• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI E-PROCUREMENT DALAM PELELANGAN PENGADAAN BARANG / JASA DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI E-PROCUREMENT DALAM PELELANGAN PENGADAAN BARANG / JASA DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Ilmu Administr asi Negar a Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Oleh :

RETNO WULAN ANGRAENI

0941010017

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)
(3)
(4)
(5)

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian ini dengan judul “EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI E-PROCUREMENT

DALAM PELELANGAN PENGADAAN BARANG / JASA DI PEMERINTAH

KOTA SURABAYA”.

Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulis masih banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak DR. Lukman Arif, MSi, selaku

dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan

kepada penulis. selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Sudarto MP Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak DR. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas bimbingan

(6)

skripsi ini.

7. Semua teman – teman jurusan Administrasi Negara angkatan 2009.

8. Dan pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari

kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang

bersifat membangun dari semua pihak sehingga proposal penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Mei 2013

(7)

Menyadar i sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skr ipsi ini banyak

pihak yang t elat t ur ut membant u sehingga melalui kesempat an ini

dengan segala ker endahan hat i, penulis ingin mengucapkan t er ima

kasih sebesar – besar nya kepada :

1. Kedua Or ang Tuaku yang selalu member ikan dor ongan baik doa,

mot ivasi, biaya ser t a semangat , semoga ALLAH SW T t er us

member ikan kesehat an dan kebahagiaan selalu. Amiennn…. .

2. Kakakq Randy dan mbak ipar q kiky ser t a ponakanq yang ayu

dewe n imut dewe. . . J

3. Dwi Mulya Amansyah makasi udah ngasi dukungan dan semangat

unt uk nyelesaiin skr ipsi ini. Luv u sayankk…<3

4. Buat semua t eman2 Administ r asi N egar a angkat an 2009. aq

pazt i kangen sama kalian semua. Miss u all… L

“ Sekali lagi t er ima kasih sebesar – besar nya unt uk semuanya

ser t a mohon maaf apabila ada kesalahan yang sengaj a maupun

(8)

PKL di Malang

PKL di

(9)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 14

1.3. Tujuan Penelitian ... 14

1.4. Kegunaan Penelitian ... 15

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 16

2.2. Landasan Teori ... 19

2.2.1. Konsep Pelayanan Publik ... 19

2.2.1.1. Definisi Pelayanan ... 19

2.2.1.2. Definisi Pelayanan Publik ... 20

2.2.1.3 Tujuan Pelayanan ... 21

2.2.2 Electronic Government (e-government) ... 22

2.2.2.1 Manfaat E-Government ... 24

2.2.2.2 Tujuan E-Government ... 24

2.2.2.3 Sasaran Pembangunan E-Government ... 25

(10)

2.3. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Lokasi dan Situs Penelitian ... 36

3.3. Fokus Penelitian ... 36

3.4. Sumber dan Jenis Data ... 37

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.6. Analisa Data ... 40

3.7. Teknik Keabsahan Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 43

4.1.1 Lokasi Bagian Bina Program Pemerintah Kota Surabaya ... 43

4.1.2 Sejarah Singkat Bagian Bina Program Pemerintah Kota Surabaya ... 43

4.1.3 Visi dan Misi Bagian Bina Program Pemerintah Kota Surabaya ... 44

4.1.3.1 Visi ... 44

4.1.3.2 Misi ... 44

4.1.4 Struktur Organisasi Bagian Bina Program Pemerintah Kota Surabaya ... 44

(11)

4.2 Hasil Penelitian ... 50

4.2.1 Efektivitas E-Procurement Dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa... 52

4.2.2 Efisiensi E-Procurement Dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa ... 59

4.3 Pembahasan ... 63

4.3.1 Efektivitas E-Procurement Dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa ... 63

4.3.2 Efisiensi E-Procurement Dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Surabaya Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Bagian Bina Program Pemerintah Kota

Surabaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Bagian Bina Program Pemerintah Kota

Surabaya Berdasarkan Pangkat Golongan ... 49

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana ... 49

Tabel 4.5 Data Rekap Anggaran Lelang Melalui E-Procurement tahun 2004

(13)

Gambar 3.1 Analisa Data Model Interaktif Menurut Miles dan Hubernman . 41

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 44

Gambar 4.2 Alur Tahapan Lelang ... 53

Gambar 4.3 Portal E-Procurement ... 55

Gambar 4.4 Pemenang Lelang ... 57

Gambar 4.5 Informasi Lelang ... 58

Gambar 4.6 Efisiensi Lelang ... 60

(14)

DALAM PROSES PELELANGAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAHAN DI PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Penelitian ini didasarkan pada fenomena masih sering terjadinya praktek korupsi di struktur tubuh birokrasi . Banyak cara yang telah dilakukan guna meminimalisir kegiatan penyelewengan penyelenggaraan pemerintah di tubuh birokrasi. Dari hasil pengamatan di lapangan, ternyata dengan adanya e–procurement ini dapat menjadi instrumen untuk mengurangi tindakan KKN karena melalui e-procurement, lelang menjadi terbuka. Maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana efektifitas dan efisiensi e-procurement dalam proses pelelangan pengadaan barang dan jasa pemerintahan di Pemerintah Kota Surabaya. Berdasarkan hal diatas, maka dibuatlah rumusan masalah penelitian “Bagaimanakah efektifitas dan efisiensi e-procurement dalam proses pelelangan pengadaan barang dan jasa pemerintahan di pemerintah Kota Surabaya?”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif. dengan fokus penelitian dua hal yaitu : pertama, efektifitas proses pelelangan. Kedua, efisiensi dalam hubungan menghemat biaya dan waktu. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan reduksi data, display data, instrument penelitian ini adalah pedoman wawancara, catatan di lapangan dan koneksi internet.

Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini adalah yang pertama efektifitas E-Procurement Dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa, yang merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Yang kedua yaitu efisiensi E-Procurement Dalam Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa, yang merupakan upaya untuk menekankankan pada ketepatan mengenai sumber daya.

(15)

1.1`Latar Belakang

Pelayanan publik merupakan dasar dan bentuk aktualisasi dari eksistensi

birokrasi pemerintahan. Wajah birokrasi dapat tercermin dari sikap dan perilaku

birokrat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bergesernya

manajemen pemerintahan dari Old Public Administration (OPA) ke New Public

Management (NPM) melalui penekanan pada pelayanan yang lebih berorientasi

kepada masyarakat hendaknya dijadikan landasan di dalam pengelolaan birokrasi

yang lebih efektif dan efisien.

Pelayanan publik dapat dinyatakan sebagai segala sesuatu bentuk

pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah dalam bentuk

barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Sianipar, 1998 : 5). Dalam

kaitannya dengan hal tersebut, maka pemerintah hendaknya selalu berorientasi

pada masyarakat dengan menerapkan konsep pelayanan yang berwawasan

masyarakat (community based service).

Terselenggaranya pelayanan publik yang baik, memberikan indikasi

membaiknya kinerja manajemen pemerintahan, disisi lain menunjukan adanya

perubahan pola pikir yang berpengaruh terhadap perubahan yang lebih baik

terhadap sikap mental dan perilaku aparat pemerintahan yang berorientasi pada

(16)

dan pungli yang dewasa ini telah merebak di semua lini ranah pelayanan publik.

Dalam kontek pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat, perbaikan atau

peningkatan pelayanan publik yang dilakukan pada jalur yang benar, memiliki

nilai strategis dan bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan investasi dan

mendorong kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat luas

(masyarakat dan swasta).

Permasalahan-permasalahan pembangunan di Indonesia saat ini masih

berkutat dengan pemulihan ekonomi, meningkatnya jumlah pengangguran,

kemiskinan, tingkat kesejahteraan rakyat, birokrasi pemerintahan kurang efisien

dan efektif sehingga memberi peluang terjadinya korupsi, sampai pada

permasalahan disintegrasi bangsa yang mengancam keutuhan bangsa.

Peran organisasi publik dalam hal ini birokrasi juga menjadi sorotan

terhadap munculnya permasalahan pembangunan. Idealnya sebuah birokrasi

pemerintahan seharusnya senantiasa memiliki rasa kepekaan terhadap kepentingan

dan permasalahan masyarakat yang harus dipecahkan. Birokrasi juga dituntut

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugasnya dan tidak melaksanakan

bentuk penyalahgunaan wewenang dan melampaui batas kewenangannya. Dengan

ini akan tercipta bentuk pelayanan terhadap publik yang efisien dan efektif,

transparan serta akuntabel. Namun kenyataan yang terjadi adalah ketika birokrasi

telah memiliki wewenang terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang ada

justru birokrasi dapat memanfaatkan kewenangan dan kekuasaan dengan

menyelewengkan dan melampaui wewenang dari tugas birokrasi tersebut.

(17)

pemerintahan semakin subur dan bertambah besar. Kondisi ini yang menekankan

pentingnya sebuah penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance).

Penyelenggaraan good governance ini akan dapat menekan

penyelewengan proses pemerintahan oleh birokrasi dimana komponen terpenting

dalam good governance ini adalah terciptanya kinerja pemerintahan yang bersih,

efisien, efektif, transparan serta akuntabel. Tuntutan terhadap penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih menjadi mutlak adanya. Masyarakat dalam hal ini

sebagai stakeholders yang penting dalam pembangunan menginginkan adanya

penyelenggaraan pemerintah yang efisien, efektif, transparan serta akuntabel.

Terbentuknya bentuk pemerintahan yang baik seperti diatas membutuhkan

komitmen yang besar, mulai dari sikap moral sampai pada sarana penunjang

terciptanya good governance. Salah satu sarana penunjang yang dapat mendukung

terselenggaranya good governance adalah pemanfaatan teknologi informasi.

Teknologi informasi jika dimanfaatkan dengan baik oleh birokrasi pemerintah

akan dapat mengurangi angka kebocoran anggaran dalam pembangunan dan ini

akan dapat memperbaiki pelaksanaan program pemerintah yang selama ini kurang

efektif dan efisien sehingga ini akam membantu tercapainya kinerja

birokrasi/instansi pemerintahan yang transparan, efektif, efisien, dan dapat

dipertanggungjawabkan/akuntabel. Dan disinilah letak pentingnya teknologi

informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan menuju terciptanya good

governance.

Good governance berorientasi pada orientasi ideal sebuah negara yang

(18)

berfungsi secara efisien dan efektif melakukan apa yang menjadi tujuan nasional

tersebut. Orientasi pertama lebih mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan

dengan elemen-elemen konstituennya seperti legitimacy, accountability, securing

of human rights, autonomy and devolution power serta assurance of civilian

control. Sedangkan orientasi kedua adalah tergantung pada sejauh mana

pemerintahan mempunyai kompetensi dan sebagaimana struktur, mekanisme

politik dan administratif berfungsi secara efisien dan efektif. (Windyastuti, 2001 :

8) Kemudian salah satu karakteristik terwujudnya good governance adalah

terciptanya kinerja pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan partisipatif.

(Mardiasmo, 2002 : 29) Ketika hal tersebut terbukti maka sebenarnya kinerja

pemerintahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik akan berjalan dengan baik

dan memberikan dampak positif terhadap tiga pilar utama good governance, yaitu

masyarakat luas, pasar atau swasta, dan pemerintah sendiri.

Seiring dengan kebutuhan birokrasi terhadap informasi dan data global

yang sedang berkembang. Media internet merupakan salah satu bentuk dari

teknologi informasi yang membantu manusia guna berinteraksi satu sama lain

sama tanpa ada batasan ruang dan waktu. Dengan media internet ini manusia

dapat berinteraksi bahkan bertransaksi dengan mudah dan cepat, sehingga segala

urusan dapat dilakukan dengan waktu yang relatif singkat dan mudah tanpa harus

terhambat oleh adanya jarak dan ruang. Dunia maya ini diyakini mempengaruhi

kehidupan manusia, menghapus jarak, ruang, budaya, dan menjadi jembatan

(19)

Perkembangan penggunaan internet di lingkungan pemerintahan diikuti

dengan berubahnya pola orientasi dan fokus pemerintahan yang menaruh

pelayanan publik sebagai fokus utama dalam jalannya pemerintahan. Bentuk

orientasi terhadap pelayanan publik ini muncul seiring dengan arus reformasi

yang mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap bentuk ideal sebuah

pemerintahan yang bersih tanpa korupsi. Hal ini yang mendorong tuntutan

masyarakat terhadap birokrasi pemerintahan yang harus mengutamakan pelayanan

publik sebagai dasar pembangunan. Dengan maksud meningkatkan kualitas dan

kuantitas pelayanan publik dan berkembangnya teknologi informasi khususnya

media internet maka mulai muncul istilah electronic government atau

e-government.

Dengan adanya e-government maka informasi, komunikasi, dan transaksi

antara masyarakat dengan pemerintah dapat dilakukan tanpa batasan waktu

dimana dapat diakses melalui internet selama 24 jam dan membuka akses

informasi yang sebesar-besarnya. E-government juga akan mendorong terjadinya

reformasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dimana transparansi kebijakan

dan pelaksanaan otonomi daerah akan semakin mudah dikelola dan diawasi dan

memastikan semua sumber daya pemerintah digunakan sesuai dengan skala

prioritas. (Sumber : Kompas, 15 Desember 2005)

Esensi terpenting dari e-government adalah pemanfaatan telematika untuk

meningkatkan kinerja instansi pemerintahan. Dalam konteks ini peningkatan

kinerja diartikan sebagai terciptanya tata pemerintahan yang bersih, efektif,

(20)

kepada publik. Salah satu komponen utama e-government adalah implikasi sistem

pemerintahan yang mampu memberikan layanan secara online melalui internet.

Aplikasi ini memberi fasilitas interaksi antara anggota masyarakat dengan

penyelenggaraan layanan publik tanpa harus bertatap muka secara langsung. (Mas

RS Wigrantoro: 2005).

Berdasarkan Keppres no 30 Tahun 1997 tentang pembentukan Tim

Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), dan disusul dengan Keppres No 50

Tahun 2000 dimana didalamnya disusun kerangka Kebijakan Pengembangan dan

Pendayagunaan Teknologi Telematika di Indonesia. Keppres ini yang kemudian

mendasari munculnya Inpres No 6 Tahun 2001 yang didalamnya menyatakan

bahwa aplikasi E-government yang diterapkan diseluruh organisasi pemerintahan

baik pusat dan daerah selain memberikan pelayanan dalam bentuk informasi

namun juga agar dikembangkan guna pelayanan interaktif, sehingga masyarakat

dapat mengakses pelayanan melalui internet sebagai bentuk mewujudkan

pemerintah yang bersih.

Setelah berjalan selama sekitar dua tahun dan muncul kebijakan baru

mengenai e-government yaitu Inpres No 3 Tahun 2003 yang mengatur tentang

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government. Dalam Inpres ini

diatur secara lebih lengkap dan detail mengenai pengembangan e-government

mulai pada pemerintah tingkat pusat sampai pada pemerintah tingkat daerah/kota.

Tujuan pengembangan e-government ini yaitu merupakan upaya untuk

mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik

(21)

Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat semaksimal mungkin

efektifitas dan efisiensi kinerjanya karena sangat terbantu oleh perkembangan

e-government di pemerintahan dan masyarakat sendiri akan lebih mudah mengakses

bentuk pelayanan publik yang diselenggarakan aparatur birokrasi tanpa harus

melewati proses yang rumit. Dari asumsi dasar tersebut penulis menemukan dan

mencoba akan mengkaji sebuah bentuk penerapan teknologi informasi yang

berbentuk e-government sebagai upaya menciptakan tatanan pemerintahan yang

baik atau good governance yang ada di pemerintah Kota Surabaya.

Fenomena tersebut berasal dari proses pengadaan barang dan jasa

pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya kepada masyarakat

umum dalam hal ini pihak swasta. Biasanya dalam proses pengadaan barang dan

jasa seperti yang dilakukan oleh pemerintah daerah lainnya dimana pengadaan ini

dapat dilakukan melalui penunjukan langsung terhadap perorangan atau

perusahaan oleh pemerintah Kota Surabaya. Mekanisme lain - lain adalah melalui

proses pelelangan secara langsung terhadap proyek-proyek pembangunan yang

ada di wilayah Kota Surabaya.

Salah satu persoalan yang terjadi saat ini adalah masih sering terjadinya

praktek korupsi di stuktur tubuh birokrasi . Banyak cara yang telah dilakukan

guna meminimalisir kegiatan penyelewengan penyelenggaraan pemerintah di

tubuh birokrasi. Salah satu pendekatan yang gencar dilakukan sekarang adalah

dipilihnya penerapan pemanfaatan telematika dengan bentuk e-government dalam

(22)

struktural yang terjadi, termasuk indikasi penyelewengan dalam pengadaan

barang/jasa pemerintah.(Mas RS Wigrantoro : 2005)

Menurut Dewan Pembina IAPI (Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia) Pusat

Agus Rahardjo yang bertugas mendukung kinerja LKPP (Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah), yaitu mensosialisasikan tentang

Pengadaan Barang dan Jasa Bagi Pemerintah, mengaku sampai saat ini ada sekitar

80% kasus korupsi terjadi karena proses pelelangan pengadaan barang dan jasa.

Namun tidak semua para tersangka itu sengaja untuk berniat curang atau korupsi,

sebab ada beberapa yang terpaksa berhadapan dengan hukum karena tidak

memahami aturan main proses pelelangan.

Dalam fenomena ini menariknya pemerintah Kota Surabaya mencoba

melakukan terobosan baru dalam teknologi informasi dalam pemerintahan yang

berupa e-government guna memaksimalkan proses pengadaan barang dan jasa

terhadap proyek-proyek pembangunan Kota Surabaya melalui pelelangan secara

online. Sarana ini yang kemudian dikenal dengan bentuk e-procurement. Modul

e-procurement ni sebagai salah satu komponen e-government yang merupakan salah

satu kontribusi yang ditawarkan guna meminimalisir terjadinya penyelewengan

atau terjadinya tindak korupsi dan kolusi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

E-procurement dapat diartikan sebagai sebuah aplikasi untuk pelaksanaan

pelelangan terhadap pengadaan barang dan jasa yang dibiayai oleh APBD secara

elektronik dengan memanfaatkan teknologi informasi yang berbasis internet.

Dalam aplikasi e-procurement ini dimunculkan seluruh proses lelang mulai dari

(23)

pemenang pelelangan secara online. Misi akhir dari penerapan E-Procurement ini

adalah bagaimana proses pengadaan barang dan jasa di pemerintahan dan

bagaimana caranya memanfaatkan teknologi informasi agar tidak banyak

membuang buang waktu dan biaya (Indrajit dkk, 2002 : 151). Jadi seluruh proses

pelelangan terhadap pengadaan barang dan jasa dari pemerintah dapat diikuti oleh

seluruh warga masyarakat dengan menggunakan aplikasi e-procurement secara

online dengan harapan ini akan membantu terwujudnya efektifitas dan efisiensi di

bidang pengadaan barang dan jasa sebagai bagian dari upaya terciptanya good

governance.

E-Procurement dapat menjadi instrumen untuk mengurangi tindakan KKN

karena melalui e-procurement lelang menjadi terbuka sehingga akan muncul

tawaran-tawaran yang lebih rasional. Bahkan mereka juga yang tidak berada

dalam jaringan pun bisa terlibat. Meskipun menurut Fathur Wahid tidak terhindari

adanya permainan-permainan pula dalam praktik e-procurement. Penggunaan

e-procurement secara rasional dapat menghemat anggaran 20-40%. Selain itu,

e-procurement dapat menghemat 50% anggaran untuk kontrak kecil dan 23% untuk

kontrak besar. (Sumber : Republika, 21 Juni 2009)

Selain itu, ada sisi negatif yang bisa ditimbulkan dalam pengadaan barang

dan jasa yang sering terjadi tanpa e-procurement antara lain: Pertama, tender

arisan; Kedua, suap untuk memenangkan tender; Ketiga, proses tender tidak

transparan; Keempat, supplier bermain mematok harga tertinggi (mark up);

Kelima, memenangkan perusahaan saudara, kerabat atau orang-orang partai

(24)

pelaku usaha tertentu; Ketujuh, adanya almamater sentris; Kedelapan, pengusaha

yang tidak memiliki administrasi lengkap dapat ikut tender bahkan menang;

Kesembilan, tender tidak diumumkan; Kesepuluh, tidak membuka akses bagi

peserta dari daerah (Sucahyo dkk, 2009)

Dalam pelaksanaan pembelanjaan anggaran belanja daerah sangat

dimungkinkan terjadinya penyalahgunaan anggaran dalam proses tender

proyek-proyek pemerintahan. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa (pelelangan) dari

kebutuhan pemerintah daerah yang didanai oleh APBD disadari memang sering

terjadi penyalahgunaan anggaran. Kebocoran dana pada proses pengadaan barang

dan jasa pemerintah dapat mencapai 10% sampai 50% karena sistem pengadaan

barang dan jasa pemerintah di Indonesia sangat rawan KKN.( Sonhaji Agus Imam

: 2005)

Dengan demikian proses pengadaan barang dan jasa pemerintah ini

menjadi salah satu titik lemah dalam pelaksanaan anggaran belanja daerah. Ketika

pengadaan barang dan jasa ini dilaksanakan dengan baik yaitu dilakukan dengan

transparan dan akuntabel maka akan dapat mengefisien anggaran dan

mengefektifkan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan di Kota Surabaya. Ini

menggambarkan betapa pentingnya posisi pengadan barang dan jasa pemerintah

yang transparan dan akuntabel sebagai upaya efisiensi dan efektivitas

pembangunan. Dan ini yang menjadi alasan penting mengapa e-procurement

dimunculkan dengan harapan terciptanya transparansi, akuntabel, efektif, dan

(25)

Pelaksanaan pelelangan dalam pengadaan barang/jasa pemerintahan (

e-procurement) telah diterapkan pada beberapa Departemen dan Institusi

pemerintahan di Indonesia, diantaranya adalah Departemen Kimpraswil,

Bappenas, Departemen Kominfo. Satu-satunya instansi pemerintahan daerah saat

ini yang tengah menerapkan e-procurement adalah pemerintah Kota Surabaya.

Sistem pelelangan melalui internet ini berawal dari sering terjadinya

proyek-proyek pemerintah Kota Surabaya tidak tepat waktu dari jadwal yang telah

ditetapkan, padahal rata-rata harga proyek dari pemerintah kota tersebut tergolong

cukup tinggi. Dari sini maka muncul ide penerapan lelang serempak melalui

media internet dengan harapan sistem ini akan menjadikan proses tender dan

lelang menjadi transparan dan akuntabel karena semua pihak bisa mengikuti

secara terbuka dan menimalisir praktek kolusi.

Sampai saat ini penyelenggaraan e-procurement di pemerintah Kota

Surabaya sudah berjalan lama dan telah dirasakan oleh sebagian masyarakat

Surabaya khususnya adalah para pengusaha baik perorangan atau perusahaan yang

menjadi rekanan dalam pengadaan barang/jasa pemerintahan. Kebijakan

memunculkan pelelangan pengadaan barang dan jasa ini didasarkan pada Keppres

no 80 tahun 2003 Bab IV Bagian D, dan selanjutnya diatur dalam Perpres no 54

tahun 2010 yang telah berubah kedua kali dengan Perpres no 70 tahun 2012

tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah.

Sistem e-procurement sudah menjadi terobosan penting dalam pengadaan

barang dan jasa. Namun pada kenyataannya e-procurement masih memiliki

(26)

seperti kurangnya dukungan finansial, terdapat beberapa instansi dan penyedia

jasa lebih nyaman dengan sistem sebelumnya (pengadaan konvensional),

kurangnya dukungan dari top manajemen, kurangnya skill dan pengetahuan

tentang e-procurement serta jaminan keamanan sistem tersebut (Gunasekaran etal,

2009). Selain itu dalam pelaksanaannya di beberapa daerah terdapat keluhan

bahwa sistem komputer untuk e-procurement sering macet di saat menjelang

deadline tender (Rahardjo, 2010). Hal ini salah satunya disebabkan oleh

banyaknya aplikasi yang masuk dikarenakan para peserta lelang menunggu

hingga menjelang batas akhir waktu penawaran dalam memasukkan aplikasi

karena takut penawarannya dibocorkan ke pihak lain.

Pemerintah Kota Surabaya menjadi instansi pemerintah pertama yang

mengimplementasikan pelelangan dengan sistem e-procurement. Sistem

e-procurement mulai digunakan sejak pelaksanaan APBD (Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah) tahun 2004. Ide ini mulai dikembangkan dari pelaksanaan lelang

serentak pada tahun 2003 dimana keterbukaan (transparansi), keadilan, efektifitas

dan efisiensi menjadi unsur utama untuk mewujudkan Good Governance dalam

pengadaan barang/jasa pemerintah. Pada tahun 2007 telah mulai menerapkan 99%

full e-procurement sampai dengan saat ini. Penerapan e-procurement pada

Pemerintah Kota Surabaya telah diakui keberhasilannya oleh banyak pihak. Tetapi

untuk mendukung kualitas layanan publik yang diharapkan terus meningkat, maka

diperlukan penelitian lebih lanjut. Aplikasi e-procurement ini sebenarnya ternyata

telah mendapatkan Sertifikasi ISO 9001:2000 untuk Sistem Manajemen Mutu

(27)

layanan e-procurement ini telah mendapatkan penghargaan dari Jawa Post

Institute of Pro-Otonomi (Region in a Leading Profile on Public Accuntability)

dan dari majalah Warta Ekonomi (e-government Award). (Bachrudin Effendi :

2006)

Standart Internasional (ISO 9001:2000) ini mengukur apakah sebuah

organisasi atau perusahaan dapat membentuk sistem manajement yang efektif

yang sesuai dengan kebutuhan konsumen/stakeholders.

Mengenai efektifitas den efisiensi terhadap penyelenggaraan pemerintahan

memang mutlak adanya dan tidak bisa ditawar lagi. Ini didasarkan pada realitas

penyelenggaraan pemerintahan oleh birokrasi di Indonesia yang cenderung kurang

memperhatikan dan masih jauh dari kerangka penyelenggaraan pemerintahan

yang efektif dan efisien. Hal ini berpengaruh besar terhadap orientasi

penyelenggaran pemerintahaan yang memang ditujukan pada pelayanan publik

yang bersih, transparan, dan ringkas.

Yang menjadi kajian sekarang adalah apakah memang e-procurement

benar-benar sebagai bagian dari perwujudan proses penyelenggaraan

pemerintahan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel dapat dijalankan

sesuai dengan tujuan awalnya. Tanpa mengurangi rasa skeptis, masyarakat

seharusnya perlu mengetahui proses pelelangan barang/jasa melalui media

internet ini. Agar e-procurement benar-benar berjalan efektif yaitu masyarakat

memantau supplier mana saja yang memasukkan penawaran. Lalu setelah secara

internal diputuskan pemenang maka hasilnya dibuka kepada publik, supplier

(28)

penawarannya dengan supplier lainnya.(Sonhaji Agus Imam:2005) Disadari

bahwa sistem tender yang pernah dilakukan di Indonesia lazimnya membuka

adanya “kongkalikong” atau kolusi antara peserta dengan penyelenggara lelang

dalam pengajuan penawaran harga. Calon pemenang lelang tersebut sudah

disiapkan dan juga sudah disiapkan siapa yang kalah. Dari fenomena ini semakin

menjadikan tantangan apakah memang e-procurement ini telah membuktikan

sebagai bagian dari media yang efektif dan efisien guna terciptanya bentuk

layanan e-government yang ideal dan terwujudnya good governance.

1.2Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana efektifitas dan efisiensi e-procurement dalam proses

pelelangan pengadaan barang dan jasa pemerintahan di pemerintah Kota

Surabaya?”

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mendiskripsikan berbagai

data yang diperoleh mengenai efektifitas dan efisiensi dari program

(29)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan serta diharapkan

mampu meningkatkan pengetahuan penulis dalam aplikasi dan teori.

Sehingga dapat menjadi bekal saat penulis terjun secara langsung ke dunia

kerja.

2. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan terkait topic penelitian penulis dan

merupakan sumbangan pemikiran bagi kampus UPN “Veteran” Jawa

Timur sebagai wujud terima kasih penulis selama menempuh pendidikan

sarjana.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Diharapkan dapat menambah perbendaharaan referensi perpustakaan bagi

(30)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh pihak lain yang membahas dan meneliti pokok kajian yang sama,

antara lain :

1. Yuli Hapiah (Jurnal Ilmu Administrasi, Volume VIII, No. 1, April

2011), mahasiswa jurusan Manajemen Kebijakan Publik &

PelaksanaStia Lan Bandungmelakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Implementasi Kebijakan Pengadaan Barang Dan Jasa

Pemerintah Secara Elektronik (E-Procurement Government) Di

Provinsi Jawa Barat”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun teknik

pengumpulan datanya dengan wawancara, observasi & dokumentasi,

analisa data, reduksi data, instrument penelitian ini adalah pedoman

wawancara. Dengan fokus penelitian adalahpengelolaan

barangpemerintahdanlayanan.

Dari hasil penelitian, simpulan yang diambil adalah bahwa

kondisi implementasi kebijakan e-procurement government di Provinsi

Jabar telah dilaksanakan secara efektif tapi terlihat belum optimal. Hal

(31)

struktur birokrasi yang dianalisis. Implementasi kebijakan

e-procurement yang belum optimal tersebut.

2. Kodar Udoyono (Jurnal Studi Pemerintahan,Volume 3, Nomor 1,

Februari 2012),Lembaga Pengkajian Kebijakan Publik (LPKP)

Yogyakarta melakukan penelitian dengan judul “E-Procurement

dalam Pengadaan Barang dan Jasa untuk Mewujudkan Akuntabilitas di

Kota Yogyakarta”.

Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini

adalahdimensi akuntabilitas meliputi belum adanya

pertanggungjawaban regulasi dari proses pengadaan barang dan jasa,

pertanggungjawaban secara politik masih bersifat internal

pemerintahan dan pertanggungjawaban secara keuangan masih

tertutup.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fisibilitas

e-procurement dalam pengadaan barang dan jasa untuk

mewujudkanakuntabilitas.

Hasil penelitian ini adalah fisibilitas e-procurement dalam

pengadaan barang dan jasa untuk mewujudkan akuntabilitas adalah

fisibel tapi tidak akuntabel. Hal ini dibuktikan sesuai dengan temuan

lapangan yaitu: Pertama, dimensi fisibilitas harus memenuhi nilai

kelayakan seperti adanya regulasi yang menjamin terlaksananya

(32)

dukungan dari stakeholder terhadap implementasi e-procurement, dan

adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan e-procurement.

Kedua, dimensi akuntabilitas meliputi belum adanya

pertanggungjawaban regulasi dari proses pengadaan barang dan jasa,

pertanggungjawaban secara politik masih bersifat internal

pemerintahan dan pertanggungjawaban secara keuangan masih

tertutup.

3. Sri Suryaningsum, Sucahyo Heriningsih, Lucia Yushanti (SNA VIII

Solo, 15 – 16 September 2005). Dosen UPN Veteran Jogjakarta,

melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Efisiensi dan Efektivitas

Informasi Akuntansi dengan Menggunakan Gambar Kartun”.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Tujuan penelitian ini adalah meneliti reaksi pengguna informasi

keuangan denganpenyajian informasi keuangan menggunakan wajah

skematik (kartun), rasio, dan laporankeuangan dalam hal profitabilitas,

likuiditas, dan leverage. Selain itu juga mengujiefisiensi dan efektivitas

pengambilan keputusannya dalam hal ini berkaitan dengan waktuuntuk

menentukan apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak sehat. Alat uji

yangdigunakan adalah t-test dan ANOVA.

Hasil penelitian ini adalah dengan menggunakangambar kartun

(wajah skematik) informasi akuntansi yang disampaikan dapat

lebihefektif jika dibandingkan dengan informasi akuntansi yang

(33)

juga didukung bahwa dengan wajah skematikmaka kesalahan

responden dalam menentukan kondisi suatu perusahaan lebih

sedikitdibanding dengan menggunakan rasio keuangan dan laporan

keuangan (neraca).Informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk

wajah skematik, responden dapat lebihcepat menentukan kondisi suatu

perusahaan, hal ini membuktikan bahwa penyampaianinformasi

akuntansi akanlebih efisien jika ditampilkan dalam bentuk

wajahskematik.Informasi akuntansi yang disajikan dengan

menggunakan gambar kartun (wajahskematik) akan lebih efisien dan

efektif bagi pengguna informasi akuntansi.

Yang membedakan penelitian penulis dengan beberapa penelitian di atas

adalah penelitian ini nantinya akan menggunakan pendekatan kualitatif yang

mendiskripsikan dan mengetahui keefektifitasan dan efisiensi e-procurement

dalam pengadaan barang / jasa yang dilakukan di Kantor Pemerintah Kota

Surabaya berdasarkan Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 mengenai

pengadaan barang/jasa Pemerintahan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konsep Pelayanan Publik

2.2.1.1Definisi Pelayanan

Pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang,

sekelompok dan atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk

(34)

Definisi pelayanan menurut Kotler dalam Tjiptono (2002:36), pelayanan

adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak

kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangibles (tidak berwujud fisik)

dan tidak menghasilkan kepemilikan atas produk tersebut.

Menurut Rangkuti (2002:26), pelayanan merupakan pemberian suatu

kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Pada

umumnya pelayanan diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana

interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pelayanan adalah serangkaian kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang

atau sekelompok orang yang tidak berwujud fisik yang ditawarkan dari pemberi

jasa kepada penerima jasa dengan harapan kebutuhan penerima jasa dapat

terpenuhi.

2.2.1.2Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik menurut Sinambela (2005:5) adalah setiap kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap

kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara

fisik.

Agung Kurniawan (2005:6) mengatakan bahwa pelayanan publik adalah

pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang

mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata

(35)

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala

bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang

pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi

Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara

atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan

masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2.2.1.3Tujuan Pelayanan

Menurut Moenir (2001:179), tujuan pelayanan adalah dapat memberikan

kepuasan kepada orang tua atau sekelompok orang yang dilayani, maka dalam hal

ini petugas harus dapat memenuhi empat persyaratan pokok yaitu :

a. Tingkah laku sopan.

b. Cara menyampaikan sesuatu berkaitan dengan apa yang seharusnya

diterima oleh yang bersangkutan.

c. Waktu penyampaian yang tepat.

d. Keramah tamahan.

Menurut Kottler dalam Fandy (1992 : 226), tujuan pelayanan adalah

untuk mencapai tingkat kepuasan konsumen atau masyarakat yang maksimal. Hal

ini sangat menentukan sekali dalam masa-masa selanjutnya karena dapat

menimbulkan suatu tingkat yang tinggi dalam diri konsumen sehingga

berhubungan dengan melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa setiap

kali membutuhkan. Dengan menciptakan kesan yang baik ini maka dapat

(36)

diberikan oleh suatu instansi atau perusahaan sehingga konsumen atau masyarakat

tersebut akan menceritakan sesuatu yang serba baik tentang sesuatu produk yang

bersangkutan kepada pihak lain.

Dengan demikian, tujuan pelayanan adalah untuk mencapai kepuasan

masyarakat sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat tercapai kepuasan

secara maksimal.

2.2.2 Electronic Government (e-government)

Menurut Rogers Okut Uma dan Larry Caffrey, E-government

didefinisikan sebagai sarana yang merupakan sebuah proses dan struktur dalam

pelayanan elektronik oleh pemerintah guna memberikan kemudahan dalam

melayani publik.

Sementara itu, Kementrian Kominfo berpendapat bahwa e-government

adalah aplikasi informasi yang berbasis internet dan perangkat digital lainnya

yang dikelola oleh pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dari

pemerintah ke masyarakat, mitra bisnis, badan usaha, dan lembaga-lembaga

lainnya secara online.

Sedangkan menurut World Bank mendefinisikan electric government atau

e-government sebagai sarana yang mengacu pada pemanfaatan teknologi

informasi oleh institusi pemerintah yang selanjutnya mendukung transformasi

hubungan dengan warga negara, pelaku bisnis, dan institusi pemerintah lainnya,

dengan maksud memberikan layanan publik yang lebih baik, meningkatkan

hubungan antara pemerintah dengan bisnis dan industri, serta meningkatkan peran

(37)

Keuntungan lain juga berupa mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi,

meningkatkan kenyamanan, peningkatan pendapatan dan pengurangan biaya.

Pada intinya e-government adalah penggunaan teknologi informasi yang

dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan pihak-pihak lain.

Penggunaan teknologi informasi ini kemudian menghasilkan hubungan dalam

bentuk baru yaitu:(Indrajit,Richardus Eko. 2002:30)

a. G2C (Government to Citizen)

b. G2B (Government to Businees Enterprice)

c. G2G (Inter-Agency Relationship)

Bentuk-bentuk baru diatas dapat diartikan bahwa penggunaan teknologi

informasi oleh instansi pemerintah mampu menjembatani hubungan pemerintah

dengan warga negara, pemerintah dengan pelaku bisnis dan hubungan intern

pemerintah itu sendiri. Maka dengan demikian teknologi informasi akan

membantu perbaikan pelayanan pemerintah, meningkatkan interaksi dengan pasar

atau pelaku bisnis dan dapat memberdayakan masyarakat melalui informasi

sehingga membentuk manajemen pemerintah yang efektif dan efisien.

Implementasi dari e-government dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain:

1. Penyediaan sumber informasi, khususnya informasi yang sering dicari

oleh masyarakat. Informasi ini dapat diperoleh langsung dari tempat

kantor pemerintahan, dari kios info (info kios), ataupun dari internet

(38)

2. Penyediaan mekanisme akses melalui kios informasi yang tersedia di

kantor pemerintahan dan juga di tempat umum. Usaha penyediaan

akses ini dilakukan untuk menjamin kesetaraan kesempatan untuk

mendapatkan informasi.

3. E-procurement dimana pemerintah dapat melakukan tender secara

online dan transparan.

2.2.2.1 Manfaat E-Goverment

1) Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat. Informasi dapat

disediakan 24 jam, 7 hari dalam seminggu, tanpa harus menunggu

dibukanya kantor . Informasi dapat dicari dari kantor, rumah, tanpa

harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan.

2) Peningkatan hubungan antara pemeritah, pelaku bisnis, dan

masyarakat umum. Adanya keterbukaan (transparansi) maka

diharapkan hubungan antara berbagai pihak menjadi lebih baik.

Keterbukaan ini menghilangkan saling curiga dan kekesalan dari

semua pihak.

3) Pemberdayaan msyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.

Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar

untuk dapat menentukan pilihannya.

4) Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien.

2.2.2.2 Tujuan E-Goverment

1) Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan teknologi IT

(39)

2) Terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu

menjawab tuntutan perubahan secara efektif

3) Perbaikan organisasi, sistem manajemen, dan proses kerja

kepemerintahan

2.2.2.3 Sasaran Pembangunan E-Goverment

1) Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang

berkualitas dan terjangkau

2) Pembentukan hubungan interaktif dengan dunia usaha untuk

meningkatkan dan memperkuat kemampuan perekonomian

menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional

3) Pembentukan mekanisme komunikasi antar lembaga pemerintah serta

penyediaan fasilitas bagi partisipasi masyarakat dalam proses

kepemerintahan

4) Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan

efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga

pemerintah

2.2.3 Good Governance

Governance merupakan tata pemerintahan. Good governance adalah tata

pemerintahan yang baik. Ada tiga komponen yang terlibat dalam governance,

yaitu pemerintah, dunia usaha (swasta, commercial society) dan masyarakat pada

umumnya (termasuk partai politik). Hubungan ketiganya harus dalam posisi

sejajar dan saling kontrol, untuk menghindari penguasaan atau eksploitasi oleh

(40)

tinggi dari yang lain, maka akan terjadi dominasi kekuasaan atas dua komponen

lainnya.

UNDP mendefinisikan good governance sebagai pelaksanaan otoritas

politik, ekonomi, dan administrasi untuk mengatur urusan – urusan negara, yang

memiliki mekanisme, proses, hubungan, serta kelembagaan yang kompleks di

mana warga negara dan berbagai kelompok mengartikulasikan kepentingan

mereka, melaksanakan hak dan kewajiban mereka serta menengahi perbedaan

yang ada di antara mereka. Prinsip utama Good governance adalah cara mengatur

pemerintahan yang memungkinkan layanan publiknya efisien, sistem

pengadilannya bisa diandalkan, dan administrasinya bertanggung jawab pada

publik.

UNDP dan World Bank mengartikan good governance sebagai suatu

penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab

yang sejalan dengan pinsip demokrasi dan pasar yang korupsi efisien,

penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara

politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan

legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. (Mardiasmo,

2002:23)

Berdasarkan hal itu kemudian UNDP mengajukan karakteristik good

governance sebagai berikut:

Participation, keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan

baik secara langsugn maupun tidak langsung melalui lembaga

(41)

tersebutdibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta

berpartisipasi secara konstruktif. Rule of law, kerangka hukum yang

adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.

Transparency, transparansi dibangun atas dasar kebebasan

memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan

publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang

membutuhkan.

Responsiveness, lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam

melayani stakeholder.

Consessus orientation, berorientasi pada kepentingan masyarakat yang

lebih luas.

Equity, setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk

memperoleh kesejahteraan dan keadilan.

Efficiency and Effectiveness, pengelolahan sumber daya publik

dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

Accontability, pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas

yang dilakukan.

Strategic vision, penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus

memiliki visi jauh ke depan.

Dari penjelasan diatas dapat ketahui bahwa komponen atau prinsip yang

(42)

lembaga satu dengan lembaga lain, dari pakar satu ke pakar yang lain. Namun

paling tidak ada sejumlah prinsip atau komponen yang dianggap sebagai prinsip

utama yang mendasari good governance yaitu: akuntabilitas, transparansi dan

partisipasi masyarakat. Dibawah ini dijelaskan sedikit mengenai prinsip-prinsip

tersebut.

• Akuntabilitas.

Akuntabilitas dapat didefinisikan sebagai sebuah prinsip yang

menjamin bahwa setiap kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dapat

dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak-pihak

yang terkena dampak penerapan kebijakan. Sedangkan Prof Miriam

Budiardjo mendefinisikan akuntabilitas sebagai “pertanggungjawaban

pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka yang memberi

mandat itu.” Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan

menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan pada berbagai

lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukkan kekuasaan

sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi.

• Transparansi

Definisi dari transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau

kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses

pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai. Sedangkan

(43)

dapat digunakan untuk mencermati jalannya transparansi dari sebuah

pemerintahan, yaitu:

1. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur prosedur,

biaya-biaya, dan tanggung jawab

2. kemudahan akses informasi

3. menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan yang

dilanggar atau permintaan untuk membayar uang suap

• Partisipasi

Partisipasi adalah prinsip bahwa setiap orang memiliki hak untuk

terlibat dalam pengambilan keputusan di setiap kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan. Sedangkan Badan Perencanaan Nasional mengkriteriakan

beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mencermati jalannya

partisipasi dari sebuah pemerintahan, yaitu:

- Adanya forum untuk menampung partisipasi masyarakat yang

representative.

- Fokus pemerintah adalah pada memberikan arah dan mengundang

orang lain untuk berpartisipasi

- Visi dan pengembangan berdasarkan pada konsensus antara

pemerintah dan masyarakat

- Akses bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat dalam

proses pengambilan keputusan

Prinsip partisipasi ini berhubungan dengan pandangan bahwa

(44)

mendapatkan keuntungan dari sebuah pembangunan tetapi juga menjadi

agen pembangunan. Karena pembangunan adalah untuk dan oleh

masyarakat, maka mereka membutuhkan akses pada institusi yang

mempromosikan pembangunan.

2.2.4 Perpres Nomor 70 tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/J asa

Pemerintah

Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu

(Setiadi, 2009). Pengadaan barang/jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang

(Procurement) telah banyak dilakukan oleh semua pihak baik dari pemerintah

maupun swasta.

Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untukmemperoleh Barang/Jasa

oleh Kementerian/Lembaga/SatuanKerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang

prosesnyadimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannyaseluruh

kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa.

Proses pengadaan barang/jasa pemerintahan saat ini telah melalui babak

baru seirirng dengan perkembangan teknologi informasi di Indonesia. Proses

pengadaan barang/jasa yang biasanya diadakan secara langsung atau terbuka

melalui tatap muka antara pemerintah dengan pihak swasta atau perseorangan

yang akan mengadakan barang atau jasa tersebut. Sekarang sudah ada yang

diadakan melalui jaringan internet secara online sehingga semua proses mulai

pengumuman sampai pengumuman pemenang tender dilakukan melalui internet,

(45)

Dalam Perpres 70 Tahun 2012, Pengadaan secara elektronik atau

E-Procurement adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan

menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

E-procurement adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang

memanfaatkan teknologi informasi. Teknologi informasi digunakan untuk

melakukan pengolahan data penggadaan hingga ke proses pembuatan laporan.

E-procurement merupakan istilah umum diterapkan pada penggunaan sistem yang

terintegrasi antara database dengan area yang luas (biasanya berbasis web)

jaringan sistem komunikasi disebagian atau seluruh proses pembelian. Proses

pengadaan meliputi identifikasi kebutuhan awal dan spesifikasi oleh pengguna,

melalui pencarian, sumber dan tahap negosiasi kontrak, pemesanan dan termasuk

mekanisme yang meregistrasi penerimaan, pembayaran dan sebagai pendukung

evaluasi pasca pengadaan.

Ruang lingkup dalam Peppres ini meliputi : Pengadaan Barang/Jasa di

lingkungan K/L/D/I yangpembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya

bersumberdari APBN/APBD, Pengadaan Barang/Jasa untuk investasi di

lingkungan BankIndonesia, Badan Hukum Milik Negara dan Badan UsahaMilik

Negara/Badan Usaha Milik Daerah yangpembiayaannya sebagian atau seluruhnya

(46)

Pengadaan Barang/Jasa menerapkan prinsip-prinsip yaitu efisien, efektif,

transparan, terbuka, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif danakuntabel.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara elektronik bertujuanuntuk:

a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas;

b. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat;

c. Memperbaiki tingkat efisiensi proses Pengadaan;

d. Mendukung proses monitoring dan audit; dan

e. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.

2.2.5 Efektivitas dan Efisiensi

Sondang P. Siagian (2001 : 24) memberikan definisi sebagai berikut :

Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya sarana dan prasarana dalam jumlah

tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan jumlah

barang atas jasa kegiatan yang dijalankan.

McGram Hill (2003 : 6) mendefinisikan efektifitas yaitu bagaimana

sebuah organisasi menentukan dengan tepat tujuan yang dipilih dan menentukan

cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan efisiensi didefinisikan

dengan seberapa baik atau seberapa besar sebuah organisasi menggunakan sumber

dayanya untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.

Efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak

membuang – buang waktu, tenaga dan biaya. (Zahnd, 2006 : 200-201)

Berdasarkan pendapat tersebut efisiensi menekankankan pada ketepatan mengenai

sumber daya yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam

(47)

Efisiensi dapat diartikan mengoptimalkan penggunaan sumber daya.

Dengan perkataan lain, memaksimalkan output dengan menggunakan sumber

daya yang tersedia atau meminimalkan input untuk mencapai output yang telah

ditetapkan. Efektivitas berarti melakukan pengukuran terhadap tingkat pencapaian

tujuan aktivitas tertentu atau program yang telah ditetapkan. Dari berbagai

pengertian diatas secara sederhana efektif dapat diartikan sebagai tepat

tujuan/sasaran dan efisien dapat diartikan sebagai tepat guna.

Dari sudut praktik organisasi, efektivitas dapat berarti satu dari tiga

terminologi yaitu program, operasi dan organisasi. (Hasanudin, 2002:35)

1. Efektivitas program berkaitan dengan pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan (intended objectives), dampaknya (itsimpact) dan

efektivitas biayanya (its cost-efectiveness).

2. Efektivitas operasional berkaitan dengan pencapaian sasaran keluaran/

output (output targets), system menghasilkan barang dan jasa yang

diproduksi, dan efektivitas biaya sistem tersebut.

3. Efektivitas organisasi berkaitan dengan keseluruhan kemampuan

organisasi dan interaksi antara perencanaan strategis, struktur dan

proses manajemen, sumber daya manusia, dan keuangan yang

kesemuanya berkaitan dengan misi dan tujuan organisasi dan

(48)

E – Procurement

Pengadaan Barang / jasa di Pemerintah Kota Surabaya

Efektifitas

E-Procurement dalam pelelangan

pengadaan barang / jasa

Efisiensi

E-Procurement dalam pelelangan

pengadaan barang / jasa 2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang

menjadi objek permasalahan dalam penelitian ini dimana kerangka berpikir

tersebut disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan.

Berdasarkan landasan teori diatas, penelitian ini mengoperasikan satu variabel

yaitu keefektifan dan efisiensi e-procurement dalam pengadaan barang / jasa di

pemerintah kota surabaya.

Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat disusun secara sistematis ke

dalam gambar dibawah ini :

Gambar 2.1

Kerangka Ber fikir

Sumber : Perpres dan Teori Efektifitas dan Efisiensi

Perpres Nomor 70 tahun 2012

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 J enis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

diskriftif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang bersifat diskriptif adalah

bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta dan

karakteristik objek dan subjek yang diteliti.

Dalam bentuk penelitian ini, peneliti ingin memperoleh gambaran tentang

efektifitas dan efisiensi e-procurement dalam proses pelelangan pengadaan barang

dan jasa pemerintahan di pemerintah Kota Surabaya.

3.2 Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian

tehadap objek yang akan diteliti. Penulis sendiri mengangkat tempat penelitian

yang bertempat di Surabaya, maka dari itu lokasi penelitian ini berada di Kota

Surabaya.

Sedangkan situs penelitian adalah menunjukkan dimana sebenarnya

peneliti dapat menangkap keadaan dari objek yang akan diteliti, sehingga

keakuratan data yang diperlukan dapat diperoleh. Sesuai dengan permasalahan

penelitian dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi

(50)

pemerintah Kota Surabaya, maka situs penelitian ini adalah pada Kantor

Pemerintah Kota Surabaya dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Kantor Pemerintah Kota Surabaya merupakan instansi Pemerintah yang

terkait secara langsung dengan fungsi pemerintahan dalam kaitannya

dengan pengadaan barang / jasa pemerintah.

b. Dari letak geografi Kota Surabaya yang merupakan kota terbesar kedua

dan juga sebagi ibu kota Provinsi Jawa Timur, menjadikan Kota Surabaya

sebagai pusat perbisnisan dan perkantoran. Apalagi didukung dengan

perkembangan teknologi informasi di Kota Surabaya yang semakin

berkembang.

3.3 Fokus Penelitian

Penentuan fokus penelitian diperlukan dalam membantu pelaksanaan

penelitian, jika fokus penelitian ditentukan secara tepat sesuai dengan tujuan dan

masalah penelitian, maka penelitian yang dilakukan akan terarah dan berhasil

dengan baik.

Menurut Moleong dalam Syahrul (2004 : 12) menyatakan bahwa

penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian dasar

fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Dengan penetapan fokus

sebagai pokok masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas

penelitian. Fokus penelitian adalah hal – hal yang akan dijadikan sebagai pusat

penelitian dalam penelitian ini dan untuk memudahkan dalam menentukan data

(51)

fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman

peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh melalui kepustakaan ilmiah atau

kepustakaan lainnya. Dengan fokus penelitian, peneliti akan dapat tahu secara

persis data yang perlu dikumpulkan dan yang tidak perlu dikumpulkan. Selain itu

fokus penelitian juga dapat berkembang atau berubah sesuai dengan

perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Penelitian kualitatif menggunakan variabel mandiri tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dalam penelitian

ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

1) Efektifitas proses pelelangan

2) Efisiensi dalam hubungan menghemat biaya dan waktu

3.4 Sumber dan J enis Data

Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut diperoleh atau

didapatkan. Keberadaan data adalah untuk dapat disajikan sebagai sumber

informasi yang dijadikan sebagai pokok kajian atau sebagai bahan untuk dapat

diteliti. Sumber data menurut Lofland yang dikutip Lexy J, Moleong dalam

Syahrul (2006 : 157) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah kata – kata

dan tindakannya selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain –

(52)

Adapun sumber data yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Informan kunci (key person)

Informan kunci, dimana pemilihannya secara purposive sampling dan

diseleksi melalui teknik snow ball sampling yang didasarkan atas subyek

yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan

data yang benar – benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian

yaitu berupa data keterangan, cerita atau kata – kata yang bermakna.

Sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk membangun teori,

oleh sebab itu dalam penelitian ini yang akan menjadi informan adalah

yang berada di lingkungan Kantor Pemerintah Kota Surabaya.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa yaitu tempat dimana fenomena yang terjadi atau

pernah terjadi berkaitan dengan fokus penelitian antara lain meliputi

tentang efektifitas dan efisiensi e-procurement dalam proses pelelangan

pengadaan barang dan jasa pemerintahan di pemerintah Kota Surabaya.

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber data yang lain yang sifatnya melengkapi data

utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian yaitu Perpres

(53)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk menghasilkan suatu penelitian yang akurat dan valit diperlukan

data yang representatif. Menurut Lofland ( 1984) sumber data dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lainya.

Guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah dengan:

a. Wawancara

Merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban

pertanyaan. Lincoln dan Guba (1985:266) menegaskan bahwa maksud

wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai orang, kejadian,

kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan

lainnya.

b. Pengamatan / Observasi

Secara metodelogis penggunaan pengamatan bermanfaat bagi

penelitian, yaitu pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti

dari segi motif,kepercayaan, perhatian,perilaku tak sadar,kebiasaan dan

sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat

dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, kemudian

pengamatan juga memungkinkan peneliti merasakan apa yang

(54)

pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihaknya

maupun dari pihak subjek.

3.6 Analisa Data

Menurut B.Miles dan Michel A Hubermen (2005 : 92), analisis data terdiri

dari alur kegiatan sesuai yang saling menjalin pada saat sebelum, selama ,dan

sesudah pengumpulan data. Alur kegiatan tersebut terdiri:

1. Reduksi data

Yaitu sebagai pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan tranformasi data ‘kasar’ yang muncul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan dan berlangsung secara terus

menerus, sehingga dapat ditarik kesimpulan finalnya dan

diverifikasi.

2. Penyajian data

Merupakan sekumpulan informasi yang tersusun, yang memberi

kemungkinan adanya kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data ini bisa berupa matrik, grafik, bagan/jaring.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Merupakan kegiatan untuk menyimpulkan catatan-catatan lapangan

dimana kesimpulan akhir tidak akan mucul sampai data berakhir,

verifikasi merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan

(55)

kebenaran, kekokohan dan kecocokannya, yakni yang merupakan

validitasnya.

Proses analisa data secara interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk

skema sebagai berikut :

Gambar 3.1

Analisa Model Interaktif Menur ut Miles dan Huber man

3.7 TeknikKeabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data diperlukan agar hasil atau penelitian

dapat dipertanggungjawabkan baik secara teoritis dan praktis. Pada

penelitian kali ini pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik

trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang di luar data itu untuk keperkuan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Denzin (1978) membedakan empat macam trianggulasi sebagai

teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, Pengumpulan Data

Kesimpulan / Verifikasi

Reduksi Data Penyajian Data

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Gambar 3.1
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Bagian Bina Program Pemerintah Kota Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

ESD  mempromosikan  kompetensi seperti berpikir kritis, membayangkan skenario masa  depan  dan  membuat  keputusan  dengan cara  kolaboratif.  Pendidikan  untuk

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik meneliti tentang pemahaman pajak penghasilan dan sanksi pajak pada (pegawai) atau wajib pajak orang pribadi di kampung petis

Alat pelajaran yang terdiri atas pembukuan dan alat-alat peraga dan laboratorium. Ketiga Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang

Selain itu, sistem Full day school merupakan sistem pendidikan yang terbukti efektif dalam mengaplikasikan kemampuan siswa dalam segala hal, seperti aplikasi Pendidikan Agama Islam

Untuk penelitian yang saya kerjakan adalah perencanaan sistem pencahayaan gedung asrama MTsN 2 Surakarta sesuai SNI-03-6575-2001 dengan menggunakan metode perhitungan

Kelebihan media sains hasil pengembangan produk ini yaitu: (1) pembelajaran dengan media sains berbasis game edukasi dapat di- gunakan oleh guru IPA sebagai salah

Jadi variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah pergantian manajemen, efektivitas auditor (diproksikan dengan ukuran KAP), faktor reputasi klien (

Mengumpulkan dan mengidentifikasi data berkenaan dengan informasi yang akan disusun dalam bentuk karya ilmiah.. Menulis karya ilmiah dengan memerhatikan isi, sistematika,