• Tidak ada hasil yang ditemukan

WUJUD KESANTUNAN IMPERATIF DALAM INTERAKSI ANTARPEMUDA DI DUSUN SIDOREJO KABUPATEN SIMALUNGUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WUJUD KESANTUNAN IMPERATIF DALAM INTERAKSI ANTARPEMUDA DI DUSUN SIDOREJO KABUPATEN SIMALUNGUN."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

WUJUD KESANTUNAN IMPERATIF DALAM INTERAKSI

ANTARPEMUDA DI DUSUN SIDOREJO KABUPATEN

SIMALUNGUN

SKRIPSI

Dinyatakan telah Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

NOVI SRI TRISNAWATI

NIM 208212025

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dengan ridha-rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Wujud Kesantunan Imperatif Dalam Interaksi Antarpemuda Di Dusun Sidorejo Kabupaten Simalungun”, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari selama menyelesaikan Skripsi ini banyak mengalami berbagai hambatan dan kesulitan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis dalam menulis Skripsi. Penulis juga menyadari tidak akan dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan tepat waktu tanpa bimbingan, saran, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi dan Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia.

4. S. Fahmy Dalimunthe, S.Sos., M.I.Kom., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. 5. Dr. Wisman Hadi, S.Pd.,M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia.

6. Drs. Basyaruddin, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Admisnitrasi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

8. Kepala Desa, Dan Pegawai Tata Usaha Dusun Sidorejo.

9. Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Srianiyang telah membesarkan, mendidik, dan memotivasi penulis dengan kasih sayang serta doa yang selalu menyertai penulis hingga terselesaikannya perkuliahan dan Skripsi ini.

10.Adinda Okti Putri Pertiwi, Riski Muhammad Ikbal dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat.

(7)

Kiranya seluruh perhatian, kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan rahmat, hidayah dan limpahan rezeki di dunia dan akhirat. Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian Skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karena itu penulis sangat berterimakasih untuk setiap kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan Skripsi ini. Kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah berpikir bagi pembaca. Amin.

Medan, September 2015 Penulis,

(8)

ABSTRAK

Novi Sri Trisnawati, NIM 208212025, Wujud Kesantunan Imperatif Dalam Interaksi Antarpemuda Di Dusun Sidorejo Kabupaten Simalungun. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Wujud Kesantunan Imperatif Antarpemuda Di Dusun Sidorejo. Populasi penelitian ini adalah pemuda di Dusun Sidorejo yang berjumlah 62 orang dan yang menjadi subjekpenelitian sebanyak 26 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan tehnik rekam .

Dari hasil penelitian diperoleh wujud imperatif desakan, himbauan, persilaan, perintah, dan permintaan berjumlah masing-masing 4 data tuturan dengan persentase 8,51%, wujud imperatif bujukan berjumlah 3 data tuturan dengan persentase 6,38%, wujud imperatif larangan berjumlah 1 data tuturan dengan persentase 2,13%, dan wujud imperatif “ngelulu” berjumlah 2 data tuturan dengan persentase 4,26%.

Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut untuk penelitian-penelitian selanjutnya,diantaranya kesantunan berbahasa dilihatdari daerah asal atau etnis pemudanya. Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian yang asimetris antara pemuda dengan masyarakat yang lebih tinggi, seperti pengurus dudusu, desa, atau, kecamatan.

(9)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II Kerangka Teoretis, Kerangka Konseptual, dan Pertanyaan Penelitian ... 8

A. Kerangka Teoretis ... 8

1. Pragmatik... 8

2. Kesantunan Berbahasa ... 8

3. Prinsip Sopan Santun... 14

4. Prinsip Kesantunan Berbahasa ... 17

5. Penyebab Ketidaksantunan ... 21

6. Imperatif...21

7. Wujud Pragmatik Imperatif...24

8. Kesantunan Imperatif ... 28

B. Kerangka Konseptual ... 37

(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

1. Lokasi Penelitian ... 40

2. Waktu Penelitian ... 40

B. Sumber Data dan Subjek Penelitian ... 40

1. Sumber Data ... 40

2. SubjekPenelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 41

D. Metode Analisis Data ... 43

E. Metode Penyajian Hasil Analisis Data...44

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Wujud Pragmatik Imperatif Nonstruktural ... 46

2. Klasifikasi Kesantunan Imperatif Nonstruktural...58

B. Makna Dasar Pragmatik Imperatif Nonstruktura l Dilihat Dari Tingkat Ilmu ... 73

C. Strategi Kesantunan Imperatif Nonstruktural Dilihat Dari Tingkat Ilmu……… 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1 Rincian Subjek Penelitian ... 41

TABEL 2 Wujud Pragmatik Imperatif ... 46

TABEL 3 Klasifikasi Kesantunan Imperatif Nonstruktural... 58

(12)

i

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur

merupakan masyarakat yang timbul karena rapatnya komunikasi atau integrasi

simbolis, dengan tetap menghormati kemampuan komunikatif penuturnya tanpa

mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan. Interaksi

masyarakat tutur pesantren (kiai, santri, guru (ustadz/ustadzah), pengurus pondok

dan lain-lain) selalu dilandasi oleh norma-norma pesantren. Dalam

berkomunikasi, norma-norma itu tampak dari perilaku verbal maupun perilaku

nonverbalnya. Perilaku verbal dalam fungsi imperatif misalnya, terlihat pada

bagaimana penutur mengungkapkan perintah, keharusan, atau larangan melakukan

sesuatu kepada mitra tutur. Sedangkan perilaku nonverbal tampak dari gerak gerik

fisik yang menyertainya. Norma sosiokultural menghendaki agar manusia

bersikap santun Bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia,

yaitu sebagai media komunikasi.

Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan

dan perubahan itu terjadi karena adanya perubahan sosial, ekonomi, dan budaya.

Perkembangan bahasa yang cukup pesat terjadi pada bidang ilmu pengetahuan

(14)

2

lainnya dapat menyebabkan suatu bahasa terpengaruh oleh bahasa yang lain.

Proses saling mempengaruhi antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain

tidak dapat dihindarkan. Bahasa sebagai bagian integral kebudayaan tidak dapat

lepas dari masalah di atas. Saling mempengaruhi antarbahasa pasti terjadi,

misalnya kosakata bahasa yang bersangkutan, mengingat kosakata itu memiliki

sifat terbuka. Menurut Weinrich (dalam Chaer dan Agustina 1995:159) kontak

bahasa merupakan peristiwa pemakaian dua bahasa oleh penutur yang sama

secara bergantian. Dari kontak bahasa itu terjadi transfer atau pemindahan unsur

bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain yang mencakup semua tataran.

Melalui bahasa manusia dapat menyampaikan ide, informasi, dan pesan

kepada orang lain. Komunikasi merupakan komunikasi dua arah antara

pembicara. Salah satu tujuan orang berkomunikasi adalah menyampaikan pesan

atau saran kepada si pembicara. Pesan atau saran inilah yang akan ditanggapi oleh

lawan sipembicara. Untuk menghindari ancaman terhadap si pembicara, perlu

digunakan kesantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa bertujuan untuk

menghindari konflik antara si pelaku pembicara. Kesantunan berbahasa sangat

diperlukan dalam segala jenis komunikasi. Baik itu komunikasi lisan dan tulisan.

Kesantunan merupakan aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama

oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi persyaratan

yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan ini biasa disebut

(15)

3

Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara berkomunikasi lewat

tanda verbal atau tatacara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada

norma-norma budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan.

Tatacara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam

masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam

berkomunikasi. Apabila tatacara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan

norma-norma budaya, maka ia akan mendapatkan nilai negatif, misalnya dituduh sebagai

orang yang sombong, angkuh, tak acuh, egois, tidak beradat, bahkan tidak

berbudaya (Sibarani, 2004:170).

Fraser (dalam Kaswanti 1994:48) mendefenisikan kesantunan merupakan

property atau bagian yang ditunjukkan dengan ujaran dan di dalam hal ini

menurut pendapat si pendengar, si penutur tidak melampaui hak-haknya atau

mengingkari memenuhi kewajibannya. Maksudnya adalah bahwa si penutur

memerintah mitra tutur sesuai dengan kemampuan mitra tutur tersebut, apabila

tidak sesuai dengan kemampuan mitra tutur maka tuturan tersebut tidak santun.

Ulasan Fraser terhadap kesantunan berbahasa yaitu pertama, kesantunan

itu adalah property atau bagian dari ujaran, jadi tidak hanya ujaran itu sendiri.

Kedua, pendapat pendengarlah yang menentukan apakah kesantunan itu

merupakan ujaran. Ketiga, kesantunan itu dikaitkan dengan hak dan kewajiban

penyerta interaksi. Artinya, apakah sebuah ujaran terdengar santun atau tidak

diukur berdasarkan (1) apakah si penutur tidak melampaui haknya kepada lawan

(16)

4

mitra tutur harus sesuai dengan kemampuan mitra tutur dan (2) apakah si penutur

memenuhi kewajibanya kepada lawan bicaranya; maksudnya adalah si penutur

memenuhi kewajibannya kepada mitra tutur.

Cara bertutur santri dalam mengungkapkan tuturan bermakna imperatif

dengan menerapkan prinsip kesantunan sebagai refleksi dari tindak kesantunan

berbahasa. Cara bertutur ini dilakukan oleh seorang santri atau sekelompok santri

dalam menyikapi aturan/norma yang ada di Pondok Pesantren Darulsalam

Karanganyar Siantar Simalungun. Hal ini dilakukan demi terjaganya etika,

keramahan hubungan, dan keseimbangan sosial di lingkungan Pondok Pesantren

Darulsalam Karanganyar Siantar Simalungun.

Rahardi (2005:71) menyatakan bahwa kalimat imperatif mengadung

maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu

sebagaimana diinginkan si penutur. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan bervariasi. Bahasa

Indonesia juga membicarakan tentang wujud kesantunan imperatif. Rahardi

(2005:87) mengatakan wujud kesantunan imperatif mencakup dua macam hal,

yaitu; (1) wujud formal imperatif atau struktural dan (2) wujud pragmatik

imperatif atau nonstruktural.

Wujud formal imperatif adalah realisasi maksud imperatif bahasa

Indonesia menurut ciri struktural atau ciri formalnya. Rahardi (2005:88)

menunjukkan tiga ciri mendasar yang dimiliki satuan lingual dalam bahasa

(17)

5

lazimya kata kerja dasar, (3). Mempergunakan partikel pengeras –lah. Secara

formal, tuturan imperatif meliputi dua macam wujud yaitu imperatif aktif dan

imperatif pasif.

Wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif menurut

makna pragmatiknya. Makna tersebut dekat hubungannya dengan konteks situasi

tutur yang melatarbelakangi munculnya tuturan imperatif itu. Konteks mencakup

banyak hal, seperti lingkungan tutur, nada tutur, peserta tutur, dan aspek-aspek

konteks situasi tutur lain. Oleh karena itu, wujud imperatif pragmatik dalam

bahasa Indonesia itu dapat berupa tuturan yang bermacam-macam sejauh di

dalamnya terkandung makna pragmatik imperatif. Secara pragmatik, terdapat

tujuh belas macam tuturan imperatif yaitu: pragmatik imperatif perintah,

pragmatik imperatif suruhan, pragmatik imperatif permintaan, pragmatik imperatif

permohonan, pragmatik imperatif desakan, pragmatik imperatif bujukan,

pragmatik imperatif imbauan, pragmatik imperatif persilaan, pragmatik imperatif

ajakan, pragmatik imperatif permintaan izin, pragmatik imperatif mengizinkan,

pragmatik imperatif larangan, pragmatik imperatif harapan, pragmati imperatif

umpatan, pragmatik imperatif ucapan selamat, pragmatik imperatif anjuran,

pragmatik imperatif ngelulu.

Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan pengaturan interaksi

sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang mempertimbangkan status

penutur dan mitra tutur. Keberhasilan penggunaan strategi-strategi ini

(18)

6

berlangsung tanpa mempermalukan penutur dan mitra tutur (Ismari, 1995: 35).

Pada komunitas ini terjadi interaksi minimal dan pemeliharaan maksimal pada

bahasa dan kebudayaan.

Berdasarkan fenomena diatas penulis beranggapan bahwa penelitian

mengenai kesantunan imperatif antarpemuda di Dusun Sidorejo sangat menarik

dan perlu untuk dilakukan.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian ini, maka masalah yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Gambaran kesantunan imperatif yang digunakan dalam interaksi

antarpemuda di Dusun Sidorejo Kabupaten Simalungun dilihat dari tingkat

ilmu.

2. Penyimpangan-penyimpangan prinsip kesantunan yang diucapkan oleh

interaksi antarpemuda Dusun Sidorejo Kabupaten Simalungun.

C. Pembatasan Masalah

Mengacu pada fenomena yang telah dikemukakan di atas, maka perlu

dirumuskan masalah agar penelitian ini terarah dan mengena pada tujuan. Batasan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kesantunan imperatif dalam

(19)

7

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran kesantunan tuturan imperatif bahasa yang

digunakan dalam interaksi antarpemuda di Dusun Sidorejo ?

2. Apa saja faktor atau hal yang menyebabkan sebuah pertuturan menjadi

tidak santun ?

E.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran kesantunan berbahasa dalam interaksi antarpemuda di

Dusun Sidorejo Kabupaten Simalungun

2. Mendeskripsikan dan menjelaskan kesantunan imperatif dalam interaksi antarpemuda Dusun Sidorejo meliputi wujud pemakaian kesantunan imperatif,

makna dasar pragmatik imperatif, dan strategi kesantunan imperatif dalam

interaksi antarsantri dilihat dari tingkat ilmu dan status kelembagaan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah memberikan

sumbangan untuk perkembangan teori-teori pragmatik dan juga untuk membantu

penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kesantunan berbahasa,

(20)

86

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Cetakan Pertama

Jakarta: PT RinekaCipta.

Brown, Gillian.1996. Analisis Wacana. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Umum.

Chaer, Abdul.2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: RinekaCipta. .

Chaer, Abdul.2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia . Cetakan ketiga.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Terjemahan Oka &Setyadi).

Inggris: Logman Group.

Moelong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.

Remaja RosdaKarya.

Mukhtar. 2009. Bimbingan skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah. Cetakan Kedua.

Jakarta: GP Press.

Nur, H.Bahdin Tanjung. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cetakan Pertama.

Jakarta: Prenada Media.

Pranowo. 2009. Berbahasasecarasantun. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga

Sumadiria, ASHaris.2006.BahasaJurnalistik.CetakanPertama. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Gambar

TABEL 1  Rincian Subjek Penelitian  ............................................................

Referensi

Dokumen terkait

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

Merupakan kebanggaan tersendiri karena telah melalui perjuangan sangat berat, dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Penggunaan Metode Sosiodrama Melalui

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan PU Negeri dan Balai Latihan Pendidikan Teknik pada perilaku belajar siswa

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Cara memberitahu anak bagian tubuh yang boleh atau tidak boleh disentuh oleh orang lain pada anak usia 4-5 tahun di Taman Kanak-kanak Mujahidin 1 Pontianak

Mengenai kebenaran beliau, Hadrat Masih Mau'ud ‘alaihis salaam menulis: 'Aku melihat bahwa orang yang mau mengikuti alam dan hukum alam telah diberikan kesempatan bagus oleh

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif terjadi pada partisipan karena pemberian uang saku dari orang tua yang dapat dibelikan sesuatu