai kesuksesan, dan rasa tanggung jawab akan hasil

prestasinya dapat mengatasi tantangan dan ketidakberdayaan yang dihadapi serta dapat

meningkatkan kemandirian belajar dan motivasi berprestasi seseorang. Hal ini dapat dilihat

dari ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diantaranya menyenangi

tugas penuh tantangan, bertanggung jawab dalam tugas, tekun dan ulet dalam menjalankan

tugas sekolah, tetapi bagi seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, bisa

saja kehilangan kemandirian dalam belajar.

Kemandirian belajar bukan berarti belajar seorang diri, tetapi belajar dengan inisiatif

sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk membuat keputusan

penting dalam menemukan kebutuhan belajarnya (Nurhayati, 2011). Jadi, seorang siswa yang

mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi inilah yang akan bisa meraih kemandirian

belajar yang tinggi pula dan akan sukses untuk kehidupan mendatang. Sedangkan, mereka

yang memiliki motivasi berprestasi rendah, akan mengalami kesulitan belajar, sehingga

mengakibatkan kemandirian belajarnya cenderung rendah.

HIPOTESA

Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian

belajar siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga.

METODE Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kutowinangun 11 Salatiga. Sampel dalam penelitian

ini adalah murid-murid sekolah dasar kelas 4 dan 5 SD Kutowinangun 11 Salatiga. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa SD Kutowinangun 11 kelas 4 dan kelas 5.

Prosedur Sampling

Metode pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Semua sampel

(22)

13

dasar kelas 4 dan 5 di SD Kutowinangun 11 Salatiga sebanyak 47 siswa. Terdiri dari kelas 4

sebanyak 22 siswa dan kelas 5 berjumlah 25 siswa.

Alat Ukur Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah

dengan menggunakan alat ukur skala psikologi. Terdapat 2 skala yang digunakan pada

penelitian ini yaitu skala motivasi berprestasi dan skala kemandirian belajar. Item dalam

skala-skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan unfavorable dengan

menggunakan 4 alternatif jawaban dari skala Likert yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan

favorable STS=1, TS=2, S=3, SS=4 sedangkan pernyataan unfavorable STS=4, TS=3, S=2,

SS=1. Keseluruhan data diperoleh dari skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek.

1. Teknik pengumpulan data variabel motivasi berprestasi yang digunakan dengan

menggunakan kuesioner. Angket motivasi berprestasi yang digunakan adalah

berdasarkan pendapat Mc Clelland (1987) dan dimodifikasi oleh penulis.

Perhitungan nilai reliabilitas dan validitas angket ini dilakukan dengan teknik try

out terpakai. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala motivasi berprestasi

yang terdiri dari 39 item. Menurut Azwar (2005) jika koefisien alfa dari item total

correlation berada di atas 0,2 maka sudah bisa dikatakan baik. Berdasarkan pada

perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala motivasi berprestasi terdiri dari

39 item, diperoleh 12 item yang gugur, sehingga tersisa 27 item yang dapat

digunakan, dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,747 yang artinya

kelompok skala tersebut reliabel.

2. Teknik pengumpulan data variabel kemandirian belajar yang digunakan adalah

menggunakan kuesioner. Angket kemandirian belajar yang digunakan adalah

(23)

14

Perhitungan nilai reliabilitas dan validitas angket ini dilakukan dengan teknik try

out terpakai. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala kemandirian belajar

yang terdiri dari 40 item. Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala

kemandirian belajar diperoleh 7 item yang gugur, sehingga tersisa 33 item yang

dapat digunakan, dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,871 yang artinya

kelompok skala tersebut reliabel.

Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Uji asumsi

meliputi uji normalitas dan uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah

memenuhi asumsi analisis sebagai syarat untuk melakukan analisis dengan korelasi Pearson

Product Moment. Uji normalitas yang dilakukan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov.

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan Anova dan analisa data dalam penelitian ini

menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Untuk pengolahan dan analisis data

digunakan Statistical Program of Social Scene (SPSS) 16.0.

HASIL PENELITIAN Uji Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimum, maksimum, dan standard

deviasi sebagai hasil pengukuran skala motivasi berprestasi dan kemandirian belajar.

1. Variabel Motivasi Berprestasi

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel motivasi

berprestasi, peneliti menggunakan 5 (lima) kategori yaitu sangat rendah, rendah,

sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Azwar, 2006). Jumlah skor item valid sebanyak 27

item. Maka skor tertinggi 5x27 item valid = 135 dan terendah 1x27 item valid = 27,

(24)

15

Data interval yang diperoleh dari skala diferensial semantik yang digunakan dalam

penelitian, yang perlu dikelompokkan kedalam skala ordinal agar mudah

diinterpretasikan (Azwar, 2006).Norma kategorisasi hasil pengukuran skala motivasi

berprestasi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

berprestasi yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 19,15%, 34 orang memiliki

skor motivasi berprestasi pada kategori sedang dengan presentase 72,34%, dan 4 orang

memiliki skor motivasi berprestasi rendah dengan presentase 8,51%. Sementara itu tidak ada

motivasi berprestasi pada tingkat sangat tinggi dan sangat rendah. Berdasarkan rata-rata

motivasi berprestasi berada pada kategori sedang yaitu 34 orang atau sebesar 72,34%. Skor

yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 63 sampai dengan skor

maksimum 102 dengan standard deviasi 8,840.

2. Variabel Kemandirian Belajar

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kemandirian

(25)

16

tinggi, dan sangat tinggi (Azwar, 2006). Jumlah skor valid sebanyak 33 item. Maka skor

tertinggi 5x33 item valid = 165 dan skor terendah 1x33 = 33, maka intervalnya adalah

26,4 (dibulatkan 26) yang diperoleh dari perhitungan interval. Data interval yang

diperoleh dari skala diferensial semantik yang digunakan dalam penelitian, yang perlu

dikelompokkan kedalam skala ordinal agar mudah diinterpretasikan (Azwar, 2006).

Norma kategorisasi hasil pengukuran skala kemandirian belajar dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa 2 orang memiliki skor kemandirian

belajar yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 4,26%, 38 orang memiliki skor

kemandirian belajar pada kategori sedang dengan presentase 80,85%. Sementara itu tidak ada

kemandirian belajar pada tingkat sangat tinggi dan sangat rendah. Berdasarkan rata-rata

kemandirian belajar berada pada kategori sedang yaitu 38 orang atau sebesar 80,85%. Skor

yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 72 sampai dengan skor

(26)

17

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test.Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan K-S-Z, dapat diketahui variabel

motivasi berprestasi memiliki nilai sebesar 0,671 dengan nilai signifikasi sebesar 0,759

(p>0,05), maka berdistribusi normal. Hal ini terjadi juga pada variabel kemandirian belajar

yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,740 dengan nilai signifikasi sebesar 0,645 (p>0,05),

maka data kemandirian belajar juga berdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas

dan variabel terikat, dan untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan dengan

variabel terikat atau tidak. Hubungan yang linier menggambarkan bahwa perubahan pada

variabel bebas akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel tergantung dengan

membentuk garis linier. Uji linieritas hubungan antara motivasi berprestasi dengan

kemandirian belajar diperoleh nilai Fhitungsebesar 1,356 dengan signifikasi sebesar 0,242

(p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian

belajar adalah linier.

Uji korelasi

Hasil korelasi antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar yang

(27)

18

Tabel 3

Hasil Uji Korelasi antara Motivasi Berprestasi dengan Kemandirian Belajar

Correlations

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien antara motivasi

berprestasi dengan kemandirian belajar, sebesar 0,551 dengan signifikan = 0,000 (p<0,05),

yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

kemandirian belajar siswa.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan motivasi berprestasi dengan

kemandirian belajar dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for windows diperoleh hasil

perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar 0,551 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05).

Koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara

motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar yang artinya semakin tinggi motivasi

berprestasi maka semakin tinggi pula kemandirian belajarnya. Begitu juga sebaliknya jika

(28)

19

Sebab, kemungkinan siswa di SD Kutowinangun 11 Salatiga itu mempunyai keinginan dalam

motivasi berprestasi dan kemandirian belajar itu ada, dengan nilai rata-rata sedang.

Edward (dalam Dewi, 2012) menguraikan motivasi berprestasi sebagai kebutuhan

individu untuk menyelesaikan tugas-tugas lebih sukses untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Semakin tinggi taraf kebutuhan untuk berprestasi yang dimiliki seseorang akan menyebabkan

motivasinya yang semakin meningkat pula dan kebutuhan berprestasi akan terpenuhi melalui

kinerja yang baik sehingga kebutuhan berprestasi dapat terpenuhi. Dengan kemampuan

prestasi yang individu capai diharapkan akan mampu mengalami pengembangan kemandirian

belajar serta mampu meningkatkan kemandirian belajar pada setiap belajar di sekolah.

Kemandirian merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan oleh diri sendiri, tidak

mengharapkan pengarahan dari orang lain, mencoba memecahkan masalahnya sendiri tanpa

bantuan dari orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam meningkatkan motivasi

berprestasi terdapat komponen-kompenen dalam strategi belajar, kegiatan pembelajaran,

evaluasi dan skill untuk mendukung sikap kemandirian. Hal ini sejalan dengan penelitian

Wiyosa (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi

berprestasi dengan kemandirian siswa kelas VIII semester 2 tahun ajaran SMP Negeri 3

Pabelan. Yang berarti keinginan untuk mendapatkan motivasi berprestasi yang baik akan

menjadi kemandirian yang baik pula.

Berdasarkan kategori data empirik variabel motivasi berprestasi, dengan rata-rata

83,83dan standard deviasi 8,840 diketahui bahwa tidak ada subjek yang berada sangat rendah

(0%), rendah (8,51%), sedang (72,34%), tinggi (19,15%), sangat tinggi (0%). Berdasarkan

rata-rata motivasi berprestasi berada pada kategori sedang. Sedangkan berdasarkan

kategorisasi data empirik variabel kemandirian belajar, dengan rata-rata 97,00 dan standard

deviasi sebesar 11,929 diketahui bahwa tidak ada subjek yang berada pada kategori sangat

(29)

20

subjek (80,85%) berada pada kategori sedang dan 2 subjek (4,26%) berada pada kategori

tinggi. Berdasarkan rata-rata kemandirian belajar berada pada kategori sedang pula. Hasil ini

didukung berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh penulis dari beberapa guru di SD

Kutowinangun 11 Salatiga bahwa siswa-siswa dalam tugas kelompok hanya beberapa orang

saja yang mengerjakan.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa salah satu aspek dari motivasi berprestasi adalah

adanya rasa tanggung jawab, yaitu dapat melakukan pekerjaan di sekolah dengan baik, dan

ketika dihadapkan pada situasi yang sulit akan menuntut dirinya lebih keras lagi dalam

tugasnya di sekolah. Adanya rasa tanggung jawab ini membuat individu untuk berusaha

melakukan dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik sehingga membuat individu

memberikan yang terbaik yang dapat dilakukannya, dimana individu lebih mandiri dalam

mengerjakan sesuatu. Dengan demikian individu tersebut lebih mandiri dengan tanggung

jawabnya di sekolah. Tanggung jawab seseorang yang cenderung tinggi inilah yang akan

memengaruhi tingginya kemandirian belajar seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik

suatu kesimpulan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi

dengan kemandirian belajar. Hal ini dapat terlihat dari sumbangan efektif dari motivasi

berprestasi sebanyak 72,34% dari seluruh sumbangan efektif yang ada (100%) sementara

27,66% berasal dari faktor lainnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas mengenai hubungan motivasi

berprestasi dengan kemandirian belajar siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga , dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan

kemandirian belajar. Dari hasil analisa data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,551 dengan

(30)

21

bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara

motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar siswa SD Kutowinangun 11 Salatiga.

Sebagian besar siswa memiliki motivasi berprestasi dengan rata-rata sebesar 83,83

yang berada pada kategori sedang, dan rata-rata kemandirian belajar sebesar 97,00 berada

pada kategori sedang. Sumbangan efektif motivasi berprestasi sebesar 72,34% dari seluruh

sumbangan efektif yang ada (100%) sementara 27,66% berasal dari faktor lainnya.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang ada, peneliti mengajukan saran

sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Bagi siswa lebih meningkatkan lagi motivasi berprestasi supaya siswa memiliki

motivasi untuk mencapai keinginannya dalam hal berprestasi di sekolah. Supaya

siswa juga meningkatkan kemandirian dalam belajar dengan usahanya sendiri.

2. Bagi guru

Bagi guru supaya lebih meningkatkan lagi motivasi berprestasi siswanya dengan cara

memberikan konseling, perwalian, motivator agar siswa mempunyai motivasi untuk

berprestasi sehingga siswa menjadi pribadi yang mandiri.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat melihat

faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemandirian belajar dan peneliti diharapkan

dapat meneliti lebih dalam lagi tentang hubungan antara motivasi berprestasi dengan

(31)

22

DAFTAR PUSTAKA

Asrori, M & Ali, M. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. (2005). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

_______. (2006). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Basri, Hasan. (2000). Remaja Berkualitas (Problem Remaja dan Solusinya). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Dewi, I.K. (2012). Hubungan antara pola asuh orangtua dan motivasi berprestasi siswa

Kelas VIII SMP Negeri 28 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan) Salatiga: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.

Ernawan, E. 2002. Peranan birokrasi terhadap peningkatan efektivitas pengambilan

keputusan di Perusahaan besar. Skripsi (tidak diterbitkan) Jakarta: FakultasPsikologi Universitas Indonesia.

Fuady, Munir. 2011. Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. PT. Citra Aditya Bakti.

Bandung.

Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Edisi Revisi PT. Raja Grafindo

Persada.

Hidayati, K. & Listyani, E. (2007). Improving instruments of Students self-Regulated

learning. FMIPA UNY Mathematics Education Department.

Hurlock, E.B. 2009. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Leonardo. 2007. Hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional pelatih dengan

motivasi berprestasi atlet bulu tangkis. Skripsi (tidak diterbitkan) Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Lusiana, Solita. 2012. Hubungan Antara Kemandirian Dengan Motivasi Berprestasi.

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

Mc Clelland, D.C. 1987. Memacu Masyarakat Berprestasi: Mempercepat Laju Pertumbuhan

Ekonomi Melalui Peningkatan Motif Berprestasi. Jakarta: Intermedia.

Merriam, S., & Caffarella, R.S. (1999). Leraning in Abdulthood. San Fransisco: Jossey Bass.

Monk, F.J.,Knoers,A.M.P. (2006). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai

bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurhayati, E. (2011). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(32)

23

hidup pada remaja. Skripsi (tidak diterbitkan) Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Santoso, A. S. (2007). Hubungan antara adversity quotient dengan motivasi berprestasi

karyawan bagian produksi perusahaan cetak dan sablon SAE Surakarta. Skripsi (tidak diterbitkan) Salatiga: Fakultas Psikologi UniversitasKristen Satya Wacana.

Santrock, J. W. (2003). Adolence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa oleh Adelar dan

Suragih. Jakarta: Erlangga.

Sumarmo, U. (2004). Kemandirian belajar : apa, mengapa, dan bagaimana dikembangkan

pada peserta didik. (Laporan penelitian hibah pascasarjana).UPI Bandung.

Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta:Rajawali.

Usman, H. (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Utomo, J. (2007). Membangun Harga Diri. Jakarta: Gramedia.

Utomo, S. B. 2005. Hubungan motivasi berprestasi, kemandirian belajar dan prestasi

belajar siswa kelas II semester I Tahun Ajaran 2004/2005 SMP Negeri 2 Pabelan. Skripsi (tidak diterbitkan) Salatiga: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.

Walgito, Bimo. 1994. Psikologi sosial suatu pengantar. Yogyakarta: Fakultas Psikologi

UGM.

Williamsom, S. (2007). Development of a self-rating scale of self-directed leraning. Nurse Researcher, 14, 66-83.

Wiyosa, Septiawan Yoga. (2013). Hubungan motivasi berprestasi dengan kemandirian

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Kategorisasi pengukuran Kemandirian Belajar
Tabel 3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

Pada luka insisi operasi dilakukan infiltrasi anestesi local levobupivakain pada sekitar luka karena sekresi IL-10 akan tetap dipertahankan dibandingkan tanpa

komunitas yaitu cerminan dan kesadaran kritis, membangun identitas komunitas, tindakan representasi dan politis, praktek yang berhubungan dengan budaya, asosiasi

Skripsi dengan judul “ Model Penelusuran Banjir Pada Sungai Dengkeng dengan Menggunakan Metode Gabungan O’Donnel dan Muskingum-Cunge serta Metode Muskingum

Pada September 2016, kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,22 persen, dengan komoditas penyumbang inflasi adalah mobil dengan

Dari hasil pengaruh pementasan teater tradisi dan teater modern ini pula kemudian terlahir bentuk-bentuk baru teater modern yang berakar pada budaya daerah setempat.. Kelompok-kelompok

Pengguna memberiltan tanda cek (v) pada kolom skor yang diberikan oleh pengguna. Dalam ha1 koleksi, aspek yang dinilai adalah: 1 ) ketersectian koleksi sesuai

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti mempunyai gagasan untuk mengadakan penelitian tentang adakah korelasi kecerdasan spiritual dengan motivasi belajar siswa pada