• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR KENAIKKAN HARGA KEDELAI YANG BERIMBAS PADA LANGKANYA PRODUKSI TAHU DAN TEMPE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR KENAIKKAN HARGA KEDELAI YANG BERIMBAS PADA LANGKANYA PRODUKSI TAHU DAN TEMPE."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

TEMPE

(Studi Analisis Fr aming Berita Tentang Kenaikkan Harga Kedelai Yang Berimbas Pada Langkanya Pr oduksi Tahu dan Tempe Pada Kompas dan

J awa Pos Edisi 24 – 28 J uli 2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Disusun Oleh :

LULUS YULIANI 0843010128

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

(2)

PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR KENAIKKAN HARGA

KEDELAI YANG BERIMBAS PADA LANGKANYA

PRODUKSI TAHU DAN TEMPE

(Studi Analisis Framing Berita Tentang Kenaikkan Harga Kedelai Yang Berimbas Pada Langkanya Pr oduksi Tahu dan Tempe Pada Kompas dan

J awa Pos Edisi 24 – 28 J uli 2012)

Oleh : LULUS YULIANI NPM : 0843010128

Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi,

Pembimbing Utama

Dr s, Kusnarto, MSi NIP. 195808011984021001

Mengetahui, DEKAN

(3)

PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR KENAIKKAN HARGA KEDELAI YANG BERIMBAS PADA LANGKANYA PRODUKSI

TAHU DAN TEMPE

(Studi Analisis Framing Berita Tentang Kenaikkan Harga Kedelai Yang Berimbas Pada Langkanya Pr oduksi Tahu dan Tempe Pada Kompas dan

J awa Pos Edisi 24 – 28 J uli 2012) Oleh :

LULUS YULIANI NPM : 0843010128

(4)

KATA PENGANTAR

Segala ucapan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala rahmat, hidayah dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik – baiknya.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dengan penuh kesungguhan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Drs. Kusnarto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan pengarahan dan dorongan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-NYA penulis diberikan kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(5)

3. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi di UPN “Veteran” Jatim.

4. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi di UPN “Veteran” Jatim.

5. Drs. Kusnarto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas segala kontribusi bapak atas penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staff Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jatim.

7. Terima kasih kepada Mama, Bapak, Mbak Yani dan Mas Didik atas dukungan dan motivasi yang sudah diberikan mengenai penyusunan skripsi ini.

8. Ryo Handy Putra. Terima kasih atas dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Annisa Nadhilah. Terima kasih atas segala bantuan dukungan dan motivasi yang diberikan pada penulis, dalam meyelesaikan skripsi ini.

10.Slamet Benny Raharjo. Terima kasih mas atas masukan – masukannya

(6)

Akhirnya kata penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta penulis mengharapkan segala kritik dan saran demi saran demi kesempurnaan skripsi ini.

(7)

DAFTAR ISI

2.1.4 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas ... 19

2.1.5 Wartawan Sebagai Agen Konstruksi Realitas ... 20

2.1.6 Framing dan Proses Produksi Berita ... 24

(8)

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 41

4.1.1.1. Kebijakan Redaksional Jawa Pos ... 50

4.1.2. Gambaran Umum Surat Kabar Kompas ... 51

4.1.2.1. Sejarah Perkembangan Surat Kabar Kompas.... 51

4.1.2.2. Kebijakan Redaksional Kompas ... 54

4.2 Hasil dan Penelitian ... 56

4.2.1.Analisis Framing Surat Kabar Harian Jawa Pos ... 57

4.2.1.1. Framing Berita Jawa PosTanggal 25 Juli 2012.. 57

4.2.1.2. Framing Berita Jawa Pos Tanggal 26 Juli 2012. 60 4.2.1.3. Frame Surat Kabar Harian Jawa Pos ... 64

4.2.2. Analisis Framing Surat Kabar Harian Kompas ... 65

4.2.2.1. Framing Berita KompasTanggal 25 Juli 2012 ... 65

4.2.2.2. Framing Berita KompasTanggal 26 Juli 2012 ... 68

4.2.2.3. Frame Surat Kabar Harian Kompas ... 72

(9)

LAMPIRAN

A.Lampiran Populasi Berita J awa Pos dan Kompas Tangaal 24 – 25 J uli

2012 ... 79

1. Jawa Pos Tanggal 24 Juli 2012... 79

2. Jawa Pos Tanggal 25 Juli 2012... 80

3. Jawa Pos Tanggal 26 Juli 2012... 81

4. Jawa Pos Tanggal 27 Juli 2012... 83

5. Jawa Pos Tanggal 28 Juli 2012... 85

6. Kompas Tanggal 24 Juli 2012 ... 86

7. Kompas Tanggal 25 Juli 2012 ... 89

8. Kompas Tanggal 26 Juli 2012 ... 92

9. Kompas Tanggal 27 Juli 2012 ... 96

10. Kompas Tanggal 28 Juli 2012 ... 97

B. Lampiran Korpus Berita J awa Pos dan Kompas ... 98

1. Jawa Pos Tanggal 25 Juli 2012... 98

2. Jawa Pos Tanggal 26 Juli 2012... 99

3. Kompas Tanggal 25 Juli 2012 ... 100

(10)

ABSTRAKSI

LULUS YULIANI, PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR KENAIKAN HARGA KEDELAI YANG BERIMBAS PADA LANGKANYA PRODUKSI TAHU DAN TEMPE (Analisis Framing Ber ita Tentang Kenaikkan Har ga Kedelai Yang Ber imbas Pada Langkanya Pr oduksi Tahu dan Tempe Pada Kompas dan J awa Pos Edisi 24 – 28 J uli 2012)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh pemberitaan kenaikkan harga kedelai impor yang menjadi pro dan kontra di Negara kita, dan menjadi bahan pembicaraan publik dari level masyarakat biasa hingga elite politik. Tidak sedikit dari masyarakat maupun elite politik yang menentang kebijakan – kebijakan tersebut.

Pada penelitian ini akan dijelaskan bagaimana cara media dalam membingkai berita tentang kebijakan pemerintah saat kenaikkan harga kedelai, melalui penonjolan maupun penekanan isu yang diangkat oleh harian Kompas dan Jawa Pos, yang dikonstruksikan dalam suatu proses penulisan berita. Penulisan berita meliputi bagaimana cara wartawan dalam menyusun fakta, menceritakan fakta, menulis dan memberi penekanan pada fakta. Penulis akan menganalisis berita tentang rencana kenaikkan kedelai impor per 24 Juli 2012 di harian Kompas dan Jawa Pos dengan menggunakan analisis framing Robert N. Entman.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis framing. Analisis framing sangat tepat digunakan untuk mengungkap kecenderungan sikap dan prespektif suatu media dalam cara pemberitaannya. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep dari model Entman yang mengunakan empat cara tentang menganalisis framing, sehingga akan dapat diketahui bahwa bagaimana frame atau pembingkaian berita yang dilakukan oleh Kompas dan Jawa Pos dalam mengangkat isu maupun membongkar kasus – kasus yang terdapat dalam pemberitaan kedua media tersebut. Adapun empat cara yang digunakan dalam analisis framing model Robert N. Entman, yaitu : Define Problem, Diagnose Cause, Make Moral Judgement, Treatment

Recommendation. Korpus dalam penelitian ini adalah berita – berita tentang rencana

kenaikkan harga kedelai impor di surat kabar Kompas dan Jawa Pos tanggal 24 Juli – 28 Juli 2012.

Hasil analisis peneliti dapat diketahui bahwa Surat kabar Kompas mengkonstruksi berita tentang kenaikkan harga kedelai impor sebagai masalah pemerintah yang kurang memperhatikan perajin tahu dan tempe serta sikap pemerintah yang sepertinya lamban dalam memberikan solusi dari permasalahan ini. Surat kabar Jawa Pos mengkonbstruksi berita tentang kenaikkan harga kedelai impor sebagai masalah upaya para perajin tahu dan tempe untuk mendapat perhatian dari pemerintah, terkait dengan kenaikkan harga kedelai impor. Surat kabar Kompas memberikan solusi instan dengan menghapus bea masuk kedelai impor per agustus sampai akhir tahun 2012. Sedangkan Jawa Pos memberikan solusi menghapus bea masuk impor kedelai untuk upaya tekan harga tahu dan tempe.

(11)

ABSTRACTION

LULUS YULIANI, PEMBINGKAIAN BERITA SEPUTAR KENAIKAN HARGA KEDELAI YANG BERIMBAS PADA LANGKANYA PRODUKSI TAHU DAN TEMPE (Analisis Framing Ber ita Tentang Kenaikkan Har ga Kedelai Yang Ber imbas Pada Langkanya Pr oduksi Tahu dan Tempe Pada Kompas dan J awa Pos Edisi 24 – 28 J uli 2012)

This research background by the preaching of the price increase soybean imports into the pros and cons in our country, and the subject of public discussion of the level of ordinary people to the political elite. Not the least of society and the political elite who oppose the policy - policy.

In this study, I will describe how the news media in framing government policy while soybean prices increase, melalaui protrusion or suppression issues raised by Kompas and Jawa Pos, which is constructed in a process of report writing. News writing covers how to reporters in establishing the facts, tell the facts, write and give emphasis to the fact. The author analyzes the news of the increase in soybean imports per plan July 24, 2012 in Kompas and Jawa Pos by using framing analysis of Robert N. Entman.

The method used is the method of qualitative analysis of the framing. The analysis is very precise framing is used to uncover the attitudes and perspectives of a trend in the way the media message. The analysis used in this study is the concept of Entman models that use four ways of analyzing framing, so it will be able to know that how to frame or framing news by Kompas and Jawa Pos in raising issues or unload cases - cases that are in the news media both them. The four methods used in the analysis of the model framing Robert N. Entman, namely: Define Problem, Diagnose Cause, Make Moral Judgment, Treatment Recommendation. The corpus in this study is the news - news about the plans increase in price of imported soybean newspaper Kompas and Jawa Pos dated 24 July to 28 July 2012.

The results of the analysis researchers can note that constructing Kompas Newspaper news about the increase in price of imported soybeans as the government's lack of attention to issues of tofu and tempeh as well as the government's attitude that seemed slow in providing the solution of this problem. Jawa Pos newspaper mengkonbstruksi news about the increase in price of imported soybeans as a problem of the efforts of tofu and tempeh to the attention of the government, related to the increase in price of imported soybeans. Kompas newspaper providing instant solutions to remove customs duty on imported soybean per August until the end of 2012. While the Jawa Pos provide a solution to remove import duties for soybean prices hit efforts and tofu.

(12)

1.1Latar Belakang Masalah

Media massa adalah salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Media massa menyajikan kegiatan atau peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Hingga antara keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Berita – berita yang disajikan oleh media massa merupakan hasil seleksi dari berbagai issue yang berkembang di masyarakat. Tidak semua kejadian atau peristiwa yang terjadi didalam kehidupan manusia ditampilkan oleh media massa. Media massa berhak untuk menentukan fakta apa yang akan diambil bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak kemana berita tersebut dibawa. Ini tentu saja berkaitan dengan cara pandang atau perspektif yang digunakan oleh masing – masing media (Sobur, 2002 : 162).

(13)

tandingan (Eriyanto, 2003 : 47).

Sebagai suatu alat untuk menyampaikan berita, penilaian atau gambaran, media massa mempunyai kemampuan untuk berperan sebagai institusi yang dapat membentuk opini publik. Media massa ikut menentukan baik tidaknya masyarakat dan apa yang ditampilkan akan diikuti oleh khalayak. Selain itu dalam media massa ada pemilik modal, pemimpin redaksi, pemerintah dan masyarakat. Masing – masing kelompok ini mempunyai ukuran, keinginan yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kepentingan ini yang membuka peluang memunculkan conflict of interest (konflik kepentingan), sehingga perlu adanya aturan yang konkret untuk

membatasi apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, sehingga diharapkan dapat mewadahi atau menjadi tolak ukur dalam mengatur “pergaulan” antara media massa, pemerintah dan masyarakat. Hal tersebut yang menjadikan media massa dapat memberikan pengaruh – pengaruh positif dan negatif, dengan adanya peran tersebut media massa merupakan sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan.

(14)

Meskipun demikian tak dapat dipungkiri bahwa media massa mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, terlepas dari bagaimana wartawan mengemas dan menyajikan beritanya. Karena media massa juga merupakan jembatan dalam membangun stabilitas nasional serta kontrol sosial atara pemerintah dan masyarakat, yang ada dalam penyampaiannya tidak hanya dapat disampaikan secara langsung namun secara efisiensi dan efektifitas hal tersbut juga dapat disapaikan melalui media massa.

Media massa dibedakan menjadi dua macam yaitu media massa elektronik dan media massa cetak. Media massa elektronik adalah suatu media yang menampilkan pesan – pesan baik secara audio maupun visual. Contohnya : televisi, radio, internet, dan sebaginya. Sedangkan media massa cetak adalah suatu media statis dan mengutamakan pesan – pesan visual. Dan salah satu bentuknya adalah surat kabar (Koran). (Eriyanto, 2002 : 3-5)

Surat kabar secara spesifik memiliki keunggulan, antara lain informasi – informasi yang dicantumkan setiap hari sesuai dengan apa yang terjadi di dalam masyarakat, dan mampu menjangkau masyarakat luas. Berbeda dengan majalah yang terbit setiap seminggu sekali, atau sebulan sekali. Maka surat kabar terbit setiap hari. Surat kabar juga menyajikan berita dan informasi yang singkat, padat dan jelas. Surat kabar hanya dapat dinikmati secara visual, yaitu menggunakan satu indera, pengelihatan. Ini menjadikan surat kabar sebagi hot media dan tidak multitafsir. Surat kabar pun merupakan media yang praktis.

(15)

dapat memabatasi wartawan dalam menulis berita. Kebijakan redaksional menjadi sebuah pedoman serta ukuran dalam menentukan kejadian macam apa yang oleh surat kabar itu patut diangkat dan dipilih untuk menjadi berita maupun bahan komentar. Visi pokok yang dijabarkan menjadi kebijakan redaksional tersebut menjadi kerangka acuan serta kriteria dalam menyeleksi dan mengolah bahan menjadi berita. (Oetama, 2001 : 146)

Berita pada dasarnya dibentuk melalui proses aktif dari pembutan berita. Peristiwa yang kompleks dan tidak beraturan, disederhanakan dan dibuat bermakna oleh pembuat berita. Tahap paling awal dari produksi sebuah berita adalah bagaimana wartawan mempresepsikan peristiwa atau fakta yang akan diliput.

Fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat, merupakan perwujudan dari sebuah informasi atau berita yang selaras, seimbang, dan dapat dipercaya. Oleh karena itu setiap perspektif media dalam mengolah dan menyusun berita akan selalu berbeda – beda, baik dalam kemasan atau dalam tampilannya. Hal tersebut dikarenakan adanya segmentasi yang berbeda – beda serta visi misi yang dibangun dan diciptakan oleh masing – masing media.

(16)

Isu ini dipilih karena kenaikan harga kedelai kini menjadi pro dan kontra di Negara kita, dan menjadi bahan pembicaraan dari level masyarakat biasa hingga elite politik. Tidak sedikit dari masyarakat maupun elite politik yang kian ramai memperbincangkan hal tersebut. Seperti Ketua Dewan Pertimbangan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia yang juga menjabat sebagai anggota DPR, Siswono Yudo Husodo mengatakan bahwa peristiwa melonjaknya harga kedelai menjadi pelajaran yang mahal bagi Indonesia apabila bergantung pada impor, selanjutnya Siswo Yudo Husodo mengatakan :

“Kejadian itu telah memukul kita. Kedaulatan nasional kita sungguh terusik. Kenaikan harga itu membuat perajin industri tahu dan tempe tak bisa bekerja dengan harga lama, sementara meningkatnya harga jualnya terhadang keterbatasan daya beli. Oleh karena itu, semua pihak yang terkait dengan masalah pengadaan pangan harus menyadari, kita harus mandiri dalam ketersediaan panggan”. (Kompas, 25 Juli 2012).

Melonjaknya harga kedelai yang berakibat pada kelangkaan dan tingginya harga tempe dan tahu terus menjadi isu politik di parlemen. Wakil Ketua Komisi Pertanian dari Partai Demokrat Herman Khaeron menegaskan, persoalan tersebut masuk kategori darurat. Beliau melanjutkan, dua pihak yang sudah diperintah oleh SBY untuk mengatasi persoalan tersebut, yaitu Mentri perdagangan (Mendag) dan Mentri pertanian (Mentan), harus sesegera mungkin memastikan akar persoalan yang ada. Sebab dengan mengetahui akar masalahnya, solusi untuk mengatasi persoalan itu tentu juga bisa segera diambil.

(17)

swasembada kedelai, selanjutnya ia menegaskan :

“Selama Menko Perekonomian tidak serius, beginilah jadinya. Butuh peran koordinasi Menko Perekonomian, tapi faktanya dia kurang memperhatikan aspek pertanian”. (Jawa Pos, 26 Juli 2012).

Sementara itu kenaikan harga kedelai juga meresahkan bagi para perajin tahu dan tempe, karena kedelai merupakan bahan utama dalam pembuatan tahu dan tempe. Terhitung mulai Rabu 25 Juli 2012 hingga Jumat perajin tahu dan tempe mogok produksi. Aksi ini merupakan bentuk protes para perajin kepada anggota pemerintahan, dikarenakan lonjakan harga kedelai yang makin tinggi, yakni dari harga sekitar 5.500 per kilogram (kg) menjadi Rp 6.500 per kg, dan akhirnya meningkat menjadi Rp 8.000 per kg. Aksi mogok berproduksi ini bertujuan agar pemerintah dapat melihat penderitaan para perajin tahu dan tempe menyusul kenaikan harga komoditas kedelai. Aksi ini juga ditujukan untuk para konsumen agar dapat memahami kenapa perajin menaikkan harga produk.

(18)

hal tesebut juga sesuai dengan kebijakan dari bagaimana cara pandang surat kabar itu sendiri.

Perbedaan cara pandang surat kabar sangat dipengaruhi oleh visi dan misi yang dimiliki suatu surat kabar, baik secara eksplisit dan implisit dalam teks yang disampaikan kepada khalayak. Secara teknis kandungan implisit dapat ditelusuri dari proses pemberitaan dalam merekonstruksi suatu fakta dalam konteks tertentu, yaitu saat jurnalis melakukan framing (pembingkaian).

Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau

cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing seperti dikatakan Todd Gittlin (Eriyanto, 2002) adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Melalui frame, jurnalis mengemas peristiwa yang kompleks itu menjadi peristiwa yang dapat dipahami, dengan perspektif tertentu dan lebih menarik perhatian khalayak. Laporan berita yang akhirnya ditulis oleh wartawan pada kahirnya menampilkan apa yang dianggap penting, apa yang dianggap perlu ditonjolkan dan apa yang dianggap perlu disampaikan oleh wartawan kepada khalayak pembaca.

Sebagai salah satu teks media, analisis framing mempunyai perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan analisis isi kualitatif. Prinsip analisis framing menyatakan bahwa terjadi proses seleksi isu fakta tertentu yang

(19)

(frame) sehingga menghasilkan konstruksi makna yang spesifik. Dalam hal ini biasanya media menyeleksi sumber berita, memanipulasi pernyataan,dan mengedepankan perspektif tertentu sehingga suatu saat interpretasi menjadi lebih mencolok (noticeable) daripada interpretasi yang lain. (Sobur,2002 : 165)

Mengutip pendapat Huda dan Eriyanto bahwa “Analisis framing merupakan salah satu model analisis yang alternative yang bisa mengungkap fakta. Analisis framing membongkar bagaimana realitas dibingkai oleh media. Melalui analisis framing dapat diketahui mana kawan mana lawan, mana patron mana klien, siapa diuntungkan, siapa dirugikan, siapa dibentuk siapa membentuk, dan seterusnya.” (Eriyanto,2004 : VI)

Pembingkaian berita antara surat kabar yang satu dengan surat kabar yang lain berbeda – beda. Seperti halnya dengan Harian Kompas dan Harian Jawa Pos, yang mana kedua surat kabar ini memiliki cara pandang yang berbeda – beda dalam membingkai berita tentang kenaikan harga kedelai yang terjadi mulai 24 Juli 2012.

Dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti bagaimana harian Kompas dan Harian Jawa Pos membingkai suatu fakta atau peristiwa, terutama dalam menulis, menyajikan serta memberikan penekanan terhadap fakta kenaikan harga kedelai.

(20)

tempe serta Kompas melihat dari segi sikap pemerintah yang sepertinya lamban dalam memberikan solusi dari permasalahan ini. Namun dalam beberapa pemberitaannya, Kompas menempatkan berita yang berkaitan dengan kenaikan harga kedelai pada halaman depan sebagai headline. Dalam pemberitaannya Kompas memberitakan tentang sikap pemerintah dalam mencari solusi atas kenaikan harga kedelai, serta mengaitkan dengan nasib para perajin tahu dan tempe setelah lonjakan harga kedelai. Penonjolan isu yang diangkat oleh harian Kompas jelas terlihat pada penulisan judul maupun lead (teras berita) yang dilakukan oleh Kompas.

Sedangkan Jawa Pos juga memberitakan tentang kenaikkan harga kedelai, pada 24 – 28 Juli 2012. Jawa Pos membahas tentang upaya para perajin tahu dan tempe untuk mendapat perhatian pemerintah, terkait dengan kenaikkan harga kedelai impor. Berbeda dengan Kompas, Jawa Pos meletakkan pemberitaan tentang kenaikan harga kedelai ini di bagian rubik ekonomi bisnis dan bukan sebagai headline.

Peneliti memilih menggunakan perangkat framing Robert N. Entman dalam penelitian ini, karena pada perangkat framing Robert N. Entman melihat framing dalam dua dimensi besar yakni seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek – aspek realitas yang dilakukan dengan empat cara yaitu define problems (Pendefinisian masalah), diagnose causes ( Memperkirakan masalah atau sumber masalah), make moral judgement (Membuat keputusan moral), treatment recommendation (Menekankan penyelesaian). Hal ini sangat sesuai dengan

(21)

isu tentang pemberitaan kenaikan harga kedelai.

Dengan menggunakan model Entman, dapat dilihat bagaimana Kompas dan Jawa Pos membingkai berita tentang kenaikan harga kedelai. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan pembingkaian berita dari kedua media akan semakin terlihat jelas dengan cara analisa dari model Etman. Bagaimana isu tersebut diangkat, apa saja penekanan atau penonjolan beritanya dan bagaimana membongkar kasus atau isu dalam suatu pemberitaan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakanng di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagi berikut : “Bagaimana harian Kompas dan Jawa Pos membingkai berita tentang kenaikan harga kedelai per 25 Juli 2012?”

1.3Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana harian Kompas dan Jawa Pos membingkai berita tentang kenaikkan harga kedelai per 25 Juli 2012.

1.4Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis

(22)

b. Secara Praktis

(23)

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Sur at Kabar Sebagai Media Kontr ol Sosial

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, cerita, artikel, iklan, dan sebagainya yang dicetak ke dalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan secara teratur, bisa terbit setiap hari atau seminggu sekali. (Djuroto, 2002:11)

Pada ilmu kounikasi khususnya studi komunikasi massa, surat kabar merupakan salah satu kajiannya. Dalam buku “Ensiklopedi Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media cetak yaitu berupa lembaran – lembaran berisi berita, karangan – karangan dan iklan yang diterbitkan secara berkala : bisa harian, mingguan, bulanan, serta diedarkan secara umum. (Junaedhi, 1991:257)

Pada perkembangannya, surat kabar menjelma sebagai salah satu bentuk dari pers yang memiliki kekuatan dan kewenangan untuk menjadi sebuah kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan adanya falsafah pers yang selalu identik dengan kehidupan sosial, politik, dan budaya.

(24)

2.1.2. Sur at Kabar dan Konstruksi Realitas

Dalam pandangan kontruksionis media dilihat bukanlah sekedar saluran yang bebas. Media juga mengkonstruksi realita, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihaknya. Media bukan hanya memiliki peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa lewat bahasa. Lewat pemberitaan pula media dapat membingkai dengan bingkaian tertentu dan pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu. (Eriyanto, 2004:24)

Peristiwa – peristiwa yang dijadikan berita oleh media massa tertentu melalui proses penyeleksi terlebih dahulu. Hanya peristiwa yang memenuhi kriteria kelayakan informasi yang akan diangkut oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak. (Eriyanto, 2004:26)

Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan menggunakan bahasa sebagai perangkatnya. Sedangkan bahasa bukan hanya sebagai alat realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Akibatnya media massa memiliki peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi gambar yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikan. (Sobur, 2001 : 88)

(25)

Dalam konstruksi realitas, bahasa dapat dikatakan sebagai unsur utama. Bahasa merupakan instrumen pokok untuk mencerminkan realitas, sehingga dapat dikatakan bahwa bahasa adalah alat konseptual dan alat narasi media. (Sobur, 2001:91)

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckman telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi, subyektivasi, dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.

Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut : 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi

(26)

a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti kekuatan – kekuatan capital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan modal.

b. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai pertisipasi kepada masyarakat, namun ujung – ujungnya adalah juga untuk menjual berita demi kepentingan kapitalis.

c. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun akhir – akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, namun slogan – slogan tentang visi ini tetap terdengar. Jadi, dalam menyiapkan materi konstruksi, media massa memosisikan diri pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umunya keberpihakan pada kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan mengingat media massa adalah mesin produksi kapitalis yang mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan.

2. Tahap sebaran konstruksi

(27)

media cetak memiliiki konsep real timeyang sifatnya tertunda, namun konsep aktualitas menjadi pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh berita tersebut.

Pada umumnya sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, dimana media menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengkonsumsi informasi itu. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media menjadi penting pula bagi pembaca. 3. Tahap pembentukan konstruksi realitas

a. Tahap pembentukan konstruksi realitas

(28)

b. Pembentukan konstruksi citra

Pembentukan konstruksi citra bangunan yang diinginkan oleh tahap konstruksi. Dimana bangunan konstruksi citra yang dibangun oleh media massa ini terbentuk dalam dua model : 1) model good news dan 2) model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi suatu

pemberitaan sebagai pemberitaan yang baik. Pada model ini objek pemberitaan dikonstruksi sebagai sesuatu yang memiliki citra baik sehingga terkesan lebih baik dari sesungguhnya kebaikkan yang ada pada objek itu sendiri. Sementara, pada model bad news adalah sebuah konstruksi yang cenderung mengkonstruksi kejelekan atau cenderung memberi citra buruk pada objek pemberitaan sehingga terkesan lebih jelek, lebih buruk, lebih jahat dari sesungguhnya sifat jelek, buruk, dan jahat yang ada pada objek pemberitaan itu sendiri.

4. Tahap konfirmasi

(29)

subjek media massa itu sendiri, dan c) media massa walaupun memiliki kemampuan mengkonstruksi realitas media berdasarkan subyektivitas media, namun kehadiran media massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber pengetahuan tanpa abtas yang sewaktu – waktu dapat diakses.

2.1.3. Ideologi Media

Pada proses produksi sebuah berita, sebuah media selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan, juga kepentingan media itu sendiri. Ideologi ini menentukan aspek fakta yang dipilih dan membuang apa saja yang dibuang. Artinya jika seorang wartawan menulis berita dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak, dan memasukkan opininya pada suatu berita. Dapat dikatakan media bukanlah merupakan sarana netral dalam menampilkan kekuatan kelompok masyarakat secara apa adanya tetapi kelompok dan ideologi yang dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam berita – beritanya (Eriyanto, 2005:90)

(30)

2.1.4. Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas

Pada dasarnya berita merupakan laporan peristiwa. Peristiwa disini adalah realitas atau fakta yang diliput oleh wartawan dan pada gilirannya akan dilaporkann secara terbuka melalui media massa (Birowo, 2004:168)

Peristiwa – peristiwa yang dapat dijadikan berita oleh media massa akan melalui proses penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi kriteria kelayakan informasi yang akan diangkut oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak. (Eriyanto, 2004 : 26)

Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi suatu realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan. (Eriyanto, 2002 : VI)

Berita merupakan hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai – nilai daei wartawan ataupun dari institusi media, tempat dimana wartawan tersebut bekerja. Bagaimana realitas tersebut dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. (Birowo, 2004 : 176)

(31)

adalah seorang tokoh, golongan atau kelompok tertentu). Keberpihakan pemberitaan media terhadap salah satu kelompok atau golongan dalam masyarakat, dalam banyak hal tergantung pada etika, moral, dan nilai – nilai tertentu tidak

Aspek – aspek etika, moral, dan nilai – nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media. Hal ini merupakan bagian dari intergral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara kelompok – kelompok yang ada di masyarakat

2.1.5. Wartawan Sebagai Agen Konstruksi Realitas

Wartawan adalah profesi yang dituntut untuk mengungkap kebenaran dan menginformasikan kepada publik seluas mungkin tentang temuan dari fakta – fakta yang berhasil digalinya, apa adanya, tanpa rekayasa, dan tnapa tujuan subyektif tertentu, semata – mata demi pembangunan kehidupan dan peradaban kemanusiaan yang lebih baik (Djatmika, 2004 : 25). Sedangkan Walter Lipman, menganggap bahwa kerja jurnalistik (tugas wartawan) hanyalah mengumpulkan fakta yang tampak dipermukaan, yang konkret (Panuju, 2005 : 27).

(32)

tergantung pada kemampuan mengorganisasikan lemen – elemen realitas menjadi sederetan makna. Dengan demikian, fakta dalam jurnalis menjadi sangat dinamis, tergantung pada persepsi yang dimiliki dan perspektif (sudut pandang) yang dihadirkan, dan satu lagi tergantung pada pencarian atau penemuan fakta. (Panuju, 2005 : 27)

Setelah proses penyeleksi tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai sedemikian rupa oleh wartawan. Pembingkaian yang dilakukan oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi atas suatu realitas ini dapat juga berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan disembunyikan dalam pemberitaan (Eriyanto, 2002 : VI). Kata penonjolan didefinisikan sebagai alat untuk membuat informasi agar lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan.

Wartawan sebagai individu memiliki cara berfikir (frame of thingking) yang khas atau spesifik dan sangat dipengaruhi oleh acuan yang dipakai dan pengalaman yang dimiliki. Selain itu, juga sangar ditentukan oleh kebiasaan menggunakan sudut pandang. Setiap individu juga memiliki konteks dalam “membingkai” sesuatu sehingga menghasilkan makna yang unik.

Konteks yang dimaksud, misalnya senang – tidak senang, menganggap bagian tertentu lebih penting daripada bagian lain, dapat juga konteks sesuai bidang

(sosial, politik, ekonomi, keamanan, agama, dll), juga kontekas masa lalu atau masa depan, dan seterusnya. (Panuju, 2005 : 3)

(33)

(News values) tetapi wartawan juga punya keterbatasan visi, kepentingan ideologis, dan sudut pandang yang berbeda, dan bahkan latar belakang budaya dan etnis. Peristiwa itu baru disebut mempunyai nilai berita, dan layak diberitakan kalau peristiwa tersebut berhubungan dengan elite atau orang yang terkenal, mempunyai nilai dramatis, terdapat unsur humor, human interest, dapat memancing kesedihan, keharuan, dan sebagainya. Secara sederhana, semakin besar peristiwa, maka semakin besar pula dampak yang ditimbulkannya, lebih memungkinkan dihitung sebagai berita. (Eriyanto, 2007 : 104).

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan informasi, maka makin meningkat pula tingkat harga berita. Hipotesis inilah yang telah melahirkan paradigman 5W+1H (what, who, when, where, why, how), bahwa berita tidak sekedar apa, siapa, kapan melainkan juga mengapa dan bagaimana. “Mengapa” adalah deskripsi tentang jalannya peristiwa. Jadi, semakin mendalam penjelasan atas why dan how, maka semakin tinggi nilai suatu berita, dan tentu saja semakin mahal harga berita tersebut. (Pareno, 2005 : 3).

Oleh karena itu, untuk mengetahui mengapa suatu berita cenderung seperti itu, atau mengapa peristiwa tertentu dimaknai dan dipahami dalam pengertian tertentu, dibutuhkan analisis kognisi sosial untuk menemukan struktur mental wartawan ketika memahami suatu peristiwa. Menurut Van Djik, analisis kognisi sosial yang memusatkan perhatian pada struktur mental, proses produksi berita. Analisis kognisi sosial menekankan bagaiman peristiwa dipahami, didefinisikan, dianalisis dan ditafsirkan, ditampilkan dalam suatu model memori.

(34)

bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, obyektivitas dan internalisasi. Menurut Berger dan Luckman, konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namjun sarat dengan kepentinga – kepentingan.

Realitas sosial yang dimaksud oleh Berger dan Luckman ini terdiri dari realitas obyektif, realitas simbolik, dan realitas subyektif. Realitas obyektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada di luar diri individu dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Relitas simbolik merupakan ekspresi simbilik dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk. Sedangkan realitas subyektif adalah realitas yang berbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas obyektif dan simbolik ke dalam individu, melalui proses internasionalisasi (Bungin, 2001 : 13).

(35)

2.1.6. Framing dan Proses Produksi Berita

Framing berhubungan dengan proses produksi berita, yang meliputi

kerangka kerja dan rutinitas organisasi media. Suatu peristiwa yang dibingkai dalam kerangka tertentu dan bukan bingkai yang lain, bukan hanya disebabkan oleh struktur skema wartawan, tetapi juga rutinitas kerja dan institusi media, yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pemaknaan terhadapa suatu peristiwa. Institusi media dapat mengontrol pola kerja tertentu yang mengharuskan wartawan melihat peristiwa ke dalam kemasan tertentu, atau bisa juga wartawan menjadi bagian dari anggota komunitasnya. Jadi, wartawan hidup dan bekerja dalam suatu institusi yang mempunyai pola kerja, kebiasaan, aturan, norma, etika, dan rutinitas tersendiri. Dimana semua eleen proses produksi berita tersebut mempengaruhi cara pandang wartawan dalam memaknai suatu peristiwa. (Eriyanto, 2007 : 99 – 100).

(36)

Framing adalah bagian yang tak terpisahkan dari bagaiana awak media

mengkonstruksi realitas. Framing berhubungan erat dengan proses editing (penyutingan) yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian. Reporter dilapangan menentukan siapa yang akan di wawancarainya, serta pernyataan apa yang akan diajukan. Redaktur yang bertugas di desk yang bersangkutan, dengan maupun tanpa berkonsultasi dengan redaktur pelaksana atau redaktur umum, menentukan judul apa yang akan diberikan. Petugas tatap muka dengan atau tanpa berkonsultasi dengan para redaktur menentukan apakah teks berita itu perlu diberi aksentuasi foto, karikatur, atau bahkan ilustrasi mana yang akan dipilih (Eriyanto, 2004 : 165).

2.1.7. Analisis Framing Termasuk Paradigma Konstruktifis

Analisis framing termasuk ke dalam paradigm konstruktifis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkan. Paradigma ini juga memandang bahwa realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. Sehingga konsentrasi analisisnya adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma ini sering disebut paradigma produksi dan penukaran makna (Eriyanto, 2002 : 37).

(37)

psikologi dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik, sehingga elemen – elemen tertentu suatu isu memperoleh alokasi sumber kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen – elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu atau penarikan kesimpulan. Yang menjadi titik perhatian pada paradigma konstruktifis adalah bagaimana masing – masing pihak dalam lalu lintas komunikasi, saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Pesan dibentuk secara bersama – sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada. Intinya adalah bagaimana pesan itu dibuat atau diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan itu secara aktif, ditafsirkan oleh individu sebagai penerima pesan (Eriyanto, 2007 : 40).

2.1.8. Analisis Framing

(38)

G.J Aditjobdro mendefinisikan framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan memberikan istilah yang punya konotasi tertentu, dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya (Sudibyo dalam Sobur, 2001:165).

Pada analisis framing yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memahami, dan membeingkai sebuah kasus atau peristiwa yang ada dalam berita. Maka jelas adanya framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai suatu analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa sajalah) dibingkai oleh media dan pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi yang dilakukan oleh media. (Eriyanto, 2005:3)

(39)

69).

Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Inilah sesungguhnya sebuah realitas. Bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahnkan suatu peristiwa kepad pembacanya (Eriyanto, 2007 : VI).

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tahap perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan; apa yang dipilih (include) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realitas, bagian mana dari realitas yang diberitakan, dan bagian mana yang tidak diberitakan. Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan aspek lainnya. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bis jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain.

(40)

ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya.

Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas. Pemakaian kata, kalimat atau foto itu merupakan implikasi dari memilih aspek tertentu dari realitas. Akibatnya, aspek teetentu yang ditonjolkan menjadi menonjol, lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol dan mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikandan mempengaruhi khalayak dalam memahami realitas.

2.1.9. Proses Framing Entman

(41)

ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan lain – lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perpspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang akan diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa keana berita tersebut. (Eriyanto, 2002:187)

2.1.10. Perangkat Framing Entman

Analisis dalam penelitian ini menggunakan model Robert N. Entman yang mengopersionalkan empat dimensi struktural teks berita sebagai perangkat framing : define problem (definisi), diagnose causes (penjelasan), make a moral

judgement (evaluasi), dan treatment recommendation (rekomendasi).

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama konsepsi mental yang

(42)

bagian lain dalam teks berita sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah diingat, dilihat, dan lebih mempengaruhi khalayak. Dalam pendekatan ini perangkat framing dibagi menjadi empat bagian struktur besar. Pertama : definisi, kedua : penjelasan, ketiga : evaluasi, keempat : rekomendasi. (Eriyanto, 2002 : 188-189)

SKEMA FRAMING ROBERT N. ENTMAN Define Problems

(Pendefinisian Masalah)

Bagaimana suatu peristiwa atau isu dilihat ?

Atau sebagai masalah apa ? Diagnose Causes

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Peristiwa itu dilihat dan disebabkan oleh apa ?

Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah ?

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah atau isu ? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah ? Sumber : Eriyanto, Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, 2004 : 188

(43)

peristiwa dipahami oleh wartawan ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dapat dipahami. Karena peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda.

2. Diagnose Causes (Memperkirakan masalah atau sumber maslaah) merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who), bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah, karena itu masalah yang dipahami berbeda.

3. Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah susah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalyak.

(44)

2.1.11. Efek Framing

Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. Bagaimana

peristiwa dipahami, sumber siapa yang diwawancarai. Semua elemen tersebut tidak dimaknai semata sebagai masalah teknis jurnalistik, tetapi sebuah praktik. Berbagai praktik tersebut bisa mengakibatkan pendefinisian tertentu atas realitas.

Peristiwa yang sama bisa menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda. Salah satu efek framing yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan, dan memenuhi logika tertentu. Framing menyediakan alat bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khaayak. Karena itu, framing menolong khalyak untuk memproses informasi ke dalam kategori yang dikenal, kata – kata kunci dan citra tertentu. Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya dan dikenal dalam benak mereka.

(45)

bentrokan, mahasiswa yang nekat menembus barikade, dan akhirnya diwarnai dengan puluhan mahasiswa yang luka – luka. Dengan menampilkan sisi yang seperti ini dalam berita, ada sisi lain yang terlupakan yaitu apa tuntutan dari mahasiswa tersebut. Seolah dengan menggambarkan berita seperti ini, demonstrasi tersebut tidak ada gunanya. Mahasisawa hanya bermaksud mencari sensasi dan berusaha membuat keributan saja ditengah masyarakat.

Menampilkan aktor tertentu menyembunyikan aktor lainnya. Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Tetapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak atau aktor tertentu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam pemberitaan menjadi tersembunyi. Misalnya dalam berita tentang Timor Timur yang banyak menampilkan tindakan yang pro integrasi dan teror yang dilakukannya. Pemfokusan semacam ini melupakan dan menghilangkan kemungkinan adanya Unamet yang melakukan kecurangan dalam pemilu. Berita dan versi semacam ini tidak mendapatkan temapat, karen berita memfokuskan diri pada sisi yang lain, yaitu pasukan pro integrasi.

Framing berkaitan dengan opini publik. Hal ini dikarenakan ketika isu

(46)

umumnya banyak dipakai dalam literatur gerakan sosial. Dalam suatu gerakan sosial, ada strategi bagaimana supaya khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu. Itu seringkali ditandai dengan menciptakan masalah berasama. Hanya dengan itu, khalayak bisa digerakkan dan dimobilisasi. Semua itu membutuhkan frame, bagaimana isu dikemas, bagaimana peristiwa dipahami, dan bagaimana pula kejadian didefinisikan dan dimaknai.

Individu mengetahui peristiwa sosial dari pemberitaan media. Karenanya, perhatian khalayak bagaimana orang mengkonstruksi realitas sebagian beasr berasal dari apa yang diberitakan media. Media adalah tempat dimana khalyak memperoleh informasi mengenai realitas politik dan sosial yang terjadi di sekitar mereka. Karena itu, bagaimana media membingkai realitas tertentu berpengaruh pada bagaimana individu menafsirkan peristiwa tersebut. Dengan kata lain, frame yang disajikan oleh media ketika meaknai realitas mempengaruhi bagaimana khalayak menafsirkan peristiwa. Hubungan transaksi antara teks dan personal ini melahirkan pemahaman tertentu atas suatu realitas.

(47)

tertanam dalam benak public. Ikon – ikon yang diciptakan dalam pemberitaan membatasi pandangan khalayak, seakan ia adalah potret yang sempurna dalam menggambarkan orang, peristiwa, atau kelompok tertentu.

2.1.12. Dampak Kenaikan Harga Kedelai

Anomali cuaca yang sedang melanda Amerika Serikat yang berdampak kekeringan, berimbas pada industri pangan di dunia, khususnya kedelai. Akibat dari krisis kekeringan itu harga kedelai turut melonjak tinggi di Indonesia, pasalnya selama ini Indonesia mengimpor kedelai, dengan bea masuk impor kedelai sebesar 5 persen. Yang paling utama apakah pemerintah akan turut menyesuaikan harga kedelai impor di dalam negeri atau tidak. Jika ya, tentu saja kondisi perindustrian bisa sangat berbeda.

Kenaikkan harga kedelai mengakibatkan naiknya harga tahu dan tempe, bahkan bisa menyebabkan langkanya produksi tahu dan tempe, karena kedelai merupakan bahan utama dari pembuatan tahu dan tempe. Jika pemerintah tidak segera menindak lanjuti dan memberikan kebijakan atas masalah ini, maka kondisi perindustrian, perekonomian dan tingkat kesejahteraan akan terganggu. Pasalnya jika harga kedelai terus melonjak tinggi, maka banyak produsen tahu dan tempe yang terpaksa gulung tikar, akibatnya terjadi kelangkaan produksi tahu dan tempe.

(48)

terhadap impor cukup tinggi.

Untuk meredam tingginya harga kedelai, pemerintah memutuskan menurunkan bea masuk impor kedelai dari 5 persen menjadi 0 persen. Produsen tahu dan tempe juga didorong untuk impor langsung. Para produsen tahu dan tempe juga meminta agar pemerintah menghapus dugaan praktik kartel dalam impor kedelai. Pemerintah dituntut mengawasi importer kedelai agar mau bersikap transparan.

Penghapusan bea masuk impor kedelai dari 5 persen menjadi 0 persen merupakan upaya jangka pendek untuk menurunkan harga dan menambah pasokan kedelai di Tanah Air. Dalam jangka menengah dan panjang, Presiden meminta produksi dan produktivitas kedelai dalam negeri ditingkatkan.

2.2. Kerangka Berpikir

Pekerjaan media pada dasarnya adalah yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukanlah sesuatu yang tersendiri, yang kemudian ditampilkan wartawan dalam pesan – pesannya lewat berita. Berita hasil konstruksi dan sebuah realitas dari sebuah proses manajemen ternyata tidak selalu menghasilkan makna yang sama seperti yang diharapkan wartawan dalam diri khalayak pembacanya.

(49)

Agustus 2012 hingga akhir tahun 2012. Namun para produsen tahu dan tempe tetap menganggap kebijakan tersebut hanyalah bersifat sementara, mengingat ketergantungan Indonesia terhadap impor kedelai sangat tinggi.

Pro dan kontra dari kebijakan ini tentunya tidak terlepas dari pemberitaan media massa seperti surat kabar. Kompas sebagai salah satu harian yang beberapa kali mengangkat berita tentang kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga kedelai impor sebagai berita utama pada headline yang penempatannya pada halaman depan atau halaman utama, lain halnya dengan Jawa Pos yang selama lima hari berturut – turut menampilkan berita tentang kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga kedelai sebagai berita utama dalam rubrik ekonomi bisnis.

Adapun harian Kompas edisi 24 – 28 Juli 2012 terdapat 2 pemberitaan tentang berita kebijakan pemerintah mengenai kenaikan harga kedelai impor. Dalam pemberitaanya, kompas lebih mengedepankan sikap pemerintah yang lamban dalam memberikan solusi dari permasalahan ini, dalam setiap isu yang ditonjolkan pada setiap penulisan beritanya. Hal tersebut jelas terlihat pada penulisan judul maupun lead (teras berita) yang dilakukan Kompas mengenai kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga kedelai impor. Kompas juga tidak jarang mengaitkan pemberitaan seputar kenaikan harga kedelai impor dengan nasib para produsen tahu dan tempe. Kompas melihat bahwa pemerintah dalam memberikan kebijakan dan solusi dari permasalahan ini dinilai sangat lambat, dan kurang adanya persiapan matang.

(50)

kenaikan harga kedelai impor. Jawa Pos memberitakan tentang upaya perajin tahu dan tempe untuk mendapat perhatian dari pemerintah serta upaya perajin tahu dan tempe agar produksi tahu dan tempe tetap berjalan. Hal tersebut terlihat jelas pada penulisan judul maupun lead (teras berita) yang dilakukan Jawa Pos.

(51)

3.1 Definisi Oper asional

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis framing.

Deskriptif berarti data yang dikumpulkan berupa kata – kata, gambar dan bukan

angka – angka. Laporan penelitian akan berisi kutipan – kutipan data untuk memberi

gambaran penyajian laporan tersebut. Metode ini merupakan suatu metode yang

memberikan gambaran suatu fenomena atau fakta tertentu secara terperinci yang

akhirnya diperoleh hasil pemaknaan yang lebih jelas mengenai fenomena atau fakta

yang diteliti. Sedangkan metode kualitatif digunakan karena metode ini lebih peka

dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama

terhadap pola – pola nilai yang dihadapi. (Moleong, 2002 : 5)

Pada dasarnya analisis framing terdapat instrumen metodologis atau

perangkat framing yang dipakai untk mengkonstruksi sebuah wacana berita dengan

melakukan penonjolan – penonjolan tertentu, metode analisis framing sangat tepat

digunakan untuk menangkap kecenderungan sikap dan perspektif media dalam

pemberitaanya.

Pada penelitian ini akan dijelaskan bagaimana cara media dalam

membingkai berita tentang kenaikan harga kedelai melalui penonjolan maupun

penekanan isu yang diangkat oleh harian Kompas dan Jawa Pos, yang dikonstruksi

(52)

wartawan dalam menyusun fakta, menceritakan fakta, menulis dan memberikan

penekanan pada fakta. Penulis akan menganalisis berita tentang kenaikkan harga

kedelai per 24 Juli 2012 di harian Kompas dan Jawa Pos, dengan menggunakan

analisis framing dari Robert N. Entman, penulis akan menganalisis bagaimana isu itu

ditonjolkan, dan bagaimana kasus – kasus yang ada didalam kedua media tersebut

dibongkar dan ditelaah dengan menggunakan cara – cara menurut Robert N. Entman.

3.2. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah surat kabar Kompas dan Jawa Pos pada

24 Juli – 28 Juli 2012. Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah berita – berita

mengenai kenaikan harga kedelai.

3.3. Unit Analisis

Pada penelitian ini, unit analisis yang digunakan adalah unit analisis

reference, unit reference yang dianalisis adalah kalimat, kata , grafik, maupun foto

yang dimuat dalam pemberitaan tersebut.

Analisis teks media dengan melihat hubungan anta kalimat hubungan antar

kalimat, penulisan narasumber, penulisan latar, penggunaan gaya bahasa, untuk

mengungkapkan peaknaan terhadap perspektif yang digunakan oleh media cetak,

yakni surat kabar.

3.4 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

(53)

untuk dipelajari (Sugiyono, 203:55). Populasi dalam penelitian ini adalah berita

tentang kenaikkan harga kedelai impor pada harian Kompas dan Jawa Pos, edisi 24 –

28 Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini terdapat 18 item berita, yang terbagi

menjadi Jawa Pos 8 item berita dan Kompas terdapat 10 berita.

Berita pada harian J awa Pos :

1. 24 Juli 2012

Siap – siap Puasa Tempe

2. 25 Juli 2012

• Penjual Bertahan dengan Kurangi Tebal

• Dampak Liberalisasi Lepas Kendali

3. 26 Juli 2012

• Kedelai Impor Bebas Bea Masuk

• Pembuat Tempe Mulai Mengeluh

4. 27 Juli 2012

• Kedelai Standart Pakan Ternak Marak

• Pengusaha Tempe Demo

5. 28 Juli 2012

Tata Niaga Kedelai Disiapkan

Berita pada harian Kompas :

1. 24 Juli 2012

(54)

• Aksi Mogok Untuk Tekan Harga Kedelai

2. 25 Juli 2012

• Indonesia Rentan Krisis Pangan

• Perajin Kedelai Siasati Kenaikkan Harga

• Kedelai di Pasar Bebas

3. 26 Juli 2012

• Solusi Instan Kedelai

• Urusan Pangan Lama Terbengkalai

• Razia Ekses Kekalutan

4. 27 Juli 2012

Hapus Kartel Impor Kedelai

5. 28 Juli 2012

Presiden Minta Kartel Dihukum

3.5 Korpus

Korpus merupakan sekumpulan bahan yang terbatas yang telah ditentukan

pada perkembangannya oleh analisis dengan semacam kesemenaan. Korpus harus

cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur – unsurnya akan

memelihara sebuah system keiripan dan perbedaan yang lengkap. Korpus juga

bersifat sehomogen mungkin, baik homogeny pada taraf substansi maupun pada taraf

(55)

Korpus dalam penelitian ini adalah berita – berita tentang kenaikan harga

kedelai di surat kabar Kompas dan Jawa Pos periode tanggal 24 Juli – 28 Juli 2012.

Korpus pada harian Kompas pada edisi tanggal 24 Juli - 28 Juli 2012

menurunkan 2 berita seputar kebijakan pemerintah terhadap kenaikkan harga kedelai

impor, masing – masing berjudul :

1. Kedelai di Pasar Bebas tanggal 25 Juli 2012.

2. Solusi Instan Kedelai tanggal 26 Juli 2012.

Sedangkan pada harian Jawa Pos menurunkan 2 berita seputar kenaikkan

harga kedelai yang masing – masing berjudul :

1. Penjual Bertahan dengan Kurangi Tebal tanggal 25 Juli 2012.

2. Kedelai Impor Bebas Bea Masuk tanggal 26 Juli 2012.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dan diperoleh secara langsung dengan mengidentifikasi

berita – berita – berita yang terdapat pada harian Kompas dan Jawa Pos pada tanggal

24 Juli – 28 Juli 2012, tentang kenaikan harga kedelai yang berpedoman pada model

analisis Robert N. Entman. Data yang diperoleh dari hasil identifikasi tersebut

selanjutnya dianalisis untuk mengetahui bagaimana kedua media tersebut dalam

mengemas berita tentang kenaikan harga kedelai, melalui penekanan maupun

(56)

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah

analisis framing. Analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana

media mengemas suatu peristiwa untuk dituangkan dalam bentuk berita. Sisi mana

yang ditonjolkan dan dihilangkan dan hendak dibawa kemana berit tersebut.

Karenanya berita menjadi manipulative dan bertujuan mendominasi keberadaan

subyek sebagai sesuatu yang legitimate, obyektif, alamiah, wajar atau tidak

terelakkan. (Sobur, 2001 : 162)

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah konsep dari model

Entman yang menggunkan empat cara tentang menganalisis framing, sehingga akan

dapat diketahui bahwa bagaimana frame atau pembingkaian berita yang dilakukan

oleh harian Kompas dan Jawa Pos dalam mengangkat isu maupun membongkar kasus

– kasus yang terdapat dalam pemberitaan kedua media tersebut. Adapun empat cara

yang digunakan dalam analisis framing model Robert N. Entman, yaitu :

1. Define Problem (Pendefinisian masalah) adalah elemen yang merupakan master

of frame atau bingkai yang paling utama ia menekankan bagaimana berita tentang

kebijakan pemerintah menyangkut isu kenaikan harga kedelai per 24 Juli 2012

pada harian Jawa Pos dan Kompas edisi 24 Juli – 28 Juli 2012 dipahami oleh

wartawan, sebagai apa atau sebagai masalah apa ? Karena peristiwa yang sama

dapat dipahami secara berbeda.

2. Diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah) merupakan

(57)

berita kenaikkan harga kedelai per 24 Juli 2012. Penyebab disini berarti apa

(what), tetapi juga berarti siapa (who). Dengan kata lain sumber masalah ini

menyertakan siapa yang dianggap pelaku dan siapa yang dipandang sebagai

korban.

3. Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) adalah elemen framing

yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian

masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah susah didefinisikan, penyebab

masalah susah ditentukan, dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung

gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang

familiar dan dikenal oleh khalayak.

4. Treatment recommendation (Menekankan penyelesaian) dipakai untuk menilai

apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan

masalah. Penyelesaian itu tentu saja tergantung pada bagaimana peristiwa itu

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Pr ofil J awa Pos

Jawa pos pertama kali diterbitkan pada 1 Juli 1949, sehingga Jawa Pos

terhitung sebagai salah satu surat kabar yang tertua di Indonesia. Saat awal

kemunculannya Jawa Pos masih bernama Java Post, lalu berganti menjadi Djawa Post

lalu menjadi Jawa Pos dan bertahan hingga sekarang.

Pendirian Jawa Pos adalah The Chung Sen, sejarahnya beliau yang seorang

WNI kelahiran Bangka, tengah bekerja disebuah kantor film di Surabaya. Pada saat

itu beliaulah yang bertugas untuk selalu menghubungi surat kabar agar pemuatan

iklan filmnya lancer. Dari sini pula The Chung Sen mengetahui bahwa memiliki surat

kabar ternyata menguntungkan, maka didirikanlah Java Post. Saat itu, harian ini

tentunya juga dikenal sebagai harian Melayu – Tionghoa. Sebab dari pengolaan

hingga modal usahanya berasal dari kalangan tersebut. Harian ini tentunya bukan satu

– satunya harian Melayu – Tionghoa yang terbit di Surabaya. Yang merupakan

saingan Java Post dan merupakan harian beroplah besar saat itu adalah Pewarta

Soerabaia Terompet Masyarakat dan Perdamaian. The Chung Sen tentunya melirik

keuntungan yang berhasil diraih oleh harian Pewarta Soeirabaia yang sudah berhasil

memantapkan diri sebagai koran dagang di Surabaya. Tetapi cita – cita dan

impiannya itu rasanya tidak pernah tercapai. Dalam perjalanan sebagai koran Melayu

(59)

– Tionghoa yang berhaluan republiken, harian ini tidak pernah terkenal di kalangan

pembacanya, terutama keturunan Tionghoa. Mereka misalnya lebih suka membaca

Pewarta Soerabaia yang kiblatnya masih kearah tanah leluhur mereka. Sedang harian

Melayu – Tionghoa yang terbit di Jakarta kebanyakan berhaluan yang sama dengan

Pewarta Soerabaia. Jadi bisa dikatakan harian Jawa Pos saat itu sebagai harian

Melayu – Tionghoa yang memiliki ciri khas tersendiri.

Masalah tentang persaingan itu tentu saja bukan satu – satunya masalah yang

dihadapi oleh Jawa Pos saat itu. Karena waktu itu, masalah mereka baru diatur sekitar

tahun enam puluhan. Sehingga memihak kepada Republik dalam situasi masih jauh

dari konferensi Meja Bundar tentunya satu gagasan yang menarik buat dikaji. Ini

tentunya tak lepas dari wawasan The Chung Sen yang jauh ke depan. Jika hanya

untuk memperoleh uang, ia tentunya bisa memerintah pemimpin redaksinya untuk

berorientasi ketanah leluhur. Tapi itu tak pernah dilakukan, pemimpin redaksi

pertama Goh Tjing Ilok. Yang kedua yang memangku itu sejak tahun 1953 adalah

Thio Oen Sik. Keduanya memang dikenal sebagai orang – orang republikein yang tak

pernah goyah pendiriannya.

Dalam perkembangan selanjutnya The Chung Sen bisa disebut “Raja” surat

kabar dari Surabaya. Beliaulah yang tahun 1950-an memiliki tiga surat kabar

sekaligus. Satu berbahasa Indonesia, satu berbahasa Tionghoa, satu berbahasa

Belanda. Yang berbahasa Belanda itu kemudian diubahnya menjadi Indonesia Daily

News yang berbahas Inggris . Sebab ketika Bung Karno gencar – gencarnya anti

(60)

Sen, Vrije Pers. Sedangkan korannya yang berbahsa Tionghoa mengalami nasib yang

sama. Bahkan tidak terbit sama sekali. Maka tinggalah Jawa Pos, bahkan yang satu

inipun kian hari kian redup. Apalagi The Chung Sen harus berpacu dengan usia, dan

tiga orang putra, yang tidak satupun tinggal di Indonesia.

Perkembangan teknologi cetak juga kian di ikuti. Maka oplah Jawa Pos pun

terus menurun, sehingga tahun 1982 lalu tinggal 6.700 eksemplar setiap hari.

Pelanggannya di dalam kota Surabaya tinggal 2.000 orang. Peredarannya di Malang

tinggal 350 lembar. Karena terlalu sedikit sampai – sampai kantor pusat mengurusi

sendiri yang jumlahnya hanya 40 orang.

Maka dalam keadaan fisik yang kian uzur dan didorong keinginan untuk bisa

dekat dengan anak – anaknya, The Cung Sen memutuskan untuk menyerahkan

pengelolah Jawa Pos kepada pengelolah majalah mingguan berita TEMPO, ini terjadi

pada 1April 1982. Saat itu pun Dahlan Iskan yang kini menjadi direktur, masih

bekerja sebagai Kepal Biro TEMPO di Surabaya.

“Pak The (begitu panggilannya untuk The Chung Sen) menyatakan tidak

mungkin lagi bisa mengembangkan Jawa Pos. Tetapi Pak The tidak ingin surat kabar

tersebut mati begitu saja. Itulah sebabnya Jawa Pos diserahkan kepada Pengelolah

yang baru “ujar Dirut PT. Grafiti Pers, penerbit TEMPO, Eric Samola, SH yang kini

juga Direktur Utama PT. Jawa Pos.

Pak The memilih TEMPO dengan pertimbangan khusus. “TEMPO kan belum

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi volume minyak atsiri daun sirih hijau (Piper Betle L.) yang diinkorporasi ke dalam patch berbasis

1) Tulis daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal. Cari antara 10 dan 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman yang

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,001, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi rebusan jantung pisang terhadap ekskresi ASI pada ibu menyusui di Desa

dapat diterima oleh siswa dengan optimal, artinya tidak seluruh materi latihan dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima

Aturan-aturan telah menjadi landasan bagi KJRI Davao City dalam mengeluarkan kebijakan dan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat keturunan Indonesia di

Sedangkan perbedaan penelitiaan yang dilakukan Paina dengan penelitian ini adalah pada objek kajian yang mana pada penelitian Paina meneliti tindak tutur komisif khusus

Berdasarkan hasil uji coba dari operasi date implementasi SQL dari database Nilai Mahasiswa dapat disimpulkan sebagai berikut: 1). Operasi date yang digunakan

Strategi yang dilakukan oleh humas menunjukkan bahwa strategi-strategi sangat diperlukan oleh pihak lembaga pendidikan untuk mengetahui serta menyusun langkah-