109
Lampiran 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Evaluasi Program Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Salatiga
No.
Indikator
Penjelasan
Pertanyaan
Instrumen
Komponen Konteks
1.
Identifikasi
Kebutuhan
Memakai temuan untuk
mengklarifikasi
benefisiari yang dituju
Memakai temuan untuk
menilai efektivitas dari
program yang dijalankan
Apa yang menjadi kebutuhan
sekolah sehingga menjalankan
program SKS?
Apakah terdapat manfaat bagi
sekolah dengan
diselenggarakannya program
SKS?
Wawancara
Latar Belakang
dilaksanakan
program
Latar belakang sekolah
melaksanakan program
SKS
Apa yang melatarbelakangi
sekolah untuk menerapkan
program SKS?
Wawancara
110
Pemerintah
kebijakan dari
pemerintah yang
menaungi program
SKS dilakukan atas inisiatif
sekolah ataukah ada
penunjukan dari dinas
pendidikan?
Apakah sudah terdapat
undang-undang yang mengatur
pelaksanakan program SKS?
Apa saja syarat yang harus
dipenuhi sekolah agar dapat
menjalankan program SKS?
Studi
dokumentasi
Visi dan Misi
Sekolah
Memakai temuan untuk
menelaah dan merevisi
secara tepat kebutuhan
sekolah dengan tujuan
dari program seusai
/belum
Apakah tujuan yang
melatarbelakangi kebutuhan
akan program SKS sudah
diterapkan dalam visi misi
sekolah?
Wawancara
Studi
111
Komponen Masukan (Input)
2.
Rencana
Pelaksanaan
Memastikan bahwa
strategi program
memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan
yang diperlukan
Apakah sebelum dilaksanakan
program sudah dibuat rencana
pelaksanaannya terlebih
dahulu?
Jika sudah, siapa saja yang
terlibat dalam pembuatan
rencana pelaksanaan program?
Apakah guru dilibatkan dalam
pembuatan rencana
pelaksanaan program?
Apakah siswa mendapatkan
buku petunjuk pelaksanaan
program SKS?
Wawancara
Studi
dokumentasi
Mekanisme
Pelaksanaan
Mengetahui mekanisme
program untuk
memenuhi kebutuhan
Apakah terdapat petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk
teknis dari program SKS yang
Wawancara
Studi
112
dibuat oleh sekolah?
Sudahkah dilakukan pelatihan
bagi guru sebelum
melaksanakan program?
Sudahkah dilakukan sosialisasi
kepada peserta didik dan
orangtua tentang program
SKS?
Observasi
Guru
Menilai ketercukupan
SDM sebagai faktor
pendukung dalam
menjalankan program
Bagaimana latar belakang guru
sebagai pelaksana program,
sudahkah semua guru
memenuhi kompetensi
pedagogis. Kepribadian, sosial
dan profesional?
Sudahkah terjadi koordinasi
yang baik dari pihak
penanggungjawab (kepala
Wawancara
Studi
113
skeolah,bagian kurikulum)
dengan pihak pelaksana (guru)
program?
Peserta didik
Menilai ketercukupan
SDM sebagai faktor
pendukung dalam
menjalankan program
Apakah peserta didik sudah
dapat beradaptasi dengan baik
dengan program SKS?
Apakah terdapat perbedaan
ketercapaian nilai dari sebelu
dilaksanakan program dan
sesudah dilaksanakan
program?
Apakah peserta didik
memahami mekanisme
pelaksanaan program SKS
dengan baik?
Wawancara
Studi
dokumentasi
Pembiayaan
Melihat ketercukupan
biaya bagi kebutuhan
Darimana sumber biaya bagi
keberlangsungan program SKS?
114
program
Apakah terdapat sumber dana
lainnya sebagai dana
pendukung program?
Dokumentasi
Sarana dan
Prasarana
Melihat ketersediaan
sarpras bagi kebutuhan
program
Apakah sekolah sudah memiliki
sarana prasarana yang
memadai bagi keterlaksanaan
program?
Wawancara
Studi
Dokumentasi
Observasi
Jadwal
Bagaimana cara pihak sekolah
mengatur jadwal agar sesuai
dengan program SKS?
Apakah jadwal yang dibuat oleh
bagian kurikulum dapat
dipahami dengan baik oleh
pihak pelaksana?
Apakah kegiatan pembelajaran
dapat berlangsung sesuai
dnegan jadwal yang
Wawancara
Studi
115
direncanakan?
Apakah terdapat kendala dalam
membuat dan melaksanakan
jadwal?
Komponen Proses
3.
Persiapan Guru
Memakai temuan untuk
mengontrol dan
memperkuat aktivitas
SDM
Bagaimana persiapan guru
dalam mengajar dengan
program SKS, apakah
diperlukan persiapan khusus?
Wawancara
Studi
Dokumentasi
Pelaksanaan
SKS
Memakai temuan untuk
mengontrol dan
memperkuat aktivitas
SDM
Apakah guru memiliki strategi
khusus dalam mengajar?
Apakah pelaksanaan program
SKS sudah berjalan dengan
baik ataukah masih terdapat
kendala-kendala yang belum
bisa teratasi?
116
SKS sudah berjalan sesuai
dengan rencana pelaksanaan
yang telah dibuat?
Bagaimana cara penyusunan
hasil belajar peserta didik,
apakah terdapat perbedaan
untuk setiap mata pelajaran?
Bagaimana dengan hasil
evaluasi peserta didik, apakah
mengalami peningkatan?
Apakah orangtua peserta didik
dapat memahami dnegan jelas
apa yang dipaparkan dalam
hasil belajar anaknya?
Komponen Produk
4.
Ketercapaian
tujuan
Menialai apakah
pelaksanaan sudah
Apakah program sistem kredit
semester sudah berjalan sesuai
117
sesuai dengan tujuan
rencana awal?
Apakah pelaksanaan program
SKS sudah sesuai dengan
tujuan yang diharapkan?
Perlukah dilakukan perbaikan
bagi program SKS di SMA N 1
Salatiga? Jika ya, tentang apa
saja?
Keberlanjutan
program
Menilai apakah ada
keberlanjutan program
Apakah program SKS akan
terus digunakan di masa yang
akan datang?
Menurut pendapat Anda,
apakah program SKS perlu
ditiru oleh sekolah-sekolah lain?
118
Lampiran 2
Pedoman Observasi Ketersediaan Sarana dan Prasarana
No
Sarana
Prasarana
Nama barang
Ada/tidak
ada Kondisi
Jml
Ket
1.
Jenis ruangan
dan halaman
Ruang pembelajaran
Halaman tempat upacara
Kantor Kepala Sekolah
Ruang Wakil Kepala Sekolah
Kantor guru
Kamar mandi/wc
Ruang perpustakaan
Ruang Multimedia
Ruang UKS
Ruang Bimbingan
Ruang Komputer
Laboratorium Fisika
Laboratorium Kimia
Laboratorium Biologi
Laboratorium Bahasa
Ruang Agama
119
Ruang sarana dan
prasarana
Gedung Serba Guna
Ruang Komite
Ruang kerajinan
Gudang
Tempat parkir
Kantin
Dapur
2.
Kelengkapan
sarana kerja
dan
pendukung
pembelajaran
Papan tulis/Whiteboard,
kapur/marker, penghapus
Meja, kursi peserta didik
Meja kursi guru
Almari/rak penyimpanan
arsip
Alat praktikum Biologi
Alat praktikum Kimia
Alat praktikum Fisika
Alat peraga
120
Tape Recorder
Komputer
LCD
Rak buku
3.
Kelengkapan
administrasi
pembelajara
Jadwal pembelajaran
Silabus
RPP
Prota
Promes
Rencana harian
Daftar hadir peserta didik
Buku persuratan
Daftar nilai
4.
Bahan
Pustaka
Buku cetak/buku
pelajaran
Buku fiksi (novel,dsb)
Buku non fiksi
Koran
121
Lampiran 3
Pedoman Studi Dokumen Program SKS
Aspek
Komponen
Sub Komponen
Hasil
Konteks
Visi dan Misi
Sekolah
Terdapat visi dan
misi sekolah
berkaitan dengan
program SKS
Surat Keputusan
berkaitan dengan
program SKS
Terdapat SK yang
berkaitan dengan
program SKS
Masukan (Input)
Silabus
Prota, Promes,
Silabus, RPP,
Rencana Harian, KRS
(Kartu Hasil Studi),
Jadwal, Pembagian
Kelas Lintas Minat,
Guru
Identitas guru
Peserta didik
122
Pembiayaaan
RKAS
Sarana Prasarana
Data sarpras
Jadwal
Pembagian jam
mengajar dna mata
pelajaran tiap kelas
Proses
Penilaian hasil
pembelajaran
-daftar nilai
-instrumen penilaian
Hasil (produk)
ketercapaian
tujuan
127
LAMPIRAN 10 : SKRIP HASIL WAWANCARA
1.
KEPALA SEKOLAH (KS)
Tanggal wawancara
: 2 September 2015
Tempat wawancara
: Kantor Kepala Sekolah
No Pertanyaan
Jawaban
Konteks
1. Apa yang menjadikebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
SKS ini bertujuan agar pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat anak, karena dengan SKS tatap muka bisa dilanjutkan di luar jam pelajaran. Tentunya bukan SKS murni tetapi masih SKS semi paket, saya kira kalau di perguruan tinggipun kalau SKS murni bisa tidak pulang sampai malam ya. Di sini ada 6 seri mata pelajaran ya mbak ada 4 seri juga, disini juga ada kelas percepatan dimana harus ditempuh dalam 4 semester. Dengan SKS ini anak bisa memilih sesuai dengan IP yang didapatkannya, jadi memang tujuan kami untuk hal-hal seperti itu. Jika ada anak pintar kan kasihan kalau harus menunggu teman-temannya, jadi dengan SKS si pintar ini bisa mendapatkan SKS lebih banyak. SKS sudah berjalan selama 3 tahun di SMAN 1 Salatiga. Program SKS ini juga bertujuan untuk menjawab tuntutan jaman, dan untuk melayani anak-anak sesuai dengan kebutuhannya, dengan SKS ini kami bisa melayani anak-anak sesuai dengan apa yang dibutuhkannya. 2. Siapa yang
mencetuskan ide untuk
melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
128
muncul dan ternyata bisa menerapkan program SKS maka munculah SK pelaksanaan program SKS.3. Apakah terdapat buku panduan dari Dinas Pendidikan bagi pelaksanaan program SKS?
Sekolah membuat panduan sendiri dengan melihat situasi dan kondisi sekolah, tentunya pelaksanaan SKS di masing-masing daerah berbeda-beda, misalnya panduan SKS di SMAN 1 Salatiga tentunya tidak sama dengan panduan di SMA Pati, dll. Maka kami melakukan analisis terlebih dahulu hingga akhirnya bisa membuat buku panduan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di SMAN 1 Salatiga.
4. Siapakah yang membuat buku panduan
pelaksanaan SKS di SMAN 1
Salatiga?
Ada tim khusus mbak, ada Kepala Sekolah, ada bagian kurikulum, dan tim pengembangan kurikulum yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah melalui SK.
5. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka apa saja kriteria agar sekolah
dikatakan layak melaksanakan program SKS?
129
saja yang susah, cuma kendalanya di penilaian, tapi penilaianpun kalau sudah dipersiapkan dengan baik hasilnya pun akan bagus dan mudah. Sebenarnya dengan melaksanakan K13 sekolah-sekolah lain secara tidak langsung juga telah melaksanakan SKS. Apalagi sekarang kelas akselerasi kan sudah dihentikan, nah salah satu solusi ya dengan program SKS ini, dengan program SKS maka bisa membuka kelas pengayaan dengan percepatan yang ditempuh dalam waktu 2 tahun, adalagi kelas pengayaan olimpiade yang bisa ditempuh dalam waktu 3 tahun. Kelas percepatan inipun bisa dilaksanakan di sekolah jika sudah mengantongi ijin dari Dinas pendidikan melalui SK. 6. Apakah tujuanyang
melatarbelakangi dilaksanakannya program SKS ini sudah masuk ke dalam visi misi sekolah?
Sudah. Visi misi ini dibuat saat ada rapat manajemen mutu sekolah, ada Kepala Sekolah, ada WaKa masing-masing bidang beserta staf-stafnya kemudian dirapatkan dan muncullah visi misi tersebut. Hampir 25% dari jumlah guru dan staf yang terlibat dalam rapat, jadi menurut saya sudah mewakili dari keseluruhan jumlah pegawai yang ada di SMAN 1 Salatiga, karena tidak mungkin jika semuanya diundang, nanti hasilnya malah tidak maksimal jika terlalu banyak orang sehingga terlalu banyak pendapat.
Input 1. Apakah sebelum
program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam
pembuatan prencanaan program?
Tentu saja sudah. Dalam perencanaan-nya kami melakukan IHT, semacam matrikulasi cara menggunakan SKS itu bagaimana, karena yang kami pakai kan bukan SKS murni, tapi SKS semi paket, sehingga perlu di ploting. Kan kalau tidak diploting nanti terjadi kebingungan, bagaimana gurunya, siswanya, dsb, sehingga ada kuota yang pasti. Agar terjadi pemerataan kelas, sehingga dari segi guru jam mengajarnya pun dapat terpenuhi, dari siswanya juga terpenuhi.
2. Dalam
pelaksanaannya
130
apakah pernahterjadi kekurangan peserta didik bagi mata pelajaran tertentu?
Matematika itu kan mata pelajaran yang paling diminati siswa, nah kalau dibuka banyak bisa-bisa mata pelajaran lain tidak kebagian siswa, sehingga kami batasi jumlah mata pelajaran tertentu, sehingga jumlah siswanya pun merata untuk masing-maisng mata pelajaran lain, seperti IPS, PKn, dll. Kebijakan kami kan juga mengacu pada UU guru dan dosen, kan jika guru mengajar kurang dari 24 jam seminggu nanti bisa saja sertifikasinya tidak keluar, jika anaknya kurang dari 20 siswa juga tidak keluar. Misalnya pelajaran bahasa inggris, kuotanya 20 siswa, jika sudah terpenuhi ya kami cut, jadi siswa yang lain harus mengambil mata pelajaran lainnya. Ya, walaupun setengah dipaksa, tapi kan tidak masalah.
3. Dalam
pelaksanaannya pernahkah terjadi kendala
kekurangan siswa?
Sebelum dapodik berjalan, walau kekurangan siswa mata pelajaran tersebut tetap berjalan, namun dengan adanya dapodik kan pihak sekolah juga mengusahakan agar guru dapat memenuhi jam mengajarnya. Ya bukannya memaksakan kehendak kepada anak, tetapi kami juga harus memikirkan kepentingan guru juga, sehingga tidak ada yang dirugikan dengan adanya program SKS.
4. Apakah sudah ada koordinasi yang baik antara penangungjawab program dengan pelaksana
program?
Tentu saja sudah. Pelaksana program di sini yang dimaksud adalah guru bisa langsung menyampaikan kendala-kendala dalam program langsung kepada bagian kurikulum, atau bisa juga saya menegaskan lagi waktu pembinaan hari Senin kita sampaikan juga. Dari bagian kurikulum menyampaikan adanya masukan dari si A, si B dan kendala-kendala yang terjadi berserta solusinya di saat pembinaan, sehingga pelaksana program lainnya juga mengetahui adanya kendala beserta solusinya.
5. Apakah terdapat kendala yang belum dapat teratasi sampai
131
sekarang? Memang ada beberapa orang yang menganggap ada kendala, karena wajar kalau ada orang yang tidak mau belajar, lalu menganggap program ini merepotkan, tapi kan lama-lama orang ini mengikuti keadaan, kemudian mau belajar dan beradaptasi dengan program yang ada.Sebenarnya hal baru itu kalau kita mau belajar pasti tidak akan ada kesulitan ataupun kendala, tapi kembali kepada manusianya mau berubah tidak. 6. Apakahguru-guru di sini sudah memenuhi kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional?
132
itu sudah bebas tidak ada beban lagi tinggal mengulang sendiri di rumah jika mau.7. Apakah peserta didik
mendapatkan sosialisasi
tentang program SKS?
Iya, peserta didik mendapatkan sosialisasi, orang tuanya juga mendapatkan sosialisasi di awal masuk sekolah. Siswa sudah diterangkan apa itu SKS, bagaimana cara mengisi KRS, dan lain sebagainya.
8. Apakah ada buku panduan bagi peserta didik?
Buku panduannya ada, bukunya sama dengan buku panduan bagi para guru.
9. Apakah dilakukan
perbaikan buku panduan secara berkala?
Tentu saja, tetapi begini, ketika anak tersebut masuk, dia menerima buku panduan, nah buku panduan yang dia pegang berlaku selama dia di SMAN 1 Salatiga, jadi dari kelas X sampai dia kelas XII, nah baru nanti angkatan berikutnya dilakukan perbaikan-perbaikan lagi. Misalnya mata pelajaran yang awalnya 4 seri itu, kemudian kami rubah menjadi 4-6 seri, jadi yang 4 seri ini hanya dipakai oleh kelas percepatan, kalau kelas reguler menggunakan mata pelajaran yang 6 seri. Kemudian untuk kelas percepatan juga berbeda dengan kelas reguler, kelas percepatan 1 jam pelajaran itu 30 menit, kalau reguler 1 jam pelajaran 45 menit. Karena kelas percepatan itu materinya ada yang diperdalam, diperluas dan dipercepat. Ini aturannya mengikuti permendiknas. 10. Apakah peserta
didik sudah dapat
beradaptasi dengan baik dengan adanya program SKS?
Tentu sudah, apalagi ini yang siswa baru sudah berjalan hampir 2 bulan, kalau di awal-awal itu biasa ya kalau mereka bingung, tapi lama-lama semakin memahami mekanisme pelaksanaan program SKS.
11. Apakah terdapat
perubahan-perubahan pada peserta didik sebelum dan sesudah
dilaksanakannya program SKS?
133
percaya kepada nilai UN dengan CBT. Dari hasil UN pun juga meningkat, secara keseluruhan dari jumlah 900 SMA negeri maupun swasta yang ada di Jawa Tengah, dari jurusan IPA masuk 10 besar, IPSnya peringkat 5,jurusan Bahasa peringkat 3.12. Darimana
sumber biaya bagi
keberlangsungan program SKS?
Sumber biaya ya dari dana sekolah yang bersumber dari orangtua dan pemerintah. Sebelum menjadi RKAS masing-masing bidang mengajukan anggarannya yang kemudian kami seleksi menjadi RKAS, selanjutnya RKAS kami mintakan tandatangan kepada Dinas Pendidikan, karena sumber dana berasal dari orangtua melalui SOP (Standart Operating Procedure).
13. Apakah terdapat dana pendukung lainnya bagi keterlaksanaan program SKS?
Tidak ada, semua dana berasal dari dana sekolah tadi.
14. Menurut ibu, apakah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah sudah memadai bagi keterlaksanaan program?
134
tombak anak-anak, kan semua ilmu bisa didapatkan di perpustakaan.15. Apakah pembuatan jadwal sudah berjalan dengan baik?
Jadwal yang dibuat oleh bagian kurikulum sudah sangat jelas dan dapat dipahami dengan baik, namun akan terdapat kendala ketika sistem dapodik mewajibkan guru untuk mengajar minimal 20 peserta didik, karena dengan program SKS ini pihak sekolah tetap harus membuka kelas ketika ada peserta didik yang berminat mengambil mata pelajaran tersebut walaupun jumlah pesertanya sedikit, misalnya hanya 3 peserta didik saja. Padahal dalam sistem dapodik diperlukan minimal 20 peserta didik agar jam mengajarnya diakui. Sehingga untuk menyiasati hal ini pihak sekolah melakukan beberapa improvisasi dalam program SKS. Pihak sekolah akan menutup kelas jika telah memenuhi kuota, sehingga peserta didik yang sebenarnya berminat mengambil mata pelajaran tersebut karena kuota sudah penuh dipaksa mengambil mata pelajaran lain. Misalnya matematika, banyak anak dari berbagai jurusan yang mengambil matematika sebagai mata pelajaran lintas minat mereka, sehingga kuota untuk mata pelajaran ini snagat banyak, untuk itu mata pelajaran ini hanya dibuka beberapa kelas saja, agar mata pelajaran lain juga mendapatkan peserta. Kalau masalah jadwal yang masih sering bertabrakan itu kadang terjadi karena kesalahan gurunya sendiri, ada beberapa guru yang ngeyel “saya tidak mau ngajar di sini” maka terjadi tabrakan jadwal.
Process 1. Bagaimana
persiapan guru mengunakan program SKS, apakah
diperlukan persiapan
de-135
khusus? ngan timnya untuk pembuatanadministrasi guru. 2. Apakah
pelaksanaan program SKS sudah berjalan dengan lancar?
Kalau menurut saya sudah lancar ya, tapi kembali ke masing-masing individu, ada yang beranggapan masih ada kendala, padahal kalau dipelajari lagi sebenarnya kendala tersbeut dapat terpecahkan. Ada yang maish beranggapan program SKS itu ribet, padahal sebenarnya memudahkan dalam mengajar, jadi kalau menurut saya program SKS sudah berjalan dengan baik.
3. Bagaimana dengan
penyusunan hasil belajar peserta didik, sudahkah berjalan dengan baik?
Tentu saja sudah. Kami memiliki software khusus yang digunakan untuk memasukkan nilai, desainnya dari sekolah, tapi untuk program softwarenya kami menyuruh ornag untuk membuat. Tugas guru itu bukan hanya meng-input nilai saja, tetapi wali kelas tetap harus memiliki data, jadi ada kronologinya bagaimana tercipta nilai demikian. Nah, itu mindsetnya susah, harusnya kan prosedurnya jelas nilai ini darimana, gabungan nilai apa saja, harusnya kan jelas, tapi ada sebagain guru yang susah untuk melaksanakannya, bahkan ada nilai yang “ngaji atau ngarang biji” karena tinggal input saja. Padahal tugas guru bukan hanya menginput nilai tetapi juga member motivasi kepada anak, kenapa nilai anak-anak jelek harusnya guru juga mengoreksi diri jangan hanya menyalahkan semuanya pada anak.
Produk 1. Apakah program
SKS sudah
berjalan sesuai rencana awal?
sekolah-136
sekolah lain yang hendak melaksanakan program SKS.2. Apakah program SKS perlu ditiru oleh sekolah-sekolah lain?
Tentu saja perlu, karena dengan program SKS ini banyak sekali manfaatnya bagi sekolah.
2.
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum
Tanggal wawancara
: 1 September 2015
Tempat wawancara
: Ruang Bagian Kurikulum
No Pertanyaan
Jawaban
Konteks 1. Apa yang menjadi
kebutuhan sekolah sehingga menjalankan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
137
Salatiga menjadi skeolah SBI, pelaksanaan program SKS juga dimaksudkan agar dapat meluluskan anak selama 2 tahun, sehingga nantinya hal ini dapat menjadi ciri khusus dari SMAN 1 Salatiga.2. Siapa yang mencetuskan ide untuk
melaksanakan program SKS di SMAN 1 Salatiga?
Ya, waktu itu kan kepala sekolahnya yang mencetuskan idenya yaitu Pak Saptono, yang punya ide pada waktu itu Pak Saptono, namun setelah perkembangan itu justru pada waktu SKS sudah kita laksanakan, tetapi ternyata muncul yang namanya akselerasi, nah kemudian setelah akselerasi dihentikan baru skeolah kembali menggunakan SKS untuk mempersingkat waktu belajar anak menajdi 2 tahun. Jadi kembali ke SKS untuk percepatan itu ya baru tahun ini. Sebenarnya wacana untuk melaksa-nakan percepatan itu sudah lama, hanya saja pada waktu itu belum ada keputusan dari Dinas Pendidikan, atau dari pusat juga belum jelas. Ketika kami memberikan pertanyaan jika ingin meluluskan siswa dalam waktu 2 tahun caranya bagaimana, dari Dinas belum bisa memberikan penjelasan.
3. Apakah sudah terdapat undang-undang yang mengatur pelaksanaan program SKS?
Kalau sekarang sudah ada, yang terbaru itu bukan Undang-undang tetapi Permendikbud 158 tahun 2014. Sebelum adanya Permendikbud terse-but, kami menggunakan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013, sebelumnya lagi ada di Permen no 20 tahun 2009 atau 2008 ya saya agak lupa, tetapi ada di situ walaupun tidak disebutkan secara gamblang ya, tapi sudah menyinggung tentang program SKS. Di beberapa perundang-undangan tersebut sudah ada syarat-syarat bagi sekolah yang ingin menggunakan program SKS beserta ketentuan-ketentuannya. 4. Apakah terdapat
buku panduan pelaksanaan SKS dari Dinas
Pendidikan?
138
belum ada, tetapi ada SMA yang sudah melaksanakan program SKS terlebih dahulu, yaitu SMA 78 Jakarta dan SMA 3 Bandung. Nah kita belajar dari mereka. Pada waktu itu ketika masih gencar-gencarnya RSBI mau menjadi SBI itukan sekolah-sekolah yang RSBI itu harus bisa melaksanakan SKS, karena itu maka kemudian diadakan pelatihan besar-besaran bagi sekolah RSBI itu, nah salah satu narasumbernya ya dari SMA 78 Jakarta. Karena mereka sudah melaksanakan lama, maka mereka memberikan panduan dari sekolahnya. Baru kemudian dari SMA 1 Salatiga mengembangkan sendiri.Nah, karena pada waktu itu setalah kita mendapat pelatihan kemudian kita melakukan studi banding kesana (ke SMA 78 Jakarta dan SMAN 3 Bandung). Ternayta dua skeolah ini memiliki dua versi yang berbeda, kemudian kita meramu dari kedua sekolah tersebut untuk kemudian diterapkan di SMAN 1 Salatiga.
5. Apakah ada seleksi khusus bagi sekolah pelaksana program SKS?
Sebenarnya mbak, untuk melaksanakan SKS itu tidak harus memakai persyaratan-persyaratan itu, karena sebenarnya justru banyak sekolah yang melaksanakan program SKS karena terpaksa, karena adanya tuntutan RSBI itu tadi. Contohnya SMA 1 Solo itu melaksanakan SKS belum lama, ketika dia membutuhkan untuk anak percepatan 2 tahun baru melaksanakan program SKS, karena program akselerasi dihentikan. Padahal anjuran pemerintah kan memang untuk menggunakan program SKS itu. Jadi Pemerintah itu kan sudah menyeleksi sendiri mana sekolah-sekolah yang layak untuk melaksanakan program SKS.
6. Apakah tujuan yang
melatarbelakangi dilaksanakannya
139
program SKS inisudah masuk ke dalam visi misi sekolah?
langsung menyesuaikan visi misi sekolah.
7. Siapakah yang merancang visi misi tersebut?
Yang merancang ya semua bidang melalui Raker (rapat kerja), bukan hanya dari bidang kurikulum tetapi menyangkut semua bidang karena visi misi sekolah kan juga menyangkut keseluruhan personil sekolah.
Input 1. Apakah sebelum
program dilaksanakan sudah dibuat perencanaannya terlebih dahulu? Jika sudah, siapa saja yang terlibat dalam
pembuatan prencanaan program?
Tentu saja sudah dibuat rancangannya. Kalau pakarnya ya bidang kurikulum itu sebagai narasumber, jadi ketika kita merancang SKS di SMAN 1 Salatiga kan yang berperan kurikulum, etapi utnuk lebih detailnya kan kita melakukan studi banding, kemudian mendatangkan narasumber tentang SKS melalui IHT (in House Training) dengan pembicara dari SMAN 3 Bandung. Pernah kita menda-tangi diklat-diklat dnegan pembicara dari SMA 78 Jakarta, kemudian ada pakar SKS juga di Dinas Provinsi itu namanya Pak Topo itu pernah memberikan saran-saran, kemudian pada waktu itu Pak Saptono itu juga pakar SKS jadi juga memberikan dukungan melalui diklat-diklat.
2. Kapan dan dimana program SKS ini
dirancang?
Sebelumnya kan kita belajar dulu melalui diklat-dilat tadi baru kemudian kita membuat program, nah baru program dilaksanakan dan itu memang pada waktu itu pelaksanaannya kan melibatkan Waka kurikulum waktu itu Bu Yulianti, saya waktu itu sebagai staf bagian kurikulum. Dalam perancangan program ini guru belum dilibatkan. 3. Setelah program
dilaksanasakan apakah guru dilibatkan dalam pembuatan program ini?
Waktu itu guru belum dilibatkan sih mbak, kami yang merancang program, kemudian kami sosialisasikan, jadi guru tinggal melaksanakan programnya. Jadi guru di sini perannya ya sebagai pelaksana program SKS, karena memang yang diberikan tanggungjawab itu bidang kurikulum.
4. Apakah peserta didik
140
mendapatkanbuku panduan program?
5. Siapakah yang merancang buku panduan
program SKS tersebut?
Bagian kurikulum yang merancang dna berwenang menyusun buku, tetapi buku tersebut terus menerus diperbaiki dari tahun ke tahun. Walaupun muatan mata pelajarannya tidak bertambah, tapi terjadi pergeseran-pergeseran di beban mata pelajarannya. Kan KTSP dengan kurikulum 2013 tentu beban mata pelajarannya juag berbeda.
Nah buku itu berlaku utnuk tiap angkatan, jadi ketentuan-ketentuan yang ad adi buku panduan berlaku selama siswa tersebut bersekolah di SMAN 1 Salatiga. Walaupun ada perbai-kan, perbaikan tersbeut berlakunya ya untuk angkatan selanjutnya.
6. Apakah terdapat buku panduan program SKS bagi guru dan staf?
Bapak ibu guru buku panduannya juga sama dengan buku panduan siswa, karena di dalamnya sudah detail dan lengkap, sudah mencakup anak dan juga gurunya, jadi kami menggunakan satu buku panduan yang berlaku bagi guru maupun siswanya.
7. Sudahkah dilakukan pelatihan-pelatihan bagi guru tentang program SKS ini?
Kalau pelatihan-pelatihan itu biasanya yang berangkat bidang kurikulum, sedangkan bapak ibu guru hanya mendapatkan sosialisasi-sosialisasi dari bidang kurikulum, karena bidang kurikulum selaku penanggung-jawab program SKS.
8. Apakah perlu dilakukan latihan lagi bagi
pengembangan program SKS?
Seharusnya perlu karena masih banyak hal yang belum kami ketahui berkaitan dengan SKS.
9. Apakah sekolah sudah membuat rencana/agenda kegiatan bagi pelatihan tersebut?
Ada beberapa yang sudah direncakana, tetapi untuk pelatihan SKS tidak kita khususkan karena saat ini kami sedang berkonsentrasi kepada pelatihan-pelatihan berkaitan dengan Cerdas Istimewa Bakat Istimewa (CIBI)
10. Apakah sudah dilakukan
sosialisasi
kepada peserta
141
didik berkaitandengan SKS ini?
sosialisasi tentang SKS yang kami agendakan di awal tahun ajaran baru. 11. Apakah sudah
terjalin
koordinasi yang baik antara pihak penanggungja-wab program dengan pihak pelaksana program?
Tetap ya, ketika guru menemukan masalah selalu melaporkannya ke bidang kurikulum, agar pihak kuriku-lum dapat memberikan solusi dan memperbaiki program yang ada. Tetapi pihak kurikulum juga tetap melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan bidang-bidang lain dalam menangani masalah/kendala yang muncul. Biasanya kendala-kendala tersebut guru sampaikan pada saat pembinaan yang kami lakukan setiap hari senin, dan juga saat raker. Biasanya kalau dalam pembinaan dan raker ada notulennya, tetapi kebanyakan secara lisan juga, supaya lebih cepat penanganannya dan kendala bisa segera diatasi.
12. Apakah peserta didik sudah dapat beradaptasi dengan baik menggunakan program SKS?
Awalnya anak-anak pasti kurang paham karena program ini sesuatu yang baru, yang penting di awal kami sudah memberikan sosialisasi dan selama berlangsung kami terus menerus memberikan pemahaman mengenai SKS, sehingga lama kelamaan anak-anak semakin paham, dan di kelas 2 dan 3 mereka sudah paham betul apa itu SKS.
13. Apakah terjadi peningkatan prestasi dengan penggunaan program SKS ini?
Tentu saja ada. Misalnya masalah akademik, kita menunjukkan peringkat yang naik berdasarkan nilai UN. Menurut saya peirngkat akadmeik anak-anak naik juga karena adanya program SKS ini, kalau dalam grafik dapat kita lihat adanya peningkatan. Kemudian masalah kenakalan, ya menurut saya juga sudah lebih berkurang karena anak-anaknya dituntut untuk lebih mandiri.
14. Darimanakah sumber
pembiayaan bagi program?
142
Sekolah), jadi smeua kegiatan terperinci ad adi situ dari setiap bidang. Kalau untuk hal-hal berkaitan dengan SKS itu yang mengusulkan ya bidang kurikulum.15. Apakah terdapat sumber dana khusus dari pemerintah bagi program SKS ini?
Tidak ada, semuanya sama. Kami menerima sumber dana yang sama dnegan SMA-SMA lain, tidak ada dana khusus bagi program SKS.
16. Apakah sekolah sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai bagi terlaksananya program SKS?
Ya sebenarnya kalau kita ingin melaksanakan program SKS secara ideal masih ada yang kurang. Karena seharusnya program SKS itu harusnya moving class, tapi kan ruang kelas masih belum memadai, dan masih banyak sarana prasarana lainnya sih yang perlu diperbaiki.
17. Bagaimana cara pihak sekolah dalam menyusun jadwal?
Kalau dari jadwal tim kurikulum yang bertugas membagi jadwal bagi para guru, sedangkan untuk lintas minat biasnya pembagian kelasnya kami lakukan sebelum awal tahun ajaran baru dimulai. Mislanya ada 5 lintas minat, nah dari 5 kelas nanti saat lintas minat anak-anak akan melakukan moving class. Nah data lintas minat itu kami dapatkan saat sosialisasi sudah kami bagikan pilihan lintas minat, sehingga di awal tahun ajaran baru anak-anak sudah siap untuk menerima jadwal masing-masing beserta kelas lintas minatnya. Nah biasanya ada beberapa kelas lintas minat yang buka kelasnay lebih banyak, misalnya ekonomi. Biasanya anak-anak banyak yang tertarik mengambil kelas lintas minat ekonomi, sehingga kami membuka kelas ekonomi sampai 3 kelas maka gurunya pun beda-beda juga. Saat pembagian jadwal ini anak-anak sudah langsung mendapatkan kelas lintas minat ini gurunya ini ruangannya di sini. Itu yang membuat pusing karena kami harus membagi kelas yang sangat banyak.
18. Apakah ada kendala dalam
143
pembuatanjadwal?
terkadang dalam pembuatan jadwal 1 bulan pembelajaran berlangsung itu jadwal baru clear (tidak ada yang bertabrakan jam mengajarnya).
19. Apakah jadwal yang dibuat sudah dapat dipahami dengan baik oleh pihak pelaksana
program?
Karena sekarang kita sudah terbiasa sehingga sudah dapat dipahami ya, tapi awalnya ya butuh penjelasan dan koordinasi yang baik dari bagian kurikulum, kan lintas minat ini pelajaran ini gurunya ini ruangannya di sini, sehingga kadang ruang kelas sampai membengkak dan kami harus menggunakan ruang lab yang ada. Dulu di awal-awal guru-guru juga masih bingung namun sekarang karena sudah terbiasa ya sudah berjalan dengan baik. 20. Apakah jadwal
pembelajaran sudah berjalan sesuai yang direncanakan?
Sudah berjalan sesuai harapan, karena anak-anak sudah terbiasa, gurunya juga sudah terbiasa sehingga sudah berjalan dengan baik.
Process 1. Apakah terdapat
kendala-kendala yang belum teratasi sampai sekarang?
Kendala itu biasanya berkaitan dengan ruang dan sertifikasi guru. Jam mengajar guru yang harus 24 jam itu seharusnya bisa teratasi dengan adanya program SKS, karena saat ini belum ada aturannya di SMA, adanya masih di SMP. Nah nanti kalau sampai benar-benar diterapkan oleh sistem dapodik akan banyak guru kekurangan jam mengajar. Karena program SKS ini mau berapapun jumlah muridnya kan kelas harus dibuka,sehingga kadang guru mengajar siswanya kurang dari 20, padahal nantinya kalau dari sistem dapodik kalau kurang dari 20 siswa guru tidak akan diakui jam mengajarnya, nah itu nanti yang membuat repot. Tapi kan kebetulan di SMA hal tersebut belum diberlakukan sih, jadi itu masih belum menjadi kendala saat ini.
2. Bagaimana cara penyusunan hasil belajar peserta didik?
144
sudah ada misalnya nilai fisiknya 80 harusnya di rapor keluar nilai A atau B itu sudah ada sistemnya.Produk 1. Apakah program
SKS sudah berjalan sesuai rencana awal?
Sebenarnya perencanaan juga kami rancang sesuai keadaan sekolah, karena kalau kita rencanakan terlalu ideal dan tidak sesuai keadaan sekolah kan akan menyulitkan, sehingga dari awal perencanaan program SKS disesuaikan dengan situasi dann kondisi sekolah, sehingga ya pelaksanaannya sudah sesuai dengan perencanaannya.
2. Apakah program SKS di SMAN 1 Salatiga masih perlu dilakukan perbaikan?
Tentu saja perlu. Program perlu terus menerus disempurnakan. Misalnya dalam hal pelaksanaan, perlu adanya moving class sehingga program SKS benar-benar murni.
3. Apakah program SKS akan terus digunakan oleh sekolah?
Tentu saja, karena program SKS ini akan menjadi salah satu cara legalisasi kelas percepatan sebagai pengganti kelas akselerasi.
4. Apakah program SKS di SMAN 1 Salatiga sudah layak untuk ditiru oleh sekolah-sekolah lain?