• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN JOYFUL LEARNING BERBASIS KONTEKS BUDAYA MELAYU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN JOYFUL LEARNING BERBASIS KONTEKS BUDAYA MELAYU."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMBELAJARAN JOYFUL LEARNING

BERBASIS KONTEKS BUDAYA MELAYU

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

DELLA AMRINA YUSRA NIM: 8136171016

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim Alhamdulillahirobbil ‘alamin.

Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis selalu diberi kekuatan dan ketegaran untuk menyelesaikan tesis yang berjudul Profil Kemampuan Komunikasi Matematika dan Motivasi Belajar Siswa dengan Pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteks Budaya Melayu. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga dan umatnya sepanjang zaman. Amin.

Tesis ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Selama penyusunan dan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

(7)

iv

Pakcik, Wak, Tante, Ayuk, Abang dan semua keluarga yang tak bisa disebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, motivasi, do’a

dan dukungan baik moril maupun materil.

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahat Saragih, M.Pd, dan Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc.Ed., Ph.D selaku dosen pembimbing tesis yang telah banyak memberikan masukan serta bimbingan kepada penulis dan ketua program studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd yang senantiasa memberikan dorongan kepada kami selama mengikuti perkuliahan dan telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, dan Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D selaku Narasumber yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik.

4. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Unimed serta wakil direktur I dan II beserta staf Program Pascasarjana Unimed. 5. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di program studi Pendidikan Matematika

Pascasarjana Unimed.

(8)

v

7. Buat orang yang paling berperan penting dalam perjuanganku dalam mengerjakan tesis ini, selalu memberi semangat saat down, selalu marah saat malas buat tesisnya kumat, selalu mau dengar kekesalan dan ungkapan kejenuhan selama membuat tesis, terima kasih teruntuk kekasihku Hidayatul Asra Putra, S.Pd.

8. Sahabat-sahabat dan saudara terbaikku Khoiri Fitri, Absor, Ikral Nasition, Husna, Boynes Manurung, Kiki Yuliani, Siti Aminah Nababan, kak Tuti, Bu Efi dan Fauziawati Ritonga yang selalu memberikan canda tawa dan motivasi terindah yang tak pernah usang.

9. Teman-teman semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, rekan-rekan mahasiswa pendidikan matematika angkatan XI khususnya untuk teman seperjuangan kelas Dikmat A-1 Tahun 2013, serta orang yang tak dapat disebutkan.

Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Oktober 2015

(9)

vi

1.4 Tujuan Penelitian . ... 14

1.5 Manfaat Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Komunikasi Matematika ... 16

2.2 Motivasi ... 20

2.3 Pembelajaran Joyful Learning ... 23

2.3.1 teknik pembelajaran joyful learnig. ... 29

2.4 Budaya ... 32

2.5 Budaya Melayu ... 34

2.5.1 Permainan Tradisional ... 38

2.5.2 Keterkaitan budaya dan pembelajaran matematika ... 43

2.6 Proses Jawaban siswa ... 44

2.6.1 Proses jawaban dengan menggunakan tubo bilangan ... 45

2.6.2 Proses jawaban dengan permainan tradisional ... 47

2.7 Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Joyful Learning ... 49

2.8 Penelitian Yang Relevan ... 51

2.9 Kerangka Konseptual ... 52

3.3 Tahap Penelitian Kualitatif ... 64

3.3.1 Tahap Pra-lapangan ... 64

3.3.2 Tahap Pekerjaan Lapangan ... 64

3.3.3 Tahap Analisis Data ... 65

3.4 Instrumen Penelitian ... 66

3.4.1 Instrumen Utama ... 66

3.4.2 Instrumen Pendukung ... 67

(10)

vii

3.4.2.2 Angket Motivasi Belajar Siswa... 68

3.4.2.3 Bahan Ajar Berbasis Konteks Budaya Melayu ... 69

3.4.2.4 LAS Berbasis Konteks Budaya Melayu... 70

3.4.2.5 Media Pembelajaran... 70

3.4.2.6 Penilaian Hasil Pembelajaran... 71

3.4.2.7 Lembar Tes Kemampuan Komunikasi Matematika . 71 3.4.2.8 Lembar Angket motivasi pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteks Budaya Melayu... 75

3.4.2.9 Pedoman Wawancara ... 77

3.5 Validasi ... 79

3.6 Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 80

3.7 Kredibilitas Data... 82

3.8 Analisis Data... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 89

4.1.1 Tahap Pra-lapangan... 90

4.1.1.1 Menyusun Perangkat Penelitian ... 90

4.1.1.2 Memilih Lapangan Penelitian ... 100

4.1.1.3 Mengurus Surat Izin Penelitian ... 104

4.1.1.4 Hasil Validasi Ahli... 105

4.1.2 Tahap Pekerjaan Lapangan ... 111

4.1.3 Tahap Analisis Data ... 116

4.1.3.1 Analisis Subjek... 116

4.1.3.2 Analisis Hasil Angket Motivasi Belajar... 136

4.1.3.3 Analisis hasil Proses Pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteks Budaya Melayu ... 140

4.1.3.3.1 Tahap Persiapan ... 140

4.1.3.3.2 Tahap Penyampaian ... 143

4.1.3.3.3 Tahap Pelatihan... 144

4.1.3.3.4 Tahap Penutup... 147

4.1.3.4 Analisis Profil Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa dengan Pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteksa Budaya Melayu ... 148

4.1.3.5 Analisis Profil Motivasi Belajar Siswa Setelah Dilakukan Pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteks Budaya Melayu ... 177

4.1.3.6 Analisis Profil Proses Jawaban Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa ... 188

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 223

4.2.1 Profil Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa dengan Pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteks Budaya Melayu ... 224

4.2.2 Profil Motivasi Belajar Siswa Setelah Dilakukan Pembelajaran Joyful Learrning Berbasis Konteks Budaya Melayu ... 226

(11)

viii

4.3 Temuan Penelitian ... 229 4.4 Keterbatasan Penelitian ... 232 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Jawaban Siswa ... 6

3.1 Diagram Penyusunan Instrumen Angket Motivasi ... 69

3.2 Diagram Penyusunan Instrumen Kemampuan Komunikasi ... 73

3.3 Diagram Penyusunan Instrumen Angket motivasi Pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteks Budaya Melayu... 77

3.4 Diagram Alur Penyusunan Instrumen Wawancara ... 78

3.5 Diagram Alur Prosedur Pengumpulan Data... 81

3.6 Diagram Tekhnik Analisis Data... 88

4.1 cover bahan ajar ... 93

4.2 kata pengantar bahan ajar... 94

4.3 surat untuk guru ... 95

4.4 deskripsi singkat pembelajaran joyful learning... 95

4.5 materi bilangan bulat... 96

4.6 LAS kegiatan Awal ... 97

4.7 LAS 1 ... 97

4.8 LAS 2 ... 98

4.9 LAS 3 ... 98

4.10 LAS 4 ... 99

4.11 LAS 5 ... 99

4.12 hasil jawaban SKB1 soal nomor 1 tes pemilihan subjek ... 117

(13)

xi

4.14 hasil jawaban SKB2 soal nomor 1 tes pemilihan subjek ... 121

4.15 hasil jawaban SKB2 soal nomor 2 tes pemilihan subjek ... 122

4.16 hasil jawaban SKC1 soal nomor 1 tes pemilihan subjek ... 125

4.17 hasil jawaban SKC1 soal nomor 2 tes pemilihan subjek ... 126

4.18 hasil jawaban SKC2 soal nomor 1 tes pemilihan subjek ... 128

4.19 hasil jawaban SKC2 soal nomor 2 tes pemilihan subjek ... 129

4.20 hasil jawaban SKK1 soal nomor 1 tes pemilihan subjek ... 131

4.21 hasil jawaban SKK1 soal nomor 2 tes pemilihan subjek ... 132

4.22 hasil jawaban SKK2 soal nomor 1 tes pemilihan subjek ... 134

4.23 hasil jawaban SKK2 soal nomor 2 tes pemilihan subjek ... 134

4.24 jawaban SKB1 pada lembar kegiatan awal siswa soal 1... 149

4.25 jawaban SKB1 pada lembar kegiatan awal siswa soal 2... 150

4.26 jawaban SKB2 pada lembar kegiatan awal siswa soal 1... 154

4.27 jawaban SKB2 pada lembar kegiatan awal siswa soal 2... 155

4.28 jawaban SKC1 pada lembar kegiatan awal siswa soal 1... 159

4.29 jawaban SKC1 pada lembar kegiatan awal siswa soal 2... 160

4.30 jawaban SKC2 pada lembar kegiatan awal siswa soal 1... 163

4.31 jawaban SKC2 pada lembar kegiatan awal siswa soal 2... 164

4.32 jawaban SKK1 pada lembar kegiatan awal siswa soal 1 ... 168

4.33 jawaban SKK1 pada lembar kegiatan awal siswa soal 2 ... 169

4.34 jawaban SKK2 pada lembar kegiatan awal siswa soal 1 ... 173

4.35 jawaban SKK2 pada lembar kegiatan awal siswa soal 2 ... 174

4.36 jawaban soal nomor 1 kemampuan komunikasi matematika SKB1 ... 189

(14)

xii

4.38 jawaban soal nomor 3 kemampuan komunikasi matematika SKB1 ... 191

4.39 jawaban soal nomor 4 kemampuan komunikasi matematika SKB1 ... 192

4.40 jawaban soal nomor 5 kemampuan komunikasi matematika SKB1 ... 192

4.41 jawaban soal nomor 6 kemampuan komunikasi matematika SKB1 ... 193

4.42 jawaban soal nomor 7 kemampuan komunikasi matematika SKB1 ... 194

4.43 jawaban soal nomor 8 kemampuan komunikasi matematika SKB1 ... 194

4.44 jawaban soal nomor 1 kemampuan komunikasi matematika SKB2 ... 195

4.45 jawaban soal nomor 2 kemampuan komunikasi matematika SKB2 ... 196

4.46 jawaban soal nomor 3 kemampuan komunikasi matematika SKB2 ... 196

4.47 jawaban soal nomor 4 kemampuan komunikasi matematika SKB2 ... 197

4.48 jawaban soal nomor 5 kemampuan komunikasi matematika SKB2... 198

4.49 jawaban soal nomor 6 kemampuan komunikasi matematika SKB2 ... 199

4.50 jawaban soal nomor 7 kemampuan komunikasi matematika SKB2 ... 199

4.51 jawaban soal nomor 8 kemampuan komunikasi matematika SKB2 ... 200

4.52 jawaban soal nomor 1 kemampuan komunikasi matematika SKC1... 201

4.53 jawaban soal nomor 2 kemampuan komunikasi matematika SKC1 ... 201

4.54 jawaban soal nomor 3 kemampuan komunikasi matematika SKC1 ... 202

4.55 jawaban soal nomor 4 kemampuan komunikasi matematika SKC1 ... 203

4.56 jawaban soal nomor 5 kemampuan komunikasi matematika SKC1 ... 204

4.57 jawaban soal nomor 6 kemampuan komunikasi matematika SKC1 ... 204

4.58 jawaban soal nomor 7 kemampuan komunikasi matematika SKC1 ... 205

4.59 jawaban soal nomor 8 kemampuan komunikasi matematika SKC1 ... 206

4.60 jawaban soal nomor 1 kemampuan komunikasi matematika SKC2 ... 207

(15)

xiii

4.62 jawaban soal nomor 3 kemampuan komunikasi matematika SKC2 ... 208

4.63 jawaban soal nomor 4 kemampuan komunikasi matematika SKC2 ... 209

4.64 jawaban soal nomor 5 kemampuan komunikasi matematika SKC2 ... 209

4.65 jawaban soal nomor 6 kemampuan komunikasi matematika SKC2 ... 210

4.66 jawaban soal nomor 7 kemampuan komunikasi matematika SKC2 ... 210

4.67 jawaban soal nomor 8 kemampuan komunikasi matematika SKC2... 211

4.68 jawaban soal nomor 1 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 212

4.69 jawaban soal nomor 2 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 213

4.70 jawaban soal nomor 3 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 213

4.71 jawaban soal nomor 4 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 214

4.72 jawaban soal nomor 5 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 215

4.73 jawaban soal nomor 6 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 215

4.74 jawaban soal nomor 7 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 216

4.75 jawaban soal nomor 8 kemampuan komunikasi matematika SKK1... 217

4.76 jawaban soal nomor 1 kemampuan komunikasi matematika SKK2... 218

4.77 jawaban soal nomor 2 kemampuan komunikasi matematika SKK2... 218

4.78 jawaban soal nomor 3 kemampuan komunikasi matematika SKK2... 219

4.79 jawaban soal nomor 4 kemampuan komunikasi matematika SKK2... 220

4.80 jawaban soal nomor 5 kemampuan komunikasi matematika SKK2... 220

4.81 jawaban soal nomor 6 kemampuan komunikasi matematika SKK2... 221

4.82 jawaban soal nomor 7 kemampuan komunikasi matematika SKK2... 222

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di abad ke-21 sekarang ini kita hampir tidak bisa menghindari pengaruh globalisasi dan modernisasi. Pengaruh globalisasi ini sudah menjalari manusia modern sejak usia balita hingga dewasa mulai dari hal terkecil seperti mainan anak-anak sampai hal yang terbesar seperti perubahan gaya hidup (life style). Dalam hal ini, usia anak-anak adalah usia bermain, istilahnya tiada hari tanpa bermain bagi anak-anak. Berbeda dengan 10 atau 15 tahun yang lalu, jika dahulu anak-anak bermain hanya dengan bermodal batu, tongkat, dan karet gelang, namun dewasa ini anak-anak sudah dihadapkan dengan hal-hal yang berbau digital, modern dan canggih. Anak-anak di dunia ini telah menjadi korban dari globalisasi permainan modern. Globalisasi selalu dikaitkan dengan modernisasi, tidak kuno, tidak ketinggalan zaman, dsb. Sehingga implementasinya, anak akan dicap ‘ndeso’ atau ‘katrok’ jika tidak mencoba atau mengganti

permainan-permainan tradisionalnya dengan mainan produk globalisasi tersebut.

(17)

2

Beda halnya dengan masyarakat Melayu, mereka tidak secara total menghadapi era globalisasi ini, berbeda dengan suku bangsa lain yang ada di Indonesia. Masyarakat Melayu yang menjadi fokus penelitian di sini adalah masyarakat Melayu yang ada di Sumatera Utara, yaitu masyarakat Melayu Labuhan. Masyarakat Melayu Labuhan mempunyai cara berfikir yang masih jauh berbeda dengan masyarakat Melayu lainnya yang berada di Sumatera Utara, seperti masyarakat Melayu Langkat, Melayu Asahan, Melayu Labuhan Batu dan sebagainya. Bagi masyarakat Melayu Labuhan, pengalaman sejarah masa lampau sebagai penguasa Sumatera Timur masih berbekas di hati mereka. Pada masa itu seluruh tanah dan hasilnya yang berada di Sumatera Timur merupakan milik masyarakat Melayu Labuhan, sehingga mereka memperoleh pajak dari imigrasi suku bangsa lain. Sedangkan nenek moyang mereka mengajarkan bahwa mata pencarian yang sangat mudah dikerjakan dan tidak mengganggu hak milik orang lain adalah nelayan. Di samping itu munculnya agama Islam pada abad VII yang dibawa pedagang-pedagang Gujarad, Persia dan Arab maupun yang disebabkan oleh Gocah Pahlawan (panglima Aceh yang menaklukkan Sumatera Timur) memberikan lagi satu doktrin bagi masyarakat Melayu Labuhan sudah mencapai tingkat perguruan tinggi, namun pendidikan yang akan mereka peroleh maupun yang akan diterapkan harus disesuaikan dengan agama Islam. Pada era globalisasi seperti saat ini masyarakat Melayu Labuhan merasakan peran penting pendidikan.

(18)

3

karena pendidikan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wahyuni (2013) yaitu budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat.

Usaha-usaha yang intensif dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan sudah selayaknya lebih diperhatikan, karena melalui pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang handal untuk dapat bersikap dan berpikir kritis, kreatif, logis dan inovatif dalam menghadapi serta menyelesaikan setiap permasalahan.

Standar Isi Permendiknas no.22 tahun 2006 menyatakan bahwa: mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(19)

4

juga membantu membangun makna dan kelanggengan untuk gagasan-gagasan, serta juga menjadikan gagasan-gagasan itu diketahui publik.

Ketika siswa berkomunikasi secara matematis, baik secara lisan maupun tertulis, mereka membuat pemikiran mereka dan pemahaman yang jelas kepada orang lain serta diri mereka sendiri. Dalam pemikiran kelas awal siswa tentang matematika seringkali sulit untuk mengeksplorasi, terutama karena kemampuan siswa dalam berbicara dan menulis hanya mulai mengembangkan dan karena pengalaman mereka berkomunikasi tentang matematika baru. Sepanjang nilai utama dan masuk ke tahun lebih muda, namun siswa mendapatkan pengalaman lebih dan diberikan banyak kesempatan untuk memperoleh peningkatan sejumlah strategi untuk menunjukkan apa yang mereka pahami dan matematis menunjukkan proses yang mereka gunakan untuk mencari solusi.

Ketika para siswa berpikir, merespon, berdiskusi, menjelaskan, menulis, membaca, mendengarkan dan mengkaji tentang konsep-konsep matematika, mereka meraup keuntungan ganda yaitu; mereka berkomunikasi untuk mempelajari matematika, dan mereka belajar untuk berkomunikasi secara matematika. Ketika melakukakan tugas matematika terdapat beberapa proses matematik, yaitu; pemecahan masalah, representasi, refleksi, penalaran dan pembuktian, koneksi, pemilihan alat dan strategi komputasi, dan komunikasi Yeager, A dan Yeager, R., (2008). Komunikasi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan proses-proses matematik yang lain, dimana komunikasi diperlukan untuk melengkapi dari setiap proses matematik yang lain.

(20)

5

perhatian terhadap pengembangan kemampuan ini, sehingga penguasaan kompetensi ini bagi siswa masih rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (izzati, 2010) menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi secara matematik masih menjadi titik lemah siswa dalam pembelajaran matematika. Jika kepada siswa diajukan suatu pertanyaan, pada umumnya reaksi mereka adalah menunduk, atau melihat kepada teman yang duduk di sebelahnya. Mereka kurang memiliki kepercayaan diri untuk mengomunikasikan ide yang dimiliki karena takut salah dan ditertawakan teman.

Mengingat fakta atau prosedur tanpa pemahaman sering ragu-ragu dalam menentukan kapan dan bagaimana menggunakan apa yang mereka ketahui, sehingga pelajaran gampang hilang dalam ingatan. Sebaliknya jika matematika ditanamkan kepada siswa dengan pemahaman dan kreatifitas siswa itu sendiri akan lebih mempermudah siswa untuk ingat dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari, hal ini sangat penting dalam penerapan pemahaman siswa.

Untuk uji kemampuan komunikasi siswa, peneliti memberikan soal berbentuk soal cerita kepada siswa, soalnya yaitu :

1. Seseorang berdiri di satu titik dalam garis lurus yang ia namakan titik 0. Jika ia maju 4 langkah ke depan, ia berdiri diangka +4. Selanjutnya, jika ia mundur 2 langkah ke belakang, ia berdiri di angka +2. Lalu ia mundur lagi 3 langkah kebelakang berdiri diangka berapakah ia sekarang? diangka berapa pulakah ia berdiri jika ia mundur lagi 1 langkah ke belakang?

(21)

6

Gambar 1.1 jawaban siswa

Dari jawaban siswa tersebut, siswa hanya menjawab pertanyaan langsung, tidak terarah dan susah dipahami jawabannya. Ketika diminta penjelaskan siswa tidak dapat mengungkapkan cara mendapatkan jawaban itu, siswa hanya melihat angka yang ada dan langsung menjumlahkan. Dari jawaban siswa tersebut juga dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut memiliki kemampuan komunikasi yang rendah dalam komunikasi tulis maupun komunikasi lisan.

Jawaban yang lebih spesifik dan lebih mudah dipahami dari pertanyaan untuk tes awal siswa adalah sebagai berikut :

Pertanyaan :

1. Seseorang berdiri di satu titik dalam garis lurus yang dinamakan titik nol. Jika ia maju 4 langkah ke depan, ia berdiri di angka +4. Selanjutnya jika ia mundur 2 langkah kebelakang ia berdiri pada angka +2, lalu ia mundur lagi 3 langkah, berdiri pada angka berapakah ia sekarang? Pada angka berapakah jika ia mundur 1 langkah lagi?

Jawaban :

(22)

7

Ditanya : 1. ia berada pada angka +2, pada angka berapa ia jika ia mundur 3 langkah?

2. pada angka berapakah ia jika mundur 1 langkah lagi? Penyelesaian :

1. Karena ia mundur maka dilakukan operasi pengurangan Yaitu : 2–3 = -1

Maka, ia berdiri pada angka -1 jika ia mundur 3 langkah dari angka +2 2. Karena ia mundur 1 langkah lagi, maka dilakukan operasi pengurangan

lagi.

Yaitu : (-1)–1 = -2

Maka, ia berdiri pada angka -2 jika ia mundur 1 langkah lagi dari angka -1.

Permasalahan yang ditemukan peneliti di MTs Yaspi Labuhan berdasarkan observasi peneliti dan dengan mewawancarai salah satu guru matematika kelas VII MTs Yaspi Labuhan adalah kurangnya kemampuan komunikasi matematika siswa itu dapat dilihat dari:

1. ketika dihadapkan pada suatu soal, siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal sebelum menyelesaikannya, sehingga siswa sering salah dalam menafsirkan maksud dari soal tersebut. Di MTs Yaspi Labuhan ini dialami siswa sebanyak 40% dari jumlah siswa kelas VII.

(23)

8

MTs Yaspi Labuhan keadaan ini dialami siswa sebanyak 52% dari jumlah siswa kelas VII.

3. Adanya sikap ragu-ragu siswa untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika baik melalui gambar, tabel, grafik, atau diagram. Di MTs Yaspi Labuhan keadaan ini dialami siswa sebanyak 60% dari jumlah siswa kelas VII.

4. Kurang aktifnya siswa, hal ini terlihat dari jarangnya siswa bertanya, memberikan gagasan baik secara tertulis ataupun lisan didepan kelas. Di MTs Yaspi Labuhan keadaan ini dialami siswa sebanyak 70% dari jumlah siswa kelas VII.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa upaya peningkatan komunikasi matematika menjadi sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembelajaran matematika. Sebagai salah satu bentuk media pembelajaran yang bisa digunakan dalam pembelajaran matematika, permainan tradisional dan mengaitkan materi ajar dengan budaya yang ada di daerah tersebut. Budaya yang ditekankan pada hal ini adalah budaya Melayu yang di daerah tersebut mayoritas berbudaya Melayu, budaya Melayu ini erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat. Pembelajaran berbasis budaya Melayu ini merupakan pondasi bagi pelestarian budaya daerah melalui dunia pendidikan. Sebagaimana diketahui pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini jarang sekali memakai hal yang menyangkut budaya daerah setempat.

(24)

9

matematika dan satu siswa kelas VII MTs Labuhan adalah kurangnya motivasi siswa itu dapat dilihat dari:

1. Ketika mulai masuk pelajaran matematika, siswa dominan lebih tidak bersemangat memulai pelajaran.

2. Siswa terlihat tegang ketika kegiatan belajar mengajar matematika di kelas, apalagi ketika ada perintah guru untuk menyelesaikan soal di depan kelas.

3. adanya sikap ragu-ragu siswa untuk menyelesaikan masalah matematika, karena takut salah.

4. Kurang aktifnya siswa, hal ini terlihat dari jarangnya siswa bertanya kepada guru.

5. Siswa lebih suka bermain sambil belajar.

6. Siswa jenuh dengan pembelajaran yang monoton, karena yang disajikan hanya rumus-rumus dan perintah menyelesaikan soal-soal, jadi ketika ditanyakan cara penyelesaian soal yang dikerjakan siswa kurang bisa menjelaskan.

7. Pembelajaran yang masih menerapkan guru aktif, membuat siswa menjadi pasif di kelas dan menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk menjadi kreatif dalam penyelesaian masalah,

(25)

10

Berikut adalah data tingkat motivasi belajar matematika siswa MTs Yaspi Labuhan pada tabel 1.1:

Tabel 1.1

Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Negeri Terusan No Nama Siswa Nilai Tingkat motivasi siswa

1 AS 5 Tinggi

Dari informasi yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa tingkat motivasi belajar matematika siswa kelas VII MTs Yaspi Labuhan masih kurang, dapat dilihat dari 10 siswa yang diambil secara acak 6 diantaranya memiliki tingkat motivasi rendah dan rendah sekali. Dari tes kemampuan motivasi awal ini maka perlu dirintis suatu penggunaan media pembelajaran matematika yang lebih disenangi dan mudah dipahami siswa agar tercipta kecintaan siswa terhadap pelajaran matematika. Salah satu cara untuk merintis pembelajaran yang dapat memotivasi siswa adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis budaya lokal (budaya Melayu) dan permainan tradisional. Jadi harapannya akan selalu dapat dikenang dan tidak menjemukan. Penggunaan pembelajaran berbasis budaya Melayu dan permainan tradisional tentunya akan menciptakan suasana baru yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa.

(26)

11

matematika untuk membuang anggapan siswa yang negatif mengenai pelajaran matematika. Siswa membutuhkan hal yang bisa mengubah fikirannya dari matematika itu sulit menjadi matematika itu menyenangkan, salah satu pembelajaran yang cocok adalah pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

Penyampaian materi secara menyenangkan telah diserukan oleh Pemerintah kita, dalam hal ini Depdiknas melalui UU No. 20/2003 Pasal 40 yang menyatakan “guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan

suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. Hal ini ditandaskan lagi dalam PP No. 19/2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1 yang menyatakan “proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara inspiratif, interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik”.

(27)

12

Untuk menciptakan kondisi belajar yang tidak monoton dan menarik perhatian siswa, guru dapat mengajak siswa belajar dari budaya yang konteksnya lebih ril bagi siswa, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Mereka juga bergembira dalam belajar karena memulainya dari sesuatu yang telah dimilikinya sendiri, sehingga timbul rasa percaya diri (confidence) dan itu akan menimbulkan perasaan diakui dan dihargai yang menyenangkan hatinya karena ia diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya (teori konstruktivisme) sesuai ciri-ciri perkembangan fisiologis dan psikologisnya. Hal tersebut pada gilirannya akan memotivasi mereka untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena atmosfer pembelajaran (academic atmosfir) yang sesuai kepentingan yang diciptakannya.

Pembelajaran terbentuk ketika siswa memproses informasi atau pengetahuan menjadi hal yang bermakna bagi mereka. Melalui belajar berbasis budaya, siswa dapat menemukan hubungan yang bermakna antara permasalahan kontekstual dengan ide abstrak yang mendorong proses internalisasi konsep. Namun, untuk mencapai hal tersebut siswa membutuhkan situasi/permasalahan kontekstual yang atraktif sebagai titik awal proses pembelajaran. Cerita rakyat dan permainan dapat menjadi situasi/permasalahan kontekstual yang atraktif. Karakteristik tersebut dapat merangsang motivasi siswa untuk belajar.

(28)

13

siswa tertarik untuk belajar. Kelas yang membosankan akan mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa. Istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk pembelajaran siswa, oleh karena itu dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar. Untuk mempermudah guru membangkitkan motivasi siswa agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik, maka guru dituntut untuk lebih kreatif dalam memikat siswa untuk tetap nyaman dalam kegiatan belajar belajar, salah satu caranya adalah dengan menggunakan media atau alat peraga. Akan lebih baik jika siswa diajak untuk terlibat aktif dalam mencari atau membuat alat peraga, seperti memanfaatkan permainan tradisional.

Dengan melihat proses awal yang telah dilakukan peneliti untuk melihat kemampuan komunikasi dan motivasi siswa di MTs Yaspi Labuhan dan pentingnya pembelajaran joyful learning dengan berbasis budaya daerah setempat dalam proses pembelajaran maka peneliti mengajukan studi dengan judul “Profil Kemampuan Komunikasi Matematika dan Motivasi Belajar Siswa Dengan Pembelajaran Joyful Learning Berbasis Konteks Budaya Melayu.

1.2 Fokus Penelitian

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti melakukan fokus penelitian terhadap :

1. Mendiskripsikan profil kemampuan komunikasi matematika dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

(29)

14

3. Mendeskripsikan profil proses jawaban siswa dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

4. Kegiatan penelitian pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kelas VII semester I.

5. Sekolah yang diteliti adalah MTs Yaspi Labuhan Medan.

6. Pemilihan subjek fokus pada kelas VII B MTs Yaspi Labuhan Medan. 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan tinjauan yang dikemukakan di atas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil kemampuan komunikasi matematika siswa dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu?

2. Bagaimana profil motivasi belajar siswa dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu?

3. Bagaimana profil proses jawaban siswa dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan profil kemampuan komunikasi siswa dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

2. Untuk mendeskripsikan profil motivasi belajar siswa dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

(30)

15

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama: 1. Bagi guru matematika

a. Membuka pola pikir guru bahwa untuk membuat pelajaran menyenangkan dengan melakukan pembelajaran berbasis konteks budaya Melayu.

b. Membantu guru untuk mengajak anak lebih komunikatif dalam pembelajaran matematika yang akan diajarkan kepada siswa dengan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

c. Membantu guru untuk memotivasi siswa dengan mengaitkan pembelajaran matematika dengan konteks budaya Melayu.

2. Bagi siswa

a. Melatih siswa untuk mengkomunikasikan hasil dari kegiatan yang dilakukan melalui pemanfaatan pengetahuan budaya.

b. Melatih siswa untuk mengemukakan ide dan manfaat dari pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu.

3. Bagi peneliti lain

(31)

234 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut::

1. Analisis kemampuan komunikasi matematika peneliti menemukan kemajuan atau perubahan positif kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan matematika ketika dari awal pemberian tes pemilihan subjek hingga pemberian tes kemampuan komunikasi matematika setelah diberikan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu. Dari hasil pengamatan peneliti

ditemukan pula hambatan yang menyebabkan siswa kesulitan dalam mengkomunikasikan matematika, antara lain:

a. Subjek kurang mampu memahami soal dengan baik, hal ini terbukti dari kurang mampunya siswa mengungkapkan soal dalam bahasanya sendiri. b. Kurang terlatihnya kemandirian subjek sehingga masih cenderung

canggung untuk mengungkapkan idenya.

c. Kurang terlatihnya subjek dalam menyelesaikan masalah matematika yang berbasis budaya karena selalu diberikan pembelajaran matematika berpatok pada rumus, sehingga subjek kurang mampu mengembangkan kreatifitasnya dalam menyelesaikan soal

d. Kurang teliti dalam proses pengerjaan soal dan tergesa-gesa dalam membuat kesimpulan

(32)

235

dibeli siswa disekolah sehingga subjek kurang mampu mengimajinasi dan menuangkan ide matematika dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu, terdapat perubahan positif dalam motivasi belajar matematika, karena pembelajaran ini merupakan hal baru dan menyenangkan bagi mereka. Pembelajaran ini juga dapat mengaktifkan siswa dengan menemukan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat secara mandiri, selain itu juga dapat membuat subjek lebih mengenal budaya Melayu dan bisa mengaplikasikan permainan tradisional Melayu dengan pembelajaran matematika karena pembelajaran ini merupakan hal yang baru dan menyenangkan bagi mereka, dengan belajar yang mengaktifkan siswa dengan menemukan konsep sendiri dalam kegiatan pembelajaran joyful learning berbasis budaya Melayu, subjek menjadi lebih mengenal budaya Melayu dan bisa mengaplikasikan permainan tradisional dengan pembelajaran matematika. 3. Profil proses jawaban siswa pada tes kemampuan komunikasi matematika setelah dilakukan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu mengalami perubahan positif dari tes kemampuan komunikasi awal untuk pencarian subjek. Subjek lebih bisa menjelaskan tentang proses penyelesaian masalah yang ditulis secara benar dan jelas, bisa mengubah masalah ke kalimat matematika yang benar, dan melakukan perhitungan dengan lebih hati-hati hingga menghasilkan perhitungan yang jelas dan benar. 5.2 Saran

(33)

236

1. Para guru agar dapat menggunakan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu sebagai alternatif pembelajaran, dengan mengaitkan antara kebudayaan dalam pemahaman konsep matematika atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa seperti hal-hal yang biasa dialami siswa sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah memahami masalah-masalah yang diberikan.

2. Pembelajaran ini hanya di lakukan di satu sekolah dan berfokus pada 6 orang siswa saja, disarankan kepada para guru agar melakukan pembelajaran joyful learning berbasis konteks budaya Melayu ini dapat di lakukan di

sekolah-sekolah yang lebih banyak lagi.

3. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran yang sama dengan penelitian ini dan disarankan untuk meminimalisir kelemahan-kelamahan yang terdapat dalam penelitian.

Gambar

GambarHalaman
Gambar 1.1 jawaban siswa
tabel, grafik, atau diagram. Di MTs Yaspi Labuhan keadaan ini dialami siswa
Tabel 1.1Motivasi Belajar Matematika Siswa  Kelas VII MTs Negeri Terusan

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada SKPD19 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pelelangan Sederhana untuk

1) Smith Van Ness. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed.. 2) Sandler. Chemical, Biochemical adn Engineering Thermodynamics,

Tabel 3 di atas memperlihatkan data pada responden petani banyak yang memiliki kemampuan kognitif dalam kategori curiga gangguan sebesar 76,7%, sedangkan pada

Fathurrahman Rauf Drs.. Fathurrahman Rauf

Cara aplikasi dari pestisida nabati yang digunakan oleh sebagian besar petani sayuran di tiga kecamatan umumnya digunakan dengan cara menyemprotkan langsung pestisida

Menurut data yang diperoleh kesalahan yang dilakukan mahasiswa meliputi kesalahan konsep, prinsip, dan operasi Faktor-faktor penyebab kesalahan adalah mahasiswa kurang

In this chapter, too, the writer would like to offer some suggestions to English – learning students to improve their English competence and to

Pendidikan Bahasa Jerman FPBS UPI 2013. Dalam pembelajaran bahasa, membaca merupakan salah satu keterampilan reseptif. Pada keterampilan ini seorang siswa harus dapat