• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI FACEBOOKER TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL FACEBOOOK DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI FACEBOOKER TERHADAP PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL FACEBOOOK DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TIMUR."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi

Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh :

Yanuar Putut Widjanarko

084300051

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Penelitian ini didasarkan pada pemanfaatan teknologi internet yaitu media sosial

Facebook sebagai media untuk mengoptimalkan kinerja PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa

Timur. Sebagaimana peran public relations pada salah satu perusahaan BUMN, yaitu PLN Distribusi Jawa Timur, dengan semakin berkembangnya bisnis perusahaan, maka publik harus semakin diperhatikan. Melalui fungsi Public Relations yang meliputi fungsi

communicator, fungsi membina hubungan (Relationship), fungsi peranan back up management, dan fungsi dalam menciptakan citra (Corporate Image) yang maka

pemanfaatkan media sosial Facebook ini dapat memaksimalkan pelayanannya kepada pelanggan yang berada dalam area Jawa Timur. Pemanfaatan media sosial Facebook ini juga untuk mengetahui sejauh mana kinerja PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur didalam sebuah akun bernama “Info Listrik Jatim” di Facebook. Begitu juga dengan masyarakat, dengan adanya media ini para pelanggan dimudahkan dalam proses layanan serta informasi dari PLN lewat status wall yang diberikan oleh PLN kepada Facebooker. Public Relations juga lebih mudah untuk mengetahui area mana saja di Jawa Timur yang sering mengalami gangguan. Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini ialah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar. Teknik pengambilan data berupa wawancara langsung dengan 5 informan secara in-depth interview dengan guide-interview. Untuk memperoleh persepsi positif publik, metode kualitatif yang digunakan adalah berdasrakan enam aspek persepsi yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan . Hasil penelitian ini ialah pemanfaatan media sosial Facebook dapat membangun persepsi yang positif antara

(3)
(4)

dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, skripsi yang berjudul “Pencitraan PT. PLN (Persero) Melalui Pemanfaatan Media Sosial” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban penulis.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa

mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup. 2. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim. 3. Dra. Ec. Hj. Suparawati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

6. Dra. Diana Amalia, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. Terima kasih atas segala kontribusi Ibu terkait penyusunan skripsi ini.

(5)

9. Mbk Titik dan Mbk Ita, “The Best Sister” yang telah menjadi motivator dalam membimbing arah cita dan asa penulis.

10. Terima kasih banyak atas dukungan teman-teman yang selama ini menjadi teman curhat dan teman untuk bebagi baik kesedihan maupun kesenangan. 11. Larastika Diah Wilujeng dan Mama sekeluarga atas kesabaran serta

ketulusan hati dalam penantian suci ini.

12. Seluruh teman – teman UPN Televisi yang telah menjadi inspirasi serta motivasi besar bagi penulis dalam menempuh strata pendidikan di UPN “Veteran” Jawa Timur.

13. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal terbaik dari skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

(6)

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Manfaat Penelitian ... 14

1.4.1 Secara Teoritis ... . 14

1.4.2 Secara Praktis ... 15

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 16

(7)

2.1.5 Publik dalam Public Relations ... 27

2.2 Persepsi ... 33

2.3 Komunikasi Dalam Membangun Persepsi ... 35

2.4 Facebook ... 36

2.4.1 Facebook Merupakan Situs Jejaring Sosial ... 36

2.5 Unsur Pesan ... 42

2.6 Teori Computer Mediated Communication (CMC) ... 46

2.7 Kerangka Berpikir ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Metode Penelitian ... 53

3.2 Unit analisis Data ... 54

3.2.1 Public Relations PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Melalui Pemanfaatan Media Sosial Facebook.………... 54

3.2.2 Persepsi Facebooker Terhadap Pemanfaatan Media Sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur……… 56

3.3 Lokasi Penelitian ... 58

(8)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ……… ... 62

4.1.1. PT. PLN (Persero) ... 62

4.1.2. PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur ... 63

4.1.3.Facebook ... 70

4.1.4. Public Relations PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur dalam Pemanfaatan Media Sosial Facebook... 72

4.2. Penyajian Hasil Penelitian ... 76

4.2.1.Identitas Informan ... 77

4.3. Pembahasan ... 79

4.3.1. Persepsi Facebooker Terhadap Pemanfaatan Media Sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur ... 79

4.3.2. Public Relations PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Melalui Pemanfaatan Media Sosial Facebook. ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……….. 105

5.2. Saran……… 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(9)

1.1. Latar Belaka ng Masalah

Perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Didalam menjalankan tanggung jawab tersebut dibutuhkan saling kerja sama di dalamnya. Sebuah perusahaan ingin perusahaan tersebut di kenal dan diingat oleh masyarakat luas sebagai bentuk terciptanya citra positif perusahaan. Ada dua hal yang dapat diingat publik terhadap perusahaan yaitu baik dan buruk. Baik, apabila perusahaan tersebut dapat membina atau menjalin hubungan baik terhadap publik perusahaan, sehingga dapat membangun “good image” sebagai cerminan citra perusahaan. Perusahaan juga dapat dipandang buruk oleh publik apabila perusahaan tersebut telah gagal menjalankan tanggung jawabnya, akibatnya banyak publik yang tidak lagi mempercayai perusahaan itu lagi.

(10)

Di dalam perusahaan tidaklah mungkin seorang pimpinan yang mengerjakan tugas-tugasnya sendiri, perlu adanya divisi-divisi khusus untuk menjalankan manajeman perusahaan agar perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Public Relations (PR) merupakan sebuah divisi di dalam

perusahaan yang menjadi ujung tombak keberhasilan dalam menciptakan citra positif perusahaan serta mampu menjalin relasi dengan baik antara publik internal yakni keseluruhan elemen yang berpengaruh secara langsung dalam keberhasilan perusahaan seperti karyawan, manager, supervisor pemegang saham, dewan direksi maupun dari publik eksternal yakni keseluruhan dari pihak luar perusahaan yang tidak berkaitan langsung dengan perusahaan, seperti masyarakat sekitar perusahaan, pers, pemerintah, konsumen bahkan kompetitor perusahaan lain. Maka dari itu menjalin relasi dengan baik dengan semua publik yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan merupakan salah satu cara dalam membentuk citra positif perusahaan.

Public Relations seringkali digambarkan sebagai sosok yang

memiliki penampilan menarik, karena dihubungkan dengan nilai

performance dari suatu perusahaan atau organisasi yang mereka wakili.

Beberapa perusahaan atau organisasi tidak segan untuk mempekerjakan seorang artis atau public figure untuk merepresentasikan company value mereka. Namun terkadang yang seringkali luput dari perhatian adalah nilai

(11)

karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang Public Relations. Adapun kriteria Public Relation menurut Frank Jefkins adalah (1) ability to

communicate, (2) ability to organize, (3) ability to get on with people, (4)

personality integrity and imagination. Fungsi peran Public Relations

adalah sebagai mediator yang menjembatani kepentingan organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sehingga hal yang dilakukan oleh Public

Relations dalam kinerjanya tersebut diharapkan senantiasa menciptakan,

menjaga dan meningkatkan citra atau image yang positif dari perusahaan atau organisasi.

Rachmadi (1996:59) menyatakan bahwa masalah penting yang dihadapi oleh lembaga-lembaga ekonomi, bisnis, sosial, dan politik setelah terjadinya revolusi industri adalah masalah hubungan. Ketergantungan antar individu dengan perusahaan, dan pemerintah dengan organisasi-organisasi sosial dan masyarakat telah menciptakan kebutuhan akan filsafat dan fungsi baru dalam manajemen. Fungsi itulah yang disebut sebagai Hubungan Masyarakat (PR), dan untuk itulah Public Relations ada.

Public Relations terdiri dari semua bentuk komunikasi yang

(12)

Banyak hal yang dapat dilakukan tentunya dengan pembentukan ataupun dalam membangun citra perusahaan, apalagi sekarang banyak bermunculan berbagai media-media baru yang menawarkan segala fasilitas yang bisa membantu membangun citra perusahaan.

Untuk membangun citra positif perusahaan, seorang Public

Relations harus mampu membangun kepercayaan kepada publik. Citra

perusahaan tidak bisa direkayasa. Artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk mendapat citra perusahaan yang positif . Upaya membangun citra perusahaan tidak bisa dilakukan secara mudah pada saat tertentu saja tetapi merupakan suatu proses yang panjang. Perusahaan yang memiliki citra yang positif pada umumnya berhasil membangun citranya setelah belajar banyak dari pengalaman. Mereka berupaya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada masa lampau.

Untuk mengetahui citra perusahaan, aspek yang paling utama ada pada pandangan masyarakat atau persepsi, tentunya melalui proses yang disebut dengan riset penelitian, dan itu membutuhkan waktu yang lama. Namun sejak hadirnya media-media ekternal yang baru khususnya di bidang teknologi internet kini riset dapat dilakukan kapanpun dan bahkan lebih mudah untuk memperoleh jawaban langsung dari masyarakat.

(13)

isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. (wikipedia).

Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat. Tak terkecuali, keinginan untuk aktualisasi diri dan kebutuhan menciptakan personal branding. (wikipedia).

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content". (wikipedia).

Di era internet ini, jenis media sosial online sangat beragam. Salah satunya yang paling populer adalah Facebook. Facebook atau situs jejaring sosial ini lahir di Cambridge, Massachusetts 14 Februari 2004 oleh Mahasiswa Harvard bernama Mark Zuckerberg. Menurut data di Alexa,

(14)

Menurut data statistik (http://www.checkfacebook.com/ ) diketahui Indonesia merupakan negara dengan jumlah Facebook terbesar kedua setelah Turki di Benua Asia, yakni sebesar 41,777,240 pengguna. Sementara Turki, yang menduduki peringkat keempat di dunia, memiliki 30,963,100 pengguna (di akses sabtu, 24 Desember 2011 pukul 17.00 WIB).

Facebook merupakan salah satu produk internet, namun menjadi

lebih populer dari pada internet itu sendiri. Banyak orang rela mengakses internet demi Facebook, padahal dahulunya internet bukan teknologi yang mudah bagi kebanyakan orang. Mereka dengan kelemahan latar belakang pendidikan, usia, dan status sosial atau ekonomi mau belajar internet demi mengekspresikan dirinya pada Facebook. Dahulunya, tukang sayur, office

boy, pembantu rumah tangga, pedagang asongan, manula pada tahun 2003

tidak mengenal internet, namun kini mereka memiliki Facebook (Juju dan Sulianta, 2010:2).

Untuk beberapa kepentingan, bahkan Web 2.0 bisa membantu kita menemukan masa lalu yang hilang, lalu berinteraksi kembali dalam masa kini. Cinta lama pun kadang bersemi kembali karena fasilitas Web 2.0 itulah yang kita kenal dengan facebook. Kita menyebutnya alat Web 2.0 itu sebagai sosial media. Bentuk sosial media lain juga berkembang, selain

Facebook, ada You Tube yang mampu membantu kita berinteraksi dengan

(15)

dan Twitter untuk berkata-kata dalam jumlah karakter yang terbatas (mirco

blogging). (Silih Agung Wasesa, 2010:3)

Situs jejaring sosial bisa dibilang fenomena baru dalam kehidupan saat ini. “Ini adalah dunia sosial yang baru di mana kita baru mulai berupaya untuk memahaminya,” begitu ungkap W. Keith Campbell dari Universitas Georgia tentang situs jejaring sosial. (Fahmi, 2011:10).

Adanya media sosial dengan fenomena-fenomena diatas ini sangat membuat praktisi khusunya Public Relations (PR), harus “melek” di dunia

social media dengan berbagi keunggulan-keunggulan yang bisa

menunjang kegiatan-kegiatan PR sekaligus bisa menjadi bahan rujukan bagi perusahaan untuk menjadikan publik di media sosial sebagai target dari pada konsumen.

Persinggungan “kepentingan” antar generasi praktisi Public

Relations pun akan menjadi tantangan tersendiri bagi PR Indonesia. Hal

ini mengingat generasi baru PR adalah penduduk asli (indegenous people) dari web 2.0, sementara generasi-generasi sebelumnya adalah pendatang yang dengan keterbatasan usia dan semangat, mereka harus belajar mengenai web 2.0 sendiri. Bahkan, sekedar mengenal istilah RSS, SEO,

Louncher, Couse, Blog Walking, saja sudah merupakan kesulitan

tersendiri. (Silih Agung Wasesa, 2010:8).

(16)

tapi sudah beralih ke komputer dan bahkan telepon seluler. Kunci komunikasi pun bukan pada media massa, tapi justru pada pengguna pada media massa itu sendiri. Dan, sekali lagi, sifatnya bukan sosial, tapi personal, dan komunal. (Silih Agung Wasesa, 2010:8).

Dan seperti apa yang di kemukakan oleh Brown dalam bukunya

Public Relations and Social Web, 2009, “It is the democratization of the

internet. The names of some of these spaces, Facebook, YouTube,

MySpace and Wikipedia are now familiar. There are many thousands of

others”. (Ini adalah demokratisasi internet. Nama-nama dari beberapa

ruang, Facebook, YouTube, MySpace dan Wikipedia sekarang akrab. Ada banyak ribuan orang lain di dalamnya).

Dalam mensikapi itu perusahaan kini tidak hanya membuat pasar di dunia nyata namun di dunia maya pun harus di ciptakan pasar-pasar baru, karena jelas hal ini sebuah keuntungan yang dapat membuat perusahaan bisa dikenal lagi dengan luas di dalam media sosial.

Untuk menajalankannya cukup dengan seorang Public Relations mampu berkomunikasi dengan baik dan dapat mempersuasi publik sehingga publik bisa percaya dengan apa yang di komunikasikan oleh PR. Komunikasi merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia, terutama dalam membina dan menjalin hubungan baik antara individu satu dengan individu yang lain.

(17)

proses komunikasi, yaitu komunikator, pesan, saluran komunikasi, komunikan, efek, umpan balik (feedback) bahkan factor gangguan (noise) yang mungkin terjadi. Dengan kata lain prose komunikasi yang akan dilakukan harus didahului dengan upaya pemeriksaan terhadap pertanyaan

“Who says what in which channel to whom with what effect” (Siapa

komunikatornya, apa pesannya, melalui apa, sasarannya siapa, dan bagaimana efeknya pada sasaran). (Rachmat Kriyantono, 2006:4)

Menurut Soemirat dan Ardianto, 2008, Di dalam menyampaikan komunikasi terdapat unsur komunikasi dalam Public Relations yang meliputi (1) Sumber, (2) Komunikator, (3) Pesan, (4) Komunikan, (5) Efek. Tentunya sumber terkait dengan PR adalah perusahaan, lembaga ataupun organisasi, dan yang menajdi komunikator adalah sorang Public

Relations, pesan yang di sampaikan merupakan dari kegiatan-kegiatan

Public Relations, yang menjadi komunikan adalah publik dan di harapkan

melalui unsur komunikasi Public Relations tadi bisa menimbulkan efek yang positif bagi perusahaan.

Banyak Public Relations perusahaan yang sudah memanfaatkan media ini namun tidak sedikit yang berhasil sebagai strategi untuk membangun jaringan luas di media sosial ini. Contoh pendekatan Public

Relations yang berhasil adalah apa yang dilakukan Oli Top 1. Beberapa

(18)

dengan membangun situs web khusus Indonesia. Mereka melakukan pendekatan ke media-media online, memperbanyak publikasi positif di media online, membuka konsultasi online untuk hal-hal yang berkaitan dengan motor dan mobil, terutama mengenai sistem pelumasan di mesin kendaraan, serta edukasi mengenai pengetahuan pelumas bagi masyarakat dan membangun komunikasi dua arah dengan pengguna Internet. Hasilnya, isu negatif Oli Top 1 sudah meluruh. Dan, Oli Top 1 terus berinvestasi di dunia maya, dengan melakukan pendekatan online Public

Relation untuk membangun citra positif produknya. (BusinessWeek

Indonesia no12,20 Mei 2009, halaman 008).

Contoh lain adalah kecap Bango, Unilever Indonesia. Citra yang dibangun kecap Bango adalah kuliner, tradisional, dan Indonesia sehingga melahirkan activation program bernama Bango Cita Rasa Nasional (BCRN) dengan key message “preserving Indonesian traditional foods”. Pelestarian makanan tradisional inilah yang kemudian melahirkan program Festival Jajanan Bango yang digelar setiap tahun di berbagai kota sejak 2005. (BusinessWeek Indonesia no12,20 Mei 2009).

Di dunia maya, Unilever bekerjasama dengan komunitas Bango Mania, yang sangat intens membangun komunikasi melalui berbagai kanal online, termasuk blog, forum, mailing list, hingga media sosial seperti

Plurk dan Facebook. Hasilnya, pada 2008, tercatat 500 lebih postingan

(19)

dibanding tahun sebelumnya. (BusinessWeek Indonesia no12,20 Mei 2009).

Keberhasilan Indosat membangun Indosat FansBerry melalui aktivitas di Facebook menjadi contoh berikutnya. Pendekatan yang dilakukan yakni menambah teman sebanyak-banyaknya dengan iming-iming hadiah BlackBerry Indosat. Demikian juga dengan Toyota Astra Motor yang membangun komunikasi horisontal di Facebook dengan membuat account Yaris Groovynations dan menyelenggarakan program Yaris Grooviest Moment Celebration, yang men-tag foto bersama mobil Yaris. Ada beberapa tips, bagaimana membangun strategi public relations di online, khususnya di media sosial. Strategi ini harus dibangun berdasarkan user insight lokal, bukan user insight international. (BusinessWeek Indonesia no12,20 Mei 2009).

Yang mesti diketahui bahwa tujuan utama pengguna global di media sosial adalah bersenang-senang. Sedangkan tujuan utama pengguna Indonesia di media sosial adalah membangun jaringan. Perbedaan lain masih banyak. Dengan demikian, pemahaman user behavior lokal mutlak diperlukan untuk membangun strategi public relation di dunia maya dengan target konsumen Indonesia. (BusinessWeek Indonesia no12,20 Mei 2009).

Dengan fenomena diatas, praktisi Public Relations harus menghadapi publisher baru. Mereka adalah para blogger, para

(20)

di Web 2.0 lainnya. Tentunya mereka memiliki group tersendiri yang jumlahnya tidak sedikit. Mereka semua adalah para konsumen.

Pemanfaatan media sosial Facebook kini telah di manfaatkan oleh salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dibidang penyediaan listrik, yaitu PT. PLN dengan membuat sebuah akun yang bernama “Info Listrik Jatim”. Dalam menciptakan hubungan yang baik antara pelanggan dengan perusahaan . PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, dibutuhkan Public

Relations yang mampu berkomunikasi yang baik agar dapat terjalin suatu

relasi antara perusahaan dengan publik di media sosial Facebook PT. PLN dan masyarakat yang berada dalam media sosial Facebook. Yang mereka butuhkan hanyalah juru bahasa yang mampu mengerti kebutuhan konsumen sekaligus merespon keluhan-keluhan para konsumen secepat mungkin. Public Relations PT. PLN dalam menggunakan bahasa di media sosial ini dengan bahasa secara rakyat, dalam artian bahasa yang dapat dimengerti oleh khalayak publik jawa timur di media sosial Facebook (humas PLN).

(21)

Ini merupakan salah satu bentuk kreatifitas manajemen Public

Relations PT. PLN Distribusi Jatim, untuk memanfaatkan media sosial

Facebook sebagai media untuk memaksimalkan kinerja perusahaan dalam

hal melayani masyarakat khusunya pengguna Facebook dan sebagai sarana penyampaian informasi dan masukan untuk perbaikan pelayanan listrik di wilayah Jawa Timur.

Namun, hal ini belum tentu mendapat animo yang baik dari masyarakat, karena walaupun teknologi internet sudah semakin canggih namun masih banyak juga masyarkat yang belum memanfaatkan media sosial Facebook.

Maka dari itu peneliti akan meneliti bagaimana persepsi para pengguna Facebooker terhadap pemanfaatan media sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Disribusi Jawa Timur.

Karena persepsi merupakan serangkaian proses yang dilakukan seseorang guna memperoleh gambaran mengenai sesuatu melalui pemilihan, pengolahan, hingga pengertian informasi mengenai sesuatu yang diinginkannya. Persepsi tersebut nantinya akan mempengaruhi tindakan seseorang terhadap hal yang dipersepsikannya itu.

(22)

Disribusi Jawa Timur. Peneliti memilih masyarakat Surabaya yang menjadi pengguna Facebook sebagai obyek penelitian.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana persepsi Facebooker terhadap pemanfaatan media sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Disribusi Jawa Timur.?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui persepsi Facebooker terhadap pemanfaatan media sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Disribusi Jawa Timur.?”.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Secar a Teor itis

(23)

1.4.2. Secar a Pr aktis

(24)

2.1. Landasan Teor i 2.1.1. Komunikasi

Komunikasi secara mudah diartikan sebagai proses transfer pesan dalam penyaluran informasi atau message melalui sarana atau saluran komunikasi kepada komunikan yang tertuju. Penyaluran informasi berjalan dengan adanya aktivitas komunikasi yang dilakukan manusia, baik secara sengaja atau tidak. Di sini, sangat jelas terlihat bahwa komunikasi sebagai suatu aktivitas juga sangat terpengaruh oleh efek revolusi industri dengan mengutamakan nilai kecepatan dan keuntungan. Artinya, manusia, sesuai dengan sifat dasarnya pasti ingin berkomunikasi dengan energi yang sesedikit mungkin dengan hasil yang sebanyak mungkin. Oleh sebab itu, manusia bila berkomunikasi sering mengaitkan dengan strategi, taktik dalam pengiriman dan penerimaan pesan yang berisi pengetahuan tentang ide-ide, tujuan-tujuan, emosi, bahkan nilai-nilai yang ada.

(25)

berkomunikasi adalah sesuatu yang salah. Akan tetapi, sebaliknya, institusi atau organisasi memiliki ciri komunikasi yang kompleks karena terbentuknya merupakan atas kumpulan manusia-manusia yang berkarakteristik berbeda, tetapi memiliki tujuan dan keinginan yang sama (Prisgunanto, 2006:2).

Adapun proses komunikasi di ilustrasikan sebagi berikut :

2.1.2. Public Relations

Public Relations (PR) menurut Jefkins (2004) adalah suatu bentuk

komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Public

Gambar II.1 Komunikasi Organisasi SYAFRAWATI, SKM, M. COMM

(26)

(management by objectives). Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat PR merupakan kegiatan yang nyata. Kenyataan ini dengan jelas menyangkal anggapan keliru yang mengatakan bahwa Public Relations merupakan kegiatan yang astrak. Sedangkan British Institite Public Relations mendefinisikan Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.

Pertemuan asosiasi-asosiasi Public Relations seluruh dunia di Mexico City pada bulan agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai

Public Relations sebagai berikut: “Praktik Public Relations adalah sebuah

(27)

Ruslan (2005:5) mendefinisikan Public Relations sebagai fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.

Menurut Cutlip dan Center (2006) Public Relations adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan prosedur individual dan organisasi yang punya kepentingan publik, serta merencanakan dan melaksanakan program aksi dalam rangka mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik.

2.1.3. Komunikasi Dalam Public Relations

Dalam teori komunikasi yang dijelaskan oleh Watzlawick, Beavin, dan Jackson dalam tulisannya Pragmatics of Human Communication (1967) dinyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang melibatkan memberi dan menerima pesan antara individu yang sedang berinteraksi. Komunikasi bukanlah hal yang tidak hanya muncul ketika komunikator mengirim sebuah pesan, itu karena setiap individu selalu berpandangan bahwa “seseorang tidak bisa tidak berkomunikasi.”

(28)

release, mengembangkan isi web, menangani kontak media, dan juga berhubungan dengan banyak publik di instansinya.

Selain itu, praktisi Public Relations juga berperan sebagai fasilitator komunikasi. Peran seorang praktisi di sini adalah sebagai pendengar yang peka dan sebagai perantara komunikasi. Fasilitator bekerja sebagai penghubung antara organisasi dengan publiknya. Komunikasi akan selalu dijaga supaya berjalan dua arah dan memfasilitasi komunikasi tersebut dengan menyingkirkan segala rintangan sambil terus membuka jalur komunikasi. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan baik oleh instansi, dalam hal ini manajemen, maupun publiknya untuk membuat suatu keputusan atau pandangan demi kepentingan bersama.

Kegiatan Public Relations atau Humas pada hakikatnya merupakan bagian dari teknik kegiatan berkomunikasi (technique of communication) dengan ciri khas komunikasi dua arah (two way traffic communication) antara lembaga atau organisasi yang diwakilinya dengan publik atau sebaliknya.

(29)

komunikasi yang telah Public Relations lakukan. Public Relations menganalisa apakah respon yang didapat positif sehingga berdampak baik terhadap citra atau malah negatif sehingga kurang menguntungkan posisi organisasi di mata masyarakat.

Salah satu tugas dari seorang Public Relations adalah menjalin hubungan baik dengan orang lain. Seringkali, seorang praktisi Public

Relations menghadapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan orang

lain dan menangani hubungan yang sensitif. Hubungan antara perusahaan dengan publiknya terjadi karena keduanya memiliki kepentingan yang saling terkait.

Terkadang masalah timbul pada hubungan antara perusahaan dengan publiknya. Praktisi Public Relations layaknya memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan mampu menjadi pihak yang netral ketika sebuah permasalahan itu terjadi. Kemampuan komunikasi ini harus dikembangkan terus menerus, karena apabila komunikasi itu dilaksanakan secara efektif dan produktif artinya akan membentuk pribadi yang semakin matang, dewasa, dan akan membentuk citra yang positif di hadapan orang lain. Namun, apabila kita tidak memiliki kemampuan atau berpotensi untuk berkomunikasi, akan muncul atau terjadi kemacetan dalam komunikasi.

(30)

mengintegrasikan dan memadukan keinginan dan kebutuhan informasi publiknya akan mampu berkembang dan mendapatkan manfaat untuk kemajuan instansinya, karena setiap publik yang terkait selalu diberitahu tentang kemajuan dan pencapaian organisasi. Dengan kata lain, publik akan merasa diberikan perhatian penuh dan diakui kontribusinya dalam organisasi.

Sebagaimana yang diuraikan diatas, adapun model yang digambarkan oleh Soemirat dan Ardianto adalah sebagai berikut :

Adapun Sumber yang terkait diatas adalah, perusahaan, lembaga, ataupun organisasi. Komunikator disini sebagai bidang divisi public

relations (PR). Pesan yang digunakan merupakan kegiatan-kegiatan Public

Relations yang di komunikasikan dan di informasikan kepada khlayak

publik. Komunikan sebagai publik dari perusahaan yang diberi informasi. Dan setelah itu dari rangkaian kegiatan tersebut diharapkan bisa menimbulkan efek yang positif bagi perusahaan.

Sumber Komunikator Pesan Komunikan Efek

Gambar II.2

(31)

2.1.4. Fungsi dan Tujuan Public Relations

Ilmu manajemen menurut Ralph Currier dan Allan C. Filley dalm bukunya Principles of Management dikatakan bahwa istilah fungsi tersebut menunjukkan suatu tahap pekerjaan yang jelas dan dapat dibedakan bahkan terpisah dari tahapan dengan pekerjaan lain. Oleh karena itu, public relations dikatakan berfungsi dalam suatu organisasi atau lembaga apabila public relations tersebut telah menunjukan suatu kegiatan yang jelas dan dapat dibedakan dari kegiatan yang lainnya. (Saputra dan Rulli, 2011: 49).

Dalam konsepnya, fungsi Public Relations Officer ketika menjalankan tugas dan operasinalnya, baik sebagai komunikator, mediator, ataupun oragnisator, menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya, Hubungan Masyarakat Suatu Komuniologis (1992) (dalam Saputra dan Rulli, 2011) adalah sebagai

berikut :

1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal

dan publik eksternal.

3. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi.

(32)

5. Operasional dan organisasi public relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya.

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai peran utama

public relations yang pada intinya adalah sebgai berikut :

1. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi dengan lembaga yang diawali dengan publiknya. Prosesnya dapat berlangsung dalam dua arah timbale balik (two way traffic reciprocal

communication). Dalam hal ini, di satu pihak melakukan fungsi

komunikasi berlangsung dalam bentuk penyampaian pesan dan menciptakan opini publik..

2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menuntungkan dengan pihak publiknya. Khususnya dalam menciptakan saling mempercayai (mutually understanding) dan saling memperoleh manfaat bersama (mutually symbiosis) antara lembaga/organisasi perusahaan dan publiknya.

(33)

(pengawasan). Lalu diikuti unsure lain yang terlibat dalam proses melakukan komunikasi dua arah untuk menunjang kegiatan bagian (departemen) lainnya.

4. Membentuk corporate image, artinya peranan public relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya yang merupakan tujuan (goals) akhir dari suatu aktivitas program kerja

Public Relations campaign (kampanya Public Relations), baik untuk

keperluan publikasi maupun promosi.

Sedangkan Cutlip & Center (dalam Yulianita, 2005:49) berpendapat bahwa fungsi Public Relations adalah :

1. Menjamin dan menilai opini publik yang ada dari organisasi

2. Untuk memberikan nasihat/penerangan pada manajemen dalam hubungannya dengan opini publik yang ada

3. Untuk menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini public Dari ketiga fungsi diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

Public Relations adalah menggunakan dan memelihara komunikasi

yang baik dalam menyampaikan kebijakan manajemen pada publik dan opini publik pada manajemen untuk memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian, dan citra yang baik dari publiknya.

Menurut Greener (2002:4) tujuan dari keberadaan seorang Public

Relations adalah :

(34)

2. Menciptakan reputasi para individual sebagai ahli di bidang yang dipilihnya

3. Meningkatkan kesadaran terhadap produk dan layanan dan pada organisasi yang mengadakan mereka

4. Mempertinggi nama baik dari suatu kedudukan masyarakat atau nama baik perusahaan

5. Menyelengarakan kampanye untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Steinberg (dalam Yulianita, 2005:49) tujuan Public

Relation adalah menciptakan opini publik yang favorable tentang

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.

Marsall (dalam Yulianita, 2005:49) menyatakan bahwa tujuan

Public Relations adalah:

1. Secara Positif

2. Berusaha untuk mendapatkan dan menambah penilaian dan goodwill suatu organisasi atau badan.

3. Secara Defensif

4. Berusaha untuk membela diri terhadap pendapat masyarakat yang bernada negatif, bilamana diserang, dan serangan itu kurang wajar, padahal organisasi atau badan kita tidak salah. (Hal ini bisa terjadi akibat kesalahpahaman). Dengan demikian tindakan ini adalah salah satu aspek penjagaan atau pertahanan.

(35)

organisasi namun tujuan secara umum adalah untuk menciptakan, memelihara dan meningkatkan citra organisasi kepada publik.

2.1.5. Public dalam Public Relations

Publik dalam public relations dapat diklasifikasikan dalam sebagi berikut, Publik Internal dan Eksternal. Internal publik yaitu publik yang berada di dalam organisasi/perusahaan seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham dan direksi perusahaan. Eksternal publik secara organic tidak berkaitan langsung dengan perusahaan seperti pers, komunitas dan pemasok. (Soemirat dan Ardianto, 2008 :15).

Publik merupakan seorang yang menjadi bagian dari kebutuhan perusahaan, maka dari itu seorang Public Relations harus mampu menjadi mediator antara publik internal dengan publik eksternal. Pekerjaan Public

Relations dalam internal lebih khusus menangani tentang manajemen

perusahaan yang berkaitan dengan kinerja karyawan serta berhubungan lansung dengan direksi perusahaan dan pemilik saham. Namun kita tidak boleh melupakan publik eksternal karena dari publik eksternal inilah perusahaan dapat dinilai baik atau buruk.

(36)

atau organisasi non profit. Frank Jefkins dalam bukunya yang berjudul

Public Relations mengatakan delapan publik utama.

Per ta ma, masyarakat luas. Segmen masyarakat yang menjadi publik bagi suatu organisasi jelas berbeda dengan publik organisasi yang lain, begitu pula dengan kebutuhan – kebutuhan dan masalah komunikasi yang berlainan. Sebuah organisasi yang bijaksana akan mengawali kegiatan humasnya dengan mengenali masalah dan kebutuhannya yang paling mendasar.

Kedua, calon pegawai atau anggota. Mereka bisa berada di organisasi lain (masih menjadi anggota atau pegawai) atau bisa juga di lembaga – lembaga pendidikan.

Ketiga, para pegawai atau anggota. Meliputi orang yang bekerja atau menunjang suatu organisasi, yakni mulai dari pucuk pimpinan (pihak manajemen) dan para eksekutif hingga para pegawai dan karyawan.

Keempat, pemasok jasa atau berbagai macam barang yang merupakan kebutuhan rutin dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Pemasok dapat berupa pemasok jasa dan pemasok bahan baku.

(37)

perbankan, perusahaan asuransi dan lembaga trust. Jika perusahaan gagal memberikan informasi yang benar, maka harga sahamnya akan merosot tajam dan pada akhirnya kepemilikannya akan diambil oleh pihak – pihak yang lain.

Keenam, para distributor. Mereka adalah yang menangani fungsi perantara antara distributor ke konsumen.

Ketujuh, konsumen atau pemakai produk atau jasa organisasi (yang disebut konsumen bukan hanya rumah tangga, akan tetapi juga perusahaan pembeli dalam partai besar atau yang disebut “pemasok sekunder“, yang akan mengolahnya menjadi produk lain).

Kedelapan, para pemimpin pendapat umum. Mereka terdiri – dari orang yang berpengaruh sehingga setiap pendapatnya dapat menentukan naik – turunnya atau bahkan jatuh bangunnya suatu organisasi. Mereka bisa berubah – ubah dan bervariasi, mulai dari politisi, pemuka agama, akademisi hingga orang yang sangat berpengaruh di suatu daerah (Jefkins, 2004:81-85).

Dalam pengajuan sebuah komplain dan keluhan Soemirat dan Ardianto (2008), mengklasifikannya lagi dalam publik silent majority dan

vocal minority, yaitu dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan

complaint (keluhan) atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara

(38)

Adapun pertimbangan yang terdapat pada khalayak publik : 1. Identifikasi khalayak

Siapa yang akan menerima pesan komunikasi harus kita identifikasikan dengan jelas. Untuk itu kita dapat mengelompokkan mereka ke dalam beberapa kategori, sebagai berikut:

a. Khalayak primer

Adalah mereka yang langsung menerima pesan komunikasi pada saat mereka hadir atau berpartisipasi secara langsung dengan kegiatan komunikasi yang kita lakukan.

b. Khalayak sekunder

Perlu juga dipertimbangkan adalah keberadaan orang-orang yang akan mendengar pesan komunikasi kita (yang tidak hadir langsung), yang menerima fotokopi dari pesan yang kita sajikan secara tulisan, yang merasa perlu untuk mendapat konfirmasi dari kita atau orangorang lain yang mungkin terpengaruh oleh pesan komunikasi kita.

c. Gatekeeper

(39)

d. Pengambil keputusan

Diantara khalayak mungkin terdapat orang-orang tertentu yang memiliki posisi kunci yang berwenang untuk mengambil keputusan.

2. Latar belakang pengetahuan khalayak

Dengan mempertimbangkan latar belakang pengetahuan mereka kita dapat menyesuaikan perilaku komunikasi kita untuk, misalnya tidak membahas hal-hal yang berada yang berada di luar frame of reference audience, tidak menghubung-hubungkan dengan konsep yang asing bagi mereka, tidak terlalu banyak menggunakan istilah, dan sebagainya. Di sini jelas benar bahwa dalam komunikasi kita tidak hanya bertekad menyampaikan pesan, tapi juga concerned pada bagaimana audience memahami perasaan kita.

3. Perasaan audience

Yang kita pertimbangkan mengenai perasaan audience adalah hal-hal sebagai berikut :

a. Seberapa tertariknya audience pada pesan komunikasi

b. Apakah pesan yang kita sampaikan mendapat prioritas tinggi atau rendah dari audience

(40)

Dalam menganalisa siapa sebenarnya khalayak untuk penyelenggaraan komunikasi tertentu, perusahaan harus dapat memperkirakan bagaimana perspektif perusahaan dimata khalayak. Jika khalayak mengetahui bahwa perusahaan selalu berusaha untuk menunjukkan goodwill kepada khalayak, akan lebih mudah bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya. Karena khalayak memiliki kepercayan yang tinggi terhadap perusahaan dalam hal apapun (Argenti, 1998:37-39).

Setelah menentukan tujuan dan menganalisa khalayak, maka perusahaan akan memasuki tahap terakhir dalam menyusun starategi komunikasi, yaitu menentukan bagaimana menyampaikan pesan secara tepat. Disini berarti akan membahas mengenai komponen terakhir dari strategi komunikasi yaitu pesan. Penyampaian pesan memerlukan dua tahap analisa bagi perusahaan, yaitu bagaimana perusahaan ingin menyampaikan pesan (saluran komunikasi yang digunakan) dan pendekatan apa yang digunakan untuk menyusun pesan. Menentukan saluran komunikasi yang akan digunakan oleh perusahaan bukanlah hal yang mudah.

(41)

Saluran komunikasi yang dipilih oleh perusahaan harus melalui pertimbangan yang matang (Argenti, 1998:41-42).

2.2. Per sepsi

Persepsi menurut Deddy Mulyana (2001:167) adalah proses internal individu yang memungkinkan individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan yang ditangkap oleh indra manusiawi dari lingkungan sekitarnya, dan proses tersebut dapat mempengaruhi perilaku individu tersebut. Persepsi juga merupakan inti dari komunikasi, sebab apabila tidak akurat maka tidak mungkin akan terjadi komunikasi. Persepsi juga yang menentukan seseorang memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain.

Brian Fellows menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organism menerima dan menganalisa informasi. Sedangkan menurut Joseph A. Devito, persepsi adalah proses menjadikan individu sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. (Rakhmat, 2003:58).

(42)

Penilaian terhadap sebuah media tertentu dapat bersifat positif dab juga negative. Semuanya tergantung dari individu atau masyarakat dalam mempersepsikan media yang digunakan, dibandingkan dengan harapan konsumen yang seharusnya mereka terima. Jika dalam kenyataannya sama dengan yang diharapkan, maka masyarakat akan memberikan penilaian positif terhadap media tersebut, tetapi bila ternyata media yang diterima tidak sesuai dengan harapan konsumen yang menggunakannya, maka masyarakat akan memberikan penilaian yang negative teradap produk.

Siagian (1995) mengemukakan bahwa komponen-komponen yang mempengaruhi persepsi ada tiga faktor, yaitu: per tama, pelaku persepsi. apabila seorang individu memandang suatu obyek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu, seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. Kedua, sasaran/obyek. Karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan, sasaran itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Dan ketiga, situasi. Unsur lingkungan sekitarnya bisa mempengaruhi persepsi kita. Jadi persepsi harus dilihat secara kontekstual, artinya dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapat perhatian.

(43)

kesediaan jawaban berupa tindakan terhadap obyek. Komponen konasi berperan sebagai keseimbangan. Apabila obyek yang dilihat sesuai dengan penghayatan, yakni unsur nilai dan norma dirinya dapat menerima secara rasional dan emosional maka individu akan menerima. Sebaliknya, apabila situasi keseimbangan tidak tercapai maka individu menolak dan reaksi yang timbul adalah sikap apatiis, menentang, bahkan memberontak.

2.3. Komunikasi Dalam Membangun Persepsi

Menurut (Nelsonsaragih) Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan persepsi antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi tergantung kepada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya

(communication depends on our ability to understand one another).

Intinya, komunikasi dinyatakan terjadi apabila ada kesamaan persepsi antara yang menyampaikan pesan dan yang menerima pesan. Sebaliknya, komunikasi dikatakan tidak terjadi apabila tidak adanya persamaan persepsi antara pemberi pesan dan menerima pesan.

(44)

merumuskan secara tegas azas-azas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

2.4. Facebook

2.4.1 Facebook Mer upakan Situs J ejar ing Sosial

Facebook merupakan situs jejaring sosial yang dapat

menggabungkan jaringan yang diorganisir oleh kota, tempat kerja, sekolah, dan daerah, serta saling berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain yang merujuk kepada suatu komunitas.

Facebook terletak pada kompleksitas dan simplisitas.

Layanan Facebook hadir dengan berbagai macam fitur yang dapat dikatakan komplit. Semua ada di Facebook, mulai dari sekadar

update status, berbagi link, berbagi gambar, bebagi video, berkirim

pesan, blogging (note), chatting. Selain itu, Facebook juga menyediakan fitur undangan (Invitation), cause, quiz, group, dan lain-lain. Facebook seolah-olah menawarkan konsep

“one-stop-visit” analogi dari konsep belanja “one-stop-shopping”. Facebook

turut memberikan fasilitas bagi penggunanya untuk mencapai banyak motif yang dapat menunjang eksistensi Facebooker di dalamnya. Hal ini dinyatakan Ellison, Steinfeld, et al (2007) :

“Facebook merupakan aplikasi jejaring sosial online yang membuat penggunanya dapat menampilkan diri mereka dalam profil online, menambah “teman” yang dapat

(45)

Para anggotanya juga dapat bergabung dengan grup virtual berbasis kesamaan minat, seperti kelas, hobi, minat, selera musik dan status hubungan romantis melalui profil mereka.”

Selain itu, Facebook memiliki keunikan sebagai jejaring sosial yang lebih memudahkan menjalin hubungan pertemanan lama. Hal tersebut dinyatakankan juga oleh Boyd dan Ellison (2007) :

“Keunikan situs jejaring sosial adalah bukan karena semata-mata media ini mampu membuat individu bertemu orang tak dikenal (strangers), namun lebih untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang memang telah menjadi bagian dari perpanjangan jejaring sosial mereka.”

Sebuah riset menunjukkan, rata-rata pengguna Facebook menghabiskan sekitar 30 menit dalam satu hari hanya untuk melihat status teman jaringan mereka. Status pada Facebook berisi suatu informasi dari Facebooker-nya, terkadang informasi tersebut bersifat pribadi namun berubah sifat menjadi informasi publik saat di Facebook. Hal itu terjadi pula pada fitur profile di Facebook. Ini dibenarkan oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan :

“Di Facebook, tingkat visibilitas untuk melihat profil pengguna lainnya cukup tinggi. Para pengguna yang merupakan bagian dari jaringan yang sama dapat bebas melihat profil satu sama lain, kecuali jika si pemilik profil memutuskan untuk menutup profil mereka, membatasi hanya dapat dilihat oleh lingkaran teman terdekat saja.” (Ellison, Steinfeld, et al, 2007)

(46)

setidaknya selama 24 menit dalam satu hari melalui ponsel. Sedangkan saat menggunakan komputer, mereka mampu menghabiskan waktu 27,5 menit dalam sehari. (okezone.com)

Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan

penggunanya berinteraksi langsung (real time), seperti chatting,

tag photo, blog, game, update status “what are you doing now”.

Situs jejaring sosial ini telah membantu banyak orang tidak sekedar mencari teman baru, tetapi juga menemukan sahabat lama. (Tempo Interaktif)

Di sisi lain, Facebook juga memiliki karakter media sosial

online. Facebook adalah media yang bersifat anonimitas, yakni

suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat diidentifikasi. Anonimitas ini mendorong ke arah timbulnya disembodiment, sebuah identitas yang tidak tergantung atau dibatasi oleh tampilan fisik. Seperti yang diungkapkan oleh Turkle (1995), “Anda dapat menjadi siapa saja di internet. Anda dapat sepenuhnya menciptakan identitas baru sesuai keinginan.” (Thurlow, Lengel & Tomic, 2007:99)

(47)

1. ‘Facebook Ghost’

Orang golongan ini jarang terkoneksi ke internet, dia terkoneksi karena suatu niat tertentu saja. Ia tampaknya penasaran dengan apa yang dilakukan orang di Facebook, mungkin juga dia memata-matai kekasih lamanya dan setelah itu dia tidak lagi terkoneksi ke Facebook. Mungkin dia juga sudah melupakan

password-nya. Orang kategori ini tidak peduli dengan profil

dirinya, mungkin tidak ada foto yang mendeskripsikan dirinya, hanya tampilan biru saja, maka dari itu dikatakan ghost.

2. ‘Extreme Makeover’

Facebook edition, orang kategori ini pada dasarnya kurang

menarik secara fisik, tetapi begitu ia terjun ke dunia Facebook, semuanya berubah 180 derajat. Bahkan sekarang sudah banyak jasa studio foto yang melakukan perombakan foto atau gambar aslinya, sehingga foto atau gambar hasil “edit” yang dipampang di Facebook menjadi lebih menarik.

3. Si Eksklusif

(48)

4. Si Eksis

Kebanyakan orang-orang yang tergabung ke dalam Facebook menempati porsi ini, mereka senang sekali meng-update status dan profilnya setiap saat. Tampaknya menjadi hal yang penting bagi mereka agar ‘dunia’ tahu apa yang mereka lakukan bahkan ha terkecil sekalipun, misalnya: “aku pergi dulu ya…” atau “aku lagi makan es krim”, atau “pulsaku habis nih,..hiks hiks…” 5. Si Pecandu Pertemanan

Pada dasarnya dia adalah orang-orang yang tidak populer, dia hanya memiliki beberapa teman tetapi di Facebook jumlah teman-temannya menggelembung ratusan bahkan ribuan, orang-orang demikian kerap kali ingin mendapatkan teman yang dikategorikan sempurna dalam benaknya.

6. Si “Ingat Gue?”

Ini salah satu permintaan pertemanan yang cukup banyak didapatkan di Facebook. Malahan banyak yang meminta pertemanan tanpa mencantumkan pesan apa-apa dan berharap si penerimanya mengenalnya. Meskipun mereka baru saja bertemu beberapa jam kemudian berkenalan, mereka sudah me-request pertemanan.

7. The Facebook Superfan

(49)

dan siapapun saja dimasukkan dalam hubungan pertemanannya, coba saja perhatikan update terbaru tentang orang ini, biasanya akan dilihat bahwa: si ‘Facebook superfan’ menjadi fans selebriti A, selebriti B, dan seterusnya.

8. Si Hari Bersejarah

Tampaknya Facebook bukan sarana pertemanan untuk orang ini, mereka hanyalah ingin kembali mengumandangkan hal-hal telah terjadi dan memang apa yang dikumandangkannya sangat membosankan. Mungkin mereka berpikir Facebook merupakan sarana yang tepat untuk kembali menggemakan masa-masa kemenangan, seperti: kemenangan tim sepak bola sekolah tahun 1991 silam, dan sebagainya.

9. Si Gamers

(50)

10.Si Pamer

Orang seperti ini akan terlihat di Facebook dengan semua foto-foto albumnya. Semua yang dilakukannya hanya untuk berpamer ria akan semua aktivitas. Meskipun tidak dikategorikan hedonis, karena mereka sebenarnya kebanyakan hanya ingin pamer, seperti foto-foto wisata, foto sewaktu sedang mengunjungi cafe to café, berpesta, berpose dengan ragam kebendaan, dan lain sebagainya.

Di dalam Facebook terdapat kecenderungan Facebooker membuka informasi pribadi tentang dirinya. Hal tersebut dikuatkan melalui hasil penelitian oleh Acquisti and Gross (2006), Lampe, Ellison, and Steinfield (2007), Stutzman (2006) yang menunjukkan bahwa para pengguna Facebook membuka lebar informasi tentang diri mereka, dan tidak sadar dengan opsi privasi mengenai siapa yang dapat menyaksikan profil mereka. (Acquisti and Gross, 2006 dalam Dwyer, et.al, 2007).

2.5. Unsur Pesan

(51)

akhir komunikasi itu. Penyampaian pesan dapat melaui lisan, face to face, langsung dengan mengguanakan media, saluran dan sebagainya.

Bentuk pesan dapat informatif, bersifat memberikan keterangan-keterangan/fakta-fakta, kemudian komunikan mengambil keputusan. Dalam situasi tertentu pesan informatif justru lebih berhasil dari pada persuasif, misalnya jika audience adalah kalangan cendekiawan. Persuasif, berisikan bujukan yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan meberikan perubahan sikap, tetapi perubahan tersebut diterima atas kehendak sendiri (bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas kesadaran sendiri. Koersif, penyampaian pesan yang berisifat memaksa dan dengan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.

Pesan yang disampaikan harus harus tepat, pesan yang mengena harus memnuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Umum

Berisikan hal-hal yang umum dipahami oleh audience tau komnikasi, bukan soal-soal yang Cuma berarti atau dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu.

2. Jelas dan Gamblang

(52)

Sejauh mungkin hindarilah menggunakan istilah-istilah yang tidak dipahami oleh audience atu khlayak. Penggunaan bahasa yang jelas yang cocok dengan komunikan situasi daerah dan kondisi di mana berkomunikasi.

4. Positif

Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan melihat hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap pesan agar diusahakan atau diutarakan dalam bentuk positif.

5. Seimbang

Pesan yang disampaikan hendaklah tidak ekstrim dan selalu menentang baik dan buruk karena hal ini cenderung ditolak atau tidak diterima oleh komunikan.

6. Penyesuaian dengan keinginan komunikasi

Orang-orang yang menjadi sasaran atua komunikan dari komunkasi yang kita lancarkan selalu mempunyai keinginan atau kepentingan tertentu. Dalam hal ini komunikator dapat menyesuaikan dengan keadaan waktu dan tempat. (elearning.gunadarma.ac.id).

(53)

tidak mengerti oleh komunikan, maka tujuan daripada komunikasi yaitu untuk mengubah opini, sikap dan perilaku tidak akan tercapai.

Pada prinsipnya pesan komunikasi akan berupaya bagaimana caranya suatu pesan yang disampaikan itu dapat menimbulkan efek tertentu pada komunikan. (Ruslan,2006:21).

Secara psikologis penyusunan suatu pesan harus disusun dengan mengikuti pikiran manusia seperti pendapat yang dikemukakan oleh Monroe yang disebut sebagai “Motivated Sequence” atau lima langkah penyusunan pesan yaitu :

1. Attention (perhatian) 2. Need (kebutuhan) 3. Satisfaction (pemuasan) 4. Visualization (visualisasi) 5. Action (tindakan)

(54)

Keberhasilan dalam hal ini diharapkan dapat menimbulkan rasa ingin tahu publik untuk mencari sumber informasi, mengetahui lebih menyeluruh bagian dari sumber pesan mulai dari cover hingga isinya dan mendengarkan pendapat orang lain mengenai isi pesan yang di sampaikan oleh PR di dalam media sosial Facebook. Tujuan dari penggunaan media ini diharapkan dapat sebagai,

Informasi yang terdapat dalam media bertujuan untuk mempengaruhi perhatian komunikan sehingga akhirnya dapat membentuk persepsi yang positif, “persepsi adalah pengalaman mengenai objek, peristiwa, hubungan-hubungan yang diperoleh seseorang dan pada tahap akhir adalah menyimpulkan informasi dan menafsirkannya menjadi suatu perilaku (Rakhmat, 2001 : 51). Analisis dari pengertian tersebut menunjukan perasaan yang senang terhadap khalayak publik di media sosial Facebook karena adanya penambahan informasi tentang berbagai informasi dan layanan pelanggan di media sosial Facebook ini sehingga dapat mempengaruhi perhatian komunikan dan membantu mereka dalam mengetahui objek yang sebelumnya tidak diketahui oleh publik di media sosial Facebook.

Pada intinya pesan yang baik harus “Memperhatikan unsur-unsur struktur pesan, gaya pesan dan daya tarik pesan yang tergantung didalamnya”, (Liliweri, 2000:63).

2.6. Teor i Computer Mediated Communication (CMC)

(55)

Mediated Communications (CMC), yaitu interaksi antar manusia melalui teknologi computer atau dapat dikatakan pertukaran pesan melalui komputer, melibatkan orang – orang, berada dalam konteks yang terbatas, dan saling berkaitan dalam proses membentuk media untuk tujuan yang beraneka ragam. Salah satu perangkatnya adalah Groupware, yang dapat memudahkan untuk komunikasi bersama dan update real time ( segera dan saat itu juga ). Keuntungan dengan adanya Groupware adalah setiap orang dapat mengerjakan apa pun, dimana saja, kapan saja, meskipun antara anggota terpisah jarak, jadi lebih efisien biaya dan waktu. CMC melibatkan pertukaran informasi dalam format tekstual, audio dan atau video yang dikirim dan dikendalikan menggunakan computer dan teknologi komunikasi.

Jadi pengetahuan tentang Teori dan fenomena Computer Mediated Communications sangat penting untuk kolaborasi melalui internet. Salah satu media yang paling efektif digunakan untuk bekerja sama adalah internet. Pada kondisi sosial tertentu, dengan adanya teknologi orang – orang yang berbeda tempat dapat berkomunikasi dengan baik satu sama lain tanpa harus bertatap muka (Walter, 1997).

(56)

(1996) memberikan definisi klasik Computer Mediated Communications, yaitu komunikasi yang mengambil tempat antara manusia melalui alat komputer (Thurlow, Lengel & Tomic, 2004). Dan dengan perkembangan waktu dan era modernisasi, keberadaan internet benar – benar menjawab dan mengaplikasikan definisi – definisi CMC di atas. Menurut pakar Computer Mediated Communications yaitu Joseph Walther dan Malcolm Parks, berikut merupakan bentuk teknologi internet yang cenderung menarik di Computer Mediated Communications (Thurlow, Lengel & Tomic,2004) :

a. E-mail, listserve dan mailing list b. Newsgroup, bulletin board dan blog c. Internet relay chat dan instant messaging d. Metaworld dan visual chat

e. Personal homepage dan webcam

Dan saat ini banyak sekali perusahaan – perusahaan media online yang membuka sarana dan wadah untuk menggalakkan tren CMC ini kepada khalayak luas. Diantaranya adalah Yahoo, Google!, Hotmail, MSN, Friendster, OTCBB, MySpace, Facebook, Kaskus, Detik, TheBulletinBoard, Gmail, MIRC, Wikipedia, Tamil Chat, IndonesiaTopBlog, OkeZone, Hi5, dan lain – lain.

(57)

experimental maupun etnografi ternyata ditemukan dampak baru dari penggunaan internet sebagai media baru dimana beberapa diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Perilaku Antisosial

Merupakan perilaku yang berlawanan dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat, yang meliputi pelanggaran hokum maupun perilaku menyimpang. Berdasarkan penelitian, penggunaan komputer terutama game yang mengandung kekerasan akan memberikan efek yang sama dengan terpaan kekerasan yang ditampilkan di televise. Hal ini akan membuat anak tidak dapat membedakan antara dunia nyata dan maya sehingga kekerasan dapat dipraktikkan dan menjadi hal yang biasa dalam kehidupannya sehari – hari.

2. Computer Anxiety

(58)

salah, tidak mempercayai perlindungan privasi yang dijanjikan provider internet, dan perasaan bersalah yang berlebihan ketika gagal memecahkan masalah yang dihadapi dengan computer. 3. Addiction

(59)

ketertarikan dengan computer secara intim, mampu mengekspresikan diri dengan caranya sendiri serta mampu mendapatkan pembenaran/justifikasi terhadap dirinya.

2.7. Ker angka Berpikir

Situs jejaring sosial Facebook menjadi salah satu media sosial

online yang paling banyak dipilih sebagai alternatif menjalin hubungan

(relasi) melalui cyberspace. Mengingat adanya kompleksitas fitur yang memberikan fasilitas lebih inovatif bagi para Facebooker (pengguna

Facebook) dibandingkan situs pertemanan lainnya, sehingga orang

merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan komunikasi serta memperoleh informasi melalui Facebook.

Public Relations PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

memanfaatkannya sebagai media komunikasi dan untuk menyebarkan informasi sebagai layanan para pelanggan. Dengan menggunakan Public

Relations sebagai komunikator didalam media sosial Facebook, nantinya

di dalam media sosial Facebook ini akan terjalin hubungaan relasi antara publik dengan Public Relations PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, setelah itu diharapkan dapat membangun/menciptakan relasi yang baik untuk mendapatkan persepsi positif Faceboooker terhadap PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur melalui pemanfaatan media sosial

(60)

Oleh karena itu, penelitan ini penting untuk mengulas secara mendalam mengenai “Bagaimana persepsi Facebooker terhadap pemanfaatan media sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Disribusi Jawa Timur Adapun ilustrasi peneliti sebagai berikut :

Persepsi adalah “process by which an individual selects, organizes, and

interprets stimuli into a meaningful and coherent picture of the world”

(Sciffman dan Kanuk)

Akun “Info Listrik Jatim” PT. PLN Distribusi Jatim pada media sosial

Facebook yang digunakan dalam sarana penyampaian informasi dan

masukan untuk perbaikan pelayanan listrik di wilayah Jawa Timur.

Kebutuhan Facebooker dalam memanfaatkan

akun “Info Listrik Jatim” sebagai layanan

dan informasi

Ketidakbutuhan

Facebooker dalam

memanfaatkan akun “Info Listrik Jatim” sebagai layanan dan

informasi

sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan

persepsi Facebooker terhadap pemanfaatan media sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Disribusi

(61)

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif, yakni penelitian yang memberikan gambaran atas uraian suatu keadaan sejernih mungkin, tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2007:53). Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya memberikan gambaran tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, sehingga akhirnya diperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang fenomena yang sedang diteliti.

Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik dan menggunakan angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku umum) atau bersifat universal. Jadi, hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuai dengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan (Kountur, 2007:29).

(62)

peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002: 33).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggali atau menjelaskan tujuan apa yang dicapai oleh Public

Relations terkait dengan penelitian persepsi Facebooker terhadap

pemanfaatan media sosial Facebook di PT. PLN (Persero) Disribusi Jawa Timur

3.2. Unit Analisis Data

3.2.1. Public Relations PT. PLN (Per ser o) Distr ibusi J awa Timur Melalui Pemanfaatan Media Sosial Facebook.

Dalam penelitian kualitatif, variable ini umumnya berupa “konsep”, sehingga tidak dilakukan pengukuran. Peneliti akan menganalisis secara operasional konsep terkait dengan penelitian Pencitraan PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Melalui Pemanfaatan Media Sosial Facebook. Fungsi Public Relations secara operasional akan di jelaskan sebagai berikut :

1. Fungsi Communicator

a. Kegiatan komunikasi Public Relations PLN di akun “Info Listrik Jatim” dalam media sosial Facebook. b. Penyampaian pesan Public Relations berlangsung dua

(63)

c. Menciptakan opini publik (public opinion) di akun “Info Listrik Jatim” dalam media sosial Facebook. 2. Membina Hubungan (Relationship)

a. Menciptakan saling mempercayai (mutually understanding) di akun “Info Listrik Jatim” dalam

media sosial Facebook.

b. Memperoleh manfaat bersama (mutually symbiosis) antara PT PLN dengan Facebooker di akun “Info Listrik Jatim” dalam media sosial Facebook.

3. Per anan Back Up Management

a. Penemuan fakta (Fact Finding). Facebook sebagai media layanan informasi pelanggan.

b. Perencanaan (Planning). Berjalan sesuai dengan yang dikehendaki dan dikoordinasi.

c. Pengkomunikasian (Communicating). Menciptakan dan mengembangkan persepsi terbaik bagi PT. PLN terhadap Facebooker.

d. Pengevaluasian atau Pemantauan (Evaluating).

Sebagai media Monitoring kegiatan Public Relations di akun “Info Listrik Jatim” dalam media sosial

Facebook setelah itu pengevaluasian setiap satu bulan

(64)

4. Menciptakan Citr a (Corporate Image).

a. Meningkatkan kesadaran, pengertian dan kepahaman

Facebooker tentang aktivitas PT. PLN.

b. Membentuk sikap yang menyenangkan(Favoritiable). Tidak terlalu formal dalam melayani pelanggan/Facebooker.

c. Membentuk iktikad baik (good will). Memberikan <

Gambar

Gambar II.1 Komunikasi Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

Dikarenakan hasil dari perbuatan (karma phala) tersebut tidak dapat ditentukan oleh manusia, maka penelitian ini perlu dilakukan lebih lama untuk dapat mengetahui apa

Sedangkan pada kepadatan populasi tanaman, memberikan beda nyata, menunjukkan bahwa meningkatnya kepadatan tanaman akan terjadi persaingan sinar matahari dan nutrisi

Penelitian ini menguji pengaruh tujuh faktor independen yaitu penilaian resiko pengendalian dan ukuran kantor akuntan publik, kompleksitas bisnis, kompleksitas sistem informasi,

kedudukan ke bandara keberangkatan dan dari bandara kedatangan ke tempat tujuan pergi pulangdan/ataubukti pengeluaran penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

Penggunaan ruang dalam pada rumah panggung masyarakat Suku Dayak Kenyah setelah melepaskan diri dari lamin, terbagi berdasarkan ke empat penjuru mata angin, dan letak rumah

Perusahaan dengan pertumbuhan laba rendah akan semakin memperkuat hubungan antara debt to equity yang berpengaruh negatif dengan profitabilitas, karena

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai sikap warga Kampung Herbal RT 02 Genteng Candirejo Surabaya mengenai program Corporate Social