SKRIPSI
OLEH:
J URUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI - FTI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM
2011
Syukur Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin terucap ke hadirat Allah
SWT atas segala limpahan Kekuatan-Nya sehingga dengan segala
keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan keberuntungan yang dimiliki
peneliti, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Penghapusan bayangan pada gambar dengan menggunakan metode
fuzzy c-means (FCM) ” tepat pada waktunya.
Skripsi dengan beban 4 SKS ini disusun guna diajukan sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada program
studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, UPN ”VETERAN”
Jawa Timur.
Melalui Skripsi ini peneliti merasa mendapatkan kesempatan emas
untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku
perkuliahan, terutama berkenaan tentang penerapan teknologi perangkat
bergerak. Namun, peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca untuk pengembangan aplikasi lebih lanjut.
Surabaya, November 2011
Pembimbing II : Agus Hermanto, S.Kom Penyusun : Faris santa eka wiarta.
ABSTRAK
Kemajuan teknologi di bidang komputer saat ini mendorong berkembangnya penelitian dan penerapan teknik pengolahan citra digital, beberapa cara telah dilakukan guna untuk mengembangkan hal tersebut. Jika dahulu master foto berupa film (klise), sekarang master foto bisa berupa file yang dihasilkan dari kamera digital. Foto yang berupa file ini disebut dengan foto digital atau citra digital. Ketika seseorang memperhatikan bahwa hasil gambar yang mereka foto terdapat bayangan yang tidak sesuai dengan keinginan. Padahal kejadian tersebut tidak mungkin terulang, sehinga diperlukan bagaimana cara yang cepat dan praktis menangani hal tersebut.
Maka diperlukanlah teknik pengeditan yang sesuai untuk menghilangkan bayangan pada gambar tersebut agar kualitas gambar yang dihasilkan lebih baik dari pada gambar sebelumnya. Pemilihan jenis metode yang tepat juga menentukan pada hasil yang akan diperoleh. Untuk mengatasi hal tersebut maka dipilihlah metode Fuzzy c-means sebagai solusi atas hal tersebut. Fuzzy c-means adalah sebuah metode clustering dimana tiap data dalam suatu cluster ditentukan oleh derajat keanggotaannya. Langkah yang dilakukan dalam deteksi dan menghilangkan bayangan adalah merubah warna dari citra RGB ke bentuk warna CIE Lab yang kemudian dari CIE Lab tersebut akan di cluster dengan menggunakan metode Fuzzy c-means dari hasil pengclusteran tersebut akan membentuk sebuah citra yang mana objek-objek pada citra tersebut akan tersegmentasi.
Dari hasil segmentasi tersebut akan memudahkan untuk melakukan proses pendeteksian bayangan. Pendeteksian bayangan dilakukan dengan mengubah hasil dari citra pengclusteran dengan fuzzy c-means ke bentuk citra biner. Yang kemudian dilakukan penambahan cahaya pada objek bayangan agar warna objek bayangan dapat sama dengan warna latar belakang citra sehinga akan di dapat sebuah citra atau gambar yang bebas tanpa bayangan.
BAB VI PENUTUP ... 62
6.1 Kesimpulan ... 62
6.2 Saran ... 63
LAMPIRAN………. 64
1.1 Latar belakang
Pengolahan citra merupakan bidang yang bersifat multidisiplin,
yang terdiri dari banyak aspek, antara lain: fisika (optik, nuklir, gelombang,
dan lain-lain), elektronika, matematika, seni, fotografi dan teknologi
computer. Data atau informasi tidak hanya disajikan dalam bentuk teks, tetapi
juga dapat berupa gambar, audio dan video. Citra atau image istilah lain
adalah gambar merupakan salah satu komponen multimedia yang sering kali
memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra
mempunyai karakterisik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya
dengan informasi. Dimana citra adalah suatu representasi kemiripan atau
imitasi dari suatu obyek atau benda. Dalam sebuah citra terdapat
pengelompokan yaitu citra tampak dan citra tak tampak. Banyak contoh citra
tampak yang terdapat di kehidupan sehari-hari misalnya foto keluarga,
lukisan dan apa saja yang nampak di layar monitor dan televisi, serta
hologram (citra optis). Sedangkan citra tak tampak misalnya data gambar
dalam file (citra digital) dan citra yang direpresentasikan menjadi fungsi
matematis.
Diantara jenis-jenis citra tersebut, hanya citra digital yang dapat
computer harus dirubah dulu menjadi citra digital. Hal ini dilakukan ketika
sebuah citra atau gambar dirasa kurang baik dari segi kualitasnya, maka
dilakukannya sebuah pengolahan citra digital. Teknologi fotografi pada era
sekarang ini berkembang sangat pesat. Jika dahulu master foto berupa film
(klise), sekarang master foto bisa berupa file yang dihasilkan dari kamera
digital. Foto yang berupa file ini disebut dengan foto digital atau citra digital.
Ketika seseorang memperhatikan bahwa hasil gambar yang mereka foto
terdapat bayangan yang tidak sesuai dengan keinginan, padahal kejadian
tersebut tidak mungkin terulang. Sehingga diperlukan bagaimana cara yang
cepat dan praktis menghilangkan bayangan tersebut. Dalam hal ini akan
dibahas bagaimana cara kerja algoritma fuzzy c-means sebagai proses
segmentasi gambar dan citra biner atau citra hitam putih untuk memisahkan
bayangan dengan latar belakang gambar dan mengembalikan gambar bebas
bayangan.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara untuk melakukan segmentasi warna terhadap suatu
image atau gambar.
2. Bagaimana cara untuk menemukan atau mendeteksi bayangan pada
3. Bagaimana cara untuk menghilangkan area bayangan pada Image atau
gambar.
1.3 Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah dalam sisitem ini antara lain :
1. Image atau gambar yang dipergunakan adalah gambar yang berformat
JPG.
2. Hanya Obyek bayangan saja yang digunakan pada gambar tanpa harus
ada objek lain selain bayangan dan unik dimana berwarna hitam dan
warna latar belakang pada image atau gambar tidak boleh sama dengan
bayangan.
3. Menggunakan citra biner untuk identifikasi bayangan.
4. Algoritma yang digunakan adalah fuzzy c-means.
5. Interasi yang di gunakan pada metode FCM adalah 100.
6. Pembuatan aplikasi menggunakan tools Matlab 7.0
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan aplikasi ini adalah untuk mendeteksi
dan menghilangkan bayangan pada image atau gambar sehingga kualitas
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dalam pembuatan aplikasi ini yang
dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki kualitas citra (image enhancement) yang belum sempurna
sehingga memberi nilai atau kontribusi positif dalam perkembangan ke
depan pada bidang pencitraan.
2. Memperoleh hasil suatu bentuk citra yang lebih baik dari pada citra
sebelumnya pada proses pengeditan dengan menerapkan metode
Fuzzy c-mean dan citra biner untuk penghilangan bayangan yang terdapat
dalam sebuah gambar.
1.6 Sistematika penulisan
Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini akan membantu
mengarahkan penulisan laporan agar tidak menyimpang dari batasan masalah
yang dijadikan sebagai acuan atau kerangka penulisan dalam mencapai tujuan
penulisan laporan tugas akhir sesuai dengan apa yang diharapkan.
Laporan tugas akhir ini terbagi dalam VI bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi mengenai gambaran umum tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat dan
BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori ini berisi tentang gambaran umum objek yang
bersangkutan, pengertian–pengertian dasar dan teori– teori yang berhubungan
dengan masalah yang akan di bahas dalam tugas akhir ini sebagai landasan
bagi pemecahan yang di usulkan.
BAB III : ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI
Pada bab ini akan diuraikan mengenai tahapan-tahapan
perancangan perangkat lunak untuk penghapusan bayangan menggunakan
metode Fuzzy c-means (FCM) yang terdiri atas penjelasan dari analisis
permasalahan, perancangan sistem, prosedur metode FCM, contoh
permasalahan serta rancangan antarmuka sistem yang akan dibuat.
BAB IV : IMPLEMENTASI
Pada bab empat berisi hasil implementasi dari perancangan
program penghapusan bayangan pada citra dengan metode fuzzy c-means
(FCM) yang telah dibuat sebelumnya yang meliputi : kebutuhan sistem, dan
implementasi tampilan-tampilan antarmuka aplikasi.
BAB V : UJI COBA DAN EVALUASI
Pada bab kelima berisi penjelasan lingkungan uji coba aplikasi,
pelaksanaan uji coba dan evaluasi dari hasil uji coba yang telah dilakukan
BAB VI : PENUTUP
Pada bab ini Berisi mengenai kesimpulan yang di peroleh dari
hasil penganalisaan data dari bab-bab sebelumnya. Dimana berisi tentang
saran-saran yang diharapkan yang bermanfaat dan dapat membangun serta
mengembangkan isi laporan tersebut sesuai dengan tujuan penulisan Laporan
tugas akhir.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
67
Almoussa, N, 2008,“Variational Retinex and Shadow Removal”, The
MathematicsDepartment,UCLA.(online). diakses 26 juni 2011 pukul 10.35
WIB.
Horvath, J, 2005, “Image Segmentation Using Fuzzy C-Means”, Department of
Cybernetic And Artificial Intelligence, Faculty of Electrical Engineering
and Informatics, Technical University of Kosice, Slovakia
Kusumadewi,Sri & Purnomo Hari. 2010. Aplikasi Logika Fuzzy Untuk
Mendukung Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Munir, Rinaldi, 2004,“Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik”,
Informatika, Bandung.
Paulus,Erick & Yessica Nataliani. 2007. Cepat Mahir GUI MATLAB. Yogyakarta:
ANDI OFFSET.
Wijaya, Marvin Ch. & Agus Prijono. 2007. Pengolahan Citra Digital
Menggunakan Matlab. Bandung: Informatika.
http://library.utem.edu.my/index.php?option=com_docman&task=doc_download &gid=2877&Itemid=208/ diakses 30 juni pukul 19.10 WIB.( penghilangan bayangan pada gambar)
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Media Cetak
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,
yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak
maupun media massa elektronik merupakan media massa yang banyak
digunakan oleh masyarakat di berbagai lapisan sosial terutama di
masyarakat kota. Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio,
televisi, film dan lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi
jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan yang
melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat (Sugiharti
dalam Permana, 2009 : 14).
Media cetak dalam hal ini adalah suatu bentuk media yang statis
yang mengutamakan pesan-pesan visual. Media ini terdiri dari lembaran
dengan sejumlah kata, gambaran atau foto dalam tata warna dan halaman
putih (Kasali, 1995 : 99).
2.1.2 Majalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majalah adalah terbitan
patut diketahui oleh konsumen pembaca, artikel, sastra, dan sebagainya
yang menurut kala terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah
tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.
Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi
foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel
utama serta kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah
sebagai salah satu bentuk dari media massa yang sangat perlu diperhatikan
keheterogenan pembaca yang merupakan ciri dari komunikasi massa.
Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk
umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan bahasa yang popular
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat.
Menurut Junaedhie ( 1991:54), dilihat dari isinya majalah dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Majalah Umum
Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum,
komunikasi yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan
seni.
b. Majalah Khusus
Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai
2.1.3 Cover a tau Sampul
Cover atau sampul depan merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari sebuah majalah. Karena pada saat kita akan membeli atau membaca
dari sebuah majalah yang diperhatiikan pertama kali adalah sampul dan
ilistrasi gambarnya. Penulis dapat menuangkan ide dan kreatifitasnya pada
ilustrasi sampul. Sampul perlu didesain secara indah dan artistik agar
mampu menarik perhatian khalayak atau pembacanya.
Pemilihan judu; atau teks harus singkat, mudah dibaca, mudah
dimengerti dan langsung dapat menginformasikan isi yang terkandung di
dalamnya.pada sebuah sampul, ilustrasi digunakan sebagai gambaran
pesan yang tidak terbaca, namun bisa mewakili cerita dalam bentuk grafis
yang memikat. Ilustrasi efektif digunakan untuk menarik perhatian, namun
akan lebih efektif bila ilustrasi tersebut mampu menunjang pesan yang
ingin disampaikan.
2.1.4 Komunikasi Politik
Politik seperti halnya dengan komunikasi yaitu merupakan suatu
proses, komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan dalam
hal ini bukanlah pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang
diucapkan melainkan pembicaraan dalam arti kata yang lebih inklusif,
yang berarti segala cara orang berrtukar simbol, kata-kata yang dituliskan
Komunikasi politik itu lebih bermuara sharring (berbagi) simbol,
gagasan, kepentingan dan sebagainya diantara sejumlah pihak.
Komunikator dalam proses komunikasi politik memainkan peran sosial,
terutama dalam pembentukan opini politik. Mark Roelofs mengemukakan
peran komunikator politik sebagai pemimpin public opinion, karena
mereka berhasil membuat beberapa gagasan yang mula-mula di tolak,
kemudian dipertimbangkan dan akhirnya di terima massa (Ali dalam
Marliani, 2004 : 13).
2.1.5 Pembicar aan Poltik Sebagai Kegiatan Simbolik
Banyak sekali jenis-jenis lambang dalam politik yang telah
berkembang. Ada yang menyangkut pembicaraan mereka yang
melambangkan saling pengertian yang patut dipatuhi orang, yakni hukum,
konstitusi, dan sebagainya. Namun sebagaian besar lambang tersebut
adalah pembicaraan pengaruh yakni, mimbar, slogan, pidato, editorial dan
lain sebagainya (Marliani, 2004 : 27).
Sebagai pengguna dan penafsir lambang, manusia terkadang
irasional dengan menganggap seolah-olah ada hubungan antara suatu
lambang dengan apa yang dilambangkannya sebagai contoh, warna dalam
konteks perpolitikan dapat dianggap sebagai lambang tertentu yang
dipersepsi sebagai sesuatu yang memiliki daya atau kekuatan tertentu
sehingga pihak-pihak yang berkepentingan merasa perlu melakukan
Akhirnya politik kita menjadi sekedar adu warna dan bukan menjadi adu
program politik hal ini sekali lagi membuktikan bahwa sebuah proses
simbolik itu manusiawi dan tidak terhindarkan (Mulyana, 1999 : 80).
2.1.6 Seni dalam Politik
Dalam pembicaraan mengenai kaitan antara seni dan politik, tidak
terlepas tentang peran karya seni tersebut dalam hal ini berupa karikatur
terhadap suatu kesadaran politik pada masyarakat, sebagaimana
kandungan arti dan makna yang terdapat di dalam karya seni itu.
Sebuah karya seni akan dapat menggugah kesadaran pada
masyarakat jika karya seni itu dapat memberikan pengertian tentang apa
yang disampaikan kepada masyarakat tersebut, dan dapat memberikan
pengertian tentang betapa pentingnya arti dari kekuasaan dalam hal ini
berupa demokratisasi politik.
Peran seni sebagai alat politik dapat dilihat melalui pendekatan
kultur dan sosialisasi politik. Sidney Verba, sebagaimana dikutip oleh
Lucian Pye dalam political culture mendeskripsikan kultur politik sebagai
suatu hal yang terjadi dalam sistem kepercayaan-kepercayaan empiris,
simbol-simbol ekspresif dan nilai-nilai yang membatasi keadaan dalam
mana tindakan politik terjadi. Dengan kata lain, konsep kultur politik
menekankan setiap individu mempunyai suatu jenis orientasi kepada dunia
politik, yang dapat ditunjukan melalui perilaku ataupun hanya sekedar
menekankan untuk membentuk sebuah kultur politik suatu bangsa, ia
mendorong penduduk atau sebagaian penduduk untuk memandang dan
mengalami kehidupan politik dengan sebuah cara yang baru (Brotoseno
dalam Marliani, 2004 : 31).
Lewat beberapa analisa diatas, dapat kita jelaskan seni dalam hal
ini berupa karikatur “Kipas – Kipas Bara Century” pada rubrik opini
majalah Tempo edisi 19-25 Januari dalam upaya mensosialisasikan
isyarat-isyarat dan informasi-informasi politik yang memperkuat atau
mengubah pola-pola politik, dimana pesan-pesan yang disampaikan
tersebut diterima dan di interpretasikan dalam lingkungan sosialnya
merupakan suatu bentuk seni yang berperan sebagai alat sosialsasi politik.
2.1.7 Konsep Makna
Para ahli mengakui, istilah makna (meaning) memang merupakan
kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning of
Meaning, (Ogden dan Ricards dalam Kurniawan, 2008 : 27) telah
mengumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna.
Makna sebagaimana dikemukakan oleh Fisher (dalam Sobur 2004 :
248), merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para
ahli filsafat dan para teoritis ilmu social selama 2000 tahun silam.
Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan
“ultarealitas”, para pemeikir besar telah sering mempergunakan konsep itu
mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner.
“tetapi”, kata Jerold Katz dalam Kurniawan, 2008 : 47), “setiap usaha
untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti
misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya
memberikan jawaban salah”.
Menurut Devito, makna terletak pada kata-kata melainkan pada
manusia. “Kita” lanjut Devito,menggunakan kata-kata untuk mendekati
makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini secara
sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan.
Demikian pula makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan akan
sangat berbeda dengan makna yang ingin kita komunikasikan. Komunikasi
adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar
dan apa yang ada dalam benak kita.
Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan
dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah (1)
menjelaskan makna secara alamiah, (2) mendeskripsikan secara alamiah,
(3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson dalam Sobur,
2004 : 258).
Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep
makna. Model konsep makna (Johnson dalam Devito 1997 : 123-125)
sebagai berikut :
1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata
mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata
itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna
yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita
gunakan untuk memproduksi dibenak pendengar apa yang ada
dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah.
2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang
kita gunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari
kata-kata ini dan berubah dab ini khusus yang terjadi pada dimensi
emosional makna.
3. Makna menbutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi
mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal
bilamana ia mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan
eksternal.
4. Penyingkatan berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat
dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana
terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan
tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang
cerita, persahabatan, kebahagian, kejahatan dan konsep-konsep lain
yang serupa tanpa mengaitkannnya dengan sesuatu yang spesifik,
kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah
kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.
menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara
berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi.
6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita
peroleh dari suatu kejadian bersifat multi aspek dan sangat
kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang
benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang
tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang
sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai
tetap tidak pernah tercapai (Sobur, 2003 : 285-289).
2.1.8 Pemaknaan War na
Para teoritis bahasa mengemukakan bahwa kebanyakan kata
memiliki makna majemuk. Setiap kata dari kata-kata seperti : merah,
kuning, hitam, dan putih memiliki makna konotatif yang berlainan. Dalam
Roget’s Thesaurus, seperti dikutip Mulyana (2003 : 260-261), terdapat
kira-kira 12 sinonim untuk kata hitam, dalam beberapa kepercayaan
warna-warna seperti warna hitam dan abu-abu memiliki asosiasi yang kuat
dengan bahasa, hitam tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang bersifat
buruk dan negatif, misal : daftar hitam, dunia hitam, dan kambing hitam.
Sedangkan terdapat sinonim untuk kata putih, dan semua bersifat
positif. Warna putih kebalikan dari warna hitam, putih mewakili sesuatu
yang menyenangkan dan mencerminkan segala sesuatu yang yang bersifat
berkonotasi negative dan warna putih berkonotasi positf (sobur, 2001 :
25).
Warna mampu memberikan pemaknaan tentang sesuatu hal,
misalnya warna merah, berarti bisa api atau darah, dibeberapa kata merah
darah lebih tua dibandingkan dengan kata merah itu sendiri, namun di
beberapa bahasa kata merah digunakan pada saat bersamaan menjadi
merah darah. Karena unsur-unsur tersebut, merah dapat diartikan sebagai
hasrat yang kuat dalam hubungannya dengan ikatan, kebenaran dan
kejayaan, namun tak jarang pula warna merah diartikan sebagai suatu
kebencian dan dendam tergantung dari situasi.
Kuning bisa diartikan sebagai sebuah optimis, filosofi dalam
budaya barat. Sedangkan warna ungu menandakan nuansa spiritual,
misteri, kebangsawanan, transformasi, kekasaran dan keangkuhan. Warna
oranye yang berarti energi, keseimbangan, kehangatan, menekankan pada
suatu produk yang tidak mahal, menurut budaya barat (Mulyana, 2003 :
376).
Warna menurut Hoed dan Benny Hoedoro 1992. dalam bukunya
“periklanan” memiliki beberapa makna dalam menunjang kegiatan
periklanan karena perpaduan dan kombinasi warna yang menarik akan
mempunyai nilai ketertarikan tersendiri dibenak khalayak, diantaranya :
1. Merah.
Merah merupakan warna power, energi, kehangatan, cinta,
bersaing, warna ini memberikan pengaruh berkemauan keras
dan penuh semangat. Sering juga diapresiasikan untuk
menunjuk emosi atau debaran jantung.
2. Oranye.
Oranye merupakan warna energi, keseimbangan, kehangatan,
antusiasme, perluasan, pencapaian bisnis, karir, kesuksesan,
keadilan, penjualan, persahabatan, kesehatan pikiran dan
pengetahuan, daya tahan, kegembiraan, gerak cepat, sesuatu
yang tumbuh, tekanan sosial, modal kecil, murah, ketertarikan
dan independent.
3. Kuning.
Warna kuning ini bersifat menonjol, semangat untuk maju dan
toleransi tinggi. Pengaruh warna ini antara lain riang,
dermawan, dan sukses. Kuning adalah warna yang berkesan
optimis, dan termasuk pada golongan warna yamg mudah
menarik perhatian. Warna ini dapat digunakan untuk
menaikkan metabolisme.
4. Merah Muda.
Merah muda berarti memiliki asosiasi yang kuat dengan citra,
keberanian dan kesenangan. Ikatan antara merah dan kehidupan
5. Hijau.
Hijau melambangkan alami, sehat, keberuntungan,
pembaharuan, warna bumi, penyembuhan fisik, kesuksesan
materi, kelimpahan, kesuburan, keajaiban, tanaman dan pohon,
pertumbuhan, pencapaian personal, kebangkitan, jiwa muda,
stabilitas, daya tahan, kesegaran, lingkungan, keamanan,
rujukan, cinta, keseimbangan, ketenangan, harapan,
ketergantungan, dan persahabatan. Warna hijau melambangkan
elastisitas keinginan. Cenderung pasif, bertahan, mandiri,
posesif, susah menerima pemikiran orang lain. Pengaruh dari
warna ini adalah teguh dan kokoh, mempertahankan miliknya,
keras kepala, dan berpendirian tetap.
6. Biru.
Biru melambangkan kepercayaan, konservatif, keamanan,
teknologi, kebersihan, keteraturan, komunikasi, peruntungan
yang baik, kebijakan, perlindungan, inspirasi, spiritual,
kelembutan, dinamis, air, laut, kreatifitas, cinta, kedamaian,
kepercayaan, loyalitas, kepandaian, panutan, kekuatan dari
dalam, kesedihan, kestabilan, kepercayaan diri, kesadaran,
pesan, ide, berbagi, idealisme, empati, dingin, konservatisme,
persahabatan dan harmoni serta kasih sayang, kalem,
depresi. Sebagai dari akibat efek menenangkan, warna biru
dapat membuat orang lebih konsentrasi.
7. Abu-abu.
Abu-abu melambangkan intelek, masa depan, kesederhanaan,
kesedihan, keamanan, reabilitas, kepandaian, tenang, serius,
kesederhanaan, kedewasaan, konservatif, praktis, kesedihan,
bosan, professional, kualitas, diam dan tenang.
8. Putih.
Putih melambangkan positif, ketepatan, ketidak bersalahan,
steril, kematian, kedamaian, pencapaian ketinggian diri,
spiritualitas, kedewasaan, keperawanan atau kesucian,
kesederhanaan, kebersihan, kesempurnaan, cahaya, persatuan,
lugu, murni, ringan, netral dan fleksibel.
9. Hitam.
Hitam melambangkan power, seksualitas, kecanggihan,
kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan,
perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negative, mengikat,
formalitas, kekayaan, kejahatan, perasaan yang dalam,
kemarahan, harga diri dan ketangguhan.
10. Ungu/Jingga.
Ungu/jingga melambangkan spiritual, misteri, kebangsawanan,
transformasi, kekasaran, keangkuhan, pengaruh, pandangan
upacara, kebijakan, pencerahan, arogan, intuisi, mimpi,
ketidaksadaran, telepati, empati, imajinasi, kepercayaan yang
dalam, harga diri, indepedensi, kontemplasi dan meditasi,
ambisi, kemewahan, kekayaan, feminim, artistic, kuno dan
romantik.
11. Cokelat
Warna cokelat adalah warna yang kesannya paling dekat
dengan bumi sehingga membuat kita merasa dekat. Cokelat
bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta membuat kita
merasa kuat. Warna ini mewakili rasa aman, komitmen dan
kepercayaan. Cokelat juga memberikan rasa nyaman dan
hangat.
2.1.9 Konsep Bank Centur y
Hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko, Bank Danpac, dan Bank
CIC menjadi Bank Century yang sebelum merger ketiga bank tersebut
didahului dengan adanya akuisisi Chinkara Capital Ltd yang berdomisili
hukum di Kepulauan Bahama dengan pemegang saham mayoritas adalah
Rafat Ali Rizvi.
Persetujuan prinsip atas akuisisi diputuskan dalam rapat dewan
gubenur Bank Indonesia pada 27 November 2001 dengan memberikan
persetujuan akuisisi meski Chinkara Capital Ltd tidak memenuhi
Capital Ltd, laporan keuangan Chinkara untuk tiga tahun terakhir, dan
rekomendasi pihak berwenang di negara asal Chinkara Capital Ltd dan
rapat dewan gubenur Bank Indonesia hanya mensyaratkan agar ketiga
bank tersebut melakukan merger, memperbaiki kondisi bank, mencegah
terulangnya tindakan melawan hukum, serta mencapai dan
mempertahankan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio
(CAR))'' 8%.
Izin akuisisi pada akhirnya diberikan pada 5 Juli 2002 meski dari
hasil pemeriksaan BI terdapat indikasi adanya perbuatan melawan hukum
yang melibatkan Chinkara Capital Ltd, pada Bank CIC akan tetapi Bank
Indonesia tetap melanjutkan proses merger atas ketiga bank tersebut meski
berdasarkan hasil pemeriksaan BI periode tahun 2001 hingga 2003
ditemukan adanya pelanggaran signifikan oleh ketiga bank tersebut antara
lain, pada Bank CIC, terdapat transaksi Surat-surat berhaga (SSB) fiktif
senilai US$ 25 juta yang melibatkan Chinkara Capital Ltd dan terdapat
beberapa SSB yang berisiko tinggi sehingga bank wajib membentuk
''Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)'' yang berakibat CAR
menjadi negatif, serta pembayaran kewajiban general sales management
102 (GSM 102) dan penarikan Pihak Ketiga (DPK) dalam jumlah besar
yang mengakibatkan bank mengalami kesulitan likuiditas, serta
pelanggaran Posisi Devisa Neto (PDN). Pada Bank Pikko terdapat kredit
macet Kasus Texmaco tahun 1999 yang ditukarkan dengan medium term
rendah dibawa masuk dalam merger Bank
Century,<ref>[http://www.gatra.com/2010-01-12/versi_cetak.php?id=133815 GATRA: Lunaknya BI, Licinnya Rafat
Ali]</ref> sehingga bank wajib membentuk Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP) yang berakibat CAR menjadi negatif. Proses
akuisisi seharusnya dapat dibatalkan jika mengacu pada persyaratan yang
ditentukan oleh Bank Indonesia dalam persetujuan akuisisi tanggal 5 Juli
2002, persyaratan tersebut antara lain menyebutkan apabila berdasarkan
hasil pemeriksaan terhadap Bank CIC terbukti bahwa bilamana Chinkara
Capital Ltd sebagai pemegang saham bank melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan perundang-undangan, akan tetapi pada 6 Desember
2004, Bank Indonesia malah memberikan persetujuan merger atas ketiga
bank tersebut.
Pemberian persetujuan merger tersebut dipermudah berdasarkan
catatan Direktur Direktorat Pengawasan Bank kepada Deputi Gubernur
Bank Indonesia dan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 22 Juli
2004. Bentuk kemudahan tersebut adalah berupa SSB pada Bank CIC
yang semula dinilai macet oleh Bank Indonesia menjadi dinilai lancar
sehingga kewajiban pemenuhan setoran kekurangan modal oleh pemegang
saham pengendali PSP menjadi lebih kecil dan akhirnya CAR seolah-olah
memenuhi persyaratan merger, termasuk hasil fit and propper test
sementara atas pemegang saham dalam hal ini Rafat Ali Rizvi yang
lanjut. pemberian kelonggaran tersebut tidak pernah dibahas dalam forum
dewan gubenur Bank Indonesia namun hanya dilaporkan dalam catatan
Direktur Direktorat Pengawasan Bank tanggal 22 Juli 2004. Dalam proses
pemberian izin merger terjadi manipulasi oleh Direktur Bank Indonesia
yang menyatakan seolah-olah Gubernur Bank Indonesia memberikan
disposisi bahwa merger ketiga bank tersebut mutlak diperlukan, kembali
Bank Indonesia tidak menerapkan aturan dan persyaratan dalam
pelaksanaan akuisisi dan merger sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan (SK) Direksi BI No 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999
tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank
Umum, SK Direksi BI No 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998
tentang Kualitas Aktiva Produktif demikian pula dengan ''Peraturan Bank
Indonesia (PBI)'' No 2/l/PBI/2000 tanggal 14 Januari 2000 tentang
Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (fit and propper test) sebagaimana
terakhir diubah dengan PBI No 5/25/PBI/2003 tanggal 10 November 2003.
Selama periode tahun 2005–2008, dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan BI atas Bank Century yang diterbitkan pada 31 Oktober
2005, diketahui bahwa posisi CAR Bank Century per 28 Februari 2005
(dua bulan setelah merger) adalah negatif 132,5%. Bila sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No 3/21/PBI/2001
tentang Kewajiban Penyediaan Modal Bank Minimum Bank Umum dan
PBI No.6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan
No 7/38/PB 1/2005, seharusnya Bank Century ditetapkan sebagai bank
''dalam pengawasan khusus'' sejak adanya Laporan Hasil Pemeriksaan
Bank Indonesia atas Bank Century diterbitkan pada 31 Oktober 2005.
Bank Indonesia kemudian kembali menyetujui untuk tidak
melakukan penyisihan 100% atau pengakuan kerugian membentuk yang
berbentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap
Surat-surat berhaga (SSB) tersebut padahal menurut Peraturan Bank
Indonesia (PBI) No 7/2/ PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum,seharusnya atas SSB' tersebut dilakukan PPAP atau penyisihan
cadangan kerugian sebesar 100%, dengan demikian hal tersebut sudah
dapat merupakan rekayasa akuntansi yang dilakukan Bank Century agar
laporan keuangan bank tetap menunjukkan kecukupan modal dan ini
kembali disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pengawas bank-bank.
Pada tanggal 17 Pebruari 2006, Bank Century melakukan
Perjanjian Asset Management Agreement (AMA) dengan Telltop Holdings
Ltd, Singapore yang akan berakhir pada tanggal 17 Pebruari 2009, dalam
rangka penjualan surat-surat berharga Bank sebesar US$ 203,4 juta
Selanjutnya dalam rangka pejualan surat berharga tersebut Telltop
Holdings Ltd menyerahkan Pledge Security Deposit sebesar US$ 220 juta
di Dresdner Bank (Switzerland) Ltd. Perjanjian AMA tersebut telah
diamandemen pada tahun 2007, dengan penambahan surat-surat berharga
yang dikelola oleh Telltop Holding Ltd menjadi US$ 211,4 juta kemudian
Bank telah melakukan konfirmasi hasil realisasi penjualan surat-surat
berharga tersebut kepada Telltop Holdings Ltd oleh karena belum ada
jawaban Bank Century melakukan klaim atas Pledge Security Deposit
sebesar US$ 220 juta kepada Dresdner Bank (Switzerland) Ltd.
<ref>[http://sorot.vivanews.com/news/read/12607-jalan_berliku_bank_century VIVAnews: Pengambilalihan Bank Century
Jalan Berliku Bank Century]</ref>
Bank ini mengalami berbagai permasalahan terutama berkaitan
dengan kepemilkan SSB antara lain US Treasury Strips, (Separate Trading
of Registered Interest and Pricipal Securities) sebanyak US$ 177 juta
(sejumlah US$ 115 juta dari US Treasury strips telah dijaminkan kepada
Saudi National Bank Corp sesuai dengan perjanjian tgl 7 Desember 2006
untuk menjamin fasilitas L/C Confirmation. Sisa instrumen ini sebesar
US$ 13 juta dipegang oleh First Gulf Asian Holdings sebagai custodian
dan $45 juta dipegang oleh Dredner Bank sebagai custodian dan
negotiable certificates of deposit (NCD). Terdiri dari NCD' National
Australia Bank, London sebesar US$ 45 juta, Nomura Bank International
Plc. London sebesar US$ 38 juta dan Deutsche Bank sebesar US$ 8 juta
yang secara fisik penguasaan NCD tersebut berada pada First Gulf Asian
Holdings (Chinkara Capital Limited) selaku custodian bagian pelanggaran
Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Neto (PDN)
oleh pengurus bank. (http://
Pertemuan mendadak digelar diruang rapat Wakil Jaksa Agung
Darmono, jalan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin pagi pekan lalu.
Dua puluhan pejabat dari kementrian Luar negeri, Kementrian Keuangan,
Kementrian Hukum dan HAM, kementrian Koordinator Politik hukum dan
keamanan serta lembaga-lembaga lainnya tumplek blek di kantor adhyaksa
tersebut. Mereka khusu membahas isu kekalahan pemerintah Indonesia di
sidang arbritase international.
Darmono, yang memimpin pertemuan, kata sumber Tempo,
meminta tim jaksa dan kuasa hukum pemerintah dari Karimsyah Law
Firm menjelaskan kasusu gugatan mantan pemilik saham Bank Century
itu–kini Bank Mutiara. Panjang-lebar tim jaksa dan pengacara pemerintah
membeberkan posisi gugatan Rafat di arbritase international atau
International Centre for Settlement of Invesment Disputes (ICSID),
Amerika Serikat. Kesimpulanya, Indonesia sama sekali belum kala
lantaran pengadilan belum digelar.
Ada kejangkelan dalam pertemuan lebih dari dua jam tersebut.
Peserta rapat tak habis pikir isu menyesatkan itu muncul. Dalam rapat itu ,
Karen Mills, salah satu anggota tim kuasa hukum pemerintah, bahkan
sempat menggungkapkan keherananya. “Aneh, ada orang Indonesia yang
seolah-olah senang negaranya kalah di Pengadilan,” kata si sumber
mengutip Mills. Mills kepada Tempo menolak berkomentar. “Tak ada
Mills tak menunjuk langsung si pelempar isu. Namun semua yang
hadir mafhum. Telunjuk wanita separuh baya ini mengarah kepada
Bambang Soesatyo, anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Politikus Partai
Golkar ini merilis skiaran pers ke berbagai media. Dalam keterangan
tertulis itu, Bambang menyebutkan hakim arbritase menolak pembelaan
Kejaksaan Agung –jaksa pengacara negara- dan Karimsyah Law Firm.
Menurut Bambang, arbritase telah memenangkan guagatan Rafat
dan Hesham Al-Waraq (pemilik Century) serta mengabulkan gugatan
mereka senilai Rp 4 Triliun, bukan US$ 75 juta seperti klaim pemerintah.
“Vonis ICSID menjadi bukti adanya penyalahgunaan wewenang
memaksakan bailout Bank Century,” ujar Bambang. Tuntuan sebesar itu
kata Bambang, diajukan karena Rafat dan Hesham hanya menerima Rp 2
Triliun dari total dana talangan (bailout) Rp 6,7 Triliun. “keduanya merasa
dirugikan atas kebijakan bailout.”
Merasa yakin informasi dari Bambang salah total, Jaksa Agung
Basrief Arief buru-buru membantah kabar kekalahan pemerintah itu.
“Pemerintah belum kalah pengadilan sama sekali belum dimulai,” katanya.
(Majalah Tempo edisi 19-25 September 2011 hal 97)
2.1.10 Konsep Par tai Politik
Parpol di Indonesia terbentuk jauh sebelum kemerdekaan yakni
pada paruh pertama abad XX di awal kebangkitan pergerakan nasional
pergerakan adalah Indische Partij (Partai Hindia) pada tahun 1911. Partai
ini didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker (dikenal dengan nama Setia
Budi), kemudian tahun berikutnya dua tokoh pergerakan nasional
bergabung yakni Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Surjaningrat
(dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara). Indische Partij
mempermaklumkan suatu “nasionalisme Hindia” dan menuntut
kemerdekaan.
Parpol lainnya yang terbentuk pada periode tersebut adalah
Insulinde yang didirikan pada awal tahun 1918 (catatan: ada pendapat
yang menyatakan Insulinde telah berdiri sejak tahun 1907). Insulinde
didirikan di Surakarta oleh salah satu tokoh kyai yang juga menjadi
pimpinan gerakan nasional kemerdekaan yakni Haji Misbach. Partai ini
awal mulanya merupakan perkumpulan kecil dengan anggota sebagian
besar orang Indo, Tionghoa peranakan, dan priyayi profesional. Namun
pada tahun 1919 keanggotaannya meluas dengan cepat (sekitar 10.000
anggota) karena merangkul dukungan kaum tani di pedesaan.
Tahun 1924 lahir Partai Komunis Indonesia (PKI). Cikal bakal PKI
mulai dirintis pada tahun 1914 oleh H.J.F.M Sneevliet, aktivis serikat
buruh berkewarganegaraan Belanda yang mengusung ide-ide sosial
demokrat revolusioner. Sneevliet tiba di Indonesia tahun 1913 kemudian
tahun 1914 dia mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeneging
seluruhnya orang Belanda namun sejak tahun 1915 organisasi ini mulai
mendekati Serikat Islam yang dinilai mempunyai basis keanggotaan dari
masyarakat bawah. Keberhasilannya menarik sebagian basis dukungan
Serikat Islam terutama serikat buruh kemudian menjadikan PKI sebagai
partai komunis terbesar di Asia pada abad ke XX.
Pada tanggal 4 Juli 1927, Sukarno dan Algemeene Studieclubnya
memprakarsai pembentukan sebuah Parpol baru yang dinamakan
Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Sukarno sebagai ketuanya.
Kemudian pada bulan Mei 1928, nama partai ini diubah menjadi Partani
Nasional Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah kemerdekaan bagi
kepulauan Indonesia yang akan dicapai dengan cara nonkooperatif dan
dengan organisasi massa. PNI adalah Parpol pertama yang beranggotakan
etnis Indonesia, semata-mata menciptakan kemerdekaan politik,
berpandangan kewilayahan yang meliputi batas-batas Indonesia
sebagaimana yang ditentukan oleh pemerintah kolonial Belanda, dan
berideologi nasionalisme sekuler.
Di luar Parpol yang beraliran nasionalis, pada tahun 1929
terbentuklah Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Parpol ini berasal dari
Serikat Islam yang sejak awal tahun 1920-an menjadi kekuatan politik
pribumi melawan kebijakan kolonialisme Belanda.
Pada bulan April 1931 PNI dibubarkan karena sejak tahun 1930
aktivitas politiknya yang dinilai dapat mengancam stabilitas politik
kekuasaan kolonialisme Belanda. Maka pada April 1931 sebagian
pimpinan dan anggota PNI mendirikan Partai Indonesia (Partindo) yang
diketuai oleh Sartono. Partindo meneruskan cita-cita perjuangan PNI
namun dengan cara-cara yang lebih moderat.
Sekembalinya Soetan Syahrir dan Mohammad Hatta dari negeri
Belanda setelah menamatkan studinya, pada awal 1932 mereka mendirikan
organisasi politik baru di luar Partindo yakni Club Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI-Baru). Parpol ini lebih menekankan program pendidikan
politik kepada anggotanya dan rakyat Indonesia tentang kebangsaan serta
menitik beratkan sebagai partai kader.
Tidak semua Parpol pada masa perjuangan kemerdekaan menganut
paham nonkooperatif dan radikal. Sebagian kelompok pergerakan pada
tahun 1935 mendirikan Partai Indonesia Raya (Parindra) yang dipimpin
oleh Dr. Raden Soetomo, Mohammad Hoesni Thamrin, dan Mr. Susanto
Tirtoprodjo. Meskipun Parindra mengambil sikap moderat namun Parpol
ini punya pengaruh cukup besar di Volksraad (Parlemen ciptaan Belanda).
Koalisi Parpol juga dilakukan pada era perjuangan kemerdekaan.
Pada Mei 1939, Parindra yang diwakili Mohammad hoesni Thamrin,
Gerindo diwakili Amir Syarifuddin, dan PSII diwakili Abi Kusno,
mendirikan Gaboengan Politiek Indonesia (GAPI). Program umum Gapi
bangsa berlandaskan “demokrasi sosial, politik, dan ekonomi”; (3)
Membentuk parlemen pilihan yang demokratis dan bertanggungjawab
kepada rakyat Indonesia’ dan (4) Solidaritas antara kelompok-kelompok
politik di Indonesia dan kelompok politik di Negeri Belanda demi
mempertahankan garis anti fasis yang kuat. Pada Desember 1939 Gapi
menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia di Batavia (Jakarta) yang
dipandang sebagai keberhasilan yang cukup besar.
Ketika Jepang masuk dan menjajah Indonesia tahun 1942, mereka
mendekati dan mengkonsolidasi
kelompok-kelompok/organisasi-organisasi Islam seperti NU dan Muhammadiyah untuk menghadapi
serangan balik tentara sekutu. Akhir 1943 dibentuklah MIAI (Majelis
Sjuro Muslimin Indonesia atau dikenal dengan Masyumi). Pada tahun
1945 Masyumi kemudian dikenal menjadi Parpol yang cukup berpengaruh
di Indonesia di bawah kepemimpinan Mohammad Natsir. Namun
demikian koalisi antara NU dan Muhammadiyah tidak bisa bertahan lama.
Pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan mendirikan partai sendiri.
Pecahnya revolusi Agustus 1945 mendorong kelompok-kelompok
revolusioner yang terutama dari kalangan pemuda semasa pemerintahan
Jepang bergerak di bawah tanah yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin
membentuk Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). Kemudian para
pengikut Amir Sjarifuddin bergabung dengan kelompok Sjahrir untuk
perjalanannya kemudian PSI menitik beratkan menjadi partai kader yang
banyak melibatkan kaum intelektual perkotaan.
http://mediappr.wordpress.com/2007/09/13/pengantar-dasar-partai-politik-dan-demokrasi/
Selanjutnya pada masa setelah proklamasi antara tahun 1945,
setelah dikeluarkanya maklumat no X tanggal 16 Oktober 1945 oleh Moh.
Hatta selaku wakil presiden RI, maka bermunculanlah banyak partai di
Indonesia. Inilah multi partai system pertama di Indonesia setalah
proklamasi. Masa parlementerisme di Indonesia marak pada tahun
1950-1959 yang menjadi titik kejayaan parpol di Indonesia. Munculnya empat
partai besar antara lain PNI, Masyumi, NU,dan PKI. Tapi karena
banyaknya partai politik pada masa perlementer inilah, cabinet berjalan
tidak mulus. Pembangunan yang gagal dan cabinet yang sering
berganti-ganti mengakibatkan pada 5 Juli 1959, presiden mengeluarkan dekrit yang
mengakhiri masa parlementer di Indonesia. Dekrit ini merupakan jalan
keluar dari kemelut di Konstituante yang gagal mencapai kata sepakat
mengenai Dasar Negara. Konstituante adalah hasil pemilu 1955 yang oleh
banyak kalangan disebutkan sebagai pemilu paling demokratis. Hasil
Pemilu 1955 melahirkan konfigurasi ideologis antara pendukung Pancasila
sebagai dasar negara dan Islam sebagai dasar negara. Dari 544 anggota
Konstituante yang berasal dari 34 Parpol, pendukung Pancasila adalah
274, Islam 230, dan pendukung gagasan ideologi “sosial-ekonomi” 10. Di
mencerminkan kekecewaan yang luas mengenai perilaku parpol selama
periode Demokrasi Liberal (1945 –1957). Kekecewaan ini terungkap
dengan baik dalam tulisan Bung Karno dan Bung Hatta pada tahun-tahun
ini. Selepas Dekrit, Bung Karno mulai mengambil langkah-langkah
penting ke arah penataan parpol. Pada tahun 1959 dikeluarkan Penpres No.
7 yang mengatur mengenai syarat-syarat dan penyederhanaan kepartaian.
Hal ini diikuti oleh keluarnya Penpres No. 13 yang mengatur
pengakuan, pengawasan dan pembubaran beberapa partai. PSI dan
Masyumi karena keterlibatan sejumlah tokoh utamanya dalam
pemberontakan PRRI/Permesta dibubarkan melalui Kepres 128/61.
Sementara diberi pengakuan terhadap 8 parpol, masing-masing PNI, NU,
Partai Katolik, Partai Indonesia, Murba, PSII, IP-KI dan PKI. Dan melalui
Kepres 440/61 diakui Parkindo dan Perti. Sedangkan melalui Kepres
129/61 partai PSSI Abikusno, Partai Rakyat Nasional Bebasa Daeng Lalo,
dan Partai Rakyat Nasional Djodi Gondokusumo tidak diakui. Pada 14
April 1961 pemerintah mengeluarkan pengumuman yang hanya mengakui
adanya 10 parpol, masing-masing PNI, NU, PKI, PSII, Parkindo, Partai
Katolik, Perti, Murba, dan IPKI. Di antara partai-partai, hanya PKI
yang dapat efektif menjalankan fungsinya sebagai parpol selama periode
ini karena digunakan Bung Karno sebagai kekuatan penyeimbang AD
yang sudah menjadi kekuatan Politik yang utama. Perubahan kepartaian
dan diperkenalkannya golongan fungsional diikuti oleh terjadinya
serius, sementara parlemen mengalami disfungsi. Perubahan parlemen
terpenting terjadi ketika Bung Karno membubarkan parlemen pada 5
Maret 1960 karena adanya penolakan parlemen atas rencana anggaran
yang dajukan pemerintah. Hal ini diikuti oleh rencana pendirian DPR-GR
yang sesuai dengan konstruksi UUD 45 dimana sebagian anggotanya
adalah golongan fungsional. DPR-GR akhirnya dibentuk pada Juli 1960
terlepas dari adanya penentangan sejumlah parpol dan tokoh yang
membentuk “liga demokrasi”. Liga ini terdiri dari partai Katolik,
Masyumi, PSI dan IPKI yang mendapatkan dukungan dari TNI AD, Bung
Hatta, dan sejumlah tokoh NU dan PNI. DPR-GR beranggotakan 263
orang dimana 132nya berasal dari golongan fungsional (7 wakil AD, 7
wakil AU dan AL, 5 polisi dan selebihnya dari organisasi seperti Sobsi,
Gerwani, BTI, Sarpubri, Pemuda rakyat, dan sebagainya).
Berakhirnya masa parlementer di Indonesia, juga berarti
dimulainya system baru di negara ini, yaitu masa demokrasi terpimpin.
Masa ini adalah masa dimana kekuatan presiden sangat kuat, terbukti
dengan slogan NASAKOM-nya, Soekarno memperkuat tiga partai sebagai
inti dari slogan tersebut. Partai itu adalah NU, PNI dan PKI. Yang paling
menonjol adalah PKI yang menguasai mayoritas suara rakyat Indonesia
kala itu. Tapi akhirnya setelah G/30/S/PKI, PKI dicap sebagai partai
terlarang, karena mencoba mengambil alih pemerintahan. Tapi kudeta
yang dilakukan PKI diredam oleh Soeharto yang kala itu mendapat mandat
Setelah Soeharto mendapat jabatan sebagai presiden RI dengan
mengeser Soekarno, maka dimulailah masa orde baru yang dipimpinnya.
Jaman itu memunculkan organisasi non-partai yang bernama Golongan
Karya, yang lebih mengejutkan lagi pada pemilu 1971, Golkar mendapat
suara terbanyak mengalahkan NU, Parmusi, dan PNI. Tahun 1973
mulailah Indonesia menyederhanakan parpol menjadi tiga, yaitu dua
parpol dan satu golongan. Parpol yang berideologi Islam dikumpulakn
menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), partai beraliran nasionalis
dan beberapa partai non-islam dijadikan satu menjadi Partai Demokrasi
Indonesia. Sedangkan satu golongan sisa adalah Golkar yang merupakan
penyokong Soeharto dalam menguasai Indonesia.
Tahun 1998, setelah gelombang reformasi terjadi di Indonesia yang
ditandai dengan tumbangnya rezim Soeharto, maka pemilu dengan sistem
multi partai kembali terjadi di Indonesia. Tidak hanya lima atau 10 partai
saja, tetapi karena aspirasi rakyat yang beragam dan ideology yang
berbeda maka sejak tahun 2004 peserta pemilu bak jamur di musim hujan,
alias munculnya tak terbendung. Inilah gambaran euphoria demokrasi
Indonesia yang dulu sangat dikekang, lalu tiba-tiba dilepaskan begitu saja,
mengakibatkan pluralitas partai yang luar biasa macamnya.
2.1.11 Per an dan Fungsi Par tai Politik
Peran penting Partai Politik jika dibandingkan dengan kelompok
kepentingan dan kelompok masyarakat sipil lainnya, Parpol memainkan
peranan khusus yang tak dapat digantikan oleh organisasi lainnya. Peran
penting tersebut adalah:
• Setelah berhasil mengagregasikan berbagai kepentingan dan nilai yang
ada dalam masyarakat, parpol kemudian mentransformasikannya
menjadi sebuah agenda yang dapat dijadikan platform pemilu.
Diharapkan platform tersebut mampu menarik banyak suara dari
rakyat sehingga parpol akan mendapatkan banyak kursi di parlemen.
Selanjutnya parpol harus mampu mempengaruhi proses politik dalam
legislasi dan implementasi program kebijakan publik.
• Parpol adalah satu-satunya pihak yang dapat menerjemahkan
kepentingan dan nilai masyarakat ke dalam legislasi dan kebijakan
publik yang mengikat. Hal ini dapat mereka lakukan setelah mereka
mendapatkan posisi yang kuat dalam parlemen daerah maupun
nasional.
Fungsi Parpol, di antara banyak fungsi parpol dalam sistem
demokrasi, ada lima yang sangat penting, yaitu:
• Mengagregasikan kepentingan-kepentingan dan nilai-nilai dari
• Menjajaki, membuat, dan memperkenalkan kepada masyarakat
platform pemilu parpol mereka. Mengatur proses pembentukan
kehendak politik dengan menawarkan alternatif-alternatif kebijakan
yang lebih terstruktur.
• Merekrut, mendidik, dan mengawasi staf yang kompeten untuk
jabatan publik dan untuk menduduki kursi di parlemen.
• Memasyarakatkan, mendidik, serta menawarkan kepada
anggota-anggotanya saluran mana yang efektif bagi partisipasi politik mereka
sepanjang masa pemilu.
2.1.12 Konsep Par tai Golkar
Sejarah Partai Golkar bermula pada tahun 1964 dengan berdirinya
Sekber Golkar di masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Sekber
Golkar didirikan oleh golongan militer, khususnya perwira Angkatan
Darat ( seperti Letkol Suhardiman dari SOKSI) menghimpun
berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, dan nelayan dalam
Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar).
Sekber Golkar didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964. Sekber
Golkar ini lahir karena rongrongan dari PKI beserta ormasnya dalam
kehidupan politik baik di dalam maupun di luar Front Nasional yang
makin meningkat. Sekber Golkar ini merupakan wadah dari golongan
fungsional/golongan karya murni yang tidak berada dibawah pengaruh
politik tertentu. Terpilih sebagai Ketua Pertama Sekber Golkar adalah
Jenderal (Mayjen) Suprapto Sukowati lewat Musyawarah Kerja Nasional
(Mukernas) I, Desember 1965.
Jumlah anggota Sekber Golkar ini bertambah dengan pesat, karena
golongan fungsional lain yang menjadi anggota Sekber Golkar dalam
Front Nasional menyadari bahwa perjuangan dari organisasi fungsional
Sekber Golkar adalah untuk menegakkan Pancasila dan UUD 1945.
Semula anggotanya berjumlah 61 organisasi yang kemudian berkembang
hingga mencapai 291 organisasi.
Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR
ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7
(tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:
1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)
2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
4. Organisasi Profesi
5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)
6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
7. Gerakan Pembangunan Untuk menghadapi Pemilu 1971,
Tujuh KINO yang merupakan kekuatan inti dari Sekber GOLKAR
tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970
untuk ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar
yaitu Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak Pemilu
Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut serta menjadi salah
satu konsestan. Pihak parpol memandang remeh keikutsertaan GOLKAR
sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan kemampuan komunikasi
politik GOLKAR kepada grassroot level. NU, PNI dan Parmusi yang
mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin keluar
sebagai pemenang.
Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal
mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR. Hasilnya
di luar dugaan. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan
34.348.673 suara atau 62,79 % dari total perolehan suara. Perolehan
suaranya pun cukup merata di seluruh propinsi, berbeda dengan parpol
yang berpegang kepada basis tradisional.
NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai
Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di
Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak memperoleh suara
signifikan sehingga tidak memperoleh kursi DPR. Kemudian, sesuai
ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali
kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 Sekber GOLKAR
mengubah dirinya menjadi GOLKAR.
GOLKAR menyatakan diri bukan parpol karena terminologi ini
mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan
mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR
Amir Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun
mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia (HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).
Setelah Peristiwa G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan
sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer, melancarkan
aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga
kekuatan Bung Karno. Pada dasarnya Golkar dan TNI-AD merupakan
tulang punggung rezim militer Orde Baru.
Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan
oleh pimpinan militer dan Golkar. Selama puluhan tahun Orde Baru
berkuasa, jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif,
hampir semuanya diduduki oleh kader-kader Golkar. Keluarga besar
Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru
melalui suatu pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer,
jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di
luar birokrasi.
Pemuka ketiga jalur terebut melakukan fungsi pengendalian
terhadap Golkar lewat Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis.
Jadi Pimpinan Pemilu Dalam pemilu Golkar yang berlambang beringin ini
selalu tampil sebagai pememang. Kemenangan Golkar selalu diukir dalam
pemilu di tahun 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Arus reformasi
Tuntutan mundur Presiden Soeharto menggema di mana-mana.
Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan oleh gerakan mahasiswa. Hal ini
kemudian berimbas pada Golkar. Karena Soeharto adalah penasehat partai,
maka Golkar juga dituntut untuk dibubarkan. Saat itu Golkar dicerca di
mana-mana. (http://Golkar.or.id/tentang)
Dalam perjalanannya Partai Golkar mengalami pergolakan politik
di awal-awal era reformasi (1998). Banyak tuntutan gerakan mahasiswa
yang menginginkan partai tersebut dibubarkan. Munculnya gerakan
reformis membuat Golkar berbenah diri menyesuaikan dengan kondisi dan
tantangan zaman. Golkar pun pada pemilu 1999 menempati urutan ke2
setelah PDIP tampil sebagai jawara yang paling banyak menempatkan
kadernya di DPR/MPR diera awal reformasi.
Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era ini
kemudian mati-matian mempertahankan partai. Di bawah kepemimpinan
Akbar, Golkar berubah wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu Golkar juga
mengusung citra sebagai Golkar baru. Upaya Akbar tak sia-sia, dia
berhasil mempertahankan Golkar dari serangan eksternal dan krisis citra,
inilah yang membuat Akbar menjadi ketua umum Golkar yang cukup
legendaris.
Partai Golkar kemudian ikut dalam Pemilu 1999, berkompetisi
bersama partai-partai baru di era multipartai. Pada pemilu pertama di Era
Reformasi ini Partai Golkar mengalami penurunan suara di peringkat ke
kembali unggul. Pada pemilu legislatif 2004 Golkar menjadi pemenang
pemilu legislatif dengan 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah.
Pada Pemilu 2004, Partai Golkar tampil sebagai juara menempati
posisi nomor satu dalam perolehan kursi di DPR dan berhasil
menempatkan HM Jusuf Kalla sebagai wakil Presiden Republik Indonesia
(2004-2009) mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono.
Perjalanan Partai Golkar Pasca Pemilu legislatif dan Pilpres 2009
sangat ditentukan di musyawarah nasional (Munas) yang akan digelar pada
4-7 Oktober di Pekan Baru, Riau. Arah-sikap politik itu akan menjadi
wadah masa depan (transpormasi) partai Berlambang Beringin, apakah
akan masuk dan bergabung dengan SBY-Boediono atau beroposisi seperti
yang pernah dilakukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Posisi saat ini Partai Golkar diombang-ambingkan keadaan, oposisi
berarti mengontrol pemerintah melalui parlemen, berkoalisi dengan PDIP
atau mengikuti suratan takdir Partai Golkar sejak kelahiran hingga
sekarang, bukan partai Penguasa (the rulling party) tapi pendukung
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono.
Pengakuan JK dalam Dialog Golkar Bangkit yang diselenggarakan
oleh SOKSI di Jakarta. Selama menjadi wakil presiden 2004-2009,
“Golkar tidak mendapat apa-apa ketika pemerintahan yang didukungnya
berhasil, begitu pun sebaliknya, kalau pemerintahan yang didukung Golkar
gagal, akan terkena dampak”. Begitupun ketika Partai Golkar mengambil
dengan mengkritik tajam pemerintahan saja kalah dalam pemilu Legislatif
dan Pemilu Presiden 2009. komentar Jusuf Kalla terhadap perjalanan
Golkar terefleksi dalam catatan sejarah politik Partai Golkar dari masa ke
masa. (http://golkarberaromareformisatauorde.IhyarulFahmi.com)
Pada pemilu legislatif 2009 lalu suara Partai Golkar kembali turun
ke posisi dua. Pemenang pemilu dipegang oleh Partai Demokrat. Dalam
Munas VIII di Pekanbaru, Aburizal Bakrie terpilih sebagai ketua umum
menggantikan Jusuf Kalla. Sebagai pimpinan baru partai beringin,
Aburizal bertekad akan kembali membawa Golkar memenangkan pemilu.
Dia menargetkan Golkar menjadi pemenang pertama pemilu legislatif
2014 nanti. Ketua Umum Golkar dari masa ke masa
• Djuhartono (1964-1969)
• Suprapto Sukowati (1969–1973)
• Amir Moertono (1973–1983)
• Sudharmono (1983–1988)
• Wahono (1988–1993)
• Harmoko (1993–1998)
• Akbar Tandjung (1998–2004)
• Jusuf Kalla (2004–2009)
• Aburizal Bakrie (2009–sekarang)
2.1.13 Konsep Bayangan
Bayang-bayang terjadi apabila cahaya terhalang sesuatu, maka
terbentuklah bayang-bayang. Cahaya merambat dalam garis lurus. Bila
cahaya terhalang sesuatu maka akan timbulah bayangan. Jika sumber
cahayanya lemah, seperti matahari pada hari berawan, bayangan tidak
kentara. Ditempat teduh tidak ada bayang-bayang, karena tempat teduh
sudah merupakan bayangan sebuah benda yang menghalangi sinar
matahari. Apabila suatu benda bergerak mendekati cahaya, bayang-bayang
benda tersebut membesar karena benda tersebut menghalangi cahaya
menjadi lebih besar, maka bayang-bayang yang timbul pun akan menjadi
makin besar. Dan apabila benda menjauhi cahaya, bayang-bayang benda
itupun menjadi kecil karena benda tersebut hanya menjadi penghalang
yang semakin kecil.
2.1.14 Mak na Busana J as
Jas adalah baju resmi (potongan Eropa) berlengan panjang,
berkancing satu sampai tiga, dipakai di luar kemeja.
http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
Dari bahan, warna, potongan, dan kapan dipakainya, pada dasarnya
ada empat macam jenis jas. Yaitu, jas sangat resmi, jas resmi, jas harian,
dan jas santai. Bahan, warna, dan potongan jas yang dipakai bergantung
dari waktu dan tingkat kepentingan peristiwa yang hendak diikuti orang.
Secara sosial jas pun punya peran sendiri, bukan sekedar benda
berbentuk dan berfungsi. Jas penah menjadi cap status sosial ketika
awalnya diciptakan di akhir abad 17, tapi pada dua abad berikutnya
berubah menjadi lebih aspiratif ketika orang mulai berpakaian dengan
maksud untuk memperlihatkan jati dirinya.
Sepanjang sejarahnya jas berkonotasi dengan perkembangan sosial
dan berasimilasi dengan kebudayaan Eropa sebelum merembas ke belahan
dunia mana saja sekarang ini. Dengan perjalanan yang tidak singkat jas
pada akhirnya mengalami keterbatasan dan penyempitan peran. Ia kini
sangat terkait dengan dunia kaum pekerja dan tidak lagi dipakai sepanjang
hari.
http://www.matramagz.com/Main-Things/Style/Jas-Pakaian-Pria-Paling
Abadi.html
2.1.15 Mak na Busana Dasi
Dasi, aksesesori leher yang biasa dipakai oleh para anak-anak
sekolah dan pegawai kantoran, atau pekerjaan lain yang mengharuskan
berpakaian rapi. Ternyata sejak zaman batu aksesori leher dan dada sudah
ada, khusunya untuk memberi ciri pada kelompok pria strata tinggi.