BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).
Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen sebagai kelas
yang mendapatkan pembelajaran melalui metode Personalized System of
Instruction (PSI) dan kelas kontrol sebagai pembanding yang mendapatkan metode ekspositori.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes kemampuan komunikasi matematis dan data kualitatif diperoleh dari angket siswa, lembar observasi, dan jurnal. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistical product and service solution (SPSS) v20-32 bit for windows.
Proses penelitian dilakukan selama 2 minggu, dimulai pada tanggal 22 Juli 2012 dan berakhir pada tanggal 3 Agustus 2012. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandung. Dari delapan kelas yang ada, yakni kelas VIII-A sampai kelas VIII-H peneliti mengambil dua kelas sebagai sampel secara acak. Dengan demikian sebagai sampel pada penelitian diperoleh dua kelas yaitu kelas VIII-F dan kelas VIII-G. Satu kelas yaitu kelas VIII-F digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-G sebagai kelas eksperimen. Kedua kelas tersebut diberikan tes awal
(pretest) untuk melihat kemampuan awal kedua kelas dan setelah pembelajaran selesai diberikan tes akhir (post test) untuk melihat kemampuan siswa setelah pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
A.Hasil Penelitian 1) Analisis Hasil Tes
Analisis data hasil tes dilakukan untuk menguji hipotesis “Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode ekspositori”. Sebelum peneliti melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian, terlebih dahulu akan dianalisis mengenai normalitas dan homogenitas data, baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Data yang akan dianalisis adalah hasil tes kemampuan komunikasi matematis yaitu pretest, postest, dan indeks gain.
a. Analisis Data Pretes
Peneliti menganalisis data pretes menggunakan program komputer software SPSS v20-32 bit for windows. Berikut hasil perhitungan statistik deskriptif pretest kelas eksperimen dan kontrol.
Tabel 4.1
Deskripsi Statistik Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok Mean SMI Std.
Deviasi Minimum Maksimum
Pretest Kontrol 17,36 100 6,60 0,00 30,00
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa standar deviasi kelompok kontrol adalah 6,60, rata-ratanya 17,36, dengan skor minimumnya 0,00 dan maksimum 30,00 sedangkan untuk kelompok eksperimen standar deviasi mencapai 8,65, rata-ratanya 19,5, dengan skor minimumnya 0,00 dan maksimumnya 42,00.
1.Uji Normalitas Data Pretes
Untuk menguji normalitas data pretes, digunakan uji statistik
Shapiro-wilk. Dikarenakan data yang digunakan lebih dari 30 buah maka untuk uji
normalitas menggunakan uji Sahpiro-wilk. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah skor pretes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis:
Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
adalah “Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian
statistik dapat dilihat dari Tabel 4.2
Tabel 4.2
Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Normality Shapiro-wilk Statistic Df Sig. Nilai_kontrol Nilai_eksperimen 0,965 0,895 42 42 0,221 0,003
Kriteria Pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji Shapiro-wilk untuk kelompok kontrol adalah 0,221 dan untuk kelompok eksperimen
0,003. Berdasarakan kriteria pengujian maka H0 diterima untuk kelompok
kontrol dan H0 ditolak untuk kelompok eksperimen.
Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data pretes kelompok kontrol berdistribusi normal dan data pretes kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Pretes
Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
H1: Terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara
Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
H0 :
µ
E =µ
KH1 :
µ
E ≠µ
KKeterangan :
µ
E : rata-rata skor pretest kelas eksperimenµ
K : rata-rata skor pretest kelas kontrolDengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
“Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian statistik
dapat dilihat dalam Tabel 4.3
Tabel 4.3
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney Nilai Mann-Whitney U
Wilcoxon W Asymp. Sig. (2-side test)
1.169,000 2.072,000
0,148
Berdasarkan pengujian statistik diperoleh (Sig.) uji Mann-Whitney
sebesar 0,148 ≥ 0,05 artinya H0 diterima. Hal ini berarti, tidak terdapat
perbedaan rata-rata kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen atau dengan kata lain kemampuan awal kedua kelompok adalah sama.
b. Analisis Data Postest
Penulis menggunakan program komputer software SPSS v20-32 bit for windows untuk memudahkan penulis dalam menganalisis data postest.
Tabel 4.4
Deskripsi Statistik Skor Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelompok Mean SMI Std.
Deviasi Minimum Maksimum
Postest Kontrol 29,60 100 9,52 2,00 48,00
Eksperimen 35,90 100 9,58 20,00 55,00
Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh bahwa standar deviasi kelompok kontrol adalah 9,52, rata-ratanya 29,60, dengan skor minimumnya 2,00 dan maksimum 48,00 sedangkan untuk kelompok eksperimen standar deviasi mencapai 9,58, rata-ratanya 35,90, dengan skor minimumnya 20,00 dan maksimumnya 55,00. Selanjutnya akan diuji normalitas dari kedua kelas penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Untuk menguji normalitas data postes, digunakan uji statistik
Shapiro-wilk. Dikarenakan data yang digunakan lebih dari 30 buah maka untuk uji
normalitas menggunakan uji Sahpiro-wilk. Uji normalitas dilakukan untuk
mengetahui apakah skor postes yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
adalah “Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian
statistik dapat dilihat dari tabel 4.5
Tabel 4.5
Uji Normalitas Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Normality Shapiro-wilk Statistic Df Sig. Nilai_kontrol Nilai_eksperimen 0,976 0,912 42 42 0,523 0,040 Kriteria Pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji
Shapiro-wilk untuk kelompok kontrol adalah 0,523 dan untuk kelompok eksperimen
0,040. Berdasarakan kriteria pengujian maka H0 diterima untuk kelompok
kontrol dan H0 ditolak untuk kelompok eksperimen.
Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data postes kelompok kontrol berdistribusi normal dan data postes kelompok eksperimen tidak berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua rata-rata dirumuskan sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan awal komunikasi
matematis antara siswa yang memperoleh metode Personalized
System of Instruction (PSI) dengan siswa yang memperoleh model konvensional
H1: Kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang
menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI)
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model konvensional
Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
H0 :
µ
E =µ
KH1 :
µ
E >µ
KKeterangan :
µ
E : rata-rata skor postest kelas eksperimenµ
K : rata-rata skor postest kelas kontrolDengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
“Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian statistik
Tabel 4.6
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney Nilai Mann-Whitney U
Wilcoxon W Asymp. Sig. (2-side test)
1.189,500 2.092,500
0,006
Dengan menggunakan hasil Tabel 4.6 diperoleh (Sig.) uji
Mann-Whitney sebesar 0,006 < 0,05 artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan
metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori. .
c. Analisis Nilai Indeks Gain
Kemampuan komunikasi matematis antara siswa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah pembelajaran sudah diketahui pada analisis postes dengan kesimpulan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok eksperimen berbeda dengan siswa pada kelompok kontrol. Oleh karena itu analisis gain hanya dilakukan untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol setelah mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) dan metode ekspositori.
Sebelum dianalisis, data gain diubah ke dalam bentuk indeks gain berdasarkan rumus yang telah diketahui. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol cukup dilihat nilai rata-rata indeks gain pada kedua kelompok tersebut. Dengan menggunakan software SPSS 20.0 for windows, diperoleh:
Tabel 4.7
Nilai Rata-rata Indeks Gain
Mean N Kriteria
Kontrol 0,15 42 Rendah
Eksperimen 0,20 42 Rendah
Pada Tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata indeks gain untuk kelompok kontrol adalah 0,15 dimana berdasarkan Tabel 3.9 termasuk dalam kriteria rendah sedangkan nilai rata-rata indeks gain untuk kelompok eksperimen adalah 0,20 yang berdasarkan Tabel 3.9 termasuk dalam kriteria rendah. Dari hasil Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa nilai rata indeks gain kelompok eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata indeks gain kelompok kontrol.
1. Uji Normalitas Nilai Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai indeks gain yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis:
Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
adalah “Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian
normalitas dapat dilihat dari Tabel 4.8
Tabel 4.8
Uji Normalitas Gain Pretes-Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Normality Shapiro-wilk Statistic Df Sig. Nilai_kontrol Nilai_eksperimen 0,949 0,955 42 42 0,042 0,096 Kriteria Pengujian:
Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh signifikansi uji Shapiro-wilk untuk kelompok kontrol adalah 0,042 dan untuk kelompok eksperimen
0,096. Berdasarakan kriteria pengujian maka H0 ditolak untuk kelompok
kontrol dan H0 diterima untuk kelompok eksperimen.
Dari hasil pengujian Shapiro-wilk dapat disimpulkan bahwa data indeks gain kelompok kontrol berdistribusi tidak normal dan data indeks gain kelompok eksperimen berdistribusi normal. Karena salah satu sampel tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians. Sehingga pengujian yang dilakukan selanjutnya adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Mann-Whitney.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Uji kesamaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan uji
non-parametrik Mann-Whitney. Hipotesis dalam pengujian kesamaan dua
rata-rata dirumuskan sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis antara siswa yang memperoleh metode Personalized
System of Instruction (PSI) dengan siswa yang memperoleh metode ekspositori
H1: Peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang
menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI)
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori
Pasangan hipotesis tersebut bila dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
H0 :
µ
E =µ
KH1 :
µ
E >µ
KKeterangan :
µ
E : rata-rata skor gain kelas eksperimenµ
K : rata-rata skor gain kelas kontrolDengan menggunakan taraf signifikansi 5% maka kriteria pengujiannya
“Jika probabilitas (Sig.) ≥ 0,05 maka H0 diterima”. Hasil pengujian statistik
Tabel 4.9
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Mann Whitney Nilai Mann-Whitney U
Wilcoxon W Asymp. Sig. (2-side test)
1.112,500 2.015,500
0,039
Dengan menggunakan hasil Tabel 4.9 diperoleh (Sig.) uji
Mann-Whitney sebesar 0,039 < 0,05 artinya H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode ekspositori.
b. Analisis Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan informasi dari pihak sekolah bahwa nilai kkm matematika untuk SMP Negeri 8 Bandung adalah 65,00. Dengan memperhatikan Tabel 4.4 yang menunjukkan nilai maksimum untuk kelas kontrol sebesar 48.00 dan 55,00 untuk kelas eksperimen maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada seorang pun yang belajarnya tuntas.
2) Hasil Analisis terhadap Angket Respon Siswa
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan metode Personalized System of
Instruction (PSI). Angket respon siswa ini diberikan kepada siswa di kelas eksperimen pada pertemuan terakhir dan diisi oleh 40 orang. Untuk memudahkan pembahasan, analisis angket ini dibagi ke dalam tiga bagian yaitu sebagai berikut:
a. Respon Siswa terhadap Matematika
Respon siswa terhadap matematika yang diukur adalah minat siswa terhadap matematika dan kesungguhan dalam belajar matematika. Pernyataan yang menunjukkan minat siswa terhadap matematika dapat dilihat dalam Tabel 4.10
Tabel 4.10
Indikator Angket melalui Minat Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya
No Aspek yang diukur Respon No Pernyataan
1 Minat siswa terhadap
matematika dan kesungguhan dalam belajar matematika
Positif 1 dan 4
Negatif 11 dan 12
Adapun hasil angket dari respon siswa disajikan pada Tabel 4.11 dibawah ini.
Tabel 4.11
Hasil Angket melalui Minat Siswa terhadap Matematika dan Pembelajarannya
No Pernyataan SS S TS STS
F P F P F P F P
1 Matematika sangat
menarik dan saya senang
mempelajarinya
6 15 23 57,5 11 27,5 0 0
4 Matematika
membantu seseorang dalam berpikir dan pengembangan diri 8 20 25 62,5 7 17,5 0 0 11 Pelajaran Matematika sangat menjemukan 2 5 11 27,5 23 57,5 4 10
12 Saya tak pernah
menyukai
matematika karena
matematika hanya
mempersulit saya
Berdasarkan hasil pengolahan angket respon siswa pada Tabel 4.11 memperlihatkan bahwa untuk penyataan 1 yang mengungkapkan ketertarikan dan senang terhadap matematika, sebanyak 29 siswa (72,5 %) setuju dan sisanya (27,5 %), pernyataan 4 yang mengungkapkan matematika membantu seorang untuk berpikir sebanyak 33 orang (82,5 %) setuju dan sisanya (17,5 %) tidak setuju. Selanjutnya siswa yang setuju dengan pernyataan 11 yang mengungkapkan bahwa pelajaran matematika menjemukan sebanyak 13 orang (32,5 %) dan sisanya (67,5 %) siswa tidak setuju. Serta pernyataan 12 yang mengungkapkan tidak pernah menyukai pelajaran matematika karena sulit sebanyak 8 orang (20 %) dan sisnya 32 orang (80 %) tidak setuju.
Data diatas diperoleh rata-rata skor untuk keempat pernyataan mengenai matematika dan pembelajarannya adalah 4,29 yang menunjukkan bahwa respon siswa terhadap matematika dan pembelajarannya adalah positif.
b. Respon Siswa terhadap Pembelajaran dengan Metode Pesrosnalized System of Instruction (PSI)
Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan metode Personalized System of Intsruction (PSI) diperoleh melalui 10 pernyataan. Pernyataan ini terdiri dari dua kelompok pernyataan yaitu lima pernyataan positif, yakni nomor 3, 5, 7, 14, 16 dan lima pernyataan negatif yakni nomor 2, 6, 8, 13, 15.
Tabel 4.12
Indikator Angket Siswa terhadap Pembelajaran melalui Metode Personalized Systme of Instruction (PSI)
No Aspek yang diukur Respon Nomor pernyataan
2
Respon siswa terhadap
pembelajaran melalui metode Personalized System of Instruction (PSI)
Positif 3, 5, 7, 14, 16
Negatif 2, 6, 8, 13, 15
Adapun hasil angket dari respon siswa disajikan pada Tabel 4.13 di bawah:
Tabel 4.13
Hasil Angket Siswa terhadap Pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI)
No Pernyataan SS S TS STS
F P F P F P F P
2
Tidak terdapat
perbedaan positif
dalam cara saya
belajar dan
berinteraksi dengan sumber belajar sejak
saya mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan metode PSI 2 5 7 17,5 24 60 7 17,5 3
Saya merasa senang dapat
membantu/dibantu teman sekelas dalam
rangkaian kegiatan pembelajaran matematika dengan metode PSI 7 17,5 23 57,5 6 15 4 10 5 Panduan pembelajaran perlu digunakan dalam pembelajaran matematika untuk materi-materi selanjutnya 6 15 22 55 7 17,5 5 12,5 6 Pertanyaan arahan 4 10 11 27,5 21 52,5 4 10
pada panduan pembelajaran tidak membantu saya dalam memahami komunikasi matematis yang dipelajari 7 Kegiatan proctoring
perlu diadakan juga untuk mata pelajaran lain
9 22,5 27 67,5 4 10 0 0
8
Setelah mengikuti
kegiatan proctoring
saya tetap tidak
memahami konsep
3 7,5 7 17,5 24 60 6 15
13
Saya lebih senang
membaca buku pelajaran matematika daripada harus membaca panduan pembelajaran 4 10 6 15 23 57,5 7 17,5 14 Panduan pembelajaran sangat membantu saya untuk mempersiapkan diri sebelum belajar di kelas 8 20 23 57,5 7 17,5 2 5 15 Saya enggan mengikuti proctoring
dan lebih memilih untuk belajar mandiri
1 2,5 3 7,5 27 67,5 9 22,5
16
Kegiatan proctoring
dapat memotivasi
saya untuk bertanya
banyak hal yang
tidak saya pahami
9 22,5 24 60 6 15 1 2,5
Berdasarkan hasil pengolahan data angket, diperoleh dari kelompok pernyataan bersifat positif, respon terhadap pernyataan nomor 3 bahwa siswa merasa senang dapat membantu/dibantu siswa sekelas dalam pembelajaran PSI, sebanyak 30 orang (75 %) setuju dan sisanya sebanyak 10 orang (25 %)
menyatakan tidak setuju. Respon siswa terhadap pernyataan nomor 5 yang menyatakan bahwa panduan pembelajaran perlu digunakan untuk materi-materi selanjutnya, sebanyak 28 org (70 %) menyatakan setuju dan sisanya 12 orang (30 %) menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor 7 yang menyatakan
bahwa kegiatan proctoring perlu diadakan untuk mata pelajaran lain sebanyak
36 orang (90 %) setuju dan sisanya 4 orang (10 %) menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor 14 yang mengungkapkan bahwa panduan pembelajaran sangat membantu persiapan belajar di kelas sebanyak 31 orang (77,5 %) menyatakan setuju dan sisanya 9 orang (22,5 %) menyatakan tidak setuju, selanjutnya untuk pernyataan no 16 yang mengungkapkan kegiatan proctoring dapat memotivasi untuk bertanya banyak hal sebanyak 33 orang (82,5 %) menyatakan setuju dan sisanya 7 orang (17,5 %) menyatakan tidak setuju.
Berdasarkan hasil angket untuk kelompok pernyataan bersifat negatif, respon terhadap pernyataan nomor 2 yang mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan positif dalam cara belajar setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode PSI, sebanyak 9 orang (22,5 %) menyatakan setuju dan 31 orang (77,5 %) menyatakn tidak setuju. Respon siswa terhadap pernyataan nomor 6 yang menyatakan bahwa pertanyaan arahan pada panduan pembelajaran tidak membantu dalam memahami komunikasi matematis, sebanyak 15 orang (37,5 %) menyatakan setuju dan 35 orang (87,5 %) menyatakan tidak setuju. Pernyataan nomor 8 yang mengungkapkan bahwa setelah mengikuti kegiatan proctoring tetap tidak memahami konsep yang diajarkan, sebanyak 10 orang (25 %) menyatakan setuju dan 30 orang (75 %) menyatakan tidak setuju.
Pernyataan nomor 13 yang mengungkapkan bahwa lebih senang membaca buku pelajaran daripada panduan pembelajaran, sebanyak 10 orang (25 %) menyatakan setuju dan 30 orang (75 %) menyatakan tidak setuju. Selanjutnya untuk pernyataan nomor 15 yang mengungkapkan bahwa enggan mengikuti proctoring, sebanyak 4 orang (10 %) menyatakan setuju dan 36 orang (90 %) menyatakan tidak setuju.
Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok pernyataan bersifat positif dan negatif, yaitu respon siswa terhadap pembelajaran melalui metode PSI dalam pembelajaran matematika setelah dirata-ratakan hasilnya adalah 3,72. Hasil ini menunjukkan respon siswa
terhadap pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instructuon
(PSI) tergolong tinggi atau cenderung positif.
c. Respon Siswa terhadap Komunikasi Matematis
Respon siswa yang diukur adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Pernyataan yang menunjukkan respon siswa terhadap komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini:
Tabel 4.14
Indikator Respon Siswa terhadap Komunikasi Matematis
No Aspek yang diukur Respon Nomor Pernyataan
3 Sikap siswa terhadap komunikasi
matematis
Positif 9
Adapun hasil angket dari hasil respon siswa disajikan pada Tabel 4.15 di bawah:
Tabel 4.15
Hasil Angket Siswa terhadap Komunikasi Matematis
No Pernyataan SS S TS STS F P F P F P F P 9 Pembelajaran yang baru diikuti menimbulkan keberanian dalam mengemukakan pendapat, ide, atau gagasan.
4 10 21 52,5 11 27,5 4 10
10
Dalam kelompok saya
lebih senang
berdiskusi hal lain
daripada berdiskusi
tentang matematika
0 0 4 10 27 67,5 9 22,5
Berdasarkan hasil pengolahan angket diperoleh data bahwa respon siswa terhadap pernyataan nomor 9 bahwa pembeajaran yang diikuti menimbulkan keberanian dalam mengemukakan pendapat , sebanyak 25 orang (62,5 %) menyatakan setuju dan 15 orang (37,5 %) menyatakan tidak setuju. Sikap siswa terhadap pernyataan nomor 10 bahwa dalam kelompok lebih senang berdiskusi yang lain daripada berdiskusi matematika, sebanyak 14 orang (35%) setuju dan 26 orang (65 %) menyatakan tidak setuju.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa respon siswa terhadap komunikasi matematis apabila dirata-ratakan adalah 3,64. Hal ini menunjukkan respon siswa terhadap komunikasi matematis tergolong tinggi atau cenderung positif.
3) Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran melaui Metode Personalized System of Instruction (PSI)
Secara umum pelaksanaan pembelajaran matematika melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI) berjalan dengan baik. Tahapan-tahapan yang dilalui yaitu Tahapan-tahapan pendahuluan, aktivitas inti, dan penutup. Observasi dilakukan oleh seorang observer pada setiap kali proses pembelajaran yang dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil observasi dicatat dalam pedoman observasi siswa seperti terlihat dalam Lampiran D. Berikut ini diuraikan beberapa hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran matematika melalui Metode Personalized System of Instruction
(PSI), yaitu:
Sebelum pembelajaran dimulai, siswa diarahkan untuk membuat kelompok sebagaimana yang sudah ditentukan sebelumnya dengan anggota kelompok berkisar 5-6 orang. Aktivitas siswa pada saat pembentukan kelompok dari hasil observasi menunjukkan sudah baik dan terkondisikan dengan baik. Setelah seluruh siswa membentuk kelompok kemudian guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada setiap kelompok untuk dikerjakan dan
didiskusikan dengan teman dalam kelompoknya untuk nantinya
dipresentasikan diakhir pembelajaran. Pada saat diskusi, tutor berperan penting untuk membimbing anggota kelompoknya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok diberi keleluasaan dalam menyampaikan pendapat dan mengeluarkan ide atau gagasannya selama diskusi.
Berdasarkan hasil observasi diperoleh bahwa siswa yang memerlukan bantuan mendapatkan penjelasan dengan baik dari tutornya ketika siswa tersebut bertanya. Setelah diskusi dalam kelompok selesai, kemudian guru memerintahkan kepada seluruh kelompok untuk siap-siap mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan didiskusikan dengan kelompok lain. Setelah selesai presentasi dan diskusi antar kelompok, kemudian siswa dan guru menyimpulkan materi yang sudah dipelajari hari itu, sekaligus merefleksi dan mengevaluasi bersama-sama. Setelah itu siswa diberikan test materi yang sudah dipelajari hari itu.
4) Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan guna untuk menggali lebih dalam lagi permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran matematika. Selain itu wawancara bertujuan untuk menggali lebih jauh lagi mengenai pandangan siswa terhadap pengaruh pembelajaran matematika melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI) terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Pada saat pelaksanaannya, wawancara dilakukan pada beberapa siswa di kelas eksperimen yang dianggap dapat membantu
dalam mengungkapkan sikap maupun apresiasi mereka terhadap
pengembangan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran
melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI). Wawancara
dilakukan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang, rendah dengan tujuan agar siswa tersebut dianggap mewakili kelas eksperimen. Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Setelah siswa memperoleh pembelajaran matematika dengan metode Personalized System of Instruction (PSI), baik siswa kelompok tinggi, sedang, atau rendah berpendapat bahwa mereka senang dengan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan menurut mereka pembelajaran seperti ini bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam memamhami matematika dan lebih menyenangkan karena semua siswa dituntut aktif berperan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
2. Banyak pengalaman yang mereka dapatkan setelah mengikuti
pembelajaran, diantaranya pengalaman bertanya pada guru dan teman kelompok lebih bebas, pengalaman ptresentasi di depan kelas, dan lain sebagainya.
3. Sebagian siswa mengatakan pembelajaran melalui Personalized System of
Instruction (PSI) yang lebih mereka sukai tetapi ada pula sebagian yang mengatakan lebih suka pembelajaran seperti biasa (konvensional).
B.Pembahasan Hasil Penelitian
1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Hasil pengujian data skor rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa kedua kelas yang telah diuraikan pada bab IV bagian A.1 menggambarkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak berbeda secara signifikan. Hal ini berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji non
parametrik Mann-Whitney, skor rata-rata pretes pada taraf signifikansi 5% yang
eksperimen dan kelas kontrol) kemampuan awalnya sama, kemudian dilakukan proses penelitian yaitu dengan memulai proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol, kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran dengan Metode Personalized System of Instruction (PSI) sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode ekspositori, tetapi kedua kelas diberi materi yang sama yaitu Faktorisasi Suku Aljabar.
Setelah seluruh proses pembelajaran selesai, terlihat bahwa penerapan
pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI)
peningkatannya lebih baik terhadap kemampuan komunikasi matematis siwa daripada penerapan metode ekspositori. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan skor rata-rata postes yang cukup signifikan. Pegujian hipotesisnya dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan menggunakan uji non parametrik Mann-Whitney,
skor rata-rata postets yang menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil
pengujian hipotesis pada skor postes menunjukkan bahwa data skor rata-rata postes yang dicapai siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
Penjabaran diatas menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Metode Personalized System of
Instruction (PSI) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode ekspositori.
Selain itu juga jika dilihat dari hasil nilai rata-rata indeks gain kelas eksperimen yaitu 0,20 dan rata-rata nilai indeks gain kelas kontrol yaitu 0,15, dapat disimpulkan juga bahwa kemampuan komunikasi matematis di kelas
eksperimen lebih meningkat yaitu 20% daripada di kelas kontrol yang hanya
mencapai 15% sehingga pembelajaran dengan menggunakan Metode
Personalized System of Instruction (PSI) lebih baik terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP daripada pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori.
2. Ketuntasan Belajar
Seperti dijelaskan pada bagian analisis ketuntasan belajar yang menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun siswa yang tuntas belajarnya, hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yang kurang mendukung selama pembelajaran berlangsung. Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya sebagai berikut:
- Alokasi waktu yang tersedia sangat minim. Penelitian ini berlangsung pada
saat bulan puasa sehingga ada pengurangan waktu pembelajaran. Pada hari-hari biasa pembelajaran berlangsung selama 40 menit per satu jam pelajaran sedangkan pada bulan puasa waktu pembelajaran hanya berlangsung 30 menit per satu jam pelajaran. Sehingga waktu yang diperoleh siswa untuk memahami konsep matematika relatif lebih sedikit.
- Kelas yang digunakan untuk penelitian, baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen adalah kelas siang dimana pembelajaran dimulai pada pukul 12.00 – 15.30. Kegiatan proctoring dilakukan pada saat jam sekolah selesai sehingga
para siswa yang terlibat dalam kegiatan proctoring tidak begitu antusias
mengingat mereka melihat rekan yang lainnya sudah pulang sekolah tetapi
mereka masih harus melakukan kegiatan proctoring. Dengan demikian
3. Respon Siswa pada Pembelajaran dengan Metode Personalized System of Instruction (PSI)
Secara umum siswa kelas eksperimen yang menjadi subjek dalam penelitian ini mempunyai sikap positif terhadap matematika dan pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari minat dan kesungguhan siswa terhadap matematika dan pembelajarannya sehingga selama melakukan pembelajaran berjalan dengan lancar, hal ini dapat dilihat dari skor angket siswa dengan rata-rata 4,29. Untuk respon siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis juga sama menunjukkan kecenderungan yang positif, hal ini bisa dilihat dari rata-rata skor angket siswa pada kemampuan komunikasi matematis yang melebihi skor netral yaitu 3,64 hal ini menunjukkan bahwa siswa senang kepada komunikasi matematis. Begitu juga dengan sikap siswa terhadap penerapan metode
pembelajaran Personalized System of Instruction (PSI), secara umum siswa
bersikap positif jika dilihat dari rata-rata skor angket siswa terhadap pembelajaran ini yaitu 3,72 yang berarti bahwa respon siswa terhadap pembelajaran ini cenderung positif, dalam hal ini siswa merasa senang dan suka belajar dengan menggunakan metode Personalized System of Instruction (PSI).
Melihat data dari hasil angket siswa maka peneliti melakukan wawancara dengan beberapa orang siswa. Hasil dari wawancara tersebut adalah sebagian besar siswa yang diwawancara baik dari kelompok tinggi, sedang, maupun rendah
merespon positif terhadap penerapan pembelajaran dengan metode Perosnalized
membuat mereka semangat belajar, tidak canggung atau malu bertanya baik kepada guru maupun teman sekelompoknya.
4. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran melalui Metode Personalized System of Instruction (PSI)
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa diketahui bahwa
secara keseluruhan pelaksanaan metode pembalajaran Personalized System of
Instruction (PSI) dapat berjalan cukup baik. Seluruh tahapan kegiatan belajar siswa dapat berlangsung secara sistematis dalam setiap pertemuannya. Meskipun pada pertemuan pertama siswa masih susah untuk dikondisikan dan siswa terlihat bingung karena peneliti tidak langsung menjelaskan materi tetapi siswa sendiri yang mengkonstruksi konsep matematika sehingga mereka merasa kesulitan dan aneh. Namun dengan bimbingan yang sistematis yang diberikan oleh guru, akhirnya lama kelamaan siswa menjadi terbiasa dengan metode pembelajaran yang dilakukan.
Adapun kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran ini yaitu alokasi waktu yang tersedia sangat minimal, sehingga harus benar-benar diefektifkan dalam setiap pertemuannya. Selain itu, pelaksanaan kegiatan proctoring kurang berjalan sebagaimana mestinya. pembelajaran ini masih asing untuk siswa sehingga perlu waktu yang lebih lama untuk beradaptasi dan perlu dipahamkan terlebih dahulu dengan bimbingan guru secara perlahan mengenai tekhnis pembelajarannya sebelum penelitian dimulai bahkan dalam setiap pertemuannya.