• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMSGAMES TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP HASIL BELAJARSISWA PADA MATERI KALOR KELAS X SEMESTER IISMA NEGERI 1 BATANG KUIS T.P. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMSGAMES TOURNAMENTS (TGT) TERHADAP HASIL BELAJARSISWA PADA MATERI KALOR KELAS X SEMESTER IISMA NEGERI 1 BATANG KUIS T.P. 2013/2014."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Saima Putrini R. Harahap NIM 4103321043

Program Studi Pendidikan Fisika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

DAFTAR ISI

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif 15

2.1.4.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 17

2.1.4.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 18

2.1.4.3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 21

2.1.4.4. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 22

2.1.5 Model Pembelajaran Konvensional 25

2.2 Materi Pembelajaran 25

2.2.1 Kalor 25

2.2.2 Perubahan Wujud Zat 28

2.2.3 Perpindahan Kalor 32

2.3 Penelitian Terdahulu 38

2.4 Kerangka Konseptual 39

2.5 Hipotesis Penelitian 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 42

3.2Populasi dan Sampel Penelitian 42

3.2.1 Populasi Penelitian 42

3.2.2 Sampel Penelitian 42

3.3 Variabel Penelitian 42

3.4Jenis dan Desain Penelitian 42

(4)

3.4.2 Desain Penelitian 43

3.5Prosedur penelitian 43

3.6Instrumen Penelitian 46

3.6.1 Validitas Tes 47

3.6.2 Uji Reliabilitas 48

3.6.3Uji Tingkat Kesukaran 49

3.6.4 Uji Daya Pembeda 50

3.6.5 Observasi 51

3.7 Teknik Analisa Data 51

3.7.1 Menghitung mean dari pretes dan postes 51

3.7.2 Uji Normalitas 52

3.7.3 Uji Homogenitas 52

3.7.4 Uji Hipotesis 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian 56

4.1.1 Data Hasil Penelitian 56

4.1.2 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 58

4.1.3 Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol 59

4.1.4 Teknik Analisis Data 59

4.1.5 Pengujian Hipotesis 60

4.1.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa 62

4.2 Pembahasan 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 66

5.2Saran 66

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 18

2.2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 21

2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok 24

2.4 Kalor Jenis Beberapa Zat 27

2.5 Tabel Konduktivitas Termal Beberapa Zat 35

3.1 Two Group Pretes – Posttest Design 43

3.2 Tabel spesifikasi tes hasil belajar pada materi pokok kalor 46

3.3 Kategori Validitas Tes 46

3.4 Klasifikasi Uji Reabilitas 48

3.5 Kategori Taraf Kesukaran Tes 49

3.6 Kriteria Uji Daya Pembeda 50

3.7 Kategori Daya Pembeda Tes 51

4.1. Hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 56

4.2. Hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol 57

4.3. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata, Standar Deviasi dan Varians 58

4.4. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 59

4.5 Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas 60

4.6. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Pretes Siswa 61

4.7. Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis Postes Siswa 61

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Penempatan Pada Meja Turnamen 23

2.2 Grafik perubahan temperatur dan perubahan wujud zat pada 31

sebongkah es

2.3 Perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari 33

2.4 Ujung besi yang dipanaskan menyebabkan ujung yang lain ikut panas 33

2.5 Konveksi pada zat cair 35

2.6 Konveksi pada udara 36

2.7 Proses terjadinya angin darat dan laut 37

3.1 Skema Rancangan Penelitian 45

4.1 Diagram Batang Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57

4.2 Diagram Batang Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 58

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Angket Siswa dan Wawancara Guru 70

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 76

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 94

Lampiran 4. LKS I 110

Lampiran 5 LKS II 116

Lampiran 6 Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar Siswa 120

Lampiran 7. Validitas Tes 133

Lampiran 8. Reabilitas Tes 136

Lampiran 9. Tingkat Kesukaran 139

Lampiran 10. Daya Pembeda Tes 141

Lampiran 11. Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 144

Lampiran 12. Data Pretes dan Postes Kelas Kontrol 146

Lampiran 13. Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes dan Postes

Kelas Eksperimen 147

Lampiran 14 Rekapitulasi Hasil Jawaban Pretes dan Postes

Kelas Kontrol 149

Lampiran 15 Perhitungan Statistik Dasar 151

Lampiran 16. Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi 157

Lampiran 17. Uji Normalitas 160

Lampiran 18. Uji Homogenitas 163

Lampiran 19. Uji Hipotesis 165

Lampiran 20. Pedoman Penilaian Observasi Aktivitas Siswa 169

Lampiran 21. Lembar Distribusi Data Aktivitas 171

Lampiran 22. Skenario Permainan Dalam Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT 175

Lampiran 23. Lembar Skor Permainan TGT 178

Lampiran 24 Dokumentasi Penelitian 181

Lampiran 25 Tabel Harga Kritis dan r product moment 185

Lampiran 26. Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 186

Lampiran 27. Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 187

Lampiran 28. Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F 188

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui

pendidikan. Maju mundurnya proses pengembangan suatu bangsa di segala

bidang sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Melalui pendidikan manusia

akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh. Berhasilnya

pembangunan di bidang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap

pembangunan di bidang yang lainnya seperti bidang sosial dan bidang usaha.

Pembangunan dalam bidang pendidikan semakin giat dilaksanakan. Berbagai cara

ditempuh untuk memperoleh pendidikan baik pendidikan secara formal maupun

pendidikan secara nonformal.

Berkembangnya pendidikan berpengaruh terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Terlihat dengan semakin pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang. Pesatnya perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari kemajuan ilmu fisika yang

banyak menghasilkan temuan baru dalam bidang sains dan teknologi. Fisika

ditempatkan sebagai salah satu mata pelajaran yang penting karena salah satu

syarat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berhubungan dengan ilmu

pengetahuan alam (IPA).

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mempelajari gejala-gejala

alam dan interaksi di dalamnya. Pelajaran fisika lebih menekankan pada

pemberian langsung untuk meningkatkan kompetensi agar siswa mampu berpikir

kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika, sehingga siswa memperoleh

pemahaman yang benar tentang fisika. Pemahaman konsep yang benar pada

pelajaran fisika akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan United Nations Development Programme (UNDP)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diketahui bahwa dari 174 negara di dunia,

(9)

penelitian yang dilakukan Political and Economic Risk Consultacy (PERC) di

Hongkong yang menyatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia menduduki

peringkat terakhir dari 12 negara di Asia (Sembiring, 2013).

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia salah satunya disebabkan karena

lemahnya proses pembelajaran yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar

siswa, termasuk dalam mata pelajaran fisika. Rendahnya hasil belajar fisika yang

diperoleh siswa disebabkan kurang efektifnya pembelajaran yang digunakan oleh

guru yang menimbulkan kejenuhan pada diri siswa dan menyebabkan kegagalan

guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Menurut Sanjaya (2011 : 14-15)

“Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan

berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta

sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan

berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas

pembelajaran“.

Berdasarkan angket yang dibagikan penulis di SMA Negeri 1 Batangkuis,

fisika dikenal sebagai salah satu mata pelajaran yang kurang diminati siswa.

Pelajaran fisika dianggap sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan. Dari 34

orang siswa, 67,65% berpendapat fisika adalah pelajaran yang tidak

menyenangkan, 26,5% berpendapat fisika kadang-kadang menyenangkan, dan

hanya 5,85% yang berpendapat fisika menyenangkan. Siswa beranggapan bahwa

pelajaran fisika lebih sulit dan rumit, sehingga siswa lebih dahulu merasa jenuh

sebelum mempelajarinya. Anggapan bahwa pelajaran fisika lebih rumit

merupakan sifat negatif yang menyebabkan dorongan untuk belajar lebih giat

akan menjadi rendah karena kurangnya ketertarikan siswa terhadap fisika,

sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor

yang menyebabkan siswa menganggap fisika tidak menyenangkan adalah model

pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi sehingga kurang

menarik minat siswa untuk belajar fisika. Berdasarkan hasil angket yang

dibagikan ke siswa, diketahui bahwa metode mengajar yang sering dilakukan

adalah ceramah, mencatat, mengerjakan soal dan pembelajaran hanya berlangsung

(10)

tidak tertarik terhadap pembelajaran, 61,76% siswa menjawab guru terus

melanjutkan pembelajaran, 32,35% siswa menjawab guru memarahi siswa, 2,94%

siswa menjawab guru menyudahi pembelajaran dan hanya 2,94% siswa menjawab

guru membuat permainan untuk meningkatkan semangat siswa. Kenyataannya,

siswa menginginkan guru mengajar dengan model pembelajaran yang efektif dan

metode yang lebih bervariasi sehingga siswa dapat belajar dengan suasana yang

menyenangkan. Dari hasil angket yang dibagikan pada siswa, sebanyak 44,12 %

siswa menginginkan belajar sambil bermain, 38,23 % siswa menginginkan belajar

dengan cara praktikum dan demonstrasi, 14,71 % memilih banyak mengerjakan

soal dan diskusi kelompok dan 2,94 % memilih lain-lain. Siswa menginginkan

ketika dalam pembelajaran diadakan turnamen atau pertandingan. Karena dengan

diadakannya turnamen atau pertandingan dapat meningkatkan semangat siswa

untuk belajar fisika. Dapat dilihat dari hasil angket, 52,94 % siswa menjawab

sangat termotivasi, 44,12 % siswa menjawab biasa saja, 2,94 % siswa menjawab

tidak termotivasi dan 0 % untuk opsi lain-lain.

Adanya permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran mempengaruhi

hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan terhadap guru bidang studi fisika, hasil belajar siswa pada mata

pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Batangkuis masih tergolong rendah dan kurang

memuaskan. Nilai rata-rata siswa adalah 60,38 yang tentu saja tidak mencapai

nilai KKM yang ditentukan oleh sekolah yaitu 65.

Mengatasi permasalahan dalam pembelajaran, perlu diupayakan

pemecahannya. Salah satu di antaranya yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran yang lebih efektif dan variatif yang dapat menumbuhkan minat dan

motivasi siswa dalam belajar fisika, kemampuan siswa untuk dapat bekerja sama

dengan teman dalam menemukan suatu permasalahan, dan keterampilan siswa

sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan

mengembangkan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang

berpusat pada siswa. Pada model pembelajaran kooperatif siswa diberi

(11)

mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan

fasilitator aktivitas siswa. Ada beberapa jenis dari model pembelajaran kooperatif.

Namun model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT). Model

pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu pendekatan yang menyebabkan

kelompok kecil selama kegiatan belajar mengajar bekerja sama sebagai suatu tim

untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau untuk mencapai tujuan

bersama. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam

menelaah dan memahami materi dengan bermain dan bertanding.

Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah bekerja

sama dalam kelompok, dan menentukan keberhasilan kelompok bergantung pada

keberhasilan individu dari setiap anggota kelompok sehingga setiap anggota

kelompok tidak bisa bergantung pada anggota lain. Setiap siswa mendapat

kesempatan yang sama untuk menunjang timnya untuk mendapat nilai yang

maksimum sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian setiap individu

merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri, sehingga tujuan

pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk belajar bermakna dapat tercapai.

Isjoni (2009 : 16) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

TGT tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit,

tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,

bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT

siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak

positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat

memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Penyajian materi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT yang melibatkan siswa aktif dalam belajar dan bermain bersama

kelompoknya diharapkan mampu memberikan sumbangan pada peningkatan

motivasi siswa agar lebih bersemangat dan berminat dalam belajar fisika sehingga

(12)

dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran adalah dengan

menerapkan model pembelajaran yang efektif dan inovatif .

Penelitian terdahulu yang membahas tentang model pembelajaran

kooperatif tipe TGT pernah diteliti oleh Soegiartono (2011 : 33) dengan judul

“Upaya meningkatkan hasil belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT Bagi Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Manado”. Setelah

diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diperoleh garnbaran

bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 74 yang tergolong baik.

Sedangkan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang diberi perlakuan

dengan pembelajaran konvensional adalah 64,2 yang tergolong cukup. Kelemahan

dalam penelitian ini adalah kegiatan beberapa orang siswa tidak relevan dengan

kegiatan belajar mengajar dan siswa belum terbiasa melakukan kerja sama dalam

kelompok. Selain itu, Hotimah dan Motlan (2012 : 27) dalam jurnal yang berjudul

“Efek Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Terhadap Motivasi

Belajar Siswa dan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Listrik Statis di Sekolah

Menengah Pertama” menyebutkan bahwa persen peningkatan hasil belajar untuk

kelas eksperimen (57,4%) lebih besar daripada persen peningkatan hasil belajar

kelas kontrol (51,9%) dengan selisih peningkatan antara kelas eksperimen dan

kontrol sebesar 5,5%. Terlihat bahwa adanya perbedaan yang signifikan

persentase hasil belajar fisika yang diajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan hasil belajar fisika yang diajar dengan model

pembelajaran direct instruction.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT pernah diteliti oleh Ramadhani

(2010 : 99) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif selama kegiatan

belajar mengajar di SMAN 17 Medan. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan menerapkan perangkat pembelajaran

berbasis konstruktivisme melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah

7,38 untuk kelas eksperimen dan 7,21 untuk kelas kontrol. Kendala yang dihadapi

dalam penelitian yaitu ketika mengelompokan siswa secara heterogen dan sulitnya

(13)

Azizah (2010 : 48) menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

pada materi pemuaian dan mendapatkan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas

eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT adalah 73,3 yang tergolong baik. Dan rata-rata hasil belajar siswa pada kelas

kontrol yang diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional adalah 67,2

yang tergolong cukup. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh bahwa ada

pengaruh yang signifikan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok pemuaian dengan menggunakan

model pembelajaran konvensional . Berdasarkan saran yang dikemukakan penulis,

kelemahan dalam penelitian ini yaitu sebelum memulai proses pembelajaran

peneliti tidak menjelaskan kepada siswa bagaimana pelaksanaan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penelitian

terdahulu adalah dengan melibatkan guru bidang studi pada saat proses

pembelajaran sebagai observator sehingga siswa dapat lebih terarah dan dapat

dikondisikan dengan baik, menginformasikan langkah-langkah kegiatan

pembelajaran kepada siswa sebelum memulai kegiatan belajar mengajar agar

dalam proses pembelajaran kegiatan yang dilakukan siswa dapat lebih terarah

dengan kegiatan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan melakukan

persiapan yang matang dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian terdahulu

terletak pada tempat penelitian, waktu penelitian dan materi yang diajarkan.

Dimana pada penelitian ini penulis melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Batang

Kuis pada semester 2 dengan mengajarkan materi kalor.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik mengadakan penelitian dengan

judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games

Tournaments (TGT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kalor Kelas

(14)

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian antara lain:

1. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi.

2. Minat belajar fisika siswa yang masih kurang.

3. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran.

4. Hasil belajar siswa yang tergolong masih rendah.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan dalam

penelitian yaitu :

1. Subjek penelitian adalah siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Batang

Kuis Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT di kelas eksperimen dan model pembelajaran

konvensional di kelas kontrol.

3. Hasil belajar siswa pada materi kalor kelas X Semester II SMA Negeri 1

Batang Kuis Tahun Ajaran 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah dalam penelitian adalah:

1. Bagaimanakah hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi kalor kelas X Semester II

di SMA Negeri 1 Batang Kuis?

2. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa selama pembelajaran berlangsung?

3. Apakah ada perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran kooperatif

tipe TGTdengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar

(15)

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1.Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada materi kalor kelas X

Semester II di SMA Negeri 1 Batang Kuis.

2. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama pembelajaran

berlangsung.

3. Untuk mengetahui perbedaan akibat pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe TGT dengan model pembelajaran konvensional terhadap

hasil belajar siswa pada materi kalor kelas X Semester II di SMA Negeri 1

Batang Kuis.

1.6.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah ;

1. Sebagai informasi mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

TGT pada materi kalor.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru bidang studi untuk

mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dalam proses belajar mengajar.

3. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk dapat diterapkan dimasa yang

akan datang.

4. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi penelitian selanjutnya

yang akan mengkaji dan membahas penelitian yang sama.

1.7 Defenisi Operasional

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah model pembelajaran yang

berpusat pada siswa dimana dalam pendekatannya terdapat kelompok kecil

selama kegiatan belajar mengajar yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk

memecahkan masalah, menyelesaikan tugas atau untuk mencapai tujuan

(16)

model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan untuk melibatkan siswa

dalam aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan

peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan.

2. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan

pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang diberi perlakuan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 76,71 dan

rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan

pembelajaran konvensional adalah 64,39.

2. Pada pertemuan I nilai rata-rata aktivitas siswa kelas eksperimen sebesar

68,43 dan pada pertemuan II menjadi 79,00. Aktivitas siswa dikategorikan

baik. Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar siswa yang diamati pada penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT mengalami peningkatan.

3. Berdasarkan perhitungan uji t diperoleh bahwa thitung > ttabel yaitu

5,729>1,669 maka Ha diterima. Berdasarkan data yang diperoleh dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh menggunakan model pembalajaran

kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) terhadap hasil belajar

siswa pada materi kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Batang

Kuis T.P. 2013/2014.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian, maka peneliti

mempunyai beberapa saran,yaitu :

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) disarankan lebih memperhatikan dan membimbing siswa

(18)

siswa tentang apa yang telah dikerjakannya dalam kelompok dengan

begitu siswa akan lebih termotivasi untuk aktif dalam menyelesaikan tugas

kelompok.

2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan sebelum memulai proses

pembelajaran terlebih dahulu dijelaskan kepada siswa bagaimana

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, sehingga pada saat

pelaksanaan pembelajaran para siswa sudah mengerti apa yang akan

dilakukan dan tidak menyita waktu untuk fase-fase pembelajaran yang

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran . Bandung : Alfabeta

Azizah, Nur. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Pemuaian di Kelas VII Semester II SMP Negeri 18 Medan T.P. 2009/2010.

Skripsi.Medan : FMIPA Unimed.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.

Hotimah, Husnul, Motlan. 2012. Efek Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Terhadap Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Listrik Statis di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Online Pendidikan Fisika. 21 : 2301-7651.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.

Kanginan, Marthen. 2013. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Muhammad, As’adi. 2013. Tutorial Senam Otak Untuk Umum. Yogyakarta : Flashbooks.

Ramadani, Justitia. 2010. Penerapan Perangkat Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Selama Kegiatan Belajar Mengajar di SMA Negeri 17 Medan T.P. 2010/2011. Skripsi. Medan : FMIPA Unimed.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sardiman. 2011. Interaki & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sembiring, Asli. 2013. http://www.waspadamedan.com (accessed 9 Januari 2014).

Slavin, Robert E. 2005 . Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Musamedia.

(20)

Bagi Siswa Kelas X SMK Negeri 2. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan.33 : 2337-7623.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sumarsono, Joko. 2009. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda.

Gambar

Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Fase- fase yang terbentuk pada lapisan IMC tersebut berpengaruh terhadap waktu yang optimal dalam perendaman baja pada aluminium cair yaitu 10 sampai 20 menit.. Kata kunci

Dalam : Noer, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi ketiga, Penerbit FK UI, Jakarta.. Tjokroprawiro,

Sasaran pembangunan yang diturunkan dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kabupaten Dharmasraya yaitu terdiri dari 28 sasaran pokok dan 63 arah kebijakan pembangunan

tersebut dapat meningkatkan aktivitas kitinase dan Peroxydase pada jeringan kalus.  Hal  tersebut  diduga  dapat  terjadi  melalui  (1)  meningkatnya  jumlah 

This paper can give the information to English teacher about the suitable techniques for elementary school students in learning English, especially teaching reading, to construct

[r]

[r]

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengguaan alat penilaian kinerja pada kegiatan praktikum mata pelajaran teknik pemeliharaan ikan mampu