• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upacara tradisional susuk wangan sebagai atraksi wisata budaya di air terjun Girimanik kabupaten Wonogiri 3355

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upacara tradisional susuk wangan sebagai atraksi wisata budaya di air terjun Girimanik kabupaten Wonogiri 3355"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

UPACARA T RADI SI ONAL SUS UK WANGAN SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI AIR T ERJUN GIRIM ANI K

KABUPATE N W ONOGIRI

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi

Syarat - Syarat Guna Mencapai Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata

Oleh :

Fitri Wulandari C.9407010

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara. pulau-pulau membentang dari Sabang sampai Merauke. Indonesia mempunyai banyak potensi dan sumber daya alam untuk di kembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Sumber daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi beberapa obyek wisata yang menarik. Daya tarik utama wisatawan yang berkunjung ke Indonesia adalah keindahan alam, maka dari itu daerah tujuan wisata itu perlu dikembangkan seoptimal mungkin. Di samping kaya akan sumber daya alam, Indonesia juga mempunyai keanekaragaman seni dan budaya. Dengan adanya kebudayaan tersebut dapat mendukung berkembangnya pariwisata. Kebudayaan adalah sebuah nilai kekayaan tersendiri bagi bangsa sehingga layak untuk dibanggakan, dilestarikan dan dipublikasikan. Kebudayaan akan mempunyai nilai tambah tersendiri apabila suatu jenis budaya dapat dipadukan dengan atraksi wisata. Hal ini sangat menarik untuk dikunjungi wisatawan.

Wonogiri adalah daerah yang luas terdiri dari daratan dan pegunungan serta panorama alam yang indah. Panorama yang demikian Wonogiri mempunyai daerah tujuan wisata yang menarik. Wonogiri terletak di sebelah selatan kota Solo ± 32 km dan hanya 40 menit ditempuh dengan kendaraan umum atau kendaraan pribadi. Wonogiri mempunyai banyak obyek wisata yang sangat menarik. Obyek-obyek wisata tersebut antara lain: Waduk Gajah Mungkur, Monumen Bedol Desa, Wisata

(3)

Warung Apung (Karamba), Pantai Nampu, Pantai Sembukan, Upacara Jamasan Pusaka Mangkunegaran, Wisata Religi Kayangan, Museum Karst, Museum Wayang, dan yang lebih menarik dan mempunyai potensi yang besar untuk dijadikan obyek wisata adalah obyek wisata alam air terjun Girimanik Banyaknya obyek wisata yang ada di Wonogiri tidak mengherankan apabila pemasukan pendapatan daerah dalam bidang pariwisata dari tahun ke tahun semakin meningkat. Jumlah pemasukan dari bidang pariwisata di kabupaten Wonogiri ikut berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah kabupaten Wonogiri, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Wonogiri. Banyaknya obyek wisata tersebut maka banyak wisatawan luar daerah yang tertarik untuk menikmati obyek-obyek wisata di kabupaten Wonogiri.

Alasan pengambilan judul ini karena di obyek wisata air terjun Girimanik mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang sangat menarik. Obyek wisata air terjun Girimanik adalah air terjun alami yang terletak di desa Setren, kecamatan Slogohimo, kabupaten Wonogiri. Selain mempunyai daya tarik wisata alam, obyek wisata air terjun Girimanik juga mempunyai obyek wisata spiritual yakni tempat yang dapat di gunakan untuk bersemedi dan yang lebih menarik lagi di obyek wisata air terjun Girimanik terdapat atraksi wisata budaya yaitu upacara tradisional Susuk Wangan.

(4)

SEBAGAI ATRAKSI WISATA BUDAYA DI AIR TERJUN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di tulis di atas maka masalah yang akan dianalisis dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang Upacara Tradisional Susuk Wangan di obyek wisata air terjun Girimanik ?

2. Bagaimana prosesi Upacara Tradisional Susuk Wangan di obyek wisata air terjun Girimanik ?

3. Bagaimana pengaruh penyelenggaraan Upacara Tradisional Susuk Wangan terhadap jumlah pengunjung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang Upacara Tradisional Susuk Wangan di obyek wisata air terjun Girimanik.

2. Untuk mengetahui prosesi Upacara Tradisional Susuk Wangan di obyek wisata air terjun Girimanik.

3. Untuk mengetahui pengaruh terhadap penyelenggaraan upacara tradisional susuk wangan terhadap jumlah pengunjung.

(5)

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi masyarakat mengenai atraksi wisata budaya di air terjun Girimanik.

b. Mengembangkan dan mempromosikan pariwisata air terjun Girimanik 2. Manfaat teoritis

a. Menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia pariwisata. b. Menambah ilmu pengetahuan baik secara praktis, teoritis, maupun

akademik dan pengembangan diri.

E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pariwisata

Berbicara tentang pariwisata, usaha di bidang ini sangat kompleks karena ada banyak unsur pendukung dari industri-industri pariwisata yang terkait. Usaha pariwisata adalah usaha padat karya yang menuntut kualitas tinggi dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, yang bertujuan memuaskan wisatawan dengan fasilitas yang mendukung, yang ditunjang dengan sumber daya manusia yang handal dari setiap lini.

(6)

suatu tujuan untuk bersenang-senang yang didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat dan pemerintah.

Selain pendapat di atas juga terdapat berbagai pendapat mengenai pariwisata antara lain sebagai berikut :

a. Pariwisata adalah suatu perjalanan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata, untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam. (Oka A.Yoeti, 2001 :109) b. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk

pengusahaan obyek dan daerah tujuan wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. (Ramaini Kodhyat,1992:85)

c. Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu pariwisata dengan ragam motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa ini terus meningkat dengan perkembangan kehidupan manusia. (Samsuridjal D.Kaelany HD,1997: 11)

2. Jenis Pariwisata

(7)

wisata yang di lakukan, bentuk-bentuk perjalanan wisata yang dilakukan. Ini berarti jenis-jenis pariwisata harus diketahui dan diperhitungkan supaya dapat memberikan pengertian dan tempat wajar dalam pembangunan industri. Jenis-jenis wisata yang telah di kenal saat ini, antara lain :

a. Wisata Budaya

Hal ini dimaksudkan agar perjalanan yang di lakukan atas dasar keinginan, untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seringnya perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.

b. Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksudkan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan ia beristirahat baginya dalam arti jasmaniah dan rohani, dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang mempunyai iklim udara yang menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainya.

(8)

Hal ini dimaksudkan para wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Tour de France, F-1 (Formula One) dan lain-lain. d. Wisata Komersial

Dalam wisata ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-pameran industri, pameran dagang dan sebagainya. Pada mulanya banyak orang berpendapat bahwa hal ini tidaklah dapat di golongkan dalam dunia kepariwisataan, dengan alasan bahwa perjalanan serupa ini, yaitu ke pameran atau pekan raya yang bersifat komersial hanya dilakukan oleh orang-orang yang khusus mempunyai tujuan-tujuan tertentu untuk urusan bisnis mereka dalam pekan raya tersebut.

e. Wisata Industri

Yang berkaitan erat dengan wisata komersial adalah wisata industri. Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian termasuk dalam golongan wisata industri ini.

f. Wisata Politik

(9)

misalnya peringatan tahun suatu negara, ulang tahun perayaan 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya. Disana fasilitas akomodasi, sarana angkutan dan atraksi aneka warna diadakan secara megah bagi para pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri.

g. Wisata Konvensi

Wisata konvensi dekat dengan jenis wisata politik. Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan beserta ruangan-ruangan tempat bersidang para peserta konferensi, musyawarah, konvensi atau pertemuan lainya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

h. Wisata Sosial

Wisata remaja (youth tourism) termasuk ke dalam wisata jenis ini. Yang dimaksudkan dengan jenis wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah (atau dengan kata lain tidak mampu membayar segala sesuatu yang bersifat mewah) untuk mengadakan perjalanan, seperti misalnya bagi kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

i. Wisata Pertanian

(10)

perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi.

j. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

Jenis Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air, lebih-lebih di Danau, bengawan, petani, teluk lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat-lihat tanaman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau negara-negara maritim di Lautan Karibia, Hawai, Tahiti, Fiji dan sebagainya.

k. Wisata Cagar Alam

Untuk Jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usahanya dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang.

l. Wisata Buru

Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakkan oleh berbagai agen atau biro pejalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah atau hutan yang ditetapkan pemerintah negara yang bersangkutan.

(11)

Wisata Pilgrim adalah perjalanan wisata yang ditujukan bagi para

wisatawan yang senang akan hal-hal yang mistik, keramat, dan dianggap suci. Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai manusia ajaib penuh legenda.

n. Wisata Bulan Madu

Wisata bulan madu yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

pasangan-pasangan pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas yang khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.

o. Wisata Petualangan

Dikenal dengan istilah Adventure Tourism, seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah di jelajahi penuh binatang buas, mendaki tebing terjal, dan terjun ke dalam sungai yang sangat curam. (Nyoman, S. Pendit, 2003 : 37-43 )

3. Bentuk-bentuk wisata

(12)

a. Wisata Mancanegara (asing, internasional) dan wisata domestik (dalam negeri) di indonesia disebut wisata nusantara.

Adalah wisatawan yang perjalanannya memasuki daerah negara yang bukan negaranya sendiri, kalau perjalanan wisata itu tidak keluar dari batasan-batasan negara sendiri, wisatawannya ialah wisatawan nusantara.

b. Wisata Reseptif (pasif) dan wisata aktif

Dilihat dari dampaknya secara ekonomis, wisata mancanegara atau kedatangan wisatawan dari luar negeri itu akan menghasilkan pemasukan devisa untuk negara yang bersangkutan. Maka wisata mancanegara itu dilihat secara ekonomis maupun dari sudut kedatangan orang asing disebut wisata pasif sebaliknya, perjalanan warga negara ke luar negara disebut wisata aktif. c. Wisata kecil dan wisata besar

Wisata kecil adalah wisata jangka pendek yang memakan waktu

satu sampai beberapa hari. Wisata besar adalah wisata yang dilakukan memakan waktu cukup lama.

d. Wisata individual dan wisata terorganisasi

Wisata individual adalah wisata yang tidak di tangani oleh perusahaan perjalanan, wisata ini dilakukan atas dasar keinginan sendiri. Sedangkan wisata terorganisasi adalah wisata yang segala sesuatunya diatur oleh agen perjalanan dan menggunakan akomodasi yang khusus disediakan. (R.G.Soekadijo, 2000:18)

(13)

Budaya adalah sebuah sistem yang mempunyai koherensi. Bentuk-bentuk simbolis berupa kata, benda, milik, sastra, lukisan, nyanyian, musik, kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep-konsep epistemologis dari sistem pengetahuan masyarakatnya.(Kuntowijoyo, 2006: 2)

Kebudayaan adalah suatu entitas yang otonom dalam kehidupan manusia, betapapun dia dapat dipengaruhi perkembanganya oleh faktor-faktor tertentu dalam konstelasi sosial maupun lingkungan alamiah. (Oka A.Yoeti, 2006:26)

Kebudayaan sangat terkait dengan suatu sistem yang dikenal dengan nama sistem sosial-budaya. Masing-masing memiliki cakupan pengertian sendiri-sendiri. Kebudayaan mengacu pada hal-hal yang bersifat abstrak berupa sistem nilai, gagasan, kepercayaan, simbol-simbol, idiologi yang dibayangkan oleh suatu komunitas atau masyarakat tertentu. Komunitas itu bisa berupa sekumpulan manusia yang hidup dalam wilayah yang lebih luas yang disebut bangsa. (Nina Witasari. dkk, 2009:2)

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. (Koentjaraningrat,1984:180)

(14)

Media pewarisan kebudayaan memiliki bermacam-macam bentuk. Pada masyarakat yang sudah mengenal tulisan, media pewarisan berupa tulisan. Dan media pewarisan berupa lisan yang berkembang dalam masyarakat berupa nyanyian rakyat, puisi rakyat serta upacara tradisional.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak. (Nina Witasari, dkk, 2009: 4)

F. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dua obyek, yaitu obyek wisata air terjun Girimanik dan Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonogiri. Lokasi penelitian pertama terletak sebelah timur dari kota Wonogiri yang berjarak ± 36 km, bila ditempuh menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi sekitar 2 jam perjalanan dari kota Wonogiri. Obyek wisata ini terletak di di desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri. Lokasi penelitian kedua adalah Kantor Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonogiri yang terletak di tengah kota Wonogiri yaitu di jalan Jend. Sudirman, ± 500 m sebelah selatan dari kantor Bupati Wonogiri.

(15)

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti, atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara ini data yang diperoleh adalah data faktual dan aktual, dalam arti data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung. (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000: 84-85).

b. Wawancara

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh pihak kedua, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Wawancara dilaksanakan secara lisan atau tatap muka dengan sumber atau informan. Wawancara dilakukan terhadap seseorang yang memiliki kompetensi dengan masalah penelitian yaitu Bapak Eko Sunarsono, Kepala Desa Setren, Ibu Rosi, Bapak Pardi.

c. Studi pustaka

Adalah mempelajari buku – buku referensi yang berhubungan dengan naskah untuk mendapatkan data sebagai landasan dalam membahas kenyataan penelitian sehingga nantinya dapat mendukung kegiatan penelitian. Studi pustaka dilakukan dengan mengunjungi Perpustakaan Pusat di Universitas Sebelas Maret, Lab. Tour, Gramedia.

3. Analisis Data

(16)

analisa deskriptif kualitatif. Metode analisa deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan atau melukiskan fenomena atau hubungan antar-fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat rincian, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000: 29).

G. Sistematika Penelitian

Bab I, pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan sistematika penelitian.

Bab II, pada bab ini menjelaskan gambaran umum, sejarah, keadaan sosial budaya dan daya tarik wisata di Kabupaten Wonogiri yang terdiri dari obyek wisata alam, obyek wisata buatan, dan obyek wisata budaya minat khusus.

Bab III, pada bab ini membahas tentang latar belakang upacara tradisional susuk wangan di obyek wisata air terjun Girimanik, juga membahas prosesi upacara tradisional Susuk Wangan di obyek wisata air terjun Girimanik, membahas pengaruh penyelenggaraan penyelenggaraan upacara tradisional Susuk Wangan terhadap jumlah pengunjung.

(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM OB YE K DAN DAYA T ARI K WI SAT A DI KABUPATE N W ONOGIRI

A. Keadaan Umum Kabupaten Wonogiri

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Propinsi Jawa Tengah yang berjarak ± 32 km dari kota Solo ke arah selatan. Kabupaten Wonogiri terletak pada 7º 32º - 8º Lintang Selatan dan 110º 41º-111º 18º Bujur Timur. Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di ujung selatan Propinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah 192.236,02 ha. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:1).

Kondisi alamnya sebagian besar berupa pegunungan berbatu gamping. Terutama di bagian selatan yang termasuk jajaran pegunungan seribu dan merupakan mata air dari Bengawan Solo. Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 m di atas permukaan air laut. Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500m atau lebih dari permukaan air laut. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jatiroto dan Karangtengah. Fisiografi wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar berupa perbukitan bergelombang sedangkan fisiografi dataran sangat terbatas hanya di beberapa tempat terutama pada bentuk lahan aluvial. Kondisi iklim di Kabupaten Wonogiri termasuk tipe tropis atau memiliki dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Pergantian musim berlangsung sepanjang tahun dengan temperatur suhu

(18)

udara rata-rata 24 º-32 º C. Curah hujan di Kabupaten Wonogiri berkisar antara 1.557-2.476 mm/ tahun dengan hari hujan antara 107-153 hari/tahun. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:1)

Dengan kondisi alam yang seperti tersebut di atas itulah, maka tidak mengherankan apabila sebagian besar penduduknya lebih senang merantau ke kota besar untuk mencari nafkah. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa para perantau tersebut terkenal dengan sosok pekerja yang ulet, jujur dan kuat. Adapun hasil-hasil produksi dari sektor pertanian antara lain: padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah. Sedangkan produksi tanaman perkebunan adalah mete, kapuk, coklat dan cengkeh. Selain itu dari sektor industri yaitu tatah sungging (wayang kulit), batu mulia, batu kaca, kerajinan rotan, meubel kayu, jamu, tahu tempe, gaplek, cabuk. Dan di bidang kesenian yang terkenal di Wonogiri antara lain kethek ogleng, wayang kulit, reog, dan ledhek. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:2)

Secara administratif Kabupaten Wonogiri masuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah yang terbagi menjadi 25 Kecamatan dan terdiri dari 294 kelurahan. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah).

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur). 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur). 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.

(19)

B. Sejarah Singkat Kabupaten Wonogiri

Sejarah terbentuknya Kabupaten Wonogiri tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Samber Nyawa. Asal kata Wonogiri sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu wono (alas/hutan/sawah) dan giri (gunung/pegunungan). Nama ini sangat tepat menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri yang memang sebagian besar berupa sawah, hutan dan gunung.

Kabupaten Wonogiri awal mulanya merupakan daerah basis perjuangan Raden Mas Said dalam menentang penjajahan Belanda. Raden Mas Said lahir di Kartosuro pada hari Minggu Legi, tanggal 4 Ruwah 1650 tahun jimakir, Windu Adi Wari Agung, atau bertepatan dengan tanggal 8 April 1725 Masehi. Raden Mas Said merupakan putra dari Kanjeng Pangeran Aryo Mangkunegaro dan Raden Ayu Wulan. Memasuki usia dua tahun, Raden Mas Said harus kehilangan ayahandanya karena dibuang oleh Belanda ke tanah Kaap (Ceylon) atau Srilangka. Hal itu karena ulah keji berupa fitnah dari Kanjeng Ratu dan Patih Danurejo. Akibatnya, Raden Mas Said mengalami masa kecil yang jauh dari selayaknya seorang bangsawan keraton. Pada suatu saat terjadi peristiwa yang membuat Raden Mas Said resah karena di Keraton terjadi ketidakadilan yang dilakukan oleh Raja (Paku Buwono II) yang menempatkan Raden Mas Said hanya sebagai Gandhek Anom yang sejajar dengan Abdi Dalem Manteri. Padahal sesuai dengan drajat dan kedudukan Raden Mas Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana.(Nina Witasari, dkk, 2009: 36).

(20)

berkata apa-apa Sang Patih memberikan emas kepada Raden Mas Said. Perilaku Sang Patih ini membuat Raden Mas Said malu dan sangat marah karena beliau menuntut keadilan bukan untuk mengemis.

Raden Mas Said bersama Pamannya Ki Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya yang mengalami nasib yang sama, akhirnya Raden Mas Said memutuskan untuk keluar dari Keraton dan melakukan perlawanan terhadap Raja. Raden Mas Said bersama pengikutnya mulai mengembara mencari suatu daerah yang aman untuk kembali menyusun kekuatan. Raden Mas Said bersama pengikutnya tiba di suatu daerah dan mulai menggelar pertemuan-pertemuan untuk menghimpun kekuatan dan mendirikan sebuah pemerintahan. Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabiulawal dan dalam perhitungan kalender Masehi bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1741 Masehi. (Nina Witasari, dkk, 2009: 37).

(21)

Dalam mengendalikan perjuangannya, Raden Mas Said mengeluarkan semboyan yang sudah menjadi ikrar sehidup semati yang terkenal dengan sumpah “Kawulo Gusti” atau “Pamoring Kawulo Gusti” sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya, luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagaikan keluarga besar yang sulit dicerai-beraikan musuh. Ikrar tersebut berbunyi “Tiji tibeh, Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh”. Ini adalah konsep kebersamaan antara pimpinan dan rakyat yang dipimpin maupun sesama rakyat.

Raden Mas Said juga menciptakan suatu konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu :

1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran karena dalam pertempuran hanya ada dua pilihan hidup atau mati. Berani bertindak menghadapi cobaan dan tantangan meski dalam kenyataan berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, disaat menerima anugerah baik berupa harta benda atau anugerah lain, harus diterima dengan cara yang wajar. Hangrasa Wani, mau berbagi bahagia dengan orang lain.

2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya, tertanam dalam sanubari yang terdalam, sehingga pada akhirnya pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rela berjuang dan bekerja untuk daerahnya. Merawat dan melestarikan kekayaan yang terkandung didalamnya.

(22)

Kegigihan Raden Mas Said dalam memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh.

Raden Mas Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan yang berarti. Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran.

Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran. (Nina Witasari, dkk, 2009: 38).

(23)

Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul. (Nina Witasari, dkk, 2009: 39).

KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :

1. Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.

2. Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro), mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik. 3. Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten

(24)

4. Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagai Lemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah. Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat.

5. Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab. (Nina Witasari, dkk, 2009: 40-41).

Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795.

(25)

terjadi peristiwa penting sekitar tahun 1923 M yakni perubahan status daerah Wonogiri yang dahulu hanya berstatus Kawedanan menjadi Kabupaten. Saat itu Wedana Gunung Ngabehi Warso Adiningrat diangkat menjadi Bupati Wonogiri dengan pangkat Tumenggung Warso Adiningrat. Akibat perubahan status ini, wilayah Wonogiri pun dibagi menjadi 5 Kawedanan yaitu Kawedanan Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, Jatisrono dan Purwantoro.

Pada saat itu di wilayah kekuasaan Mangkunegaran dilakukan penghematan anggaran keraton dengan menghapuskan sebagian wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar sehingga wilayah Mangkunegaran manjadi dua yaitu Kabupaten Mangkunegaran dan Kabupaten Wonogiri. Ini berlangsung sampai tahun 1946.

Dalam perkembangannya, rakyat Wonogiri pada masa pendudukan Jepang dan tentara Sekutu, bersama-sama dengan rakyat Indonesia pada umumnya tidak bisa dilepaskan dari penderitaan dan kekejaman penjajahan. Rakyat Wonogiri bersama dengan rakyat Indonesia tergugah dan bersatu padu melawan segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh bangsa Belanda maupun Jepang. Semangat pemuda Wonogiri yang tidak kenal menyerah dan ulet seakan telah menjadi karakter tersendiri dalam berjuang memperbaiki nasib dan taraf kehidupan. (Nina Witasari, dkk, 2009: 42).

(26)

gerakan Anti Swapraja yang menginginkan Wonogiri keluar dari sistem kerajaan Mangkunegaran. Akhirnya disepakati bahwa Kabupaten Wonogiri tidak menghendaki kembalinya Swapraja Mangkunegaran.

Sejak saat itu Kabupaten Wonogiri mempunyai status seperti sekarang, dan masuk sebagai Kabupaten yang berada diwilayah Propinsi Jawa Tengah.

(Nina Witasari, dkk, 2009: 42)

C. Kondisi Sosial Budaya Di Kabupaten Wonogiri 1. Sosial Budaya

a. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan masyarakat Kabupaten Wonogiri pada dasarnya sama pada masyarakat Jawa pada umumnya. Memperhitungkan hubungan seseorang dengan orang lain berdasarkan pertalian darah. Keanggotaan di dalam kelompok kekerabatan diperhitungkan berdasarkan pertalian darah. Keanggotaan di dalam kelompok kekerabatan diperhitungkan berdasarkan prinsip bilateral yaitu memperhitungkan keanggotaan kelompok melalui garis keturunan laki-laki maupun perempuan. Bentuk kekerabatan paling kecil adalah keluarga batih. Anggotanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah. (Wawancara dengan Eko Sunarsono, 12 Juni 2010).

b. Sistem Religi

(27)

Sehingga menjadi suatu tradisi untuk mengadakan upacara-upacara penghormatan dan penyembahan yang disertai dengan doa, sesaji dan bahkan korban. (Wawancara dengan Eko Sunarsono, 12 Juni 2010).

2. Tradisi Masyarakat Kabupaten Wonogiri

Masyarakat Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari masyarakat Jawa. Oleh karena itu masyarakat Kabupaten Wonogiri mempunyai tradisi Jawa. Kehidupan mereka dipengaruhi oleh alam. Kabupaten Wonogiri mempunyai tradisi baik bersifat religius maupun non religius. Tradisi yang religius yang berada di Kabupaten Wonogiri antara lain: Upacara Tradisi Punden Donoloyo, Upacara Tradisi Bersih Desa, Upacara Tradisional Susuk Wangan, Upacara Kelahiran dan kematian. Tradisi yang non religius antara lain: Gotong Royong (Sambatan), Kerja bakti. (Wawancara dengan Eko Sunarsono, 12 Juni 2010).

D. Potensi Wisata Di Kabupaten Wonogiri

Di daerah Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi wisata yang menarik dan layak untuk di kunjungi. Mengingat Wonogiri banyak mempunyai obyek wisata untuk dikembangkan sehingga dapat menambah pemasukan bagi pendapatan daerah. Potensi yang dimiliki Kabupaten Wonogiri antara lain adalah sebagai berikut:

1. Obyek Wisata Alam

(28)

Obyek wisata air terjun Girimanik terletak di Kecamatan Slogohimo dengan jarak sekitar 40 km dari Kabupaten Wonogiri. Akses jalan menuju tempat wisata ini sangat mudah dan lancar dengan dukungan sarana umum yang cukup memadai. Obyek wisata air terjun Girimanik merupakan tempat wisata alam dengan suasana sejuk dan didukung panorama alam pegunungan yang indah. Obyek wisata air terjun Girimanik mempunyai tiga buah air terjun yang dinamakan air terjun Manik Moyo yang mempunyai ketinggian ± 100m, air terjun Tejo Moyo yang mempunyai ketinggian ± 30m, dan air terjun Condro Moyo yang mempunyai ketinggian ± 40m. Harga tiket masuk Rp. 3000, wisatawan dapat menikmati keindahan alam di air terjun Girimanik ini.

b. Obyek Wisata Pantai Sembukan

(29)

karang terjal dan hamparan bukit-bukit karst. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 1000. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:47).

c. Obyek Wisata Goa Putri Kencana

Goa Putri Kencana terletak di Desa Wonodadi Kecamatan Pracimantoro atau berjarak 40 km dari Kota Wonogiri kearah selatan. Tempat ini memiliki kelebihan berupa keindahan stalagtit dan stalagmit. Goa Putri Kencana berada sekitar 250 m di atas permukaan laut. Sarana pendukung antara lain tempat parkir, sarana ibadah dan toilet. Harga tiket masuk adalah Rp. 3000 para pengunjung dapat memyaksikan keindahan panorama khas Goa Putri Kencana yang mempunyai luas ± 1.000m². (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:49).

d. Obyek Wisata Pantai Nampu

Pantai Nampu terletak di Desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito yang berjarak ± 60 km ke arah selatan dari Kota Wonogiri. Tempat wisata ini mempunyai kelebihan berupa panorama alam pantai dengan hamparan pasir putih membentang, serta ombak yang cukup besar. Pantai Nampu sangat cocok untuk para pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan laut dan sangat potensial bagi olahraga air seperti selancar. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 1000. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:51).

e. Obyek Wisata Goa Maria

(30)

berdoa agara dapat terkabul apa yang diinginkan. Selain itu Goa Maria juga terdapat sebuah sendang yang konon dipercaya mempunyai berbagai khasiat. Pada hari-hari tertentu banyak umat kristen yang datang, tidak hanya dari daerah Wonogiri tetapi juga dari berbagai penjuru wilayah. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 2000. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:47).

f. Obyek Wisata Cagar Alam Donoloyo

Obyek wisata yang sangat sakral. Obyek wisata ini berupa hutan jati di mana kayu jati yang ada diperuntukkan khusus untuk membangun Istana Raja Surakarta. Obyek wisata cagar alam ini banyak dikunjungi oleh wisatawan minat khusus atau para pecinta alam.

g. Obyek Wisata Gunung Gandul

Obyek wisata Gunung Gandul termasuk gugusan pegunungan Seribu yang terletak di Kota Wonogiri yang berjarak ± 3 km dari kantor Bupati Wonogiri. Gunung Gandul adalah wahana wisata sekaligus menjadi gardu pandang Wonogiri, obyek wisata tersebut banyak dikunjungi para remaja yang senang berpetualang untuk menikmati keindahan alam.

2. Obyek Wisata Buatan

a. Obyek Wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur

(31)

dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri. Akses jalan dan sarana transportasi yang mendukung obyek wisata ini sangat mudah dan murah hanya dengan waktu tempuh 15 menit dari kota Wonogiri. Obyek wisata Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur mempunyai beberapa atraksi wisata tirta seperti keindahan genangan air waduk yang dapat dinikmati dengan perahu motor, jetsky dan jet boat. Pengunjung dapat menikmati suasana sekitar waduk yang asri sambil naik gajah atau kereta kelinci.atraksi lainya adalah kebun binatang mini (taman satwa), kolam renang, mainan anak-anak, sarana olahraga ganthole dan lain-lain. Harga tiket masuk adalah Rp. 3500.

Selain itu juga terdapat event wisata budaya berbagai jenis kesenian yang ditampilkan antara lain:

1) Gebyar Gajah Mungkur

Adalah event tahunan yang dilaksanakan di Taman Rekreasi Sendang Asri Waduk Gajah Mungkur. Event terbesar pariwisata di Kabupaten Wonogiri ini di gelar setiap setahun sekali untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri. Waktu pelaksanaan event ini selama dua minggu yang dilengkapi dengan pentas kesenian berupa orkes melayu, campur sari, parade band, dan atraksi menarik lainya.

(32)

100.000 orang yang berasal dari dalam dan luar daerah. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:39).

2) Jamasan Pusaka Mangkunegaran

Event budaya ini dilakukan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan kepada Kanjeng Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I sebagai pendiri awal pemerintahan di Kabupaten Wonogiri.

Jamasan Pusaka diisi dengan prosesi pembersihan dan perawatan pusaka Mangkunegaran yang berada di pendopo Kabupaten Wonogiri, Kecamatan Selogiri, dan Kecamatan Girimarto. Tempat kegiatan ini dipusatkan dari pendopo Kabupaten kemudian dikirab dan dilakukan jamasan di Taman Asri Waduk Gajah Mungkur. Setelah semua prosesi ini selesai, pusaka kerajaan Mangkunegaran ini dikembalikan ke tempat penyimpanan semula. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:40). 3) Ruwatan Massal

Dalam kebudayaan masyarakat Jawa mengenal adanya aura buruk yang ada dalam tubuh manusia. Aura ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain takdir dari sang pencipta, kelalaian masyarakat, atau sebab lainya. Untuk membersihkan aura buruk ini dilakukan prosesi pembersihan atau dikenal dengan ruwatan.

Ruwatan ini biasanya digelar dengan memakai sarana cerita wayang kulit dengan lakon Murwakala yang di tuturkan sang dalang pengruwat. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:41).

(33)

Obyek Wisata Monumen Bedol Desa adalah monumen yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri untuk menghormati penduduk Wonogiri yang bertransmigrasi ke Sitiung, dimana tempat tinggalnya kemudian dibangun menjadi Waduk Gajah Mungkur, Bendungan Serbaguna ini merupakan hasil pengorbanan sebagian masyarakat Wonogiri demi pembangunan, karena 51 desa ditenggelamkan dan 60.000 jiwa rela di transmigrasikan dengan sistem bedhol desa. Untuk menghormati jasa dan pengorbanan mereka, Pemerintah membangun “ Monumen Bedol Desa” di dekat pintu air Waduk Gajah Mungkur.

c. Obyek Wisata Agro Wisata Alam Asri Cakaran

Taman rekreasi ini terletak di Desa Sendang Kecamatan Wonogiri sekitar ± 9 km ke arah barat daya dari kota Wonogiri.Taman rekreasi ini dibangun di perairan Waduk Gajah Mungkur. Tempat ini merupakan lokasi pembudidayaan berbagai jenis ikan air tawar dengan memanfaatkan genangan air waduk dengan sistem jala dan karamba terapung. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 1000.

d. Obyek Wisata Museum Wayang Kulit

(34)

e. Obyek Wisata Museum Kawasan Karst

Museum Kawasan Karst terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, kabupaten Wonogiri. Dari kota Wonogiri ± 40 Km ke arah Selatan, lokasi Museum Kawasan berada pada kawasan yang dikonservasikan. Hal ini sesuai dengan fungsi Museum sebagai salah satu yang mengkonservasi keberadaan karst yang ada di Indonesia.

Konsep pembangunan pada Museum Kawasan Karst yakni memadukan antara bangunan fisik dan lingkungan alam sekitarnya, merupakan proyeksi dari kegiatan in-door dan out-door. Keanekaragaman unsur karst di luar bangunan mendukung arti dan fungsi Museum sehingga konsep back to nature dapat tercapai.

Museum Kawasan Karst Indonesia mempunyai tiga lantai utama, antara lain: lantai dasar yang divisualsasikan panel poster mengenai kronologi pembangunan Museum Kawasan Karst dengan tema Karst untuk ilmu pengetahuan. Lantai tengah ditampilkan maket - maket Kawasan Karst serta kehidupan sosial budaya masa lampau dan masa sekarang. Pada lantai atas merupakan ruangan serbaguna dan dapat digunakan sebagai ruang rapat, presentasi dan pemutaran film yang telah di lengkapi dengan proyektor dan layar. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 2500. (Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006).

3. Obyek Wisata Budaya

(35)

Gunung Giri adalah komplek pemakaman kerabat Keraton Surakarta yang dipercayai dapat memberikan berkah kepada siapapun yang berziarah ke makam ini, khususnya untuk permohonan agar usahanya dapat berhasil. Obyek wisata ini juga merupakan petilasan Sunan Giri saat berkelana. Setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon banyak sekali dikunjungi orang untuk mendapatkan berkah agar usahanya dapat berhasil atau peziarah mengadakan upacara selamatan atas terkabulnya permohonannya. Obyek wisata ini terletak di Alas Kethu Wonogiri yang berjarak ± 2 km dari Kabupaten Wonogiri. (Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006).

b. Obyek Wisata Kahyangan Dlepih

Obyek Wisata Kahyangan Dlepih terletak di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo yang berjarak 50 km arah tenggara dari kota Wonogiri. Wisata spiritual Kahyangan merupakan tempat petilasan Raja-Raja Tanah Jawa (Mataram). Sampai sekarang Kahyangan masih dikeramatkan oleh Kasultanan Yogyakarta, terbukti pada setiap 8 tahun (sewindu) sekali diadakan upacara Labuhan Ageng. Di tempat inilah Danang Suto Wijoyo mendapatkan Wahyu Raja dan kemudian bergelar Panembahan Senopati. Di tempat ini Danang Suto Wijoyo mengadakan perjanjian dengan Kanjeng Ratu Kidul untuk bersama-sama membangun pemerintahan di Jawa.

(36)

terimakasih dan doa rakyat Wonogiri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selalu diberi keselamatan dan ketentraman. Obyek wisata ini banyak didatangi pengunjung yang melakukan meditasi dan berbagai acara ritual lainya dengan beragam permohonan. Kegiatan ini berjalan setiap hari dan mencapai puncaknya pada malam Selasa Kliwon dan malam Jumat Kliwon. Harga tiket masuk adalah sebesar Rp. 2500. (Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006). c. Obyek Wisata Sendang Siwani

Obyek Wisata Sendang Siwani terletak di Dusun Matah, Desa Singodutan Kecamatan Selogiri yang berjarak ± 4 km dari kota Wonogiri. Sendang Siwani merupakan salah satu petilasan Raden Mas Said (Mangkunegara I) saat melakukan gerilya melawan penjajah Belanda. Di Sendang Siwani tersebut Raden Mas Said mendapatkan petunjuk dari Yang Kuasa untuk menumpas penjajah Belanda di wilayah Wonogiri. Selanjutnya di tempat tersebut dikembangkan mitos bahwa orang yang melakukan tirakat atau meditasi di tempat ini akan terkabul permohonanya. Hingga sampai sekarang tempat tersebut menjadi salah satu tujuan wisata spiritual di Kabupaten Wonogiri. (Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006).

d. Tugu Penyimpanan Pusaka Mangkunegoro I

(37)

Kyai Limpung yang tersimpan di Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto yang berjarak ± 25 km ke arah timur laut kota Wonogiri. Pada setiap bulan Suro diadakan upacara penjamasan pusaka-pusaka tersebut di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Menurut cerita pusaka-pusaka tersebut semuanya milik Raden Mas Said yang pada waktu tinggal di Wonogiri pusaka tersebut tersimpan di Desa Bubakan Kecamatan Girimarto dan Desa Nglaroh. Senjata-senjata tersebut di gunakan sebagai Senjata-senjata atau alat perang untuk melawan Kompeni, kecuali Gong Kyai Mendung Eko Doyo Wilogo. Dari semua pusaka-pusaka tersebut sangat ampuh dam memiliki aura ghaib, tetapi yang paling menonjol keampuhannya menurut masyarakat adalah Keris Kyai Semar Tinandu, sebab keris tersebut dipercayai oleh khalayak ramai dan bahkan masih dipercayai oleh pihak keraton, bahwa pada pusaka tersebut terdapat aura atau pemomong, maksudnya bagi siapa yang memakai pusaka tersebut tidak akan mengalami kesusahan atau ada masalah.

Pemerintah Kabupaten Wonogiri melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga telah melakukan tahap pengembangan untuk event terutama jamasan pusaka harus selalu diadakan, karena merupakan salah satu aset wisata dalam dunia kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri. (Buku Pintar Kabupaten Wonogiri, 2004:52).

e. Obyek Wisata Prasasti Nglaroh

(38)

Kecamatan Selogiri terkenal dengan sebutan Bumi Nglaroh, tanahnya yang subur di aliri oleh dua buah sungai yaitu Sungai Pule dan Sungai Krisak yang keduanya bermata air dari pegunungan Gajah Mungkur dan bermuara di Bengawan Solo, di Desa Nglaroh merupakan awal sejarah perjuangan Raden Mas Said dalam melawan penindasan penjajah Belanda, kemudian di Desa Nglaroh tersebut beliau mendirikan pemerintahan darurat. Tanggal terbentuknya pemerintahan darurat tersebut selanjutnya oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri di buatkan sebuah prasasti yang kemudian dinamakan prasasti Nglaroh dan di bakukan menjadi hari jadi Kabupaten Wonogiri yaitu pada tanggal 19 Mei 1741.

Di tempat tersebut Raden Mas Said merasa sakit hati dan kecewa karena Belanda telah menginjak-injak dan menindas rakyat sehingga sangat merisaukan rakyat. Akhirnya beliau bangkit dan menentang kekerasan yang terjadi di bangsa ini. Beliau di dukung oleh kakek dan neneknya yaitu eyang Kudunowarso dan Eyang Sumosunarso beserta pamannya Joyo Penambang adalah seorang yang kaya raya dan memiliki harta yang melimpah ruah sehingga dapat mendukung pergerakan Raden Mas Said melawan penjajah.

(39)

BAB II I

PROSE SI UPACARA TRADI SI ONAL SUSUK WANGAN DI AI R TERJUN GIRIMANI K

A. Deskripsi Wilayah Air terjun Girimanik

Air terjun Girimanik berada di Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu kecamatan yang menjadi pendukung sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan Slogohimo terletak di sebelah timur kota Wonogiri dengan jarak ± 36 km. Kecamatan Slogohimo mempunyai luas wilayah 6.414,7955 Ha, terdapat 15 Desa yang menempati Kecamatan tersebut dan terdapat 71 Dusun. Secara Administratif Kecamatan Slogohimo mempunyai batas wilayah utara Kabupaten Magetan, sebelah timur Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Purwantoro, batas wilayah sebelah selatan Kecamatan Jatiroto dan Kecamatan Kismantoro, dan sebelah barat Kecamatan Jatipurno. (Pesona Wisata Kabupaten Wonogiri, 2006).

Air terjun Girimanik terletak di Desa Stren Kecamatan Slogohimo. Daerah Stren ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, karena potensi alam pegunungan yang menjadikan iklim di Desa Stren dingin. Dengan kondisi alam seperti di atas maka sebagian besar penduduk di Desa Stren bermata pencaharian sebagai petani. Hasil-hasil produksi dari sektor pertanian antara lain: padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai. Sedangkan dari sektor industri rumah tangga yaitu industri pafing, pembuatan etalase, anyaman kepang, industri genteng. (Wawancara dengan Sri Purwanti, Kepala Desa Setren, 2 Agustus 2010)

(40)

Berdasarkan letak geografis tersebut maka potensi pariwisata di Kecamatan Slogohimo sangat tepat untuk dikembangkan. Kecamatan Slogohimo mempunyai banyak obyek wisata yang sangat menarik, obyek-obyek wisata tersebut antara lain: Obyek wisata hutan Donoloyo, obyek wisata Goa Gedang Semampir, dan air terjun Girimanik. (Wawancara dengan Rosi, 16 Juni 2010).

B. Sejarah Air terjun Girimanik

Air terjun Girimanik merupakan obyek wisata alam yang terletak di tengah hutan Girimanik. Pada zaman dahulu Hutan Girimanik masih sangat lebat dan terkesan angker, sehingga belum ada orang yang berani masuk kedalam hutan tersebut. Air terjun Girimanik pertama kali ditemukan oleh seorang warga desa Stren. Dia bernama Mbah Pono yang bermata pencaharian sebagai petani dan peternak kambing. Pada suatu hari Mbah Pono mencari rumput dan kayu bakar di hutan Girimanik, dia mendengar suara gemericik air yang berasal dari dalam hutan. Kemudian dia mencari dimana suara gemericik air tersebut, dengan penuh semangat Mbah Pono menemukan sebuah air terjun.yang sangat indah. Setelah kejadian itu Mbah Pono memberitahukan kepada Pejabat Kecamatan tentang penemuan air terjun di dalam Hutan Girimanik.

Setelah penemuan air terjun yang berada di Hutan Girimanik Desa Stren tepatnya di kawasan lereng selatan Gunung Lawu. Pemerintah Kabupaten Wonogiri menjadikan hutan Girimanik sebagai obyek wisata alam yang sangat menarik. Di obyek wisata alam air terjun Girimanik terdapat atraksi wisata budaya yakni Upacara Tradisional Susuk Wangan. (Wawancara dengan Pardi, 27 Juni 2010).

(41)

Obyek wisata Air Terjun Girimanik merupakan salah satu obyek wisata yang cukup diminati oleh wisatawan. Obyek wisata air terjun Girimanik merupakan wisata alam yang berpotensi untuk dijadikan sebagai wisata andalan. Potensi-potensi wisata ini antara lain:

1. Obyek Wisata Alam a) Hutan Girimanik

Obyek wisata air terjun Girimanik terletak didalam hutan ini. Kawasan hutan ini memiliki keindahan alam berupa hutan, gunung, dan perbukitan dengan suasana yang masih alami. Kawasan ini meliputi petak 88, 94, 87, 102 dengan luas 167 Ha yang terdiri dari jenis pohon pinus yang dikelola oleh RPH Plalar BKPH Lawu Selatan dan secara administratif pemerintahan masuk dalam wilayah desa Setren Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri.

b) Air terjun Manik Moyo

Air terjun Manik Moyo mempunyai ketinggian ± 100 m. Air terjun ini dinamakan Manik Moyo karena merupakan nama lain dari Semar dalam pewayangan. Air terjun ini adalah yang tertinggi di Girimanik.

c) Air Terjun Tejo Moyo

Air Terjun Tejo Moyo mempunyai ketinggian ± 30 m. Terletak didekat air terjun Manik Moyo.

d) Air Terjun Condro Moyo

(42)

percaya air terjun ini merupakan tempat berkumpulnya Punakawan. (Wawancara dengan Rosi, 16 Juni 2010).

2. Obyek Wisata Spiritual

Desa Setren merupakan lokasi petilasan Pangeran Samber Nyawa, karena itu banyak dijumpai tempat-tempat yang bernilai spiritual yang dapat dikunjungi. Tempat-tempat tersebut antara lain:

a) Sendang Drajat

Sendang Drajat adalah sebuah sendang yang dipercayai untuk meningkatkan derajat seseorang apabila seseorang meminum air sendang ini. Menurut cerita sendang ini juga menjadi tempat pemandian Pangeran Samber Nyawa saat bertapa di Pertapaan Girimanik. Sendang ini dipercayai oleh masyarakat bahwa orang yang sulit mencari jodoh apabila mandi di air sendang ini segera menemukan jodoh.

b) Sendang Nglambreh

(43)

c) Sendang Kanestren

Menurut cerita masyarakat setempat, Sendang Kanestren adalah tempat pemandian Pangeran Samber Nyawa sewaktu bertapa di Girimanik.

d) Pertapaan Girimanik

Pertapaan Girimanik adalah sebuah bukit yang digunakan untuk bertapa Raden Mas Said saat bergerilya melawan penjajah Belanda agar diberikan kejayaan dan kemenangan. Tempat tersebut kemudian disakralkan orang untuk tempat meditasi agar permohonanya dapat terkabul. Sampai sekarang tempat tersebut banyak dikunjungi oleh para pengusaha, pejabat, dan seniman untuk mendapatkan berkah.

e) Batu Resi

Berdasarkan cerita, Batu Resi merupakan petilasan Pangeran Samber Nyawa dalam bermunajat kapada Allah SWT. Sampai sekarang tempat ini masih sering digunakan para pengunjung untuk bermunajat kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Wawancara dengan Rosi, 16 Juni 2010).

Berhasil tidaknya suatu tempat berkembang menjadi sutu daerah tujuan wisata (DTW) tergantung dari faktor 4A. Berikut ini dapat dilihat potensi- potensi obyek wisata Air Terjun Girimanik berdasarkan pendekatan 4A.

Pendekatan 4A tersebut antara lain: 1. Atraksi

(44)

Obyek wisata air terjun Girimanik mempunyai panorama alam yang sangat indah berupa hutan, gunung, dan perbukitan. Dikawasan ini juga terdapat tempat-tempat yang bernilai spiritual.

b) Kegiatan

Pada waktu-waktu tertentu ditempat ini diselenggarakan acara-acara yang dapat menarik wisatawan. Acara-acara tersebut antara lain: upacara tradisional Susuk Wangan, Gledekan Lawu.

2. Aksesibilitas

Obyek wisata air terjun Girimanik terletak di desa Setren kecamatan Slogohimo kabupaten Wonogiri. Terletak di sebelah timur dari kota Wonogiri berjarak ± 36 km dan dapat dijangkau dengan mudah. Perjalanan dapat dilakukan dengan menggunakan sepeda motor, mobil, maupun bus.

Wisatawan yang berasal dari Solo yang menggunakan kendaran pribadi dapat menempuh rute Solo – Wonogiri – Ngadirojo – Jatisrono -Slogohimo. Apabila menggunakan kendaraan umum dari kota Solo turun di pasar Slogohimo dan maik angkutan desa dengan tarif Rp. 3000 atau atau menggunakan ojek dengan tarif Rp. 15.000.

Penunjuk arah yang terdapat di air terjun Girimanik dapat terbaca saat menuju kawasan obyek wisata sehingga dapat memudahkan perjalanan wisatawan.

Kondisi jalan di kawasan obyek wisata air terjun Girimanik sudah beraspal dan rute menanjak dikarenakan berada didaerah pegunungan.

(45)

a) Akomodasi

Tersedia homestay yang dapat digunakan wisatawan yang ingin menginap. Namun jumlahnya tidaklah banyak.

b) Rumah makan

Disekitar obyek wisata air terjun Girimanik belum ada rumah makan yang besar, yang tersedia di obyek wisata air terjun Girimanik yakni warung makan yang berukuran kecil dan menjual berbagai macam makanan dan minuman. Biasanya mereka menjual makanan yang berupa nasi pecel, rujak, mie rebus, serta minuman seperti kopi, susu, wedang jahe dll.

c) Jasa Angkutan

Jasa Angkutan menuju obyek wisata air terjun Girimanik yaitu angkutan Desa dan ojek motor yang terdapat di terminal Slogohimo.

d) Toko Cinderamata

Wisatawan dapat membeli cinderamata di obyek wisata air terjun Girimanik yang berupa anyaman bambu dan batu akik. Toko cinderamata di obyek wisata ini berukuran kecil.

e) Penerangan atau listrik

Sumber daya penerangan di obyek wisata air terjun Girimanik masih terbatas karena letaknya di daerah pegunungan. Penerangan hanya terdapat di kawasan parkir atau fasilitas umum, sedangkan obyek wisata spiritual belum ada penerangan.

(46)

Di obyek wisata air terjun Girimanik terdapat pos keamanan. Petugas dari Dinas Pariwisata bertanggung jawab atas keamanan obyek wisata sehingga wisatawan dapat menikmati obyek wisata dengan nyaman.

g) Jasa Pemandu

Di obyek wisata air terjun Girimanik belum terdapat jasa pemandu khusus. Namun bila wisatawan membutuhkan bantuan atau keterangan mengenai kondisi obyek wisata dapat bertanya kepada pegawai yang bertugas di air terjun Girimanik.

h) Promosi Wisata

Promosi wisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata pemuda dan olahraga yaitu menyediakan brosur-brosur tentang air terjun Girimanik, melalui media cetak maupun

4) Aktivitas

a) Aktivitas Wisatawan

Wisatawan dapat menikmati pemandangan yang indah di kawasan air Girimanik, kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan yakni berupa mendaki gunung, bermain air, bersemedi di tempat petilasan Pangeran Samber Nyawa.

b) Aktivitas Usaha

(47)

makanan dan minuman, selain itu warga masyarakat bertani yang nantinya hasil panenya akan dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

D. Latar Belakang Upacara Tradisional Susuk Wangan Di Air terjun Girimanik 1. Makna dan Tujuan Upacara Tradisional Susuk Wangan di air terjun

Girimanik

Upacara Tradisional Susuk Wangan merupakan perwujudan bagian tradisi masyarakat yang sesungguhnya merupakan implementasi kebudayaan dari suatu masyarakat. Upacara Tradisional Susuk Wangan adalah warisan budaya yang sudah turun temurun. Upacara Tradisional Susuk Wangan diadakan setiap bulan besar pada hari Sabtu Kliwon. Makna yang terkandung dari Upacara Tradisional Susuk Wangan pada hakikatnya berasal dari bahasa Jawa yakni dari kata “Susuk“ yang bermakna membersihkan dan “Wangan“ yang bermakna saluran air. Warga masyarakat Desa Stren membersihkan saluran air. Selain itu warga masyarakat melakukan Kenduri atau selamatan. Setiap kepala keluarga diwajibkan membawa ayam panggang dan nasi tumpeng yang dilengkapi dengan lauk untuk sesaji. Tujuan pelaksanaan Upacara Tradisional Susuk Wangan yakni sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Khalik atas kemurahan-Nya yang telah memberikan bumi pertiwi beserta air kehidupan bagi masyarakat dan juga menyuburkan lahan pertanian sehingga hasil bumi melimpah. Selain itu Upacara Tradisional Susuk Wangan juga bertujuan untuk meningkatkan semangat kegotong-royongan warga masyarakat Desa Stren untuk menjaga dan memelihara keindahan alam yang berada di kawasan air terjun Girimanik.

(48)

2. Waktu dan Tempat Upacara Tradisional Susuk Wangan di air terjun Girimanik

Waktu penyelenggaraan Upacara Tradisional Susuk Wangan di air

terjun Girimanik Kabupaten Wonogiri adalah setiap bulan Besar menurut sistem penanggalan Jawa. Upacara biasanya diadakan pada hari Sabtu Kliwon. Kepala Desa Setren berwenang menentukan waktu pelaksanaan upacara tradisional Susuk Wangan. Pelaksanaan upacara bertempat di gerbang hutan Girimanik. (Wawancara dengan Sri Purwanti, 26 Juni 2010).

3. Persiapan dan Perlengkapan Upacara Tradisional Susuk Wangan Di Air terjun Girimanik.

Dalam mempersiapkan Prosesi Upacara Tradisional Susuk Wangan tidak membutuhkan waktu yang lama, mengingat tradisi tersebut selalu dilaksanakan setiap tahun. Jadi mengenai tempat, panitia atau pihak-pihak yang terlibat dapat dikatakan tetap, walaupun ada yang berubah hanya sebagian. Persiapan tersebut antara lain: membuat panggung yang nantinya digunakan sebagai tempat pentas kesenian, selain itu warga masyarakat desa Stren membersihkan saluran air serta keseluruhan tempat yang digunakan untuk Upacara Tradisional Susuk Wangan. Demikian juga panitia pelaksana upacara sudah dibentuk jauh hari sebelum pelaksanaan prosesi upacara. Selain itu panitia pelaksanaan juga harus mengkoordinir pihak-pihak yang terlibat dalam Upacara Tradisional Susuk Wangan.

(49)

didapatkan. Perlengkapan Upacara Tradisional Susuk Wangan terdiri dari peralatan dan sesaji. Peralatan yang digunakan dalam penyelenggaraan Upacara Tradisional Susuk Wangan antara lain:

a) Encek (ditempatkan dalam nampan yang terbuat dari batang pisang dan bilah bambu). Setiap Encek berisi satu tumpeng dan satu ayam panggang yang dibawa oleh satu orang.

b) Coek peralatan ini terbuat dari pohon bambu yang digunakan untuk tempat dupa dan kemenyan.

c) Gamelan adalah alat musik tradisional Jawa yang digunakan untuk mengiringi kesenian atau hiburan.

d) Peralatan membersihkan saluran air yang berupa cangkul, sapu dan sabit. e) Songsog agung atau payung kebesaran adalah peralatan yang nantinya dalam

prosesi kirab ageng.

Lambang-lambang atau makna yang terkandung dalam unsur sesaji dalam Upacara Tradisional Susuk Wangan berupa ayam panggang dan tumpeng. Sesaji tersebut dikumpulkan di Hutan Girimanik untuk dipanjatkan doa kemudian sebagian sesaji dimakan bersama.

Sesaji terbentuk dalam satu encek yang berisi:

a) Ayam Panggang yang berupa ayam jantan yang berusia sedang dan ayam tersebut dibumbu kuning atau opor serta diikat seperti jongkok sebagai simbol berserah diri.

(50)

c) Pisang Raja sebagai penghormatan kepada Sang Khalik. d) Sekar atau Bunga setaman.

(Wawancara dengan Pardi, 27 Juni 2010).

4. Tahap-tahap prosesi Upacara Tradisional Susuk Wangan di air terjun Girimanik

a) Tahap Prosesi arak-arakan Kirab Ageng

Tahap Prosesi arak-arakan kirab Ageng dipimpin oleh pejabat Kepala desa Stren, dengan menyertakan Song-song Ageng (payung kebesaran). Diikuti barisan punggawa berpakaian Kejawen, 18 putri domas pembawa bunga setaman, penduduk pembawa sesaji tirta amerta, panggang ayam dan nasi tumpeng, barisan petani membawa cangkul, sapu dan sabit serta ditutup barisan seniman mutihan, dan pemusik rebana. Titik akhir arak-arakan Kirab Ageng berada di gerbang hutan Girimanik. (Wawancara dengan Sri Purwanti, 26 Juni 2010).

b) Tahap Upacara serah terima sesaji

(51)

Sebagian sesaji ada yang dibawa kurir masuk hutan, untuk dijadikan sajen (sesaji) tirta amerta yang ditempatkan di sembilan lokasi di kawasan hutan Stren, yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan gaib. Tempat-tempat tersebut antara lain: Pertapaan Girimanik, di tiga lokasi air terjun (Manik Moyo, Tejo Moyo, dan Condro Moyo), Sendang Drajat, Sendang Kanastren, Sendang Nglambreh, Umbul (sumber air) Silamuk. (Wawancara dengan Sri Purwanti, 26 Juni 2010).

c) Tahap doa bersama

Setelah Upacara serah terima sesaji berlangsung kemudian dilanjutkan doa bersama. Makna yang terkandung dalam doa yakni ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang dilimpahkan dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar semua warga masyarakat mendapatkan kesejahtaraan serta hasil bumi yang melimpah. (Wawancara dengan Sri Purwanti, 26 Juni 2010).

d) Tahap Upacara hiburan

Setelah doa bersama selesai, Prosesi Upacara ditutup oleh Bupati Wonogiri. Kemudian dilanjutkan dengan acara hiburan dari masyarakat Wonogiri khususnya masyarakat Stren mempunyai berbagai jenis kesenian. Acara hiburan yang disajikan dalam Upacara Tradisional Susuk Wangan antara lain:

(52)

Merupakan kesenian asli Wonogiri. Kesenian ini berupa tarian yang menirukan tingkah laku kera. Dengan kostum kera berwarna putih yang disajikan secara atraktif dan akrobatik.

(2) Tari Gambyong

Tarian gambyong adalah tarian yang sering digunakan untuk menyambut para tamu. Salah satu tarian Jawa yang di perankan seorang wanita yang berkarakter lembut.

(3) Campur Sari

Kesenian yang diperankan oleh para seniman warga Stren. Terdiri dari wiyogo (pemain musik) dan penyanyi, dan dilengkapi dengan gamelan Jawa.

(Wawancara dengan Sri Purwanti, 26 Juni 2010).

E. Manfaat Penyelenggaraan Upacara Tradisional Susuk Wangan di Kabupaten Wonogiri

Nenek moyang masyarakat Wonogiri mempunyai peninggalan budaya yang sampai sekarang dapat dirasakan oleh generasi berikutnya. Dasar keyakinan itu mendarah daging pada masyarakat pendukungnya, dalam hal ini masyarakat mempunyai landasan kelangsungan kelestarian budaya. Selain itu keyakinan yang kuat dari masyarakat untuk meneruskan tradisi tersebut dapat dirasakan manfaatnya. 1. Manfaat Bidang Sosial Budaya

(53)

warga masyarakat bergotong royong membersihkan tempat dan saluran air secara ikhlas. Selain warga masyarakat, peran serta panitia sangatlah penting, mereka mempunyai kewajiban dan tugas-tugas tertentu dalam mempersiapkan acara Susuk Wangan. Penyelenggaraan Upacara Tradisional Susuk Wangan akan terwujud rasa kebersamaan, tolong menolong dan saling berbagi antar warga dengan tidak membeda-bedakan status sosial dan status jabatan.

2. Manfaat Bidang Kebudayaan

Sebagai sebuah nilai yang dihayati, kebudayaan diwariskan secara turun temurun. Proses pewarisan kebudayaan disebut sebagai proses enkulturasi. Proses enkulturasi berlangsung mulai dari kesatuan yang terkecil yakni keluarga, kerabat, masyarakat, suku bangsa hingga kesatuan yang lebih besar lagi. Melalui proses enkulturasi ini, maka dalam benak sebagian besar anggota masyarakat akan mempunyai pandangan. Media pewarisan kebudayaan memiliki bermacam-macam bentuk. Upacara Tradisional Susuk Wangan adalah salah satu media untuk mewariskan kebudayaan daerah. Sebagai masyarakat yang berbudaya sudah sepantasnya ikut serta melestarikan dan mempertahankan, karena dalam Upacara Tradisional Susuk Wangan telah tercermin dalam nilai-nilai luhur kebersamaan.

Untuk melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai budaya tradisional peninggalan nenek moyang. Pemerintah Kabupaten Wonogiri menjadikan Upacara Tradisional Susuk Wangan sebagai Event budaya tahunan. (Nina Witasari, dkk, 2009: 91).

(54)

Penyelenggaraan Upacara Tradisional Susuk Wangan sangat berpengaruh dalam bidang pariwisata. Upacara Tradisional Susuk Wangan dapat menambah jumlah daya tarik wisata di Kabupaten Wonogiri. Selain itu pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Wonogiri melalui pengangkatan Upacara Tradisional Susuk Wangan yang dilaksanakan di air terjun Girimanik, mempunyai pengaruh yang besar bagi Pemerintah Kabupaten Wonogiri antara lain :

a. Dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang ke obyek wisata air terjun Girimanik. Pelaksanaan Upacara Tradisional Susuk Wangan merupakan atraksi wisata budaya yang mendukung keberadaan obyek wisata air terjun Girimanik.

b. Memperkenalkan potensi wisata di Kabupaten Wonogiri, khususnya obyek wisata air terjun Girimanik dan atraksi wisata budaya. Dengan diselenggarakannya Upacara Tradisional Susuk Wangan tersebut masyarakat umum dapat mengetahui potensi wisata dan atraksi wisata budaya yang berada di air terjun Girimanik ini. (Nina Witasari, dkk, 2009: 92).

4. Manfaat Bidang Ekonomi

(55)

kerajinan tangan. Sehingga hasil penjualan warga masyarakat dapat dijadikan sebagai penghasilan.

(Nina Witasari, dkk, 2009: 93).

F. Pengaruh Upacara Tradisional Susuk Wangan Terhadap Jumlah Kunjungan Wisata di Air terjun Girimanik

Pariwisata telah menjadi kebutuhan dan gaya hidup bagi semua kalangan, tidak saja bagi sejumlah orang yang mempunyai tingkat ekonomi tinggi semata. Salah satunya adalah wisata budaya yang dilakukan masyarakat. Hal itu dilakukan karena rasa ingin tahu dan sebagai wujud apresiasi terhadap suatu budaya yang dimiliki oleh suatu daerah. Upacara Susuk Wangan merupakan salah satu aset wisata budaya yang ada di Wonogiri.

Pada tahun 2007 obyek wisata air terjun Girimanik mulai dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri.

Fasilitas yang ada di obyek wisata air terjun Girimanik mulai dilengkapi, seperti jalan aspal, dan fasilitas umum lainnya.

Sejak dikelola oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri, Upacara tradisional Susuk Wangan dipromosikan secara lebih gencar.

Untuk mengetahui pengaruh upacara tradisional Susuk Wangan terhadap jumlah pengunjung dapat kita lihat pada tabel-tabel dibawah ini.

(56)

Bulan Jumlah

(Arsip Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri) Tahun 2007 upacara tradisional Susuk Wangan dilaksanakan pada hari Sabtu Kliwon tanggal 19 bulan Besar atau pada tanggal 29 Desember 2007. Pada bulan Desember 2007 tercatat jumlah pengunjung mencapai 2026 orang. Bila dibandingkan dengan bulan – bulan sebelumnya angka tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun 2007.

(57)

(Arsip Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri) Upacara Susuk Wangan di Girimanik pada tahun 2008 dilaksanakan pada hari Sabtu Kliwon tanggal 14 bulan Besar atau pada tanggal tanggal 13 Desember 2008. Pada bulan Desember 2008 tercatat jumlah pengunjung mencapai 2157 orang. Bila dibandingkan dengan bulan – bulan sebelumnya angka tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun 2008.

Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisata di Air terjun Girimanik Wonogiri (Data tahun 2009)

(Arsip Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri) Upacara Susuk Wangan di Girimanik pada tahun 2009 dilaksanakan pada hari Sabtu Kliwon tanggal 10 bulan Besar atau pada tanggal tanggal 28 November 2009. Pada bulan November 2009 tercatat jumlah pengunjung mencapai 4509 orang. Bila dibandingkan dengan bulan – bulan sebelumnya angka tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun 2009.

(58)

Gambar

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisata di Air terjun Girimanik Wonogiri (Data tahun 2008)
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisata di Air terjun Girimanik Wonogiri (Data tahun 2009)

Referensi

Dokumen terkait

The second parts are the portrayal of caste system in the novel, Ammu’s struggles and the reasons why Ammu struggles for equality that is described in The God of Small Things..

Model STAD memberi kesempatan kepada peserta didik yang pintar menjadi tutor sebaya (Ghozali, dkk., 2014), perbedaan hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar melalu STAD dan

Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH PERIKLANAN DAN PERSONAL SELLING

Kemitraan yang dikaji pada Agro Farm pada intinya ditujukan untuk mengetahui perbedaan mengenai pendapatan para petani lobak yang bermitra dengan Agro Farm

Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pengarahan, bimbingan, dorongan serta bantuan yang

Berbeda dengan Syaiful Bahri Djamarah yang menjelaskan 13 peranan guru, Sadirman menjelaskan bahwa guru memiliki 9 peranan, diantaranya adalah guru sebagai

Tabel 7 menunjukkan bahwa glulam mangium tiga lapis memiliki kerapatan tertinggi (0.59 g/cm 3 ) dan secara signifikan berbeda dari sembilan jenis glulam lainnya,

Dengan rumusan masalah tersebut, penulis ingin mengetahui pesan dakwah yang terdapat dalam cerpen Kalung karya Agus Noor.. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode