• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

YUNIARTI NOVITASARI

0843010114

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA

(2)

HARIAN J AWA POS

(Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Clekit

“Pegawai Honorer ” Edisi 21 Febr uar i 2012 pada

Har ian J awa Pos)

Nama Mahasiswa : YUNIARTI NOVITASARI

NPM : 0843010114

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 370069400351

Mengetahui DEKAN

(3)

Oleh:

YUNIARTI NOVITASARI

NPM. 0843010114

Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi

J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Pada tanggal 26 J uli 2012

Menyetejui,

PEMBIMBING TIM PENGUJ I

Mengetahui,

DEKAN Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si

NPT. 37006 94 00351

1. Ketua

J uwito, S.sos, M.si

NPT. 367049500361

2. Sekr etar is

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 37006 94 00351

3. Anggota

(4)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN J AWA

POS (Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Clekit “Pegawai Honor er ”

Edisi 21 Febr uar i 2012 pada har ian J awa Pos) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri,

M.Si selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, nasehat serta memotivasi kepada penulis. Dan penulis

juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril,

spiritural maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

2. Dra. Ec. Hj. Suparawati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

3. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

4. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim dan juga sebagai dosen pembimbing

penulis.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staff Karyawan FISIP

(5)

tugasku termasuk skripsi ini. Terima kasih Ayah dan Mama.

7. Buat teman-teman seperjuangan : Risa, Annisa Nadhilah, Aini, Cindy, dan

Hidayana penulis mengucapkan banyak terima kasih atas doa, saran, bantuan,

kritikan dan dukungannya selama ini buat penulis.

8. Bagi berbagai pihak lainnya yang belum sempat penulis sebutkan namanya

satu per-satu, penulis ucapkan terima kasih banyak

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karenaitu saran dan kritik akan penulis terimadengan hati yang

terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, Juli 2012

(6)

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

LEMBAR PERSETUJ UAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian... 13

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 13

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 14

(7)

2.1.4 Semiotika ... 21

2.1.5 Semiotika Charles Sanders Peirce ... 25

2.1.6 Komunikasi Non Verbal ... 31

2.1.7 PNS …... 33

2.1.8 Honorer .. ... 34

2.1.9 Tipografi ... 37

2.1.10 Konsep Makna... 39

2.1.11 Pria ... 42

2.1.12 Papan Demo ... 42

2.1.13 Baju ... 42

2.1.14 Sarang Laba-laba ... 43

2.1.15 Topi ... 44

2.1.16 Janggut ... 49

2.1.17 Mulut ... 50

2.1.18 Ekspresi wajah dan Tatapan Mata ... 50

2.1.19 Tangan ... 51

2.1.20 Parpol ... 51

2.1.21 Penguasa ... 52

2.1.22 Pemilu ... 52

2.1.23 Konsep Bayangan ... 52

(8)

3.1 Metode Penelitian ... 55

3.2 Corpus ... 56

3.3 Unit Analisis ... 57

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 59

3.5 Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV. HASIL PEMBAHASAN 4.1 Karikatur Editorial Clekit ... 62

4.2 Jawa Pos ... 64

4.3 Penyajian Data ... 66

4.3.1 Tanda, Objek, Interpretan ... 66

4.3.2 Ikon, indeks, symbol ... 68

4.4 Karikatur Editorial Clekit Edisi 21 Februari 2012 ... 70

4.4.1 Ikon ... 70

4.4.2 Indeks ... 72

4.4.3 Simbol ... 78

4.5 Interpretasi Terhadap Objek Karikatur Editorial Clekit Edisi 21 Februari 2012 Berdasarkan Jalinan Tanda Segitiga Makna 79

BAB V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Gambar 1. Model Semiotik Peirce ... 27

Gambar 2. Model Kategori Tanda ... 28

Gambar 3. Sistematika Kerangka Berpikir Penelitian ... 54

(10)

YUNIARTI NOVITASARI, PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN J AWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Kar ikatur Clekit “Pegawai Honorer ” Edisi 21 Febr uar i 2012 Pada Har ian J awa Pos).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang dikomunikasikan karikatur clekit pada harian Jawa Pos edisi 21 Februari 2012.

Metode semiotika dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian adalah metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Kesimpulan yang di dapat dalam karikatur tersebut adalah seorang honorer yang tidak lelah memperjuangkan kejelasan statusnya untuk diangkat menjadi seorang PNS.

Kata Kunci : Karikatur, Honorer, Jawa Pos

ABSTRAC

Aim of this research are to recognize how its meaning be communicated by clekit caricature is Jawa Pos daily news edition 21 February 2012.

Semiotic method in this research is qualitative descriptive, that is a method that be more casy adapting if in this research in fact is double, presenting direct adapting self with many effects toward value pattern be faced. Data analysis in this research is descriptive method, that is collected data such words and pictures.

Conclusions obtained in caricature was an honorary worker who is not tired of fighting for the clarity of its status to be appointed as a civil servant.

(11)

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari komunikator pada khalayak. Masyarakat haus

akan informasi, sehingga media massa sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Media massa terdiri dari media cetak, dan media massa elektronik. Media

massa cetak terdiri dari majalah, surat kabar, dan buku. Sedangkan media

massa elektronik terdiri dari televisi, radio, film, internet, dan lain-lain.

Media cetak seperti, majalah, buku, surat kabar justru mampu memberikan

pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan

analisa yang mendalam dibanding media lainnya. (Cangara, 2005:128)

Saat ini media massa lebih menyentuh persoalan-persoalan yang

terjadi di masyarakat secara aktual, seperti harus lebih spesifik dan

proporsional dalam melihat sebuah persoalan sehingga mampu menjadi

media edukasi dan informasi sebagaimana diharapkan oleh masyarakat.

Sebagai lembaga edukasi, media massa harus dapat memilah kepentingan

pencerahan dengan kepentingan media massa sebagai lembaga produksi

sehingga kasus-kasus pengaburan berita tidak harus terjadi dan merugikan

masyarakat.

Selama ini kita tahu bahwa surat kabar tidak hanya saja sebagai

(12)

mempunyai suatu karakteristik yang menarik yang perlu diperhatikan

untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan

motivasi, mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat

untuk semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang ada

di dalam media, khususnya surat kabar. (Sumadria, 2005:86)

Seiring perkembangan surat kabar saat ini, perubahan-perubahan

dalam isi atau content yang ditampilkan oleh koran sangat bervariasi,

mulai dari informasi berita (baik dalam maupun luar), hiburan, gaya hidup,

informasi lowongan pekerjaan, iklan dan tips-tips kesehatan. Koran (dari

Bahasa Belanda: Krant, dari Bahasa Perancis: Courant) atau surat kabar

adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak

pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran yang berisi

berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa even politik,

kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga berisi komik,

teka-teki silang (TTS) dan hiburan lainnya. Ada juga surat kabar yang

dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk

industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau

partisipasi kegiatan tertentu. Jenis surat kabar libur biasanya diterbitkan

setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Selain itu, juga terdapat surat

kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang pretisius dengan

surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan. Kebanyakan

negara mempunyai setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di

(13)

surat kabar atau penanggung jawab adalah Penerbit, orang yang

bertanggung jawab terhadap isi surat kabar disebut Editor.

Dalam buku Desain Komunikasi Visual, Kusmiati (1999:36),

mengatakan bahwa Visualisasi adalah cara atau sarana untuk membuat

sesuatu yang abstrak menjadi lebih jelas secara visual yang mampu

menarik emosi pembaca, dapat menolong seseorang untuk menganalisa,

merencanakan dan memutuskan suatu problem dengan mengkhayalkannya

pada kejadian yang sebenarnya. Media verbal gambar merupakan media

yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman. Informasi bergambar

lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis karena menatap

gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Gambar berdiri sendiri, memiliki

subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan

mudah dikenal.

Karikatur sebagai wahana penyampaian kritik sosial seringkali

kita temui di dalam media massa baik media cetak maupun media

elektronik. Di dalam media ini, karikatur menjadi pelengkap artikel dan

opini. Keberadaannya biasanya disajikan sebagai selingan atau dapat

dikatakan sebagai penyejuk setelah para pembaca menikmati artikel-artikel

yang lebih serius dengan sederetan huruf yang cukup melelahkan mata dan

pikiran. Meskipun sebenarnya pesan-pesan yang disampaikan dalam

sebuah karikatur sama seriusnya dengan pesan-pesan yang disampaikan

lewat berita dan artikel, namun pesan-pesan dalam karikatur lebih mudah

(14)

lucu dan menggelikan, sehingga membuat kritikan yang disampaikan oleh

karikatur tidak begitu dirasakan melecehkan atau mempermalukan.

(Indarto, 1999:5)

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tanda verbal (terkait dengan

judul, subjudul, dan teks) dan tanda visual (terkait dengan ilustrasi, logo,

tipografi dan tata visual) karikatur dengan pendekatan semiotika.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur,

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,

tanda dapat dilihat dari dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual.

Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian

yang didapatkan, sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara

menggambarkannya apakah secara ikon, indeks, maupun simbol.

Kesengajaan dalam membentuk sebuah pesan menggunakan

bahasa simbol atau non verbal ini juga bukanlah tanpa maksud,

penggunaan bentuk non verbal dalam karikatur lebih diarahkan kepada

pengembangan interpretasi oleh pembaca secara kreatif, sebagai respon

terhadap apa yang diungkapkan melalui karikatur tersebut. Dengan kata

lain, meskipun dalam suatu karya karikatur terdapat ide dan

pandangan-pandangan seorang karikaturis, namun melalui suatu proses interpretasi

muatan makna yang terkandung di dalamnya akan dapat berkembang

secara dinamis, sehingga dapat menjadi lebih kaya serta lebih dalam

(15)

Memahami makna karikatur sama rumitnya dengan membongkar

makna sosial dibalik tindakan manusia, atau menginterpretasikan maksud

dari karikatur sama dengan menafsirkan tindakan sosial. Menurut Heru

Nugroho, bahwa dibalik tindakan manusia ada makna yang harus

ditangkap dan dipahami, sebab manusia melakukan interaksi sosial melalui

saling memahami makna dari masing-masing tindakan. (Indarto, 1999:1)

Dalam sebuah karikatur yang baik, kita menemukan perpaduan

dari unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara

kritis serta ekspresif melalui seni lukis dalam menanggapi fenomena

permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas, yang secara

keseluruhan dikemas secara humoris, dengan demikian memahami

karikatur juga perlu memiliki referensi-referensi sosial agar mampu

menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh karikaturisnya. Tokoh, isi,

maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikatural

sangat bergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan

headline.

Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa karikatur merupakan salah

satu wujud dari lambang (symbol) atau bahasa visual yang keberadaannya

dikelompokkan dalam kategori komunikasi non verbal dan dibedakan

dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan atau ucapan. Karikatur

merupakan ungkapan ide atau pesan dari karikaturis kepada publik yang

(16)

Gagasan menampilkan tokoh atau simbol yang realistis diharapkan

membentuk suasana emosional, karena gambar lebih mudah dimengerti

dibandingkan tulisan. Sebagai sarana komunikasi, gambar merupakan

pesan nonverbal yang dapat menjelaskan dan memberikan penekanan

tertentu pada isi pesan. Gambar dalam karikatur sangat berpengaruh,

karena gambar lebih mudah diingat daripada kata-kata, paling cepat

pemahamannya dan mudah dimengerti, karena terkait dengan maksud

pesan yang terkandung dalam isi dan menampilkan tokoh yang sudah

dikenal. Gambar mempunyai kekuatan berupa fleksibilitas yang tinggi

untuk menghadirkan bentuk atau perwujudan gambar menurut kebutuhan

informasi visual yang diperlukan. Simbol atau tanda pada sebuah karikatur

mempunyai makna yang dapat digali kandungan faktualnya. Dengan kata

lain, bahasa simbolis menciptakan situasi yang simbolis pula. Dimana

didalamnya terkandung makna, maksud dan arti yang harus diungkap.

Simbol pada gambar merupakan simbol yang disertai maksud

(signal). (Sobur, 2003:163) menyatakan bahwa pada dasarnya simbol

adalah sesuatu yang berdiri atau ada sesuatu yang lain, kebanyakan

diantaranya tersembunyi atau tidak jelas. Sebuah simbol dapat berdiri

untuk institusi, ide, cara berpikir, harapan, dan banyak hal ini. Dapat

disimpulkan bahwa simbol atau tanda pada sebuah gambaran memiliki

makna yang dapat digali, dengan kata lain, bahasa simbolis menciptakan

situasi yang simbolis pula atau memiliki sesuatu yang mesti diungkap

(17)

Kartun sendiri merupakan produk keahlian seorang kartunis, baik

dari segi pengetahuan, intelektual, teknik menulis, psikologis, cara melobi,

referensi, bacaan, maupun bagaimana tanggapan atau opini secara

subjektif terhadap suatu kejadian, tokoh, suatu soal, pemikiran, atau pesan

tertentu, karena itu kita bisa mendeteksi tingkat intelektual sang kartunis

dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara langsung membuat

orang yang dikritik justru tersenyum. (Sobur, 2003:140)

Kartun merupakan symbolic speech (komunikasi tidak langsung),

artinya bahwa penyampaian peasan yang terdapat dalam gambar kartun

tidak dilakukan secara lansung, tetapi dengan menggunakan bahasa

simbol. Dengan kata lain, makna yang terkandung dalam gambar kartun

tersebut merupakan makna yang terselubung. Simbol-simbol pada gambar

kartun tersebut merupakan simbol yang disertai signal (maksud) yang

digunakan dengna sadar oleh orang yang mengirimnya dan mereka yang

menerimanya.

Sedangkan menurut (Pramoedjo dalam Marliani, 2004:6) karikatur

adalah bagian kartun yang diberi muatan pesan yang bernuasa kritik atau

usulan terhadap seseorang atau sesuatu masalah. Meski didalamnya

terdapat unsur humor, namun karikatur merupakan kartun yang terkadang

malahan tidak menghibur, bahkan dapat membuat seseorang tidak

tersenyum.

Karikatur (latin: caricature) sebenarnya memiliki arti sebagai

(18)

karakteristik tanpa bermaksud melecehkan si pemilik wajah. Seni

memelototkan wajah ini sudah berkembang sejak abad ke-17 di Eropa,

Inggris dan sampai ke Amerika bersamaan dengan perkembangan media

cetak pada saat itu. Karikatur adalah bagian kartun yang diberi muatan

pesan yang bernuansa kritik atau usulan terhadap seseorang atau suatu

masalah. Meski dibumbui dengan humor, namun karikatur merupakan

kartun yang terkadang tidak menghibur, bahkan dapat membuat orang

tersenyum kecut. (Pramoedjo, 2008:13)

Karikatur membangun masyarakat melalui pesan-pesan sosial yang

dikemas secara kreatif dengan pendekatan simbolis. Jika dilihat dari

wujudnya, karikatur mengandung tanda-tanda komunikatif. Lewat

bentuk-bentuk komunikasi itulah pesan tersebut menjadi bermakna. Disamping

itu, gabungan antara tanda dan pesan yang ada pada karikatur diharapkan

mampu mempersuasi khalayak yang dituju. Tulisan ini bertujuan untuk

mengkaji tanda verbal (terkait dengan judul, subjudul, dan teks) dan tanda

visual (terakit dengan ilustrasi, logo, tipografi dan tata visual) karikatur

dengan pendekatan semiotika. Dengan demikian, analisis semiotika

diharapkan menjadi salah satu pendekatan untuk memperoleh makna yang

terkandung dibalik tanda verbal dan tanda visual dalam iklan layanan

masyarakat.

Sementara itu, pesan yang dikemukakan dalam pesan karikatur

disosialisasikan kepada khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar,

(19)

Tanda verbal akan didekati dari ragam bahasanya, tema dan pengertian

yang didapatkan. Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara

menggambarkannya, apakah secara ikonis, indeksikal maupun simbolis.

Tanda-tanda yang telah dilihat dan dibaca dari dua aspek secara terpisah,

kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan antara yang satu dengan

yang lainnya.

Clekit merupakan opini redaksi media Jawa Pos yang dituangkan

dalam bentuk gambar karikatur yang menggambarkan berbagai

permasalahan bangsa ini. Baik masalah sosial, ekonomi, politik, budaya,

bahkan musibah yang sedang dialami masyarakat. Isi pesan dari gambar

tersebut biasanya ditujukan untuk mengkritik kebijakan atau langkah

pemerintah atau lembaga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang

berkaitan dengan kepentingan masyarakat luas. Tentu saja kritik yang

diopinikan media tersebut adalah kritik yang membangun, kritik yang

ditujukan kearah perbaikan untuk semua pihak yang bersangkutan.

Peneliti memilih Jawa Pos karena merupakan salah satu media

yang memberikan porsi pada idealisme yang termasuk pula pada visinya

“Selalu ada yang baru” yang sekaligus menjadi merek dagang Jawa Pos

yang menbidik pasar kelas menengah. Media Jawa Pos merupakan salah

satu saluran komunikasi politik di Indonesia sela era reformasi, realitas

media dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Di samping

menggunakan bahasa tulis sebagai media utama penyampaian informasi,

(20)

Nasional peredaran Jawa Pos meliputi hampir seluruh kota di Indonesia

dan selalu menjadi market leader.

Dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengambil objek penelitian

gambar karikatur Clekit yang bertema “Pegawai Honorer”, karena honorer

belum pasti mendapatkan tempat yang layak dan gaji yang di inginkannya,

sedangkan PNS lebih menandai fasilitas dan gaji yang sudah memenuhi

target, karena masuk PNS tersebut lebih terjamin dari pada menjadi

honorer yang tidak pasti.

Dalam gambar karikatur Clekit, ditampilkan diantaranya dengan

visualisasi gambar sosok dua orang pria. Pria pertama memakai baju

bertuliskan Honorer dan memegang tiang papan demo yang bertuliskan

“Angkat kami jadi PNS”, sarang laba-laba, mata melirik ke samping,

mulut tertutup, berjanggut. Pria kedua memakai baju yang sederhana,

memakai topi, mulut terbuka, mata yang melihat ke atas, tangan kanan

dilipat ke belakang sedangkan tangan kiri di buka lebar, dan berkata

“Sabar sedikit lagi bro! tunggu menjelang pemilu pasti dikabulkan, karena

parpol penguasa sedang membutuhkan banyak dukungan”.

Dari beberapa uraian diatas pemilihan gambar karikatur Clekit

yang bertema “Pegawai Honorer” sebagai objek penelitian karena gambar

karikaturnya unik. Dapat dikatakan unik karena apa yang disajikan dalam

gambar karikatur tersebut seakan-akan menggambarkan tanggapan

permasalahan yang terjadi dalam sudut pandang masyarakat Indonesia

(21)

tulus dan tidak ditumpangi oleh kepentingan apapun. Dalam

mengungkapkan pesan gambar karikatur tersebut, peneliti menggunakan

pendekatan semiotik menurut Charles Sanders Pierce yaitu tanda atas ikon,

indeks dan simbol yang berhubungan dengan acuannya.

Charles Sanders Pierce membagi antara tanda dan acuannya

tersebut menjadi tiga kategori yaitu : ikon, indeks, simbol adalah tanda

yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk

alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda objek

atau acuan yang bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta. Indeks

adalah tanda ynag menunjuk adanya hubungan alamiah antara tanda dan

penanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang

langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap

sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu pada denotatum

melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa

disebut simbol. Jadi, simbol tanda yang menunjuk hubungan alamiah

antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer

atau semena, hubungan berdasarkan konvensi atau perjanjian masyarakat.

(Sobur, 2004:42)

Semiotik untuk studi media massa tidak hanya terbatas sebagai

kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis (Sobur,

2004:83). Menurut Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan

objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sesuatu yang digunakan agar

(22)

yang dikemukakan dalam pesan karikatur, disosialisasikan kepada

khalayak sasaran melalui tanda. Secara garis besar, tanda dapat dilihat dari

dua aspek, yaitu tanda verbal dan tanda visual. Tanda verbal akan didekati

dengan ragam bahasanya, tema, dan pengertian yang didapatkan.

Sedangkan tanda visual akan dilihat dari cara menggambarkan, apakah

secara ikonis, indeksikal, atau simbolis, dan bagaimana cara

mengungkapkan idiom estetiknya dimana hal tersebut terangkum dalam

teori Charles Sanders Pierce. Tanda-tanda yang telah dilihat dan dibaca

dari aspek secara terpisah, kemudian diklasifikasikan dan dicari hubungan

antara yang satu dengan yang lainnya. (Sobur, 2004:86)

1.2 Per umusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : “Bagaimana makna karikatur Clekit” pada

Harian Jawa Pos Edisi 21 Februari 2012 pada halaman 4.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna kritik sosial

yang dikomunikasikan pada karikatur Clekit pada Harian Jawa Pos Edisi

21 Februari 2012 pada halaman 4 dengan menggunakan pendekatan

(23)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teor itis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran pada Ilmu Komunikasi mengenai makna

karikatur Clekit pada Harian Jawa Pos “Pegawai Honorer” Edisi 21

Februari 2012 pada halaman 4 yang berkaitan dengan kritik sosial.

1.4.2 Kegunaan Pr aktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan

dapat menjadi pertimbangan atau masukan untuk mengetahui

penerapan tanda dalam studi semiotik sehingga dapat memberi

makna bagi para pembaca Harian Jawa Pos mengenai makna dari

(24)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1. Sur at Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Kegiatan komunikasi adalah penciptaan interaksi perorangan

dengan menggunakan tanda-tanda yang tegas. Komunikasi juga berarti

pembagian unsur-unsur, perilaku, atau cara hidup dengan eksistensi

seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda-tanda. Dari segi komunikasi,

rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran yang

dituju, dan melalui apa sajakah itu sebaiknya disampaikan. Karena itu,

untuk membuat komunikasi menjadi efektif, harus dipahami betul siapa

khalayak sasarannya, secara kuantitatif maupun kualitatif.

(http://www.desaingrafisindonesia.com/2007/10/15/semiotika-iklan-sosial/).

Komunikasi massa berfungsi menyiarkan informasi, gagasan dan

sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan

menggunakan media. (Effendy, 2003:80)

Menurut Gerbner (1967) dalam Rakhmat (2002:188) Komunikasi

massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan

lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang

(25)

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang

dilakukan melalui media massa modern meliputi surat kabar yang

mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan

kepada umum dan film yang dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop

(Effendy, 2003:79).

Banyak definisi tentang komunikasi massa yang telah

dikemukakan para ahli komunikasi. Banyak ragam dan titik tekan yang

dikemukakannya. Namun, dari sekian banyak definisi itu ada benang

merah kesamaan definisi satu sama lain. Pada dasarnya komunikasi massa

adalah komunikasi melalui media massa (cetak maupun elektronik). Sebab

awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari

pengembangan kata media of mass communication (media komunikasi

massa) yang dihasilkan oleh teknologi modern (Nurudin, 2007:4).

Secara teoritis, berbagai media massa memiliki fungsi sebagai

saluran informasi, saluran pendidikan, dan saluran hiburan, namun

kenyataannya media massa memberikan efek lain di luar fungsinya itu.

Efek media massa tidak hanya mempengaruhi sikap seseorang namun pula

dapat mempengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek

media massa dapat mempengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem

budaya masyarakat.

Hal tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam waktu pendek

(26)

memberikan efek dalam waktu yang lama, sehingga memeberikan dampak

pada perubahan-perubahan dalam waktu yang lama.

McQuail menjelaskan bahwa : “efek media massa memiliki andil

dalam pembentukan sikap, perilaku, dan keadaan masyaraka. Antara lain

terjadinya penyebaran budaya global yang menyebabkan masyarakat

berubah dari tradisional ke modern. Selain itu, media massa juga mampu

mengubah masyarakat dari kota sampai ke desa, sehingga menjadi

masyarakat konsumerisme.” (Bungin, 2006:320).

Berkaitan dengan efek media massa, maka salah satu media massa

yang juga dapat memberikan efek kepada khalayaknya adalah surat kabar.

Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, iklan dan sebagainya

yang dicetak kedalam lembaran kertas ukuran plano yang diterbitkan

secara teratur, bisa terbit setiap hari atau seminggu satu kali (Djuroto,

2002:11).

Surat kabar merupakan salah satu kajian dalam studi ilmu

komunikasi, khususnya pada studi komunikasi massa. Dalam buku

“Ensiklopedia Pers Indonesia” disebutkan bahwa pengertian surat kabar

sebagai sebutan bagi penerbit pers yang masuk dalam media massa cetak

yaitu berupa lembaran-lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan

dan iklan yang diterbitkan secara berkala: bisa harian, mingguan dan

bulanan, serta diedarkan secara umum (Junaedhi, 1991:257).

Surat kabar pada perkembangannya, menjelma sebagai salah satu

(27)

menjadi sebuah kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal tersebut disebabkan karena falsafah pers yang selalu identik dengan

kehidupan sosial, budaya dan politik.

Menurut Sumadirin (2005:82-25) dalam jurnalistik Indonesia

menunjukkan 5 fungsi dari pers, yaitu :

1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi

secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya dan aktual,

akurat, faktual, dan bermanfaat.

2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebarluaskan pers

hendaknya dala kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus

mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.

3. Fungsi Hiburan pers harus mampu memerankan dirinya sebagai

wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi

semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi Kontrol Sosial, pers mengembangkan fungsi sebagai pengawas

pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika

melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam masyarakat atau

Negara.

5. Fungsi Mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator

atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain.

Peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain atau orang satu dengan

(28)

2.1.2. Kar ikatur

Karikatur memiliki muatan pesan yang bernuansa kritik atau

usulan terhadap seseorang (tokoh) atau suatu masalah. Walaupun

dibumbui dengan humor, karikatur merupakan kartun satir yang kadang

dapat menyindir seseorang dan membuat seseorang tersenyum kecut saat

membacanya. Karikatur cenderung diisi dengan humor. (Sobur, 2003:138)

Melalui media visual, kritikan-kritikan yang disampaikan secara

jenaka tidak begitu dirasa melecehkan atau mempermalukan. Bahkan,

seringkali gambar terkesan lucu, sehingga membuat para pembaca

tersenyum dan tertawa karena mengandung unsur humor. Pejabat

pemerintah atau tokoh masyarakat yang menjadi objek karikatur pun tidak

tersinggung, tetapi justru sebaliknya merasa senang karena dirinya

diangkat kepermukaan oleh kartunis (Sobur, 2003:140). Selain itu,

menurut Sutarno pimpinan redaksi harian Suara Pembaruan, karikatur

merupakan salah satu bentuk karya jurnalistik non-verbal yang cukup

efektif dan mengenal baik dalam penyampaian pesan maupun kritik sosial.

Dalam eksiklopedia of the art dijelaskan, bahwa karikatur

merupakan representasi sikap atau karakter seseorang dengan cara

melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur juga sering

dipakai sebagai sarana sosial dan politik (Sumandiria, 2005:8).

Karikatur adalah produk suatu keahlian seorang karikaturis, baik

(29)

referensi, bacaan, maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat

(Sobur, 2006:140).

Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam

bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan

selingan atau ilustrasi belaka. Namun pada perkembangan selanjutnya,

karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat karena

penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar lucu dan menarik

(Sobur, 2006:140).

Adapun sifat-sifat karikatur dapat dibagi menjadi tiga macam

(Sibarani, 2001), yaitu karikatur orang-pribadi, karikatur sosial, dan

karikatur politik. Karikatur orang-pribadi menggambarkan seseorang

(biasanya tokoh yang dikenal) dengan mengekspose ciri-cirinya dalam

bentuk wajah ataupun kebiasaannya tanpa objek lain atau situasi di

sekelilingnya secara karikatural. Karikatur sosial mengemukakan dan

menggambarkan persoalan-persoalan masyarakat yang menyinggung rasa

keadilan sosial. Sedangkan karikatur politik menggambarkan tentang

situasi politik sedemikian rupa agar kita dapat melihatnya dari segi humor

dengan menampilkan para tokoh politik (Sibarani, 2001).

2.1.3. Kr itik Sosial

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi

negative seperti “celaan”, namun kata “kecaman” mengandung

(30)

yang cermat (Masoed, 1999:36). Definisi “kritik” menurut kamus Oxford

adalah “one who appreises literaryor artistic work” atau suatu hal yang

membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan

terhadap sesuatu. Kritik berasal dari Yunani (kritike = pemisahan, krinoo =

memutuskan) dan berkembang dalam bahasa Inggris “critism” yang berarti

evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara, sosial adalah suatu

kajian yang menyangkut kehidupan manusia dalam bermasyarakat seperti

interaksi sosial, gaya hidup masyarakat, perubahan sosial yang terkait

dengan kehidupan sosial masyarakat. Sehingga kritik sosial dapat diartikan

sebagai evaluasi atau penilaian yang menyangkut kehidupan

bermasyarakat dan menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil.

Pers dan politik Indonesia mendefinisikan kritik sosial adalah suatu bentuk

komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai

sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses

bermasyarakat.

Kritik sosial juga dapat berarti inovasi sosial, artinya bahwa kritik

sosial dapat juga membangun gagasan baru yang di dapat dari kritik sosial

tersebut, perspektif kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut oleh

kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat kritik sosial adalah wahana

komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial (Masoed, 1999:49).

Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan

kepentingan diri saja, melainkan justru menitikberatkan dan mengajak

(31)

nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa

tanggung jawab bahwa manusia bersama-sama bertanggung jawab atas

perkembangan lingkungan sosialnya.

Kontrol sosial merupakan dua sisi dari mata uang yang sama, yang

selalu ada di dalam masyarakat manapun. Dengan demikian, apabila

kontrol sosial cenderung dipahami sebagai aktifitas pengendalian, didalam

percakapan sehari-hari sistem pengendalian sosial sering kali diartikan

sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintah

(Soekanto, 2002:205). Kritik sosial dapat disampaikan mulai dengan

ungkapan-ungkapan sindiran melalui komunikasi antar personal dan

komunikasi sosial, melalui berbagai pertunjukkan sosial dan kesenian

dalam komunikasi publik , seni sastra dan melalui media massa seperti

karikatur.

2.1.4. Semiotika

Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tanda.

Konsep tanda ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang

bersifat asosiasi atau in absentia antara yang ditandai (signified) dan yang

menandai (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda

(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain,

penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign),

(32)

seseorang berarti sesuatu yang lain. Semiotik mengkaji tanda, penggunaan

tanda dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda. Dengan kata lain,

perangkat pengertian semiotik (tanda, pemaknaan, denotatum dan

interpretan) dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan ada

prasyaratnya dipenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan dan

ada interpretasi (Cristomy dan Untung Yuwono, 2004:79).

Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolatik atas logika,

retorika, dan poetika. Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana, kata adalah

tanda demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera. Struktur

karya sastra, struktur film, bangunan (arsitektur) atau nyanyian burung

dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda,

tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara

verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut

memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna

informasi atau pesan dari komunikator. Semiotika merupakan cabang ilmu

yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya

kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia.

Menurut Derrida “there is nothing outside language” yang artinya tidak

ada sesuatu di dunia ini diluar bahasa dalam konteks ini tanda memegang

peranan penting dalam kehidupan umat manusia, sehingga manusia yang

(33)

Menurut Pierce, semiotika merupakan kata yang sudah digunakan

sejak abad ke-18 oleh filsafat Jerman yaitu lambert, yang merupkan

sinonim dari kata logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang

bernalar. Penalaran menurut hipotesis Peirce yang mendasar dilakukan

melalui tanda-tanda. Tanda membuat manusia menjadi berpikir,

berinteraksi dengan orang lain dan memberikan makna tentang apa yang

akan ditampilkan oleh alam. Semiotika bagi Peirce adalah suatu tindakan

(action), pengaruh (influence) atau kerjasama antara tiga subyek yaitu,

tanda (sign), obyek (object), dan interpretant (interpretant).

Semiotik dikenal sebagai disiplin ilmu yang mengkaji tanda, proses

penanda, dan proses menandai. Bahasa merupakan jenis tanda tertentu,

dengan demikian dapat dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan

semiotik. Saussure menggunakan kata “semiologi” yang mempunyai

pengertian sama dengan semiotika aliran Peirce. Kedua kata ini kemudian

digunakan untuk mengidentifikasikan adanya dua tradisi dari semiotika.

Tradisi linguistik menunjukkan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan

nama Saussure sampai Hejamslev dan Barthes yang menggunakan istilah

semiologi. Sedangkan yang menggunakan teori umum tentang tanda-tanda

yang dikaitkan dengan nama-nama Peirce dan Morris menggunakan istilah

semiotika. Kata semiotika kemudian diterima sebagai sinonim dari kata

semiologi. (Sobur, 2003:13)

Dalam kaitannya dengan ilmu bahasa , semiotika menurut Charles

(34)

formal tanda-tanda, semantika yang artinya studi relasi dengan

penafsirannya, dan pragmantika yang artinya cabang ilmu bahasa yang

mengkaji penggabungan satuan-satuan kebahasaan (Wijana, 1996:5).

Paham mengenai semiotika atau ilmu tentang tanda inilah menjadi salah

satu konsep yang paling bermanfaat di dalam kerja kaum strukturalis sejak

beberapa dasawarsa lalu. Basisnya adalah pengertian tanda, yakni segala

sesuatu yang secara konvensional dapat menggantikan atau mewakili

sesuatu yang lain. Semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau

tentang tanda, secara sistematika menjelaskan esensi (ciri-ciri dan bentuk

suatu tanda, proses signifikasi yang menyertainya). Menurut Jhon Fiske,

terdapat tiga area penting dalam studi semiotika yaitu :

1. Tanda itu sendiri

Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara

mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang

yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa

dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya.

2. Kode atau sistem lambang-lambang disusun

Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun

untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat di dalam sebuah

kebudayaan.

3. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi

Maka bisa dikatakan semiotik adalah suatu teori dan analisa dari

(35)

mengkaji tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang berkaitan

dengan tanda. Semua jelas tidak ada yang tidak dapat dijadikan topik

penelitian semiotik. Dengan kata lain perangkat-perangkat pengertian

semiotik dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan

persyaratan dipenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan,

dan ada interpretasi. (Cristomy, 2004:79)

2.1.5. Semiotika Char les Sander s Peir ce

Model dasar semiotik dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce

(1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913), yang pada

perkembangannya sangat mempengaruhi model-model berikutnya. Pierce

menekankan pada hubungan antara tanda, obyek dan peserta komunikasi.

Hubungan antara ketiga unsur tersebut adalah untuk mencapai suatu

makna, terutama antara tanda dan obyeknya. Karena itu hubungan antara

ketiganya disebut hubungan makna. Bila Peirce menekankan pada fungsi

logika tanda, maka Saussure yang dianggap sebagai pendiri lingusitik

modern, lebih menekankan pada hubungan dari masing-masing tanda, dan

menurut Saussure tanda merupakan obyek yang penuh dengan berbagai

makna. Saussure tidak terlalu memperhatikan realitas dari makna seperti

yang dikemukakan oleh Peirce. (Bintoro, 2002:12)

Penelitian ini mengutamakan situasi dan kondisi yang bertema

“Pegawai Honorer” sebagai sesuatu yang berarti dalam proses

(36)

tanda-tanda (gambar, kata-kata, dan lainnya) dalam format sebuah kartun

editorial. Sehingga yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah

bagaimana suatu peristiwa dalam masyarakat dipandang, dituangkan dan

dinilai. Sebab itulah diperlukan adanya kartun editorial tersebut, dengan

situasi dan kondisi yang berkembang dalam masyarakat. Hal itulah yang

kemudian dijadikan alasan penggunaan model semiotik Peirce, karena

Peirce dalam hal ini lebih memperhatikan realita makna. Dengan demikian

penelitian ini termasuk pada bidang studi semiotik budaya tempat

kode-kode dan tanda-tanda digunakan.

Teori semiotik Pierce berpendapat bahwa tanda dibentuk melalui

hubungan segitiga yaitu tanda hubungan dengan obyek yang dirujuknya.

Hubungan tersebut membuahkan interpretant. Pierce menjelaskan

modelnya sebagai berikut :

“A sign is something which stands to somebody for something in

the respect or capacity. It addresses somebody, that is, creates in

the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more

developed sign. The sign for something, its object. (tanda adalah

sesuatu yang memberi arti atas sesuatu bagi seseorang. Tanda

ditujukan kepada seseorang, karenanya membuat seseorang

menciptakan tanda yang ekuivalen atau tanda yang lebih

berkembang di dalam benaknya. Tanda yang diciptakan itu saya

sebut interpretan dari tanda yang pertama. Tanda memberi arti atas

(37)

Model semiotik menurut Peirce dapat digambarkan dalam bentuk

segitiga makna, seperti beriktu :

Sumber : Fiske (1990,42)

Gambar 2.1. Model Semiotik Pier ce

Garis-garis berpanah tersebut hanya bisa dimengerti dalam

hubungannya antara satu elemen dengan elemen lainnya. Tanda merujuk

pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, yaitu obyek yang dipahami oleh

seseorang. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang

tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretan merupakan konsep

mental yang diproduksi oleh dan pengalaman pengguna tanda terhadap

sebuah obyek. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak

seseorang, maka muncul makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda

tersebut. Diantaranya ketiganya, interpretan adalah tanda sebagaimana

diserap oleh benak kita, sebagai hasil penghadapan kita dengan tanda itu

sendiri.

SIGN

(38)

Berdasarkan obyeknya Pierce membagi tanda atas icon (ikon),

index (indeks), dan symbol (simbol). Ketiga kategori tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

Sumber : Fiske (1990,47)

Gambar 2.2. Model Kategor i Tanda

Model tersebut merupakan hal penting dan sangat fundamental dari

hakekat tanda. Pierce mengungkapkannya sebagai berikut :

1. Ikon

Adalah tanda yang berhubungan antara tanda dan acuannya bersifat

bersamaan bentuk alamiah (berupa hubungan kemiripan). Misalnya

adalah potret dan peta. Potret merupakan ikonik dari orang yang ada

dalam potret tersebut, sedangkan peta merupakan ikonik dari pulau

yang ada dalam peta tersebut.

2. Indeks

Tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda

dari acuannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat atau ICON

(39)

tanda yang langsung mengacu pada kenyataannya. Misalnya adalah

asap sebagai tanda adanya api.

3. Symbol

Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara tanda dan

acuannya (berdasarkan hubungan konvensi atau perjanjian).

Misalnya orang yang menggelengkan kepalanya merupakan simbol

yang menandakan ketidak setujuan yang termasuk secara

konvensional.

Berdasarkan berbagai kalsifikasi tersebut, Pierce membagi tanda

menjadi sepuluh jenis (Sobur, 2006:42) :

1. Qualisign

Yakni kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Kata keras menunjukkan

kualitas tanda. Misalnya, suaranya keras yang menandakan orang itu

marah atau ada sesuatu yang diinginkan.

2. Iconic Sinsign

Yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Misalnya, foto, diagram,

peta dan tanda baca.

3. Rhematic Idexical Sinsign

Yakni tanda berdasarkan pengalaman langsung, yang secara langsung

menarik perhatian, karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu.

Misalnya, pantai yang sering merenggut nyawa orang yang mandi di

situ akan dipasang bendera bergambar tengkorak yang bermakna

(40)

4. Dicent Sinsign

Yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu. Misalnya,

tanda larangan yang terdapat di pintu masuk sebuah kantor.

5. Iconic Legisign

Yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum. Misalnya,

rambu lalu lintas.

6. Rhematic Idexical Legisign

Yakni tanda yang mengacu kepada obyek tertentu, misalnya kata ganti

penunjuk.

7. Dicent Indexical Legisign

Yakni tanda yang bermakna informasi dan menunjuk subyek

informasi. Tanda berupa lampu merah yang berputar-putar di atas

mobil ambulans menandakan ada orang sakit atau orang yang

kecelakaan yang tengah dilarikan ke rumah sakit.

8. Rhematic Symbol atau Symbolic Rheme

Yakni tanda yang dihubungkan dengan obyeknya melalui asosiasi ide

umum. Misalnya, kita melihat gambar harimau. Lantas kita katakana

harimau. Mengapa kita katakan demikian, karena ada asosiasi antara

gambar dengan benda atau hewan yang kita lihat yang namanya

harimau.

9. Dicent Symbol atau Proposition (Proposisi)

Yakni tanda yang langsung menghubungkan dengan obyek melalui

(41)

langsung berasosiasi pada otak, dan sertamerta kita pergi. Padahal

proposisi yang kita dengar hanya kata. Kata-kata yang kita gunakan

yang membentuk kalimat, semuanya adalah proposisi yang

mengandung makna yang berasosiasi di dalam otak.

10.Argument

Yakni tanda yang merupakan inferens seseorang terhadap sesuatu

berdasarkan alasan tertentu. Seseorang berkata “gelap”. Orang itu

berkata gelap sebab ia menilai ruangan itu cocok dikatakan gelap.

Dengan demikian, argument merupakan tanda yang berisi penilaian

atau alasan, mengapa seseorang berkata begitu. Tentu saja penilaian

tersebut mengandung kebenaran.

2.1.6. Komunikasi Non Ver bal

Istilah non verbal biasanya untuk melakukan semua peristiwa

komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita

harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini

ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa

dan perilaku non verbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal.

(Mulyana, 2001:312)

Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi

(42)

1. Isyarat Tangan

Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang

disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau

subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya

boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya

sama. Sebagian orang menggunakan tangan mereka dengan leluasa,

sebagian lagi moderat dan sebagian lagi hemat.

2. Postur Tubuh

Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang

mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen.

Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan William, misalnya

menunjukkan hubungan antara bentuk tubuh dan tempramen.

3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata

Ekspresi wajah atau raut wajah merupakan perilaku non verbal utama

yang mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Sebagian pakar

mengakui, terdapat beberapa keadaan emosional yang

dikomunikasikan oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami secara

universal kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan,

kejijikan dan minat. Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dianggap

“murni”, sedangkan keadaan emosional lainnya (misalnya malu, rasa

berdosa, bingung, puas) sianggap “campuran”, yang umumnya lebih

(43)

2.1.7. PNS

Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah salah satu jenis kepegawaian

Negeri di samping anggota TNI dan anggota POLRI (UU No 43 tahun

1999). Pengertian pegawai negeri sipil (PNS) adalah warga negara RI yang

telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang

berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi

tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (pasal 1 ayat 1 UU 43/1999). DP3 atau daftar

penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS tersebut, tertuang dalam PP Nomor

10 tahun 1979, terdiri atas delapan norma-norma sikap perilaku : kesetian,

prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa,

kepemimpinan.

Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang

pokok-pokok kepegawaian ditegaskan bahwa untuk kelancaran

penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat

tergantung pada penyempurnaan aparatur Negara khususnya Pegawai

Negeri Sipil (PNS). Muins berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan

bahwa konsep profesionalisme Pegawai Negeri Sipil harus memiliki

ciri-ciri sebagai berikut: Menguasai pengetahuan di bidangnya, Komitmen

(44)

(http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2025013-pengertian-pegawai-negeri-sipil-pns/)

2.1.8. Honor er

Definisi Honorer menurut Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2005

adalah seseorang yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian atau

pejabat lainnya dalam pemerintahan untuk melaksakan tugas tertentu pada

instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban anggaran

pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja

daerah. Atau bisa juga orang yang bukan pegawai tetap jadi kerjanya bisa

diberhentikan sewaktu – waktu atau diputus kontrak kerjanya, jika

melakukan suatu kesalahan yang sudah ditetapkan oleh sebuah perusahaan

dan dianggap sudah fatal, suatu kesalahan tersebut bisa merugikan banyak

orang termasuk konsumennya.

Pengangkatan Tenaga Honorer (TH) menjadi calon pegawai negeri

sipil (CPNS) saat ini menjadi isu utama dalam rekrutmen CPNS. Namun,

banyak sekali penafsiran yang berbeda terkait proses kebijakan

pengangkatan. TH menjadi CPNS tersebut. Hal ini menimbulkan banyak

permasalahan mulai dari penentuan kriteria kategori baik I maupun II,

kapan waktu pendataan, kapan pengumuman hasil verifikasi dan validasi,

hingga penipuan oleh oknum terkait pengangkatan TH menjadi CPNS.

(45)

Humas dan Protokol BKN Budi Hartono menyampaikan beberapa hal

sebagai berikut :

Pertama : TH yang dapat diangkat menjadi CPNS adalah TH yang

memenuhi syarat kumulatif sesuai peraturan pemerintah (PP) Nomor : 48

Tahun 2005 jo PP Nomor : 43 Tahun 2007. Kedua : pada 28 Juni 2010,

Kementerian PAN dan RB mengeluarkan surat edaran (SE) Nomor : 05

Tahun 2010 tentang pendataan tenaga honorer yang bekerja di lingkungan

instansi pemerintah yang tercecer atau tertinggal pada pendataan 2005

sepanjang masih memenuhi kriteria PP tersebut diatas. Dalam SE 05

Tahun 2010 pendataan TH ini terbagi dalam kategori I (K 1) dan kategori

II (K II). Pendataan dilakukan oleh masing-masing instansi pengelola

kepegawaian dengan batas akhir penyerahan data ke BKN untuk K I pada

31 Agustus 2010 sedangkan K II pada 31 Desember 2010.

Ketiga : yang membedakan antara K I dengan K II yakni K I

merupakan TH yang penghasilan atau upah atau gajinya di biayai dari

APBN/APBD sedangkan K II di biayai dari Non-APBN atau Non-APBD

(BP3, dana komite sekolah). TH untuk dapat diangkat menjadi CPNS

harus memenuhi kriteria, yakni : bekerja di instansi pemerintah, diangkat

oelh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK), atau pejabat lain yang

mempunyai otoritas, usia minimal 19 tahun dan maksimal 46 tahun pada 1

Januari 2006, sumber pembiayaan upah, gaji, penghasilan bersumber dari

(46)

Desember 2005 dan masih bekerja terus-menerus dengan tidak terputus

sampai saat ini. Semua kriteria tersebut merupakan persyaratan kumulatif,

maksudnya apabila tidak terpenuhi salah satu persyaratan yang dimaksud,

maka TH tidak bisa diangkat menjadi CPNS.

Keempat : terhadap data K I sudah dilakukan proses verifikasi dan

validasi oleh tim nasional dengan sebutan memenuhi kriteria (MK) dan

tidak memenuhi kriteria (TMK). Hasil verifikasi dan validasi akan

diumumkan setelah ditetapkannya PP terkait TH sebagai dasar

pengangkatan menjadi CPNS oleh pemerintah. Terhadap data K II yang

sudah diterima BKN, belum ada kebijakan yang diambil karena menunggu

regulasi lebih lanjut. Kelima : apabila PP tentang TH telah ditetapkan, bagi

yang dinyatakan MK untuk dapat diangkat menjadi CPNS masih ada

persyaratan lain yang harus dipenuhi seperti surat keterangan catatan

kepolisian (SKCK), surat keterangan sehat dari dokter, surat keterangan

bebas narkoba.

Keenam : untuk mengetahui perkembangan lebih lanjut tentang

pengangkatan TH menjadi CPNS dapat dilihat di website MenPAN&RB

(www.menpan.go.id) dan BKN (www.bkn.go.id dan

www.sesmabkn.com). Ketujuh : himbauan kepada seluruh masyarakat

untuk mewaspadai segala bentuk penipuan yang terkait pengangkatan TH

menjadi CPNS oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

(47)

(http://www.pengumumancpns.com/2011/04/kebijakan-pengangkatan-2.1.9. Tipogr afi

Tipografi adalah sebuah disiplin khusus dalam desain grafis yang

mempelajari mengenai seluk beluk huruf, jenis huruf alfabet dapat

menghadirkan, membangkitkan, menggambarkan perasaan atau suasana

tertentu pada suatu komposisi. Misalnya lincah, anggun, maskulin,

feminim, kekanak-kanakan. Keberhasilan suatu lay out pada suatu media

cetak ditentukan antara lain oleh pemilihan jenis huruf yang sesuai untuk

suatu produk dan kepekaan desainer dalam mengatur komposisi huruf

serta penempatan (Sitepa, 2005:33). Oleh karena itu, kepekaan menyusun

huruf dalam suatu komposisi perlu dilatih, agar secara keseluruhan enak

dipandang. Contoh tipe huruf yang bersifat dekoratif, mengkombinasikan

huruf besar dan huruf kecil akan lebih mudah untuk dibaca, daripada

menggunakan huruf besar (kapital) semua. Namun, apabila disukai

alternatif kedua bisa digunakan dengan mengatur jarak (spasi) antar huruf,.

Huruf dapat ditransformasikan menjadi suatu karya seni yaitu dengan

mengolah bentuk dari huruf, kata atau blok tulisan tersebut sesuai dengan

fungsinya masing-masing sehingga tercipta suatu bentuk, tekstur yang

kemudian dikomunikasikan sebagai pesan, mood atau berupa gambar hias.

Berikut ini beberapa jenis huruf yang memiliki karakter atau kepribadian

tertentu :

1. Serif adalah kelompok jenis huruf yang memiliki “tangkai” (stem).

Lihatlah font Times New Roman, Bodoni, Garamond, atau Egyptian.

(48)

atas maupun bawah terdapat pelebaran yang menyerupai penopong

atau tangkai. Jenis Serif adalah pilihan yang disukai untuk teks selama

berabad-abad, keterbacaannyalah yang membuat huruf ini tetap

populer hingga saat ini.

2. Jenis huruf sans serif atau slab serif, jenis huruf ini tidak memiliki

garis-garis kecil yang disebut counterstroke. Huruf ini berkarakter

streamline, fungsional, modern dan kontemporer. Contoh : Arial,

Futura, Avant Garde, Bitstream Vera Sans, Century Gothic, Helvetica

dan Lubain untuk menampilkan nuansa tegas tetapi artistik.

3. Tipe huruf Century Schoolbook yang ramah serta mudah dibaca,

mengingatkan pada suasana di sekolah dasar.

4. Jenis tulisan tangan yang melingkar-lingkar sperti tipe Snell

Roundhand, apabila dikehendaki untuk megungkapkan suasana

kenangan lama.

5. Tipe klasik seperti Bouer Bodoni menciptakan kesan anggun.

6. Tipe huruf computer modern seperti tipe huruf Emigre, nama

perusahaan yang mendesain huruf, yang menawarkan beberapa jenis

huruf Macintosh tepat untuk menciptakan kesan modern dan gaya

remaja.

7. Jenis huruf Courier mengingatkan pada huruf mesin ketik dan

mengesankan koran yang baru terbit.

8. Tipe Copperlate menyerupai tulisan tangan, mampu menciptakan

(49)

9. Tipe Classic Serif, seperti Bodani, Caslon, Century atau Garamond

menciptakan kesan suasana bergengsi dan abadi serta klasik.

10.Tipe huruf Cheltenham Old Style memberi kesan terbuka serta

mengingatkan kita kepada kitab (buku) ejaan kuno.

11.Tipe huruf tebal seperti Futura Ekstra Boid menciptakan kesan tegar,

bersih dan modern. Huruf Blok Huruf Blok memiliki ketebalan badan

yang cukup mencolok. Sosoknya yang gemuk dan terkesan berat,

sering digunakan sebagai headline (judul berita) atau tagline copy

dalam iklan. Contoh: Haettenschweiler, Futura XBik BT, Impact,

Freshet.

2.1.10.Konsep Makna

Para ahli mengakui, makna (mean) memang merupakan kata dan

istilah yang membingungkan. Dalam bukunya Ogden dan Richards yang

berjudul “The Meaning of Meaning” telah mengumpulkan tidak kurang

dari dua puluh batasan mengenai makna. (Kurniawan, 2008:27)

Makna merupakan konsep abstrak yang telah menarik perhatian

para ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama dua ribu tahun silam

(Fisher dalam Sobur, 2004:248). Semenjak Plato mengkonseptualisasikan

makna manusia sebagai salinan ultrarealitas, para pemikir besar telah

sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran sangat luas yang

merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai respon yang

(50)

“setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal.

Beberapa seperti misalnya Plato telah terbukti terlalu samara dan

spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah.”

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan

dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah

menjelaskan makna secara alamiah, mendeskripsikan secara alamiah, dan

menjelaskan makna dalam proses komunikasi. (Sobur, 2004:258)

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep

makna, model konsep makna sebagai berikut :

1. Makna dalam diri manusia

Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita

menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita

komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak secara sempurna dan lengkap

menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah

proses yang kita gunakan untuk memproduksi di benak pendengar apa

yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa

salah.

2. Makna berubah

Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200

tahun lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini berubah dan ini khusus

(51)

3. Makna membutuhkan acuan

Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata,

komunikasi hanya masuk akal bilamana komunikasi mempunyai kaitan

dengan dunia atau lingkungan eksternal.

4. Penyingkatan berlebihan akan merubah makna

Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan

bilamana terjadi masalah komunikasi yang diakibatkan penyingkatan

berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara

tentang cerita persahabatan, kebahagiaan, kejahatan, dan

konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang

spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya

Pada saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi

maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai

banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata

yang diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang

berkomunikasi.

6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian

Makna yang kita peroleh dari sesuatu kejadian bersifat multiaspek dan

sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini

yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang

(52)

mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak

pernah tercapai. (Sobur, 2003:285-289)

2.1.11.Pr ia

Pria adalah kaum laki-laki yang telah memasuki tingkat

kedewasaan (merupakan masa atau perjalanan hidup seorang pria setelah

berubah dari anak-anak) yang bisa mempertanggung jawabkan segala

perbuatannya. Seorang pria lebih di maknai sebagai laki-laki dewasa yang

memiliki pola pikir tentang kehidupan secara matang.

2.1.12.Papan Demo

Sebuah media untuk menulis aspirasi atau isi hati pendemo sebagai

wakil penyampaian isi hati rakyat. Bisa juga papan yang digunakan untuk

mengoprasikan suara rakyat yang terbuat dari sehelai kain spanduk dengan

diberi sepasang kayu. (http://id.wikipedia.org/wiki/papan demo)

2.1.13.Baju

Baju adalah pakaian sederhana ringan untuk tubuh bagian atas,

biasanya lengan pendek (T-shirt disebut demikian karena bentuknya).

Sebuah T-shirt biasanya tanpa kancing dan kerah, dengan leher kerah dan

lengan pendek. Baju berkerah ini bisa dikenakan oleh siapa saja, baik pria

dan wanita, dan untuk semua kelompok umur, termasuk anak-anak,

(53)

Baju terbuat dari katon yang umumnya lembut, jadi jika

dibandingkan dengan kaos lebih enak menggunakan baju karena bahan

lebih nyaman dipakai. Di Indonesia terdapat berbagai macam merk baju,

contohnya:

1. Quicksilver

2. Diery

3. Ie-be

4. Skaters

5. Darboss

6. Black Angel

Baju ini biasanya di daerah Jawa. Baju juga merupakan lambang

semangat, karena saat kita memakai baju itu kita harus menyesuaikan apa

gambar atau motif dari baju itu terdapat model baju saat ini misalnya

model baju distro, baju couple, baju partai atau komunitas, baju group.

(http://maniaartthirst.blogspot.com/2012/03/pengertian-baju.html)

2.1.14.Sar ang Laba-laba

Sarang Laba-laba merupakan tempat tinggal laba-laba dan tempat

menangkap binatang kecil untuk dimakan, biasanya berbentuk seperti jala.

Laba-laba, atau disebut juga labah-laba, adalah sejenis hewan

berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak

bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba

Gambar

Gambar 2.1. Model Semiotik Pierce
Gambar 2.2. Model Kategori Tanda
Gambar 2.3. Sistematika Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 4.1

Referensi

Dokumen terkait

sedangkan skor Addition Test setelah minum air gula sebesar 338 lebih tinggi daripada skor Addition Test sebelum minum air gula sebesar 283 .Terdapat perbedaan

Hasil penelitian ini dapat diigunakan sebagai sumber acuan atau sumber kepustakaan berkenan dengan proses pembelajaran menulis teks deskripsi dan berpikir kreatif, khususya

Pungukuran arah kiblat untuk masjid-masjid di desa Padamara dengan menggunakan alat bantu GPS, qibla locator dan menggunakan alat ukur theodolit diketahui bahwa hasil

Dukungan instrumental : sebagian besar keluarga memberikan dukungan instrumental pada anak, dengan menjaga kesehatan, menjaga dari kelelahan, makan, minum, dan istirahat,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas yang terdiri dari perputaran kas, perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap likuiditas

Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama dan di antara tahapan-tahapan tersebut. Tujuan

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja pelayanan siswa, citra institusi terhadap kepuasan siswa selama belajar di Teknik Metalurgi FT Unjani khususnya, Fakultas

Wujud dari citra sebenarnya dapat dirasakan dari hasil penelitian, penerimaan, kesadaran, dan pengertian baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik