SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Memper oleh Gelar Sar jana Ilmu Administr asi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Disusun Oleh :
DEDDY CAHYO SATRIO PERDANA NPM. 0941010022
YAYASAN KESEJ AHTERAAN P ENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Kota Sur abaya )
Disusun Oleh :
DEDDY CAHYO SATRIO PERDANA NPM : 0941010022
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui :
Pembimbing,
Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP. 196103231989031001
Mengetahui :
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasionl ”Veteran” J awa Timur
Dra.Ec. Hj. Suparwati, M.Si
Kota Sur abaya )
Disusun Oleh :
DEDDY CAHYO SATRIO PERDANA NPM : 0941010022
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Pr ogram Studi Administr asi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal : 21 J uli 2014
Dosen Pembimbing, Tim Penguji :
Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP.196103231989031001
1. Ketua,
Dr. Lukman Arif, M.Si
NIP.196411021994031001
2. Sekr etaris,
Tukiman, S.Sos, M.Si
NIP.196103231989031001
3. Anggota,
Dra. Sr i Wibawani, M.Si
NIP. 196704061994032001
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
berkat dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Eva lua si Pr ogr am Pember ian Per maka nan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin
Dan Lanjut Usia Ter lanta r (Studi Kasus Di Kar ang Wer dha Kelur a han Gunung
Anyar Tambak Kota Sur abaya)”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum program
studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” JawaTtimur.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak telah
mendapat bantuan, kerjasama dan sumbangan pemikiran, dan penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebanyak – banyaknya kepada Bapak Tukiman ,
S.Sos., M.Si sebagai dosen pembimbing utama. Tak lupa juga penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sehingga
penyusunan skripsi ini diantaranya :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
3. Ibu Dra. Susi Harjati, M.Ap, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Yoyon selaku Pengurus Kepala Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar
Tambak Kota Surabaya.
5. Doa restu Ayah dan Ibu yang selalu memberikan motivasi dan arahan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman – temanku yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dan semua
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Angkatan 2009 Progdi Ilmu
Administrasi Negara, banyak terima kasih atas bantuannya.
7. Wanita yang selalu memotivasi dalam rasa malasku, My love Christina Loreta
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu ktitik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata
semoga dengan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi
penulis dan bagi Fakultas pada umunya serta para pembaca.
Surabaya, Juli 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Kegunaan Penelitian ... 11
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13
2.1 Penelitian terdahulu ... 13
2.2 Landasan Teori ... 16
2.2.1 Kebijakan Publik ... 16
2.2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 16
2.2.1.2 Tahap-Tahap Kebijakan Publik ... 18
2.2.1.3 Sifat Kebijakan Publik ... 20
2.2.2 Definisi Evaluasi Kebijakan Publik ... 21
2.2.2.1 Konsep Evaluasi Kebijakan Publik ... 21
2.2.2.2 Pendekatan Dalam Evaluasi Kebijakan Publik ... 25
2.2.2.3 Tipe Evaluasi Kebijakan Publik ... 28
2.2.2.4 Kriteria Evaluasi Kebijakan Publik ... 30
2.2.3.1 Peranan Makanan ... 34
2.2.3.2 Pengertian Permakanan... 35
2.2.4 Pengertian Lansia ... 35
2.2.4.1 Golongan Lansia... 36
2.2.4.2 Tipe Lansia ... 36
2.2.4.3 Hak dan Kewajiban Lansia ... 37
2.5 Kerangkah Berfikir ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Jenis Penelitian ... 40
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
3.3 Fokus Penelitian ... 41
3.4 Sumber Data ... 45
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.6 Teknik Analisa Data ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 52
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 52
4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Gunung Anyar Tambak... 52
4.1.1.1 Komposisi Kependudukan... 62
4.1.2.1 Visi dan Misi Karang Werdha Kelurahan Gunung
Anyar Tambak... 66
4.2 Hasil Penelitian... 73
4.3 Evaluasi Program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar di Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak... 78
4.4 Pembahasan... 86
BAB V PENUTUP... 93
5.1 Kesimpulan... 93
5.2 Saran... 94
KELURAHAN GUNUNG ANYAR TAMBAK KOTA SURABAYA)
Program pemberian permakanan merupakan salah satu wujud dari upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam pemenuhan kebutuhan dasar permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar. Program pemberian permakanan hanya diselenggarakan di Kota Surabaya. Di Kota Surabaya program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar telah dilaksanakan sejak tahun 2012.Salah satu wilayah yang melaksanakan program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya. Pelaksanaan program ini di awali dengan survey yang dilakukan Dinas Sosial untuk menentukan lokasi. Setelah itu membentuk pengurus Karang Werdha sebagai wadah untuk menampung kegiatan para lanjut usia. Selama ini penerima bantuan telah mengikuti beberapa kegiatan yaitu senam bugar lansia, rekreasi dan pemeriksaan kesehatan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan mengenai evaluasi hasil dari program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar. Adapun subjek penelitian ini yaitu pelaksana yang terdiri dari staf Dinas Sosial, Lurah, dan Pengurus Karang Werdha di Kelurahan Gunung anyar Tambak, serta lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar sebagai penerima bantuan program. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa dokumentasi, observasi serta wawancara. Analisis data yang dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1.1 Latar Belakang
Kunci keberhasilan kebijakan publik tergantung pada kinerja fungsi manajemen yang ditentukan dari sinkronisasi dan sinergi elemennya.
Terdapat empat tahapan elemen fungsi manajemen yaitu penyusunan, rencana kebijakan, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan. Keempat tahapan tersebut merupakan bagian yang saling terkait, saling melengkapi dan masing-masing memberi umpan balik serta masukan kepada tahapan kebijakan yang lain, diantaranya adalah
jaminan sosial.
Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 28 huruf h
menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia juga menegaskan bahwa Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi lanjut
usia agar mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Mewujudkan dan memelihara taraf kesejahteraan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk memperpanjang usia harapan hidup,
Alasan lain mengapa pada tahun 2020 ada kecenderungan jumlah penduduk Lansia yang tinggal di perkotaan menjadi lebih banyak karena para
remaja yang saat ini sudah banyak mengarah menuju kota, mereka itu nantinya sudah tidak tertarik kembali ke desa lagi, karena saudara, keluarga dan bahkan teman-teman tidak banyak lagi yang berada di desa. Sumber
penghidupan dari pertanian sudah kurang menarik lagi bagi mereka, hal ini juga karena pada umumnya penduduk desa yang pergi mencari penghidupan
di kota dan akhirnya menetap menjadi masyarakat kota, pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian untuk digarap sebagai sumber penghidupan keluarganya. Karena mereka sudah lama tinggal di kota kebanyakan mereka
menetap sampai usia tua. Dan seiring dengan itu banyak kita jumpai paralansia-lansia yang terlantar dalam hidupnya dan tidak mempunyai
kesejahteraan dalam usia tuanya. Banyak sebab yang menjadikan kesenjangan dalam hidup lansia itu karena tidak mempunyai keluarga atau sanak family yang dekat dengan mereka dan mengurus mereka pada waktu
lansia tersebut.
Pemerintah Kota Surabaya bersama Dinas Sosial Kota Surabaya
membuat kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup para lanjut usia di Surabaya melalui Program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin Dan Lanjut Usia Terlantar yang pelaksanaannya
permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa permakanan bagi lanjut usia sangat
miskin dan lanjut usia terlantar. Hal menarik dari program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar ini merupakan satu-satunya program di Indonesia yang hanya ada di Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya bersama Dinas Sosial Kota Surabaya memberikan pelayanan terhadap PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial)
dengan memberikan permakanan dari kelompok PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) Lansia Terlantar dan Sangat Miskin warga Surabaya dimana data PMKS diperoleh dari data base Dinas Sosial dan
BAPEMAS Kota Surabaya.
Dalam pelaksanannya melibatkan karang werda di kelurahan
se-Surabaya dengan dipandu oleh TKSK (Tenaga Kerja Sukarela Kecamatan) tiap-tiap Kecamatan se-Surabaya.Pelaksanaan permakanan lansia terlantar dan sangat miskin dilaksanakan mulai pada bulan November 2012.
Sejalan dengan perkembangan masalah dan kebutuhan lanjut usia dipandang perlu adanya suatu upaya yang dapat memberikan perlindungan
bagi mereka untuk dapat mewujudkan dan memelihara taraf kesejahteraan sosialnya.
Sebagai upaya perlindungan dan jaminan kesejahteraan bagi
penduduk lanjut usia, Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan program pemberian permakanan untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa
menjamin efektivitas pelaksanaan operasional dan tertib administrasi penyelenggaraan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan
lanjut usia terlantar, perlu ditetapkan Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar.
Penduduk Lanjut Usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60
(enam puluh) tahun keatas.
Penduduk Lanjut Usia Sangat Miskin adalah penduduk yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas yang tergolong sangat miskin dan tercatat dalam Database Keluarga Miskin yang dimiliki oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Surabaya
dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan Camat di lapangan sesuai dengan kriteria lanjut usia sangat miskin yang ditentukan oleh
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Surabaya. Penduduk Lanjut Usia Terlantar adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, tidak mempunyai bekal
hidup, pekerjaan, penghasilan bahkan tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan tercatat dalam
Database Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Surabaya dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan Camat di lapangan sesuai dengan kriteria lanjut usia terlantar
yang ditentukan oleh Dinas Sosial Kota Surabaya.
Harga satu paket pemberian permakanan senilai Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per orang per hari.
Penduduk Surabaya pada Januari 2013 sekitar 1.986 orang lansia miskin dan terlantar ada sekitar 10% dari penduduk di Surabaya, sehingga pemerintah Kota Surabaya membentuk Karang Werdha sebagai wadah untuk
menampung kegiatan para lanjut usia, sedangkan yang melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia adalah Kader Karang Werdha.
Beberapa hal yang menjadi perhatian dan prioritas pemerintah Kota Surabaya untuk Karang Werdha atau lanjut usia di Surabaya salah satunya adalah program pemberian makanan setiap hari kepada lansia yang diberikan
kepada Karang werdha di tingkat Kelurahan untuk di distribusikan kepada para lansia miskin dan terlantar di Surabaya.
Kondisi Karang werdha yang sampai saat ini eksistensinya masih belum beroperasi sebagai mana mestinya karena dalam program pemberian permakanan ini pihak Karang Wedha melibatkan jasa catering untuk
membantu pelaksanaan program pemberian permakanan bagi lansia tersebut. Untuk Kelurahan Gunung Anyar Tambak penerima permakanan
untuk lansia terlantar dan sangat miskin berjumlah 32 orang dan besaran rupiah permakanan kota Surabaya sebesar Rp. 10.000,- perhari. Untuk konteks ini pihak lansia merasakan dibantu oleh pemerintah guna
mensejahterahkan hidupnya yang berguna, berkualiatas dan mandiri di usia tuanya. Namun dari hasil tersebut berdasarkan observasi yang dilakukan
bantuan permakanan tersebut sebab dalam jumlah rupiah pemerintah hanya memberikan uang makan sebesar Rp 10.000,00,- padahal lansia sendiri setiap
harinya memerlukan makan minimal 2x sehari untuk menunjang kesehatan gizi pada tubuhnya. (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi LIPI, 1989).
Makanan sehat adalah mengenai cara memilih makanan yang
seimbang, dan merasakan yang terbaik secara fisik serta mental bagi diri lansia (Arisman,dkk, 2004). Syarat makanan sehat untuk lansia adalah :
1. Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangu, zat pengatur.
2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lansia adalah 50% dari
hidrat orang, yang merupakan hidrat orang yang komplek (sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian).
3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori. 4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lansia yaitu
8-10% dari total kalori (Nugroho, 2000).
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi LIPI, 1989 untuk pola makanan sehat bagi lanjut usia yaitu kalori 2100, protein 85 gram,
karbohidrat 325 gram, lemak 40 gram.
1. Pagi : 1 gelas susu + gula, roti isi telur (1 butir telur), 1 potong buah (100 gram) dan selanjutnya pemberian 1 gelas sari buah ditambah kue pada
jam 10.00 WIB.
gram) dan selanjutnya pemberian 1 gelas bubur kacang hijau (50 gram kacang hijau + air santan sekucupnya) pada jam 16.00 WIB.
3. Malam : 10 sendok makan nasi (700 gram), 1 potong / ikan / daging / dan selanjutnya pemberian satu gelas susu menjelang tidur (Arisman, 2004).
Menu adalah susunan hidangan yang disediakan pada waktu makan.
Makanan sehat untuk lansia adalah memilih makanan seimbang dan merasakan teknik secara fisik serta mental bagi diri lansia atau susunan
hidangan yang mengandung cukup unsur gizi yang dibutuhkan lanjut usia (Notoadmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil observasi di Kelurahan Gunung Anyar Tambak
penerima permakanan untuk lansia terlantar 31 orang dan sangat miskin 1 orang berjumlah 32 orang lanjut usia yang merupakan Kelurahan paling
Tabel 1.1
J umlah penerima manfaat pr ogram pemberian per makanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar di Kota Sur abaya
Sumber : Arsip Dinas Sosial Kota Surabaya 2013
Dalam Undang-Undang nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pemerintah memberikan dorongan untuk memperdayakan dan meningkatkan kesejahteraan lanjut usia. Upaya pemenuhan kebutuhan lanjut
usia yang dapat dilakukan untuk menjamin tercapainya kesejahteraan lanjut usia, meliputi : Pemenuhan Kebutuh Fisik ( Pangan, Sandang, Papan ). Dalam
pemenuhan kebutuhan Pangan, Sandang, Papan bagi lanjut usia disesuaikan dengan keadaan lanjut usia yaitu kesehatan, kemudahan, keamanan dan kenyamanan.
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi:
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalahpembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi
Kelur ahan Kategori Lanjut Usia Total
lanjut usia.
b. Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya
penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.
c. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
d. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada
sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak,
pembelian tiket untuk tempat rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam penyediaan
aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum. Ketentuan mengenai pemberian
kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui
Program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin Dan Lanjut Usia Terlantar tersebut, buakanlah suatu hal yang berarti tanpa adanya
bukanlah sesuatu yang berarti jika kebijakan tersebut hanya berhenti pada tahap pembuatan (formulasi) kebijakan tanpa adanya keberlanjutan dalam
upaya pelaksanaan kebijakan. Artinya bahwa kebijakan tersebut hanya sekedar ada tanpa adanya upaya untuk melaksanakan kebijakan tersebut. Pada dasarnya rencana adalah 20% dari keberhasilan, implementasi adalah
60% sisanya, dan 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi (Nugroho ; 2012:681).
Penduduk yang telah lanjut usia merupakan unsur dari masyarakat yang memiliki resiko tinggi mendapatkan masalah kesehatan baik fisik, mental dan sosial. Penduduk lanjut usia pada umumnya akan
mengalami penurunan kemampuan seperti penurunan kemampuan fisik, emosional, mobilitas, berinteraksi sosial, tingkat kesehatan dan lain-lain.
Sehingga tidak semua lanjut usia dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara layak dan hidupnya bergantung pada bantuan keluarga atau orang lain.
Karang Werdha adalah wadah untuk menampung kegiatan para lanjut usia. Kader Karang Werdha adalah unsur dari Karang Werdha yang
melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran “Evaluasi Program Pemberian Permakanan Lanjut Usia Sangat
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan observasi di lapangan dan latar belakang masalah yang
telah diuraikan diatas, maka dapat diasumsikan banyaknya para lanjut usia sangat miskin dan terlantar di perkotaan Surabaya yang masih banyak yang berkomentar atau mengeluh tentang kurangnya pemberian jatah makanan
yang diberikan pihak pemerintah melalui Dinas Sosial yang di tangani oleh kader Karang Werdha. Maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut : “ Bagaimana Evaluasi Program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar di Kota Surabaya Kelurahan Gunung Anyar Tambak sudah merasakan tercukupi atas jatah
pemberian makanan dalam hidupnya yang diperoleh dari program pemberian permakanan bagi lansia di kota Surabaya?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : “
Untuk mengevaluasi apakah para lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar diKelurahan Gunung Anyar Tambak sudah merasakan tercukupi
atas jatah pemberian makanan yang diperoleh dari program pemberian permakanan dari Pemerintah Kota Surabaya”.
1.4 Kegunaan Penelitian
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat meberikan sumbangan pemikiran dan saran bagi Dinas Sosial Kota Surabaya dan Karang
Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak, sebagai bahan pertimbangan dalam merealisasikan program pemberian permakanan bagi lansia.
2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Sebagai bahan studi perbandingan bagi mahasiswa yang mengkaji mengenai topik Evaluasi Program Penyelenggaraan Pemberian
Permakanan Lanjut Usia Kelurahan Gunung Anyar Tambak di Kota Surabaya serta sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lainnya.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan manfaat bagi penulis dalam mengkaji pengetahuan atau teori yang diperoleh dibangku
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu:
1. Rinda Wahyuni, Vani, Vol 3 No. 2 (2012). Universitas Negeri Surabaya
dalam penelitiannya yang berjudul “KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PEANGGULANAGAN BENCANA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA SEJAHTERAH BAGI LANJUT USIA.” Tujuan
diadakannya penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelayanan pembanguanan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia di RW
VI Kelurahan PohkecikKecamatan Dlanggu Kota Mojokerto. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pelayanan pembangunan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia dapat dilihat dari beberapa indikator antaralain: a. Tangibles (penampakan
fisik) menunjukan bahwa sudah mampu menciptakan kenyamanan bagi para lansia, b. Reliability (kemampuan) yang dimiliki penyedia layanan juga menunjukkan sudah cukup bagus, c. Responsiveness (daya tanggap)
2. Hilda, Fauzia Akmal, Vol 9 No. 1, Februari 2012, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dalam penelitiannya yang berjudul “PERBEDAAN ASUPAN
ENERGI, PROTEIN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI ANTARA LANJUT USIA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI SENAM BUGAR LANSIA.” Tujuan diadakannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui senam bugar lansia merupakan bentuk olahraga yang gerakannya mudah diikuti oleh lansia untuk meningkatkan status
kesehatan dan kebugaran jasmani. Dan menganalisis perbedaan asupan energi, protein, aktivitas fisik dan status gizi antara lansia yang mengukuti dan tidak mengikuti senam bugar lansia. Medode penelitian ini melakukan
pendekatan cross sectional. Subyek adalah 30 lansia rawat jalan di Di Instalasi Geriatri RSUP Dr. Kariadi Semarang yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, dibagi secara merata menjadi 2 kelompok, yaitu lansia yang mengikuti dan tidak mengukiti senam bugar lansia, Analisis data menggunakan uji Independent T Test dan Mann Whitney U
dengan program SPSS for windows versi 17.0. Dari hasil tersebut terdapat perbedaan bermakna pada aktivitas fisik ( p=0,045) dan status gizi
(p=0,004) kedua kelompok subyek. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan energi (p=0,2378) dan protein (p=0,110). Dari kesimpulan penelitian ini adalah Aktivitas fisik dan status gizi pada
3. Juniardi, Frans, 2011., Universitas Sumatera Utara dalam penelitiannya yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RENDAHNYA KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS BATANG BERUH KECAMATAN SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor apa yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan Sidikalang
Kabupaten Dairi. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke
posyandu lansia. Faktor-faktor tersebut yaitu pengetahuan lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan prasarana yang kurang
memadai, kurangnya informasi tentang posyandu lansia, ekonomi dan penghasilan, kurangnya dukungan keluarga, sikap dan perilaku lansia yang tertutup, dan adanya fasilitas lain yang diberikan pemerintah.
Penelitian yang dilakukan saat ini mempunyai perbedaan dengan penelitian yang terdahulu. Perbedaannya yaitu terletak pada obyek penelitian
yang berbeda, serta adanya perbedaan waktu dan tempat penelitian. Kemudian penelitian sekarang mengambil judul “ Evaluasi Program Pemberian Permakanan Lanjut Usia sangat miskin dan Lanjut Usia terlantar
2.2 Landasan Teori
Didalam cara berfikir secara ilmiah, teori sangat dibutuhkan sekali
sebagai tolak ukur berfikir maupun bertindak karena teori merupakan suatu kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori adalah untuk
memberikan suaty landasan berpikir pada penulis dalam usaha untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas, dimana
hasilnya belum mampu digunakan pegangan dalam hubungannya dengan masalah yang dihadapi. Untuk itulah dalam bab ini penulis ketegahkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah-maslah sebagai berikut :
2.2.1 Kebijakan Publik
2.2.1.1Pengertian Kebijakan Publik
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat sebagai kelompok sosial dalam suatu negara memerlukan adanya sebuah interaksi antara pemimpin dengan kelompok masyarakatnya. Interaksi antara
kelompok masyarakat dengan pemimpin suatu negara harus berlandaskan atas kemakmuran masyarakat dan cita-cita bangsa negara . Pemerintah dan
masyarakat memiliki peran masing-masing dalam mewujudkan tujuan dari terbentuknya suatu negara.
Peran pemerintah dalam mewujudkan cita-cita bangsa negara yaitu
lebih tertata dan terarah. Aturan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat, tentunya akan membawa dampak positif maupun negatif.
Positif hal ini bermakna perubahan, dan negatif dalam hal ini membawa sebuah pertentangan yang berisikan tidak setujunya sebagian masyarakat terhadap suatu aturan yang dikeluarkan pemerintah.
Aturan-aturan yang diberikan pemerintah, tentunya beriisikan sebuah kebijakan yang terlebih dahulu di rumuskan, dan nantinya dapat di
implementasikan pada masyarakat atau publik, sehingga harapan akan tujuan dari kebijakan tersebut dapat terlaksana.
Konsep kebijakan publik menurut Eston dalam Tangkilisan (2003 :
1) yaitu pengalokasian nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaanya mengikat. Sehingga cukup pemerintah yang dapat
melakukan suatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai kepada masyarakat.
Menurut Fredericson dan Hart dalam Tangkilisan (2003 : 19) mengatakan, kebijakan adalah “ suatu tindakan yang mengarah pada
tujuan yang diusulkan oleh seorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu sambil mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau
mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Menurut Leaster dan Stewart dalam Winarno (2004 : 29)
atau aktivitas pemerintah yang didesain untuk mengatasi masalah publik , apakah hal itu riil ataukah masih direncanakan .
Menurut James Anderson dalam Agustino (1984:3) kebijakan publik adalah serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/ tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok
aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.
Sedangkan menurut Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt dalam Agustino (1973:265), kebijakan publik adalah sebagai keputusan tetap yang dicirikan dengan konsisten dan pengulangan tingkahlaku dari mereka
yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa
kebijakan publik adalah suatu aktivitas pemerintah yang merupakan keputusan pemerintah untuk memecahkan suatu permasalahan publik baik secara langsung maupun lembaga yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat.
2.2.1.2Tahap – Tahap Kebijakan Publik
Menurut Dunn dalam Tangkilisan (2003 : 8 ) tahap-tahap kebijakan dibagi menjadi :
1. Penetapan agenda kebijakan (agenda setting )
2. Formulasi kebijakan (policy setting )
Mengidentifikasikan kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan
melalui prosedur forcasting untuk memecahkan masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih
3. Adopsi kebijakan (policy adoption)
Tahap adopsi kebijakan merupakan tahap untuk menentukan pilihan
kebijakan melalui dukungan para stakeholders atau pelaku yang terlibat.
4. Isi Kebijakan (policy Implementation)
Implementasi berkaitan denganberbagai kegiatan yangdiarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksecutif mengatur
cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.
5. Evaluasi kebijakan (policy assesment)
Tahap akhir dari proses pembuatan kebijakan adalah penilaian terhadap kebijakan yang telah diambil dan dilakukan. Dalam penelitian
2.2.1.3Sifat Kebijakan Publik
Menurut Agustino (2006 : 9 ) sifat kebijakan publik sebagai bagian
dari suatu kegiatan dapat dimengerti secara baik bila dibagi-bagi dalam beberapa kategori yaitu:
a. Policy Demands atau Permintaan Kebijakan
Merupakan permintaan atau kebutuhan atau klaim yang dibuat oleh warga masyarakat secara pribadi atau kelompok dengan resmi dalam
sistem politik , oleh karena adanya masalah yang mereka rasakan. b. Policy Decision atau Putusan Kebijakan.
Adalah putusan yang dibuat oleh pejabat public yang memerintahkan
untuk memberi arahan pada kegiatan-kegiatan kebijakan. c. Policy Statement atau Pernyataan Kebijakan
Adalah ungkapan secara formal atau artikulasi dari keputusan politik yang telah ditetapkan.
d. Policy Output atau Hasil kebijakan
Adalah perwujudan nyata dari kebijakan publik atau sesuatu yangs esungguhnya dikerjakan menurut keputusan dan pernyataan kebijakan.
e. Policy Outcome atau Akibat dari kebijakan
Adalah konsekuensi kebijakan yang diterima masyarakat,baik yang diinginkan atau yang tidak diinginkan, yang berasal dari apa yang
2.2.2 Definisi Evaluasi Kebijakan Publik
2.2.2.1Konsep Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi kebijakan publik merupakan salah satu tahapan dan proses kebijakan publik. Evaluasi kebijakan publik rnerupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil
yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan kebijakan publik yang telah ditentukan (Muhadjir dalam Widodo,
2009:112).
Anderson dalam Pandji (2008) mengemukakan bahwa Evaluasi adalah the appraisal of assesstment of policy including its content
implement ation and impact (penilaian atau pengukuran kebijakan termasuk isi, implementasi dan dampaknya).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Jones (1984) dalam Pandji (2008), evaluasi kebijakan adalah “fudging the merit of government processes and program” bahwa evaluasi kebijakan adalah penilaian
terhadap kemampuan pemerintah dalam proses dan programnya. Secara singkat Widodo (2007:111) menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan
merupakan kegiatan untuk melihat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan suatu kebijakan publik.
William M. Dunn ( 2003: 603) mendefinisikan evaluasi dapat
disamakan dengan penalcsiran (appraLsai), pemberian angka (ratting) dan penilaian (assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk
tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan dan sejauh mana
tujuan kebijakan dapat tercapai. Terkait dengan hal tersebut Subarsono mengemukakan beberapa tujuan dalam evaluasi yang dapat dirinci sebagai beniküt:
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat diketahui berapa biaya dan marjaat dan suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan mengukur
berapa besar dan kualitas pengeluaran dan suatu kebijakan.
d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Dalam hal ini, evaluasi digunakan
untuk melihat dampak positif maupun negatif dari suatu kebijakan. e. Mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin
terjadi dalam pelaksanaan suatu program.
f. Sebagai masukan untuk kebijakan yang akan datang agar kebijakan yang dihasilkan dapat lebih baik.
Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk memberikan rekomendasi dalam membuat kebijakan maupun perbaikan program di masa depan. Altematif rekomendasi yang telah
a. Kebijakan perlu diteruskan atau dihentikan
b. Kebijakan perlu dirumuskan, namun juga perlu diperbaiki baik dalam
prosedur maupun penerapannya.
c. Perlunya menambah atau mengembangkan strategi dan teknik program-program khusus.
d. Perlunya menerapkan kebijakan program serupa di tempat lain.
e. Perlunya mengalokasikan sumber daya langka di antara program yang
saling berkompetitif.
f. Perlunya menolak atau menerima teori atau pendekatan kebijakan program.
Berdasarkan tujuan dan rekomendasi kebijakan yang telah disebutkan di atas, maka evaluasi memiliki fungsi dalam analisis
kebijakan, (Dunn 1999:609) antara lain sebagai berikut:
a. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.
b. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap
nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
c. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi rnetode-metode analisis kebijakan lairinya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi.
Evaluasi dapat diartikan sebagai penilaian terhadap data dan informasi, serta faktor yang ikut menentukan terjadinya masalah. Dengan
yang perlu dilakukan untuk menanggulangi dan mengatasi kejadian - kejadian yang nantinya dapat muncul dalam suatu penilaian. Terkait
dengan hal tersebut, maka Soenarko (2000;135) mengemukakan bahwa terdapat empat macam kegiatan dalam evaluasi, yaitu:
a. Spesifikasi dan data dari informasi-informasi yang akan dinilai.
b. Pengukuran dengan ukuran tertentu terhadap data-data dari informasi yang dikumpulkan.
c. Analisa terhadap data-data dari informasi dengan memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan dan kesamannya, sehingga menghasilkan kesimpulan yang benar.
d. Pengajuan rekomendasi dengan kekuatan kebenaran analitis, yaitu secara ilmiah dan rasional.
Edward dalam Riant (2008:477) menyatakan bahwa terdapat enam langkah yang harus dilakukan dalam evaluasi kebijakañ, yaitu:
a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi
b. Analisis terhadap masalah
c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan
d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab lain
2.2.2.2Pendekatan dalam Evaluasi Kebijakan Publik
Dalam melakukan evaluasi kebijakan, bukan hanya menentukan
tipe evaluasi namun juga menentukan pendekatan-pendekatan apa yang akan digunakan dalam melakukan evaluasi. Berikut ini merupakan tiga pendekatan evaluasi menurut Dunn (1999: 612):
a. Evaluasi Semu (Pseudo Evaluation)
Merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan. Asumsi dan pendekatan ini yaitu bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesuatu yang dapat terbukti sendiri (Self
evident). Pendekatan semu menerapkan beberapa metode seperti kuesioner, teknik statistik atau random sampling untuk menjelaskan
hasil dari suatu kebijakan. Bentuk-bentuk utama dari pendekatan ini antara lain eksperimentasi sosial, akuntansi sistem sosial, pemeriksaan sosial, dan sintesis penelitian dan praktik.
b. Evaluasi Formal (Formal Evaluation)
Merupakan pendekatan yang menggunakan metode deskriptif untuk
menghasilkan informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai hasil suatu kebijakan. Namun hasil tersebut didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Asumsi dan pendekan
ini yaitu bahwa tujuan dan target yang telah diumumkan secara formal merupakan ukuran yang tepat untuk rnanfaat atau nilai kebijakan
yaitu Undang-Undang, dokumen-dokumen program dan wawancara dengan pembuat kebijakan untuk mengidentifikasi, mendefinisikan
serta menspesifikasi tujuan dan target kebijakan.
Dalam pendekatan formal terdapat dua tipe untuk memahami evaluasi lebih lanjut yaitu:
a. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang digunakan untuk memantau pencapaian tujuan dan target formal setelah suatu kebijakan atau
program diterapkan untuk jangka waktu tertentu.
b. Evaluasi formatif meliputi usaha-usaha untuk secara terus menerus memantau pencapaian tujuan-tujuan dan target formal.
c. Evaluasi Keputusan Teoritis (Decision Theoriric Evaluation)
Merupakan suatu pendekatan yang menggunakan metode deskriptif
untuk menghasilkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinik oleh berbagai macam pelaku kebijakan. Evaluasi keputusan teoritis
merupakan cara untuk mengatasi beberapa kekurangan dari evaluasi seluruh dan evaluasi formal:
1) Kurang dan tidak dimanfaatkanya informasi kerja. Dalam hal ini sebagian besar informasi yang dihasilkan melalui evaluasi kurang digunakan untuk memperbaiki pembuatan kebijakan.
3) Tujuan-tujuan yang saling bertentangan Dalam kenyataannya berbagai pelaku kebijakan dengan tujuan dan target yang saling
berlawanan dalam hampir semua kondisi yang memerlukan evaluasi.
Pendekatan yang telah diuraikan di atas dapat dituangkan
dalam tabel benikut:
Tabel 2.1
Pendekatan-Pendekatan Dalam Evaluasi Kebijakan ver si Dunn
Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-Bentuk
Penelitian evaluasi program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia ini akan menggunakan pendekatan evaluasi formal
dengan tipe evaluasi sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan setelah program selesai dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil dari program berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan oleh pembuat
kebijakan. Dalam hal ini Program Pemberian Permakanan telah berlangsung di Kelurahan Gunung Anyar Kota Surabaya sejak tahun
2012 dan sampai saat ini. Untuk mengetahui keberhasilan Program tersebut maka evaluasi didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan dalam pedoman penyelenggaraan pemberian permakanan bagi lanjut
usia sangat miskin dan terlantar.
2.2.2.3Tipe Evaluasi Kebijakan Publik
Sebelum melakukan evaluasi program, seorang peneliti harus menentukan tipe apa yang harus dipilih dalam mengevaluasi program tersebut. Terkait dengan hal itu Widodo (2007:112) membagi evaluasi
menjadi dua tipe, yaitu :
a. Evaluasi hasil (Outcomes of public policy implementation)
Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijakan dapat diukur melalui sejauh mana tujuan program dapat dicapai, siapa yang paling diuntungkan, bagaimana perbandingan biaya dan manfaatnya,
b. Evaluasi proses (Processof of public implementation)
Ukuran keberhasilan pelaksanaan kebijkan dapat kesesuaian proses
implementasi dengan petunjuk yang ditetapkan, berapa biaya yang dikeluarkan, siapa yang menerima keuntungan. Sementara itu, Bingham dan Felbinger dalam Nugroho (2008:478) membagi evaluasi
kebijakan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Evaluasi Proses, yang fokus pada bagaimana proses implementasi
suatu kebijakan.
2) Evaluasi dampak, yang fokus pada hasil akhir suatu kebijakan. 3) Evaluasi kebijakan, yang menilai hasil kebijakan dengan tujuan
yang direncanakan dalam kebijakan pada saat dirumuskan.
4) Meta evaluasi, yang merupakan evaluasi terhadap berbagai hasil
atau temuan evaluasi dari berbagai kebijakan yang terkait.
Melaksanakan evaluasi tidaklah mudah dan cukup rumit, sehingga Subarsono (2006) mengemukakan bahwa dalam melakukan evaluasi,
evaluator seringkali menghadapi kendala-kendala sebagai berikut : a. Kendala psikologis
Hal ini berkaitan dengan sikap pemerintah yang menganggap bahwa kegiatan evaluasi berkaitan dengan prestasi dirinya yang apabila hasil dari evaluasi menjadi kurang baik akan menghambat karir mereka,
b. Kendala ekonomis
Tanpa adanya dukungan finansial, kegiatan evaluasi akan terhambat
karena dalam kegiatan ini membutuhkan cukup banyak dana untuk pembiayaan pengolahan data maupun para evaluator.
c. Kendala teknis
Dalam hal ini seringkali evaluator tidak mempunyai data dan informasi yang up to date. Sehingga terdapat kesulitan dalam
mengolah data. d. Kendala politis
Kendala politis seringkali terjadi karena ada kemungkinan dari
masing-masing kelompok saling menutupi kelemahan yang ada pada implementasi kebijakan itu sendiri sehingga evaluasi sering gagal
karena alasan politis.
e. Kurang tersedianya evaluator
Selama ini pemerintah tidak memiliki program untuk mempersiapkan
tenaga kerja berkompeten di bidang evaluasi sehingga di berbagai lembaga pemerintah seringkali kurang tersedianya sumber daya
manusia yang kurang memiliki kompetensi di bidang evaluasi.
2.2.2.4Kriter ia Evaluasi kebijakan Publik
Untuk menilai suatu keberhasilan suatu kebijakan diperlukan
a. Efektifitas (effectiveness)
Tipe ini berkenaan dengan apakah suatau alternatif mencapaim
hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanannya.
b. Efisiensi (efficiency)
Tipe ini berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan
untuk manghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi adalah merupakan hubungan antara fektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur
dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit atau produk layanan. Kebijakan yang
mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamaka efisien. Kriteria-kriteria yang telah diuraikan di atas dapat dituangkan dalam tabel berikut :
Tabel 2.2
Kriter ia Evaluasi Kebijakan
Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi
Efektifitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai ?
Unit pelayanan
Poland dalam Soenarko (200:223) juga menyebutkan bahwa kategori mengenai evaluasi yang lebih umum digunakan adalah sebagai
berikut :
1 Effectivenes evaluation, yaitu evaluasi terhadap keberhasilan
pelaksanaan suatu program
2 Efficiency evaluation, yaitu evaluasi terhadap efisiensi pelaksanaan. Evaluasi inilah yang oleh anderson dimaksudkan dengan melihat
pada “cost-benefit-ratio”.
3 Electic evaluation, yaitu evaluasi yang meneliti pemasukan, proses, kriteria-kriteria hasilkegiatan yang dianggap ada kaitannya dengan
hasil program.
Berikut ini merupakan salah satu gambar macam-macam bentuk
evaluasi yang dikemukakan oleh Soenarko (2000:219): Gambar 1
Bentuk evaluasi
Application
Adjasment Adjasment
Evaluation
Gambar di atas menunjukkan bahwa evaluasi terhadap suatu pelaksanaan kebijakan dapat menimbulkan usulan-usulan atau
rekomendasi untuk perbaikan atau penyesuaian kebijakan yang akan datang.
Berkaitan dengan penjelasan mengenai berbagai tipe serta kriteria
evaluasi, maka penelitian evaluasi program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak ini tidak bermaksud untuk meneliti
keseluruhan tahapan kebijakan, melainkan hanya tahap penilaian hasilnya saja. Dalam hal ini evaluasi program Pemberian Permakanan akan dilakukan dengan menggunakan tipe Evaluasi hasil (Outcomes of
public policy implementation) yang telah dikemukakan oleh Widodo yaitu untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program yang dapat
diukur berdasarkan kriteria-kriteria evaluasi kebijakan yang telah dikemukakan oleh Dunn yang meliputi efektivitas dan efisiensi
2.2.3 Definisi Makanan
Makanan merupakan bahan yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang guna kelangsungan hidupnya. Adapun fungsi makanan untuk tubuh
kita adalah:
1. Sebagai Sumber Energi
Makanan sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk mendapatkan energi dan
energi oleh tubuh dimanfaatkan untuk bergerak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Sedangkan karbohidrat dan lemak adalah suatu
menghasilkan kalori 4,1 dan pembakaran 1 gram lemak bisa menghasilkan 9,1 kalori. Jadi semua itu mempunyai hubungan yang
erat dan saling membantu dan membuat tubuh kita dapat beraktivitas dengan baik.
2. Sebagai penghasil kalori dan pengatur suhu serta perlindungan tubuh
Sedangkan unsur-unsur yang banyak dibutuhkan oleh tubuh kita adalah: a. Oksigen
b. Nitrogen c. Karbon d. Hidrogen
Selain unsur yang telah disebutkan diatas masih banyak unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Walaupun unsur-unsur-unsur-unsur yang
disebutkan itu sediktit tetapi mempunyai peranan yang penting untuk tubuh dan tubuh tidak bisa terganggu lagi serta dapat berfungsi dengan baik.
Sedangkan unsur-unsur tersebut terdapat pada makanan yang
mempunyai fungsi untuk membantu tubuh menjalankan proses metabolisme dan pertukaran zat yang ada.
2.2.3.1Peranan Makanan
Untuk memenuhi kebutuhan fisiologi, psikologi dan sosial. Peranan fisiologi seperti pembinaan sel tubuh, tumbesaran dan pemulihan.
kawan atau saudara-saudara, makan sering menjadi tumpuan utama. Makanan juga penting bagi melambangkan status sosio-ekonomi keluarga.
2.2.3.2Pengertian Permakanan
Menurut PERWALI No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin
dan Lanjut Usia Terlantar, pengertian Permakanan adalah makanan yang diberikan kepada lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar
sebanyak 1 (satu) kali dalam sehari.
2.2.4 Pengertian Lansia (Lanjut Usia)
Menurut PERWALI No. 15 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin
dan Lanjut Usia Terlantar, pengertian lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam PERWALI No. 15 Tahun 2013 lansia dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Penduduk Lanjut Usia Sangat Miskin adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas yang tergolong sangat
miskin dan tercatat dalam Database Keluarga Miskin yang dimiliki oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Surabaya dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan
Camat di lapangan sesuai dengan kriteria lanjut usia sangat miskin yang ditentukan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
b. Penduduk Lanjut Usia Terlantar adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas, tidak mempunyai bekal
hidup, pekerjaan, penghasilan bahkan tidak mempunyai sanak saudara yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak dan tercatat dalam Database Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
yang dimiliki oleh Dinas Sosial Kota Surabaya dan/atau berdasarkan hasil temuan/verifikasi Lurah dan Camat di lapangan sesuai dengan
kriteria lanjut usia terlantar yang ditentukan oleh Dinas Sosial Kota Surabaya.
2.2.4.1Golongan lansia
Menurut DEPKES RI Lansia digolongkan menjadi tiga, yaitu : a. Pra Lansia : lansia yang berusia 45- 59 Tahun.
b. Usia Lanjut : Lansia yang berusia 60 – 69 Tahun.
c. Usia Lanjut Resiko Tinggi : Lansia yang berusia lebih dari 70 Tahun.
2.2.4.2Tipe Lansia
Pada umumnya lansia lebih mudah beradaptasi dirumah sendiri
dari pada tinggal bersama anaknya, berikut tipe lansia yang dijelaskan menurut Nugroho W (2000) yaitu:
1. Tipe arif bijaksanan
2. Tipe mandiri
Yaitu seorang lansia yang bersifat selektif terhadap pekerjaan dan
mempunyai kegiatan. 3. Tipe tidak puas
Yaitu seorang lansia yang bersifat menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, dan daya tarik jasmani. 4. Tipe pasrah
Yaitu seorang lansia yang menerima dan menunggu nasib baik. 5. Tipe binggung
Yaitu seorang lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
minder dan pasif.
2.2.4.3Hak dan Kewajiban Lanjut Usia
Berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, pada bab 3 pasal 5 menjelaskan bahwa hak dan kewajiban lansia adalah:
1. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial meliputi :
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual.
b. Pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kesempatan kerja.
e. Kemudahaan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum.
f. Kemudahan dalam layanan bantuan hukum perlindungan sosial. g. Perlindungan sosial.
h. Bantuan sosial.
3. Lanjut usia berkewajiban untuk:
a. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarga dalam rangkah menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya.
b. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, ketrampilan, kemampuan dan pengalamannya yang
dimilikinnya kepada generasi penerus.
c. Memberi keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
2.5 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan penjelasan spesifik mengenai alur
pikir teoritik terhadap pemecahan masalah yang teliti, penjelasan tentang teori dasar yang digunakan untuk menggambarkan alur teori atau jalinan teori yang mengarang pada pemecahan masalah.
Gambar 2
Kerangka Berpikir
Peraturan Walikota Surabaya Nomor 15 Tahun 2013
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar
Penyelenggaraan Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar :
1. Standar Permakanan
2. Besaran Satuan Permakanan 3. Prosedur Penyelenggaran
Evaluasi Program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar di Karang Werdha Kelurahan Gunung Anyar Tambak
Kota Surabaya
Efektifitas Efisiensi
Terwujudnya upaya pemberian perlindungan dan pemeliharaan taraf
3.1 J enis Penelitian
Metode penelitian merupakan cara untuk mengghasilkan pengetahuan
dalam pemecahan suatu masalah yang diterapkan dalam bentuk proses penelitian empiris. Proses penelitian empiris meliputi beberapa metode dan
teknik yang dikerjakan dalam waktu tertentu (Zuriah, 2006:6).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dimana penelitian ini dipilih untuk menggambarkan apa yang telah terjadi dan
menjelaskan hal tersebut terjadi (Sugiyono,2009:11).
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif, artinya
data yang dikumpulkan dan analisisnya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka (Moleong; 2004). Sehungga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin mendpatakan informasi sekaligus menjelaskan
fenomena-fenomena yang terjadi dari evaluasi hasil pelaksanaan program Pemberian Permakanan Bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia
Terlantar di Keluruhan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya, masih banyaknya masyarakat lanjut usia yang kurang akan jatah pemberian permakanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Surabaya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Sosial bahwa masyarakat di Keluruhan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya masihkurang akan jatah
pemberian permakanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Surabaya, sedangkan waktu penelitian terhitung sejak dilakukannya penyusunan proposal hingga penyusunan skripsi dihitung.
3.3 Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah tahap awal lingkup permulaan yang dipilih
sebagai wilayah penjelas umum di tahap umum pertama pelaksaan penelitian sehingga peneliti akan memperoleh gambaran umum tentang subyek atau situasi yang akan diteliti. Penemuan fokus suatu penelitian memiliki dua
tujuan:
1. Penetapan fokus membatasi studi yang berarti bahwa dengan adanya
fokus penentuan tempat penelitian menjadi layak.
2. Penentuan fokus secara efektis menetapkan kriteria inklusi untuk menjaring informasi yang mengalir masuk, mungkin data cukup menarik
tetapi dipandang tidak relevan dan itu tidak aakan dihiraukan (Meleong, 1993:237).
Fokus penelitian ini adalah membahas tentang evaluasi program pemberian permakanan dalam aspek kurangnya akan jatah pemberian permakanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Surabaya yang akan
dianalisis dengan menggunakan kriteria evaluasi menurut William N Dunn yang meliputi : Efektivitas dan Efisiensi sehingga kemudian menghasilkan
1. Efektifitas (effectiveness)
Efektifitas adalah ukuran tingkat pemenuhan output atau
tujuan proses. Semakin tinggi pencapaian target atau tujuan proses maka dikatakan proses tersebut semakin efektif. Proses yang efektif ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih baik dan
lebih aman. Tipe ini berkenaan dengan apakah suatau alternatif mencapaian hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari
diadakannya tindakan yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanannya, yaitu :
a. Standar permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah makanan yang memenuhi standar gizi bagi lanjut
usia dan mengandung unsur-unsur nasi, sayur, lauk (hewani / nabati) dan buah yang yang diberikan kepada lanjut usia sesuai dengan pedoman penyelenggaraan pemberian permakanan bagi
lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar No 15 Tahun 2013.
b. Besaran satuan permakanan adalah sebagai berikut :
1. Program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar diberikan sebanyak 1 (satu) kali makan
per orang per hari;
c. Prosedur penyelenggaraan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Sosial tentang Penetapan Kuota dan Data Penerima Manfaat Program Pemberian Permakanan bagi Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia
Terlantar, selanjutnya Kepala Dinas Sosial membuat perjanjian kerjasama dengan Karang Werdha sebagai pihak
yang akan melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;
2. Karang Werdha yang telah bekerjasama dengan Dinas
Sosial, sebagaimana dimaksud pada angka 1), mengajukan surat permohonan pencairan dana kepada Dinas Sosial yang
diketahui oleh Lurah setempat;
3. Berdasarkan surat permohonan pencairan dana dari Karang Werdha sebagaimana dimaksud pada angka 2), Dinas Sosial
melakukan pembayaran dana kepada Karang Werdha guna memenuhi kebutuhan pelaksanaan pemberian permakanan bagi
lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;
4. Setelah Karang Werdha menerima dana sebagaimana dimaksud pada angka 3), selanjutnya dana tersebut dikelola sesuai
ketentuan yang berlaku;
5. Karang Werdha yang telah menerima dana sebagaimana
usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;
6. Karang Werdha melaksanakan pemberian permakanan bagi
lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar sesuai menu yang telah direncanakan sebagaimana dimaksud pada angka 5).
2. Efisiensi (efficiency)
Efisiensi adalah ukuran tinggkat penggunaan sumber daya
dalam suatu proses. Semakin hemat/sedikit penggunaan sumber daya, maka prosesnya dikatakan semakin efesien. Proses yang efesien ditandai dengan perbaikan proses sehingga menjadi lebih murah dan
lebih cepat. Tipe ini berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk manghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Efisiensi yang
merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi adalah merupakan hubungan antara fektifitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya ditentukan melalui
perhitungan biaya per unit atau produk layanan. Kebijakan yang mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien.
a. Program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar diberikan sebanyak 1 (satu) kali makan per orang per hari, sedangkan menurut Widya Karya Nasional Pangan
(sepuluh ribu rupiah) per orang per hari, namun dilihat dari Widya Karya Nasional Pangan dan gizi LIPI yang menganjurkan makan
2x sehari hal tersebut sangat tidak efesien karena besaran yang diberikan tidak cukup untuk makan 2x sehari dan kurangnya kandungan gizi yang di brikan dari program permakanan tersebut.
3.4 Sumber Data
Sumber data merupakan suatu tindakan atau kata-kata dari
orang-orang yang diamati atau diwawancari dalam suatu penelitian (Moleong, 2004, 157). Sumber data penelitian ini adalah sebgai berikut:
1. Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian, baik dengan wawancara, observasi, dan alat lainnya. Sumber
data ini diperoleh dari nara sumber yang telah dipilih dan dijadikan subyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah:
a. Pelaksana Program Pemberian Permakanan, antara lain sebagai berikut:
1) Staf Dinas Sosial Kota Surabaya
Untuk mendapatkan informasi mengenai pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksaan program pemberian permakanan
serta untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak.
Kasi program Pemberian Permakanan. 2) Lurah Gunung Anyar Tambak
a. Menyampaikan usulan dan susunan pengurus Karang Werdha yang akan melaksanakan pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar;
b. Menyampaikan hasil verifikasi dan validasi data lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia terlantar kepada Kepala Dinas
Sosial melalui Camat;
c. Menetapkan penerima manfaat program pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia
terlantar apabila terjadi perubahan nama, status atau tempat tinggal lanjut usia dengan terlebih dahulu memperoleh
persetujuan dari Camat dan Kepala Dinas Sosial;
d. Mendampingi Karang Werdha selaku pelaksana pemberian permakanan bagi lanjut usia sangat miskin
dan lanjut usia terlantar dalam menyampaikan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang dilampiri bukti-bukti
pengeluaran yang sah dan lengkap kepada Kepala Dinas Sosial;
e. Meneruskan laporan hasil pelaksanaan kegiatan pemberian
3) Karang Werdha
a. Melaksanakan pemberian permakanan kepada lanjut usia
sangat miskin dan lanjut usia terlantar sesuai Keputusan Kepala Dinas Sosial tentang Penetapan Kuota dan Data Penerima Manfaat Program Pemberian Permakanan bagi
Lanjut Usia Sangat Miskin dan Lanjut Usia Terlantar dan apabila terjadi perubahan nama, status atau tempat
tinggal lanjut usia penerima manfaat, maka lanjut usia penerima manfaat menggunakan data yang telah ditetapkan. b. Menyerahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) yang
dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap kepada Kepala Dinas Sosial yang pelaksanaannya
didampingi oleh Lurah;
c. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan pemberian permakanan bagi Lanjut usia sangat miskin dan lanjut usia
terlantar setiap 1 (satu) bulan sekali kepada Lurah guna diteruskan kepada Kepala Dinas Sosial melalui Camat.
b. Masyarakat Lanjut Usia penerima bantuan program Pemberian Permakanan
Data yang ingin diperoleh yaitu untuk mengetahui perubahan
atau hasil akibat adanya program Pemberian Permakanandi Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya. Dalam penelitian
sebanyak 60 orang/lansia namun yang diwawancari 10 orang/lansia. 2. Data Sekunder
Data sekunder ini dilakukan dengan kajian literatur yang berkaitan dengan penelitian dengan mencari buku, peraturan perundang-undangan atau sumber informasi lain yang relevan, guna memperkuat
landasan teori penelitan. Data sekunder diperoleh untuk mendukung analisis yang berkaitan dengan evaluasi program Pemberian Permakanan
di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya. Dalam penelitian ini menjadi sumber data sekunder adalah:
a. Pedoman pelaksanaan program Pemberian permakanan
b. Laporan pelaksanaan prgram Pemberian Permakanan tahun 2013.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupkan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab berdasarkan tujuan tertentu
(Sugiyono, 2008). Dalam hal ini inforasi yang ingiin diperoleh dalam penelitian ini yaitu anatara lain mengenai pihak-pihak yang terkait dalam pelaksaan program Pemberian Permakanan serta kegiatan apa saja yang
melalui pengamatan secara langsung daru suatu obyek yang akan diteliti sehingga peneliti akan mengetahui keadaan yang terjadi dalam obyek
yang akan diteliti. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan evaluasi hasil dari program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota
Surabaya. 3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan data dengan cara menenliti dokumen-dokumen, buku panduan, arsip-arsip serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan program Pemberian Permakanan sebagai berikut:
a. Gambaran umum Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya b. Jumlah penerima bantuan program Pemberian Permakanan di
Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya.
c. Laporan kegiatan pelaksanaan program Pemberian Permakanan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Kota Surabaya.
3.6 Teknik Analis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintetiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah mmetode yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam Sugiyono
(2003) dimana analisis data kualitatif dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: 1. Pengumpulan Data (Data Colection)
Data dikumpulkan melalui berbagai macam teknik sperti
wawancara, obsevasi dan dokumentasi kemudian doproses melalui pecatatan, pengetikan, pengelompokan dan sebagainya.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan suati kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang menjadi pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting
sehingga data yang diperlukan dapat mendukung penelitian yang dilakukan. Reduksi data ini berlanjut hingga penulisan siatu penelitian
selesai.
3. Penyajian Data (Data Display)
Data-data yang telah direduksi kemudian disajikan melalui
penyajian data. Penyajian data dapat berupa grafik, baga dan bentuk lainnya sehingga akan semakin mudah dipahami.
4. Penarikan Kesimpulan (Conclusion drawing or verification)
Data-data yang telah diolah tadi dkemudian ditarik sebuah kesimpulan untuk menyimpulkan informasi-informasi yang didapat