Oleh:
Saima Putrini R. Harahap NIM 4103321043
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
DAFTAR ISI
2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 15
2.1.4.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 17
2.1.4.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 18
2.1.4.3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 21
2.1.4.4. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 22
2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional 25
2.2 Materi Pembelajaran 25
2.2.1 Kalor 25
2.2.2 Perubahan Wujud Zat 28
2.2.3 Perpindahan Kalor 32
2.3 Penelitian Terdahulu 38
2.4 Kerangka Konseptual 39
2.5 Hipotesis Penelitian 41
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 42
3.2Populasi dan Sampel Penelitian 42
3.2.1 Populasi Penelitian 42
3.2.2 Sampel Penelitian 42
3.3 Variabel Penelitian 42
3.4Jenis dan Desain Penelitian 42
3.4.2 Desain Penelitian 43
3.5Prosedur penelitian 43
3.6Instrumen Penelitian 46
3.6.1 Validitas Tes 47
3.6.2 Uji Reliabilitas 48
3.6.3Uji Tingkat Kesukaran 49
3.6.4 Uji Daya Pembeda 50
3.6.5 Observasi 51
3.7 Teknik Analisa Data 51
3.7.1 Menghitung mean dari pretes dan postes 51
3.7.2 Uji Normalitas 52
3.7.3 Uji Homogenitas 52
3.7.4 Uji Hipotesis 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian 56
4.1.1 Data Hasil Penelitian 56
4.1.2 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 58
4.1.3 Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol 59
4.1.4 Teknik Analisis Data 59
4.1.5 Pengujian Hipotesis 60
4.1.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa 62
4.2 Pembahasan 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan 66
5.2Saran 66
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 18
2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 21
2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok 24
2.4 Kalor Jenis Beberapa Zat 27
2.5 Tabel Konduktivitas Termal Beberapa Zat 35
3.1 Two Group Pretes – Posttest Design 43
3.2 Tabel spesifikasi tes hasil belajar pada materi pokok kalor 46
3.3 Kategori Validitas Tes 46
3.4 Klasifikasi Uji Reabilitas 48
3.5 Kategori Taraf Kesukaran Tes 49
3.6 Kriteria Uji Daya Pembeda 50
3.7 Kategori Daya Pembeda Tes 51
4.1. Hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 56
4.2. Hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 57
4.3. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 58
4.4. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59
4.5 Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas 60
4.6. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Pretes Siswa 61
4.7. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Penempatan Pada Meja Turnamen 23
2.2 Grafik perubahan temperatur dan perubahan wujud zat pada 31
sebongkah es
2.3 Perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari 33
2.4 Ujung besi yang dipanaskan menyebabkan ujung yang lain ikut panas 33
2.5 Konveksi pada zat cair 35
2.6 Konveksi pada udara 36
2.7 Proses terjadinya angin darat dan laut 37
3.1 Skema Rancangan Penelitian 45
4.1 Diagram Batang Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57
4.2 Diagram Batang Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Angket Siswa dan Wawancara Guru 70
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 76
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 94
Lampiran 4. LKS I 110
Lampiran 5 LKS II 116
Lampiran 6 Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar Siswa 120
Lampiran 7. Validitas Tes 133
Lampiran 8. Reabilitas Tes 136
Lampiran 9. Tingkat Kesukaran 139
Lampiran 10. Daya Pembeda Tes 141
Lampiran 11. Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 144
Lampiran 12. Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol 146
Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes dan Postes
Kelas Eksperimen 147
Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes dan Postes
Kelas Kontrol 149
Lampiran 15 Perhitungan Statistik Dasar 151
Lampiran 16. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi 157
Lampiran 17. Uji Normalitas 160
Lampiran 18. Uji Homogenitas 163
Lampiran 19. Uji Hipotesis 165
Lampiran 20. Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 169
Lampiran 21. Lembar Distribusi Data Aktivitas 171
Lampiran 22. Skenario Permainan Dalam Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT 175
Lampiran 23. Lembar Skor Permainan TGT 178
Lampiran 24 Dokumentasi Penelitian 181
Lampiran 25 Tabel Harga Kritis dan r product moment 185
Lampiran 26. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 186
Lampiran 27. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 187
Lampiran 28. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 188
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui
pendidikan. Maju mundurnya proses pengembangan suatu bangsa di segala
bidang sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Melalui pendidikan manusia
akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh. Berhasilnya
pembangunan di bidang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap
pembangunan di bidang yang lainnya seperti bidang sosial dan bidang usaha.
Pembangunan dalam bidang pendidikan semakin giat dilaksanakan. Berbagai cara
ditempuh untuk memperoleh pendidikan baik pendidikan secara formal maupun
pendidikan secara nonformal.
Berkembangnya pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Terlihat dengan semakin pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang. Pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari kemajuan ilmu fisika yang
banyak menghasilkan temuan baru dalam bidang sains dan teknologi. Fisika
ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang penting karena salah satu
syarat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berhubungan dengan ilmu
pengetahuan alam (IPA).
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mempelajari gejala-gejala
alam dan interaksi di dalamnya. Pelajaran fisika lebih menekankan pada
pemberian langsung untuk meningkatkan kompetensi agar siswa mampu berpikir
kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika, sehingga siswa memperoleh
pemahaman yang benar tentang fisika. Pemahaman konsep yang benar pada
pelajaran fisika akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan United Nations Development Programme (UNDP)
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diketahui bahwa dari 174 negara di dunia,
penelitian yang dilakukan Political and Economic Risk Consultacy (PERC) di
Hongkong yang menyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia menduduki
peringkat terakhir dari 12 negara di Asia (Sembiring, 2013).
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia salah satunya disebabkan karena
lemahnya proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar
siswa, termasuk dalam mata pelajaran fisika. Rendahnya hasil belajar fisika yang
diperoleh siswa disebabkan kurang efektifnya pembelajaran yang digunakan oleh
guru yang menimbulkan kejenuhan pada diri siswa dan menyebabkan kegagalan
guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Menurut Sanjaya (2011 : 14-15)
“Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan
berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta
sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan
berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas
pembelajaran“.
Berdasarkan angket yang dibagikan penulis di SMA Negeri 1 Batangkuis,
fisika dikenal sebagai salah satu mata pelajaran yang kurang diminati siswa.
Pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Dari 34
orang siswa, 67,65% berpendapat fisika adalah pelajaran yang tidak
menyenangkan, 26,5% berpendapat fisika kadang-kadang menyenangkan, dan
hanya 5,85% yang berpendapat fisika menyenangkan. Siswa beranggapan bahwa
pelajaran fisika lebih sulit dan rumit, sehingga siswa lebih dahulu merasa jenuh
sebelum mempelajarinya. Anggapan bahwa pelajaran fisika lebih rumit
merupakan sifat negatif yang menyebabkan dorongan untuk belajar lebih giat
akan menjadi rendah karena kurangnya ketertarikan siswa terhadap fisika,
sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor
yang menyebabkan siswa menganggap fisika tidak menyenangkan adalah model
pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi sehingga kurang
menarik minat siswa untuk belajar fisika. Berdasarkan hasil angket yang
dibagikan ke siswa, diketahui bahwa metode mengajar yang sering dilakukan
adalah ceramah, mencatat, mengerjakan soal dan pembelajaran hanya berlangsung
tidak tertarik terhadap pembelajaran, 61,76% siswa menjawab guru terus
melanjutkan pembelajaran, 32,35% siswa menjawab guru memarahi siswa, 2,94%
siswa menjawab guru menyudahi pembelajaran dan hanya 2,94% siswa menjawab
guru membuat permainan untuk meningkatkan semangat siswa. Kenyataannya,
siswa menginginkan guru mengajar dengan model pembelajaran yang efektif dan
metode yang lebih bervariasi sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang
menyenangkan. Dari hasil angket yang dibagikan pada siswa, sebanyak 44,12 %
siswa menginginkan belajar sambil bermain, 38,23 % siswa menginginkan belajar
dengan cara praktikum dan demonstrasi, 14,71 % memilih banyak mengerjakan
soal dan diskusi kelompok dan 2,94 % memilih lain-lain. Siswa menginginkan
ketika dalam pembelajaran diadakan turnamen atau pertandingan. Karena dengan
diadakannya turnamen atau pertandingan dapat meningkatkan semangat siswa
untuk belajar fisika. Dapat dilihat dari hasil angket, 52,94 % siswa menjawab
sangat termotivasi, 44,12 % siswa menjawab biasa saja, 2,94 % siswa menjawab
tidak termotivasi dan 0 % untuk opsi lain-lain.
Adanya permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran mempengaruhi
hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan terhadap guru bidang studi fisika, hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Batangkuis masih tergolong rendah dan kurang
memuaskan. Nilai rata-rata siswa adalah 60,38 yang tentu saja tidak mencapai
nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65.
Mengatasi permasalahan dalam pembelajaran, perlu diupayakan
pemecahannya. Salah satu di antaranya yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran yang lebih efektif dan variatif yang dapat menumbuhkan minat dan
motivasi siswa dalam belajar fisika, kemampuan siswa untuk dapat bekerja sama
dengan teman dalam menemukan suatu permasalahan, dan keterampilan siswa
sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.
Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan
mengembangkan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Pada model pembelajaran kooperatif siswa diberi
mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan
fasilitator aktivitas siswa. Ada beberapa jenis dari model pembelajaran kooperatif.
Namun model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pendekatan yang menyebabkan
kelompok kecil selama kegiatan belajar mengajar bekerja sama sebagai suatu tim
untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau untuk mencapai tujuan
bersama. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam
menelaah dan memahami materi dengan bermain dan bertanding.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah bekerja
sama dalam kelompok, dan menentukan keberhasilan kelompok bergantung pada
keberhasilan individu dari setiap anggota kelompok sehingga setiap anggota
kelompok tidak bisa bergantung pada anggota lain. Setiap siswa mendapat
kesempatan yang sama untuk menunjang timnya untuk mendapat nilai yang
maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian setiap individu
merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri, sehingga tujuan
pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk belajar bermakna dapat tercapai.
Isjoni (2009 : 16) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TGT tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit,
tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT
siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak
positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat
memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Penyajian materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT yang melibatkan siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama
kelompoknya diharapkan mampu memberikan sumbangan pada peningkatan
motivasi siswa agar lebih bersemangat dan berminat dalam belajar fisika sehingga
dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran adalah dengan
menerapkan model pembelajaran yang efektif dan inovatif .
Penelitian terdahulu yang membahas tentang model pembelajaran
kooperatif tipe TGT pernah diteliti oleh Soegiartono (2011 : 33) dengan judul
“Upaya meningkatkan hasil belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT Bagi Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Manado”. Setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diperoleh garnbaran
bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 74 yang tergolong baik.
Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang diberi perlakuan
dengan pembelajaran konvensional adalah 64,2 yang tergolong cukup. Kelemahan
dalam penelitian ini adalah kegiatan beberapa orang siswa tidak relevan dengan
kegiatan belajar mengajar dan siswa belum terbiasa melakukan kerja sama dalam
kelompok. Selain itu, Hotimah dan Motlan (2012 : 27) dalam jurnal yang berjudul
“Efek Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Motivasi
Belajar Siswa dan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Listrik Statis di Sekolah
Menengah Pertama” menyebutkan bahwa persen peningkatan hasil belajar untuk
kelas eksperimen (57,4%) lebih besar daripada persen peningkatan hasil belajar
kelas kontrol (51,9%) dengan selisih peningkatan antara kelas eksperimen dan
kontrol sebesar 5,5%. Terlihat bahwa adanya perbedaan yang signifikan
persentase hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar fisika yang diajar dengan model
pembelajaran direct instruction.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT pernah diteliti oleh Ramadhani
(2010 : 99) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif selama kegiatan
belajar mengajar di SMAN 17 Medan. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan menerapkan perangkat pembelajaran
berbasis konstruktivisme melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah
7,38 untuk kelas eksperimen dan 7,21 untuk kelas kontrol. Kendala yang dihadapi
dalam penelitian yaitu ketika mengelompokan siswa secara heterogen dan sulitnya
Azizah (2010 : 48) menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
pada materi pemuaian dan mendapatkan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah 73,3 yang tergolong baik. Dan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas
kontrol yang diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional adalah 67,2
yang tergolong cukup. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa ada
pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pemuaian dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional . Berdasarkan saran yang dikemukakan penulis,
kelemahan dalam penelitian ini yaitu sebelum memulai proses pembelajaran
peneliti tidak menjelaskan kepada siswa bagaimana pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penelitian
terdahulu adalah dengan melibatkan guru bidang studi pada saat proses
pembelajaran sebagai observator sehingga siswa dapat lebih terarah dan dapat
dikondisikan dengan baik, menginformasikan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran kepada siswa sebelum memulai kegiatan belajar mengajar agar
dalam proses pembelajaran kegiatan yang dilakukan siswa dapat lebih terarah
dengan kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan melakukan
persiapan yang matang dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian terdahulu
terletak pada tempat penelitian, waktu penelitian dan materi yang diajarkan.
Dimana pada penelitian ini penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Batang
Kuis pada semester 2 dengan mengajarkan materi kalor.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengadakan penelitian dengan
judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournaments (TGT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kalor Kelas
1.2.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian antara lain:
1. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi.
2. Minat belajar fisika siswa yang masih kurang.
3. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran.
4. Hasil belajar siswa yang tergolong masih rendah.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan dalam
penelitian yaitu :
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Batang
Kuis Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT di kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional di kelas kontrol.
3. Hasil belajar siswa pada materi kalor kelas X Semester II SMA Negeri 1
Batang Kuis Tahun Ajaran 2013/2014.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah dalam penelitian adalah:
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi kalor kelas X Semester II
di SMA Negeri 1 Batang Kuis?
2. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung?
3. Apakah ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe TGTdengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar
1.5.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi kalor kelas X
Semester II di SMA Negeri 1 Batang Kuis.
2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama pembelajaran
berlangsung.
3. Untuk mengetahui perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar siswa pada materi kalor kelas X Semester II di SMA Negeri 1
Batang Kuis.
1.6.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah ;
1. Sebagai informasi mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
TGT pada materi kalor.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru bidang studi untuk
mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai model
pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk dapat diterapkan dimasa yang
akan datang.
4. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian selanjutnya
yang akan mengkaji dan membahas penelitian yang sama.
1.7 Defenisi Operasional
1. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah model pembelajaran yang
berpusat pada siswa dimana dalam pendekatannya terdapat kelompok kecil
selama kegiatan belajar mengajar yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk
memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau untuk mencapai tujuan
model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa
dalam aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan
peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.
2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 76,71 dan
rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan
pembelajaran konvensional adalah 64,39.
2. Pada pertemuan I nilai rata-rata aktivitas siswa kelas eksperimen sebesar
68,43 dan pada pertemuan II menjadi 79,00. Aktivitas siswa dikategorikan
baik. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar siswa yang diamati pada penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT mengalami peningkatan.
3. Berdasarkan perhitungan uji t diperoleh bahwa thitung > ttabel yaitu
5,729>1,669 maka Ha diterima. Berdasarkan data yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh menggunakan model pembalajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) terhadap hasil belajar
siswa pada materi kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Batang
Kuis T.P. 2013/2014.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian, maka peneliti
mempunyai beberapa saran,yaitu :
1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) disarankan lebih memperhatikan dan membimbing siswa
siswa tentang apa yang telah dikerjakannya dalam kelompok dengan
begitu siswa akan lebih termotivasi untuk aktif dalam menyelesaikan tugas
kelompok.
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebelum memulai proses
pembelajaran terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa bagaimana
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sehingga pada saat
pelaksanaan pembelajaran para siswa sudah mengerti apa yang akan
dilakukan dan tidak menyita waktu untuk fase-fase pembelajaran yang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran . Bandung : Alfabeta
Azizah, Nur. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pemuaian di Kelas VII Semester II SMP Negeri 18 Medan T.P. 2009/2010.
Skripsi.Medan : FMIPA Unimed.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Hotimah, Husnul, Motlan. 2012. Efek Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Listrik Statis di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Online Pendidikan Fisika. 21 : 2301-7651.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.
Kanginan, Marthen. 2013. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.
Muhammad, As’adi. 2013. Tutorial Senam Otak Untuk Umum. Yogyakarta : Flashbooks.
Ramadani, Justitia. 2010. Penerapan Perangkat Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Selama Kegiatan Belajar Mengajar di SMA Negeri 17 Medan T.P. 2010/2011. Skripsi. Medan : FMIPA Unimed.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sardiman. 2011. Interaki & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sembiring, Asli. 2013. http://www.waspadamedan.com (accessed 9 Januari 2014).
Slavin, Robert E. 2005 . Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Musamedia.
Bagi Siswa Kelas X SMK Negeri 2. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan.33 : 2337-7623.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.