• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM READING GROUP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 2B SDIT LUQMAN AL-HAKIM INTERNASIONAL YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELAKSANAAN PROGRAM READING GROUP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 2B SDIT LUQMAN AL-HAKIM INTERNASIONAL YOGYAKARTA."

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

PELA

DALAM

SISWA KELAS

g

PROGRAM

JUR

UN

i

LAKSANAAN PROGRAM

READING GRO

M PEMBELAJARAN MEMBACA PERMU

AS 2B SDIT LUQMAN AL-HAKIM INTER

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rosma Savitri

NIM. 11108244072

M STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

URUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

November2016

ROUP

ULAAN

ERNASIONAL

AH DASAR

SAR

(2)

:

s,4&elf

wtffi

nmruot,

,ffi

tffid!#ffi

sHT

LEQM*I{

Arr.EArilM

YOi

itri

toffi

&Effid,toS

*0lf

fi

(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Bacalah, dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia)

dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Terjemahan Q.S Al Alaq ayat 1 sampai 5)

Setapak langkah kecil anak manusia namun lompatan raksasa dalam

sejarah peradaban umat manusia. Membaca juga demikian, tampak sepele

namun lompatan besar bagi peradaban.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ’alamiin, segala puji hanyalah milik Allah

Subhanahuwata’ala karena atas izin dan karunia

-Nya saya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan kepada beberapa pihak

sebagai berikut.

1.

Kedua orangtua tercinta, Ibu Karsinah dan Bapak Sumedi yang telah

memberikan dukungaan, doa dan pengorbanan yang besar untuk saya.

2.

Adik tercinta, Galih Aji Ramadan yang telah menjadi penyemangat bagi

saya.

3.

Almamater tercinta, PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PELAKSANAAN PROGRAM

READING GROUP

DALAM

PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 2B SDIT

LUQMAN AL-HAKIM INTERNASIONAL YOGYAKARTA

Oleh

Rosma Savitri

11108244072

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan program

reading group

dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 2B

SDIT Luqman Al-Hakim Internasional Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Informan atau

subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kurikulum, waka

kesiswaan, wali kelas 2B serta satu kelas 2B yang berisi 26 siswa sebagai

kelompok yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman

wawancara serta pedoman observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan

model interaktif Miles dan Huberman dengan langkah-langkah meliputi:

pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Uji

keabsahan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi

sumber.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program

reading group

di

kelas 2B dilaksanakan dua sampai tiga kali dalam satu minggu. Pelaksananan hari

pertama dan kedua saling berkesinambungan, sedangkan pelaksanaan hari ketiga

memiliki kegiatan yang berbeda. Pada tahap persiapan, guru berperan

mempersiapkan pelaksanaan program yang meliputi perencanaan kegiatan, sarana

dan prasarana, serta pengarahan terhadap siswa. Pada pelaksanaan program hari

pertama dan kedua siswa dikelompokkan dan diberi tugas membaca, sedangkan

pada pelaksanaan hari ketiga siswa menyimak cerita yang dibacakan oleh guru.

Metode pembelajaran membaca permulaan yang digunakan dalam pelaksanaan

program

reading group

pada siswa kelas 2B adalah metode SAS periode kedua

yaitu periode menggunakan buku. Pengawasan dan pendampingan guru pada

tahap pelaksanaan program lebih difokuskan kepada kelompok siswa yang masih

belum lancar membaca.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Sub

hanahu wata’ala

atas

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Tugas Akhir Skripsi yang berjudul “

Pelaksanaan Program

Reading Group

dalam

Pembelajaran Membaca Permulaan Siswa Kelas 2B SDIT Luqman Al-Hakim

Internasional Yogyakarta”. Skripsi ini

disusun sebagai syarat untuk kelulusan

serta memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar.

Terselesaikannya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.

1)

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menyususn skripsi ini.

2)

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3)

Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan

motivasi kepada penulis.

4)

Ibu Dra. Murtiningsih, M. Pd. selaku dosen pembimbing 1 yang dengan sabar

telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5)

Ibu Rahayu Condro Murti, M.Si.. selaku dosen pembimbing 2 yang dengan

sabar telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6)

Ibu Supartinah, M. Hum. yang telah bersedia memberikan penilaian, masukan

(9)

ix

7)

Kepala SDIT Luqman Al-Hakim Internasional Yogyakarta yang telah

memberikan izin tempat penelitian.

8)

Semua teman-teman kelas yang telah memberikan semangat dan dukungan

kepada penulis.

9)

Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap bahwa penyusunan skripsi ini dapat memberikan kontribusi

terhadap pendidikan di negara tercinta.

Penulis,

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul

... i

Halaman Prsetujuan

... ii

Halaman Surat Pernyataan

... iii

Halaman Pengesahan

... iv

Halaman Motto

... v

Halaman Persembahan

... vi

Abstrak

... vii

Kata Pengantar

... viii

Daftar Isi

... x

Daftar Tabel

... xii

Daftar Bagan

... xiii

Daftar Gambar

... xiv

Daftar Lampiran

... xv

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ... 1

B.

Identifikasi Masalah ... 8

C.

Fokus Penelitian ... 8

D.

Perumusan Masalah ... 9

E.

Tujuan Penelitian ... 9

F.

Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A.

Kajian tentang Membaca Permulaan ... 11

1.

Pengertian Membaca Permulaan ... 11

2.

Tujuan Membaca Permulaan ... 13

3.

Langkah-langkah Membaca Permulaan ... 14

4.

Metode Pembelajaran Membaca Permulaan ... 16

B.

Mengembangkan Budaya Baca di Sekolah ... 22

C.

Kajian tentang Program

Reading Group

... 24

1.

Pengertian Program

Reading Group

... 24

2.

Langkah-langkah Program

Reading Group

... 26

3.

Program

Reading Group

di SDIT LHI ... 27

4.

Tujuan Program

Reading Group

... 30

D.

Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas 2 SD ... 32

1.

Karakteristik Siswa SD ... 32

2.

Karakteristik Siswa Kelas 2 SD ... 33

E.

Kerangka Pikir ... 35

F.

Pertanyaan Penelitian ... 37

(11)

xi

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C.

Objek dan Informan Penelitian ... 40

D.

Teknik Pengumpulan Daata ... 41

E.

Instrumen Penelitian ... 44

F.

Sumber Data ... 47

G.

Teknik Analisis Data ... 47

H.

Uji Keabsahan Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

B.

Deskripsi Informan Penelitian ... 52

C.

Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

1.

Konsep Umum Program

Reading Group

... 55

2.

Persiapan dan Tahapan Pelaksanaan ... 57

3.

Peran Guru ... 64

4.

Aktivitas Siswa ... 68

5.

Evaluasi Pelaksanaan Program ... 72

6.

Hambatan Pelaksanaan Program ... 74

7.

Solusi dari Hambatan ... 75

D.

Pembahasan ... 76

1.

Persiapan Program

Reading Group

... 76

2.

Tahapan Pelaksanaan Program

Reading Group

... 79

3.

Peran Guru ... 83

4.

Aktivitas Siswa ... 84

5.

Evaluasi Pelaksanaan Program ... 86

E.

Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 88

B.

Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

... 94

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Naratif ... 45

Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Naratif Kemampuan Membaca Permulaan ... 46

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 46

Tabel 4. Reduksi Wawancara ... 123

Tabel 5. Reduksi Kesimpulan Observasi ... 153

(13)

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Kerangka Pikir Penelitian ...37

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siswa diberikan pengarahan pada tahap persiapan ... 184

Gambar 2. Siswa meminjam buku di perpustakaan ... 184

Gambar 3. Siswa meminjam buku di rak level 1 dan 2 ... 184

Gambar 4. Siswa membaca di perpustakaan ... 184

Gambar 5. Guru membantu mencatatat peminjaman ... 184

Gambar 6. Siswa berkelompok dan membaca di kelas ... 184

Gambar 7. Aktivitas siswa yang belum lancar mebaca bersama wali kelas ... 185

Gambar 8. Siswa membaca secara mandiri... 185

Gambar 9. Siswa berkelompok di dalam kelas ... 185

Gambar 10. Siswa putra meanjutkan membaca ... 185

Gambar 11. Siswa putra ada yang tidak membaca ... 185

Gambar 12 Siswa membaca secara mandiri... 185

Gambar 13 Aktivitas kelompok yang belum lancar membaca ... 186

Gambar 14. Siswa bercerita tentang cerita yang mereka baca ... 186

Gambar 15. Mengawali kegiatan dengan berdoa ... 186

Gambar 16. Pengarahan kegiatan

reading group

oleh guru ... 186

Gambar 17.Guru membacakan buku cerita ... 186

Gambar 18. Siswa antusias memperhatikan cerita guru ... 186

Gambar 19. Guru meminta siswa menyampaikan pendapat ... 187

Gambar 20. Siswa menyampaikan pendapat ... 187

Gambar 21. Rak perpustakaan ... 187

Gambar 22. Contoh buku KKPK ... 187

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Catatan Lapangan ... 97

Lampiran 2. Hasil Observasi 1 ... 112

Lampiran 3. Hasil Observasi 2 ... 116

Lampiran 4. Hasil Observasi 3 ... 120

Lampiran 5. Hasil Reduksi Wawancara ... 123

Lampiran 6. Hasil Reduksi Observasi. ... 153

Lampiran 7. Triangulasi Data Penelitian ... 168

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ... 184

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Menurut Henry G. Tarigan (1985: 1) keterampilan berbahasa (

language

arts

atau

language skills

) dalam kurikulum di sekolah biasanya mencakup

empat segi, yaitu keterampilan menyimak atau mendengarkan (

listening skills

),

keterampilan berbicara (

speaking skills

), keterampilan membaca (

reading

skills

), dan keterampilan menulis (

writing skills

). Keempat keterampilan

tersebut saling terkait satu sama lain. Satu keterampilan terkait dengan tiga

keterampilan yang lain. Keterampilan menyimak dan berbicara pada umumnya

sudah dipelajari ketika anak mulai lahir, dari lingkungan keluarga, sedangkan

keterampilan membaca dan menulis pada umumnya mulai dipelajari ketika

anak memasuki usia sekolah. Keempat keterampilan tersebut sangat penting

dikuasai oleh setiap individu. Tarigan (1985: 1) juga menyebutkan bahwa

bahasa seseorang mencerminkan jalan pikirannya. Semakin terampil seseorang

berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.

Kegiatan membaca merupakan kegiatan reseptif, yaitu suatu bentuk

penyerapan yang aktif. Dalam kegiatan membaca pikiran dan mental dilibatkan

secara aktif, tidak hanya melibatkan fisik saja. Farida Rahim dalam bukunya

(2008: 2) menyebutkan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

yang rumit yang melibatkan banyak hal. Tidak hanya sekedar melafalkan

tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan

metakognitif. Oleh karena itu membaca merupakan proses yang terlihat

(17)

2

Menurut Masri Sareb (2008: 129) budaya baca atau

reading habbit

suatu

bangsa sering menjadi tolak ukur kemajuan atau peradaban suatu bangsa.

Negara yang memiliki budaya baca tinggi, di sana pula berkembang peradaban

serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara maju seperti Jepang dan

Singapura memiliki budaya membaca yang tinggi. Akan sangat mudah

menemukan siswa di beberapa tempat sedang asik membaca, bahkan

masyarakat umum pun menyukai aktivitas membaca. Menurut penuturan rekan

peneliti yang sudah pernah tinggal di negara tersebut, menyatakan bahwa toko

buku dan perpustakaan di sana sangat ramai. Kondisi tersebut bertolak

belakang dengan kondisi yang ada sekarang di Indonesia. Selain minat baca

yang rendah kemampuan membaca siswa juga masih terbilang rendah. Hasil

penelitian internasional,

Programme for International Student Assessment

(PISA) tahun 2015 tentang kemampuan membaca siswa juga menyebutkan

bahwa kemampuan membaca siswa di Indonesia menduduki urutan ke-69 dari

76 negara yang disurvei. Hasil itu lebih rendah dari Vietnam yang menduduki

urutan ke-12 dari total negara yang disurvei (Mediani dalam www. harian

jogja.com, 4/10/2016).

Indonesia merupakan negara yang masih berkembang serta masih dalam

proses menuju masyarakat gemar membaca. Sayangnya budaya membaca itu

belum luas. Kebiasan dan kegemaran membaca baru membudaya di kalangan

kecil masyarakat (Masri Sareb, 2008: 130). Bahkan di dunia pendidikan sendiri

budaya baca masih rendah. Kesadaran akan pentingnya membaca belum

(18)

3

membaca anak-anak masih rendah. Survei yang pernah dilakukan mencatat

kemampuan membaca anak SD di Indonesia menempati peringkat ke-26 dari

27 negara yang di survei. Fakta itu diperteguh hasil penelitian

Programme for

International Student Assesment

(PISA) tahun 2003 yang diselenggarakan oleh

80 negara anggota

Organization for Economic Cooperation and Development

(Masri Sareb 2008: 131).

Berdasarkan survei dari

United Nations Educational, Scientific and

Cultural Organization

(UNESCO) tahun 2011 di Negara-negara berkembang

di Asia Pasifik menyebutkan bahwa pendidikan Indonesia menempati peringkat

10 dari 14 negara yang disurvei. Indeks membaca masyarakat Indonesia pun

masih sangat rendah, hanya 0,001. Artinya hanya 1 dari 1000 orang masyarakat

yang membaca buku. Survei lain yang pernah dilakukan mencatat pada tahun

2009 berdasarkan data yang dilansir organisasi pengembangan kerja sama

ekonomi (OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi

terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur (Patricia dalam

www.scholae.co, 12/4/2016). Menurut hasil sensus yang dilakukan oleh Badan

Pusat Statistik pada tahun 2012 dan di-

update

kembali pada tahun 2014

terhadap masyarakat Indonesia pada umur 10 tahun ke atas dihasilkan bahwa

masyarakat yang membaca surat kabar sejumlah 15.06%, yang membaca

majalah atau tabloid sejumlah 6.92%, yang membaca buku cerita sejumlah

5.01%, yang membaca buku pelajaran sekolah sejumlah 20.49%, yang

membaca buku pengetahuan sejumlah 14.08%, dan yang membaca buku

(19)

4

menunjukkan bahwa persentase budaya membaca di masyarakat Indonesia

masih terbilang rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang

sangat banyak.

Sekolah memiliki tanggung jawab meningkatkan budaya membaca pada

siswa, oleh karena itu sekolah berkewajiban menciptakan lingkungan dan

kondisi yang mampu menarik minat baca siswa. Suasana membaca yang

kondusif akan membangun pada diri anak suatu kebiasaan. Kebiasaan yang

baik ini pada gilirannya akan sampai pada budaya. Budaya akan terakumulasi

menjadi karakter. Prosesnya tidak secepat yang dibayangkan, namun

pembiasaan dan sikap pantang menyerah lambat laun akan membuahkan hasil.

Budaya baca tidak jatuh dari langit, melainkan mengalami proses yang

panjang. Menuju masyarakat gemar membaca (

reading society

), memerlukan

proses dan juga waktu (Masri Sareb, 2008: 129).

Kemampuan dan kemauan membaca adalah mutlak untuk dikuasai dan

ditingkatkan dalam rangka menghadapi masa depan yang disebut sebagai era

informasi (Depdikbud 1997: 1). Pada sekolah dasar, membaca dan menulis

menjadi salah satu kompetensi yang sangat ditekankan. Mulai dari kelas awal

kemampuan membaca dan menulis sudah diajarkan, karena kemampuan

membaca dan menulis ini akan berperan penting untuk penguasaan ilmu lain.

Menurut Masri Sareb (2008: 5) kompetensi membaca siswa SD dapat dibagi

menjadi dua tahapan, yaitu membaca permulaan (

beginning reading

) yaitu

untuk siswa kelas 1 sampai dengan kelas 3. Tahap yang ke-dua yatu membaca

(20)

5

tahapan ini, diharapkan siswa telah mencapai tingkat tahapan membaca

mantap.

Depdikbud (1997: 10) mengungkapkan ada empat strategi dasar yang

dapat dilaksanakan oleh sekolah dalam pengembangan minat dan kegemaran

siswa. Empat strategi tersebut yaitu melalui penetapan kebijakan, penyediaan

fasilitas, pemantauan dan keteladanan. Selaras dengan pendapat Depdikbud

serta menyadari akan pentingnya budaya membaca untuk kemajuan bangsa,

SDIT Luqman Al-Hakim Internasional Yogyakarta berusaha menumbuhkan

minat dan cinta baca terhadap peserta didiknya. SDIT Luqman Al-Hakim

Internasional merupakan Sekolah Dasar yang memiliki visi mewujudkan

generasi islami yang berwawasan internasional melalui pendidikan integral

holistik. SDIT LHI menggunakan kurikulum Pendidikan Holistik dan Integral

(PHI), yang menggunakan konsep pendidikan islami, UK

Curriculum

dan

Kurikulum Diknas sebagai sumber referensinya.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan mulai dari tanggal 19

Januari sampai 10 Februari 2016, peneliti menjumpai bahwa SDIT LHI

memiliki program untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca

siswanya yaitu program

reading group.

Program ini sudah diberlakukan sejak

tahun 2011 (menurut keterangan kurikulum sekolah). Program

reading group

dilaksanakan dari mulai kelas satu sampai dengan kelas enam. Program ini

sudah lima tahun berjalan dan wali kelas maupun guru pengampu mata

pelajaran Bahasa Indonesia mengakui bahwa program

reading group

ini

(21)

6

pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ustadzah Dian Ida Lestari, M.Pd.

menyampaikan bahwa kemampuan membaca dan menulis siswa banyak

terbantu dengan program

reading group

ini. Pernyataan tersebut selaras dengan

pernyataan dari beberapa wali kelas lain yaitu Ustadzah Asni, M. Pd. dari kelas

2B, serta Ustadzah Kentri Layun K, S.Pd.Si dari kelas 4A. Namun demikian

peneliti menjumpai kenyataan bahwa bagian kurikulum belum memiliki SOP

(Standar Operasional Program)

reading group

tersebut, sehingga setiap kelas

memiliki pelaksanaan yang berbeda-beda. Bahkan ada kelas yang tidak begitu

aktif melaksanakan program tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian kesiswaan, empat wali

kelas serta bagian perpustakaan, peneliti juga menemukan fakta bahwa

pelaksanaan program

reading group

di SDIT LHI paling ideal terlaksana di

kelas 2B. Hal tersebut diungkapkan karena beberapa alasan, baik dari segi

kerutinan pelaksanaanya, evaluasi, maupun hasilnya. Ustadzah Rima dari

bagian perpustakaan menyebutkan bahwa siswa kelas 2B paling banyak

mendapatkan

award

of the month,

yaitu penghargaan bagi siswa yang paling

rajin berkunjung dan meminjam buku perpustakaan.

Berdasarkan wawancara dengan wali kelas 2B beserta patnernya yaitu

Ustadzah Asni Widiastuti, M.Pd. dan Ustadzah Nofita Pangestuti, S.Pd.

menyebutkan bahwa wali kelas ikut naik kelas setiap tahun ajaran untuk

mengikuti siswanya, jadi siswa memiliki teman kelas dan wali kelas yang

sama. Menurut keterangan mereka, kelas 2B merupakan kelas yang sudah aktif

(22)

7

mengadakan program

reading group

seminggu 2 atau 3 kali. Program ini

dilaksanakan dengan baik karena diharapkan dapat membantu meningkatkan

kemampuan membaca dan menulis siswa. Pada awal masuk kelas satu jumlah

siswa ada 26 anak dan hampir semua anak belum bisa membaca dengan lancar,

bahkan beberapa anak belum dapat membaca huruf A sampai Z. Naik ke kelas

2B ada 5 anak yang belum lancar membaca, namun setelah semester satu

berjalan tersisa 1 orang anak yang masih terbata-bata ketika membaca.

Ustadzah Asni menyampaikan bahwa program

reading group

yang

dilaksanakan sangat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan

membaca.

Bagian kesiswaan maupun guru pengampu mata pelajaran Bahasa

Indonesia mengungkapkan bahwa penelitian terhadap program

reading group

dapat membantu kemajuan program tersebut. Program reading group ini sudah

berjalan lima tahun, namun belum ada penelitian tentang program sekolah

tersebut. Berdasarkan beberapa fakta yang diungkapkan di atas peneliti

menyadari pentingnya penelitian terhadap pelaksanaan program

reading group

pada pembelajaran membaca di SDIT LHI khususnya kelas 2B. Oleh karena itu

peneliti bermaksud meneliti dengan judul penelitian “Pelaksanaan Program

Reading Group

dalam Pembelajaran Membaca Permulaan pada Siswa Kelas

2B SDIT LHI Yogyakarta.” Penelitian ini diharapkan bermanfaa

t bagi SDIT

LHI Yogyakarta untuk keberlanjutan pelaksanaan program pada khususnya

(23)

8

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas maka

diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:

1.

Kebiasaan dan kemampuan membaca siswa sekolah dasar masih rendah

dibuktikan dengan survei dari PISA pada tahun 2003 maupun pada tahun

2015.

2.

Budaya membaca masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan

dengan negara-negara lain dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan

oleh UNESCO, OECD serta BPS Indonesia.

3.

Program

reading group

di SDIT LHI Yogyakarta sudah berjalan lima tahun

namun belum terdapat SOP yang jelas.

4.

Tidak semua kelas di SDIT LHI Yogyakarta melaksanakan program

reading group

dengan rutin.

5.

Belum adanya penelitian tentang pelaksanaan program

reading group

pada

pembelajaran membaca di SDIT LHI Yogyakarta, khususnya pada kelas

2B.

C.

Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka penelitian

difokuskan pada pelaksanaan program

reading group

dalam pembelajaran

(24)

9

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimanakah pelaksanaan program

reading group

dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 2B SDIT LHI

Yogyakarta?”

E.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan pelaksanaan program

reading group

dalam pembelajaran

membaca permulaan pada siswa kelas 2B SDIT LHI Yogyakarta.

F.

Manfaat Penelitan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1.

Manfaat Teoritis

Dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan tentang teori pelaksanaan

program

reading group

dalam pembelajaran membaca permulaan di sekolah

dasar.

2. Manfaat Praktis

a.

Bagi SDIT LHI Yogyakarta

Memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan program

reading group

dalam pembelajaran membaca permulaan, sehingga mampu memberi

kontribusi dalam penyusunan SOP program

reading group

untuk kelas

(25)

10

b.

Bagi Guru Kelas

Memberikan gambaran pelaksanaan program

reading group

dalam

pembelajaran membaca permulaan sehingga dapat menjadi evaluasi dan

keberlanjutan pelaksanaan program.

c.

Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan program

reading group

dalam pembelajaran membaca permulaan, sehingga diharapkan dapat

diterapkan kelak jika sudah mengajar dan menemukan permasalahan yang

(26)

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Kajian tentang Membaca Permulaan

1.

Pengertian Membaca Permulaan

Membaca permulaan sangat penting dikuasai oleh seorang anak, karena

kemampuan membaca permulaan akan mempengaruhi kemampuan tahap

membaca selanjutnya, yaitu tahap membaca pemahaman. Banyak ahli

mengemukakan pendapat tentang definisi membaca permulaan. Darmiyati

Zuchdi dan Budiasih (1997: 50), mengatakan bahwa membaca permulaan

merupakan kegiatan belajar membaca tahap awal yang diajarkan di kelas awal

yaitu kelas 1 dan kelas 2 SD. Sedangkan, Ayriza (1995: 11) mengungkapkan

bahwa membaca permulaan merupakan kegiatan awal untuk mengenal

simbol-simbol fonetis serta kegiatan yang ditandai dengan penguasaan kode alfabetik,

di mana anak hanya sebatas membaca huruf perhuruf atau membaca secara

teknis.

Mar’at (2005: 80) berpendapat bahwa membaca permulaan secara tekn

is

mengandung pengertian bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem

dan menggabungkan fonem menjadi suku kata atau kata. Dalwadi (2002: 13)

mengungkapkan bahwa membaca permulaan adalah tahap awal dalam belajar

membaca yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda

yang berkaitan dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar anak dapat

melanjutkan ke tahap membaca lanjut. Selaras dengan pendapat di atas

(27)

12

fonem dan menggabungkan fonem menjadi suku kata atau kata yang diberikan

kepada anak kelas I dan II sebagai dasar mempelajari pelajaran selanjutnya

(Joko Rahmadi 2015: 29).

Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar

dari proses membaca, yaitu

recording, decoding

, dan

meaning

. Proses

recording

dan

decoding

biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD

kelas 1,2 dan 3 yang dikenal dengan istilah membaca permulaan (Farida Rahim

2008: 2). Menurut Syafi’ie (Farida Rahim 2008: 2) penekanan pada tahap

membaca permulaan ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi

rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Siswa bisa membaca lebih cepat

kalau siswa mengetahui bagaimana cara mengatakan serta mengelompokkan

bunyi-bunyi tersebut serta tidak tertegun-tegun melakukannya. Oleh karena itu,

penting diingat agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan

bunyi intonasi atau jeda haruslah dijelaskan sebelum siswa mempelajari

membaca pemahaman (Tarigan, 1985: 8).

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 50), mengatakan bahwa

keterampilan yang diperoleh siswa pada saat membaca permulaan akan

berpengaruh terhadap keterampilan membaca lanjutan mereka. Oleh karena itu,

kegiatan membaca permulaan harus mendapat perhatian guru dan dilaksanakan

dengan penuh kesabaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat

tercapai.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

(28)

13

anak diajarkan tahap awal dalam membaca seperti mengenal huruf, kata, atau

kalimat sederhana. Kemampuan membaca permulaan akan sangat berpengaruh

pada kemampuan membaca pada tahap selanjutnya.

2.

Tujuan Membaca Permulaan

Menurut Soejono (1983: 19) tujuan membaca permulaan secara singkat

dipaparkan sebagai berikut.

a.

Mengenalkan pada siswa huruf-huruf abjad, sebagai tanda suara atau tanda

bunyi.

b.

Melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata

menjadi suara. Kata adalah lambang pengertian.

c.

Pengetahuan huruf-huruf dalam abjad dan keterampilan menyuarakannya

wajib dalam waktu singkat dapat dipraktikkan dalam membaca lanjut.

Pendapat lain mengatakan bahwa tujuan membaca permulaan yang lebih

ditekankan adalah siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana

dengan lancar dan tepat (Joko Rahmadi, 2015: 30). Darmiyati Zuchdi dan

Budiasih (1997: 50) mengungkapkan bahwa tujuan membaca permulaan pada

siswa kelas awal adalah siswa memiliki kemampuan membaca yang akan

menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas tinggi. Menurut Sabarti

Akhadiah, dkk. (1992: 31) tujuan membaca permulaan ialah agar siswa

memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi

yang wajar, sebagai dasar untuk membaca lanjut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang tujuan membaca

(29)

14

siswa dapat memiliki keterampilan membaca permulaan seperti membaca kata

atau kalimat sederhana dengan baik dan benar sehingga mempermudah

pembelajaran membaca pemahaman pada tingkat selanjutnya.

3.

Langkah-langkah Membaca Permulaan

Henry G. Tarigan (2008: 12) mengatakan bahwa dalam usaha menguasai

kemampuan membaca permulaan adalah bersifat teknis yang secara garis besar

dipaparkan sebagai berikut.

a.

Pengenalan bentuk huruf.

b.

Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa,

kalimat, dan lain-lain).

c.

Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan

menyuarakan bahan tertulis

atau “

to bark at print”

).

d.

Kecepatan membaca ke taraf lambat.

M. Shodiq (1998: 126) menjelaskan bahwa pada tahap membaca

permulaan, anak membutuhkan bantuan seperlunya selama membaca, bantuan

yang diberikan pada umumnya berupa konkretisasi kata yang dibaca. Menurut

Bader (Farida Rahim, 2008: 5) kemampuan membaca awal yang dipelajari oleh

anak adalah kemampuan

decoding.

Yusuf Munawir (2015: 141) juga mengatakan bahwa proses membaca

permulaan menuntut kemampuan dalam; a) mengenal huruf kecil dan besar

pada huruf alphabet; b) mengucapkan bunyi huruf; c) menggabungkan huruf

sehingga membentuk suatu kata; d) bunyi yang bervariasi; e) pemahaman suatu

(30)

15

Pendapat lain dari C.J.Wallen (Suwaryono, 1989: 11) mengungkapkan

bahwa secara sederhana dalam membaca terjadi dua proses, yaitu:

a.

proses penerjemahan media tulis ke bahasa;

b.

proses penerjemahan bahasa ke pikiran.

Proses pertama terjadi pada anak atau orang dewasa yang belum lama belajar

membaca. Dalam proses ini perhatian sepenuhnya tertuju pada upaya

menyuarakan tulisan sehingga mudah dipahami oleh orang yang

mendengarnya.

Menurut Suwaryono (1985: 7-8) dalam membaca permulaan

keterampilan yang dikembangkan adalah keterampilan mengenal kata. Pada

pokoknya keterampilan ini berupa:

1.

keterampilan membaca kata-kata dasar;

2.

keterampilan membaca kata-kata berimbuhan;

3.

keterampilan membaca kata-kata majemuk;

4.

keterampilan membaca kelompok kata.

Keterampilan pengenalan kata ini yang penting bahwa anak dapat membaca

kata-kata yang tertulis dengan betul dan jelas.

Slamet Suyanto (2005: 165-166) mengungkapkan bahwa pengenalan

membaca pada anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara fonik

dan cara menyeluruh atau

whole language

. Pengenalan membaca dengan cara

fonik dilakukan dengan mengeja huruf pada saat membaca, sedangkan cara

membaca

whole language

mengajarkan untuk membaca secara keseluruhan,

(31)

16

Yusuf Munawir (2005: 159) menjelaskan bahwa terdapat dua macam

pendekatan dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak, yaitu

pendekatan berdasarkan simbol dan pendekatan berdasarkan makna.

Pendekatan berdasarkan makna ini lebih menguntungkan anak dalam

mengembangkan keterampilan pemahaman dalam membaca, sedangkan

pendekatan

berdasarkan

simbol

lebih

menguntungkan

anak

dalam

mengembangkan keterampilan dalam membaca teknis.

Ritawati (1996: 51) mengungkapkan langkah-langkah membaca

permulaan sebagai berikut:

a.

mengenal huruf;

b.

merangkai huruf menjadi suku kata;

c.

merangkai suku kata menjadi kata; dan mengenal unsur kalimat.

Darmiyati Zuchdi dan Budiarsih (1997: 50-51) mengemukakan bahwa

membaca permulaan meliputi dua tahap, yaitu tahap pramembaca dan tahap

membaca. Tahap pramembaca meng ajarkan; (1) sikap duduk yang baik saat

membaca, (2) cara meletakkan buku di meja, (3) cara memegang buku, (4) cara

membuka dan membalik halaman buku, (5) melihat dan memperhatikan

tulisan. Pada tahap membaca siswa diajarkan tentang pengenalan huruf, suku

kata, kata dan kalimat.

4.

Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

Menurut Endang Supartini (2001: 62) metode pembelajaran bahasa

merupakan langkah-langkah kerja pembelajaran bahasa yang harus dikuasai

(32)

17

bahan yang diajarkan. Metode pembelajaran ditetapkan berdasarkan tujuan dan

materi pembelajaran serta karakteristik siswa sehingga dapat membantu siswa

memahami materi pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.

Sabarti Akhadiah (1992: 32-37) mengemukakan bahwa dalam

pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan

antara lain sebagai berikut.

a.

Metode Abjad

Metode ini merupakan metode yang dimulai dengan pengenalan abjad, “a”.

“be”, “ce”, dan seterusnya. Penggunaan metode ini menimbulkan

kecenderungan mengeja, yaitu membaca huruf demi huruf. Kecenderungan

ini memperlambat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan.

b.

Metode Bunyi

Metode ini pelaksanaanya hampir sama dengan metode abjad, tetapi

huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan dengan bunyinya.

Bunyi-bunyi

konsonan

dirangkaikan

dengan

bunyi

vokalsehingga

membentuk suku kata.

Contoh: ma-ma

na-na

(33)

18

c.

Metode Kupas Rangkai Suku Kata

Metode ini dimulai dengan pengenalan beberapa suku kata. Setelah siswa

mampu membacanya, suku-suku kata itu dirangkaikan menjadi kata-kata

dengan menggunakan tanda penghubung. Misalnya:

ni ni

ma ma

na na

i

ni

ma

ma

na

na

Setelah siswa mampu membaca, kemudian suku-suku kata tersebut diuraikan

unsur-unsur hurufnya.

ni

n

i

ma

m

a

na

n

a

Metode ini seringkali juga disebut metode suku kata.

d.

Metode Kata Lembaga

Siswa belajar membaca melalui kata-kata. Kepada mereka diperkenalkan kata

lembaga, kata tersebut diuraikan menjadi suku kata; suku-suku kata

kemudian diuraikan menjadi huruf. Setelah siswa mengenal huruf , guru

kemudian merangkainya menjadi suku kata, dan akhirnya menjadi kata

kembali.

Contohnya sebagai berikut:

rumah

ru

mah

r

u

m

a

h

ru

mah

(34)

19

e.

Metode Global

Metode ini ini timbul akibat pengaruh aliran psikologi

Gestalt.

Mula-mula

siswa diperkenalkan pada kalimat. Setelah mereka dapat membacanya

kalimat tersebut kemudian diuraikan. Kalimat diuraikan menjadi kata-kata,

kemudian kata-kata diuraikan menjadi suku-suku kata, suku-suku kata

diuraikan menjadi huruf-huruf. Penerapan metode ini sering mengakibatkan

kecenderungan siswa menghafal kalimat. Siswa menirukan guru membaca

kalimat, kemudian menghafalnya. Jika kata-kata itu dilepaskan dari kalimat,

siswa tidak dapat membacanya.

Contohnya sebagai berikut:

rani menulis cerita

rani

menulis

cerita

ra- ni

me

nu

lis

ce

ri

ta

r-a n-i

m-e n-u l-i-s

c-e r-i t-a

f.

Metode SAS (Struktur Analitik Sinetik)

Metode SAS dilaksanakan dalam dua periode. Periode pertama adalah

periode tanpa buku dan periode kedua adalah periode buku.

1)

Periode tanpa buku

Periode ini berlangsung dengan cara-cara sebagai berikut.

a)

Merekam bahasa anak

Guru mencatat kalimat-kalimat yang diucapkan oleh siswa. Kalimat-kalimat

(35)

20

b)

Bercerita dengan gambar

Guru memperlihatkan gambar-gambar pada siswa, sambil bercerita dengan

gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita

digunakan sebagai pola dasar bahan membaca..

c)

Membaca gambar

Guru menunjukkan sebuah gambar, misalnya gambar anak laki-laki berumur

7 tahun yang memegang bola, dan melekatkannya pada papan flanel. Ia

mengatakan “ini bola budi”, kemudian meletakkan

tulisan “ini bola Budi” di

bawah gambar. Siswa membaca gambar dengan tulisan tersebut dengan

bimbingan guru.

d)

Membaca gambar dengan kartu kalimat

Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan

kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaannya dapat

digunakan media berupa papan selip, atau papan flanel, kartu kalimat, kartu

kata, dan kartu gambar.

e)

Proses struktural

Setelah siswa mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi

sedikit gambar dikurangi sehingga akhirnya mereka dapat membaca tanpa

dibantu gambar. Misalnya:

Ini bola budi

f)

Proses analitik

Setelah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu

(36)

21

ini bola budi

ini

bola

budi

i - ni

bo - la

bu - di

i

n

i

b

o

l

a

b

u

d

i

g)

Proses sintetik

Setelah siswa mengenal huruf dalam kalimat yang diuraikan,

huruf-huruf tersebut dirangkai lagi menjadi suku-suku kata, suku-suku kata

dirangkai menjadi kata-kata, dan akhirnya dirangkai lagi menkadi kalimat.

Contohnya sebagai berikut:

i

n

i

b

o

l

a

b

u

d

i

i - ni

bo - la

bu - di

Ini

bola

budi

Secara keseluruhan proses SAS tersebut sebagai berikut:

Ini bola budi

Ini

bola

budi

i - ni

bo - la

bu - di

i

n

i

b

o

l

a

b

u

d

i

i - ni

bo - la

bu - di

ini

bola

budi

Ini bola budi

2)

Periode membaca dengan buku

Kegiatan membaca dengan buku ini bertujuan untuk melancarkan dan

(37)

22

berfungsi sebagai pelancar, selain itu membiasakan siswa untuk membaca

tulisan berukuran kecil, sebab selama periode tanpa buku mereka berlatih

membaca dengan huruf berukuran besar.

Pengajaran membaca permulaan berakhir di kelas 2 SD, pada waktu itu

siswa diharapkan telah menguasai dasar kemampuan membaca yang diperlukan

untuk dapat melakukan kegiatan membaca lanjut (Sabarti Akhadiah, 1992: 37).

B.

Mengembangkan Budaya Baca di Sekolah

Menurut Murniaty (2013: 5) biasa membaca adalah membaca

tanpa ada dorongan pihak lain. Kebiasaan membaca merupakan

keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan

keterampilan bawaan. Kebiasaan membaca dapat dikembangkan dan

dibina melalui kegiatan belajar mengajar. Tetapi perlu juga diingat

bahwa kebiasaan membaca tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan

sikap seseorang/masyarakat, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan

dan kemudahan untuk memperoleh berbagai bahan bacaan. Kebiasaan

membaca dilingkungan sekolah tidak hanya diperlukan oleh siswa

namun juga pada masyarakat sekolah lain, sehingga dapat membentuk

membentuk budaya baca pada lingkungan sekolah.

Program

Prioritizing Reform,Innovation and Opportunities for

Reaching Indonesia's Teachers, Administrators and Students

(PRIORITAS) yang didanai oleh USAID bekerja sama dengan

Pemerintah Indonesia dilaksanakan dalam rangka mendukung

(38)

23

dalam meningkatkan akses pendidikan dasar yang bermutu. Salah satu

upaya untuk mencapai tujuan tersebut, USAID PRIORITAS telah

melaksanakan program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah

buku pengayaan dan buku bacaan berjenjang kepada sekolah untuk

meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa. Program ini

dalam rangka mendukung implementasi kebijakan pendidikan yang

tertuang di dalam RPJMN dan Renstra Kemdikbud 2015-2019.

Program dari USAID PRIORITAS ini memberikan kemajuan

pada bidang pendidikan. Berbagai kemajuan yang dapat dilihat di

sekolah di antaranya, guru merancang tugas yang mendorong interaksi

antar siswa dalam pembelajaran kooperatif, yang menantang siswa

untuk berbuat dan berpikir tingkat tinggi, seperti diskusi, percobaan,

pengamatan, dan pemecahan masalah. Siswa memanfaatkan beragam

sumber belajar dan menghasilkan karya hasil gagasan sendiri. Hasil

karya siswa dipajangkan untuk menciptakan suasana pembelajaran

yang kondusif. Kepala sekolah melaksanakan manajemen yang

transparan, akuntabel dan partisipatif dengan melibatkan guru,komite

sekolah dan masyarakat. Program budaya membaca mengoptimalkan

pemanfaatan perpustakaan sekolah, sudut baca, perpustakaan keliling,

dan sumber daya dari masyarakat. Program budaya membaca di

beberapa sekolah telah berhasil membentuk pembiasaan membaca

(39)

24

C.

Kajian tentang Program

Reading Group

1.

Pengertian Program

Reading Group

Menurut Suharsimi Arikunto (Eko Putro, 2009: 7) program memiliki

definisi sebagai suatu kegiatan yang direncanakan secara seksama. Sedangkan

Yusuf Tayibnapis (Eko Putro, 2009: 8) mengartikan program sebagai segala

sesuatu yang dicoba dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau

pengaruh. Eko Putro Widoyoko (2009: 8) dalam bukunya menyebutkan ada

empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai suatu program.

Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.

a.

Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama.

b.

Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke

kegiatan yang lain.

c.

Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi (baik formal

maupun informal) bukan kegiatan individual.

d.

Kegiatan tersebut dalam implementasinya melibatkan banyak orang, bukan

kegiatan yang dilakukan perorangan.

Tidak semua program yang direncanakan bisa efektif dan dilaksanakan

dengan baik, oleh karena itu agar program yang direncanakan lebih baik dalam

pelaksanaannya maka perlu diadakan evaluasi program. Eko Putro Widoyoko

(2009: 10) mengungkapkan evaluasi program biasanya dilakukan untuk

kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan

(40)

25

Menurut Finochiaro dan Bonomo (Tarigan, 1985: 2)

reading

adalah

“bringing meaning to and getting meaning from printed or written material,”

yang berarti memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di

dalam bahan tertulis. Menurut

Oxford Advanced Learner’s Dictionary of

Current English

(1974: 698) pengertian

reading

adalah

act of one who reads

.

Sedangkan pengertian

group

adalah

number of persons or things gathered or

placed together, or naturally associated

(1974: 381).

Brown (2001: 177) menyatakan bahwa

group work is a central to

maintain the linguistik interaction in the classroom. It is a generic term

covering a multiplicity of techniques in which two or more student are assigned

a task that involves collaboration and self-initiated language

. Dapat diartikan

bahwa

group

work

atau kelompok kerja adalah pusat untuk mempertahankan

interaksi linguistik dalam kelas.

Group

terdiri dari dua siswa atau lebih yang

diberi tugas bersama untuk berkolaborasi dan meningkatkan bahasa.

Brown (2001: 178) juga memaparkan keuntungan dibentuknya

group

dalam penugasan, diantarnya adalah sebagai berikut.

a.

Group work generates interactive language.

b.

Group work offers an embracing affective climate.

c.

Group work promotes learner responsibilityand autonomy.

d.

Group work is a step toward in individualizing instruction.

Uraian di atas dari Brown dapat disimpulkan bahwa pembentukan

group

atau

kelompok dapat meningkatkan interaksi bahasa siswa, iklim yang efektif untuk

(41)

26

Jennifer dan Sophie (2012: 1) mengungkapkan bahwa

reading group

adalah

“small group reading instruction where students sat with their teacher

to work on reading skills. These groups allowed the teacher to give different

instruction to different groups of s

tudents as the teacher saw fit”.

Reading

group

adalah kelompok siswa dengan tugas membaca yang didampingi oleh

guru untuk meningkatkan keterampilan membaca.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian program

reading group

adalah suatu kegiatan yang direncanakan yaitu siswa

dikelompokkan

berdasarkan

tingkat

kemampuan

membaca

untuk

meningkatkan

reading skills

siswa di mana kelompok tersebut diberikan

perlakuan yang berbeda berdasarkan taraf kemampuannya.

2.

Langkah-langkah Program

Reading Group

Dalam bukunya, Jennifer dan Sophie (2012: 7) mengungkapkan bahwa

dalam strategi

reading group

, di dalam kelas dibentuk kelompok-kelompok

kecil, di mana masing-masing siswa memiliki tugas membaca secara individu,

dan saling menyimak bergantian. Pengelompokan ini akan mempermudah guru

mendengarkan siswa membaca perorangan serta anggota kelompok akan

menyimak serta turut mengikuti. Guru memiliki peran memperbaiki

kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam proses membaca. Hal tersebut

sesuai dengan yang disampaikan oleh Jennifer dan Sophie (2012 : 8) “

In

strategic reading group, the teacher waits for the student to miscue or have a

(42)

27

Dalam proses pelaksanaan

reading group

sumber bacaan yang

digunakan oleh siswa juga perlu diperhatikan. Guru perlu menyesuaikan buku

yang digunakan dengan tingkat kemampuan siswa. Secara lebih detail Jennifer

dan Sophie mengungkapkan langkah-langkah dalam pelaksanaan program

reading group

(2012: 12) sebagai berikut:

1.

Teacher reminds students of the purpose of the group and of the

necessity for the text to be a challenge

.

2.

Teacher refers students to a previously discussed strategy that may

be relevant in this text for many of the students.

3.

Teacher directs students to continue to read silently

.

4.

Teacher circulates to each student, listening to them read until

they miscue or otherwise demonstrate a comprehension

breakdown. Teacher choaches student through a strategy designed

to help with the error

.

5.

Teacher moves to each student and repeats step 4.

6.

Teacher asks students to stop reading and close their books.

7.

Teacher summarizes the strategy worked on with each student and

ask student to pay close attention to using the strategy for the rest

of the day, in reading, as they study other subjects, and at home.

Langkah-langkah tersebut pada umumnya bisa diterapkan untuk siswa kelas

atas, hal tersebut dapat dilihat dari langkah kedua dan ketiga. Sedangkan, untuk

siswa kelas awal perlu disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan kognitif

siswa.

3.

Program

Reading Group

di SDIT LHI

SDIT LHI Yogyakarta memiliki visi yaitu terwujudnya generasi islami

yang berwawasan internasional melalui pendidikan internal holistik (Buletin

SDIT LHI 2016: 1). Untuk mencapai visi tersebut maka dibentuklah beberapa

program sekolah. Program sekolah merupakan kegiatan yang disediakan

(43)

28

Berdasarkan data kurikulum pengajaran SDIT LHI Yogyakarta memiliki

program sekolah diantaranya sebagai berikut.

a.

Program akademik yaitu kegiatan dalam bentuk

reading group, morning

mathemathic, outing class

.

b.

Program Al-Quran, dalam program ini dilakukan kegiatan seperti

one day

one ayat

, dan

muroja’ah

.

c.

Program membangun karakter siswa, kegiatan yang dilakukan dalam

bentuk

star of the week

, sholat duha,

morning motivation

,

class meeting

untuk melatih empati dan kepekaan terhadap fenomena di sekitar sekolah

dan

education for sustainable development

.

d.

Program sosial dan ekonomi wirausaha, kegiatan yang dilakukan dalam

program ini seperti

market day

dan pengelolaan sampah terpadu.

e.

Program pengembangan

skill

, kegiatan yang dilakukan dalam program ini

seperti ekstrakulikuler: renang,

science club

,

math club

, pencak silat,

musik,

english club

,

tahsin

,

tahfidz club

,

robotic

, seni rupa, pramuka/

kepanduan dan

outbound

.

f.

Program membangun empati siswa, kegiatan yang dilakukan seperti:

I

care I share, class pot

,

class pet

, dan

green school.

Program

reading group

merupakan salah satu program SDIT LHI

Yogyakarta yang masuk dalam kategori program akademik. Pada awalnya

reading group

adalah salah satu metode belajar membaca yang dikembangkan

oleh guru-guru SDIT Luqman Al Hakim Internasional. Wali kelas dan guru

(44)

29

menemukan fakta bahwa minat baca serta keterampilan siswa dalam

memahami bacaan masih rendah. Dari referensi yang ada, akhirnya

ditemukanlah sebuah metode yang kemudian dinamai

reading group.

Dalam

reading group

, siswa membaca suatu bacaan (teks, buku, majalah, dll)

kemudian membuat ringkasan dari bacaan tersebut secara tertulis. Hasil

ringkasan siswa dibaca oleh guru kemudian siswa diberi masukan perbaikan

ringkasannya. Hal tersebut dilakukan secara rutin dan terus menerus sehingga

keterampilan membaca pemahaman siswa menunjukkan peningkatan (data

kesiswaan SDIT LHI).

Pada tahun 2011,

reading group

dijadikan program wajib sekolah.

Program ini di diwajibkan dari kelas satu sampai kelas enam. Program

reading

group

diserahkan sepenuhnya kepada wali kelas untuk mengelola dan

melaksanakannya. Program ini tidak

include

ke dalam mata pelajaran

melainkan berdiri sendiri dalam alokasi waktu tertentu sesuai dengan

kebutuhan kelas masing-masing.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa program

reading group

adalah program wajib sekolah di SDIT LHI Yogyakarta yang

termasuk ke dalam kelompok program akademik. Dalam menjalankan program

(45)

30

4.

Tujuan Program

Reading Group

Tujuan pendidikan di SDIT LHI Yogyakarta (Buletin SDIT LHI 2016:

2) adalah mengasah 7 kecerdasan anak yaitu sebagai berikut.

a.

Kecerdasan spiritual

Kesadaran seorang anak akan Allah dalam setiap perasaan, pikiran, perilaku

maupun pengalamannya.

b.

Kecerdasan moral

Kekuatan prinsip dalam kekuatan moral yang disertai dengan komitmen

untuk mengamalkan suatu nilai moral dengan penekanan pada integritas,

kejujuran, kebaikan dan keadilan.

c.

Kecerdasan intelektual

Memahami isu-isu yang besar dan penting tentang kemanusiaan dan

pengaruh dari kejadian dan penemuan penting dalam perkembangan

peradaban manusia.

d.

Kecerdasan fisik

Memahami ruang lingkup dan pentingnya keseimbangan dan kesejahteraan

dalam kehidupan pribadi dan kolektif, serta secara aktif berusaha

mewujudkannya.

e.

Kecerdasan interpersonal

Memahami pentingnya komunikasi yang baik, kerja sama, keterbukaan dan

persahabatan untuk mewujudkan hubungan yang bermakna antar individu

(46)

31

f.

Kecerdasan budaya

Berkomitmen terhadap gaya hidup yang menerapkan prinsip dan nilai-nilai

islam, khususnya yang tercermin pada kehidupan sehari-hari dengan orang

lain.

g.

Kecerdasan sosial

Memiliki kepedulian sosial, pelayanan, kepemimpinan dan keaktifan sosial

serta bertekad untuk menjadikan hidupnya sebagai bagian dari perbaikan

dunia.

Kompetensi yang diharuskan dicapai oleh siswa SDIT LHI Yogyakarta ada

tiga, yaitu sebagai berikut.

1.

Living Skills

Kecakapan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dalam kehidupan sehari-hari.

2.

Learning Skills

Kecakapan untuk selalu dapat mengembangkan diri melalui proses proses

belajar yang berkelanjutan.

3.

Thinking Skills

Kecakapan yang dibutuhkan saat berpikir memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Tujuan program

reading group

di SDIT LHI Yogyakarta sesuai dengan

tujuan yang ketiga yaitu untuk mengasah kecerdasan intelektual dan

mencampai kompetensi kedua serta ketiga. Untuk mencapainya dibutuhkan

kemampuan dan kemauan membaca siswa yang tinggi. Hal tersebut untuk

(47)

32

mampu meningkatkan kemampuan dan kemauan (minat) membaca siswa SDIT

LHI Yogyakarta sehingga dapat meningkatkan kecerdasan intelektual,

learning

skills

dan

thinking skills.

D.

Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas 2

1.

Karakteristitik siswa Sekolah Dasar

Menurut Desmita (2014: 35) mengacu pada pembagian tahapan

perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa

perkembangan, yaitu masa kanak tengah (6-9 tahun), dan masa

kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak pada usia sekolah dasar memiliki

karakteristik yang berbeda dengan anak-anak usia di bawahnya atau di atasnya.

Menurut Desmita (2014: 35) pada usia sekolah dasar anak senang bermain,

senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau

melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu guru hendaknya

mengembangkan pelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan

siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar kelompok, serta

memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

Menurut Havighurst (Desmita, 2014: 35) tugas perkembangan anak usia

sekolah dasar meliputi beberapa hal di bawah ini.

a.

Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan

aktivitas fisik.

b.

Membina hidup sehat.

c.

Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.

(48)

33

e.

Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi

dalam masyarakat.

f.

Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.

g.

Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.

h.

Mencapai kemandirian pribadi.

Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta

didik yang berkaitan langsung dengan pembelajaran. Seperti halnya dengan

sejumlah aspek perkembangan yang lain kemampuan kognitif anak juga

mengalami perkembangan bertahap menuju kesempurnaan. Mengacu pada

teori kognitif Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar masuk dalam

tahap pemikiran konkret-operasional (

concrete operasional thought

), yaitu

masa di mana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau

pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya (Desmita, 2014: 104).

2.

Karakteristik Siswa Kelas 2 SD

Siswa kelas 2 SD merupakan masuk kedalam kelas awal/ rendah sekolah

dasar. Pada masa-masa ini siswa memiliki karakteristik yang berbeda dengan

siswa kelas atas, yaitu antara kelas empat sampai kelas enam. Menurut

Soemadi Soerjabrata (1975: 187) beberapa sifat khas pada masa kelas rendah

sekolah dasar adalah sebagai berikut.

a.

Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.

b.

Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

c.

Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

(49)

34

e.

Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka dianggapnya soal itu

tidak penting.

f.

Pada masa ini (terutama pada umur 6 sampai 8 tahun) anak tanpa

mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

Charlesworth (Eillen dan Lynn, 2010: 161) mengungkapkan bahwa

belajar membaca adalah tugas perseptual yang paling rumit dihadapi anak

setelah meninggalkan bangku taman kanak-kanak. Pada umumnya di

Indonesia kelas 2 SD berusia 7-8 tahun. Menurut Eillen dan Lynn (2010:

176-177) karakteristik perkembangan berbicara dan berbahasa pada usia 7 tahun

adalah sebagai berikut.

a.

Senang bercerita; suka menulis cerita pendek, menceritakan dongeng

khayalan.

b.

Menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperti orang

dewasa; pola kalimat mencerminkan perbedaan budaya dan letak geografis.

c.

Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa; semakin

banyak menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan.

d.

Menggunakan gerak tubuh untuk menggambarkan percakapan.

e.

Mengkritik hasil karyanya sendiri.

f.

Membesar-besarkan kejadian adalah hal yang wajar.

g.

Menjelaskan kejadian sesuai kemauan atau kebutuhannya.

h.

Menggambarkan pengalamannya secara terinci.

i.

Memahami dan menjalankan perintah dalam beberapa tahap (sampai lima

(50)

35

j.

Senang menulis pesan dan catatan singkat untuk temannya.

Sedangkan pada usia 8 tahun karakteristik perkembangan berbicara dan

berbahasa (Eillen dan Lynn, 2010: 185-186) adalah sebagai berikut.

a.

Senang menceritakan lelucon dan teka-teki.

b.

Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap).

c.

Membaca dengan mudah dan memahaminya.

d.

Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi yang

imajinatif dan mendetail.

e.

Menggunakan bahasa untuk memuji dan mengkritik orang lain;

mengulang-ulang ucapan popular dan kata umpatan.

f.

Memahami dan mengikuti aturan tata kalimat dalam percakapan dan bentuk

tertulis.

g.

Berminat mempelajari kode kata rahasia dan menggunakan bahasa kode.

h.

Bercakap-cakap dengan orang dewasa dengan lancar, mampu berpikir dan

berbicara mengenai masa lampau dan masa depan.

E.

Kerangka Pikir

Membaca merupakan salah satu keterampilan bahasa yang sangat

penting untuk dikuasai. Membaca adalah kegiatan yang bersifat aktif dan

interaktif yang melibatkan banyak hal sehingga bahan bacaan dapat dimengerti

dan dimaknai. Dalam pembelajaran membaca pada tingkat sekolah dasar,

dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu membaca permulaan untuk kelas awal

dan membaca pemahaman untuk kelas atas. Membaca permulaan sangat

(51)

36

permulaan tersebut akan mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman

pada saat di kelas atas. Membaca permulaan adalah kegiatan belajar membaca

tahap awal di mana anak diajarkan tahap awal dalam membaca seperti

mengenal huruf, kata, atau kalimat sederhana.

Sekolah memiliki peran penting dalam me

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Naratif Program Reading Group
Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Naratif Kemampuan Membaca Permulaan Siswa
Tabel. 4. Reduksi Data, Penyajian Data, dan Penarikan kesimpulan Wawancara Pelaksanaan Program Reading Group pada Pembelajaran Membaca Permulaan di Kelas 2B SDIT LHI Yogyakarta
gambar yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di dala ya dijelaska bah a Pendidikan ideal di SDIT Luqman Al Hakim Surakarta adalah menekankan pada konteks membaca dalam konteks mencari kearifan ( wisdom ) juga

Aktivitas outbound di SDIT Internasional Luqman Hakim dilakukan setiap semester satu kali. Pada aktivitas outbound yang dilakukan pada 18-19 Mei 2012 dilaksanakan di

Fokus penelitian yaitu, bagaimana Manajemen peningkatan sumber daya pendidik dalam rangka imlementasi kurikulum berbasis tauhid di SDIT Luqman Al Hakim Balikpapan dengan

Sedangkan alat evaluasi yang menjadi unggulan di SDIT Luqman Al Hakim Kudus yaitu rubrik yang diberikan pada wali siswa, yang kemudian dari pihak sekolah bekerjasama

Dari hasil uji coba kelompok besar, diperoleh skor rata-rata keseluruhan 4,38 dengan kategori sangat baik sehingga buku kerja Ngudi Kawruh Basa Jawa kelas IV SDIT Luqman Al

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, pokok permasalahan yang akan dibahas penyusun adalah tentang pelayanan sirkulasi di perpustakaan Darul Hikmah SDIT Luqman

Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut: 1 kegiatan yang dilakukan guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Internasional Luqman Al Hakim Banguntapan Bantul Yogyakarta dalam pengembangan

KISI – KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER PAS TAHUN PELAJARAN 2023/2024 SDIT LUQMAN AL HAKIM YOGYAKARTA B ARAB VI MATERI PEMBELAJARAN INDIKATOR SOAL Jumlah soal ددعلا Angka Hal 1-15