• Tidak ada hasil yang ditemukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS

SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh Fery Fredericus NIM : 101124042

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

(2)

i

PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS

SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh Fery Fredericus NIM : 101124042

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah Tri Tunggal Mahakudus Sang pemberi kehidupan.

Bunda Maria dan Santo Yosef yang setia mendoakan saya.

ke dua orang tua saya ( Hutman Pakpahan dan Rupina br. Nainggolan ) yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, membimbing dan memberi

kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan studi.

Seluruh Keluarga yang telah mendidik dan membesarkan saya.

(6)

v

MOTTO

Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu. (Ams 16 :3)

"Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendak - Mu"

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

Judul Skripsi ini adalah PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA, SEBAGAI CALON KATEKIS. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan sekilas dan kesan pribadi penulis mengenai situasi mahasiswa IPPAK yang sedang studi di IPPAK, pada saat ini yakni kurang menghayati makna Ekaristi dalam hidup hariannya, dan kurang membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi. dan sejauh mana Ekaristi yang mereka rayakan berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka sebagai calon katekis. Atau Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup yang memberi semangat dan kekuatan hidup untuk menghayati hidup panggilan sebagai calon katekis seakan menjadi rutinitas belaka, padahal sebagai calon katekis sebelum mereka mewartakan sabda Allah, setidaknya mereka terlebih dahulu merasakan kehadiran melalui perayaan Ekaristi.

Maka untuk menanggapi situasi tersebut, penulis menggunakan kajian pustaka untuk menambah informasi mengenai makna Ekaristi guna meningkatkan kesadaran para mahasiswa yang sedang studi tentang pentingnya makna merayakan Ekaristi. Penulis juga melakukan penelitian. Penelitian yang dipilih adalah penelitian Ex Post Facto dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para mahasiswa. Responden yang digunakan oleh penulis adalah mahasiswa angkatan 2009 – 2014 yang diambil dengan teknik Proportionate

Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh

mana ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani. Dari hasil penelitian menunjukkan setiap responden menyatakan bahwa Ekaristi yang mereka rayakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka, sebagai calon katekis dan mereka merasa dikuatkan dalam hidup mereka.

Maka untuk menindaklanjuti hasil dari penelitian tersebut, penulis telah mengusulkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis yang akan diberikan dalam bentuk pendalaman iman. Melalui program ini, para mahasiswa yang sedang studi diharapkan semakin sadar untuk meningkatkan penghayatan akan makna Ekaristi, misalnya mengikuti perayaan Ekaristi dengan sepenuh hati. Para mahasiswa juga diharapkan dengan Ekaristi yang mereka rayakan, buahnya adalah mereka semakin mencintai panggilannya sebagai calon katekis dan semakin tergerak untuk melayani dan berbagi hidup di dalam Gereja, keluarga dan masyarakat pada umumnya. Sehingga dengan demikian mereka mampu menjadi calon katekis yang siap di utus kemana pun.

(10)

ix

ABSTRAC

This small Thesis, THE INFLUENCE EUCHARIST TOWARDS SPRITUAL DEVELOPMENT OF STUDENTS IN DEPARTEMENT OF CATHOLIC RELIGION EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY, AS PROSPECTIVE CATECHIST. The title of this small thesis was chosen based on observasion and author’s impression about the student’s who study in the department of Catholic Religious Education. Presently they don’t have enthusiast in Eucharist on their daily life as Cathechist candidates. They don’t feel the importance of Eucharist for their spiritual development. Eucharist is a source and head of life that gives spirit and power for human life for the student in Departement of Catholic Religious Education. Eucharist seemed to be a routinity, and they don’t feel the meaning at all.

To respond this situasion, the author used literature study to add information about Eucharist. The author conducted ex post facto research with qualitative method. Research was done by spreading quesionaires to the studens. The respondents are students in the year 2009 to 2014, with Proportionate Stratified Random sampling technique. The aim of this research is to see the influence of Eucharist to wards spiritual development from the result, every respondents agreed that Eucharist gives big influence for their spiritual development, as prospective catechists.

To follow up the research result, the author suggested a catechism program with SCP (Shared Christian Praxis) model. With this program, the students are expected to realize the meaning of the Eucharist celebration whole hearted. The students, as well are expected to love their calling as cathecists and more action in serving Church, family and society. So that they can be cathecists to be ready to be every where.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kelimpahan berkat dan rahmat yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga skripsi berjudul PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA, SEBAGAI CALON KATEKIS dapat terselesaikan. Penulisan ini awalnya dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat sebagian mahasiswa IPPAK yang sedang studi kurang menghayati dan menyadari makna ekaristi dalam hidupnya dan keinginan penulis untuk mempelajari lebih dalam lagi mengenai sakramen Ekaristi. Oleh karena itu skripsi ini bertujuann untuk menggali dan melihat seberapa besar pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK, sebagai calon Katekis. Selain itu skripsi ini sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

(12)

xi

1. Rm. Drs.F.X.Heryatno,W,W, S.J,M.Ed. Selaku Kaprodi IPPAK yang telah memberikan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dari awal hingga selesainya Skripsi ini.

2. Rm. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, S.J selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing, meluangkan waktu, memberikan pengarahan, kritik dan saran serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan Skripsi dari awal hingga akhir penulisan

3. Rm. Dr. Carolus Boromeus Putranto, S.J selaku dosen penguji kedua dan pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan pertolongan, perhatian dan motivasi kepada penulis selama berproses di kampus

4. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd, selaku dosen penguji ketiga dan dosen penelitian yang telah mendukung dan memotivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK yang telah mendampingi, membimbing serta membekali pengetahuan dan keterampilan bagi penulis selama studi hingga skripsi ini dapat diselesaikan

(13)

xii

6. Para Mahasiswa IPPAK angkatan 2009 – 2014 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian sehingga proses penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar

7. Bapak, Ibu, adik dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan semangat dan dukungan spiritual, moral dan material selama penulis menempuh studi di IPPAK

8. Para Suster SFD Komunitas Rajawali (Sr. Skolastika Simbolon, Sr. Egidia Sitanggang, Sr. Isabella Ginting, Sr. Calixta Tondang, Sr. Aloysia Simbolon, Sr. Johana, Sr. Bernarda Tamba, Sr. Yolanda Sipayung, Sr. Yoella Purba ) yang telah memberikan perhatian, dukungan, semangat dan peneguhan serta doa kepada penulis selama studi dan menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman – teman IPPAK angkatan 2010 yang selama ini telah berproses bersama, berbagi pengalaman hidup, memberi dukungan dan kritikan serta peneguhan selama penulis melaksanakan studi di IPPAK

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang selama ini memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan lebih lanjut. Penulis berharap semoga

(14)
(15)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... .. ii

HALAMAN PENGESAHAN... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv

MOTTO... ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ... vii

ABSTRAK... ... viii

ABSTRACK... ... ix

KATA PENGANTAR ... ... x

DAFTAR ISI... ... xiv

DAFTAR SINGKATAN………. xx

DAFTAR TABEL  Tabel 1 : Rincian jumlah mahasiswa IPPAK per angkatan Tahun Akademik 2014/2015……… 60

 Tabel 2 : Jumlah Keseluruhan mahasiswa IPPAK Tahun Akademik 2014/2015………... 60

 Tabel 3 : Variabel Penelitian……….... 70

 Tabel 4 : Pemahaman mengenai Sakramen………... 71

 Tabel 5 : Penghayatan akan makna Sakramen Ekaristi…….... 72

 Tabel 6 : Kesadaran tentang Liturgi………... 73

(16)

xv

Hidup rohani ……….... 74

 Tabel 8 : Buah Hidup Rohani sebagai calon Katekis………... 76

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah………. 6

C. Tujuan Penulisan……….... 7

D. Manfaat Penulisan……….. 7

E. Metode Penulisan... 8

F. Sistematika Penulisan………... 8

BAB II EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASIWAIPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS…... 10

A. Sakramen Ekaristi dalam Gereja Katolik………. ... 10

1. Pengertian Sakramen………. ... 10

2. Ekaristi………... 13

B. Sejarah Ekaristi………... 15

1. Dasar Sakramen Ekaristi………... 15

a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan Dari Mesir ( Eksodus)………... 15

b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti tak Beragi…... .... 16

c. Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus………... 16

d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus ………... 18

e. Ekaristi Menurut perkembangan Bapa-bapa Gereja……... 18

2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) …. ………... 20

3. Makna Sakramen Ekaristi………... 22

a. Ekaristi sebagai ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis-habisnya………... 22

b. Ekaristi sebagai Perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah, Umat denga Umat………... 23

(17)

xvi

c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datangnya Karunia

Roh Kudus ( Epiklese)………... 24

d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus………... 25

e. Ekaristi Sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam Menghadapi Persoalan Hidup…………... 26

f. Ekaristi Sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja………... 27

4. Unsur-unsur Sakramen Ekaristi………... 28

a. Sarana yang Digunakan………... 28

b. Rumusan doa yang digunakan………... 29

c. Pelaksana Sakramen………... 29

d. Penerima Sakramen………... 29

5. Liturgi Sakramen Ekaristi………... 30

C. Perkembangan Hidup Rohani………... 32

1. Pengertian Hidup Rohani……….. 32

2. Aspek-aspek hidup Rohani………... 34

a. Adorasi Ekaristi……… 34

b. Hidup doa ……… 35

c. Bacaan Rohani………. 36

d. Devosi……….. 36

e. Doa Rosario………. 36

D. Buah Hidup Rohani dalam Tugas Perutusan Gereja………... 37

1. Bidang Liturgi……….. 38

2. Bidang Diakonia ( Pelayanan)……….. 40

3. bidang Koinonia ( Persekutuan)………... 41

4. Bidang Kerigma (Pewartaan)………... 42

E. Mahasiswa IPPAK sebagai calon Katekis ………. 43

(18)

xvii

2. Visi – Misi IPPAK………... 46

a. Visi IPPAK………... 46

b. Misi IPPAK………... 46

3. Tujuan IPPAK ……….. 47

4. Pengertian Katekis ………... 47

a. Orang yang sungguh beriman……….. 48

b. Mempunyai nama baik sebagai pribadi dan keluarganya… 48 c. Mempunyai pengetahuan yang memadai ……… 48

5. Tugas dan Tanggungjawab Katekis……….. 49

a. Mewartakan Sabda Allah……….. 49

b. Memberikan Kesaksian………. 50

6. Spiritualitas Seorang Katekis………. 50

a. Siap diutus ……… 51

b. Yesus Kristus sebagai pola hidup Katekis………. 52

c. Semangat Menggereja……… 52

d. Berakar dan Berbuah………. 53

7. Keterampilan Seorang Katekis ………. 53

a. Keterampilan Berkomunikasi……… . 53

b. Keterampilan Berefleksi……… . 54

BAB III PENGARUH MERAYAKAN EKARISTI BAGI PARA MAHASISWA IPPAK TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI, SEBAGAI CALON KATEKIS……. .. 58

A. Gambaran Umum Mahasiswa IPPAK ………... 59

B. Penelitian Pengaruh Penghayatan Mahasiswa IPPAK, sebagai calon Katekis dalam merayakan Ekaristi………... .... 61

 Latar Belakang Penelitian C. Tujuan Penelitian………... 64

D. Jenis Penelitian………... 64

E. Tempat dan Waktu Penelitian………... 64

(19)

xviii

G. Instrumen Penelitian………... 67

H. Variabel Penelitian………... 68

I. Hasil Penelitian ………... 70

J. Pembahasan Hasil Penelitian………... 81

1. Pemahaman Dasar tentang Sakramen Ekaristi……….... 81

2. penghayatan akan makna Sakramen Ekaristi……….. 82

3. Pemahaman tentang Liturgi………... 83

4. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Mahasiswa IPPAK untuk mengembangkan hidup Rohani……….... 84

K. Keterbatasan Penelitian………... 87

BAB IV KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USULAN DAN USAHA UNTUK MENNGKATKAN PENGHAYATAN EKARISTI TERHADAP PERKEMEBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS……... 89

A. Katekese Model SCP………... 91

1. Pengertian SCP ……….... 91

a. Praxis……….... 92

b. Kristiani……….... 93

c. Shared………... 93

2. Langkah - langkah Model SCP………... 95

a. Langkah 0 : Langkah Pertama………... 95

b. Langkah I………... 95

c. Langkah II : Refleksi Kritis atas sharing Pengalaman hidup Faktual ………... 96

d. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau………. 97

e. Langkah IV, Interpretasi Dialektis antara Tradisi dan Visi umat dengan Tradisi dan Visi Kristiani………….. 98

f. Langkah V, Keterlibatan Baru Demi memaknai terwujudnya Kerajaan Allah di tengah-tengah Dunia……... 99 g. Alasan Katekese Model SCP dipilih sebagai usaha

(20)

xix

meningkatkan semangat Para Mahasiswa yang studi di Jogya terhadap makna Ekaristi Demi

Perkembangan Hidup Rohani sebagai Calon Katekis……... 99

h. Rumusan Tema dan Tujuan……… 101

i. Matriks Program Katekese Model SCP bagi mahasiswa IPPAK ……….. 104

j. Contoh Persiapan Katekese Model SCP……….... 109

BAB V PENUTUP ………... 121

A. Kesimpulan………... 121

B. Saran ……….... 123

1. Bagi pihak kampus………... 123

2. Bagi para mahasiswa IPPAK………... 124

DAFTAR PUSTAKA………... 125

LAMPIRAN………. 127

1. Lampiran 1 : Cerita tentang “Si Anak dan Ibu yang bijaksana”…. (1) 2. Lampiran 2 : Kitab Suci ……… (4)

3. Lampiran 3 : Penyebaran kuesioner untuk mahasiswa………….. (7)

(21)

xx

DAFTAR SINGKATAN A. Daftar Singkatan Kitab Suci

Kej : Kejadian Ul : Ulangan Yak : Yakub Kel : Keluaran Yoh : Yohanes Mat : Matius Luk : Lukas

Kis : Kisah Para Rasul Kor : Korintus

Kol : Kolose

B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : At Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965

EE : Ecclesia de Eucharistia KGK : Katekismus Gereja Katolik

(22)

xxi

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatiikan II tentang Gereja, 21 November 1964

PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan para Imam

SC : Sacrosanctum Concilium, Ajaran Apostololik Paus Yohanes Paulus II Kepada Uskup dan segenap umat beriman tentang liturgi Suci, November 1990

TPE : Tata Perayaan Ekaristi

C. Daftar Singkatan Lainnya

AKKI : Akademi Kateketik Katolik Indonesia art : artikel

DSA : Doa Syukur Agung

FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KWI : Konfrensi Wali gereja

lih : Lihat

LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia PAK : Pendidikan Agama Katolik

(23)

xxii

PUSKAT : Pusat Kateketik PS : Puji Syukur

PTS : Perguruan Tinggi Swasta SCP : Shared Christian Praxis SFD : Suster Fransiskan Dina SJ : Serikat Jesus

STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik USD : Universitas Sanata Dharma Yun : Yunani

(24)

BAB I PENDAHALUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perayaan Ekaristi sebagai Sumber dan puncak seluruh hidup umat Kristiani (LG 11), memberi makna terdalam bagi kehidupan rohani seluruh umat beriman. Sejak Gereja perdana merayakan Ekaristi menjadi pusat seluruh kehidupan umat beriman Kristiani. Umat perdana tekun merayakan peristiwa keselamatan ini dalam perjamuan makan bersama dan peristiwa pemecahan roti. Perayaan Ekaristi yang bersumber pada perjamuan terakhir Yesus bersama para murid-Nya dirayakan oleh umat katolik seluruh dunia. Gereja diajak terus – menerus merefleksikan hidup imannya, dan berusaha mendalami makna Ekaristi sebagai hidup panggilan dan perutusannya di tengah dunia terlebih sekarang dimana semakin banyak tawaran hidup yang membuat orang lemah dalam penghayatannya sebagai orang katolik yang hidup di zaman kini

Umat kristiani sering menyebut Sakramen Ekaristi dengan istilah ucapan Syukur atas karya keselamatan Allah yang tertumpah dalam diri Yesus yang wafat di Kayu salib demi menebus dosa manusia atau dengan kata lain Ekaristi menjadi “ jantung dari iman Katolik

(25)

Dokumen resmi Gereja sendiri yang tertuang dalam ajaran Konsili vatikan II biasa menyebut Ekaristi sebagai “ Sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani (LG 11; lih. SC 10; CD 30; AG 9). Istilah Ekaristi bukanlah sekedar lambang belaka, tetapi adalah sungguh tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Yesus Kristus. Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen; Ekaristi adalah Gereja dalam bentuk sakramen. Gereja adalah bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah (LG 1) dan rumusan itu berlaku juga untuk Ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “ sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia.

Ekaristi itu perayaan umat. Perayaan yang mempertandakan kehadiran Tuhan dalam umat. Dalam perayaan Ekaristi umat diajak untuk sungguh menghayati – dalam iman – kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah mereka. Maka, Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing – masing orang secara pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri yang nyata dalam bentuk ibadat yang pada dasarnya berasal dari agama yahudi, melalui perjamuan malam terakhir

Ekaristi merupakan bukti nyata kasih Kristus yang terbesar, sebab melaluinya Kristus memberikan diri-Nya sendiri kepada kita sahabat-sahabat-Nya. Kasih Kristus ini demikian sempurna, sehingga tidak saja membawa kita mendekat kepada-Nya, namun lebih dari itu, mempersatukan kita dengan Dia. Dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) 897 ditegaskan bahwa ;

(26)

Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya kristus sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan Kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus

Sedangkan pada KHK,Kanon 912 lebih ditegaskan lagi bahwa ; "Setiap orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus diizinkan untuk menerima komuni suci".

Kedua Kanon di atas ingin menegaskan bahwa Sakramen Ekaristi merupakan sakramen yang terluhur, yang didalamnya Yesus sendiri yang hadir, dikurbankan, dan disantap dan menjadi puncak iman.

Jadi setiap umat beriman Kristiani yang sudah dibabtis yang termasuk juga para mahasiswa khususnya para calon katekis wajib untuk merayakan sakramen Ekaristi. Dengan menyambut Ekaristi dalam Komuni Kudus, kita mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah Kristus dan kita disatukan dengan Kristus dan dengan semua anggota-Nya. Sesuai dengan janji Kristus sendiri, dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus ini, kita memperoleh hidup yang kekal (Yoh 6:54). Dengan digabungkannya kita dengan Kristus, kita memperoleh kekuatan baru untuk mengasihi dan mengampuni, sebagaimana Ia telah lebih dahulu mengasihi dan mengampuni kita. Oleh rahmat-Nya dalam Ekaristi, kita

(27)

diubah untuk menjadi semakin serupa dengan Dia dalam hal mengasihi. Dalam kasih inilah kesatuan kita dengan Kristus dikukuhkan. Kesatuan antara kita dengan Kristus ini akan mencapai kesempurnaannya di surga kelak, saat Allah menjadi semua di dalam semua (lih. 1Kor 15:28).

Mahasiswa IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik) adalah seorang calon Katekis. Katekis adalah orang beriman (dapat menjadi contoh orang beriman lainnya), katekis adalah seorang yang mempunyai intimitas dengan yang Ilahi (memiliki hidup rohani yang mendalam), katekis adalah seorang yang menyadari panggilan dan perutusannya (bersyukur karena merupakan panggilan Allah), maka dari beberapa pergertian di atas dapat kita simpulkan bahwa katekis adalah umat beriman Kristiani yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta sabda Allah. Seorang pewarta berarti mempunyai profesi mengajar dan mewartakan sabda Allah. Pewartaan sabda Allah dilakukan melalui pengajaran agama, penghayatan hidup beriman dan membagi pengalaman hidup kristiani.

Pada dasarnya pengajaran yang dilakukan oleh katekis terkadang hanya membaca buku pegangan dan terlepas dari hidup sehari – hari. Terkadang katekis tidak sadar bahwa yang diwartakan adalah misteri penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus bukan diri mereka sendiri. Hal ini mengakibatkan pewartaan kurang dapat merasuk ke dalam hati umat beriman karena hanya seperti pengajaran dogmatis. Oleh karena itu seorang katekis juga harus mengalami

(28)

perjumpaan dengan Allah melalui perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi menjadi puncak hidup manusia.

Mahasiswa IPPAK adalah, calon Katekis, yang dipanggil untuk mewartakaan Kerajaan Allah dengan melayani sesama. Katekis adalah orang yang dipanggil secara khusus dan diberi tugas, untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada sesama/umat. Maka umat pun tak jarang memandang seorang katekekis memiliki kelebihan dari umat biasanya, salah satunya dalam hal hidup Rohani. Tugas seorang katekis menjadi pewarta kerajaan Allah, sumber kesaksian, dan lain sebagainya. Maka sebelum mewartakan kehadiran Allah kepada sesama, kiranya seorang katekis merasakan kehadiran Allah terlebih dahulu melalui Perayaan Ekaristi. Dan setelah merasakan kehadiran Allah melalui perayaan Ekaristi barulah ia dapat mewartakan Kerajaan Allah dan bersaksi kepada sesama.

Mahasiswa IPPAK adalah calon Katekis. menjadi seorang calon katekis hendaknya membiasakan diri untuk merayakan perayaan Ekaristi. Oleh karena itu menjadi seorang katekis idealnya, ialah membiasakan diri untuk merayakan perayaan Ekaristi (Harian, Mingguan, dan Bulanan yang diadakan di kampus setiap bulan). Namun dalam kenyataannya sebagian dari mahasiswa IPPAK, jarang merayakan Ekaristi. Hal ini dapat dilihat hanya orang-orang tertentu yang sering merayakan Ekaristi, (Mingguan, Harian). Hal ini sangat disayangkan

(29)

karena para Mahasiswa IPPAK adalah calon katekis/pewarta yang dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada sesama/umat.

Maka, dengan melihat kenyataan di atas maka penulis mencoba mendalami penulisan ini dengan judul : PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK, UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS. adapun maksud dari penulisan ini adalah untuk melihat sejauh mana Ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka dan membantu para Mahasiswa menghayati perayaaan Ekaristi, sehingga hidup Rohaninya semakin berkembang, khususnya sebagai calon katekis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Menurut Dokumen Gereja apakah Sakramen Ekaristi itu ?

2. Apa yang dimaksud perkembangan rohani menurut mahasiwa IPPAK 3. Bagaimanakah pengaruh penghayatan sakramen Ekaristi terhadap

perkembangan hidup rohani, mahasiswa IPPAK - Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis dalam hidup sehari – hari ?

(30)

C. TUJUAN PENULISAN

Penulisan ini mempunyai tujuan untuk menggali seberapa besar pengaruh merayakan Ekaristi terhadap Perkembangan hidup Rohani para Mahasiswa/I IPPAK, sebagai calon katekis, dan sekaligus melihat sebab- sebab jarangnya Mahasiswa merayakan Sakramen Ekaristi dengan rumusan sebagai berikut:

1. Mengetahui dan memahani pengertian sakramen Ekaristi

2. Membantu mahasiswa untuk memahami perkembangan hidup rohani

3. Melihat sejauh mana merayakan Ekaristi membantu perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi mahasiswa IPPAK, menjadi pengetahuan dan masukan baru, untuk membantu mereka untuk memahami pengertian sakramen Ekaristi

2. Membantu mahasiswa IPPAK dalam meningkatkan hidup rohani, sebagai calon katekis

(31)

3. Untuk melihat sejauh mana merayakan Ekaristi berpengaruh dalam perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK

E. METODE PENULISAN

Metode yang dipakai adalah metode deskriftif analitis. Pada penelitian ini penulis akan memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode ini akan di dukung dengan penelitian kualitatif. Pencarian data dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaaan atau pernyataan yang diberikan kepada responden. Jenis Kuesioner yang digunakan adalah bersifat tertutup dengan menggunakan checklist. Penulis mengadakan peneliian terhadap para mahasiswa IPPAK, setelah mengadakan dan melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan sejauh mana pengaruh mengikuti perayaan Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai calon Katekis.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Tulisan ini mengambil judul pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup Rohani Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik, Sebaagai Calon Katekis., Kemudian dikembangkan dalam 5 bab yakni:

(32)

Bab I. Bab Pendahuluan ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II. Kajian Pustaka. Bab ini berisi pengertian Sakramen Ekaristi, makna Sakramen Ekaristi, unsur – unsur sakramen Ekaristi, Liturgi sakramen Ekaristi, pengertian Hidup Rohani, sejarah berdirinya lembaga IPPAK pengertian Katekis, tugas Katekis, spiritualitas katekis, dan keterampilan seorang katekis, buah-buah hidup rohani terhadap tugas perutusan sebagai calon Katekis

BAB III. Metode Penelitian. Pada bab ini penulis akan mulai masuk dalam metode – metode penelitian yang akan dilakukan untuk melihat sejauh mana Ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa. Bab ini juga berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Responden penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian, hasil penelitian, pembahasan penelitian, keterbatasan penelitian.

BAB IV. Usulan program. Pada Bab ini, penulis mencoba memberikan usulan program yang sekiranya dapat membantu untuk mengatasi masalah yang telah dirumuskan pada bab I,II dan III.

BAB V. Kesimpulan dan saran. Bagian ini merupakan bagian terakhir yang terakhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

(33)

BAB II

EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS

Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang Ekaristi dan perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai calon katekis yang meliputi beberapa bagian yaitu sakramen Ekaristi dalam Gereja katolik yang meliputi tentang pengertian sakramen Ekaristi dan Ekaristi. Pada bagian kedua menjelaskan Ekaristi dari sudut pandang Kitab suci, makna Ekaristi, Unsur - unsur Sakramen Ekaristi, Liturgi Sakramen Ekaristi. Pada bagian ketiga akan menjelaskan mengenai perkembangan hidup rohani, aspek-aspek hidup rohani dan pada bagian terakhir membahas mengenai mahasiwa IPPAK sebagai calon katekis, pengertian katekis tugas, tanggungjawab katekis dan spritualitas katekis,

A. Sakramen Ekaristi dalam Gereja Katolik 1. Pengertian Sakramen

Martasudjita, (1999:160) menjelaskan, kata “Sakramen” berasal dari bahasa Latin sacramentum yang dalam abad II dipakai untuk menerjemahkan kata Yunani; mysterion dalam Kitab Suci. Sacramentum bisa berarti “ Sumpah” (Setia) prajurit dalam dunia militer”. Kata sacramentum sendiri dipakai untuk menerjemahkan mysterion dalam Kitab Suci. Dalam perjanjian lama mysterion

(34)

menunjuk Allah sendiri yang mewahyukan diri baik dalam sejarah masa kini maupun masa yang akan datang (Eskatologis). Perjanjian baru memahami

mysterion sebagai rencana keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus

Kristus, sebagaimana dikatakan dalam Kol:1:26 “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya.

Penulis juga menyampaikan pengertian sakramen yang dikutip dari kamus teologi. dalam kamus teologi dijelaskan demikian Sakramen ( Latin, “janji setia di hadapan umum“). Tanda kelihatan yang diadakan oleh Kristus yang menyatakan dan menyampaikan rahmat. Dalam Gereja Katolik dan ortodoks menerima tujuh sakramen: Baptisan, penguatan, Ekaristi, perkawinan, tahbisan, pengurapan orang sakit, dan tobat. Teologi modern berbicara mengenai Kristus sebagai Sakramen utama atau tanda rahmat Allah yang berdaya guna dan Gereja yang didirikan-Nya sebagai sakramen dasar, yang diwujudnyatakan dalam ketujuh sakramen (Collins, 1996 : 283 ).

Penulis juga melihat perkembangan Teologi dewasa ini umumnya berpandangan bahwa Yesus Kristus sendiri adalah sakramen induk, dan Gereja disebut sakramen sejauh berhubungan dengan Kristus. Sedangkan ketujuh Sakramen dipandang sebagai kontretisasi dan perwujudan konkret sakramentalitas Gereja dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penggunaan istilah sakramen kini diperluas, segala sesuatu bisa disebut sakramen dan memiliki ciri sakramental sejauh disatu pihak, sesuatu yang

(35)

kelihatan dan manusiawi itu memiliki keterbukaan terhadap Allah dan dilain pihak sesuatu itu orang dapat mengalami kehadiran Allah yang menyelamatkan (Martasudjita, 1999: 160 - 162). Dan hal ini senada seperti yang dituliskan dalam

Katekismus Gereja Katolik (1995: 1113) yang mengatakan “seluruh kehidupan

Gereja berkisar di sekeliling kurban Ekaristi dan sakramen - sakramen.

Maka penulis mencoba menyimpulkan bahwa sakramen merupakan tanda dan simbol. Hidup manusia tidak dapat lepas dari simbol ataupun lambang, bahkan hidup kita sangat begitu lekat dengan lambang yang merupakan benda atau perbuatan yang pada hakikatnya memiliki arti yang lebih dalam dari pada benda. Misalnya, seorang pria yang memberi cincin kepada seorang gadis. Hal itu bukan semata - mata hanya ingin memberi cincin tetapi melambangkan ungkapan kasih sayang atau cinta. Maka sakramen di dalam Gereja melambangkan dan mengungkapkan karya penyelamatan Allah dan pengalaman dasariah manusia yang diselamatkan.

Sakramen menjadi tanda/perantara di mana Yesus Kristus sungguh hadir dan aktif berkarya di dalam diri umat Allah. Dalam diri Yesus Kristus kita dapat melihat Allah yang tidak kelihatan dan juga mengenal serta mengalami siapa sebenarnya Allah itu. Ia tidak kelihatan tetapi melalui Gereja-Nya Ia hadir secara rohani di tengah kita dan menjadi kelihatan. Gereja adalah alat dan sarana penyelamatan di mana Yesus Kristus tampak untuk menyelamatkan manusia. Gereja menjadi alat dan sarana penyelamatan melalui kejadian - kejadian dalam peristiwa, tindakan. Singkatnya, sakramen adalah tanda dan simbol bagi Kristus

(36)

untuk menjadi tampak dan dengan demikian dapat dirasakan kehadiran-Nya oleh manusia dewasa ini.

2. Ekaristi

Kamus Teologi menjelaskan Ekaristi sebagai berikut; Eucharist (Yun. “Syukur”). Kata yang dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa, khususnya bagian kedua (sesudah perayaan sabda) yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan berakhir dengan komuni. Ekaristi juga menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam roti dan anggur. Ekaristi yang diadakan oleh kristus pada perjamuan terakhir, adalah yang paling agung diantara sakramen-sakramen yang lain dan merupakan pusat hidup Gereja (Collins, 1996 ; 643). Dan Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” ( Lumen Gentium, konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, art 11 ) dan dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan Rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita (Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan Para Iman/ PO 5). bdk KGK (Katekismus Gereja Katolik), art 1324

Paus Yohanes Paulus II menjelaskan dalan Dokumen Ecclesia de

Eucharistia (EE, art 10) bahwa “Ekaristi sebagai sumber kehadiran Kristus

dalam persekutuan umat beriman dan menjadi santapan rohaninya adalah milik Gereja yang paling berharga dalam perjiarahannya sepanjang sejarah. Ini juga merupakan ungkapan komitmennya yang hidup terhadap misteri Ekaristi.

(37)

Ekaristi merupakan perayaan sakramen yang mempersatukan (Sutrisnaatmaka,2012:15). Maksudnya adalah Ekaristi menjadi sarana pemersatu karena dengan perayaan Ekaristi, umat beriman Kristiani berkumpul bersama untuk mendengarkan sabda Allah kemudian menghayati dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sakramen Ekaristi adalah sebuah perayaan syukur dan sumber serta puncak seluruh kehidupan umat Kristiani. Sakramen Ekaristi adalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salibNya. Di dalam Ekaristi kita mengenangkan penderitaan Yesus sebelum menyerahkan diri pada kayu salib untuk keselamatan seluruh umat beriman. Selain itu juga dalam perayaan Ekaristi kita berdoa memohon kehadiran Roh Kudus dalam perjamuan Ekaristi supaya memberkati Roti dan Anggur yang disantap bersama, agar menjadi santapan Rohani. Kita juga percaya Roh Kudus yang menjadikan karya keselamatan Allah terwujud di dalam dunia. Dan hal yang terpenting dalam perayaan Ekaristi ialah kita diajak untuk menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di dalamnya.

(38)

B. Sejarah Ekaristi

Ekaristi sebagai sumber pusat dan puncak kehidupan Gereja mempunyai latar belakang yang kuat dalam Perjanjian Lama, terutama dalam tradisi Yahudi sekitar Paskah. Sejumlah istilah yang dikenakan di dalam perayaan Ekaristi mempunyai akarnya di dalam tradisi bangsa Israel, yang dapat dilihat dalam Perjanjian Lama dan akar Ekaristi tadi disempurnakan di dalam Perjanjian Baru.

1. Dasar Sakramen Ekaristi

a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan dari Mesir (Eksodus)

Setiap bangsa mempunyai kenangan akan peristiwa yang menentukan perjalanan hidup bersama. Bagi bangsa Israel, kenangan yang tak dapat dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti oleh penggambaran di padang Gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai umat Allah dalam ikatan perjanjian (Prasetyantha, 2008 : 19).

Kenangan akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dirayakan setiap tahun pada perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, yaitu pada tanggal 14 bulan Nisan (sekitar Bulan Maret - April). Adapun acara pokok dalam perayaan Paskah adalah pembersihan dan pembakaran semua ragi yang dilakukan pada pagi hari tanggal 14 bulan Nisan, dan penyembelihan binatang

(39)

kurban yang dilakukan di Bait Allah. Dan setelahnya diadakan perjamuan paskah yang diadakan secara berkelompok (Prasetyantha, 2008: 22).

Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah) Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah perjamuan yang berisi doa syukur atas piala (Martasudjita, 2005: 273)

b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti Tak Beragi

Hari raya Paskah dan Roti Tak beragi memiliki sejarah yang sangat panjang. Secara kronologis, umat Israel menempatkan titik awal terjadinya pada peristiwa keluaran dari Mesir. Hari Raya Paskah dan Roti Tak Beragi bersama-sama diberi nama perayaan Paskah. Perayaaan Paskah mempunyai akarnya pada tradisi para gembala, sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar pada perayaan di lingkungan para petani (Prasetyantha, 2008: 22). Bangsa Israel menyatukan kedua perayaan itu dan memberi makna teologis yang khas bangsa Israel.

c. Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus

Pada Zaman Yesus, Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan Yahudi yang utama. Seperti sudah disebut di atas, Paskah dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan. Pada pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi, membawanya ke Bait Allah untuk dibakar bersama-sama oleh para imam. Dan

(40)

pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa. Sesuai dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja perjamuan yang berurkuran rendah (Prasetyantha, 2008:25).

Inilah kurang lebih gambaran dari perjamuan Paskah Yahudi di zaman Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat kita temukan pada Kel 12:1-13:6. Macam-macam makanan yang disantap di dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (Eksodus). Anak domba Paskah dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah-rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak suluh mereka (Kel 12:27). Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit melambangkan kondisi perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir (Kel 1;14) sedangkan Roti tak Beragi melambangkan penderitaan di masa lalu

(41)

dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa - gesa ketika bangsa Israel hendak meninggalkan Mesir (Prasetyantha, 2008: 28).

d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus

Hari Kustono, Pr, dalam tulisannya yang terdapat di buku Prasetyantha 2008:29, mengatakan bahwa awal berkembangnya jemaat Kristiani,

perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Selain itu perjamuan Tuhan menjadi sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus sang penebus. Perjamuan malam terakhir Yesus dengan para Rasul dikisahkan dalam injil Sinopttik. Kisah tentang perjamuan malam terakhir dimulai dengan pertanyaan para rasul kepada Yesus mengenai tempat untuk mengadakan perjamuan Paskah bagi mereka. Dan dari jawaban Yesus dapat kita duga bahwa tampakya Dia sudah merencanakan hal itu dan sudah menghubungi salah seorang yang bersedia menyediakan tempat bagi mereka di dalam kota (Mat 26: 18)

e. Ekaristi menurut Pandangan Bapa – bapa Gereja

Santo Ignatius dari Antiokhia, ketika menulis sirat kepada umat Philadelpia mengatakan:” berusahalah kalian untuk merayakan satu Ekaristi, karena ini hanyalah tubuh Tuhan Kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk persatuan dengan darah-Nya dan hanya satu Altar”(Martasudjita, 2005:249). Selain itu juga Santo Ignatius mengajarkan roti Ekaristi sebagai tubuh Tuhan

(42)

sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam Roti dan anggur Ekaristi.

Santo Yustinus Martir (sekitar tahun 165) memandang Ekaristi sebagai suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Bagi Yustinus Ekaristi adalah Kurban Rohani Sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi sebagai pujian Syukur merupakan jurban kepada Allah, kenangan akan penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa

santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri (Martasudjita, 2005: 250).

Menurut santo Ireneus Lyon (sekitar tahun 202), Ekaristi pertama-tama adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi

orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus (Martasudjita, 2005:250-251).

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Ekaristi dalam pandangan Perjanjian Lama ialah Perayaan karya Keselamatan Allah dalam suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang

berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan (Paskah), yang dilakukan dengan mempersembahkan Roti tak Beragi dan

kambing atau domba ke dalam Bait Allah untuk dipersembahkan Oleh Imam, dan setelah dipersembahkan oleh imam, Roti tak Beragi dan domba tadi dapat

(43)

disantap secara berkelompok. sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan pandangan para Bapa Gereja dapat disimpulkan sebagai perayaan Syukur atas karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama dengan para Rasul, dan kenangan akan Penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan, melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.

2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK)

Rubiyatmoko (2001:144) mengatakan bahwa dalam Kitab Hukum

Kanonik (KHK), sakramen Ekaristi dibicarakan cukup panjang lebar, yaitu 61

kanon (897 - 958). Pembahasan Sakramen Ekaristi dalam KHK dapat ditemukan dalam judul buku III, buku IV tentang tugas Gereja yang menguduskan. Sakramen Ekaristi merupakan sakramen ketiga dan terakhir untuk suatu inisiasi kristiani yang penuh

Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus.

(44)

Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua karya kerasulan gerejawi melekat erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya.

Adapun isi kanon 897 meninjau Ekaristi dari dua aspek, yaitu aspek teologis dan aspek Yuridis. Ditinjau dari aspek teologis, Ekaristi merupakan puncak dan pusat seluruh kehidupan Kristiani, baik bagi Gereja universal maupun bagi komunitas local umat beriman. Melalui ekaristi mengalirlah kesejahteraan rohani Gereja, dalam arti bahwa melalui sakramen ini Kristus sendiri memberikan kehidupan kepada manusia dan melalui Ekaristi pula manusia disegarkan dan dikuduskan (PO, art. 5).

Rubiyatmoko (2001: 145) lebih lanjut menjelaskan bahwa bila ditinjau dari aspek yuridis, Ekaristi merupakan salah satu unsur structural yang perlu dan tak terelakkan bagi komunitas umat beriman. Kristus sendiri telah mengadakan kurban Ekaristi dari tubuh dan darah-Nya sendiri dan telah mempercayakannya kepada Gereja, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan kaurban salib-Nya. Gereja tidak mungkin dipisahkan dari Ekaristi, Gereja mengungkapkan secara penuh pengakuan imannya. Melalui Ekaristi, Gereja dibangun dan ditampakkan. Karena itu terlibat dalam perayaan Ekaristi berarti terlibat dalam kehidupan dan kesatuan Gereja Seluruhnya. Perayaan Ekaristi merupakan aktivitas Sakramental, juga tindakan yuridis, karena mengungkapkan kesatuan sacramental dengan Kristus dan kesatuan semua umat beriman.

(45)

Maka dari pengertian dan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Ekaristi aadalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya.

3. Makna Sakramen Ekaristi

a. Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis - habisnya Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam injil Yoh 13:1 yang berbunyi”sementara itu sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi sampai kepada kesudahannya”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-Murid-Nya tanpa batas dan menyanyangi mereka samapai pada kesudahan dan rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman.

Wafat Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada para murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa perngorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang total terhaadap sahabat - sahabat-Nya.

(46)

Yesus memberikan anugrah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan keselamatan bagi semua orang. Oleh karena itu untuk mengenang anugrah-Nya Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi

suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah (Martasudjita, 2005: 295-296).

b. Ekaristi sebagai Perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah, umat dengan umat

Konsili vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah (Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili vatikan II tentang Liturgi, 47). Hal

ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi tempat untuk menngenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya( Martasudjita, 2005:297 - 298).

Pada zaman dulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah (Grun, 1998:29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan mengajak para Murid serta seluruh umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi satu kesatuan keluarga besar. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah peduli dengan umat dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan. Perjamuan Ekaristi memampukan umat untuk dapat saling menjalalin relasi

(47)

dengan orang lain. Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan dan kerinduan untuk bersatu dengan Allah.

Oleh karena itu umat yang menngikuti perjamuan/perayaan Ekaristii diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia).

Koinonia adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah

melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam terang Roh Kudus. Konstitusi dogmatis konsili vatikan II tentang Gereja (LG 7) menyatakan demikian “ dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama – sama bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”. Hal ini menjadi tempat persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah sendiri selalu hadir ditengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiranNya (Martasudjita, 2005: 358). Hal ini dapat kita lihat ketika Tuhan Yesus bersabda “ sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu aku ada ditengah – tengah mereka (Matius 18:20).

c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datang-Nya Karunia Roh Kudus (Epiklese)

Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung ( DSA). Hal ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang terjadi tidaklah datang begitu saja tetapi ada yang membawa atau mengaruniakannya yaitu Roh kudus. Roh

(48)

Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang beriman. Pada waktu perayaan Ekaristi yaitu saat DSA (Doa Syukur Agung) Imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya menguduskan persembahan yang berupa roti dan anggur melalui Roh-Nya agar menjadi Rubuh dan darah Kristus. Disinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja dan memberikan hidup bagi Umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Bekat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah sungguh – sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja (Martasudjita, 2005:357-358).

Epiklese bukan hanya sekedar doa permohonan untuk Roh kudus supaya turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus. Epiklese juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui tubuh dan darah Kristus. Maka dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik (Martasudjita, 2005:358).

d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus

Di dalam injil Yohanes 1:39 Yesus bersabda:” Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama - sama dengan Dia” Yesus mengundang para murid untuk tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu

(49)

dalam persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Maka dengan demikian para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan dalam mewartakan kabar gembira keseluruh dunia (Martasudjita,2012:21).

Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti hidup ini memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat diajak untuk masuk dan bersatu di dalalm misteri Ekaristi, yakni mengenangkan misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal bersama kristus terwujud dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darah-Nya dalam komuni suci menjadi tanda bahwa kita” tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita, 2012:23)

e. Ekaristi sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam Menghadaapi Persoalan Hidup

Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekarisi umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari – hari (Martasudjita, 2012:57). Sebagai orang Kristiani di dalam kehidupan sehari – hari tentunya memiliki permasalahan hidup yang sangat Kompleks. Kita tentunya ingin keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk itulah kita sebagai orang Kristiani diajak untuk selalu merayakan Ekaristi untuk

(50)

menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu juga kita dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar gembira dari Allah kepada seluruh bangsa khususnya sesama yang ada disekitar kita. Untuk itulah kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.

f. Ekaristi Sebagai sumber dan puncak Kehidupan Gereja

Martasudjita (2003; 297) mengatakan bahwa, Ekaristi tidak hanya pusat seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. Dalam hal ini LG art 11 (Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili vatikan II tentang Gereja ) mengatakan demikian :

“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.”

Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani‟ menunjukkan sebuah pemahaman dari Konsili Vatikan II, yang tidak dapat

(51)

memisahkan Ekaristi dengan Kehidupan sehari - hari. Hidup sehari – hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang Kristiani dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.

4. Unsur – unsur Sakramen Ekaristi

Sakramen Ekaristi memiliki Empat unsur utama, yaitu sarana yang digunakan, rumusan doa yang diucapkan, pelaksana Sakramen, dan penerima Sakramen ( www.carmelia.net).

a. Sarana yang digunakan

Sarana yang digunakan dalam perayaan Sakramen Ekaristi adalah roti dan anggur. Penggunaan sarana ini bersumberkan pada tradisi, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang memiliki arti yang mendalam dalam penggunaan roti dan anggur untuk acara ibadat.

Tanda ini pada jaman Perjanjian Lama, dipakai oleh Melkisedek yang adalah raja dan imam. Dia membawa roti dan anggur sebagai tanda persembahannya sendiri (Kej 14:18). Selain itu dalam Perjanjian Lama, roti mengingatkan pada pembebasan bangsa Israel dari Mesir yaitu ketika Israel hidup

(52)

dari roti Sabda Allah (Ul, 8:3). Sedangkan pesta anggur dalam Perjanjian Lama, mempunyai arti eskatologis, yaitu penantian mesianis akan pembangunan kembali Yerusalem.

b. Rumusan Doa yang Diucapkan

Rumusan doa yang diucapkan yaitu yang terdapat dalam doa konsekrasi dalam Perayaan Ekaristi: “Terimalah dan makanlah...” dan “Terimalah dan minumlah...” Pada waktu imam mengucapkan doa ini sambil mengangkat roti dan kemudian mengangkat piala yang berisikan anggur, saat itulah roti berubah menjadi Tubuh Kristus dan anggur dalam cawan berubah menjadi Darah Kristus.

c. Pelaksana Sakramen

Pelaksana Sakramen disebut juga pelayan Sakramen. Mereka adalah para Uskup dan Imam, yaitu yang sudah menerima Sakramen Imamat.

d. Penerima Sakramen

Siapakah penerima Sakramen? Penerima Sakramen adalah semua orang Kristen Katolik yang sudah dibaptis. Identifikasi roti dengan Tubuh-Nya dan anggur dengan Darah-Nya menunjukkan kehendak Yesus untuk hadir secara nyata dalam roti dan anggur. Melalui Konsili Trente, perubahan dalam perayaan Ekaristi ini dijelaskan dengan istilah transubstansiasi. Artinya dalam konsekrasi, substansi atau bahan roti diubah ke dalam substansi Tubuh Kristus dan substansi anggur diubah ke dalam substansi Darah-Nya. Perubahan ini terjadi karena

(53)

kekuatan Sabda-Nya dan karena kekuatan Roh Kudus, yang tidak berubah adalah rupa, warna, berat, rasa, dan bentuk dari roti dan anggur itu.

Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ini dimulai dari saat konsekrasi dan berlangsung selama rupa Ekaristi itu ada. Setiap rupa, baik roti maupun anggur, dalam setiap bagiannya tercakup seluruh Kristus sehingga pemecahan roti tidak membagi Kristus. Barang siapa menerima roti atau anggur berarti menerima Kristus yang utuh.

5. Liturgi Sakramen Ekaristi

Misa adalah perayaan Ekaristi dalam ritus liturgi Barat dari Gereja Katolik Roma, tradisi Anglo - Katolik dalam Gereja Anglikan, dan beberapa Gereja Lutheran. Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang secara harafiah berarti pergi berpencar atau diutus. Kata ini dipakai dalam rumusan pengutusan dalam bagian akhir Perayaan Ekaristi yang berbunyi "Ite,

missa est" (Pergilah, tugas perutusan telah diberikan) yang dalam Tata Perayaan

Ekaristi di Indonesia dipakai rumu bsan kata-kata "Marilah pergi kita diutus. Adapun tata liturgi Perayaan Ekaristi menurut TPE (Tata Perayaan Ekaristi) KWI 2005 adalah sebagai berikut:

(54)

PEMBUKAAN • Lagu Pembukaan

• Pemberian Salam dengan kata pembukaan

• Pernyataan Tobat dengan: “Tuhan kasihanilah kami” • Doa Kemuliaan (peringatan hari besar)

• Doa Pembukaan LITURGI SABDA

• Bacaan I (Perjanjian Lama) ; ( Bacaan harian ) • Mazmur Tanggapan

• Bacaan II (Perjanjian Baru) ; ( hari Minggu / hari Raya ) • Alleluia dengan Bait pengatar Injil

• Bacaan III (Injil) • Homili

• Aku Percaya • Doa Umat

LITURGI EKARISTI • I. Persembahan

Mempersiapkan Persembahan (kolekte dan arak-arakan) Doa Persembahan

• II. Doa Syukur Agung Prefasi denga Kudus

(55)

Doa Ekaristi (dengan Konsekrasi dan Anamnese)

• III. Komuni Doa Bapa Kami Salam Damai

Anak Domba Allah (dengan pemecahan Hosti) Menyambut Komuni

Syukur

Doa sesudah Komuni PENUTUP

• Pengumuman • Pengutusan

C. Perkembangan Hidup Rohani 1. Pengertian Hidup Rohani

Kata Rohani berasal dari kata Ibrani “ ruah” yang berarti nafas. Adanya hidup dalam tubuh manusia sering dihubungkan dengan adanya nafas sehingga manusia sebagai mahluk rohani berarti manusia sanggup berhubungan dengan Sang Sumber hidupnya. Makna rohani lebih dipusatkan pada kesanggupan untuk berhubungan dengan Tuhan atau menyadari kehadiran Yang Ilahi dalam hidupnya. Oleh karena itu manusia dipanggil untuk mengenal Dia yang hadir

(56)

“Roh”(Spirit). Roh mengacu pada keseluruhan diri sejati. Diri kita tercermin dalam sikap dan relasi terhadap Tuhan. Aspek rohani menyangkut segala sesuatu yang bersifat “Immaterial” dan tak terlihat secara fisik, karena itu kehidupan Rohani menyangkut sikap hati, jiwa atau roh secara keseluruhan terhadap Tuhan (Hidya Tjahya, 2011:60)

Hidup Rohani merupakan relasi Pribadi dengan Tuhan (Hidya Tjahya, 2011:62), karena itu, tanggungjawab setiap pribadi untuk menjalin relasi yang terus menerus dengan Tuhan, karena pada akhirnya setiap pribadi harus mempertanggungjawabkan hidup rohaninya kepada Tuhan. Hidup Rohani merupakan sebuah relasi kasih dengan Tuhan sehingga perlu mengutamakan Tuhan dan kasih-Nya, karena Tuhan adalah pencipta dan mahakuasa.

Maka Hidup Rohani merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia karena menyangkut tujuan hidup manusia di dunia. Hidup rohani menjadi landasan kehidupan manusia. Hidup Rohani adalah hidup yang pada dasarnya merupakan dialog terus menerus antara Allah dan pribadi manusia secara pribadi. Dialog tersebut dapat dilakukan melalui Perayaan Ekaristi, Doa, Refleksi,bacaan Rohani, Doa Rosario dan segala kegiatan dilakukan umat beriman setiap hari dalam perjalanan hidupnya.

(57)

2. Aspek – aspek hidup Rohani

Hidup Rohani merupakan suatu proses yang perlu diperjuangkan terus-menerus oleh setiap orang Kristen agar bertumbuh dan berkembang dalam mencapai kesempurnaan hidup. Dalam memperjuangkan kematangan hidup rohani, setiap pribadi hendaknya selalu mengandalkan Roh Allah untuk membimbing dan menyertainya. Agar dapat memperjuangkan dan mengembangkan kematangan hidup rohani, maka dapat dilakukan dengan cara Adorasi Ekaristi, melatih hidup doa, Refleksi, Bacaan Rohani, Devosi, Doa Rosario;

a. Adorasi Ekaristi

Adorasi atau pujian kepada sakramen Mahakudus merupakan praktek devosi sembah sujud di hadapan sakramen Mahakudus. Pentahtaan sakramen Maha kudus muncul hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus (Martasudjita, 2005:424).

Tujuan adorasi kepada sakramen Mahakudus ialah sembah sujud kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi dan sekaligus untuk menyatukan hati dengan Yesus yang hadir dalam sakramen Mahakudus. Namun perlu disadari bahwa puncak kesatuan dengan Tuhan yang hadir dalam Ekaristi pertama-tama terjadi dalam Komuni Kudus saat perayaan Ekaristi. Dan bilamana kaum Beriman menghormati Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, hendaknya mereka ingat bahwa kehadiran itu bersumber pada kurban Ekaristi.

(58)

b. Hidup Doa

Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada Tuhan, menyatakan diri sebagai anak Allah dan mengakui Allah sebagai Bapa. Doa pertama – tama adalah suatu peryataan iman di hadapan Allah maka doa tidak pernah dilepaskan dari kehidupan sehari - hari dan dari hidup bersama dengan orang lain (KWI, 1996 : 194 ).

Philomena Agudo (1998: 177) mengatakan bahwa hidup doa berarti kebiasaan rutin berdoa yang dilaksanakan dengan penuh kesadaraan karena percaya akan cinta dan belas kasih Tuhan. Sedangkan Darminta (2006a:92) mengatakan bahwa hidup dan hidup doa merupakan warna hidup jiwa atau batin seseorang yang akan terungkap dalam bahasa perbuatan (Yak 2:1-26). Ada hubungan antara hidup doa dan hidup iiman, yang tidak hanya ditentukan oleh kekhusukkan dalam berdoa, tetapi tindakan kongkrit apa yang dilakukan sebagai buah dari hidup doa.

Doa berarti bersatu dengan Tuhan, mendekatkan diri pada Tuhan dan menjalin hubungan dengan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan dalam doa disadari sebagai hal yang penting dalam hidup, khususnya dalam mengolah pengalaman hidup. Namun dalam kenyataannya kesadaran akan pentingnya doa tidak selalu mudah untuk dilaksanakan dalam hidup sehari-hari.

(59)

c. Bacaan Rohani

Bacaan Rohani merupakan salah satu sumber hidup rohani. Tulisan -tulisan dalam bacaan rohani sangat inspiratif dan menarik baik itu pengalaman yang dialami oleh pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain yang membantu untuk memperkembangkan hidup rohaninya (Darminta, 2007 : 19) d. Devosi

Martasudjita (199:143) Kata Devosi berasal dari bahasa Latin devotion ( dari kata kerja: devovere), yang berarti „kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Maka menurut arti katanya, devosi menunjuk sikap hati dan perwujudannya. Artinya seseorang mengarahkan diri kepada sesuatu yang dijungjung tinggi dan dicintai. Dalam tradisi Kristiani devosi dipahami sebagai bentuk penghayatan dan pengungkapan iman Kristiani di luar Liturgi resmi. Devosi dimengerti sebagai praktek ungkapan iman umat yang spontan dan lebih bebas serta dapat dibawakan secara pribadi ataupun bersama.

e. Doa Rosario

Secara harafiah Rosario berarti karangan bunga mawar, entah merah,putih, atau putih.

Oleh karena itu sebagai Pewarta tentunya, tidak boleh lupa peran bunda Maria. Sebagai pewarta tentunya kita harus menyatu dengan bunda Maria dalam devosi doa Rosario. Menyatu dengan Bunda Maria secara terus menerus merenungkan hidup dan perutusan Yesus bersama Bunda Maria. Hal ini senada

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Sutrisno Hadi, metode interview adalah metode untuk mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan

Nilai soft skill yang diharapkan adalah mahasiswa dapat bekerjasama, bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat dan bertanya, menghargai pendapat orang lain,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami serta

Berdasarankan dari hasil olahan data Origin-Destination Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari survey yang telah dilakukan Kementrian Perhubungan Badan Penelitian dan

Daya inverter tiga fasa yang akan digunakan harus sesuai dengan besarnya daya maksimum dari beban yaitu minimal sebesar 28.775 kW, oleh karena itu dipilih

Alhamdulillahhirobbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Hubungan

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, setelah melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan yang terakhir melakukan analisis