vi
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh setelah implementasi Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 menjadi Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dan merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program diploma tiga Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhi ini adalah metode pengambilan sempel dan metode wawancara. Metode Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu teknik sampling jenuh berjumlah 19 Wajib Pajak Badan UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Medan Petisah. Data dikumpulkan melalui wawancara langsung dan dengan dokumentasi yang berada di KPP Pratama Medan Petisah. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah Pengetahuan Wajib Pajak Badan UMKM masih rendah dengan adanya Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 dasar pengenaan tarif pajak sebesar 1% serta pelaksanaannya masih belum sepenuhnya terlaksana secara menyeluruh karena kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat dan peraturan ini dianggap memberatkan pelaku usaha yang mengakibatkan kerugian, tetapi dengan adanya Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 banyak Wajib Pajak yang mengetahui dengan jelas teknis pelaksanaannya dan pengaruh untuk kedepannya dengan tarif 0,5%.
Kata Kunci: PP No. 23 Tahun 2018, PP No. 46 Tahun 2013, dan Wajib Pajak
vii
The purpose of writing this thesis is to find out how the influence after the implementation of Government Regulation No. 46 of 2013 became Government Regulation No. 23 of 2018 in the Medan Petisah Tax Service Office and is one of the requirements in completing the education of three Social Science diploma programs at the Panca Budi Development University. Data collection methods used in the preparation of the Final Task is a sampling method and interview method. The sampling method in this study is the saturation sampling technique totaling 19 UMKM Agency Taxpayers registered at Medan Petisah KPP. Data were collected through direct interviews and with documentation in the Medan Petisah KPP. The data analysis technique in this research is descriptive analysis.
The results of this study are that UMKM Taxpayer Knowledge is still low with the Government Regulation No. 46 of 2013 the basis for imposing a tax rate of 1%
and its implementation is still not fully implemented because of the lack of socialization to the public and this regulation is considered burdensome to business actors resulting in losses , but with the Government Regulation No.23 of 2018 many Taxpayers know clearly the technical implementation and the effect for the future at a rate of 0.5%.
Keywords: PP No. 23 of 2018, PP No. 46 of 2013, and Taxpayers
xi
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah .. ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 7
1. Identifikasi Masalah ... 7
2. Batasan Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 9
1. Tujuan Penelitian ... 9
2. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Landasan Teori ... 11
1. Pengertian Pajak ... 11
2. Fungsi Pajak ... 12
3. Jenis Pajak ... 13
4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak ... 14
5. Kepatuhan Wajib Pajak ... 15
6. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 16
7. Kriteria UMKM ... 17
8. Tujuan UMKM ... 19
9. Tarif UMKM ... 20
B. Peneliti Terdahulu ... 21
C. Kerangka Konseptual ... 23
D. Hipotesis ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Pendekatan Penelitian ... .. 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
C. Definisi Operasional Variabel ... 27
xii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
A. Hasil Penelitian ... 33
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah ... .... 33
2. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah ... 34
3. Logo Kementerian Republik Indonesia ... 35
4. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah ... 36
5. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Petisah ... 39
6. Hasil Penelitian ... 43
B. Pembahasan ... 45
1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Tentang Tarif UMKM Terhadap Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 .. ... 45
2. Peran Pemerintah Menerapkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 Terhadap UMKM Badan ... 46
3. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan UMKM terhadap Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2013 ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN BIODATA
viii
Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Pengaruh Implemetasi Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu program menyelesaikan study Diploma Tiga (D-III) Program Studi Perpajakan Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi.
Dalam Menyusun tugas akhir ini penulis telah banyak medapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Isa Indrawan, SE., M.M., selaku Rektor Universitas Pembangunan Panca Budi.
2. Ibu Dr. Surya Nita, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi.
3. Ibu Nina Andriany Nasution, SE., Ak, M.Si., selaku Ketua Program Studi D-III Perpajakan Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyelesaian Tugas Akhir.
ix Akhir ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Hasrul Azwar Hasibuan, SE., M.M., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan yang membangun bagi penulis sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Dr. Abdul Kadir., SH., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran serta dorongan yang sangat berarti kepada penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini.
7. Ibu Eulis Yustisia selaku Kepala Seksi Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal.
8. Bapak Handoko selaku Pengolahan Data dan Informasi (PDI) yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama kegiatan Tugas Akhir dan penelitian ini.
9. Seluruh Dosen dan Staff pengajar Universitas Pembangunan Panca Budi 10. Seluruh Staff/karyawan/i di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
yang telah banyak memberikan saran, nasehat, masukan serta wawasan kepada semoga dibalas oleh Allah SWT yang setimpal.
11. Kedua Orang Tua tercinta (Ibu Yasmini dan Bapak Saptono) yang telah banyak memberikan dukungan baik itu secara moral dan material, serta curahan kasih sayangnya dan doa-doanya yang tiada henti mereka panjatkan kepada Allah SWT untuk penulis.
12. Kepada Saudara-saudara penulis Chairunnissa A.Md, Vuja Vista A.Md, Wanda Rahmadani, dan Majida Shafira, yang telah mendukung penulis untuk semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
x
segi penyajian maupun segi ilmiahnya. Untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi penyempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini berguna bagi pembaca secara umum dan penulis secara khusus. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Medan, Maret 2020
MHD ZULHAM NPM: 1715400003
1 A. Latar Belakang Masalah
Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) secara langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Dari definisi diatas bisa disimpulkan bahwa pajak merupakan suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak pribadi maupun badan.
Sedangkan penerimaan pajak adalah penghasilan yang diperoleh oleh pemerintah yang bersumber dari pajak yang diberikan oleh wajib pajak pribadi maupun badan (Mardiasmo, 2016:3).
Salah satu wajib pajak yang memberikan kontribusi dalam bidang perpajakan adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia, UMKM terbukti berhasil memainkan peran sebagai katup pengaman atau back up perekonomian nasional pada masa krisis.
Kenyataan tersebut membuat pemerintah perlu memberi ruang untuk berkembang. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat jumlah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia mencapai hampir 60 juta pelaku usaha pada tahun 2017 yang ersebar di seluruh Indonesia. UMKM pun mendominasi struktur usaha yang ada di Indonesia sekitar 99,99%, yang terdiri dari usaha mikro 98,79% usaha kecil sebesar 1,11% usaha menengah sebesar 0,01% (Wendy Endrianto, 2015).
Adapun beberapa keunggulan yang dimiliki usaha kecil dan menengah antara lain: cukup fleksibel dan sangat mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar, menciptakan lapangan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor bisnis lainnya, memiliki diversiasi yang luas sehingga mampu berkontribusi signifikasi dalam ekspor dan perdagangan (Narsa, dkk, 2016).
Pemberlakukan ketentuan PP 46 Tahun 2013 ini tentu memberikan manfaat bagi wajib pajak terutama bagi UMKM karena mereka menjadi lebih mudah dalam menghitung, menyetor dan melaporkan Pajak Penghasilan terutangnya. Lebih mudah karena pengenaan pajaknya menggunakan tarif tunggal sebesar 1% dan bersifat final. Peraturan tersebut diharapkan dapat mendongkrak penerimaan pajak penghasilan final yang berdampak pada terpenuhinya target penerimaan pajak. Masyarakat beranggapan bahwa pengenaan pajak terhadap UMKM sebesar 1% dari omset dinilai tidak adil bagi pengusaha UMKM dikarenakan omset belum tentu menghasilkan laba. Jika ternyata mereka mengalami kerugian dan harus membayar pajak, hal ini akan memberatkan para wajib pajak. Pemahaman wajib pajak mengenai Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 masih minim karena beberapa wajib pajak hanya mengetahui tarif Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013, namun sebagian besar wajib pajak belum mengetahui dan memahami mengenai peraturan yang diatur di dalamnya.
(Susilo & Sijaruddin, 2014: 7).
Penurunan penerimaan pajak tersebut diimbangi dengan pengupayaan pemerintah melalui berbagai kebijakan yang mendukung kesadaraan masyarakat dalam menunaikan kewajiban dalam perpajakan. Salah satu kebijakan pemerintah,
adanya kebijakan tax amnesty bagi para wajib pajak yang belum melaporkan pajak terutangnya, serta pebebanan pajak terutang yang dikenakan kepada setiap wajib pajak yang berbeda yang disesuikan dengan jumlah penghasilan yang diperoleh wajib pajak.
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah 46 Tahun 2013 adalah respon positif dari pemerintah atas keluhan para pelaku UMKM. Tarif UMKM yang sejak tahun 2013 adalah 1% dari omset bruto sekarang dipangkas tarif pajaknya menjadi 0,5% (Fauzi Ahmad dkk, 2016).
Pemerintah mengajukan alasan kuat atas penerapan Peraturan Pemerintah koterversial ini, yakni dengan dipajaki maka UMKM memiliki NPWP sehingga lebih mudah untuk memperoleh modal melalui bantuan kredit bank (Yusuf, 2013) Selain itu penurunan PPh final 0,5% ini memudahkan WP UMKM dalam membayar PPh.
Namun tidak seperti Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018, peraturan terbaru tentang PPh Final 0,5% punya batasan waktu. Batasan waktu yang diberikan oleh pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif PPh Final 0,5% yaitu 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi, 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau Firma, serta 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk PT. (rafika sari, 2018). Setelah batasan waktu tersebut berakhir, WP akan kembali menggunakan skema normal seperti diatur oleh pasal 17 UU No. 36. Dengan memenuhi hukum yang berlaku, secara tidak langsung wajib pajak telah menegakkan budaya disiplin pada diri sendiri. Kedisiplinan yang ia tetapkan secara tidak langsung membantu pemerintah dalam hal menentukan kebijakan,
tentunya kebijakan terkait dengan dunia usaha. Dengan patuh kepada hukum yang berlaku, setidaknya ia telah membuat pemerintah merasa dihargai.
Menurut mardiasmo (2009:18) mengatakan Pengetahan pajak adalah kemampuan wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak yang akan mereka bayar berdasarkan undang-undang maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka.
Selain itu kepatuhan pengusaha tersebut merupakan bentuk paling kecil dari tindakan yang dapat dilakukan terhadap Negara dari pemerintahan. Tentunya bukan dalam hal pemberian materi, namun memberikan semangat kepatuhan dalam hukum (Susanta dan Syamsudin, 2009:11).
Pemberlakuan ini bisa mendorong pelaku UMKM agar lebih ikut berperan aktif dalam kegiatan ekonomi formal serta beban pajak yang ditanggung oleh pelaku UMKM menjadi lebih kecil, sehingga pelaku UMKM memiliki kemampuan ekonomi yang lebih besar untuk mengembangkan usaha dan melakukan investasi (www.pajak.go.id). Tetapi kebanyakan WP merespon positif dan negatif karena adanya perubahan yang telah diputuskan oleh pemerintah.
Permasalahan yang sering muncul adalah tingkat pengetahuan masyarakat dalam melakukan kewajiban perpajakan.
Apabila wajib pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan benar dan lengkap maka secara teoritis kewajiban perpajakan itu telah terpenuhi. Dalam kenyataannya hal tersebut bisa saja tidak terealisasi dikarenakan kebatasan pengetahuan mengenai sistem pajak tersebu, oleh karena itu dalam rangka untuk menguji kepatuhan wajib pajak yang telah mendapatkan kepercayaan menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri
pajak-pajaknya yang terhutang, fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak harus secara terus menerus dilaksanakan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi wajib pajak dalam melaporkan dan membayar pajak terutangnya. Diantarannya yaitu pengetahuan akan peraturan perpajakan, yang kedua adanya sanksi perpajakan yang akan membuat wajib pajak baik terpaksa atau tidak harus melaporkan dan membayar pajak terutangnya (Hendarsyah 2009, 102).
Seiring berjalannya waktu, banyaknya pemilik UMKM yang merasa bahwa tarif PPh final 1% atas penghasilan bruto yang berlaku selama ini terlalu tinggi dan memberatkan wajib pajak, terutama pada UMKM yang baru memulai bisnis. Besarnya jumlah biaya produksi, biaya usaha lainnya dan kebutuhan pribadi pelaku usaha yang harus dikeluarkan, sehingga keuntungan yang diperoleh UMKM tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban perpajakan.
Hal inilah yang memicu pemerintah dengan melakukan beberapa pertimbangan untuk menurunkan tarif PPh final bagi pelaku UMKM sampai 0,5%. Kebijakan baru ini terdapat pada Peratuan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 yang mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Juli 2018. Dengan turunnya tarif tersebut diharapkan mampu memberikan rasa kehadiran kepada pelaku UMKM sehingga mereka mampu membayar pajak sesuai dengan kemampuannya.
Kemudahan yang diperoleh UMKM yaitu penurunan tarif. Dalam peraturan tersebut, wajib pajak diberikan pilihan untuk memanfaatkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 atau langsung menggunakan tarif normal pasal 17. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 salah satunya untuk mendorong UMKM agar rutin bayar pajak di waktu yang sudah ditentukan.
Tabel 1.1 Data Perubahan Tarif UMKM
No UMKM Tarif 1% Tarif 0,5%
1. PT. DINAMIKA FURINDO NUSANTARA
2. PT. ESA SENTOSA
3. PT. SUMBETRI MEGAH
4. TIRTA SUMBER X X
5. PT. RAMA INDONESIA
6. ERAKRYA JATAYUMAS
7. PT. GLOBAL MITRA PRIMA
8. PANCARAN SUBUR X X
9. ARINA MULTIKARYA X X
10. PT SENTRA MITRA ALIH DAYA
Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada Wajib Pajak UMKM badan yang ada di Kota Medan terkhususnya Kecamatan Medan Helvetia melalui wawancara di lapangan dari 10 (Sepuluh) Wajib Pajak UMKM badan yang diwawancara, hasilnya ada 3 (Tiga) responden Wajib Pajak UMKM yang mengatakan bahwasannya mereka masih belum mengetahui Peraturan Pemerintah tentang tarif UMKM dengan menggunakan dasar pengenaan pajak 1% dari omset perhitungan pajak penghasilan. Selain itu mereka juga belum mengetahui
perubahan Peraturan Pemerintah mengenai perubahan tarif UMKM yang menggunakan dasar pengenaan pajak 1% dipangkas mejadi 0,5% pada tahun 2018. Sementara 7 (Tujuh) responden Wajib Pajak UMKM mengetahui bagaimana Tatacara Perpajakan yang benar. Tetapi ada salah satu responden yang saya wawancarai mengatakan. “Saya sudah terdaftar di kantor pajak, juga sudah memiliki NPWP karena ada yang menjanjikan untuk memberi bantuan tetapi saya tidak membayar pajak karena penghasilan yang saya dapatkan tidak sesuai dengan pajak yang akan dibayarkan, jika saya membayar pajak maka saya akan mengalami kerugian”. Oleh karena nya, beberapa UMKM belum mengetahui Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 tentang tarif UMKM atas dasar pengenaan pajak penghasilan 1% serta mereka juga belum mengetahui perubahan dasar pengenaan pajak yang dipangkas dari 1% menjadi 0,5% dari omset dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018.
Berdasarkan uraian diatas dan begitu banyaknya jumlah UMKM yang terdapat di Medan Petisah akan memberikan potensi pajak yang besar, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 kepada Wajib Pajak Badan yang berada di Kota Medan dengan judul “Pengaruh Implemetasi Peraturan Pemerintah No.
23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan oleh penulis adalah sebagi berikut:
a. Beberapa Wajib Pajak Badan UMKM masih belum mengetahui pemberlakuan mengenai tarif UMKM.
b. Beberapa Wajib Pajak UMKM beranggapan mereka rugi jika membayar pajak c. Beberapa Wajib Pajak UMKM Badan masih rendah dalam membayar pajak
UMKM
2. Batasan Masalah
Penulis memberikan batasan masalah terhadap penelitian ini agar pembahasan penelitian terfokus dan tidak mengambang. Permasalahan pada penelitian ini yaitu “Pengaruh Implementasi Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah” akan dibatasi pada cakupan wilayah penelitiannya dan sampel penelitian, dimana penulis hanya memiliki kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam melapor dan membayar UMKM yang terdapat di Medan Petisah pada tahun 2015-2019.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitan ini adalah:
1. Apakah tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam membayar pajak sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah?
2. Apakah Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam membayar pajak sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
b. Untuk mengetahui Peraturan Pemerintah No.23 Tahun 2018 berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:
a. Manfaat Bagi Mahasiswa
1) Guna memenuhi salah satu syarat kelulusan pada program D-III Perpajakan.
2) Menambah pengetahun dan pengalaman belajar di bidang perpajakan khususnya bidang Subbagian Umum dan Ketetapan Internal.
3) Melatih kemampuan diri agar dapat mengatasi kondisi berbeda antar kuliah dengan terjadi di lapangan.
4) Dapat mengetahui dan mengembangkan kemampuan pribadi dengan ilmu yang dimiliki.
5) Meingkatkan ilmu berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman kerja.
6) Menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta disiplinan.
b. Manfaat Bagi Universitas Pembangunan Panca Budi
1) Mempererat hubungan Universitas Pembangunan Panca Budi dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
2) Memeberikan gambaran secara nyata mengenai UMKM.
3) Mempromosikan sumber daya manusia Universitas Pembangunan Panca Budi.
4) Membantu pihak terkait dalam melaksanakan pekerjaan.
c. Manfaat Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
1) Peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan Univesitas Pembangunan Panca Budi.
2) Mempromosikan image Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
3) Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam mensosialisasikan perpajakan terhadap masyarakat bagi Wajib Pajak Perorangan maupun Wajib Pajak Badan.
4) Membantu dan mempermudah pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam melakukan tugas-tugas terkait perpajakan.
11 A. Landasan Teori
Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis akan menyajikan landasan teori yang berhubungan dengan judul penelitian yang diajukan, karena tanpa landasan teori yang jelas akan menyebabkan informasi yang disajikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
1. Pengertian Pajak
Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian pajak adalah sebagai berikut:
a. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adrian
Pajak adalah “iuran pada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-perauran dengan tidak dapat prestasi kembali, yang lansung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas pemerinta”.
b. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro
Pajak adalah “iuran rakyat kepada Negara (peralihan kekayaan dari sector partikelir kesektor pemerintah) berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (tegen prestatie) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum”.
c. Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaya
Pajak adalah “iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesehajteraan umum”.
d. Menurut S.I Djajadiningrat
Pajak adalah “sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagaian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang
emberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum”.
e. Menurut Mr. Dr N. J. Feldman
Pajak adalah “prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
f. Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapattimbal balik secara langsung guna untuk keperluan Negara bagi kemakmuran rakyat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3) Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai investasi publik.
2. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan Negara) dan fungsi regulerend (mengatur)
a. Fungsi Budgetair (sumber keuangan Negara)
Pajak merupakan salah satu sumber pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuanganNegara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyakanya untuk kas Negara.
b. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Pajak mempunyai fungsi mengatur yang artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
3. Jenis Pajak
a. Menurut golongannya, pajak terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan kepada orang lain atau pihak ketiga pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi peyerahan barang atau jasa.
b. Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Subjektif adalah pajak pengenaannya memerhatikan pada keadaan subjeknya.
2) Pajak Objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau perisiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadan pribadi wajib pajak maupun tempat tinggal.
c. Menurut lembaga pemungutannya, pajak dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1) Pajak negara (pajak pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
2) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
4. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak a. Pengertian Wajib Pajak
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 Wajib Pajak didefinisikan:
“Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan”.
b. Hak Wajib Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 yang dikutip oleh Resmi Siti (2011:22) Hak Wajib Pajak adalah:
1) Melaporkan beberapa masa pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa (SPT).
2) Mengajukan surat keberatan dan banding bagi Wajib Pajak dan kriteria tertentu.
3) Memperpanjang jangka waktu prnyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktorat Jenderal Pajak.
4) Mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.
5) Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atau Surat Keputusan Keberatan.
6) Mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
7) Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
8) Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa untuk menjalankan hakdan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajkan.
9) Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak.
5. Kepatuhan Wajib Pajak
a. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Jadi wajib pajak dapat diartikan sebagai tunduk, taat dan patuhnya wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan undang- undang perpajakan berlaku. (Resmi Siti, 2011:23).
b. Bentuk Kepatuhan Wajib Pajak
Secara umum kepatuhan wajib pajak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak orang pribadi maupun badan harus memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dan Undang-Undang Perpajakan. Kepatuhan formal
merefleksikan pemenuhan kewajiban penyetoran dan pelaporan pajak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
2) Kepatuhan Material
Kepatuhan material lebih menekankan pada aspek substansinya yaitu jumlah pembayaran pajak telah sesuai dengan ketentuan. Dalam arti perhitungan dan penyetoran pajak telah benar.
6. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah:
a. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
1) Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
7. Kriteria UMKM
Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 UMKM dapat diartikan sebagai berikut:
a. Usaha Mikro
Usaha mikro yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia (WNI) dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.
100.000.000 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000. Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut:
1) Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.
2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.
3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha.
4) Pengusaha atau Sumber Daya Manusianya berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya tingkat SDM dan belum memiliki kewirausahaan yang memadai.
5) Umumnya belum mengenal perbankan tetapi lebih mengenal rentenir 6) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak
7) Tenaga kerja atau karyawan yang dimilki kurang dari 4 orang.
b. Usaha Kecil
Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memilki kekayaan bersih paling banyak Rp.
200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 pertahun serta dapat menerima kredit dari Bank diatas Rp.50.000.000 sampai Rp 500.000.000 Juta.
Ciri-ciri Usaha Kecil antara lain:
1) Sumber daya manusianya sudah lebih maju, rata-rata pendidikannya sekolah menengah atas dan sudah ada pengalaman usahanya.
2) Pada umumnya sudah melakukan pembukuan/ manajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah membuat neraca usaha.
3) Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya, termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
4) Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, namun belum dapat membuat perencanaan bisnis, studi kelayakan dan proposal kredit kepada Bank, sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultasi/ pendampingan,
5) Tenaga kerja yang dipekerjakan antara 5-19 orang.
c. Usaha Menengah
Menurut Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999, usaha menengah adalah Usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Ciri-ciri usaha menengah yaitu:
1) Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.
2) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
3) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada jamsostek, pemeliharaan kesehatan dan lain-lain.
4) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain.
5) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.
6) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
8. Tujuan UMKM
UMKM dididrikan dengan tujuan adalah menimbulkan dan mengembangkan kemampuan UMKM agar usahannya dapat tangguh dan
mandiri, mewujudkan peningkatan struktur perekonomian negara, meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, dan penciptaan aset yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
9. Tarif UMKM
“Tarif pajak berarti suatu ketentuan dalam bentuk persentase (%) atau jumlah dalam mata uang suatu negara yang harus dibayarkan oleh pemilik kewajiban paka berdasarkan pajak atau entitas pajak”. (Sudirman dan Amarudin, 2012)
Sedangkan tarif UMKM adalah tarif wajib pajak orang pribadi maupun badan yang digunakan untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar dalam persentase. Menurut Direktorat Jendral Pajak Kementerian mengenai Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 mengatakan bahwa penggunaan tarif ini memiliki batas waktu, antara lain:
a. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi selama 7 Tahun.
b. Wajib Pajak Badan berbentuk Koperasi, Persekutuan Komanditer, atau Firma selama 4 Tahun.
c. Wajib Pajak Badan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) selama 3 Tahun.
Selama masih dalam batas waktu yang ditetapkan makan wajib pajak akan dikenakan tarif 0,5%. Jika peraturan tersebut sudah habis dari jangka waktu yang ditetapkan maka wajib pajak akan kembali dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dimana tarif tersebut sebesar 1%.
B. Peneliti Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu mengenai Pengaruh Peraturan UMKM Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Peraturan Pemerintah tentang tarif UMKM.
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Peneliti Hasil Peneliti 1. N.I. Supadni,
D.G. Dharma Suputra (2016)
Persepsi WP atas Pemberlakuan
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dan Kepatuhan Perpajakan
Peneliti berikutnya hendaknya menggunakan menggunakan variabel lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan memperluas wilayah penelitian, sehingga hasil penelitian mengenai kepatuhan UMKM dapat digeneralisasikan.
Direktorat Jenderal Pajak harus lebih sering
memberikan sosialisasi atas pemberlakuan suatu peraturan yang baru melalui pelatihan, workshop dan kegiatan pelatihan menyangkut teknis pelaksanaanya.
2. Ayuningtyas Wulansari (2012)
Analisis Tingkat Kesadaran Pajak pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Hasil penelitian ini menujukan bahwa pengetahuan dan
pemahaman UMKM masih tergolong minim.
Karakteristik yang mempunyai hubungan yang positif signifikan ditunjukkan bahwa dengan kepemilikan NPWP badan dan lamanya usah berdiri.
3. Rizki Kurniawan (2014)
Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Kecil Menengah pada
Hasil dari pengaruh yang dilakukan oleh wajib pajak UMKM mengenahi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta
kepatuhan wajib pajak dapat ditarik
kesimpulannya bahwa WP yang ada sudah memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak dalam pembayaran Pajak Restoran sebesar 10% (Perda No. 4 tahun 2011). Akan tetapi, Wajib Pajak disini tidak
memenuhi kewajiban pajaknya dari segi Pajak Penghasilan (PPh 21) dan Pajak Penghasilan UMKM (PP No. 46 tahun 2013 sebesar 1%) dikarenakan kurangnya sosialisasi dan Dirjen Pajak mengenai pajak penghasilan (PPh 21) dan pajak penghasilan UMKM (PP No. 46 tahun 2013 sebesar 1%).
4. Anisa Nurpratiwi (2015)
Analisis Persepsi Wajib Pajak Pemilik UMKM Terhadap Kebijakan Pajak Penghasilan Final sesuai Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 pada KPP Pratama Malang Utara.
Persepsi wajib pajak tentang kebijakan pajak penghasilan final terhadap UMKM ditinjau dari kesederhanaan dalam pemungutannya.
5. Annisa Fitriana (2019)
Analisis Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Sebelum dan Sesudah Penerapan PP No. 23 Tahun 2018 dalam Rangka Penungkatan
Penerimaan PPH Final (Studi Empiris pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II)
Hasil dari analisis tersebut adalah kepatuhan yang dilakukan wajib pajak meningkat 60% saat perubahan yang dilakukan oleh Peraturan Pemerintah N0. 23 Tahun 2018 tentang UMKM
6. Syafrida Hani (2017)
Persepsi Pelaku UMKM Terhadap Penyelenggaraan Laporan Keuangan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Kotabumi
Hasil penelitian
menemukan bahwa pelaku UMKM memiliki pesepsi yang kurang baik terhadap laporan keuangnnya.
Mereka menyatakan bahwasannya lapran keuangan itu sulit, dan memerlukan waktu untuk membuatnya, para UMKM disana menyatakan
bahwasannya laporan keugan tidak terlalu penting. Yang paling penting bagi mereka adalah bagaimana meningkatkan omzet penjualan.
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian, dapat dilihat gambaran penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual PP No. 23
Tahun 2018
Pembayaran Pajak UMKM
WP Badan
Kepatuhan Wajib Pajak Badan
D. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2010:93) menjelaskan bahwa: Hipotesis merupakan
“jawaban semetara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan”. Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus di uji secara empiris.
Pengaruh wajib pajak UMKM yaitu setiap wajib pajak harus memiliki dasar Pengetahuan Perpajakan, yaitu wajib pajak yang mengetahui Perpajakan dalam membayar pajak. Pengetahuan pajak adalah kemampuan wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak yang akan mereka bayar berdasarkan undang-undang maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka. (Mardiasmo, 2009:22).
Adapun indikator yang mengukur wajib pajak tersebut mengetahui perpajakan yaitu, pengetahuan wajib pajak mengenai batas waktu pembayaran dan pelaporan, pengetahuan wajib pajak mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pengetahuan wajib pajak mengenai system perpajakan. Maka wajib pajak bisa dikatakan sudah melaksanakan kewajiban perpajakan apabila wajib pajak tersebut tahu dan paham mengenai perpajakan dan melaksakan sesuai indikator.
Berdasarkan uraian konseptual tersebut diatas, maka hipotesis yang dapat disajikan oleh Penulis adalah:
1. Tingkat kepatuhan wajib pajak badan dalam membayar pajak sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018.
2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak badan UMKM.
26 A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan Wajib Pajak UMKM Tentang Kewajiban Perpajakan pada tarif UMKM di Kecamatan Medan Petisah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah, yang terletak di Jalan Asrama No. 7A, Sei Sikambing C. II, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara 20123.
Sedangkan waktu yang digunakan dalam penelitian ini kurang lebih 2 (dua) bulan. 1 (satu) bulan pengumpulan data dan 1 (satu) bulan pengolahan data yang meliputi penyajian dalam bentuk tugas akhir dan proses bimbingan berlangsung.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan/Tahun No Aktivitas November
2019
Desember 2019
Januari 2019
Februari 2020
Maret 2020 1. Pengajuan
Judul Tugas akhir
2. Pembuatan Proposal 3. Bimbingan
Proposal 4. Seminar
Proposal 5. Pengolahan
Data
6. Sidang Meja Hijau
Sumber: Universitas Pembangunan Panca Budi 2020
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah Analisis Pengatahuan Wajib Pajak Tentang Kewajiban Perpajakan pada tarif UMKM merupakan Menganilisis Pengatahuan wajib pajak UMKM yang mereka paham betul atau isi undang-undang perpajakan yang sering kali mengalami perubahan.
Untuk meningkatkan pengetahuan perpajakan masyarakat dapat melalui pendidikan perpajakan baik formal maupun non formal akan berdampak terhadap kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.
Menganalisis wajib pajak UMKM adalah setiap wajib pajak harus memiliki dasar Pengetahuan Perpajakan, yaitu wajib pajak yang mengetahui Perpajakan dalam membayar pajak. Pengetahuan pajak adalah kemampuan wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak yang akan
mereka bayar berdasarkan undang-undangan maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka (Mardiasmo, 2013).
Adapun indikator yang mengukur wajib pajak tersebut mengetahui variabel bebas/independen (indefendent variable) dan variabel terikat/dependen (defendent variable) perpajakan yaitu:
1. Variable Dependen (Y)
Pengetahuan wajib pajak terhadap ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan system perpajakan dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 yang pada prinsipnya diberlakukan bagi undang-undang pajak material, tujuannya adalah untuk meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan dan meningkatkan kepatuhan sukarela wajib pajak dan juga wajib pajak mengetahui sistem perpajakan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
2. Variable Independen (X)
Pengetahuan terhadap batas waktu pembayaran dan pelaporan yaitu wajib pajak mengetahui tata cara pembayaran pajak, perhitungan tarif pajak penghasilan yang akan dibayar dan pelaporannya, serta pelaksanaan pembayaran dan pelaporan pajak tersebut. Maka wajib pajak bisa dikatakan sudah melaksanakan kewajiban perpajakan apabila wajib pajak tersebut tahu dan paham mengenai perpajakan dan melaksanakan sesuai indikator.
D. Populasi dan Sampel/Jenis dan Sumber Data 1. Populasi
Menurut Arikunto (2013:173) populasi adalah keseluruhan dan subjek penelitian. Jadi yang dimaksud populasi adalah individu yang memiliki sifat yang sama walaupun persentase kesamaan itu sedikit, atau dengan kata lain seluruh individu yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian.
Sedangkan Sugiyono (2013:117) populasi adalah generasi yang terdiri atas obyek subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi penelitian ini adalah sebanyak 68.545 Wajib Pajak Badan UMKM di Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan.
2. Sampel
Arikunto (2013:174) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2013:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini obyek yang akan diteliti yaitu Wajib Pajak Pelaku UMKM yang berada di Kecamatan Medan Petisah.
Metode sampel penelitian tersebut adalah sampel jenuh. Menurut Sugiyono (2015:85) mendefinisikan sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering digunakan bila populasi relatif kecil, kurang dari ratusan orang atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Maka
sampel dari penelitian adalah mengunakan purposive sampling yaitu salah satu teknik sampling non random sampling.
3. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif deskriptif. Data kualitatif deskriptif ini diperoleh secara wawancara dengan keadaan yang berlangsung terjadi kepada Wajib Pajak Pelaku UMKM yang menghasilkan data deskriptif suatu hal.
4. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Nur dan Bambang (2009:146) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer dalam penelitian ini berupa jawaban wawancara dari Wajib Pajak Pelaku UMKM.
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder diperoleh dari publikasi kantor kecamatan dan dokumentasi melalui media elektronik (Uma Sekaran, 2011).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian Juliansyah Noor (2011:
138). Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah:
1. Teknik wawancara
Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Setyadin dalam Gunawan (2013:160) Wawancara
merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik.
Sugiyono (2013:231).
2. Teknik Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:231) teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data Wajib Pajak Badan UMKM.
F. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam pengumpulan data untuk penelitian ini adalah menggunakan cara sebagai berikut:
1. Data Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung, dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian, oleh karena itu data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek peneliti seperti hasil wawancara yaitu:
a. Mengumpulkan/menyimpulkan data dari hasil wawancara.
b. Menganalisis data dari hasil wawancara misalnya membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan dengan objek.
c. Membuat data dari hasil wawancara (transkip hasil wawancara).
2. Data Sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, data ii dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitia ini yang menjadi data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal, serta situs di internet yang berkenan dengan penelitian yang dilakukan.
Adapun langkah-langkah dalam analisis data sekunder sebagai berikut:
a. Menetapkan informasi tentang objek yang diteiti.
b. Mengumpulkan data yang sudah tersedia.
c. Menormalisasikan data jika diperlukan dan memungkinkan (membuat data dari berbagai sumber menjadi bentuk yang sama).
d. Menganalisis data msalnya menghitung, mentabulasi, memecahkan data- data kuantitatif, atau membandingkan berbagai peraturan.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Petisah
Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 yang kemudian diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan dengan adanya modernisasi di lingkungan DJP, maka sejak tanggal 27 Mei 2008 berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 191/KMK.01/2008 yang merupakan gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, yang akan melayani Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta melakukan pemeriksaan tetapi bukan lembaga yang memutuskan keberatan.
Seiring dengan perubahan kinerja di lingkungan DJP untuk menuju yang lebih baik, maka dilakukan reorganisasi di lingkungan DJP melalui sistem modernisasi. Dengan adanya reorganisasi tersebut, maka unit kerja yang dulu dikenal KPP diganti dengan KPP Pratama dan KPP Madya. Unit kerja tersebut adalah:
a. KPP Madya Medan
b. KPP Pratama Medan Barat c. KPP Pratama Medan Petisah d. KPP Pratama Binjai
e. KPP Pratama Medan Belawan f. KPP Pratama Medan Kota g. KPP Pratama Medan Timur h. KPP Pratama Medan Polonia i. KPP Pratama Lubuk Pakam
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah berdomisili di Jalan Asrama No. 7 A Medan. Pelayanan yang diberikan oleh KPP Pratama Medan Petisah meliputi pelayanan pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, serta jenis-jenis pajak lainnya. Wilayah kerjanya meliputi tiga kecamatan, yaitu:
a. Kecamatan Medan Petisah b. Kecamatan Medan Helvetia c. Kecamatan Medan Sunggal
2. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Petisah a. Visi Direktorat Jenderal Pajak
Menjadi Instansi Pemerintahan yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
b. Misi Direktorat Jenderal Pajak
Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara melalui system administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
3. Logo Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Gambar 4.1 Logo Kementerian Keuangan Republik Indonesia Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Medan Petisah 2020
Keterangan Umum
a. Motto : Negara dan Rakca
b. Bentuk : Segilima, dengan ukuran 5 cm dan 7 cm
c. Tata Warna : Biru kehitam-hitaman, kuning emas, putih dan hijau d. Lukisan:
1) Padi sebanyak 17 butir berwarna kuning emas
2) Kapas sebanyak 8 butir dengan susunan 4 buah berlengkung 4 dan 4 buah berlengkung 5
3) Sayap 4) Gada
5) Seluruh unsur-unsur tersebut tergambar dalam ruang segi lima e. Susunan:
1) Dasar segi lima berwarna biru kehitam-hitaman 2) Padi kuning emas
3) Kapas putih dengan kelopak hijau
4) Sayap kuning emas
5) Gada kuning emas Bokor kuning emas 6) Pita putih
7) Motto (semboyan) biru kehitam-hitaman f. Makna:
1) Padi sebanyak 17 butir berwarna kuning emas dan kapas sebanyak 8 butir dengan susunan 4 buah berlengkung 4 dan 4 buah berlengkung 5, berwarna putih dan kelopak berwarna hijau, keduanya melambangkan cita–cita Indonesia untuk mengisi kesejahteraan sekaligus diberi arti sebagai tanggal lahirnya Negara Republik Indonesia.
2) Sayap berwarna kuning emas melambangkan ketangkasan dalam menjalankan tugas.
3) Gada berwarna kuning emas melambungkan daya upaya daya menghimpun, mengarahkan, mengamankan keuangan Negara.
4) Ruang segilima berwarna biru kehitam–hitaman melambangkan dasar Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila.
g. Arti keseluruhan:
Makna dari lambang tersebut adalah ungkapan sesuatu daya yang mempersatukan dan menyerasikan dalam gerakan kerja, untuk melaksanakan tugas Kementerian Keuangan.
4. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah
Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem tolong menolong dan
kerjasama yang membuat semua pegawai selalu beta dengan pekerjannya dan semakin nyaman dalam pola pikir dari setiap pegawai.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.
Struktur Organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang Kepala Kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara, dimana seluruh pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Republik Indonesia.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah membawahi 1 (satu) bagian dan 6 (enam) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional. Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah antara lain sebagai berikut.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah menerapkan struktur organisasi lini dan staff yang berada dibawah seorang kepala kantor yang berguna untuk memaksimalkan pekerjaan yang berada di Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur Organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah dapat digambarkan sebagaimana terlampir
38Gambar 4.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Medan Petisah 2020
39
5. Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari 9 (sembilan) seksi, diantaranya adapun bidang-bidang atau struktur organisasi yang ada di Kantor sebagai berikut:
a. Kepala Kantor
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi penyusunan rencana kerja kantor sebagai bahan penyusunan rencana strategi kantor wilayah, mengkoordinasi penyusunan rencana pengamanan penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan kegiatan ekonomi keuangan dan realisasi penerimaan tahun lalu, mengkoordinasi pelaksanaan tindak lanjut nota kesepahaman sesuai arahan kepala kantor wilayah, mengkoordinasi rencana pencarian data strategi dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, mengkoordinasi pengolahan data yang sumber datanya strategis dan potensial dalam rangka intensifikasi/ekstensifikasi perpajakan, mengkoordinasi pembuatan risalah perincian dasar pengenaan pemotongan atau pemungutan pajak atas permintaan wajib pajak berdasarkan hasil perhitungan ketetapan pajak, mengkoordinasi pengolahan data guna menyajikan informasi perpajakan, mengkoordinasi penyusunan monografi perpajakan, mengkoordinasi pemantauan pelaporan dan pembayaran masa dan tahunan Pajak Penghasilan dan pembayaran masa Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan Barang atas Barang Mewah serta pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan Pajak Bumi dan Bangunan untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak serta mengendalikan pelaksanaan pemeriksaan pajak.
b. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal (Subag. Umum)
Sub bagian umum mempunyai tugas pelaksanaan tata usaha dan kepegawaian yang bertugas membantu menangani tata usaha dan kepegawaian, pelaksanaan keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan, pelaksanaan rumah tangga yang bertugas menangani urusan perlengkapan rumah tangga.
c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi pengolahan data dan informasi mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, merekam Surat Setoran Pajak lembar 3, merekam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai 1107, 1107A dan 1170B, merekam Pajak Penghasilan pasal 21, merekam Pajak Penghasilan pasal 23/26, merekam Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat 3, melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan, melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, memberikan pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP (Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak) dan SIG (Sistem Informasi Geografis), penyiapan laporan kinerja.
d. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan mempunyai tugas dan fungsi melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, melakukan penyuluhan perpajakan, menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat lainnya, melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak dan surat lainnya, melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan pencabutan identitas Wajib
Pajak, melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak, melakukan kerjasama perpajakan.
e. Seksi Penagihan
Seksi penagihan mempunyai tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di penagihan, pelaksanaan penagihan yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanaan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya, pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya, pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembentukan/Keberatan atau Putusan Banding/Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada seksi penagihan.
f. Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsi seksi pemeriksaan adalah melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
g. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan
Tugas dan fungsinya adalah sebagai pelaksanaan pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi ekstensifikasi perpajakan, melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (WASKON I, II, III, IV)
Tugas dan fungsinya adalah melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, membimbing/mengimbau kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, melakukan penyusunan profil Wajib Pajak, Menganalisis kinerja Wajib Pajak, memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, memberikan usulan pembetulan ketetapan pajak, pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak, melakukan evaluasi hasil banding, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, dan penyuluhan perpajakan.
i. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan
sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.
6. Hasil Penelitian
Pada penelitian ini penulis menguraikan tentang jumlah Wajib Pajak Badan UMKM di Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan dari tahun 2015-2019 perhitungannya dalam jangka waktu 1 tahun dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Statistik Kepatuhan Wajib Pajak Badan UMKM
No Tahun Wajib Pajak Wajib Pajak Badan UMKM Persentase
1. 2015 100.008 11.413 17%
2. 2016 105.954 12.137 18%
3. 2017 113.220 12.897 19%
4. 2018 118.820 14.723 21%
5. 2019 126.552 17.284 25%
Total 564.554 68.454 100%
Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Medan Petisah 2020
Berdasarkan tabel diatas pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdapat kepatuhan wajib pajak dari tahun 2015-2019 sebanyak 564.554.
Dari hasil penelitian tersebut maka diketahui bahwa pada tahun 2015 terdapat wajib pajak badan yang patuh pajak sebanyak 11.413 wajib pajak badan dengan hasil persentase 17% wajib pajak badan, pada tahun 2016 terdapat wajib pajak badan yang patuh pajak sebanyak 12.137 wajib pajak badan dengan hasil persentase 18% wajib pajak badan, setelah itu pada tahun 2017 terdapat wajib pajak badan yang patuh pajak sebanyak 12.897 wajib pajak badan dengan hasil persentase 19% wajib pajak badan, kemudian pada tahun 2018 terdapat wajib pajak badan yang patuh sebanyak 14.723 wajib pajak badan dengan hasil persentase 21% wajib pajak badan, dan pada tahun 2019 terdapat wajib pajak badan yang patuh sebanyak 17.284 wajib pajak badan dengan hasil persentase 25% wajib pajak badan.
Peneliti menghasilkan data yang menunjukan adanya kenaikan wajib pajak badan UMKM yang patuh pajak dalam membayar pajak pada periode setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan sosialisasi terkait tarif pajak UMKM sebesar 0,5%
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 telah diterima dan dipahami oleh masyarakat luas khususnya Wajib Pajak Badan UMKM.
Tabel 4.2 Persentase Pada Tahun 2015-2017 Wajib Pajak Badan UMKM No Tahun Wajib Pajak Wajib Pajak Badan UMKM Persentase
1. 2015 100.008 11.413 17%
2. 2016 105.954 12.137 18%
3. 2017 113.220 12.897 19%
Pada tabel 4.2 dinyatakan bahwa tahun 2015-2017 menggunakan Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 dengan tarif pajak UMKM 1% dan kenaikan Wajib Pajak UMKM yang patuh pajak hanya mengalami peningkatan sebesar 1%.
Tabel 4.3 Persentase Pada Tahun 2018-2019 Wajib Pajak Badan UMKM No Tahun Wajib Pajak Wajib Pajak Badan UMKM Persentase
4. 2018 118.820 14.723 21%
5. 2019 126.552 17.284 25%
Pada tabel 4.3 dinyatakan bahwa tahun 2018-2019 menggunakan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 dengan tarif pajak UMKM 0,5% dapat dilihat implementasi Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2018 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 4%. Hasil penelitian ini memperoleh Wajib Pajak Badan UMKM patuh atas pajak yang dibebankan dalam pembayaran pajak UMKM, sehimgga penerima pajak yang diharapkan oleh pemerintah sudah mencapai target yang diinginkan. Dan diharapkan pada pengusaha UMKM yang belum terdaftar dapat ditelusuri untuk menjadi wajib pajak badan yang terdaftar.