• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PENGHAPUSAN BAYANGAN PADA IMAGE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI PENGHAPUSAN BAYANGAN PADA IMAGE DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM)."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

J URUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI - FTI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM

2011

(2)

Syukur Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin terucap ke hadirat Allah

SWT atas segala limpahan Kekuatan-Nya sehingga dengan segala

keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan keberuntungan yang dimiliki

peneliti, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Penghapusan bayangan pada gambar dengan menggunakan metode

fuzzy c-means (FCM) ” tepat pada waktunya.

Skripsi dengan beban 4 SKS ini disusun guna diajukan sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada program

studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, UPN ”VETERAN”

Jawa Timur.

Melalui Skripsi ini peneliti merasa mendapatkan kesempatan emas

untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku

perkuliahan, terutama berkenaan tentang penerapan teknologi perangkat

bergerak. Namun, peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik

dari para pembaca untuk pengembangan aplikasi lebih lanjut.

Surabaya, November 2011

(3)

Pembimbing II : Agus Hermanto, S.Kom Penyusun : Faris santa eka wiarta.

ABSTRAK

Kemajuan teknologi di bidang komputer saat ini mendorong berkembangnya penelitian dan penerapan teknik pengolahan citra digital, beberapa cara telah dilakukan guna untuk mengembangkan hal tersebut. Jika dahulu master foto berupa film (klise), sekarang master foto bisa berupa file yang dihasilkan dari kamera digital. Foto yang berupa file ini disebut dengan foto digital atau citra digital. Ketika seseorang memperhatikan bahwa hasil gambar yang mereka foto terdapat bayangan yang tidak sesuai dengan keinginan. Padahal kejadian tersebut tidak mungkin terulang, sehinga diperlukan bagaimana cara yang cepat dan praktis menangani hal tersebut.

Maka diperlukanlah teknik pengeditan yang sesuai untuk menghilangkan bayangan pada gambar tersebut agar kualitas gambar yang dihasilkan lebih baik dari pada gambar sebelumnya. Pemilihan jenis metode yang tepat juga menentukan pada hasil yang akan diperoleh. Untuk mengatasi hal tersebut maka dipilihlah metode Fuzzy c-means sebagai solusi atas hal tersebut. Fuzzy c-means adalah sebuah metode clustering dimana tiap data dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaannya. Langkah yang dilakukan dalam deteksi dan menghilangkan bayangan adalah merubah warna dari citra RGB ke bentuk warna CIE Lab yang kemudian dari CIE Lab tersebut akan di cluster dengan menggunakan metode Fuzzy c-means dari hasil pengclusteran tersebut akan membentuk sebuah citra yang mana objek-objek pada citra tersebut akan tersegmentasi.

Dari hasil segmentasi tersebut akan memudahkan untuk melakukan proses pendeteksian bayangan. Pendeteksian bayangan dilakukan dengan mengubah hasil dari citra pengclusteran dengan fuzzy c-means ke bentuk citra biner. Yang kemudian dilakukan penambahan cahaya pada objek bayangan agar warna objek bayangan dapat sama dengan warna latar belakang citra sehinga akan di dapat sebuah citra atau gambar yang bebas tanpa bayangan.

(4)
(5)
(6)

BAB VI PENUTUP ... 62

6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

LAMPIRAN………. 64

(7)

1.1 Latar belakang

Pengolahan citra merupakan bidang yang bersifat multidisiplin,

yang terdiri dari banyak aspek, antara lain: fisika (optik, nuklir, gelombang,

dan lain-lain), elektronika, matematika, seni, fotografi dan teknologi

computer. Data atau informasi tidak hanya disajikan dalam bentuk teks, tetapi

juga dapat berupa gambar, audio dan video. Citra atau image istilah lain

adalah gambar merupakan salah satu komponen multimedia yang sering kali

memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra

mempunyai karakterisik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya

dengan informasi. Dimana citra adalah suatu representasi kemiripan atau

imitasi dari suatu obyek atau benda. Dalam sebuah citra terdapat

pengelompokan yaitu citra tampak dan citra tak tampak. Banyak contoh citra

tampak yang terdapat di kehidupan sehari-hari misalnya foto keluarga,

lukisan dan apa saja yang nampak di layar monitor dan televisi, serta

hologram (citra optis). Sedangkan citra tak tampak misalnya data gambar

dalam file (citra digital) dan citra yang direpresentasikan menjadi fungsi

matematis.

Diantara jenis-jenis citra tersebut, hanya citra digital yang dapat

(8)

computer harus dirubah dulu menjadi citra digital. Hal ini dilakukan ketika

sebuah citra atau gambar dirasa kurang baik dari segi kualitasnya, maka

dilakukannya sebuah pengolahan citra digital. Teknologi fotografi pada era

sekarang ini berkembang sangat pesat. Jika dahulu master foto berupa film

(klise), sekarang master foto bisa berupa file yang dihasilkan dari kamera

digital. Foto yang berupa file ini disebut dengan foto digital atau citra digital.

Ketika seseorang memperhatikan bahwa hasil gambar yang mereka foto

terdapat bayangan yang tidak sesuai dengan keinginan, padahal kejadian

tersebut tidak mungkin terulang. Sehingga diperlukan bagaimana cara yang

cepat dan praktis menghilangkan bayangan tersebut. Dalam hal ini akan

dibahas bagaimana cara kerja algoritma fuzzy c-means sebagai proses

segmentasi gambar dan citra biner atau citra hitam putih untuk memisahkan

bayangan dengan latar belakang gambar dan mengembalikan gambar bebas

bayangan.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana cara untuk melakukan segmentasi warna terhadap suatu

image atau gambar.

2. Bagaimana cara untuk menemukan atau mendeteksi bayangan pada

(9)

3. Bagaimana cara untuk menghilangkan area bayangan pada Image atau

gambar.

1.3 Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah dalam sisitem ini antara lain :

1. Image atau gambar yang dipergunakan adalah gambar yang berformat

JPG.

2. Hanya Obyek bayangan saja yang digunakan pada gambar tanpa harus

ada objek lain selain bayangan dan unik dimana berwarna hitam dan

warna latar belakang pada image atau gambar tidak boleh sama dengan

bayangan.

3. Menggunakan citra biner untuk identifikasi bayangan.

4. Algoritma yang digunakan adalah fuzzy c-means.

5. Interasi yang di gunakan pada metode FCM adalah 100.

6. Pembuatan aplikasi menggunakan tools Matlab 7.0

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan aplikasi ini adalah untuk mendeteksi

dan menghilangkan bayangan pada image atau gambar sehingga kualitas

(10)

1.5 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dalam pembuatan aplikasi ini yang

dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki kualitas citra (image enhancement) yang belum sempurna

sehingga memberi nilai atau kontribusi positif dalam perkembangan ke

depan pada bidang pencitraan.

2. Memperoleh hasil suatu bentuk citra yang lebih baik dari pada citra

sebelumnya pada proses pengeditan dengan menerapkan metode

Fuzzy c-mean dan citra biner untuk penghilangan bayangan yang terdapat

dalam sebuah gambar.

1.6 Sistematika penulisan

Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini akan membantu

mengarahkan penulisan laporan agar tidak menyimpang dari batasan masalah

yang dijadikan sebagai acuan atau kerangka penulisan dalam mencapai tujuan

penulisan laporan tugas akhir sesuai dengan apa yang diharapkan.

Laporan tugas akhir ini terbagi dalam VI bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi mengenai gambaran umum tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat dan

(11)

BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan teori ini berisi tentang gambaran umum objek yang

bersangkutan, pengertian–pengertian dasar dan teori– teori yang berhubungan

dengan masalah yang akan di bahas dalam tugas akhir ini sebagai landasan

bagi pemecahan yang di usulkan.

BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai tahapan-tahapan

perancangan perangkat lunak untuk penghapusan bayangan menggunakan

metode Fuzzy c-means (FCM) yang terdiri atas penjelasan dari analisis

permasalahan, perancangan sistem, prosedur metode FCM, contoh

permasalahan serta rancangan antarmuka sistem yang akan dibuat.

BAB IV : IMPLEMENTASI

Pada bab empat berisi hasil implementasi dari perancangan

program penghapusan bayangan pada citra dengan metode fuzzy c-means

(FCM) yang telah dibuat sebelumnya yang meliputi : kebutuhan sistem, dan

implementasi tampilan-tampilan antarmuka aplikasi.

BAB V : UJI COBA DAN EVALUASI

Pada bab kelima berisi penjelasan lingkungan uji coba aplikasi,

pelaksanaan uji coba dan evaluasi dari hasil uji coba yang telah dilakukan

(12)

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini Berisi mengenai kesimpulan yang di peroleh dari

hasil penganalisaan data dari bab-bab sebelumnya. Dimana berisi tentang

saran-saran yang diharapkan yang bermanfaat dan dapat membangun serta

mengembangkan isi laporan tersebut sesuai dengan tujuan penulisan Laporan

tugas akhir.

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

(13)

67

Almoussa, N, 2008,“Variational Retinex and Shadow Removal”, The

MathematicsDepartment,UCLA.(online). diakses 26 juni 2011 pukul 10.35

WIB.

Horvath, J, 2005, “Image Segmentation Using Fuzzy C-Means”, Department of

Cybernetic And Artificial Intelligence, Faculty of Electrical Engineering

and Informatics, Technical University of Kosice, Slovakia

Kusumadewi,Sri & Purnomo Hari. 2010. Aplikasi Logika Fuzzy Untuk

Mendukung Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Munir, Rinaldi, 2004,“Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik”,

Informatika, Bandung.

Paulus,Erick & Yessica Nataliani. 2007. Cepat Mahir GUI MATLAB. Yogyakarta:

ANDI OFFSET.

Wijaya, Marvin Ch. & Agus Prijono. 2007. Pengolahan Citra Digital

Menggunakan Matlab. Bandung: Informatika.

http://library.utem.edu.my/index.php?option=com_docman&task=doc_download &gid=2877&Itemid=208/ diakses 30 juni pukul 19.10 WIB.( penghilangan bayangan pada gambar)

(14)

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Media Cetak

Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,

yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak

maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak

digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di

masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,

televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi

jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang

melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti

dalam Permana, 2009 : 14).

Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis

yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran

dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman

putih (Kasali, 1995 : 99).

2.1.2 Majalah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan

(15)

patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya

yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah

tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.

Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi

foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel

utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah

sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan

keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa.

Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk

umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular

sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.

Menurut Junaedhie ( 1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi

menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Majalah Umum

Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,

komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan

seni.

b. Majalah Khusus

Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai

(16)

2.1.3 Cover a tau Sampul

Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari sebuah majalah. Karena pada saat kita akan membeli atau membaca

dari sebuah majalah yang diperhatiikan pertama kali adalah sampul dan

ilistrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada

ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar

mampu menarik perhatian khalayak atau pembacanya.

Pemilihan judu; atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah

dimengerti dan langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung di

dalamnya.pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran

pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis

yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun

akan lebih efektif bila ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang

ingin disampaikan.

2.1.4 Komunikasi Politik

Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu

proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam

hal ini bukanlah pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang

diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif,

yang berarti segala cara orang berrtukar simbol, kata-kata yang dituliskan

(17)

Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol,

gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak.

Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial,

terutama dalam pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan

peran komunikator politik sebagai pemimpin public opinion, karena

mereka berhasil membuat beberapa gagasan yang mula-mula di tolak,

kemudian dipertimbangkan dan akhirnya di terima massa (Ali dalam

Marliani, 2004 : 13).

2.1.5 Pembicar aan Poltik Sebagai Kegiatan Simbolik

Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah

berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang

melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,

konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagaian besar lambang tersebut

adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan

lain sebagainya (Marliani, 2004 : 27).

Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang

irasional dengan menganggap seolah-olah ada hubungan antara suatu

lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam

konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang

dipersepsi sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu

sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa perlu melakukan

(18)

Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu

program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses

simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).

2.1.6 Seni dalam Politik

Dalam pembicaraan mengenai kaitan antara seni dan politik, tidak

terlepas tentang peran karya seni tersebut dalam hal ini berupa karikatur

terhadap suatu kesadaran politik pada masyarakat, sebagaimana

kandungan arti dan makna yang terdapat di dalam karya seni itu.

Sebuah karya seni akan dapat menggugah kesadaran pada

masyarakat jika karya seni itu dapat memberikan pengertian tentang apa

yang disampaikan kepada masyarakat tersebut, dan dapat memberikan

pengertian tentang betapa pentingnya arti dari kekuasaan dalam hal ini

berupa demokratisasi politik.

Peran seni sebagai alat politik dapat dilihat melalui pendekatan

kultur dan sosialisasi politik. Sidney Verba, sebagaimana dikutip oleh

Lucian Pye dalam political culture mendeskripsikan kultur politik sebagai

suatu hal yang terjadi dalam sistem kepercayaan-kepercayaan empiris,

simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang membatasi keadaan dalam

mana tindakan politik terjadi. Dengan kata lain, konsep kultur politik

menekankan setiap individu mempunyai suatu jenis orientasi kepada dunia

politik, yang dapat ditunjukan melalui perilaku ataupun hanya sekedar

(19)

menekankan untuk membentuk sebuah kultur politik suatu bangsa, ia

mendorong penduduk atau sebagaian penduduk untuk memandang dan

mengalami kehidupan politik dengan sebuah cara yang baru (Brotoseno

dalam Marliani, 2004 : 31).

Lewat beberapa analisa diatas, dapat kita jelaskan seni dalam hal

ini berupa karikatur “Kipas – Kipas Bara Century” pada rubrik opini

majalah Tempo edisi 19-25 Januari dalam upaya mensosialisasikan

isyarat-isyarat dan informasi-informasi politik yang memperkuat atau

mengubah pola-pola politik, dimana pesan-pesan yang disampaikan

tersebut diterima dan di interpretasikan dalam lingkungan sosialnya

merupakan suatu bentuk seni yang berperan sebagai alat sosialsasi politik.

2.1.7 Konsep Makna

Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan

kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of

Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah

mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.

Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 :

248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para

ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam.

Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan

“ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu

(20)

mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.

“tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha

untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti

misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya

memberikan jawaban salah”.

Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada

manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati

makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara

sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.

Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan

sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi

adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar

dan apa yang ada dalam benak kita.

Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan

dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)

menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,

(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,

2004 : 258).

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep

makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125)

sebagai berikut :

1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata

(21)

mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata

itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna

yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita

gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada

dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.

2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang

kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari

kata-kata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi

emosional makna.

3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi

mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal

bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan

eksternal.

4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat

dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana

terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan

tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang

cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain

yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik,

kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.

5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah

kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.

(22)

menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara

berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.

6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita

peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat

kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang

benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang

tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang

sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai

tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).

2.1.8 Pemaknaan War na

Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata

memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,

kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam

Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat

kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan

warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat

dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat

buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.

Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat

positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu

yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat

(23)

berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 :

25).

Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal,

misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah

darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di

beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi

merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai

hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan

kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu

kebencian dan dendam tergantung dari situasi.

Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam

budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual,

misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna

oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada

suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 :

376).

Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya

“periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan

periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan

mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :

1. Merah.

Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta,

(24)

bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras

dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk

menunjuk emosi atau debaran jantung.

2. Oranye.

Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan,

antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan,

keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan

pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu

yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan

dan independent.

3. Kuning.

Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan

toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang,

dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan

optimis, dan termasuk pada golongan warna yamg mudah

menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk

menaikkan metabolisme.

4. Merah Muda.

Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra,

keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan

(25)

5. Hijau.

Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan,

pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan

materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon,

pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda,

stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan,

rujukan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan,

ketergantungan, dan persahabatan. Warna hijau melambangkan

elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri,

posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari

warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya,

keras kepala, dan berpendirian tetap.

6. Biru.

Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan,

teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan

yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual,

kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian,

kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari

dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran,

pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme,

persahabatan dan harmoni serta kasih sayang, kalem,

(26)

depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru

dapat membuat orang lebih konsentrasi.

7. Abu-abu.

Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan,

kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius,

kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan,

bosan, professional, kualitas, diam dan tenang.

8. Putih.

Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan,

steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri,

spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian,

kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan,

lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.

9. Hitam.

Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan,

kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan,

perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat,

formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam,

kemarahan, harga diri dan ketangguhan.

10. Ungu/Jingga.

Ungu/jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan,

transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan

(27)

upacara, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi,

ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang

dalam, harga diri, indepedensi, kontemplasi dan meditasi,

ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan

romantik.

11. Cokelat

Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat

dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat

bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita

merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan

kepercayaan. Cokelat juga memberikan rasa nyaman dan

hangat.

2.1.9 Konsep Bank Centur y

Hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko, Bank Danpac, dan Bank

CIC menjadi Bank Century yang sebelum merger ketiga bank tersebut

didahului dengan adanya akuisisi Chinkara Capital Ltd yang berdomisili

hukum di Kepulauan Bahama dengan pemegang saham mayoritas adalah

Rafat Ali Rizvi.

Persetujuan prinsip atas akuisisi diputuskan dalam rapat dewan

gubenur Bank Indonesia pada 27 November 2001 dengan memberikan

persetujuan akuisisi meski Chinkara Capital Ltd tidak memenuhi

(28)

Capital Ltd, laporan keuangan Chinkara untuk tiga tahun terakhir, dan

rekomendasi pihak berwenang di negara asal Chinkara Capital Ltd dan

rapat dewan gubenur Bank Indonesia hanya mensyaratkan agar ketiga

bank tersebut melakukan merger, memperbaiki kondisi bank, mencegah

terulangnya tindakan melawan hukum, serta mencapai dan

mempertahankan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio

(CAR))'' 8%.

Izin akuisisi pada akhirnya diberikan pada 5 Juli 2002 meski dari

hasil pemeriksaan BI terdapat indikasi adanya perbuatan melawan hukum

yang melibatkan Chinkara Capital Ltd, pada Bank CIC akan tetapi Bank

Indonesia tetap melanjutkan proses merger atas ketiga bank tersebut meski

berdasarkan hasil pemeriksaan BI periode tahun 2001 hingga 2003

ditemukan adanya pelanggaran signifikan oleh ketiga bank tersebut antara

lain, pada Bank CIC, terdapat transaksi Surat-surat berhaga (SSB) fiktif

senilai US$ 25 juta yang melibatkan Chinkara Capital Ltd dan terdapat

beberapa SSB yang berisiko tinggi sehingga bank wajib membentuk

''Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)'' yang berakibat CAR

menjadi negatif, serta pembayaran kewajiban general sales management

102 (GSM 102) dan penarikan Pihak Ketiga (DPK) dalam jumlah besar

yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan likuiditas, serta

pelanggaran Posisi Devisa Neto (PDN). Pada Bank Pikko terdapat kredit

macet Kasus Texmaco tahun 1999 yang ditukarkan dengan medium term

(29)

rendah dibawa masuk dalam merger Bank

Century,<ref>[http://www.gatra.com/2010-01-12/versi_cetak.php?id=133815 GATRA: Lunaknya BI, Licinnya Rafat

Ali]</ref> sehingga bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP) yang berakibat CAR menjadi negatif. Proses

akuisisi seharusnya dapat dibatalkan jika mengacu pada persyaratan yang

ditentukan oleh Bank Indonesia dalam persetujuan akuisisi tanggal 5 Juli

2002, persyaratan tersebut antara lain menyebutkan apabila berdasarkan

hasil pemeriksaan terhadap Bank CIC terbukti bahwa bilamana Chinkara

Capital Ltd sebagai pemegang saham bank melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan perundang-undangan, akan tetapi pada 6 Desember

2004, Bank Indonesia malah memberikan persetujuan merger atas ketiga

bank tersebut.

Pemberian persetujuan merger tersebut dipermudah berdasarkan

catatan Direktur Direktorat Pengawasan Bank kepada Deputi Gubernur

Bank Indonesia dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 22 Juli

2004. Bentuk kemudahan tersebut adalah berupa SSB pada Bank CIC

yang semula dinilai macet oleh Bank Indonesia menjadi dinilai lancar

sehingga kewajiban pemenuhan setoran kekurangan modal oleh pemegang

saham pengendali PSP menjadi lebih kecil dan akhirnya CAR seolah-olah

memenuhi persyaratan merger, termasuk hasil fit and propper test

sementara atas pemegang saham dalam hal ini Rafat Ali Rizvi yang

(30)

lanjut. pemberian kelonggaran tersebut tidak pernah dibahas dalam forum

dewan gubenur Bank Indonesia namun hanya dilaporkan dalam catatan

Direktur Direktorat Pengawasan Bank tanggal 22 Juli 2004. Dalam proses

pemberian izin merger terjadi manipulasi oleh Direktur Bank Indonesia

yang menyatakan seolah-olah Gubernur Bank Indonesia memberikan

disposisi bahwa merger ketiga bank tersebut mutlak diperlukan, kembali

Bank Indonesia tidak menerapkan aturan dan persyaratan dalam

pelaksanaan akuisisi dan merger sebagaimana diatur dalam Surat

Keputusan (SK) Direksi BI No 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999

tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank

Umum, SK Direksi BI No 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998

tentang Kualitas Aktiva Produktif demikian pula dengan ''Peraturan Bank

Indonesia (PBI)'' No 2/l/PBI/2000 tanggal 14 Januari 2000 tentang

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (fit and propper test) sebagaimana

terakhir diubah dengan PBI No 5/25/PBI/2003 tanggal 10 November 2003.

Selama periode tahun 2005–2008, dalam Laporan Hasil

Pemeriksaan BI atas Bank Century yang diterbitkan pada 31 Oktober

2005, diketahui bahwa posisi CAR Bank Century per 28 Februari 2005

(dua bulan setelah merger) adalah negatif 132,5%. Bila sesuai dengan

ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 3/21/PBI/2001

tentang Kewajiban Penyediaan Modal Bank Minimum Bank Umum dan

PBI No.6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan

(31)

No 7/38/PB 1/2005, seharusnya Bank Century ditetapkan sebagai bank

''dalam pengawasan khusus'' sejak adanya Laporan Hasil Pemeriksaan

Bank Indonesia atas Bank Century diterbitkan pada 31 Oktober 2005.

Bank Indonesia kemudian kembali menyetujui untuk tidak

melakukan penyisihan 100% atau pengakuan kerugian membentuk yang

berbentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap

Surat-surat berhaga (SSB) tersebut padahal menurut Peraturan Bank

Indonesia (PBI) No 7/2/ PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum,seharusnya atas SSB' tersebut dilakukan PPAP atau penyisihan

cadangan kerugian sebesar 100%, dengan demikian hal tersebut sudah

dapat merupakan rekayasa akuntansi yang dilakukan Bank Century agar

laporan keuangan bank tetap menunjukkan kecukupan modal dan ini

kembali disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pengawas bank-bank.

Pada tanggal 17 Pebruari 2006, Bank Century melakukan

Perjanjian Asset Management Agreement (AMA) dengan Telltop Holdings

Ltd, Singapore yang akan berakhir pada tanggal 17 Pebruari 2009, dalam

rangka penjualan surat-surat berharga Bank sebesar US$ 203,4 juta

Selanjutnya dalam rangka pejualan surat berharga tersebut Telltop

Holdings Ltd menyerahkan Pledge Security Deposit sebesar US$ 220 juta

di Dresdner Bank (Switzerland) Ltd. Perjanjian AMA tersebut telah

diamandemen pada tahun 2007, dengan penambahan surat-surat berharga

yang dikelola oleh Telltop Holding Ltd menjadi US$ 211,4 juta kemudian

(32)

Bank telah melakukan konfirmasi hasil realisasi penjualan surat-surat

berharga tersebut kepada Telltop Holdings Ltd oleh karena belum ada

jawaban Bank Century melakukan klaim atas Pledge Security Deposit

sebesar US$ 220 juta kepada Dresdner Bank (Switzerland) Ltd.

<ref>[http://sorot.vivanews.com/news/read/12607-jalan_berliku_bank_century VIVAnews: Pengambilalihan Bank Century

Jalan Berliku Bank Century]</ref>

Bank ini mengalami berbagai permasalahan terutama berkaitan

dengan kepemilkan SSB antara lain US Treasury Strips, (Separate Trading

of Registered Interest and Pricipal Securities) sebanyak US$ 177 juta

(sejumlah US$ 115 juta dari US Treasury strips telah dijaminkan kepada

Saudi National Bank Corp sesuai dengan perjanjian tgl 7 Desember 2006

untuk menjamin fasilitas L/C Confirmation. Sisa instrumen ini sebesar

US$ 13 juta dipegang oleh First Gulf Asian Holdings sebagai custodian

dan $45 juta dipegang oleh Dredner Bank sebagai custodian dan

negotiable certificates of deposit (NCD). Terdiri dari NCD' National

Australia Bank, London sebesar US$ 45 juta, Nomura Bank International

Plc. London sebesar US$ 38 juta dan Deutsche Bank sebesar US$ 8 juta

yang secara fisik penguasaan NCD tersebut berada pada First Gulf Asian

Holdings (Chinkara Capital Limited) selaku custodian bagian pelanggaran

Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Neto (PDN)

oleh pengurus bank. (http://

(33)

Pertemuan mendadak digelar diruang rapat Wakil Jaksa Agung

Darmono, jalan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin pagi pekan lalu.

Dua puluhan pejabat dari kementrian Luar negeri, Kementrian Keuangan,

Kementrian Hukum dan HAM, kementrian Koordinator Politik hukum dan

keamanan serta lembaga-lembaga lainnya tumplek blek di kantor adhyaksa

tersebut. Mereka khusu membahas isu kekalahan pemerintah Indonesia di

sidang arbritase international.

Darmono, yang memimpin pertemuan, kata sumber Tempo,

meminta tim jaksa dan kuasa hukum pemerintah dari Karimsyah Law

Firm menjelaskan kasusu gugatan mantan pemilik saham Bank Century

itu–kini Bank Mutiara. Panjang-lebar tim jaksa dan pengacara pemerintah

membeberkan posisi gugatan Rafat di arbritase international atau

International Centre for Settlement of Invesment Disputes (ICSID),

Amerika Serikat. Kesimpulanya, Indonesia sama sekali belum kala

lantaran pengadilan belum digelar.

Ada kejangkelan dalam pertemuan lebih dari dua jam tersebut.

Peserta rapat tak habis pikir isu menyesatkan itu muncul. Dalam rapat itu ,

Karen Mills, salah satu anggota tim kuasa hukum pemerintah, bahkan

sempat menggungkapkan keherananya. “Aneh, ada orang Indonesia yang

seolah-olah senang negaranya kalah di Pengadilan,” kata si sumber

mengutip Mills. Mills kepada Tempo menolak berkomentar. “Tak ada

(34)

Mills tak menunjuk langsung si pelempar isu. Namun semua yang

hadir mafhum. Telunjuk wanita separuh baya ini mengarah kepada

Bambang Soesatyo, anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Politikus Partai

Golkar ini merilis skiaran pers ke berbagai media. Dalam keterangan

tertulis itu, Bambang menyebutkan hakim arbritase menolak pembelaan

Kejaksaan Agung –jaksa pengacara negara- dan Karimsyah Law Firm.

Menurut Bambang, arbritase telah memenangkan guagatan Rafat

dan Hesham Al-Waraq (pemilik Century) serta mengabulkan gugatan

mereka senilai Rp 4 Triliun, bukan US$ 75 juta seperti klaim pemerintah.

“Vonis ICSID menjadi bukti adanya penyalahgunaan wewenang

memaksakan bailout Bank Century,” ujar Bambang. Tuntuan sebesar itu

kata Bambang, diajukan karena Rafat dan Hesham hanya menerima Rp 2

Triliun dari total dana talangan (bailout) Rp 6,7 Triliun. “keduanya merasa

dirugikan atas kebijakan bailout.”

Merasa yakin informasi dari Bambang salah total, Jaksa Agung

Basrief Arief buru-buru membantah kabar kekalahan pemerintah itu.

“Pemerintah belum kalah pengadilan sama sekali belum dimulai,” katanya.

(Majalah Tempo edisi 19-25 September 2011 hal 97)

2.1.10 Konsep Par tai Politik

Parpol di Indonesia terbentuk jauh sebelum kemerdekaan yakni

pada paruh pertama abad XX di awal kebangkitan pergerakan nasional

(35)

pergerakan adalah Indische Partij (Partai Hindia) pada tahun 1911. Partai

ini didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker (dikenal dengan nama Setia

Budi), kemudian tahun berikutnya dua tokoh pergerakan nasional

bergabung yakni Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Surjaningrat

(dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara). Indische Partij

mempermaklumkan suatu “nasionalisme Hindia” dan menuntut

kemerdekaan.

Parpol lainnya yang terbentuk pada periode tersebut adalah

Insulinde yang didirikan pada awal tahun 1918 (catatan: ada pendapat

yang menyatakan Insulinde telah berdiri sejak tahun 1907). Insulinde

didirikan di Surakarta oleh salah satu tokoh kyai yang juga menjadi

pimpinan gerakan nasional kemerdekaan yakni Haji Misbach. Partai ini

awal mulanya merupakan perkumpulan kecil dengan anggota sebagian

besar orang Indo, Tionghoa peranakan, dan priyayi profesional. Namun

pada tahun 1919 keanggotaannya meluas dengan cepat (sekitar 10.000

anggota) karena merangkul dukungan kaum tani di pedesaan.

Tahun 1924 lahir Partai Komunis Indonesia (PKI). Cikal bakal PKI

mulai dirintis pada tahun 1914 oleh H.J.F.M Sneevliet, aktivis serikat

buruh berkewarganegaraan Belanda yang mengusung ide-ide sosial

demokrat revolusioner. Sneevliet tiba di Indonesia tahun 1913 kemudian

tahun 1914 dia mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeneging

(36)

seluruhnya orang Belanda namun sejak tahun 1915 organisasi ini mulai

mendekati Serikat Islam yang dinilai mempunyai basis keanggotaan dari

masyarakat bawah. Keberhasilannya menarik sebagian basis dukungan

Serikat Islam terutama serikat buruh kemudian menjadikan PKI sebagai

partai komunis terbesar di Asia pada abad ke XX.

Pada tanggal 4 Juli 1927, Sukarno dan Algemeene Studieclubnya

memprakarsai pembentukan sebuah Parpol baru yang dinamakan

Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Sukarno sebagai ketuanya.

Kemudian pada bulan Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi Partani

Nasional Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah kemerdekaan bagi

kepulauan Indonesia yang akan dicapai dengan cara nonkooperatif dan

dengan organisasi massa. PNI adalah Parpol pertama yang beranggotakan

etnis Indonesia, semata-mata menciptakan kemerdekaan politik,

berpandangan kewilayahan yang meliputi batas-batas Indonesia

sebagaimana yang ditentukan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan

berideologi nasionalisme sekuler.

Di luar Parpol yang beraliran nasionalis, pada tahun 1929

terbentuklah Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Parpol ini berasal dari

Serikat Islam yang sejak awal tahun 1920-an menjadi kekuatan politik

pribumi melawan kebijakan kolonialisme Belanda.

Pada bulan April 1931 PNI dibubarkan karena sejak tahun 1930

(37)

aktivitas politiknya yang dinilai dapat mengancam stabilitas politik

kekuasaan kolonialisme Belanda. Maka pada April 1931 sebagian

pimpinan dan anggota PNI mendirikan Partai Indonesia (Partindo) yang

diketuai oleh Sartono. Partindo meneruskan cita-cita perjuangan PNI

namun dengan cara-cara yang lebih moderat.

Sekembalinya Soetan Syahrir dan Mohammad Hatta dari negeri

Belanda setelah menamatkan studinya, pada awal 1932 mereka mendirikan

organisasi politik baru di luar Partindo yakni Club Pendidikan Nasional

Indonesia (PNI-Baru). Parpol ini lebih menekankan program pendidikan

politik kepada anggotanya dan rakyat Indonesia tentang kebangsaan serta

menitik beratkan sebagai partai kader.

Tidak semua Parpol pada masa perjuangan kemerdekaan menganut

paham nonkooperatif dan radikal. Sebagian kelompok pergerakan pada

tahun 1935 mendirikan Partai Indonesia Raya (Parindra) yang dipimpin

oleh Dr. Raden Soetomo, Mohammad Hoesni Thamrin, dan Mr. Susanto

Tirtoprodjo. Meskipun Parindra mengambil sikap moderat namun Parpol

ini punya pengaruh cukup besar di Volksraad (Parlemen ciptaan Belanda).

Koalisi Parpol juga dilakukan pada era perjuangan kemerdekaan.

Pada Mei 1939, Parindra yang diwakili Mohammad hoesni Thamrin,

Gerindo diwakili Amir Syarifuddin, dan PSII diwakili Abi Kusno,

mendirikan Gaboengan Politiek Indonesia (GAPI). Program umum Gapi

(38)

bangsa berlandaskan “demokrasi sosial, politik, dan ekonomi”; (3)

Membentuk parlemen pilihan yang demokratis dan bertanggungjawab

kepada rakyat Indonesia’ dan (4) Solidaritas antara kelompok-kelompok

politik di Indonesia dan kelompok politik di Negeri Belanda demi

mempertahankan garis anti fasis yang kuat. Pada Desember 1939 Gapi

menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia di Batavia (Jakarta) yang

dipandang sebagai keberhasilan yang cukup besar.

Ketika Jepang masuk dan menjajah Indonesia tahun 1942, mereka

mendekati dan mengkonsolidasi

kelompok-kelompok/organisasi-organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah untuk menghadapi

serangan balik tentara sekutu. Akhir 1943 dibentuklah MIAI (Majelis

Sjuro Muslimin Indonesia atau dikenal dengan Masyumi). Pada tahun

1945 Masyumi kemudian dikenal menjadi Parpol yang cukup berpengaruh

di Indonesia di bawah kepemimpinan Mohammad Natsir. Namun

demikian koalisi antara NU dan Muhammadiyah tidak bisa bertahan lama.

Pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan mendirikan partai sendiri.

Pecahnya revolusi Agustus 1945 mendorong kelompok-kelompok

revolusioner yang terutama dari kalangan pemuda semasa pemerintahan

Jepang bergerak di bawah tanah yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin

membentuk Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). Kemudian para

pengikut Amir Sjarifuddin bergabung dengan kelompok Sjahrir untuk

(39)

perjalanannya kemudian PSI menitik beratkan menjadi partai kader yang

banyak melibatkan kaum intelektual perkotaan.

http://mediappr.wordpress.com/2007/09/13/pengantar-dasar-partai-politik-dan-demokrasi/

Selanjutnya pada masa setelah proklamasi antara tahun 1945,

setelah dikeluarkanya maklumat no X tanggal 16 Oktober 1945 oleh Moh.

Hatta selaku wakil presiden RI, maka bermunculanlah banyak partai di

Indonesia. Inilah multi partai system pertama di Indonesia setalah

proklamasi. Masa parlementerisme di Indonesia marak pada tahun

1950-1959 yang menjadi titik kejayaan parpol di Indonesia. Munculnya empat

partai besar antara lain PNI, Masyumi, NU,dan PKI. Tapi karena

banyaknya partai politik pada masa perlementer inilah, cabinet berjalan

tidak mulus. Pembangunan yang gagal dan cabinet yang sering

berganti-ganti mengakibatkan pada 5 Juli 1959, presiden mengeluarkan dekrit yang

mengakhiri masa parlementer di Indonesia. Dekrit ini merupakan jalan

keluar dari kemelut di Konstituante yang gagal mencapai kata sepakat

mengenai Dasar Negara. Konstituante adalah hasil pemilu 1955 yang oleh

banyak kalangan disebutkan sebagai pemilu paling demokratis. Hasil

Pemilu 1955 melahirkan konfigurasi ideologis antara pendukung Pancasila

sebagai dasar negara dan Islam sebagai dasar negara. Dari 544 anggota

Konstituante yang berasal dari 34 Parpol, pendukung Pancasila adalah

274, Islam 230, dan pendukung gagasan ideologi “sosial-ekonomi” 10. Di

(40)

mencerminkan kekecewaan yang luas mengenai perilaku parpol selama

periode Demokrasi Liberal (1945 –1957). Kekecewaan ini terungkap

dengan baik dalam tulisan Bung Karno dan Bung Hatta pada tahun-tahun

ini. Selepas Dekrit, Bung Karno mulai mengambil langkah-langkah

penting ke arah penataan parpol. Pada tahun 1959 dikeluarkan Penpres No.

7 yang mengatur mengenai syarat-syarat dan penyederhanaan kepartaian.

Hal ini diikuti oleh keluarnya Penpres No. 13 yang mengatur

pengakuan, pengawasan dan pembubaran beberapa partai. PSI dan

Masyumi karena keterlibatan sejumlah tokoh utamanya dalam

pemberontakan PRRI/Permesta dibubarkan melalui Kepres 128/61.

Sementara diberi pengakuan terhadap 8 parpol, masing-masing PNI, NU,

Partai Katolik, Partai Indonesia, Murba, PSII, IP-KI dan PKI. Dan melalui

Kepres 440/61 diakui Parkindo dan Perti. Sedangkan melalui Kepres

129/61 partai PSSI Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa Daeng Lalo,

dan Partai Rakyat Nasional Djodi Gondokusumo tidak diakui. Pada 14

April 1961 pemerintah mengeluarkan pengumuman yang hanya mengakui

adanya 10 parpol, masing-masing PNI, NU, PKI, PSII, Parkindo, Partai

Katolik, Perti, Murba, dan IPKI. Di antara partai-partai, hanya PKI

yang dapat efektif menjalankan fungsinya sebagai parpol selama periode

ini karena digunakan Bung Karno sebagai kekuatan penyeimbang AD

yang sudah menjadi kekuatan Politik yang utama. Perubahan kepartaian

dan diperkenalkannya golongan fungsional diikuti oleh terjadinya

(41)

serius, sementara parlemen mengalami disfungsi. Perubahan parlemen

terpenting terjadi ketika Bung Karno membubarkan parlemen pada 5

Maret 1960 karena adanya penolakan parlemen atas rencana anggaran

yang dajukan pemerintah. Hal ini diikuti oleh rencana pendirian DPR-GR

yang sesuai dengan konstruksi UUD 45 dimana sebagian anggotanya

adalah golongan fungsional. DPR-GR akhirnya dibentuk pada Juli 1960

terlepas dari adanya penentangan sejumlah parpol dan tokoh yang

membentuk “liga demokrasi”. Liga ini terdiri dari partai Katolik,

Masyumi, PSI dan IPKI yang mendapatkan dukungan dari TNI AD, Bung

Hatta, dan sejumlah tokoh NU dan PNI. DPR-GR beranggotakan 263

orang dimana 132nya berasal dari golongan fungsional (7 wakil AD, 7

wakil AU dan AL, 5 polisi dan selebihnya dari organisasi seperti Sobsi,

Gerwani, BTI, Sarpubri, Pemuda rakyat, dan sebagainya).

Berakhirnya masa parlementer di Indonesia, juga berarti

dimulainya system baru di negara ini, yaitu masa demokrasi terpimpin.

Masa ini adalah masa dimana kekuatan presiden sangat kuat, terbukti

dengan slogan NASAKOM-nya, Soekarno memperkuat tiga partai sebagai

inti dari slogan tersebut. Partai itu adalah NU, PNI dan PKI. Yang paling

menonjol adalah PKI yang menguasai mayoritas suara rakyat Indonesia

kala itu. Tapi akhirnya setelah G/30/S/PKI, PKI dicap sebagai partai

terlarang, karena mencoba mengambil alih pemerintahan. Tapi kudeta

yang dilakukan PKI diredam oleh Soeharto yang kala itu mendapat mandat

(42)

Setelah Soeharto mendapat jabatan sebagai presiden RI dengan

mengeser Soekarno, maka dimulailah masa orde baru yang dipimpinnya.

Jaman itu memunculkan organisasi non-partai yang bernama Golongan

Karya, yang lebih mengejutkan lagi pada pemilu 1971, Golkar mendapat

suara terbanyak mengalahkan NU, Parmusi, dan PNI. Tahun 1973

mulailah Indonesia menyederhanakan parpol menjadi tiga, yaitu dua

parpol dan satu golongan. Parpol yang berideologi Islam dikumpulakn

menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai beraliran nasionalis

dan beberapa partai non-islam dijadikan satu menjadi Partai Demokrasi

Indonesia. Sedangkan satu golongan sisa adalah Golkar yang merupakan

penyokong Soeharto dalam menguasai Indonesia.

Tahun 1998, setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang

ditandai dengan tumbangnya rezim Soeharto, maka pemilu dengan sistem

multi partai kembali terjadi di Indonesia. Tidak hanya lima atau 10 partai

saja, tetapi karena aspirasi rakyat yang beragam dan ideology yang

berbeda maka sejak tahun 2004 peserta pemilu bak jamur di musim hujan,

alias munculnya tak terbendung. Inilah gambaran euphoria demokrasi

Indonesia yang dulu sangat dikekang, lalu tiba-tiba dilepaskan begitu saja,

mengakibatkan pluralitas partai yang luar biasa macamnya.

(43)

2.1.11 Per an dan Fungsi Par tai Politik

Peran penting Partai Politik jika dibandingkan dengan kelompok

kepentingan dan kelompok masyarakat sipil lainnya, Parpol memainkan

peranan khusus yang tak dapat digantikan oleh organisasi lainnya. Peran

penting tersebut adalah:

• Setelah berhasil mengagregasikan berbagai kepentingan dan nilai yang

ada dalam masyarakat, parpol kemudian mentransformasikannya

menjadi sebuah agenda yang dapat dijadikan platform pemilu.

Diharapkan platform tersebut mampu menarik banyak suara dari

rakyat sehingga parpol akan mendapatkan banyak kursi di parlemen.

Selanjutnya parpol harus mampu mempengaruhi proses politik dalam

legislasi dan implementasi program kebijakan publik.

• Parpol adalah satu-satunya pihak yang dapat menerjemahkan

kepentingan dan nilai masyarakat ke dalam legislasi dan kebijakan

publik yang mengikat. Hal ini dapat mereka lakukan setelah mereka

mendapatkan posisi yang kuat dalam parlemen daerah maupun

nasional.

Fungsi Parpol, di antara banyak fungsi parpol dalam sistem

demokrasi, ada lima yang sangat penting, yaitu:

• Mengagregasikan kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai dari

(44)

• Menjajaki, membuat, dan memperkenalkan kepada masyarakat

platform pemilu parpol mereka. Mengatur proses pembentukan

kehendak politik dengan menawarkan alternatif-alternatif kebijakan

yang lebih terstruktur.

• Merekrut, mendidik, dan mengawasi staf yang kompeten untuk

jabatan publik dan untuk menduduki kursi di parlemen.

• Memasyarakatkan, mendidik, serta menawarkan kepada

anggota-anggotanya saluran mana yang efektif bagi partisipasi politik mereka

sepanjang masa pemilu.

2.1.12 Konsep Par tai Golkar

Sejarah Partai Golkar bermula pada tahun 1964 dengan berdirinya

Sekber Golkar di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Sekber

Golkar didirikan oleh golongan militer, khususnya perwira Angkatan

Darat ( seperti Letkol Suhardiman dari SOKSI) menghimpun

berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam

Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).

Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964. Sekber

Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam

kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang

makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan

fungsional/golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh

politik tertentu. Terpilih sebagai Ketua Pertama Sekber Golkar adalah

(45)

Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional

(Mukernas) I, Desember 1965.

Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena

golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar dalam

Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional

Sekber Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945.

Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang

hingga mencapai 291 organisasi.

Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR

ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7

(tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)

2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)

3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)

4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)

6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)

7. Gerakan Pembangunan Untuk menghadapi Pemilu 1971,

Tujuh KINO yang merupakan kekuatan inti dari Sekber GOLKAR

tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970

untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar

yaitu Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak Pemilu

(46)

Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut serta menjadi salah

satu konsestan. Pihak parpol memandang remeh keikutsertaan GOLKAR

sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan kemampuan komunikasi

politik GOLKAR kepada grassroot level. NU, PNI dan Parmusi yang

mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin keluar

sebagai pemenang.

Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal

mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR. Hasilnya

di luar dugaan. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan

34.348.673 suara atau 62,79 % dari total perolehan suara. Perolehan

suaranya pun cukup merata di seluruh propinsi, berbeda dengan parpol

yang berpegang kepada basis tradisional.

NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai

Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di

Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak memperoleh suara

signifikan sehingga tidak memperoleh kursi DPR. Kemudian, sesuai

ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali

kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 Sekber GOLKAR

mengubah dirinya menjadi GOLKAR.

GOLKAR menyatakan diri bukan parpol karena terminologi ini

mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan

mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR

(47)

Amir Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun

mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh

Indonesia (HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).

Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan

sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan

aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga

kekuatan Bung Karno. Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan

tulang punggung rezim militer Orde Baru.

Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan

oleh pimpinan militer dan Golkar. Selama puluhan tahun Orde Baru

berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif,

hampir semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar. Keluarga besar

Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru

melalui suatu pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer,

jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di

luar birokrasi.

Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian

terhadap Golkar lewat Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis.

Jadi Pimpinan Pemilu Dalam pemilu Golkar yang berlambang beringin ini

selalu tampil sebagai pememang. Kemenangan Golkar selalu diukir dalam

pemilu di tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Arus reformasi

(48)

Tuntutan mundur Presiden Soeharto menggema di mana-mana.

Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan oleh gerakan mahasiswa. Hal ini

kemudian berimbas pada Golkar. Karena Soeharto adalah penasehat partai,

maka Golkar juga dituntut untuk dibubarkan. Saat itu Golkar dicerca di

mana-mana. (http://Golkar.or.id/tentang)

Dalam perjalanannya Partai Golkar mengalami pergolakan politik

di awal-awal era reformasi (1998). Banyak tuntutan gerakan mahasiswa

yang menginginkan partai tersebut dibubarkan. Munculnya gerakan

reformis membuat Golkar berbenah diri menyesuaikan dengan kondisi dan

tantangan zaman. Golkar pun pada pemilu 1999 menempati urutan ke2

setelah PDIP tampil sebagai jawara yang paling banyak menempatkan

kadernya di DPR/MPR diera awal reformasi.

Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era ini

kemudian mati-matian mempertahankan partai. Di bawah kepemimpinan

Akbar, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu Golkar juga

mengusung citra sebagai Golkar baru. Upaya Akbar tak sia-sia, dia

berhasil mempertahankan Golkar dari serangan eksternal dan krisis citra,

inilah yang membuat Akbar menjadi ketua umum Golkar yang cukup

legendaris.

Partai Golkar kemudian ikut dalam Pemilu 1999, berkompetisi

bersama partai-partai baru di era multipartai. Pada pemilu pertama di Era

Reformasi ini Partai Golkar mengalami penurunan suara di peringkat ke

(49)

kembali unggul. Pada pemilu legislatif 2004 Golkar menjadi pemenang

pemilu legislatif dengan 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah.

Pada Pemilu 2004, Partai Golkar tampil sebagai juara menempati

posisi nomor satu dalam perolehan kursi di DPR dan berhasil

menempatkan HM Jusuf Kalla sebagai wakil Presiden Republik Indonesia

(2004-2009) mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono.

Perjalanan Partai Golkar Pasca Pemilu legislatif dan Pilpres 2009

sangat ditentukan di musyawarah nasional (Munas) yang akan digelar pada

4-7 Oktober di Pekan Baru, Riau. Arah-sikap politik itu akan menjadi

wadah masa depan (transpormasi) partai Berlambang Beringin, apakah

akan masuk dan bergabung dengan SBY-Boediono atau beroposisi seperti

yang pernah dilakukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Posisi saat ini Partai Golkar diombang-ambingkan keadaan, oposisi

berarti mengontrol pemerintah melalui parlemen, berkoalisi dengan PDIP

atau mengikuti suratan takdir Partai Golkar sejak kelahiran hingga

sekarang, bukan partai Penguasa (the rulling party) tapi pendukung

pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono.

Pengakuan JK dalam Dialog Golkar Bangkit yang diselenggarakan

oleh SOKSI di Jakarta. Selama menjadi wakil presiden 2004-2009,

“Golkar tidak mendapat apa-apa ketika pemerintahan yang didukungnya

berhasil, begitu pun sebaliknya, kalau pemerintahan yang didukung Golkar

gagal, akan terkena dampak”. Begitupun ketika Partai Golkar mengambil

(50)

dengan mengkritik tajam pemerintahan saja kalah dalam pemilu Legislatif

dan Pemilu Presiden 2009. komentar Jusuf Kalla terhadap perjalanan

Golkar terefleksi dalam catatan sejarah politik Partai Golkar dari masa ke

masa. (http://golkarberaromareformisatauorde.IhyarulFahmi.com)

Pada pemilu legislatif 2009 lalu suara Partai Golkar kembali turun

ke posisi dua. Pemenang pemilu dipegang oleh Partai Demokrat. Dalam

Munas VIII di Pekanbaru, Aburizal Bakrie terpilih sebagai ketua umum

menggantikan Jusuf Kalla. Sebagai pimpinan baru partai beringin,

Aburizal bertekad akan kembali membawa Golkar memenangkan pemilu.

Dia menargetkan Golkar menjadi pemenang pertama pemilu legislatif

2014 nanti. Ketua Umum Golkar dari masa ke masa

• Djuhartono (1964-1969)

• Suprapto Sukowati (1969–1973)

• Amir Moertono (1973–1983)

• Sudharmono (1983–1988)

• Wahono (1988–1993)

• Harmoko (1993–1998)

• Akbar Tandjung (1998–2004)

• Jusuf Kalla (2004–2009)

• Aburizal Bakrie (2009–sekarang)

(51)

2.1.13 Konsep Bayangan

Bayang-bayang terjadi apabila cahaya terhalang sesuatu, maka

terbentuklah bayang-bayang. Cahaya merambat dalam garis lurus. Bila

cahaya terhalang sesuatu maka akan timbulah bayangan. Jika sumber

cahayanya lemah, seperti matahari pada hari berawan, bayangan tidak

kentara. Ditempat teduh tidak ada bayang-bayang, karena tempat teduh

sudah merupakan bayangan sebuah benda yang menghalangi sinar

matahari. Apabila suatu benda bergerak mendekati cahaya, bayang-bayang

benda tersebut membesar karena benda tersebut menghalangi cahaya

menjadi lebih besar, maka bayang-bayang yang timbul pun akan menjadi

makin besar. Dan apabila benda menjauhi cahaya, bayang-bayang benda

itupun menjadi kecil karena benda tersebut hanya menjadi penghalang

yang semakin kecil.

2.1.14 Mak na Busana J as

Jas adalah baju resmi (potongan Eropa) berlengan panjang,

berkancing satu sampai tiga, dipakai di luar kemeja.

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

Dari bahan, warna, potongan, dan kapan dipakainya, pada dasarnya

ada empat macam jenis jas. Yaitu, jas sangat resmi, jas resmi, jas harian,

dan jas santai. Bahan, warna, dan potongan jas yang dipakai bergantung

dari waktu dan tingkat kepentingan peristiwa yang hendak diikuti orang.

(52)

Secara sosial jas pun punya peran sendiri, bukan sekedar benda

berbentuk dan berfungsi. Jas penah menjadi cap status sosial ketika

awalnya diciptakan di akhir abad 17, tapi pada dua abad berikutnya

berubah menjadi lebih aspiratif ketika orang mulai berpakaian dengan

maksud untuk memperlihatkan jati dirinya.

Sepanjang sejarahnya jas berkonotasi dengan perkembangan sosial

dan berasimilasi dengan kebudayaan Eropa sebelum merembas ke belahan

dunia mana saja sekarang ini. Dengan perjalanan yang tidak singkat jas

pada akhirnya mengalami keterbatasan dan penyempitan peran. Ia kini

sangat terkait dengan dunia kaum pekerja dan tidak lagi dipakai sepanjang

hari.

http://www.matramagz.com/Main-Things/Style/Jas-Pakaian-Pria-Paling

Abadi.html

2.1.15 Mak na Busana Dasi

Dasi, aksesesori leher yang biasa dipakai oleh para anak-anak

sekolah dan pegawai kantoran, atau pekerjaan lain yang mengharuskan

berpakaian rapi. Ternyata sejak zaman batu aksesori leher dan dada sudah

ada, khusunya untuk memberi ciri pada kelompok pria strata tinggi.

Gambar

Gambar 4.1
Gambar 2.3 Tampilan GUI.
Gambar 2.8. Nilai Warna RGB Dalam Hexadesimal.
Gambar')     if isequal(namafile,0)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan jumlah kematian larva Aedes aegypti yang mati pada perlakuan dan kontrol setelah dikontakkan dengan ekstrak daun pepaya

Guru Pendidikan Islam berkesan dalam perbincangan tokoh pendidikan merangkumi pelbagai aspek antaranya ialah dari segi perancangan pengajaran, pengurusan bilik darjah,

Sehubungan dengan program kerja KSR-PMI Unit STKIP PGRI Jombang tahun 2011, Sehubungan dengan program kerja KSR-PMI Unit STKIP PGRI Jombang tahun 2011, maka kami. maka kami akan

Karakter yang memisahkan individu SI1 dengan individu kelompok V yaitu diameter buah, diameter tangkai buah, panjang tangkai buah, panjang duria, tebal kulit, jumlah baris

Ayat ini memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekerjaan mereka dengan cermat, jujur, dan ikhlas karena Allah Swt., baik pekerjaan

Penelitian ini berjudul Pengaruh Tingkat Margin, Pengetahuan Nasabah, Prosedur Pembiayaan Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Mengambil Pembiayaan Murabahah (Studi

Kondisi pasien yang mendesak (urgent) stabil, tetapi memiliki potensi memburuk atau perlu dilihat sesegera mungkin. Kondisi dapat digambarkan akut, tetapi tidak

Dari hasil pengujian hipotesis pada tingkat keyakinan 94%, diperoleh bahwa pengaruh komitmen organisasi terhadap keberhasilan anggaran berbasis kinerja di Dinas Daerah