EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS JUST IN TIME TEACHING DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH FISIKA MAHASISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
YUL IFDA TANJUNG NIM : 8126175019
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i ABSTRAK
YUL IFDA TANJUNG : Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Just In Time Teaching Dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Mahasiswa. Tesis Medan. Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika mahasiswa pada model pembelajaran Inquiry Training berbasis
Just In Time Teaching dan pembelajaran konvensional yang diajar dengan model
kooperatif, perbedaan kemampuan pemecahan masalah Fisika mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan di bawah rata-rata, serta interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah Fisika mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan populasi penelitian adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika Jurusan Fisika Universitas Negeri Medan. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes kemampuan pemecahan masalah, dan angket sikap ilmiah. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anova dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah Fisika menggunakan model pembelajaran Inquiry Training berbasis Just In Time
Teaching lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang diajar
dengan model kooperatif dan kemampuan pemecahan masalah Fisika pada kelompok mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata lebih baik dibandingkan pada kelompok mahasiswa di bawah rata-rata, serta ada interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training berbasis Just In Time Teaching dengan tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa.
ii ABSTRACT
YUL IFDA TANJUNG : The Effect of Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model and Scientific Attitude on Problem Solving Ability. Thesis Medan. Physics Education Study Program Postgraduate School State University of Medan (UNIMED).
The aims of this research were to analyze the differences in problem solving ability of students by using Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model and conventional learning that was taught with cooperative model, the differences in problem solving ability of students who have under average and above average category in scientific attitude, and the interaction between the learning model and the level of scientific attitude to influence the problem solving ability. The type of this research was quasi experimental research. The population was students in Undergraduate Education Physics of State University of Medan. The sample was choosen by using cluster random sampling technique. The instrument was consist of test of problem solving ability, and test of scientific attitude. This research data was analyzed by using two way Anova. The result of this research showed that: The problem solving ability of Physics using Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model was better than problem solving ability of physics using conventional learning model that was taught with cooperative model and the problem solving ability of physics in the students who have above average category in the scientific attitude was better than under average category, and there was interaction between Just In Time Teaching based Inquiry Training Learning Model and the level of scientific attitude to influence the problem solving ability.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya tesis yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry
Training berbasis Just In Time Teaching dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Mahasiswa” ini telah selesai disusun untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan Fisika pada Program Studi Pendidikan
Fisika Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril
maupun materil dari berbagai pihak. Oleh Karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof.
Dr. H. Sahyar, MS., MM dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si., sebagai
Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan
terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Prof. Motlan, M.Sc., Ph.D., Dr.
Derlina, M.Si dan Ibu Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si selaku nara sumber dan tim
penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk
kesempurnaan penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ridwan
Abdullah Sani, M.Si., Drs. Juru Bahasa Sinuraya, M.Pd., Dr. Mariati P.
Simanjuntak, M.Si., dan Dra. Ratna Tanjung, M.Pd selaku validator instrumen
penelitian. Selain itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ketua
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan, seluruh Dosen beserta staf
Jurusan Fisika, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman
seperjuangan dan berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga
penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Selain itu, Penulis dengan penuh hormat menyampaikan terimakasih tidak
iv
serta adinda Devita Sari, SE., Mutiara, Muhammad Shaoqi dan Hasbi Latif yang
telah memberi dukungan baik moril maupun materil kepada penulis selama
perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini. Secara khusus penulis menyampaikan
terimakasih yang tidak terhingga kepada Suami tercinta Eko Rendy Siregar, SE
yang telah dengan sabar dan setia memberikan pengorbanan, semangat, dan
dukungan kepada penulis dalam menempuh studi hingga selesai.
Akhirnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari
kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu
terdapat kekurangan disana-sini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran membangun dari para pembaca, semoga tesis ini bermanfaat bagi
kita semua.
Medan, 07 April 2014
Penulis,
Yul Ifda Tanjung NIM. 8126175019
v
2.1.1. Model Pembelajaran Inquiry Training 19
2.1.2. Strategi Just In Time Teaching 26
2.1.3. Teori Belajar Yang Melandasi Model 31
2.1.4. Pembelajaran Konvensional 35
2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah 40
vi
3.6.1. Validitas Tes 76
3.6.2. Tingkat Kesukaran Tes 80
3.6.3. Daya Beda Tes 81
3.7 Teknik Analisa Data 84
3.7.1. Analisis Secara Deskriptif 84
3.7.2. Analisis Secara Inferensial 85
3.7.3. Pengujian Hipotesis 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 91
4.1 Hasil Penelitian 91
4.1.1. Deskripsi Data 91
4.1.2. Deskripsi Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 91 4.1.3. Deskripsi Data Tes Sikap Ilmiah Mahasiswa 94 4.1.4. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah
Tiap Kelas 97
4.1.5. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Melalui Tingkat Sikap Ilmiah 99 4.1.6. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Melalui Butir Soal 102 4.1.7. Deskripsi Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Masing-Masing Kelas 108 4.1.8. Pengujian Persyaratan Analisis Data 114
4.1.9. Pengujian Hipotesis Penelitian 117
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 127
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 137
5.1 Simpulan 137
5.2 Saran 138
DAFTAR PUSTAKA 139
v
2.1.1. Model Pembelajaran Inquiry Training 19
2.1.2. Strategi Just In Time Teaching 26
2.1.3. Teori Belajar Yang Melandasi Model 31
2.1.4. Pembelajaran Konvensional 35
2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah 40
vi
3.6.1. Validitas Tes 76
3.6.2. Tingkat Kesukaran Tes 80
3.6.3. Daya Beda Tes 81
3.7 Teknik Analisa Data 84
3.7.1. Analisis Secara Deskriptif 84
3.7.2. Analisis Secara Inferensial 85
3.7.3. Pengujian Hipotesis 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 91
4.1 Hasil Penelitian 91
4.1.1. Deskripsi Data 91
4.1.2. Deskripsi Data Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 91 4.1.3. Deskripsi Data Tes Sikap Ilmiah Mahasiswa 94 4.1.4. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah
Tiap Kelas 97
4.1.5. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Melalui Tingkat Sikap Ilmiah 99 4.1.6. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Melalui Butir Soal 102 4.1.7. Deskripsi Tahapan Kemampuan Pemecahan Masalah
Fisika Mahasiswa Masing-Masing Kelas 108 4.1.8. Pengujian Persyaratan Analisis Data 114
4.1.9. Pengujian Hipotesis Penelitian 117
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 127
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 137
5.1 Simpulan 137
5.2 Saran 138
DAFTAR PUSTAKA 139
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Inquiry Training 26 Tabel 2.2 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif 38
Tabel 2.3 Komponen Indikator Sikap Imniah 56
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 68
Tabel 3.2 Desain Penelitian Anova 2x2 69
Tabel 3.3 Fase Model Inquiry Training Berbasis JITT 72 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah 75
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Validitas 80
Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen 81
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Uji Beda Daya 82
Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Tes 83
Tabel 3.9 Rumus untuk Jumlah Sampel yang Sama Pada Uji
Anova Dua Jalur 89
Tabel 4.1 Data Pretes Kelas Kooperatif dan Kelas Inquiry
Training Berbasis JITT 92 Tabel 4.2 Data Postes Kelas Kooperatif dan Kelas Inquiry
Training Berbasis JITT 93
Tabel 4.3 Data Tes Sikap Ilmiah Mahasiswa 95
Tabel 4.4 Data Tingkat Sikap Ilmiah 96
Tabel 4.5 Pengelompokkan KPM Berdasarkan Tingkat Sikap
Ilmiah Tiap Kelas 98
Tabel 4.6 Pengelompokkan KPM Berdasarkan Tingkat Sikap
Ilmiah 101
Tabel 4.7 Hasil Pemecahan Masalah Fisika Melalui Butir Soal 102
Tabel 4.8 Kemampuan Memahami Masalah 109
Tabel 4.9 Kemampuan Perencanaan Masalah 110
Tabel 4.10 Kemampuan Penyelesaian Masalah 111
Tabel 4.11 Kemampuan Memeriksa Kembali 113
Tabel 4.12 Data Jumlah Mahasiswa 116
Tabel 4.13 Hasil Uji Anova Kedua Kelas 118
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Alur pelaksanaan penelitian 73
Gambar 4.1 Data Pretes Sampel Kelas 93
Gambar 4.2 Data Postes Sampel Kelas 94
Gambar 4.3 Data Tes Sikap Ilmiah Sampel Kelas 95 Gambar 4.4 Data KPM Sampel Kelas Berdasarkan Tingkat
Sikap Ilmiah 103
Gambar 4.4 Hasil Pemecahan Masalah Fisika Melalui Butir Soal 102
Gambar 4.5 Kemampuan Memahami Masalah 109
Gambar 4.6 Kemampuan Merencanakan Masalah 111
Gambar 4.7 Kemampuan Penyelesaian Masalah 112
Gambar 4.8 Kemampuan Memeriksa Kembali 114
Gambar 4.9 Grafik Interaksi antara Model IT-JITT dan Model
Kooperatif 122
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Satuan Acara Perkuliahan (1) 144
Lampiran 2 Bahan Ajar Pertemuan I 152
Lampiran 3 Lembar Kerja Mahasiswa Pertemuan I 159
Lampiran 4 Satuan Acara Perkuliahan (2) 165
Lampiran 5 Bahan Ajar Pertemuan II 172
Lampiran 6 Lembar Kerja Mahasiswa Pertemuan II 179
Lampiran 7 Satuan Acara Perkuliahan (3) 184
Lampiran 8 Bahan Ajar Pertemuan III 192
Lampiran 9 Lembar Kerja Mahasiswa Pertemuan III 197
Lampiran 10 Soal Kemampuan Pemecahan Masalah 201
Lampiran 11 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah 204
Lampiran 12 Pedoman Penskoran 215
Lampiran 13 Lembar Validasi Kemampuan Pemecahan Masalah 217
Lampiran 14 Intsrumen Sikap Ilmiah 219
Lampiran 15 Tabel Pengelompokkan Sikap Ilmiah 222
Lampiran 16 Lembar Validasi Sikap Ilmiah 224
Lampiran 17 Perhitungan Validitas Instrumen 230
Lampiran 18 Taraf Kesukaran Soal 232
Lampiran 19 Daya Beda Soal 234
Lampiran 20 Daftar Nilai Mahasiswa 235
Lampiran 21 Uji Persyaratan 237
Lampiran 22 Uji Hipotesis Data Pretes 239
Lampiran 23 Uji Anova Dua Jalur 240
Lampiran 24 Analisis Post Hoc Tes dengan Uji Tukey 241
Lampiran 25 Hasil Kerja Pretes dan Postes 242
Lampiran 26 Hasil Kerja Eksperimen Mahasiswa 243
Lampiran 27 Tampilan Website JITT 244
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Perkembangan Sains dan Teknologi telah memberikan pengaruh terhadap
dunia pendidikan (Nicholl, 2002:17). Pendidikan sains khususnya fisika sebagai
bagian dari pendidikan pada umumnya memiliki peran dalam meningkatkan mutu
pendidikan, khususnya dalam menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas.
Danty (2002:21) menyatakan “Manusia yang berkualitas berarti manusia yang
mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi berbagai
isu yang berkembang di tengah masyarakat sehingga mampu memecahkan
masalah yang diakibatkan oleh dampak perkembangan sains dan teknologi”.
Target penting dari pendidikan modern khususnya pendidikan fisika
adalah mendidik individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang ditemukan
di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan Selcuk (2008 : 151) yang
menyatakan bahwa program pendidikan memiliki tujuan utama dalam mengajar
peserta didik yaitu untuk mengatasi masalah matematika, masalah fisika, masalah
kesehatan, masalah sosial dan masalah pembentukan kepribadian. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk
suatu profesi, tetapi jauh lebih penting mempersiapkan kemampuan
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Pemecahan masalah diartikan sebagai suatu proses pendekatan yang
sistematis terhadap suatu masalah, mulai dari identifikasi masalah, pengumpulan
2
tindakan yang bertujuan untuk menemukan solusi. Memecahkan masalah
merupakan pemanfaatan dari proses berpikir. Kemampuan seseorang
memecahkan suatu masalah ditentukan oleh pemahamannya terhadap masalah itu.
Pentingnya pemahaman konsep dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi
sikap, keputusan dan cara-cara memecahkan masalah (Trianto, 2007:65).
Pemecahan masalah merupakan salah satu jenis proses berpikir konseptual
tingkat tinggi karena peserta didik harus mempunyai kemampuan menggabungkan
aturan-aturan untuk mencapai suatu pemecahan. Hal senada diungkapkan Eric
(2003:20) bahwa pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang
meliputi proses analisis, sintetis dan evaluasi. Metode yang terkenal dan sering
digunakan dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah melibatkan
tahapan dan langkah-langkah pemecahan masalah.
Kemampuan memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan
utama proses pendidikan (Dahar, 1996:138). Oleh karena itu kemampuan
memecahkan masalah penting dimiliki oleh mahasiswa untuk menentukan sikap
dan tindakan yang benar pada saat dihadapkan dengan masalah-masalah yang
terjadi di masyarakat. Dalam batasan pembelajaran fisika, mahasiswa dituntut
untuk dapat memecahkan masalah berupa soal-soal tes yang berhubungan dengan
konsep fisika menggunakan analisis matematika sebagai bentuk hasil belajar.
Namun kenyataannya dari hasil studi pendahuluan pada mata kuliah Fisika
Umum, mahasiswa sering mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal fisika. Dari
hasil uji coba soal-soal uraian kemampuan pemecahan masalah menggunakan
3
Unimed T.A.2013/2014 yang telah memperoleh mata kuliah Fisika Umum I dan
II (2013) diperoleh hanya sekitar 23 % sampai pada tahapan melaksanakan
rencana dan 77 % lagi sampai pada tahapan menyusun rencana. Hal ini
menjelaskan bahwa hampir lebih dari 70 % mahasiswa tidak mampu menjawab
soal-soal fisika yang diberikan. Padahal soal-soal tersebut termasuk kategori
mudah dan sering dijadikan contoh soal dalam diktat fisika.
Metode untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dapat
diaplikasikan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan dan kegiatan di luar
perkuliahan. Hasil uji coba menunjukkan mahasiswa belum mampu menggunakan
metode pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal-soal fisika sehingga secara
tidak langsung dapat dikatakan mahasiswa akan kesulitan menghadapi
permasalahan-permasalahan yang mungkin saja terjadi dalam kehidupannya.
Selain itu dosen sebagai pendidik belum efektif melatihkan kemampuan
pemecahan masalah sehingga mahasiswa kurang bahkan tidak memiliki
kemampuan memecahkan masalah (Brok, et al, 2010:45).
Sejalan dengan hasil simpulan pendapat 45 orang mahasiswa angkatan
2012 Jurusan Fisika FMIPA Unimed T.A.2013/2014 (2013) bahwa 73,5%
menyatakan bahwa konsep-konsep materi pada Fisika Umum sulit dipahami dan
sebagian besar mahasiswa belum mampu memecahkan masalah yang
berhubungan dengan konsep fisika karena mahasiswa selalu dituntut untuk
menghapal rumus-rumus tanpa berusaha memaknai arti dan fungsi rumus.
Mahasiswa menggunakan pendekatan plug and chug dan memory-based dalam
4
Pengaruhnya kemampuan mahasiswa dalam membentuk hubungan sebab akibat
sampai kepada kemampuan membangun konsep baru akan sulit dimunculkan.
Sehingga secara tidak langsung mahasiswa menganggap materi fisika itu sulit
(Ornek, dkk., 2008; Wijayanti, dkk., 2010).
Hasil uji coba dan wawancara memberikan hasil yang sangat bertolak
belakang dengan kenyataan proses perkuliahan. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan, proses perkuliahan Fisika umum dilaksanakan dengan pembelajaran
bersifat konvensional. Salah satu pembelajaran yang sering dilakukan adalah
model koperatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan sampel 15 orang dosen
pengampu mata kuliah Fisika Umum Jurusan Fisika FMIPA Unimed
T.A.2013/2014 (2013), hampir 80% dosen melaksanakan pembelajaran Fisika
Umum sesuai dengan sintaks model pembelajaran koperatif. Dengan model
pembelajaran koperatif mahasiswa sudah aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran seperti bekerja dalam masyarakat belajar, presentase dan
mengajukan pertanyaan ataupun memberikan ide dalam menyelesaikan
permasalahan fisika. Idealnya dengan model pembelajaran koperatif hasil belajar
Fisika Umum sudah memuaskan, tapi kenyataan selama empat tahun terakhir
(2008 sampai dengan 2012), perolehan nilai mahasiswa pada mata kuliah ini
adalah : hanya 17,8% memperoleh nilai A, 38,13% nilai B, 39,4% nilai C dan
4,6% nilai E. Distribusi nilai seperti di atas diperoleh karena acuan penilaian yang
digunakan belum sepenuhnya menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) tetapi
masih menggunakan gabungan acuan patokan dan acuan normal. Jika digunakan
5
pada penilaian tes standar Tahun Ajaran 2012/2013 hanya sekitar 30% dari
mahasiswa yang memperoleh nilai C selebihnya memperoleh nilai E. Rendahnya
nilai hasil belajar Fisika Umum berdasarkan pemahaman konsepnya sejalan
dengan temuan penelitian sebelumnya (Saleh 2011:6990; Gaigher, et al.,
2007:1110; dan Baser, 2006:79). Perolehan hasil belajar berkaitan erat dengan
aspek kemampuan lainnya yaitu kemampuan psikomotorik mahasiswa dan sikap
mahasiswa sebagai dampak dari kegiatan perkuliahan ataupun kinerja belajar
mahasiswa dan kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran yang
bermakna.
Brossard (2005:1100) mendefenisikan sikap sebagai kecenderungan
belajar, kecenderungan emosional secara positif atau negatif dari seseorang
individu terhadap objek, orang, tempat, kejadian dan ide”. Pada dasarnya sikap
telah melekat pada diri individu dan sikap dapat dibentuk serta dikembangkan
melalui proses belajar dan proses berpikir. Sebaliknya, sikap dapat mempengaruhi
proses belajar dan proses berpikir sebagaimana dinyatakan oleh Slameto
(2003:12) bahwa “faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar individu adalah
sikap”.
Sikap ilmiah merupakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah,
menilai ide dan informasi untuk membuat keputusan. Sikap ilmiah diartikan
sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan seseorang untuk memberikan
respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat
(hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya. Sikap ilmiah di
6
pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa dalam hal pencapaian
kompetensi. Memahami sikap ilmiah mahasiswa dapat mendukung hasil belajar
dan minat terhadap materi kuliah yang akan disampaikan. Sikap mahasiswa akan
memiliki dampak positif terhadap kesuksesan mereka (Orbay, et al., 2010:694;
Prokop, et al., 2007:287).
Fakta berdasarkan hasil studi pendahuluan menunjukkan masih perlu
diadakan perbaikan pada kegiatan perkuliahan Fisika Umum, dosen dituntut
mencari dan menemukan suatu cara yang dapat membantu mahasiswa memahami
konsep fisika sehingga secara tidak langsung dapat menumbuhkan kemampuan
berfikir mahasiswa melalui kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan salah satu
tujuan dari pendidikan tinggi, yaitu mentransformasikan dan mengembangkan
kemampuan mahasiswa, termasuk untuk merancang apa yang dilakukan,
melaksanakan apa yang sudah direncanakan, memonitor dan mengevaluasi apa
yang sedang dan sudah dilakukan, sehingga mereka menjadi kritis, kreatif, inovatif,
mandiri, percaya diri dan bertanggung jawab (Peraturan Pemerintah nomor 17
tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dosen adalah merancang kegiatan
pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah dan melakukan penyelidikan.
Pengertian yang lebih luas mengandung makna bahwa dosen diharapkan dapat
menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
menemukan, mengembangkan, menyelidiki dan mengungkapkan ide mahasiswa
sendiri. Model pembelajaran yang dimaksud adalah model dengan pendekatan
7
mahasiswa dalam melakukan pembelajaran. Sesuai dengan Dimyati dan Mujiono
(2002:173), “Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan
intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah”. Hal ini
berarti mahasiswa diharapkan dapat belajar memahami konsep fisika dengan proses
penyelidikan secara ilmiah sebagai alternatif pemecahan masalah untuk mencari
jawaban.
Pendekatan inkuiri dapat diartikan sebagai suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik mengalami
proses-proses tertentu untuk menemukan konsep-konsep sains. Selanjutnya Olio
dan Donk (2007:330) mendefinisikan bahwa inkuiri merupakan suatu proses bagi
peserta didik untuk memecahkan masalah, membuat hipotesis, merencanakan dan
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan
serta mengkomunikasikan kesimpulan atau hasil eksperimen. Berdasarkan tahapan
ini mahasiswa terlibat secara mental dan fisik untuk memecahkan masalah sehingga
mahasiswa terbiasa berprilaku sebagai saintis yaitu objektif, jujur, kreatif dan
kemampuan bekerjasama.
Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri telah dilakukan penelitian dan
pengembangan. Salah satunya oleh Suchman (1962) yang merancang
pembelajaran inkuiri dengan membawa peserta didik secara langsung ke dalam
proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah
dengan periode waktu tertentu. Model yang dikembangkan Suchman awalnya
didasarkan pada rasa ingin tahu peserta didik sehingga diyakini inkuiri dapat
8
diidentifikasi dan dibangun ke dalam suatu bentuk model instruksi yang disebut
dengan model pembelajaran Inquiry Training.
Tujuan model pembelajaran Inquiry Training adalah sebagai upaya
membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
kemampuan pemecahan masalah dan secara umum mengembangkan keterampilan
intelektual. Tujuan ini dicapai melalui lima langkah model pembelajaran Inquiry
Training (Joyce, et al, 2011:215), yaitu : menghadapkan masalah (menyajikan
situasi yang bertentangan, menjelaskan prosedur penelitian), merumuskan
hipotesis (mengajukan pertanyaan yang telah mengandung jawaban),
pengumpulan data eksperimen, mengorganisasikan, merumuskan dan
memformulasikan suatu penjelasan, serta menganalisis proses penelitian.
Model Inquiry Training dipilih, karena memiliki karakteristik yang sesuai
dengan mahasiswa Jurusan Fisika yaitu: 1) dapat memecahkan masalah sesuai
tahapan yang terpilih, dengan menggunakan curah pendapat dan teknis investigasi
masalah, 2) membangun ilmu yang telah dimiliki dan 3) mengoperasikan alat-alat
laboratorium yang berkaitan dengan teori yang diberikan 4) mempergunakan
media yang ada, dan dapat melakukan teknik analisis, 5) menganalisis dan
mendeskripsikan, mendiskusikan hasil data praktikum dengan cara laporan
tertulis, poster, dan presentasi lisan, 6) bekerja dalam kelompok dengan
mengorganisasi tiap-tiap kelompok (Bound&Ton, 2005:38). Hal ini menjelaskan
bahwa model pembelajaran Inquiry Training sangat efektif dilakukan karena
9
kepada pemecahan masalah sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
Dalam pelaksanaan model Inquiry Training ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu dukungan pembelajaran dalam rangka menciptakan kualitas
interaksi mahasiswa dan kompleksitas proses penelitian sebagai kesatuan model.
Dalam hal ini, pendidik sangat berperan sebagai fasilitator dan pengarah agar
keberhasilan proses inkuiri mahasiswa dapat terwujud serta dapat memotivasi
mahasiswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Meskipun pendidik terus
berupaya memaksimalkan pelaksanaan model, masih ada beberapa masalah yang
muncul diantaranya penggunaan waktu yang cukup lama dan kesulitan dalam
mengelola kelas serta mengevaluasi proses yang dilakukan secara autentik.
Beberapa saran dari penelitian terdahulu diantaranya Sirait (2012) dan Damanik
(2013) menyatakan bahwa penerapan model Inquiry Training akan lebih baik jika
pendidik lebih kreatif merancang kerangka proses yang tepat dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta fasilitas praktikum dan eksperimen
yang memadai, selain itu penggunaan waktu dalam pembelajaran perlu
diperhatikan sehingga pembelajaran berjalan dengan baik dan penerapan Inquiry
Training sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil sehingga semua peserta didik
dapat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penerapan Inquiry Training pada
mata kuliah Fisika Umum dikombinasikan dengan penggunaan strategi Just In
Time Teaching (JITT) untuk mengefektifkan waktu pembelajaran di kelas
10
Strategi Just In Time Teaching merupakan strategi pembelajaran berbasis
tugas di web dan dikolaborasikan dengan pembelajaran di kelas. Sesuai dengan
Novak, et al (1999:3), strategi Just In Time Teaching didasarkan pada interaksi
antara pembelajaran web dan keaktifan di kelas. Strategi JITT membantu untuk
mengidentifikasi kekuatan, kelemahan dan gaya belajar peserta didik sebelum
pembelajaran langsung di kelas (Gavrin, et al, 2004:51; Gavrin, 2006:17). Oleh
karena itu, strategi JITT telah dikembangkan sejak lama untuk mendorong
keaktifan peserta didik dalan pembelajaran berbasis inkuiri melalui pemanfaatan
teknologi dan layanan pembelajaran (Novak, 1999:3).
Strategi Just In Time Teaching memadukan antara penggunaan teknologi
informasi dan pembelajaran aktif di kelas yang bersifat umpan balik antara
mahasiswa dan dosen sehingga mendorong pembelajaran berpusat pada
mahasiswa (student oriented). Dosen membuat tugas berbasis web dan mahasiswa
menjawab serta mengirimkan tugas sebelum pembelajaran di kelas dimulai.
Selanjutnya hasil tugas mahasiswa didiskusikan di kelas dan disesuaikan dengan
materi yang akan dibahas.
Dalam penelitian ini, strategi JITT dilakukan pada fase pertama dan kedua
dari model pembelajaran Inquiry Training. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
dosen melakukan pembelajaran sesuai dengan kontrak perkuliahan dan Satuan
Acara Perkuliahan sehingga waktu yang digunakan lebih efektif dan mahasiswa
lebih leluasa melakukan penyelidikan sebagai bagian dari fase model. Selain itu,
11
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membuat aktivitas
belajar mandiri mahasiswa.
Penerapan model Inquiry Training berbasis strategi JITT pada mata kuliah
fisika umum dilakukan untuk melihat pengaruhnya pada kemampuan pemecahan
masalah mahasiswa. Melalui metode ilmiah pada tahapan model Inquiry Training
dapat melatih keterampilan mahasiswa dalam melakukan penelitian dan
menggunakan alat praktikum sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa.
Implementasi model Inquiry Training berbasis strategi JITT baik untuk
peningkatan hasil belajar maupun proses berpikir tingkat tinggi telah diteliti dan
dikembangkan pada peneliti terdahulu seperti Vaishnav (2013:1216-1220)
menyimpulkan bahwa model Inquiry Training secara signifikan efektif dalam
peningkatan hasil belajar kognitif dan afektif serta mengkontribusi sikap peserta
didik dibandingkan pendekatan tradisional. Hal sama dilakukan oleh Akpullukcu
dan Gunay (2011: 417-422) yang menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa
lingkungan pembelajaran berbasis metode inkuiri yang diaplikasikan dalam
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah salah satu cara efektif untuk
meningkatkan keberhasilan akademik. Selain itu, metode inkuiri dapat
dikombinasi dengan model pembelajaran lainnya. Pandey, Nanda dan Ranjan
(2011:7-20) menyimpulkan berdasarkan hasil analisis data pembelajaran fisika
menggunakan model Inquiry Training lebih efektif dibandingkan pembelajaran
menggunakan metode konvensional dilihat dari hasil belajar akademik peserta
12
penelitian Sirait (2012:21-26) menyimpulkan bahwa hasil belajar dan aktivitas
peserta didik menggunakan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik
dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal serupa oleh
Damanik (2013:16-25) menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
menggunakan model pembelajaran Inquiry Training lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran Direct Instructional. Hasil ini ditinjau dari perbedaan
sikap ilmiah peserta didik. Selanjutnya, Wirtha dan Rapi (2008:15-29) yang
melakukan penelitian dengan membandingkan model pembelajaran berbasis
inkuiri dengan konvensional menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kedua model itu dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika
dan sikap ilmiah peserta didik.
Penelitian sikap ilmiah yang lain adalah Pitafi dan Faroq (2012:379-392)
yang telah melakukan pengukuran sikap ilmiah pada siswa di Pakistan dan
hasilnya sikap ingin tahu adalah sikap ilmiah yang paling dominan pada siswa di
Pakista dan diteruskan dengan sikap ilmiah yang lain. Penelitian ini dilakukan
dengan memberikan angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang memuat indikator
sikap imiah.
Dalam hal penggunaan strategi JITT, peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan aspek hasil belajar lainnya seperti sikap ilmiah telah dilakukan
penelitian oleh Gavrin (2004:51-59) menyatakan bahwa strategi JITT adalah suatu
metode pedagogik yang menggunakan teknologi untuk mendukung sikap dan
unjuk kerja akademik peserta didik. Dalam penerapannya JITT diyakini
13
Sudarma (2013:9-16) yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif
STAD berbasis JITT lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas
fisika mahasiswa. Selain itu, berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah
dan aspek hasil belajar oleh Selcuk, Caliskan dan Erol (2008:151-166)
menjelaskan bahwa hasil penelitian membuktikan penggunaan instruksi
pemecahan masalah lebih efektif terhadap hasil belajar, unjuk kerja pemecahan
masalah dan strategi penggunaannya dibandingkan instruksi tradisional. Dalam
penelitian ini juga instrumen dan rubrik penelitian disajikan dengan lengkap
sehingga selanjutnya dapat dikembangkan oleh peneliti. Penelitian lain mengenai
kemampuan pemecahan masalah yaitu oleh Hartono (2012:44-49) dan Dwi, dkk
(2013:8-17) menyimpulkan kemampuan pemecahan masalah fisika menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah yang memiliki fase pembelajaran hampir
sama dengan model Inquiry Training lebih baik dibandingkan dengan hasil dari
model pembelajaran langsung. Penelitian Dwi, dkk menggunakan ICT untuk
memaksimalkan model pembelajaran yang digunakannya.
Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan model pembelajaran Inquiry
Training berbasis JITT dapat mendorong keaktifan mahasiswa dalam memahami
konsep fisika melalui percobaan ataupun eksperimen langsung sehingga
berpengaruh pada kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa. Dengan
mengembangkan pembelajaran Fisika Umum yang sesuai dengan kebutuhan dan
sumber daya yang ada serta berpandangan pada perkembangan teknologi dan
14
JITT diharapkan mampu berdampak pada peningkatan hasil belajar dan kompetensi
fisika.
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi antara lain :
1. Hasil studi pendahuluan pada mata kuliah Fisika Umum, mahasiswa sering
mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal fisika
2. Konsep-konsep materi pada Fisika Umum sulit dipahami dan sebagian besar
mahasiswa belum mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan
konsep fisika.
3. Meskipun telah dilaksanakan model pembelajaran bervariasi seperti model
Kooperatif, perolehan hasil belajar Fisika Umum masih tergolong rendah
4. Model pembelajaran yang digunakan belum mampu mendorong mahasiswa
melakukan penyelidikan atau percobaan untuk menemukan penyelesaian suatu
masalah sehingga mahasiswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuan dan
konsep-konsep fisika tersebut
5. Kemampuan mahasiswa dalam membentuk hubungan sebab akibat sampai
kepada kemampuan membangun konsep baru sulit dimunculkan.
1.3.Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada :
1.Kemampuan pemecahan masalah melalui soal-soal fisika diukur dengan
15
2.Sikap ilmiah mahasiswa yang digunakan sebagai variabel moderator diukur
dengan menggunakan angket sikap ilmiah yang berhubungan dengan strategi
pemecahan masalah
3.Sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan melatih
kemampuan mahasiswa dalam melakukan penyelidikan atau percobaan
digunakan model pembelajaran Inquiry Training (IT) dibandingkan dengan
model pembelajaran Kooperatif
4.Sebagai upaya mengefektifkan waktu pembelajaran di kelas digunakan strategi
JITT dalam pelaksanaan model pembelajaran Inquiry Training (IT)
1.4.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa
melalui model pembelajaran Inquiry Training berbasis JITT dan model
pembelajaran Kooperatif
2. Apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah fisika kelompok
mahasiswa antara kelompok yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata dan
sikap ilmiah di bawah rata-rata
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat sikap ilmiah
dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa
1.5.Tujuan Penelitian
16
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah
fisika mahasiswa melalui model pembelajaran Inquiry Training berbasis JITT
dan model pembelajaran Kooperatif
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah
fisika kelompok mahasiswa antara kelompok yang memiliki sikap ilmiah di
atas rata-rata dan sikap ilmiah di bawah rata-rata
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan
tingkat sikap ilmiah dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah
fisika mahasiswa
1.6 Manfaat Penelitian.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi sebagai
sumbangan pemikiran dan bahan acuan bagi dosen, guru, pengelola, pengembang
lembaga pendidikan dan penelitian selanjutnya akan menguji secara lebih
mendalam tentang penerapan model pembelajaran Inquiry Training dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan sikap pada pembelajaran.
Secara praktis penelitian ini diharapkan :
1. Bahan pertimbangan bagi pengajar dalam memahami kemampuan pemecahan
masalah fisika mahasiswa pada pembelajaran fisika umum, sehingga dapat
memilih model pembelajaran yang cocok.
2. Bahan masukan bagi pengajar dalam memilih dan menggunakan model serta
media pembelajaran secara optimal pada kegiatan belajar mengajar fisika
17
3. Rujukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
penelitian ini bagi peneliti yang tertarik dengan penelitian sejenis.
4. Peningkatan kompetensi penelitian dalam melakukan kegiatan penelitian serta
aplikasi dalam proses pembelajaran di kelas
1.7 Defenisi Operational.
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan
dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan
istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang
membantu peserta didik mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan
untuk meningkatkan pertanyaan-pertanyaan dan pencarian jawaban yang
terpendam dari rasa keingintahuan peserta didik. Model pembelajaran inquiry
training diperkenalkan oleh Richard Suchman (1962) dengan kegiatan awal
yang paling penting yaitu menyajikan kejadian yang sedikit membingungkan
(puzzling event) pada peserta didik (Joyce dan Weil, 2009).
2. Strategi Just In Time Teaching adalah suatu strategi yang mendorong peserta
didik untuk melakukan persiapan pembelajaran di luar kelas dengan
menggunakan bantuan media web yang bertujuan untuk mengefektifkan waktu
pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, strategi JITT dilakukan di luar
kelas dengan dimulai dari awal tahapan model Inquiry Training sehingga di
dalam kelas mahasiswa lebih siap untuk melaksanakan pembelajaran.
3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa
18
ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, tanya jawab serta
pembagian tugas yang dilakukan secara berkelompok. Dalam penelitian ini,
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh pendidik di Jurusan Fisika adalah
model pembelajaran kooperatif sehingga selanjutnya dapat digunakan untuk
perlakuan pada kelas kontrol
4. Pemecahan masalah adalah proses berpikir tingkat tinggi yang meliputi proses
analisis, sintetis dan evaluasi (Eric, 2003:20). Dalam penelitian ini,
langkah-langkah pemecahan masalah yang dipakai adalah teknik pemecahan masalah
Polya (1985) yaitu memahami masalah (Understanding the problem),
menyusun rencana (Devising plan), melaksanakan rencana (Carrying out the
plan) dan memeriksa kembali (Looking back).
5. Defenisi sikap ilmiah menurut Barnes dan Dolby dalam Patil (2011:1),
Poerwodarminto (2002:373) dan Best dalam Pitafi dan Farooq (2012:383),
sikap ilmiah adalah sikap yang telah melekat pada diri orang sains secara
umum yang merupakan suatu kecenderungan, kesiapan dan kesediaan
seseorang dalam memberikan respon berdasarkan etika ilmiah. Berdasarkan
pengertian ini, sikap ilmiah dinilai dengan hanya melihat respon ataupun
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ataupun pernyataan yang dihubungkan
137
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian yang
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan :
1. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah model Inquiry Training
berbasis Just In Time Teaching lebih tinggi daripada model kooperatif.
2. Kemampuan pemecahan masalah fisika kelompok mahasiswa yang memiliki
tingkat sikap ilmiah di atas rata-rata lebih tinggi daripada kelompok
mahasiswa yang memiliki tingkat sikap ilmiah di bawah rata-rata.
3. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan sikap ilmiah mahasiswa
dalam mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah fisika mahasiswa.
Mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata maupun di bawah
rata-rata yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional yang diajar
dengan model kooperatif tetap memberikan hasil yang sama pada kemampuan
pemecahan masalahnya. Sedangkan mahasiswa yang memiliki sikap ilmiah di
atas rata-rata maupun di bawah rata-rata yang diajarkan dengan model
pembelajaran IT-JITT memberikan hasil yang lebih baik pada kemampuan
138
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, sesuai dengan hasil
penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran :
1. Pendidik hendaknya memiliki kemampuan mengembangkan website untuk
menerapkan strategi Just in Time Teaching agar mahasiswa tidak hanya
memperoleh bahan ajar melalui website di kelas web namun dapat
mengaplikasikan tugas-tugas pra kelas lebih maksimal.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan terlebih dahulu mengatur waktu yang
tepat untuk melakukan kuis atau tugas pra kelas di kelas web untuk mengatasi
peluang mahasiswa bekerja sama.
3. Model IT-JITT sangat efektif dan dapat direkomendasikan bagi mahasiswa
yang memiliki sikap ilmiah di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata untuk
139
DAFTAR PUSTAKA
Anagun, S. S., and Yasar, S. (2009). Reliability and Validity Studies of The
Science and Technology Course Scientific Attitude Scale. Journal of
Turkish Science Education, 6 (2), 43-45
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (eds) (2001). A Taxonomy for Learning
Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education
Objectives. New York : Addisin Wesley
Akpullukcu, S., Gunay, Y. (2011). The Effect of Inquiry Based Learning
Environment in Science and Technology Course on The Students’
Academic Achievements. Western Anatolia Journal of Educational
Science, ISSN 1308-8971 : 417-422. Tersedia : http://web.deu.edu.tr/baed [20 Nopember 2013]
Arends, R. I. (2001). Learning to Teach (Fifth ed.). Boston: McGraw-Hill.
Arikunto, S., (2006), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Baser, M. (2006). Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on Students’
Understanding of Heat and Temperature Concepts, Journal Maltese
Education Research. Vol : 4 No. 1 2006. 64-79. Tersedia : www.educ.um.edu.mt/jmer
Bound, J & Ton, P. (2005). Handbook Problem Solving Laboratory Guide For
Students . London : Departement of Materials Queen Mary University of
London
Brad, A. (2011). A Study of The Problem Solving Activity in High School Student :
Strategies and Self-Regulated Learning. Acta Didactica Napocensia.
(Online). 4 (1): 21-30
Brok, P. D., Taconis, R. dan Fisher, D. (2010). How Well Do Science Teacher
Do? Differences in Teacher-student Interpersonal Behaviour Between Science Teachers and Teachers of Other (School) sujects. The Open
Education Journal. 3 : 44-53
Brossard, D., Lewenstien, B., and Bonney, R. (2005). Scientific Knowledge and
Attitude Change : The Impact of a Citizen Science Project. International
Journal of Science Education. 27 (9): 1099-1121
Dahar, R, W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Damanik, P, D., Bukit, N. (2013). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap
140
Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (IT). Jurnal Online
Pendidikan Fisika. 2 (1) : 2301-7651
Danty, R. (2001). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam
Pembelajaran Pencemaran Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Siswa di SMU Negeri 14 Bandung. Skripsi. Bandung :
UPI
Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Dwi, I, M., Arif, H., dan Sentot, K. (2013). Pengaruh Strategi Problem Based
Learning Berbasis ICT Terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 : 8-17
Erceg, N., Masusic, M. & Slisko, J. (2011). Students’ Strategy for Solving
Partially Specified Physics Problem. Revista Mexicana De Fisica.
(Online), 57 (1): 44-50
Eric. (2003). Teaching Problem Solving Secondary School Science. Tersedia : http://www.ericfacility net/ericdigest/ed 309049 html [20 Nopember 2013]
Farooq, Pitafi. (2012). Measurement of Scientific Attitude of Secondary School
Students in Pakistan. Published In Academic Research International, vol 2,
no 2 : 379-392
Gavrin, A. (2006). Just In Time Teaching. Published In Metropolis Universities, 17 (4) : 9-18
Gavrin, A. Watt, J., Marrs, K., & Blake, R. (2004). Just In Time Teaching: Using
The Web to Enhance Classroom Learning. Computers in Education
Journal, XVI (2) : 51-59
Gaigher, E., Rogan J. M and Braun, M. W. H. (2007). Exploring The
Development of Conceptual Understanding through Structured Problem-Solving in Physics. International Journal of Science Education. 29, (9),
1089-1110
George, R. (2000). Measuring Change in Students Attitudes toward Science over
time : An Application of Latent Variable Growth Modelling. Journal of
Science Education and Technology . 9, (3), 213-225
Hamzah, B., Uno, (2008), Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Aktif dan Kreatif, Jakarta : Bumi Aksara.
Harlen., Qualter. (2004), The Teaching of Science in Primary Schools, London : David Fulton Publisher Ltd
141
Hartono, M., Sahyar. (2012). Analisis Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika Pada Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung Menggunakan Bantuan Peta Konsep.
Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran Fisika AGFI SU, ISSN 2085-5281 4 (2) : 44-49
Ibrahim, M. (2003). Belajar Koperatif. Surabaya : Unnes
Jonassen. (2004). Learning to Solve Problems, An Instructional Desaign Guide. San Fransisco : John Wiley & Sons, Inc
Joyce, B. (1992). Models of Teaching (fourth ed.). Massachusetts: Allyn and Bacon.
, (2009). Model of Teaching: Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Liliasari, (1996). Beberapa pola berpikir dalam Pembentukan Pengetahuan Kimia
oleh Siswa SMA. Disertasi PPS IKIP Bandung : Tidak diterbitkan
, (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui
Pendidikan Sains. Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap
IPA. Bandung : UPI
Matlin, M. E. (2009). Cognitive Psychology. Seventh Edition. International Student Version. John Wiley & Sons, Inc.
Orbay, M., Gokdere, M., Tereci, H., and Aydin, M. (2010). Attitudes of Gifted
Students towards Science Depending on Some Variabels. A Turkish
Sample. Academic Journal, 5 (7), 693-699
Ornek, F., Robinson, W. R. dan Haugan, M. P. (2008). What Make Physics
Difficult? . International Journal of Environmental & Science Education.
3 (1) : 30-34
Olio, D, J., Donk, T. (2007). Models of Teaching, Connecting Student Learning
with Standards. California : Sage Publication
Osborne, J. (2003). Attitudes towards Science : A Review of The Literature and Its
Implications. Int. J. Sci. Educ. 25 (9), 1049-1079
Nasrodin, Hindarto, N., dan Supeni, S. (2013). Analisis Kebiasaan Bekerja Ilmiah
Mahasiswa Fisika Pada Pembelajaran Mata Kuliah Praktikum Fisika Dasar. Unnes Physics Education Journal, 2 (1) : 84-91. Tersedia :
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej [27 Nopember 2013]
Nicholl, J, M., Rose, C., (2002). Accelerated Learning For The 21st Century, Alih
142
Novak, G., Gavrini, A., Christian, W. (1999). Just in Time Teaching : Blending
Active Learning with Web Technology. Tersedia : http://serc. Carleton. Edu/resources/395.html [20 Nopember 2013]
Pandey, A., Nanda, K, G., Ranjan, V. (2011). Effectiviness of Inquiry Training
Model Over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1
(1) : 7-20
Papanastasiou, C. (2002). Scholl, Teaching, and Family Influence on Student
Attitudes toward Science : Based on TIMSS data for Cyprus. Studies in
Educational Evaluation, 28 : 71-86
Petrina, S. (2007), Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom, Canada : Information Science Publishing
Poerwadarminto, W. J. S. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Polya, G. (1985). How To Solve It. 2nd ed., Princeton University Press, ISBN 0-691-08097-6. (online). Tersedia : http://www.math.utah.edu/~pa /math/polya..html [20 Nopember 2013]
Prokop, P., Tuncer, G and Chuda, J. (2007). Slovakian Students Attitudes toward
Biology. Erusian Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, 3 (4), 287-295
Reddish, F, E. (2002), Teaching Physics with The Physics Suite, Tersedia : www2.physics.umd.edu/~redish/Book/. [27 Juli 2013]
Resnick, H. (1985), Fisika Edisi Ketiga. Bandung : Erlangga
Roth, W. M. & Roychoudhury, A. (1993). The Concept Map as a Tool for the
Collaborative Construction of Knowledge: A Microanalysis of High School Physics Students. Journal of Rescarch in Science Teaching. 30(5): 503-534.
Saleh, S. (2011). The Level of B.Sc.Ed Students’ Conceptual Understanding of
Newtonian Physics. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences October 2011, Vol. 1, No. 3 ISSN :
2222-6990
Sanjaya, W. (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media
Selcuk, S, G., Caliskan, S., Erol, M. (2008). The Effects of Problem Solving
Instruction on Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use. Lat. Am. J. Phys. Educ, 2 (3) : 151-166. Tersedia :
143
Simkins, S., Maier, M. (2010), Just In Time Teaching : New Pedagogis and
Practise for Teaching in Higher Education, Virginia : Stylus Publishing,
LLC
Sirait, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Usaha dan Energi Kelas VIII MTS N 3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika Dikfis Pascasarjana Unimed. 1
(1) : 21-26
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudarma, F, T., Motlan. (2013). Efek Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Berbasis Just In Time Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Mata Kuliah Fisika Sekolah Di Jurusan Fisika FMIPA Unimed. Jurnal Online
Pendidikan Fisika Pro Dikfis Pascasarjana Unimed, ISSN 2301-7651, 2 (1) : 9-15
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sihombing, E., Rajagukguk, J., Simamora, P. (2011). Fisika Dasar 2. Medan: Perdana Mulya Sarana
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Trowbridge, L.W. & Bybee, R.W. (1990). Becoming a Secondary School Science
Teacher (fifth ed.). Columbus: Merril Publishing Company.
Vaishnav, S, R. (2013). Effectiveness of Inquiry Training Model for Teaching
Science. An International Peer Reviewed, Scholarly Research Journal for
Interdiciplinary Studies, ISSN 2278-0808. 1 (5) : 1216-1220. Tersedia :
srjis.com [20 Nopember 2013]
Walsh, L. N., Howard, R. G. & Bowe, B. (2007). Phenomenography Study of
Students’ Problem Solving Approach in Physics. Physics Education
Research. (Online). 3 (2)
Wijayanti, P.I., Mosik & Hindarto, N. (2010). Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa
Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. 6: 1-5
Wirtha, M., Rapi, K. (2008). Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran
Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan