• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI LANJUT USIA SANGAT MISKIN DAN LANJUT USIA TERLANTAR ( Studi Kasus Di Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN PERMAKANAN BAGI LANJUT USIA SANGAT MISKIN DAN LANJUT USIA TERLANTAR ( Studi Kasus Di Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya )."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Ilmu Administr asi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Disusun Oleh :

DEDDY CAHYO SATRIO PERDANA NPM. 0941010022

YAYASAN KESEJ AHTERAAN P ENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

Kota Sur abaya )

Disusun Oleh :

DEDDY CAHYO SATRIO PERDANA NPM : 0941010022

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui :

Pembimbing,

Tukiman, S.Sos, M.Si

NIP. 196103231989031001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasionl ”Veteran” J awa Timur

Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si

(3)

Kota Sur abaya )

Disusun Oleh :

DEDDY CAHYO SATRIO PERDANA NPM : 0941010022

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Pada Tanggal : 21 J uli 2014

Dosen Pembimbing, Tim Penguji :

Tukiman, S.Sos, M.Si

NIP.196103231989031001

1. Ketua,

Dr. Lukman Arif, M.Si

NIP.196411021994031001

2. Sekr etaris,

Tukiman, S.Sos, M.Si

NIP.196103231989031001

3. Anggota,

Dra. Sr i Wibawani, M.Si

NIP. 196704061994032001

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,

berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Eva lua si Pr ogr am Pember ian Per maka nan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin

Dan Lanjut Usia Ter lanta r (Studi Kasus Di Kar ang Wer dha Kelur a han Gunung

Anyar Tambak Kota Sur abaya)”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum program

studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTtimur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak telah

mendapat bantuan, kerjasama dan sumbangan pemikiran, dan penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada Bapak Tukiman ,

S.Sos., M.Si sebagai dosen pembimbing utama. Tak lupa juga penulis mengucapkan

terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sehingga

penyusunan skripsi ini diantaranya :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

(5)

3. Ibu Dra. Susi Harjati, M.Ap, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Yoyon selaku Pengurus Kepala Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar

Tambak Kota Surabaya.

5. Doa restu Ayah dan Ibu yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman – temanku yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dan semua

mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2009 Progdi Ilmu

Administrasi Negara, banyak terima kasih atas bantuannya.

7. Wanita yang selalu memotivasi dalam rasa malasku, My love Christina Loreta

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu ktitik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata

semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi

penulis dan bagi Fakultas pada umunya serta para pembaca.

Surabaya, Juli 2014

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penelitian terdahulu ... 13

2.2 Landasan Teori ... 16

2.2.1 Kebijakan Publik ... 16

2.2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 16

2.2.1.2 Tahap-Tahap Kebijakan Publik ... 18

2.2.1.3 Sifat Kebijakan Publik ... 20

2.2.2 Definisi Evaluasi Kebijakan Publik ... 21

2.2.2.1 Konsep Evaluasi Kebijakan Publik ... 21

2.2.2.2 Pendekatan Dalam Evaluasi Kebijakan Publik ... 25

2.2.2.3 Tipe Evaluasi Kebijakan Publik ... 28

2.2.2.4 Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik ... 30

(7)

2.2.3.1 Peranan Makanan ... 34

2.2.3.2 Pengertian Permakanan... 35

2.2.4 Pengertian Lansia ... 35

2.2.4.1 Golongan Lansia... 36

2.2.4.2 Tipe Lansia ... 36

2.2.4.3 Hak dan Kewajiban Lansia ... 37

2.5 Kerangkah Berfikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.3 Fokus Penelitian ... 41

3.4 Sumber Data ... 45

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.6 Teknik Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 52

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 52

4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Gunung Anyar Tambak... 52

4.1.1.1 Komposisi Kependudukan... 62

(8)

4.1.2.1 Visi dan Misi Karang Werdha Kelurahan Gunung

Anyar Tambak... 66

4.2 Hasil Penelitian... 73

4.3 Evaluasi Program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar di Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak... 78

4.4 Pembahasan... 86

BAB V PENUTUP... 93

5.1 Kesimpulan... 93

5.2 Saran... 94

(9)

KELURAHAN GUNUNG ANYAR TAMBAK KOTA SURABAYA)

Program pemberian permakanan merupakan salah satu wujud dari upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam pemenuhan kebutuhan dasar permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar. Program pemberian permakanan hanya diselenggarakan di Kota Surabaya. Di Kota Surabaya program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar telah dilaksanakan sejak tahun 2012.Salah satu wilayah yang melaksanakan program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya. Pelaksanaan program ini di awali dengan survey yang dilakukan Dinas Sosial untuk menentukan lokasi. Setelah itu membentuk pengurus Karang Werdha sebagai wadah untuk menampung kegiatan para lanjut usia. Selama ini penerima bantuan telah mengikuti beberapa kegiatan yaitu senam bugar lansia, rekreasi dan pemeriksaan kesehatan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan mengenai evaluasi hasil dari program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar. Adapun subjek penelitian ini yaitu pelaksana yang terdiri dari staf Dinas Sosial, Lurah, dan Pengurus Karang Werdha di Kelurahan Gunung anyar Tambak, serta lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar sebagai penerima bantuan program. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa dokumentasi, observasi serta wawancara. Analisis data yang dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(10)

1.1 Latar Belakang

Kunci keberhasilan kebijakan publik tergantung pada kinerja fungsi manajemen yang ditentukan dari sinkronisasi dan sinergi elemennya.

Terdapat empat tahapan elemen fungsi manajemen yaitu penyusunan, rencana kebijakan, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan dan

evaluasi pelaksanaan kebijakan. Keempat tahapan tersebut merupakan bagian yang saling terkait, saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada tahapan kebijakan yang lain, diantaranya adalah

jaminan sosial.

Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 28 huruf h

menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia juga menegaskan bahwa Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi lanjut

usia agar mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Mewujudkan dan memelihara taraf kesejahteraan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk memperpanjang usia harapan hidup,

(11)

Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para

remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber

penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan

di kota dan akhirnya menetap menjadi masyarakat kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber penghidupan keluarganya. Karena mereka sudah lama tinggal di kota kebanyakan mereka

menetap sampai usia tua. Dan seiring dengan itu banyak kita jumpai paralansia-lansia yang terlantar dalam hidupnya dan tidak mempunyai

kesejahteraan dalam usia tuanya. Banyak sebab yang menjadikan kesenjangan dalam hidup lansia itu karena tidak mempunyai keluarga atau sanak family yang dekat dengan mereka dan mengurus mereka pada waktu

lansia tersebut.

Pemerintah Kota Surabaya bersama Dinas Sosial Kota Surabaya

membuat kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup para lanjut usia di Surabaya melalui Program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin Dan Lanjut Usia Terlantar yang pelaksanaannya

(12)

permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa permakanan bagi lanjut usia sangat

miskin dan lanjut usia terlantar. Hal menarik dari program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar ini merupakan satu-satunya program di Indonesia yang hanya ada di Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya bersama Dinas Sosial Kota Surabaya memberikan pelayanan terhadap PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial)

dengan memberikan permakanan dari kelompok PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) Lansia Terlantar dan Sangat Miskin warga Surabaya dimana data PMKS diperoleh dari data base Dinas Sosial dan

BAPEMAS Kota Surabaya.

Dalam pelaksanannya melibatkan karang werda di kelurahan

se-Surabaya dengan dipandu oleh TKSK (Tenaga Kerja Sukarela Kecamatan) tiap-tiap Kecamatan se-Surabaya.Pelaksanaan permakanan lansia terlantar dan sangat miskin dilaksanakan mulai pada bulan November 2012.

Sejalan dengan perkembangan masalah dan kebutuhan lanjut usia dipandang perlu adanya suatu upaya yang dapat memberikan perlindungan

bagi mereka untuk dapat mewujudkan dan memelihara taraf kesejahteraan sosialnya.

Sebagai upaya perlindungan dan jaminan kesejahteraan bagi

penduduk lanjut usia, Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan program pemberian permakanan untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa

(13)

menjamin efektivitas pelaksanaan operasional dan tertib administrasi penyelenggaraan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan

lanjut usia terlantar, perlu ditetapkan Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar.

Penduduk Lanjut Usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60

(enam puluh) tahun keatas.

Penduduk Lanjut Usia Sangat Miskin adalah penduduk yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas yang tergolong sangat miskin dan tercatat dalam Database Keluarga Miskin yang dimiliki oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Surabaya

dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan Camat di lapangan sesuai dengan kriteria lanjut usia sangat miskin yang ditentukan oleh

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Surabaya. Penduduk Lanjut Usia Terlantar adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, tidak mempunyai bekal

hidup, pekerjaan, penghasilan bahkan tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan tercatat dalam

Database Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Surabaya dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan Camat di lapangan sesuai dengan kriteria lanjut usia terlantar

yang ditentukan oleh Dinas Sosial Kota Surabaya.

(14)

Harga satu paket pemberian permakanan senilai Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per orang per hari.

Penduduk Surabaya pada Januari 2013 sekitar 1.986 orang lansia miskin dan terlantar ada sekitar 10% dari penduduk di Surabaya, sehingga pemerintah Kota Surabaya membentuk Karang Werdha sebagai wadah untuk

menampung kegiatan para lanjut usia, sedangkan yang melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia adalah Kader Karang Werdha.

Beberapa hal yang menjadi perhatian dan prioritas pemerintah Kota Surabaya untuk Karang Werdha atau lanjut usia di Surabaya salah satunya adalah program pemberian makanan setiap hari kepada lansia yang diberikan

kepada Karang werdha di tingkat Kelurahan untuk di distribusikan kepada para lansia miskin dan terlantar di Surabaya.

Kondisi Karang werdha yang sampai saat ini eksistensinya masih belum beroperasi sebagai mana mestinya karena dalam program pemberian permakanan ini pihak Karang Wedha melibatkan jasa catering untuk

membantu pelaksanaan program pemberian permakanan bagi lansia tersebut. Untuk Kelurahan Gunung Anyar Tambak penerima permakanan

untuk lansia terlantar dan sangat miskin berjumlah 32 orang dan besaran rupiah permakanan kota Surabaya sebesar Rp. 10.000,- perhari. Untuk konteks ini pihak lansia merasakan dibantu oleh pemerintah guna

mensejahterahkan hidupnya yang berguna, berkualiatas dan mandiri di usia tuanya. Namun dari hasil tersebut berdasarkan observasi yang dilakukan

(15)

bantuan permakanan tersebut sebab dalam jumlah rupiah pemerintah hanya memberikan uang makan sebesar Rp 10.000,00,- padahal lansia sendiri setiap

harinya memerlukan makan minimal 2x sehari untuk menunjang kesehatan gizi pada tubuhnya. (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi LIPI, 1989).

Makanan sehat adalah mengenai cara memilih makanan yang

seimbang, dan merasakan yang terbaik secara fisik serta mental bagi diri lansia (Arisman,dkk, 2004). Syarat makanan sehat untuk lansia adalah :

1. Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangu, zat pengatur.

2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50% dari

hidrat orang, yang merupakan hidrat orang yang komplek (sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian).

3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori. 4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia yaitu

8-10% dari total kalori (Nugroho, 2000).

Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi LIPI, 1989 untuk pola makanan sehat bagi lanjut usia yaitu kalori 2100, protein 85 gram,

karbohidrat 325 gram, lemak 40 gram.

1. Pagi : 1 gelas susu + gula, roti isi telur (1 butir telur), 1 potong buah (100 gram) dan selanjutnya pemberian 1 gelas sari buah ditambah kue pada

jam 10.00 WIB.

(16)

gram) dan selanjutnya pemberian 1 gelas bubur kacang hijau (50 gram kacang hijau + air santan sekucupnya) pada jam 16.00 WIB.

3. Malam : 10 sendok makan nasi (700 gram), 1 potong / ikan / daging / dan selanjutnya pemberian satu gelas susu menjelang tidur (Arisman, 2004).

Menu adalah susunan hidangan yang disediakan pada waktu makan.

Makanan sehat untuk lansia adalah memilih makanan seimbang dan merasakan teknik secara fisik serta mental bagi diri lansia atau susunan

hidangan yang mengandung cukup unsur gizi yang dibutuhkan lanjut usia (Notoadmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil observasi di Kelurahan Gunung Anyar Tambak

penerima permakanan untuk lansia terlantar 31 orang dan sangat miskin 1 orang berjumlah 32 orang lanjut usia yang merupakan Kelurahan paling

(17)

Tabel 1.1

J umlah penerima manfaat pr ogram pemberian per makanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar di Kota Sur abaya

Sumber : Arsip Dinas Sosial Kota Surabaya 2013

Dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pemerintah memberikan dorongan untuk memperdayakan dan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Upaya pemenuhan kebutuhan lanjut

usia yang dapat dilakukan untuk menjamin tercapainya kesejahteraan lanjut usia, meliputi : Pemenuhan Kebutuh Fisik ( Pangan, Sandang, Papan ). Dalam

pemenuhan kebutuhan Pangan, Sandang, Papan bagi lanjut usia disesuaikan dengan keadaan lanjut usia yaitu kesehatan, kemudahan, keamanan dan kenyamanan.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi:

a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalahpembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi

Kelur ahan Kategori Lanjut Usia Total

(18)

lanjut usia.

b. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya

penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.

c. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam

penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.

d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada

sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak,

pembelian tiket untuk tempat rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam penyediaan

aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan mengenai pemberian

kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui

Program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin Dan Lanjut Usia Terlantar tersebut, buakanlah suatu hal yang berarti tanpa adanya

(19)

bukanlah sesuatu yang berarti jika kebijakan tersebut hanya berhenti pada tahap pembuatan (formulasi) kebijakan tanpa adanya keberlanjutan dalam

upaya pelaksanaan kebijakan. Artinya bahwa kebijakan tersebut hanya sekedar ada tanpa adanya upaya untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Pada dasarnya rencana adalah 20% dari keberhasilan, implementasi adalah

60% sisanya, dan 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi (Nugroho ; 2012:681).

Penduduk yang telah lanjut usia merupakan unsur dari masyarakat yang memiliki resiko tinggi mendapatkan masalah kesehatan baik fisik, mental dan sosial. Penduduk lanjut usia pada umumnya akan

mengalami penurunan kemampuan seperti penurunan kemampuan fisik, emosional, mobilitas, berinteraksi sosial, tingkat kesehatan dan lain-lain.

Sehingga tidak semua lanjut usia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak dan hidupnya bergantung pada bantuan keluarga atau orang lain.

Karang Werdha adalah wadah untuk menampung kegiatan para lanjut usia. Kader Karang Werdha adalah unsur dari Karang Werdha yang

melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran “Evaluasi Program Pemberian Permakanan Lanjut Usia Sangat

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan observasi di lapangan dan latar belakang masalah yang

telah diuraikan diatas, maka dapat diasumsikan banyaknya para lanjut usia sangat miskin dan terlantar di perkotaan Surabaya yang masih banyak yang berkomentar atau mengeluh tentang kurangnya pemberian jatah makanan

yang diberikan pihak pemerintah melalui Dinas Sosial yang di tangani oleh kader Karang Werdha. Maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian

sebagai berikut : “ Bagaimana Evaluasi Program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar di Kota Surabaya Kelurahan Gunung Anyar Tambak sudah merasakan tercukupi atas jatah

pemberian makanan dalam hidupnya yang diperoleh dari program pemberian permakanan bagi lansia di kota Surabaya?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : “

Untuk mengevaluasi apakah para lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar diKelurahan Gunung Anyar Tambak sudah merasakan tercukupi

atas jatah pemberian makanan yang diperoleh dari program pemberian permakanan dari Pemerintah Kota Surabaya”.

1.4 Kegunaan Penelitian

(21)

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat meberikan sumbangan pemikiran dan saran bagi Dinas Sosial Kota Surabaya dan Karang

Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak, sebagai bahan pertimbangan dalam merealisasikan program pemberian permakanan bagi lansia.

2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sebagai bahan studi perbandingan bagi mahasiswa yang mengkaji mengenai topik Evaluasi Program Penyelenggaraan Pemberian

Permakanan Lanjut Usia Kelurahan Gunung Anyar Tambak di Kota Surabaya serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lainnya.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan manfaat bagi penulis dalam mengkaji pengetahuan atau teori yang diperoleh dibangku

(22)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan

penelitian ini, yaitu:

1. Rinda Wahyuni, Vani, Vol 3 No. 2 (2012). Universitas Negeri Surabaya

dalam penelitiannya yang berjudul “KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PEANGGULANAGAN BENCANA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA SEJAHTERAH BAGI LANJUT USIA.” Tujuan

diadakannya penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelayanan pembanguanan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia di RW

VI Kelurahan PohkecikKecamatan Dlanggu Kota Mojokerto. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa pelayanan pembangunan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia dapat dilihat dari beberapa indikator antaralain: a. Tangibles (penampakan

fisik) menunjukan bahwa sudah mampu menciptakan kenyamanan bagi para lansia, b. Reliability (kemampuan) yang dimiliki penyedia layanan juga menunjukkan sudah cukup bagus, c. Responsiveness (daya tanggap)

(23)

2. Hilda, Fauzia Akmal, Vol 9 No. 1, Februari 2012, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dalam penelitiannya yang berjudul “PERBEDAAN ASUPAN

ENERGI, PROTEIN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI ANTARA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA.” Tujuan diadakannya penelitian ini adalah

untuk mengetahui senam bugar lansia merupakan bentuk olahraga yang gerakannya mudah diikuti oleh lansia untuk meningkatkan status

kesehatan dan kebugaran jasmani. Dan menganalisis perbedaan asupan energi, protein, aktivitas fisik dan status gizi antara lansia yang mengukuti dan tidak mengikuti senam bugar lansia. Medode penelitian ini melakukan

pendekatan cross sectional. Subyek adalah 30 lansia rawat jalan di Di Instalasi Geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi, dibagi secara merata menjadi 2 kelompok, yaitu lansia yang mengikuti dan tidak mengukiti senam bugar lansia, Analisis data menggunakan uji Independent T Test dan Mann Whitney U

dengan program SPSS for windows versi 17.0. Dari hasil tersebut terdapat perbedaan bermakna pada aktivitas fisik ( p=0,045) dan status gizi

(p=0,004) kedua kelompok subyek. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan energi (p=0,2378) dan protein (p=0,110). Dari kesimpulan penelitian ini adalah Aktivitas fisik dan status gizi pada

(24)

3. Juniardi, Frans, 2011., Universitas Sumatera Utara dalam penelitiannya yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RENDAHNYA KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS BATANG BERUH KECAMATAN SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor apa yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan Sidikalang

Kabupaten Dairi. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke

posyandu lansia. Faktor-faktor tersebut yaitu pengetahuan lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan prasarana yang kurang

memadai, kurangnya informasi tentang posyandu lansia, ekonomi dan penghasilan, kurangnya dukungan keluarga, sikap dan perilaku lansia yang tertutup, dan adanya fasilitas lain yang diberikan pemerintah.

Penelitian yang dilakukan saat ini mempunyai perbedaan dengan penelitian yang terdahulu. Perbedaannya yaitu terletak pada obyek penelitian

yang berbeda, serta adanya perbedaan waktu dan tempat penelitian. Kemudian penelitian sekarang mengambil judul “ Evaluasi Program Pemberian Permakanan Lanjut Usia sangat miskin dan Lanjut Usia terlantar

(25)

2.2 Landasan Teori

Didalam cara berfikir secara ilmiah, teori sangat dibutuhkan sekali

sebagai tolak ukur berfikir maupun bertindak karena teori merupakan suatu kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori adalah untuk

memberikan suaty landasan berpikir pada penulis dalam usaha untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, dimana

hasilnya belum mampu digunakan pegangan dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapi. Untuk itulah dalam bab ini penulis ketegahkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-maslah sebagai berikut :

2.2.1 Kebijakan Publik

2.2.1.1Pengertian Kebijakan Publik

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat sebagai kelompok sosial dalam suatu negara memerlukan adanya sebuah interaksi antara pemimpin dengan kelompok masyarakatnya. Interaksi antara

kelompok masyarakat dengan pemimpin suatu negara harus berlandaskan atas kemakmuran masyarakat dan cita-cita bangsa negara . Pemerintah dan

masyarakat memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan tujuan dari terbentuknya suatu negara.

Peran pemerintah dalam mewujudkan cita-cita bangsa negara yaitu

(26)

lebih tertata dan terarah. Aturan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat, tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif.

Positif hal ini bermakna perubahan, dan negatif dalam hal ini membawa sebuah pertentangan yang berisikan tidak setujunya sebagian masyarakat terhadap suatu aturan yang dikeluarkan pemerintah.

Aturan-aturan yang diberikan pemerintah, tentunya beriisikan sebuah kebijakan yang terlebih dahulu di rumuskan, dan nantinya dapat di

implementasikan pada masyarakat atau publik, sehingga harapan akan tujuan dari kebijakan tersebut dapat terlaksana.

Konsep kebijakan publik menurut Eston dalam Tangkilisan (2003 :

1) yaitu pengalokasian nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaanya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat

melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai kepada masyarakat.

Menurut Fredericson dan Hart dalam Tangkilisan (2003 : 19) mengatakan, kebijakan adalah “ suatu tindakan yang mengarah pada

tujuan yang diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004 : 29)

(27)

atau aktivitas pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik , apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan .

Menurut James Anderson dalam Agustino (1984:3) kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/ tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok

aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.

Sedangkan menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam Agustino (1973:265), kebijakan publik adalah sebagai keputusan tetap yang dicirikan dengan konsisten dan pengulangan tingkahlaku dari mereka

yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa

kebijakan publik adalah suatu aktivitas pemerintah yang merupakan keputusan pemerintah untuk memecahkan suatu permasalahan publik baik secara langsung maupun lembaga yang berpengaruh pada kehidupan

masyarakat.

2.2.1.2Tahap – Tahap Kebijakan Publik

Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 8 ) tahap-tahap kebijakan dibagi menjadi :

1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting )

(28)

2. Formulasi kebijakan (policy setting )

Mengidentifikasikan kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan

melalui prosedur forcasting untuk memecahkan masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih

3. Adopsi kebijakan (policy adoption)

Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan pilihan

kebijakan melalui dukungan para stakeholders atau pelaku yang terlibat.

4. Isi Kebijakan (policy Implementation)

Implementasi berkaitan denganberbagai kegiatan yangdiarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksecutif mengatur

cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

5. Evaluasi kebijakan (policy assesment)

Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penelitian

(29)

2.2.1.3Sifat Kebijakan Publik

Menurut Agustino (2006 : 9 ) sifat kebijakan publik sebagai bagian

dari suatu kegiatan dapat dimengerti secara baik bila dibagi-bagi dalam beberapa kategori yaitu:

a. Policy Demands atau Permintaan Kebijakan

Merupakan permintaan atau kebutuhan atau klaim yang dibuat oleh warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi dalam

sistem politik , oleh karena adanya masalah yang mereka rasakan. b. Policy Decision atau Putusan Kebijakan.

Adalah putusan yang dibuat oleh pejabat public yang memerintahkan

untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan kebijakan. c. Policy Statement atau Pernyataan Kebijakan

Adalah ungkapan secara formal atau artikulasi dari keputusan politik yang telah ditetapkan.

d. Policy Output atau Hasil kebijakan

Adalah perwujudan nyata dari kebijakan publik atau sesuatu yangs esungguhnya dikerjakan menurut keputusan dan pernyataan kebijakan.

e. Policy Outcome atau Akibat dari kebijakan

Adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat,baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan, yang berasal dari apa yang

(30)

2.2.2 Definisi Evaluasi Kebijakan Publik

2.2.2.1Konsep Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dan proses kebijakan publik. Evaluasi kebijakan publik rnerupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil

yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan kebijakan publik yang telah ditentukan (Muhadjir dalam Widodo,

2009:112).

Anderson dalam Pandji (2008) mengemukakan bahwa Evaluasi adalah the appraisal of assesstment of policy including its content

implement ation and impact (penilaian atau pengukuran kebijakan termasuk isi, implementasi dan dampaknya).

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Jones (1984) dalam Pandji (2008), evaluasi kebijakan adalah “fudging the merit of government processes and program” bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian

terhadap kemampuan pemerintah dalam proses dan programnya. Secara singkat Widodo (2007:111) menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan

merupakan kegiatan untuk melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik.

William M. Dunn ( 2003: 603) mendefinisikan evaluasi dapat

disamakan dengan penalcsiran (appraLsai), pemberian angka (ratting) dan penilaian (assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk

(31)

tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan dan sejauh mana

tujuan kebijakan dapat tercapai. Terkait dengan hal tersebut Subarsono mengemukakan beberapa tujuan dalam evaluasi yang dapat dirinci sebagai beniküt:

a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.

b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan marjaat dan suatu kebijakan.

c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan mengukur

berapa besar dan kualitas pengeluaran dan suatu kebijakan.

d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Dalam hal ini, evaluasi digunakan

untuk melihat dampak positif maupun negatif dari suatu kebijakan. e. Mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin

terjadi dalam pelaksanaan suatu program.

f. Sebagai masukan untuk kebijakan yang akan datang agar kebijakan yang dihasilkan dapat lebih baik.

Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk memberikan rekomendasi dalam membuat kebijakan maupun perbaikan program di masa depan. Altematif rekomendasi yang telah

(32)

a. Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan

b. Kebijakan perlu dirumuskan, namun juga perlu diperbaiki baik dalam

prosedur maupun penerapannya.

c. Perlunya menambah atau mengembangkan strategi dan teknik program-program khusus.

d. Perlunya menerapkan kebijakan program serupa di tempat lain.

e. Perlunya mengalokasikan sumber daya langka di antara program yang

saling berkompetitif.

f. Perlunya menolak atau menerima teori atau pendekatan kebijakan program.

Berdasarkan tujuan dan rekomendasi kebijakan yang telah disebutkan di atas, maka evaluasi memiliki fungsi dalam analisis

kebijakan, (Dunn 1999:609) antara lain sebagai berikut:

a. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan

kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.

b. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap

nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.

c. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi rnetode-metode analisis kebijakan lairinya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.

Evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian terhadap data dan informasi, serta faktor yang ikut menentukan terjadinya masalah. Dengan

(33)

yang perlu dilakukan untuk menanggulangi dan mengatasi kejadian - kejadian yang nantinya dapat muncul dalam suatu penilaian. Terkait

dengan hal tersebut, maka Soenarko (2000;135) mengemukakan bahwa terdapat empat macam kegiatan dalam evaluasi, yaitu:

a. Spesifikasi dan data dari informasi-informasi yang akan dinilai.

b. Pengukuran dengan ukuran tertentu terhadap data-data dari informasi yang dikumpulkan.

c. Analisa terhadap data-data dari informasi dengan memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan dan kesamannya, sehingga menghasilkan kesimpulan yang benar.

d. Pengajuan rekomendasi dengan kekuatan kebenaran analitis, yaitu secara ilmiah dan rasional.

Edward dalam Riant (2008:477) menyatakan bahwa terdapat enam langkah yang harus dilakukan dalam evaluasi kebijakañ, yaitu:

a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi

b. Analisis terhadap masalah

c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan

d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi

e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab lain

(34)

2.2.2.2Pendekatan dalam Evaluasi Kebijakan Publik

Dalam melakukan evaluasi kebijakan, bukan hanya menentukan

tipe evaluasi namun juga menentukan pendekatan-pendekatan apa yang akan digunakan dalam melakukan evaluasi. Berikut ini merupakan tiga pendekatan evaluasi menurut Dunn (1999: 612):

a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)

Merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan. Asumsi dan pendekatan ini yaitu bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (Self

evident). Pendekatan semu menerapkan beberapa metode seperti kuesioner, teknik statistik atau random sampling untuk menjelaskan

hasil dari suatu kebijakan. Bentuk-bentuk utama dari pendekatan ini antara lain eksperimentasi sosial, akuntansi sistem sosial, pemeriksaan sosial, dan sintesis penelitian dan praktik.

b. Evaluasi Formal (Formal Evaluation)

Merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk

menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil suatu kebijakan. Namun hasil tersebut didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Asumsi dan pendekan

ini yaitu bahwa tujuan dan target yang telah diumumkan secara formal merupakan ukuran yang tepat untuk rnanfaat atau nilai kebijakan

(35)

yaitu Undang-Undang, dokumen-dokumen program dan wawancara dengan pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi, mendefinisikan

serta menspesifikasi tujuan dan target kebijakan.

Dalam pendekatan formal terdapat dua tipe untuk memahami evaluasi lebih lanjut yaitu:

a. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang digunakan untuk memantau pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau

program diterapkan untuk jangka waktu tertentu.

b. Evaluasi formatif meliputi usaha-usaha untuk secara terus menerus memantau pencapaian tujuan-tujuan dan target formal.

c. Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision Theoriric Evaluation)

Merupakan suatu pendekatan yang menggunakan metode deskriptif

untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinik oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Evaluasi keputusan teoritis

merupakan cara untuk mengatasi beberapa kekurangan dari evaluasi seluruh dan evaluasi formal:

1) Kurang dan tidak dimanfaatkanya informasi kerja. Dalam hal ini sebagian besar informasi yang dihasilkan melalui evaluasi kurang digunakan untuk memperbaiki pembuatan kebijakan.

(36)

3) Tujuan-tujuan yang saling bertentangan Dalam kenyataannya berbagai pelaku kebijakan dengan tujuan dan target yang saling

berlawanan dalam hampir semua kondisi yang memerlukan evaluasi.

Pendekatan yang telah diuraikan di atas dapat dituangkan

dalam tabel benikut:

Tabel 2.1

Pendekatan-Pendekatan Dalam Evaluasi Kebijakan ver si Dunn

Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-Bentuk

(37)

Penelitian evaluasi program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia ini akan menggunakan pendekatan evaluasi formal

dengan tipe evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil dari program berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan oleh pembuat

kebijakan. Dalam hal ini Program Pemberian Permakanan telah berlangsung di Kelurahan Gunung Anyar Kota Surabaya sejak tahun

2012 dan sampai saat ini. Untuk mengetahui keberhasilan Program tersebut maka evaluasi didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan pemberian permakanan bagi lanjut

usia sangat miskin dan terlantar.

2.2.2.3Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

Sebelum melakukan evaluasi program, seorang peneliti harus menentukan tipe apa yang harus dipilih dalam mengevaluasi program tersebut. Terkait dengan hal itu Widodo (2007:112) membagi evaluasi

menjadi dua tipe, yaitu :

a. Evaluasi hasil (Outcomes of public policy implementation)

Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan dapat diukur melalui sejauh mana tujuan program dapat dicapai, siapa yang paling diuntungkan, bagaimana perbandingan biaya dan manfaatnya,

(38)

b. Evaluasi proses (Processof of public implementation)

Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijkan dapat kesesuaian proses

implementasi dengan petunjuk yang ditetapkan, berapa biaya yang dikeluarkan, siapa yang menerima keuntungan. Sementara itu, Bingham dan Felbinger dalam Nugroho (2008:478) membagi evaluasi

kebijakan menjadi empat jenis, yaitu :

1) Evaluasi Proses, yang fokus pada bagaimana proses implementasi

suatu kebijakan.

2) Evaluasi dampak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan. 3) Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan

yang direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.

4) Meta evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil

atau temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.

Melaksanakan evaluasi tidaklah mudah dan cukup rumit, sehingga Subarsono (2006) mengemukakan bahwa dalam melakukan evaluasi,

evaluator seringkali menghadapi kendala-kendala sebagai berikut : a. Kendala psikologis

Hal ini berkaitan dengan sikap pemerintah yang menganggap bahwa kegiatan evaluasi berkaitan dengan prestasi dirinya yang apabila hasil dari evaluasi menjadi kurang baik akan menghambat karir mereka,

(39)

b. Kendala ekonomis

Tanpa adanya dukungan finansial, kegiatan evaluasi akan terhambat

karena dalam kegiatan ini membutuhkan cukup banyak dana untuk pembiayaan pengolahan data maupun para evaluator.

c. Kendala teknis

Dalam hal ini seringkali evaluator tidak mempunyai data dan informasi yang up to date. Sehingga terdapat kesulitan dalam

mengolah data. d. Kendala politis

Kendala politis seringkali terjadi karena ada kemungkinan dari

masing-masing kelompok saling menutupi kelemahan yang ada pada implementasi kebijakan itu sendiri sehingga evaluasi sering gagal

karena alasan politis.

e. Kurang tersedianya evaluator

Selama ini pemerintah tidak memiliki program untuk mempersiapkan

tenaga kerja berkompeten di bidang evaluasi sehingga di berbagai lembaga pemerintah seringkali kurang tersedianya sumber daya

manusia yang kurang memiliki kompetensi di bidang evaluasi.

2.2.2.4Kriter ia Evaluasi kebijakan Publik

Untuk menilai suatu keberhasilan suatu kebijakan diperlukan

(40)

a. Efektifitas (effectiveness)

Tipe ini berkenaan dengan apakah suatau alternatif mencapaim

hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanannya.

b. Efisiensi (efficiency)

Tipe ini berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan

untuk manghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi adalah merupakan hubungan antara fektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur

dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit atau produk layanan. Kebijakan yang

mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamaka efisien. Kriteria-kriteria yang telah diuraikan di atas dapat dituangkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.2

Kriter ia Evaluasi Kebijakan

Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi

Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai ?

Unit pelayanan

(41)

Poland dalam Soenarko (200:223) juga menyebutkan bahwa kategori mengenai evaluasi yang lebih umum digunakan adalah sebagai

berikut :

1 Effectivenes evaluation, yaitu evaluasi terhadap keberhasilan

pelaksanaan suatu program

2 Efficiency evaluation, yaitu evaluasi terhadap efisiensi pelaksanaan. Evaluasi inilah yang oleh anderson dimaksudkan dengan melihat

pada “cost-benefit-ratio”.

3 Electic evaluation, yaitu evaluasi yang meneliti pemasukan, proses, kriteria-kriteria hasilkegiatan yang dianggap ada kaitannya dengan

hasil program.

Berikut ini merupakan salah satu gambar macam-macam bentuk

evaluasi yang dikemukakan oleh Soenarko (2000:219): Gambar 1

Bentuk evaluasi

Application

Adjasment Adjasment

Evaluation

(42)

Gambar di atas menunjukkan bahwa evaluasi terhadap suatu pelaksanaan kebijakan dapat menimbulkan usulan-usulan atau

rekomendasi untuk perbaikan atau penyesuaian kebijakan yang akan datang.

Berkaitan dengan penjelasan mengenai berbagai tipe serta kriteria

evaluasi, maka penelitian evaluasi program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak ini tidak bermaksud untuk meneliti

keseluruhan tahapan kebijakan, melainkan hanya tahap penilaian hasilnya saja. Dalam hal ini evaluasi program Pemberian Permakanan akan dilakukan dengan menggunakan tipe Evaluasi hasil (Outcomes of

public policy implementation) yang telah dikemukakan oleh Widodo yaitu untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program yang dapat

diukur berdasarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan yang telah dikemukakan oleh Dunn yang meliputi efektivitas dan efisiensi

2.2.3 Definisi Makanan

Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Adapun fungsi makanan untuk tubuh

kita adalah:

1. Sebagai Sumber Energi

Makanan sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mendapatkan energi dan

energi oleh tubuh dimanfaatkan untuk bergerak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sedangkan karbohidrat dan lemak adalah suatu

(43)

menghasilkan kalori 4,1 dan pembakaran 1 gram lemak bisa menghasilkan 9,1 kalori. Jadi semua itu mempunyai hubungan yang

erat dan saling membantu dan membuat tubuh kita dapat beraktivitas dengan baik.

2. Sebagai penghasil kalori dan pengatur suhu serta perlindungan tubuh

Sedangkan unsur-unsur yang banyak dibutuhkan oleh tubuh kita adalah: a. Oksigen

b. Nitrogen c. Karbon d. Hidrogen

Selain unsur yang telah disebutkan diatas masih banyak unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Walaupun unsur-unsur-unsur-unsur yang

disebutkan itu sediktit tetapi mempunyai peranan yang penting untuk tubuh dan tubuh tidak bisa terganggu lagi serta dapat berfungsi dengan baik.

Sedangkan unsur-unsur tersebut terdapat pada makanan yang

mempunyai fungsi untuk membantu tubuh menjalankan proses metabolisme dan pertukaran zat yang ada.

2.2.3.1Peranan Makanan

Untuk memenuhi kebutuhan fisiologi, psikologi dan sosial. Peranan fisiologi seperti pembinaan sel tubuh, tumbesaran dan pemulihan.

(44)

kawan atau saudara-saudara, makan sering menjadi tumpuan utama. Makanan juga penting bagi melambangkan status sosio-ekonomi keluarga.

2.2.3.2Pengertian Permakanan

Menurut PERWALI No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin

dan Lanjut Usia Terlantar, pengertian Permakanan adalah makanan yang diberikan kepada lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar

sebanyak 1 (satu) kali dalam sehari.

2.2.4 Pengertian Lansia (Lanjut Usia)

Menurut PERWALI No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin

dan Lanjut Usia Terlantar, pengertian lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam PERWALI No. 15 Tahun 2013 lansia dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Penduduk Lanjut Usia Sangat Miskin adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas yang tergolong sangat

miskin dan tercatat dalam Database Keluarga Miskin yang dimiliki oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Surabaya dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan

Camat di lapangan sesuai dengan kriteria lanjut usia sangat miskin yang ditentukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga

(45)

b. Penduduk Lanjut Usia Terlantar adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, tidak mempunyai bekal

hidup, pekerjaan, penghasilan bahkan tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan tercatat dalam Database Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Surabaya dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan Camat di lapangan sesuai dengan

kriteria lanjut usia terlantar yang ditentukan oleh Dinas Sosial Kota Surabaya.

2.2.4.1Golongan lansia

Menurut DEPKES RI Lansia digolongkan menjadi tiga, yaitu : a. Pra Lansia : lansia yang berusia 45- 59 Tahun.

b. Usia Lanjut : Lansia yang berusia 60 – 69 Tahun.

c. Usia Lanjut Resiko Tinggi : Lansia yang berusia lebih dari 70 Tahun.

2.2.4.2Tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih mudah beradaptasi dirumah sendiri

dari pada tinggal bersama anaknya, berikut tipe lansia yang dijelaskan menurut Nugroho W (2000) yaitu:

1. Tipe arif bijaksanan

(46)

2. Tipe mandiri

Yaitu seorang lansia yang bersifat selektif terhadap pekerjaan dan

mempunyai kegiatan. 3. Tipe tidak puas

Yaitu seorang lansia yang bersifat menentang proses penuaan yang

menyebabkan hilangnya kecantikan, dan daya tarik jasmani. 4. Tipe pasrah

Yaitu seorang lansia yang menerima dan menunggu nasib baik. 5. Tipe binggung

Yaitu seorang lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,

minder dan pasif.

2.2.4.3Hak dan Kewajiban Lanjut Usia

Berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, pada bab 3 pasal 5 menjelaskan bahwa hak dan kewajiban lansia adalah:

1. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial meliputi :

a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual.

b. Pelayanan kesehatan.

c. Pelayanan kesempatan kerja.

(47)

e. Kemudahaan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum.

f. Kemudahan dalam layanan bantuan hukum perlindungan sosial. g. Perlindungan sosial.

h. Bantuan sosial.

3. Lanjut usia berkewajiban untuk:

a. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarga dalam rangkah menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya.

b. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, ketrampilan, kemampuan dan pengalamannya yang

dimilikinnya kepada generasi penerus.

c. Memberi keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.

2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur

pikir teoritik terhadap pemecahan masalah yang teliti, penjelasan tentang teori dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang mengarang pada pemecahan masalah.

(48)

Gambar 2

Kerangka Berpikir

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 15 Tahun 2013

Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar

Penyelenggaraan Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar :

1. Standar Permakanan

2. Besaran Satuan Permakanan 3. Prosedur Penyelenggaran

Evaluasi Program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar di Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak

Kota Surabaya

Efektifitas Efisiensi

Terwujudnya upaya pemberian perlindungan dan pemeliharaan taraf

(49)

3.1 J enis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara untuk mengghasilkan pengetahuan

dalam pemecahan suatu masalah yang diterapkan dalam bentuk proses penelitian empiris. Proses penelitian empiris meliputi beberapa metode dan

teknik yang dikerjakan dalam waktu tertentu (Zuriah, 2006:6).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dimana penelitian ini dipilih untuk menggambarkan apa yang telah terjadi dan

menjelaskan hal tersebut terjadi (Sugiyono,2009:11).

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif, artinya

data yang dikumpulkan dan analisisnya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moleong; 2004). Sehungga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin mendpatakan informasi sekaligus menjelaskan

fenomena-fenomena yang terjadi dari evaluasi hasil pelaksanaan program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia

Terlantar di Keluruhan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya, masih banyaknya masyarakat lanjut usia yang kurang akan jatah pemberian permakanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Surabaya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(50)

berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Sosial bahwa masyarakat di Keluruhan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya masihkurang akan jatah

pemberian permakanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Surabaya, sedangkan waktu penelitian terhitung sejak dilakukannya penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi dihitung.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah tahap awal lingkup permulaan yang dipilih

sebagai wilayah penjelas umum di tahap umum pertama pelaksaan penelitian sehingga peneliti akan memperoleh gambaran umum tentang subyek atau situasi yang akan diteliti. Penemuan fokus suatu penelitian memiliki dua

tujuan:

1. Penetapan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan adanya

fokus penentuan tempat penelitian menjadi layak.

2. Penentuan fokus secara efektis menetapkan kriteria inklusi untuk menjaring informasi yang mengalir masuk, mungkin data cukup menarik

tetapi dipandang tidak relevan dan itu tidak aakan dihiraukan (Meleong, 1993:237).

Fokus penelitian ini adalah membahas tentang evaluasi program pemberian permakanan dalam aspek kurangnya akan jatah pemberian permakanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Surabaya yang akan

dianalisis dengan menggunakan kriteria evaluasi menurut William N Dunn yang meliputi : Efektivitas dan Efisiensi sehingga kemudian menghasilkan

(51)

1. Efektifitas (effectiveness)

Efektifitas adalah ukuran tingkat pemenuhan output atau

tujuan proses. Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan proses maka dikatakan proses tersebut semakin efektif. Proses yang efektif ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih baik dan

lebih aman. Tipe ini berkenaan dengan apakah suatau alternatif mencapaian hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari

diadakannya tindakan yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanannya, yaitu :

a. Standar permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah makanan yang memenuhi standar gizi bagi lanjut

usia dan mengandung unsur-unsur nasi, sayur, lauk (hewani / nabati) dan buah yang yang diberikan kepada lanjut usia sesuai dengan pedoman penyelenggaraan pemberian permakanan bagi

lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar No 15 Tahun 2013.

b. Besaran satuan permakanan adalah sebagai berikut :

1. Program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar diberikan sebanyak 1 (satu) kali makan

per orang per hari;

(52)

c. Prosedur penyelenggaraan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Sosial tentang Penetapan Kuota dan Data Penerima Manfaat Program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia

Terlantar, selanjutnya Kepala Dinas Sosial membuat perjanjian kerjasama dengan Karang Werdha sebagai pihak

yang akan melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;

2. Karang Werdha yang telah bekerjasama dengan Dinas

Sosial, sebagaimana dimaksud pada angka 1), mengajukan surat permohonan pencairan dana kepada Dinas Sosial yang

diketahui oleh Lurah setempat;

3. Berdasarkan surat permohonan pencairan dana dari Karang Werdha sebagaimana dimaksud pada angka 2), Dinas Sosial

melakukan pembayaran dana kepada Karang Werdha guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan pemberian permakanan bagi

lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;

4. Setelah Karang Werdha menerima dana sebagaimana dimaksud pada angka 3), selanjutnya dana tersebut dikelola sesuai

ketentuan yang berlaku;

5. Karang Werdha yang telah menerima dana sebagaimana

(53)

usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;

6. Karang Werdha melaksanakan pemberian permakanan bagi

lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar sesuai menu yang telah direncanakan sebagaimana dimaksud pada angka 5).

2. Efisiensi (efficiency)

Efisiensi adalah ukuran tinggkat penggunaan sumber daya

dalam suatu proses. Semakin hemat/sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efesien. Proses yang efesien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan

lebih cepat. Tipe ini berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk manghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang

merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi adalah merupakan hubungan antara fektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui

perhitungan biaya per unit atau produk layanan. Kebijakan yang mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien.

a. Program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar diberikan sebanyak 1 (satu) kali makan per orang per hari, sedangkan menurut Widya Karya Nasional Pangan

(54)

(sepuluh ribu rupiah) per orang per hari, namun dilihat dari Widya Karya Nasional Pangan dan gizi LIPI yang menganjurkan makan

2x sehari hal tersebut sangat tidak efesien karena besaran yang diberikan tidak cukup untuk makan 2x sehari dan kurangnya kandungan gizi yang di brikan dari program permakanan tersebut.

3.4 Sumber Data

Sumber data merupakan suatu tindakan atau kata-kata dari

orang-orang yang diamati atau diwawancari dalam suatu penelitian (Moleong, 2004, 157). Sumber data penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian, baik dengan wawancara, observasi, dan alat lainnya. Sumber

data ini diperoleh dari nara sumber yang telah dipilih dan dijadikan subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah:

a. Pelaksana Program Pemberian Permakanan, antara lain sebagai berikut:

1) Staf Dinas Sosial Kota Surabaya

Untuk mendapatkan informasi mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksaan program pemberian permakanan

serta untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak.

(55)

Kasi program Pemberian Permakanan. 2) Lurah Gunung Anyar Tambak

a. Menyampaikan usulan dan susunan pengurus Karang Werdha yang akan melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;

b. Menyampaikan hasil verifikasi dan validasi data lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar kepada Kepala Dinas

Sosial melalui Camat;

c. Menetapkan penerima manfaat program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia

terlantar apabila terjadi perubahan nama, status atau tempat tinggal lanjut usia dengan terlebih dahulu memperoleh

persetujuan dari Camat dan Kepala Dinas Sosial;

d. Mendampingi Karang Werdha selaku pelaksana pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin

dan lanjut usia terlantar dalam menyampaikan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang dilampiri bukti-bukti

pengeluaran yang sah dan lengkap kepada Kepala Dinas Sosial;

e. Meneruskan laporan hasil pelaksanaan kegiatan pemberian

(56)

3) Karang Werdha

a. Melaksanakan pemberian permakanan kepada lanjut usia

sangat miskin dan lanjut usia terlantar sesuai Keputusan Kepala Dinas Sosial tentang Penetapan Kuota dan Data Penerima Manfaat Program Pemberian Permakanan bagi

Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar dan apabila terjadi perubahan nama, status atau tempat

tinggal lanjut usia penerima manfaat, maka lanjut usia penerima manfaat menggunakan data yang telah ditetapkan. b. Menyerahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang

dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap kepada Kepala Dinas Sosial yang pelaksanaannya

didampingi oleh Lurah;

c. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pemberian permakanan bagi Lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia

terlantar setiap 1 (satu) bulan sekali kepada Lurah guna diteruskan kepada Kepala Dinas Sosial melalui Camat.

b. Masyarakat Lanjut Usia penerima bantuan program Pemberian Permakanan

Data yang ingin diperoleh yaitu untuk mengetahui perubahan

atau hasil akibat adanya program Pemberian Permakanandi Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya. Dalam penelitian

(57)

sebanyak 60 orang/lansia namun yang diwawancari 10 orang/lansia. 2. Data Sekunder

Data sekunder ini dilakukan dengan kajian literatur yang berkaitan dengan penelitian dengan mencari buku, peraturan perundang-undangan atau sumber informasi lain yang relevan, guna memperkuat

landasan teori penelitan. Data sekunder diperoleh untuk mendukung analisis yang berkaitan dengan evaluasi program Pemberian Permakanan

di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya. Dalam penelitian ini menjadi sumber data sekunder adalah:

a. Pedoman pelaksanaan program Pemberian permakanan

b. Laporan pelaksanaan prgram Pemberian Permakanan tahun 2013.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara merupkan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab berdasarkan tujuan tertentu

(Sugiyono, 2008). Dalam hal ini inforasi yang ingiin diperoleh dalam penelitian ini yaitu anatara lain mengenai pihak-pihak yang terkait dalam pelaksaan program Pemberian Permakanan serta kegiatan apa saja yang

(58)

melalui pengamatan secara langsung daru suatu obyek yang akan diteliti sehingga peneliti akan mengetahui keadaan yang terjadi dalam obyek

yang akan diteliti. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan evaluasi hasil dari program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota

Surabaya. 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan data dengan cara menenliti dokumen-dokumen, buku panduan, arsip-arsip serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan program Pemberian Permakanan sebagai berikut:

a. Gambaran umum Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya b. Jumlah penerima bantuan program Pemberian Permakanan di

Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya.

c. Laporan kegiatan pelaksanaan program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya.

3.6 Teknik Analis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan

yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

(59)

Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah mmetode yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono

(2003) dimana analisis data kualitatif dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: 1. Pengumpulan Data (Data Colection)

Data dikumpulkan melalui berbagai macam teknik sperti

wawancara, obsevasi dan dokumentasi kemudian doproses melalui pecatatan, pengetikan, pengelompokan dan sebagainya.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan suati kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang menjadi pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting

sehingga data yang diperlukan dapat mendukung penelitian yang dilakukan. Reduksi data ini berlanjut hingga penulisan siatu penelitian

selesai.

3. Penyajian Data (Data Display)

Data-data yang telah direduksi kemudian disajikan melalui

penyajian data. Penyajian data dapat berupa grafik, baga dan bentuk lainnya sehingga akan semakin mudah dipahami.

4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing or verification)

Data-data yang telah diolah tadi dkemudian ditarik sebuah kesimpulan untuk menyimpulkan informasi-informasi yang didapat

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah penerima manfaat program pemberian permakanan bagi lanjut usia
Tabel 2.1 Pendekatan-Pendekatan Dalam Evaluasi Kebijakan versi Dunn
Tabel 2.2
Gambar 1 Bentuk evaluasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan beban kerja mental menggunakan NASA-TLX menunjukkan bahwa pekerja yang termasuk dalam kategori beban kerja mental terberat atau sangat tinggi diterima

Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan yang dilakukan oleh konsumen terkait ketentuan garansi yang diberikan kepada pihak konsumen dalam perjanjian jual beli smartphone di

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN TOWER DENGAN METODE ANALYTIC.. HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus

Kutualueille selviytyvien lohien lukumäärä (a) ja smolttituotanto (b) skenaariossa F, jossa kalastus- kuolevuudet kaikissa lohen elinvaiheissa pienenevät viisi

Murid melihat objek pembelajaran yang telah disediakan oleh guru berkaitan dengan tugas-tugas Rasul. Setiap kumpulan dibekalkan satu kad imbasan yang mengandungi

Penelitian yang dilakukan dengan metode eksperiman ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis sprayer terhadap udara keluaran yang dihasilkan evaporative cooling yang

Pada ketiga informan terlihat adanya keinginan untuk memaafkan pasangan yang disertai dengan afeksi terhadap pasangan seperti rasa empati maupun cinta, yang mana kemudian

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar di kalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan seksual