i
BENCHMARKING SPECIFIC ENERGY
CONSUMPTION DI BANGUNAN KOMERSIAL
Laporan Akhir
LAPORAN
BENCHMARKING
SPECIFIC ENERGY CONSUMPTION DI BANGUNAN KOMERSIAL
BALAI BESAR TEKNOLOGI KONVERSI ENERGI B2TKE– BPPT
Gedung 620-624 Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Selatan 15314
Telp. +62-21 756 0916, 756 0092
www.b2tke.bppt.go.id
i
T EAM S URVEY
1. Enny Rosmawar Purba 2. Sarwo Turinno
3. Budi Sutrisno 4. Budiman Kamil 5. Wiwie Chaeruni 6. Zul Ramadhanie 7. Yasmin
8. Yusuf Ahda 9. Rendi Januardi 10. Bayu Samodra 11. Ilham Arnif
12. Topan Frans Saputra 13. Taopik Hidayat
14. Benita Dian Purnama Sari 15. Adisa Larasati
16. Yusuf Margowadi 17. Mihadi
18. Imron 19. Rico
K ATA P ENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan YME atas telah diselesaikannya penyusunan laporan pekerjaan Benchmarking Specific Energy Consumption di Bangunan Komersial yang berisi hasil survei energi di 82 hotel, 53 Rumah sakit, 21 Pusat Perbelanjaan dan 48 Gedung Perkantoran di 7 kota besar (JABODETABEK, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, dan Pekanbaru) serta Survei Potensi Surya Atap di lokasi yang sama.
Survey ini bertujuan untuk menyusun dokumen yang dapat memberikan gambaran terhadap kondisi eksisting dalam penggunaan energi di bangunan komersial dan menjadi bahan pertimbangan pada proses revisi Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009. Revisi peraturan mandatori penerapan manajemen energi tidak hanya mencakup sektor industri, tetapi juga sektor lain, termasuk sektor komersial.
Direktorat Konservasi Energi-DJEBTKE, Kementerian ESDM, bekerja sama dengan UNDP –MTRE3 Indonesia, melakukan kegiatan survei “Penghitungan Konsumsi Energi Spesifik (SEC) di Sektor Bangunan Komersial”. Survey ini dilaksanakan oleh Tim Balai Besar Teknologi Konversi Energi-BPPT selama 4 bulan .
Akhirnya team Survey BPPT mengucapkan terimakasih kepada UNDP atas kesempatan yang diberikan dan semoga laporan ini dapat dijadikan referensi oleh pengambil keputusan dalam menentukan kebijakan konservasi energi utamanya dalam rangka revisi Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi
Januari 2020 Tim Survey B2TKE
iii
E XECUTIVE S UMMARY
Berdasarkan PP 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Peraturan Presiden No. 22 tahun 2017 tentang RUEN bahwa Konservasi energi nasional mempunyai target penghematan energi sebesar 17% pada tahun 2025. Penghematan energi tersebut berasal dari semua sektor yang ada termasuk sub sektor bangunan.
Potensi penghematan energi di bangunan menurut hasil dari beberapa survei dan studi adalah sebesar 10-30% dari konsumsi energinya. Sedangkan dari data Statistik bahwa sektor bangunan mengkonsumsi energi sebesar 43,15 juta BOE atau setara dengan 4,82% dari konsumsi energi final nasional 2018.
Untuk mengetahui status penggunaan energi terkini di bangunan dan tingkat efisiensi energinya adalah salah satunya dengan mengetahui besarnya intensitas konsumsi energi atau specific energy consumption (SEC) yang dinyatakan dalam KWh/m2/tahun. Dengan mengetahui besarnya SEC tersebut maka kemudian kita dapat melakukan benchmark untuk mengetahui status masing masing gedung dibandingkan dengan SEC gedung yang setara. Pekerjaan Benchmarking Specific Energy Consumption di Bangunan Komersial dengan objek survei terdiri dari 70 hotel, 50 Rumah sakit, 40 Pusat Perbelanjaan dan 40 Gedung Perkantoran di 7 kota besar (JABODETABEK, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, dan Pekanbaru). Selain survei SEC , pada kegiatan ini juga dilakukan Survei Potensi Surya Atap di lokasi bangunan tersebut untuk mengetahui besarnya potensi kapasitas PLTS yang bisa dibangunan pada objek yang disurvei.
Objek survei adalah bangunan komersial yang berlokasi sebagaimana disebutkan di atas, yang terdiri dari:
a. Hotel, terdiri dari: Budget Hotel, hotel bintang tiga, hotel bintang empat and hotel bintang lima.
b. Rumah sakit, terdiri dari : kelas A, kelas B, dan kelas C
c. Pusat Perbelanjaan, terdiri dari: Supermarket, Department Store dan Supermall
d. Gedung Perkantoran, terdiri dari : Gedung Menengah and Gedung Besar.
Adapun tujuan dari dilaksanakan pekerjaan ini adalah untuk:
1. Menvalidasi nilai ambang batas penggunaan energi di sektor bangunan komersial untuk mandatory Penerapan Sistem Manajemen Energi;
2. Menetapkan tolok ukur intensitas konsumsi energi untuk setiap jenis Gedung Komersial;
3. Pengumpulan data Potensi Penerapan PLTS Atap di Bangunan Komersial.
Dari data hasil kuesioner 204 gedung didapatkan distribusi pemakaian energi total di Gedung terlihat bahwa ada 35 objek Gedung yang mengkonsumsi energi lebih dari 500 TOE atau sekitar 17,2%, didominasi oleh hotel dan pusat perbelanjaan. Sementara Gedung yang mengkonsumsi energi dibawah 250 TOE sekitar 139 objek atau sekitar 68,1%. Secara total, dari 204 gedung yang disurvei, total luasan Gedung (Gross Floor Area - GFA) adalah 3.782.547,50 m² dan total konsumsi energi tahunan sebesar 67.507,08 TOE yang telah berkontribusi dalam survey benchmarking ini sabagai bahan acuan revisi Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009.
Dari hasil survey Bencmarking Specific Energy Consumption yang dilakukan pada bangunan komersial, didapatkan data-data peralatan pengguna energi yang dapat dibuat persentase penggunaan energi dari setiap kategori obyek survey.
v
Peralatan pengguna energi paling signifikan dari setiap gedung komersial adalah peralatan pengkondisi udara, dengan rata-rata penggunaan energi diatas 62%, kemudian diikuti oleh lampu dan stop kontak, Lift dan eskalator dan peralatan listrik lainnya.
Nilai rata-rata IKE Gedung komersial di 7 wilayah sebesar 202,72 kWh/m2/thn.
Dimana IKE terbaik (Top Quartile) berada dibawah 125,67 kWh/m2/thn dan IKE terburuk (Bottom Quartile) berada diatas 245,61 kWh/m2/thn seperti ditampilkan pada tabel berikut ini.
JUMLAH GEDUNG
IKE RATA-
RATA
RANGE IKE Top Quartile
(1-25%) 2nd Quartile
(26%-50%) 3rd Quartile
(51%-75%) Bottom Quartile (76%-100%) GEDUNG
KOMERSIAL 204 202,72 <125,67 125,67 - 173,59 173,59 - 245,61 >245,61
Berdasarkan analisis terhadap 82 hotel dengan sub kategori hotel budget sebanyak 11 gedung, bintang tiga sebanyak 26 gedung, bintang 4 sebanyak 30 gedung dan bintang 5 sebanyak 15 gedung maka diperoleh hasil benchmark gedung-gedung tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
66.3%
63.9%
62.9%
64.1%
20.7%
27.0%
26.8%
25.0%
6.2%
4.9%
6.2%
6.8%
6.8%
4.2%
4.1%
4.0%
Hotel Rumah Sakit Pusat Perbelanjaan Gedung Perkantoran
Pengguna Energi Signifikan di Gedung Komersial
Pengkondisi Udara Lampu & Stop Kontak Lift & Eskalator Lain-lain
HOTEL JUMLAH GEDUNG
IKE RATA-
RATA
RANGE IKE Top Quartile
(1-25%) 2nd Quartile
(26%-50%) 3rd Quartile
(51%-75%) Bottom Quartile (76%-100%) BUDGET 11 119,31 <91,30 91,30 - 119,43 119,43 - 146,19 >146,19 BINTANG 3 26 206,54 <136,97 136,97 - 183,94 183,94 - 211,79 >211,79 BINTANG 4 30 239,57 <156,55 156,55 - 185,12 185,12 - 272,77 >272,77 BINTANG 5 15 213,29 <155,96 155,96 - 193,31 193,31 - 239,42 >239,42 RATA-
RATA 82 208,15 <135,00 135,00 - 178,49 178,49 - 227,44 >227,44
Berdasarkan analisis terhadap 53 rumah sakit dengan sub kategori kelas A sebanyak 10 gedung, kelas B sebanyak 18 gedung dan kelas C sebanyak 25 gedung maka diperoleh hasil benchmark gedung-gedung tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini
RUMAH
SAKIT JUMLAH GEDUNG
IKE RATA-
RATA
RANGE IKE Top Quartile
(1-25%) 2nd Quartile
(26%-50%) 3rd Quartile
(51%-75%) Bottom Quartile (76%-100%) Kelas A 10 101,72 <63,39 63,39 - 85,66 85,66 - 108,95 >108,95 Kelas B 18 226,55 <143,87 143,87 - 264,36 204,68 - 221,29 >221,29 Kelas C 25 179,50 <122,14 122,14 - 163,32 163,32 - 209,18 >209,18 RATA-
RATA 53 180,81 <103,42 103,42 - 154,08 154,08 - 215,17 >215,17
Berdasarkan analisis terhadap 21 Pusat Perbelanjaan dengan sub kategori Supermarket sebanyak 3 gedung dan Supermall sebanyak 18 gedung maka diperoleh hasil benchmark gedung-gedung tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
PUSAT
PERBELANJAAN JUMLAH GEDUNG
IKE RATA-
RATA
RANGE IKE Top Quartile
(1-25%) 2nd Quartile
(26%-50%) 3rd Quartile
(51%-75%) Bottom Quartile (76%-100%) SUPERMALL 18 283,23 <197,79 197,79 - 277,71 277,71 - 366,28 >366,28 SUPERMARKET 3 306,36 <240,84 240,84 - 377,72 377,72 - 407,56 >407,56 Rata-rata 21 286,54 <187,92 187,92 - 287,85 287,85 - 377,72 >377,72
Berdasarkan analisis terhadap 48 Gedung Perkantoran dengan sub kategori Gedung Menengah sebanyak 22 gedung dan Gedung Besar sebanyak 26 gedung maka diperoleh hasil benchmark gedung-gedung tersebut seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
vii PERKANTORAN JUMLAH
GEDUNG IKE RATA-
RATA
RANGE IKE Top Quartile
(1-25%) 2nd Quartile
(26%-50%) 3rd Quartile
(51%-75%) Bottom Quartile (76%-100%) BESAR 26 153,60 <118,22 118,22 - 148,08 148,08 - 192,53 >192,53 MENENGAH 22 213,27 <101,49 101,49 - 161,75 161,75 - 297,13 >297,13 Rata-rata 48 180,95 <115,61 115,61 - 151,06 151,06 - 219,28 >219,28
Dari total 204 objek yang dilakukan pengumpulan data/survey seperti Tabel 8.1 diatas, hanya 166 objek yang data potensi luasan atapnya tersedia, sedangkan 26 objek tidak tersedia. Potensi Total luasan atap untuk PLTS-Atap sebesar 235.834,65 m2 yang dapat dipasang PLTS dengan kapasitas total sebesar 23.583,47 KWp atau ±23,58 MWp (dengan asumsi per 1 KWP membutuhkan luas area 10 m2). Namun berdasarkan Perpres No.49 Tahun 2018 bahwa maksimum pemasangan PLTS Atap adalah sebesar kontrak daya dengan PLN, Sehingga dengan demikian secara keseluruhan kapasitas Total PLTS Atap sebesar 22.883,37 KWp (±22,9 MWp) dengan perincian per tipe gedung sebagai berikut:
No. Kategori Bangunan/Gedung
Objek Survey Potensi Luas Atap (m2)
Potensi PLTS Atap (kWp)
Potensi Energi PLTS
Atap (MWh/Thn) Total Potensi
1 Rumah Sakit 53 46 88.700,00 8.187,80 8.479,56
2 Hotel 82 65 44.080,50 4.408,05 4.728,03
3 Pusat Perbelanjaan 21 17 67.423,00 6.742,30 6.962,16
4 Perkantoran 48 38 35.631,15 3.545,22 3.597,65
T O T A L 204 166 235.834,65 22.883,37 23.767,41
Untuk masing-masing kategori jenis gedung , batasan indek konsumsi energi untuk gedung efisien berdasarkan hasil survei diusulkan sebagai berikut:
Gedung Pekantoran : 180,95 kWh/m2/tahun Hotel : 208,15 kWh/m2/tahun Rumah Sakit : 180,81 kWh/m2/tahun Pusat Perbelanjaan : 286,54 kWh/m2/tahun
D AFTAR I SI
TEAM SURVEY ... I KATA PENGANTAR ... II EXECUTIVE SUMMARY ... III DAFTAR ISI ... VIII DAFTAR GAMBAR ... XI DAFTAR TABEL...XIV DAFTAR ISTILAH ...XVI 1 PENDAHULUAN ... 1-1 1.1 LATAR BELAKANG ... 1-1 1.2 TUJUAN ... 1-3 1.3 LINGKUP KEGIATAN ... 1-3 1.3.1 Lokasi Kegiatan ... 1-4 1.3.2 Objek Survey ... 1-4 1.3.3 Persiapan Awal ... 1-7 1.3.4 Pengumpulan dan Analisis Data ... 1-8 1.4 HASIL YANG DISAMPAIKAN ... 1-10 1.5 JADWAL KEGIATAN ... 1-10 1.6 PERSONIL ... 1-12 2 STUDI LITERATUR ... 2-1 2.1 POPULASI GEDUNG KOMERSIAL DI INDONESIA ... 2-1 2.2 PROFIL ENERGI GEDUNG ... 2-3 2.2.1 Faktor yang mempengaruhi konsumsi energi Gedung ... 2-4 2.2.2 Standard Kinerja Energi Gedung ... 2-6 2.2.3 Manajemen energi pada Gedung Komersial ... 2-14 2.3 STANDAR IKE DI NEGARA LAIN ... 2-16 2.3.1 ASEAN ... 2-16 2.3.2 Singapura ... 2-18 2.3.3 Malaysia ... 2-21 2.3.4 Thailand ... 2-22 2.3.5 JICA ... 2-24 2.4 PLTSATAP ... 2-25
ix
2.4.1 Potensi Energi Matahari di Indonesia ... 2-25 2.4.2 Dasar Kebijakan Pengembangan PLTS Atap ... 2-28 3 INTENSITAS ENERGI BANGUNAN KOMERSIAL ... 3-1 3.1 LOKASI DAN TARGET SURVEI ... 3-1 3.2 DATA GEDUNG ... 3-1 3.3 PROFIL ENERGI GEDUNG ... 3-3 3.4 PENGGUNA ENERGI SIGNIFIKAN GEDUNG KOMERSIAL ... 3-6 3.5 INTENSITAS KONSUMSI ENERGI NASIONAL ... 3-7 3.5.1 IKE berdasarkan Kategori Gedung ... 3-8 3.5.2 IKE berdasarkan Lokasi Gedung ... 3-11 3.5.3 Konsumsi Energi terhadap Pengguna Gedung ... 3-22 4 INTENSITAS ENERGI DI HOTEL ... 4-1 4.1 DATA HOTEL ... 4-1 4.2 PROFIL ENERGI HOTEL ... 4-1 4.3 PENGGUNA ENERGI SIGNIFIKAN ... 4-4 4.4 INTENSITAS KONSUMSI ENERGI ... 4-5 5 INTENSITAS ENERGI DI RUMAH SAKIT... 5-1 5.1 DATA RUMAH SAKIT ... 5-1 5.2 PROFIL ENERGI RUMAH SAKIT ... 5-1 5.3 PENGGUNA ENERGI SIGNIFIKAN ... 5-4 5.4 INTENSITAS KONSUMSI ENERGI ... 5-5 6 INTENSITAS ENERGI DI PUSAT PERBELANJAAN ... 6-1 6.1 DATA PUSAT PERBELANJAAN ... 6-1 6.2 PROFIL ENERGI PUSAT PERBELANJAAN ... 6-1 6.3 PENGGUNA ENERGI SIGNIFIKAN ... 6-4 6.4 INTENSITAS KONSUMSI ENERGI ... 6-5 7 INTENSITAS ENERGI DI PERKANTORAN ... 7-1 7.1 DATA GEDUNG PERKANTORAN ... 7-1 7.2 PROFIL ENERGI GEDUNG PERKANTORAN ... 7-1 7.3 PENGGUNA ENERGI SIGNIFIKAN ... 7-4 7.4 INTENSITAS KONSUMSI ENERGI ... 7-5 8 POTENSI SURYA ATAP ... 8-1 8.1 TIPE DAN JENIS ATAP ... 8-1 8.2 POTENSI PLTS ATAP ... 8-1 9 KESIMPULAN ... 9-1 DAFTAR LITERATUR ... D-1 LAMPIRAN–1 QUISIONER ... L-2
LAMPIRAN-2 LIST OBJEK ... L-9 LAMPIRAN-3 PERNYATAAN KEASLIAN DATA ... L-20 LAMPIRAN-4 RAW DATA ... L-138 LAMPIRAN-5 DOKUMENTASI ... L-174 LAMPIRAN-6 FAKTOR KONVERSI ... L-181
xi
D AFTAR G AMBAR
Gambar 1.1. Tahapan Kegiatan Survey ... 1-4 Gambar 1.2. Struktur Team Pelaksana Survey ... 1-12 Gambar 2.1. Populasi objek survei berdasarkan sub-kategori bangunan ... 2-1 Gambar 2.2. Jumlah target objek survei berdasarkan lokasi ... 2-2 Gambar 2.3. Building Energy Index (kWH/m2 year) di Malaysia ... 2-22 Gambar 2.4. Intensitas Energi Listrik di Indonesia dan Jepang dari Survei Kuisioner ... 2-24 Gambar 2.5. Peta sebaran potensi energi surya di Indonesia ... 2-26 Gambar 3.1. Lokasi dan Target Objek Gedung Komersial ... 3-1 Gambar 3.2. Populasi Objek Survey Gedung Komersial ... 3-2 Gambar 3.3. Populasi objek survei berdasarkan kategori bangunan... 3-2 Gambar 3.4. Populasi objek survei berdasarkan lokasi ... 3-3 Gambar 3.5. Distribusi Kapasitas Daya Terpasang ... 3-3 Gambar 3.6. Distribusi Konsumsi Energi Gedung ... 3-4 Gambar 3.7. Persentase Konsumsi Energi Gedung ... 3-5 Gambar 3.8. Total Luasan Gedung dan Total Konsumsi Energi per Kategori ... 3-5 Gambar 3.9. Grafik Pengguna Energi Signifikan di Gedung Komersial ... 3-6 Gambar 3.10. IKE Gedung Komersial... 3-8 Gambar 3.11. Distribusi IKE Gedung [Luasan terkondisi] ... 3-9 Gambar 3.12. Distribusi IKE Gedung [GFA] ... 3-9 Gambar 3.13. Distribusi IKE Gedung berdasarkan luasan Bangunana ... 3-10 Gambar 3.14. Intensitas Energi terhadap CDD di beberapa Lokasi ... 3-12 Gambar 3.15. IKE rata-rata berdasarkan kategori Gedung di 7 wilayah survey ... 3-13 Gambar 3.16. Populasi Gedung hasil survey di JABODETABEK ... 3-14 Gambar 3.17. IKE Bangunan Komersial di JABODETABEK ... 3-14 Gambar 3.18. Populasi Gedung hasil survey di Pekanbaru ... 3-15 Gambar 3.19. IKE Bangunan Komersial di Pekanbaru ... 3-15 Gambar 3.20. Populasi Gedung hasil survey di Bali ... 3-16 Gambar 3.21. IKE Bangunan Komersial di Bali ... 3-16 Gambar 3.22. Populasi Gedung hasil survey di Bandung ... 3-17
Gambar 3.23. IKE Bangunan Komersial di Bandung ... 3-18 Gambar 3.24. Populasi Gedung hasil survey di Semarang ... 3-19 Gambar 3.25. IKE Bangunan Komersial di Semarang ... 3-19 Gambar 3.26. Populasi Gedung hasil survey di Surabaya ... 3-20 Gambar 3.27. IKE Bangunan Komersial di Surabaya ... 3-20 Gambar 3.28. Populasi Gedung hasil survey di Medan ... 3-21 Gambar 3.29. IKE Bangunan Komersial di Medan ... 3-22 Gambar 3.30. Pengaruh jumlah pengguna Gedung terhadap konsumsi energinya ... 3-23 Gambar 3.31. Pengaruh Luasan Gedung terhadap konsumsi energinya ... 3-23 Gambar 4.1. Populasi objek survei Hotel berdasarkan Lokasi... 4-1 Gambar 4.2. Distribusi Kapasitas Daya Terpasang Objek Hotel ... 4-2 Gambar 4.3. Distribusi Konsumsi Energi Hotel ... 4-2 Gambar 4.4. Persentase Konsumsi Energi Hotel ... 4-3 Gambar 4.5. Total Luasan Gedung dan Total Konsumsi Energi Hotel ... 4-4 Gambar 4.6. Pengguna Energi Signifikan di Hotel ... 4-4 Gambar 4.7. Intensitas Konsumsi Energi di Hotel berdasarkan Sub-Kategori ... 4-5 Gambar 5.1. Populasi objek survei Rumah Sakit berdasarkan Lokasi ... 5-1 Gambar 5.2. Distribusi Kapasitas Daya Terpasang Objek Rumah Sakit ... 5-2 Gambar 5.3. Distribusi Konsumsi Energi Rumah Sakit ... 5-2 Gambar 5.4. Persentase Konsumsi Energi Rumah Sakit ... 5-3 Gambar 5.5. Total Luasan Gedung dan Total Konsumsi Energi Rumah Sakit ... 5-4 Gambar 5.6. Pengguna Energi Signifikan di Rumah Sakit ... 5-4 Gambar 5.7. Intensitas Konsumsi Energi di Rumah Sakit berdasarkan Sub-Kategori ... 5-5 Gambar 6.1. Populasi objek survei Pusat Perbelanjaan berdasarkan Lokasi ... 6-1 Gambar 6.2. Distribusi Kapasitas Daya Terpasang Objek Pusat Perbelanjaan ... 6-2 Gambar 6.3. Distribusi Konsumsi Energi Pusat Perbelanjaan ... 6-2 Gambar 6.4. Persentase Konsumsi Energi Pusat Perbelanjaan ... 6-3 Gambar 6.5. Total Luasan Gedung dan Total Konsumsi Energi Pusat Perbelanjaan ... 6-4 Gambar 6.6. Pengguna Energi Signifikan di Pusat Perbelanjaan ... 6-4 Gambar 6.7. Intensitas Konsumsi Energi di Pusat Perbelanjaan berdasarkan Sub-Kategori . 6-5 Gambar 7.1. Populasi objek survei Perkantoran berdasarkan Lokasi ... 7-1 Gambar 7.2. Distribusi Kapasitas Daya Terpasang Objek Perkantoran ... 7-2 Gambar 7.3. Distribusi Konsumsi Energi Hotel ... 7-2 Gambar 7.4. Persentase Konsumsi Energi Perkantoran ... 7-3 Gambar 7.5. Total Luasan Gedung dan Total Konsumsi Energi Perkantoran... 7-3 Gambar 7.6. Pengguna Energi Signifikan di Gedung Perkantoran ... 7-4
xiii
Gambar 7.7. Intensitas Konsumsi Energi di Pusat Perbelanjaan berdasarkan Sub-Kategori . 7-5 Gambar 8.1. Potensi PLTS Atap di Bangunan Komersial ... 8-3 Gambar 8.2. Maksimum Kapasitas Terpasang PLTS Atap di Bangunan Komersial ... 8-4 Gambar 8.3. Potensi Energi PLTS Atap di Bangunan Komersial ... 8-4 Gambar 8.4. Maksimum Kapasitas Terpasang PLTS Atap di Bangunan Komersial ... 8-5
D AFTAR T ABEL
Tabel 1.1. Distribusi Objek Survei di Beberapa Kota di Indonesia ... 1-6 Tabel 1.2. Rencana Kerja Survey Benchmarking SEC/IKE di Sektor Bangunan Komersial ... 1-11 Tabel 2.1. Konsumsi energi nasional di sektor komersial Tahun 2018 ... 2-4 Tabel 2.2. Tingkat pencahayaan rata-rata, renderansi dan temperatur warna yang
direkomendasikan ... 2-8 Tabel 2.3. Tabel daya listrik maksimum untuk pencahayaan ... 2-11 Tabel 2.4. Singapura Building Energy Benchmarks for Commercial Buildings (2017) ... 2-20 Tabel 2.5. Average EUI Trending for Commercial Buildings ... 2-20 Tabel 2.6. Average EUI Trending for Healthcare Facilities ... 2-21 Tabel 2.7. Energy Benchmarks of Healthcare Facilities with Bed Spaces ... 2-21 Tabel 2.8. Kinerja Bangunan dan Parameter Lainnya dari Setiap Skenario ... 2-23 Tabel 2.9. Contoh Intensitas Daya Listrik Berdasarkan Penggunaan ... 2-25 Tabel 3.1. Distribusi dan Total Konsumsi Energi Gedung ... 3-5 Tabel 3.2. IKE Gedung Komersial di 7 Wilayah Indonesia ... 3-8 Tabel 3.3. Benchmark IKE Gedung di Indonesia terhadap Negara-negara di ASEAN ... 3-11 Tabel 3.4. Model Summary Baseline Energi Gedung ... 3-24 Tabel 4.1. Distribusi dan Total Konsumsi Energi Hotel ... 4-3 Tabel 4.2. Benchmark Intensitas Energi Hotel [GFA] di Indonesia dan Singapura ... 4-6 Tabel 5.1. Distribusi dan Total Konsumsi Energi Rumah Sakit ... 5-3 Tabel 5.2. Benchmark Energi di Rumah Sakit ... 5-6 Tabel 6.1. Distribusi dan Total Konsumsi Energi Pusat Perbelanjaan... 6-3 Tabel 6.2. Benchmark Intensitas Energi Pusat Perbelanjaan[GFA] di Indonesia dan Singapura
... 6-6 Tabel 7.1. Distribusi dan Total Konsumsi Energi Perkantoran ... 7-3 Tabel 7.2. Benchmark Intensitas Energi Pusat Perbelanjaan[GFA] di Indonesia dan Singapura
... 7-5 Tabel 8.1. Hasil Pemetaan Potensi PLTS atap ... 8-2 Tabel 8.2. Total Maksimum Potensi PLTS Atap di Bangunan Komersial ... 8-5 Tabel 9.1. IKE Gedung Komersial di 7 Wilayah Indonesia ... 9-1
xv
Tabel 9.2. IKE berdasarkan kategori di 7 Wilayah Survey ... 9-1 Tabel 9.3. Benchmark IKE Gedung di Indonesia terhadap Negara-negara di ASEAN ... 9-2 Tabel 9.4. Maksimum Potensi Kapasitas PLTS Atap Terpasang di 7 Wilayah Survey... 9-3
D AFTAR I STILAH
Aliran Energi
Deskripsi atau pemetaan proses untuk transfer/pemindahan energi atau konversi energi dalam lingkup audit energi yang ditetapkan.
Audit Energi
Analisis sistematis penggunaan energi dan konsumsi energi dalam lingkup audit yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, mengukur/menilai dan melaporkan peluang untuk peningkatan kinerja energi.
Auditor Energi
Individu, atau tim/kelompok orang yang melakukan audit energi Bangunan Gedung
Wujud fisik hasil pekerjaan kontruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Batasan
Batas fisik atau lokasi dan/atau batas Organisasi sebagaimana didefinisikan pada Organisasi.
Baseline
Kondisi awal kinerja energi, biaya energi, biaya operasional, biaya pemeliharaan dan/atau biaya lain yang diukur dan disepakati sebelum Proyek Efisiensi Energi diimplementasikan sebagai dasar untuk menentukan besaran penghematan.
xvii
BOE (Barrel Oil Equivalent)
Satuan energi yang besarnya sama dengan kandungan energi dalam satu barel minyak bumi (biasanya diperhitungkan 6.0-6.3 juta BTU/barel)
Diesel Oil
Produk kilang yang mengandung gasoil berat, dan tersedia sebagai gasoil CN 48 atau Industrial Diesel Oil (IDO).
Efisiensi Energi
Perbandingan atau hubungan kuantitatif antara output (bisa dalam bentuk jasa, produk atau energi) dan input energi.
Contoh : Konversi efisiensi; energi yang dibutuhkan/energi yang digunakan;
ouput/input; energi teoritis yang digunakan untuk mengoperasikan/
energi yang digunakan untuk beroperasi
Catatan 1 : Input dan output harus ditentukan secara jelas dalam jumlah dan kualitas, serta dapat diukur.
Energi
Kemampuan untuk melakukan kerja yang dapat berupa panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika.
Energi Final
Energi yang dapat langsung dikonsumsi oleh pengguna.
Konsumsi Energi Final
Konsumsi energi dari empat sektor konsumen energi, yaitu sektor rumah tangga, sektor komersial, sektor industri, dan sektor transportasi serta konsumsi energi sebagai bahan baku dan agen reduksi.
Diesel CN 48
Jenis minyak diesel dengan Cetane Number 48 digunakan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel berkecepatan tinggi.
Iradiasi
Intensitas cahaya matahari sesaat. Nilainya berubah sepanjang hari dan sangat tergantung kepada sudut matahari dan kondisi atmosfer yang akan meningkatkan atau menghalangi sinar matahari. Unit dalam watt per meter persegi (W/m2)
IKE (Intensitas Konsumsi Energi)
Besaran pemakaian energi dalam bangunan gedung dinyatakan dalam satuan kWh/m2/thn.
Kinerja Energi
Hasil yang bisa diukur yang terkait dengan efisiensi energi, penggunaan energi dan konsumsi energi
Konservasi Energi
Upaya sistematis, terencana, dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
Konsumsi Energi
Jumlah energi yang digunakan Konsumsi Non-energi
Konsumsi non-energi meliputi konsumsi minyak pelumas, bahan baku untuk industri petrokimia (nafta, gas alam, dan kokas), dan gas yang dikonsumsi sebagai bahan baku kimia (metanol dan amonia / urea).
LPG
Liquefied Petroleum Gas; Gas hidrokarbon yang dicairkan dengan tekanan untuk memudahkan penyimpanan, pengangkutan, dan penanganannya; pada dasarnya terdiri atas propana, butana, atau campuran keduanya
Listrik
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik
xix
Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Uap Gas ( PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara (PLTU Batubara), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dll.
Neraca Energi
Perhitungan pasokan energi yang masuk dan/atau pembangkitan dibandingkan dengan energi yang keluar berdasarkan pada konsumsi energi dari penggunaan energi.
Organisasi
Perusahaan, korporasi, firma, enterprise/multinasional, otoritas atau institusi, atau bagian atau kombinasi daripadanya, apakah tergabung atau tidak, publik atau swasta, yang memiliki fungsi dan administrasi sendiri dan memiliki kewenangan untuk mengendalikan penggunaan dan konsumsi energinya.
OTTV (overall Thermal Transfer Value)
Suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dank aca bagian luar bangunan Gedung yang dikondisikan.
Penggunaan Energi
Cara atau jenis penerapan energi
Contoh : Ventilasi, pencahayaan, pemanasan, pendinginan, transportasi, proses, jalur produksi
Penghematan Energi
Pengurangan konsumsi energi untuk menghasilkan output yang sama, dan/atau peningkatan produktivitas dengan konsumsi energi yang sama.
PLTS Atap
Pembangkit listrik yang mengubah energi matahari menjadi listrik dengan menggunakan modul fotovoltaik, dan terpasang di atap bangunan.
Sektor Komersial
Sekelompok konsumen energi yang menggunakan energi untuk penerangan, pendingin udara, peralatan mekanik, alat memasak, dan pemanas air, tetapi tidak termasuk konsumsi untuk kendaraan / transportasi. Konsumen energi yang termasuk dalam kelompok ini adalah bisnis komersial dan umum, seperti pasar, hotel, restoran, lembaga keuangan, lembaga pemerintah, sekolah, rumah sakit, dll.
Sektor Industri
Sekelompok konsumen energi yang menggunakan energi untuk proses industri, seperti pendidihan uap, pemanasan langsung, penerangan, dan tenaga penggerak peralatan mekanis, tetapi tidak termasuk energi yang digunakan untuk pembangkit listrik oleh industri; seperti besi dan baja, kimia, logam non-besi, produksi non-logam, makanan, kertas, kayu, konstruksi, tekstil dll.
Sektor Rumah Tangga
Sekelompok konsumen energi yang menggunakan energi untuk memasak, penerangan, dan peralatan rumah tangga, tetapi tidak termasuk konsumsi energi untuk mobil pribadi.
Sektor Transportasi
Sekelompok konsumen energi yang menggunakan energi untuk kendaraan transportasi.
Energi Terbarukan
Energi cadangan yang dapat dibawa kembali ke kondisi semula RETScreen
Sebuah perangkat lunak manajemen energi bersih Significant Energy Uses/Pengguna energi signifikan
Menunjukkan peralatan yang telah diidentifikasi mengkonsumsi proporsi yang signifikan dari total energi pada suatu organisasi
Sudut Azimuth
xxi
Hubungan horizontal posisi matahari relatif terhadap permukaan modul. Sudut ini merupakan komponen horizontal posisi matahari terhadap permukaan modul.
Merupakan salah satu faktor penting agar modul surya tidak terhalangi oleh bayangan.
Sudut kemiringan
Seringkali disebut sudut elevasi atau sudut inklinasi, merupakan sudut susunan modul surya yang diukur dari sisi horizontal. Dalam desain PLTS, biasanya sama dengan 90°
minus Sudut Ketinggian Matahari. Hal ini untuk menjaga orientasi tegak lurus permukaan panel ke arah matahari.
Sudut Ketinggian Matahari
Sudut dari ufuk/horison ke arah matahari, ketika matahari naik dan turun dalam satu hari (dalam derajat). Sudut ini adalah komponen vertikal posisi matahari dan bervariasi dari waktu ke waktu setiap tahun sehingga berpengaruh terhadap peletakan PLTS.
Variabel yang Relevan
Parameter kuantitatif yang mempengaruhi konsumsi energi
Contoh : Indikator cuaca sekitar; parameter operasi (suhu dalam ruangan, tingkat pencahayaan); jam kerja; jumlah produksi
1 P ENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia tergolong besar dan terus meningkat, tidak hanya karena populasi yang berkembang namun juga karena pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Indonesia terus berpartisipasi aktif dalam negosiasi internasional dalam merumuskan upaya efektif dalam memerangi emisi gas rumah kaca global. Dimana pada tahun 2016 Indonesia telah menerbitkan National Determined Contribution (NDC) pertama dan meratifikasi Persetujuan Paris berdasarkan Undang – Undang No.16 Tahun 2016, yang telah menetapkan target pengurangan tanpa syarat sebesar 29% dan target pengurangan bersyarat sebesar 41% dari Business As Usual (BAU) pada tahun 2030. Pemerintah juga telah mengeluarkan beberapa peraturan dan kebijakan untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan dan implementasi konservasi energi dimana untuk sektor komersial target penurunan emisi sebesar 5%. Dimana pemerintah dan berbagai asosiasi masyarakat serta perusahaan sudah mendeklarasikan gerakan nasional sejuta surya atap (PV rooftop) dengan tujuan untuk memperkuat ketahanan energi nasional melalui pencapaian target energi baru terbarukan dalam bauran energi primer. Sebagaimana yang ditetapkan dalam kebijakan energi nasional yang menargetkan adanya peningkatan bauran energi terbarukan dari 5% pada tahun 2015 menjadi 23% pada tahun 2025.
Program konservasi energi di Indonesia berlandaskan pada Undang Undang No.30 Tahun 2007 tentang Energi, dan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi yang di dalamnya mewajibkan pengguna energi di atas 6000 TOE (Ton Oil Equivalent) atau setara dengan 70 GWh/tahun untuk melaksanakan Manajemen Energi yaitu dengan penerapan Konservasi Energi dengan menunjuk Manajer Energi, menyusun program Konservasi Energi, melaksanakan Audit Energi
1-2
secara berkala, melaksanakan rekomendasi hasil audit energi, dan melaporkan hasil pelaksanaan Manajemen Energi setiap tahun kepada lembaga yang berwenang.
Sistem manajemen energi diterapkan untuk mengontrol dan merencanakan penggunaan energi agar lebih efisien dan berkelanjutan. Sebagai salah satu instrumen untuk mengetahui status efisiensi pada instalasi pengguna energi seperti pada gedung komersial adalah dengan melakukan metode perbandingan (benchmark), sehingga bisa dilihat apakah penggunaan energinya termasuk dalam kategori efisien atau tidak.
Dalam perapan manajemen energi juga perlu menentukan baseline penggunaan energi sehingga upaya-upaya penghematan energi yang didapatkan dapat terukur. Selain itu pada penerapan manajemen energi juga dilakukan serangkaian upaya efisiensi energi dengan memperbaiki kinerja melalui langkah-langkah penghematan energi yang membutuhkan biaya rendah, sedang maupun tinggi. Beberapa perbaikan kinerja tersebut biasanya di prioritaskan pada peralatan pengguna energi yang signifikan.
Dalam penerapan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009, mengenai batas penggunaan energi di atas 6000 TOE (Ton Oil Equivalent) atau setara dengan 70 GWh/tahun masih terlalu sedikit menjangkau pengguna energi terutama untuk bangunan gedung komersial. Pengguna energi di atas 6000 TOE lebih banyak di sektor industri. Saat ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) sedang melakukan revisi Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 untuk menurunkan batas penggunaan energi yang diwajibkan untuk melakukan program-program konservasi energi sehingga jangkauan pengguna energi yang diwajibkan di sektor bangunan gedung komersial bisa lebih banyak. Dalam menentukan seberapa besar penurunan batas penggunaan energi yang diwajibkan untuk melaksanakan program-program konservasi energi dibutuhkan data rata-rata penggunaan energi di gedung-gedung komersial.
Proyek Market Tranformation through Desin and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in the Energy Sector (MTRE3) merupakan proyek kerjasama antara UNDP Indonesia dengan Pemerintah Indonesia, melalui DJEBTKE - Kementerian ESDM.
Proyek ini ditujukan untuk mendukung Pemerintah Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara sukarela di sektor energi, termasuk efisiensi energi. MTRE3 bekerjasama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) untuk melaksanakan survey benchmarking Specific Energy Consumption (SEC) dan potensi pemanfaatan PLTS Atap pada bangunan gedung komersial seperti Hotel, Rumah sakit, Pusat perbelanjaan dan Gedung Perkantoran di tujuh lokasi yaitu: Jabodetabek, Riau, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara.
1.2 Tujuan
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (DJEBTKE) sedang melakukan revisi Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 yang membutuhkan benchmark SEC/IKE di Sektor Bangunan Komersial. Survey ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi yang akurat untuk:
1. Menvalidasi nilai ambang batas penggunaan energi di sector bangunan komersial untuk mandatory Penerapan Sistem Manajemen Energi;
2. Menetapkan tolok ukur intensitas konsumsi energi untuk setiap jenis Gedung Komersial;
3. Pengumpulan data Potensi Penerapan PLTS Atap di Bangunan Komersial.
1.3 Lingkup Kegiatan
Kegiatan ini mencakup pengumpulan data, kompilasi basis data, dan analisis konsumsi energi per sub-sektor bangunan komersial termasuk tren, jenis energi yang digunakan dan jumlah peralatan di sub-sektor bangunan komersial di kota-kota tertentu di Indonesia.
Secara ringkas tahapan kegiatan survei benchmarking SEC/IKE di sector bangunan komersial dapat dilihat pada diagram berikut ini.
1-4 Gambar 1.1. Tahapan Kegiatan Survey
1.3.1 Lokasi Kegiatan
Survey dilaksanakan di 7 (tujuh) kota di Indonesia, yaitu:
1. DKI Jakarta dan sekitarnya (Tangerang, Tangerang Selatan, Bogor, Bekasi dan Depok)
2. Jawa Barat 3. Jawa Timur 4. Jawa Tengah 5. Sumatera Utara 6. Bali
7. Riau
1.3.2 Objek Survey
Objek survei adalah bangunan komersial yang berlokasi sebagaimana disebutkan di atas, yang terdiri dari:
a. Hotels, terdiri dari: Budget Hotel, hotel bintang tiga, hotel bintang empat and hotel bintang lima.
b. Rumah sakit, terdiri dari : kelas A, kelas B, dan kelas C
c. Pusat Perbelanjaan, terdiri dari: Supermarket, Department Store dan Supermall
d. Gedung Perkantoran, terdiri dari : Gedung Menengah and Gedung Besar.
Total minimum objek yang disurvey adalah 200 Bangunan Komersial. Kuota dan pemilihan sampel objek sesuai dengan kriteria berikut:
1. Objek survey adalah bangunan komersial dengan klasifikasi sebagai berikut:
a. Minimum 70 Hotel, yang terdiri dari:
- Budget hotel - Hotel bintang 3 - Hotel bintang 4 - Hotel bintang 5
b. Minimum 50 Rumah sakit, terdiri dari:
- Kelas A - Kelas B - Kelas C
c. Minimum 40 Pusat Perbelanjaan, terdiri dari:
- Supermarket/Department Store (Luas bangunan 400 m2 5,000 m2) - Supermall/Hypermarket (Luas Bangunan > 5,000 m2)
d. Minimum 40 units Gedung Perkantoran
Gedung perkantoran adalah bangunan yang digunakan untuk keperluan bisnis profesional, administrasi atau bisnis komersial, terdiri dari:
- Medium (Luas Bangunan minimal 1000 5000 m2) - Large (Luas Bangunan minimal >5000 m2)
Jika sampel tidak dapat mencapai kuota seperti ketentuan di atas, maka setiap perubahan dalam pengambilan sampel objek dan lokasi akan didiskusikan dan disetujui oleh UNDP-MTRE3 dan DJEBTKE
2. Survei hanya akan dilakukan pada gedung utama, tidak termasuk taman dan area parkir
3. Bangunan kosong tidak termasuk objek survey.
1-6 Tabel 1.1. Distribusi Objek Survei di Beberapa Kota di Indonesia
No Location
Hotel1 Hospital2 Shopping Center3 Private Office Building4
Total Quota Budget 3 Star 4 Star 5 Star Class A Class B Class C Supermarket/Dept.store Supermall Small Large
P* Q** P* Q** P* Q** P* Q** P* Q** P* Q** P* Q** P* Q** P* Q** P* Q** P* Q**
1 DKI Jakarta 20 2 57 4 72 4 42 4 15 3 48 5 50 5 30 5 30 5 25 5 185 5 47
2 Tangerang Selatan 2 1 1 1 2 1 2 1 0 0 3 1 19 5 3 1 2 1 10 1 3 1 14
3 Tangerang 12 2 15 2 25 2 7 1 1 1 16 1 46 5 11 3 7 1 10 1 6 1 20
4 Bogor 11 2 18 2 20 2 1 1 1 1 5 1 22 5 11 3 7 1 9 1 6 1 20
5 Depok 1 0 4 4 1 1 0 0 0 0 5 1 16 3 13 3 8 1 7 1 1 1 15
6 Bekasi 11 2 10 1 9 1 1 1 0 0 7 1 29 5 11 3 3 1 4 1 4 1 17
7 Bandung (Jawa Barat) 22 4 112 4 58 4 11 2 3 1 9 1 16 3 10 1 11 3 4 1 3 1 25
8 Surabaya (Jawa Timur) 18 2 21 4 21 4 8 1 2 1 17 3 27 5 5 1 8 1 56 5 15 3 30
9 Semarang (Jawa
Tengah) 7 1 78 4 16 2 2 1 1 0 1 0 4 1 0 0 8 1 48 5 1 1 16
10 Denpasar (Bali) 18 2 71 4 59 4 5 1 2 1 3 1 13 3 17 3 3 1 2 1 0 0 21
11 Medan (Sumatera
Utara) 4 1 29 4 13 2 4 1 1 1 17 3 42 5 27 5 2 1 10 1 2 1 25
12 Pekanbaru (Riau) 9 1 25 4 9 1 2 1 1 1 5 1 22 5 19 3 3 1 1 1 12 3 22
Total 135 20 441 38 305 28 85 15 27 10 136 19 306 50 157 31 92 18 186 24 238 19
272***
Total Quota 101 79 49 43
Required Quota as ToR 70 50 40 40 200
*P refers to Population
** Q referes to planned Quota that will be surveyed
***This is the estimated of total questionnaire that will be distributed, and will not guarantee the total valid data that will be obtained from the survey, as an indicative number for the back-up/buffer
Source of Data:
1 Dinas Pariwisata 2018
2 Kemenkes 2018
3 BPS 2018
4 Kementerian Pekerjaan Umum 2018and Wikipedia And other source
1.3.3 Persiapan Awal
Tahapan persiapan awal adalah sebagai berikut:
1. Mempresentasikan rencana kerja dan draft kuesioner pada Kick-off meeting.
Rencana kerja harus mencakup prioritas lokasi survei berdasarkan ketersediaan sampel objek di setiap kategori;
2. Menentukan metodologi yang akan digunakan dalam survey berdasarkan TOR and hasil kick-off meeting;
3. Pembuatan kuisioner (online dan hardcopy), dengan indicator sebagai berikut:
- Data konsumsi energi di sektor bangunan komersial, baik total dan masing- masing sub-sektor, yaitu
a. Konsumsi energi total (dalam satuan Standard Barrels of Oil (SBM));
b. Produk petroleum (Satuan asal dan dikonversi ke SBM units), seperti: LPG, Kerosene;
c. Gas (Satuan asal dan dokonversi ke SBM units);
d. Listrik (Satuan asal dan dikonversi ke SBM units).
e. Pemanfaatan pembangkit energi terbarukan seperti PLTS Atap - Jumlah penghuni gedung atau jumlah karyawan
- Data dan informasi tentang peralatan pengkonsumsi energi tertinggi di sektor bangunan komersial, baik total dan masing-masing sub-sektor. Distribusi jenis peralatan sebagian besar didasarkan pada Indikator Efisiensi Energi (IEA, 2014), yang diharapkan mencakup:
a. Sistem Pendingin (HVAC);
b. Pemanas Air;
c. Pencahayaan;
d. Peralatan elektronik (Lemari PEndingin, Freezer, Mesin, Pengering, TV, Dispenser);
e. Peralatan Kantor (Komputer, mesin Fotocopy, Printer, dan Scanner);
f. Elevator dan Escalator.
g. Peralatan listrik medis di Rumah Sakit - Data luasan gedung
- Data informasi Gedung (fungsi bangunan, luas bangunan dan jenis selubung).
- The value of IKE per each building.
1-8
- Korelasi penggunaan energi dengan jumlah penghuni gedung dan ukuran bangunan
- Potensi pemasangan PLTS Atap
4. Merevisi rencana kerja dan kuesioner berdasarkan masukan dan komentar DJEBTKE dan UNDP
1.3.4 Pengumpulan dan Analisis Data
A. Fase Pertama
Tujuan kegiatan ini adalah melakukan pengumpulan data dengan mendistribusikan kuesioner melalui hard copy dan on-line. Data dari responden divalidasi untuk memastikan validitas dan reliabilitas data. UNDP akan memfasilitasi workshop di area survei terutama lokasi dengan sampel objek yang besar. Kerangka Acuan disiapkan dan dikomunikasikan/distribusikan kepada responden.
Fase pertama pengumpulan dan analisis data dimulai setelah rencana kerja dan kuesioner disetujui. Kuesioner harus ditandatangani oleh pengisi dan menyertakan informasi kontak.
Tahap pertama dari pengumpulan dan analisis data dilakukan di 3 (tiga) lokasi yaitu Jabodetabek, Riau dan Bali. Jumlah objek ditargetkan mencapai 30% dari total kuota dengan ketersediaan jumlah perwakilan proporsional untuk setiap kategori bangunan.
Hasil tahapan pertama ini akan digunakan untuk memberikan validasi nilai ambang batas konsumsi energi di gedung komersial untuk implementasi wajib manajemen energi.
Tahapan kegiatan Fase Pertama adalah:
1. Menyiapkan ToR dan agenda workshop, mendistribusikan undangan dan konfirmasi kehadiran para undangan. Tahapan ini berkoordinasi dengan UNDP- MTRE3 dan DJEBTKE
2. Bertanggung jawab aktif dalam workshop untuk memaksimalkan kegiatan survey 3. Melakukan pengumpulan dan validasi data melalui survei. Survei akan
dilaksanakan setelah kuesioner disetujui (Persiapan Awal) oleh UNDP-MTRE3 dan DJEBTKE.
4. Pengolahan data;
5. Analisis data dan informasi yang dikumpulkan pada saat kick off meeting, kuesioner, dan data eksisting;
6. Mengembangkan database konsumsi energi di sektor bangunan komersial, baik total dan masing-masing sub-sektor;
7. Validasi nilai ambang batas konsumsi energi di sektor bangunan komersial
8. Menyusun laporan sementara tentang kegiatan dan hasil survei, termasuk nilai ambang indikatif dan benchmark standar SEC/IKE untuk sektor bangunan komersial yang akan diusulkan ke KESDM sebagai masukan untuk proses revisi PP 70/2009
9. Presentasi dan diskusi laporan awal kepada DJEBTKE-ESDM dan UNDP-MTRE3.
B. Fase Kedua
Fase kedua akan melanjutkan pengumpulan data di lokasi yang belum disurvei pada fase pertama dan memenuhi kuota dari total objek yang akan disurvei. Kegiatan ini mencakup distribusi kuesioner melalui on-line dan jika diperlukan dalam bentuk cetak.
Data dari responden divalidasi untuk memastikan validitas dan reliabilitas data. Jika diperlukan, UNDP akan memfasilitasi workshop di daerah yang disurvei, terutama lokasi dengan sampel objek yang besar. Kerangka Acuan dan undangan akan disiapkan dan dikomunikasikan/distribusikan kepada responden.
Tahapan kegiatan Fase Kedua adalah:
1. Menyiapkan ToR dan agenda workshop, mendistribusikan undangan dan konfirmasi kehadiran para undangan. Tahapan ini berkoordinasi dengan UNDP- MTRE3 dan DJEBTKE
2. Bertanggung jawab aktif dalam workshop untuk memaksimalkan kegiatan survey 3. Melakukan pengumpulan dan validasi data melalui survei.
4. Analisis data dan informasi yang dikumpulkan pada saat kick off meeting, kuesioner, dan data eksisting (data Fase Pertama dan Fase Kedua);
5. Mengembangkan database konsumsi energi di sektor bangunan komersial, baik total dan masing-masing sub-sektor;
6. Memberikan data dan informasi terkait standar SEC/IKE di sektor bangunan komersial Indonesia, baik total dan masing-masing sub-sektor. Data dan informasi yang digunakan berdasarkan data terbaru yang diberikan oleh responden;
7. Finalisasi benchmark standar SEC/IKE di sektor bangunan komersial;
1-10
8. Draf laporan akhir diserahkan sebelum pertemuan dengan stakeholder untuk membahas isi laporan Fase Pertama dan Fase Kedua; Laporan tersebut menguraikan studi tentang informasi dan data eksisting dari penelitian, studi, dan audit, termasuk benchmark SEC/IKE sektor bangunan komersial di negara-negara lainnya yang dapat diadaptasi ke Indonesia;
9. Diskusi draft laporan akhir dengan UNDP-MTRE3 dan EBTKE;
10. Presentasi dan konsultasi draft hasil akhir dalam pertemuan dengan stakeholders;
11. Presentasi hasil akhir di Workshop diseminasi (jika ada).
1.4 Hasil Yang Disampaikan
Hasil atau output dari pekerjaan survei ini adalah LAPORAN BENCHMARKING SPECIFIC ENERGY CONSUMPTION DI GEDUNG KOMERSIAL dimana:
• Semua laporan harus dipresentasikan terlebih dahulu kepada tim UNDP- MTRE3 dan DJEBTKE untuk mendapatkan masukan dan komentar.
Komentar-komentar ini dimasukkan ke dalam laporan.
• Laporan akhir dilengkapi dengan ringkasan eksekutif, dan presentasi Power Point, disampaikan dalam bahasa Inggris dan disertai dengan terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia.
• Laporan akhir yang diserahkan termasuk file elektronik (misal USB atau CD) yang dapat diedit yang memuat semua presentasi, foto dan video, semua data dan perhitungan, dan hasil simulasi (jika tersedia).
1.5 Jadwal Kegiatan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan survey Benchmarking SEC/IKE di sector Bangunan Komersial adalah 4 bulan. Perincian rencana pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2. Rencana Kerja Survey Benchmarking SEC/IKE di Sektor Bangunan Komersial
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Workplan and questionnaire development All Team
2 Kick off meeting, Submission of detailed workplan and Questionare All Team
3 Identification and communication with key-stakeholders All Team
4 Drafting ToR and invitation letter for the workshop Administration Support
5 Dissemination of invitation letter and attendance confirmation Administration Support
6 First phase of Workshop and external enumerator training (Pekanbaru) Leader, EMS, SEA
7 Data collection & verification (Pekanbaru) All Team + Enumerator Jabodetabek
8 Survey and on site measurement for data validation in Pekanbaru All Team + Enumerator Jabodetabek
9 Data processing and analysis for Pekanbaru Leader, EMS, SEA, SS
10 Workshop and external enumerator training (Jabodetabek) Leader, EMS, SEA
11 Data collection & verification (Jabodetabek) All Team + Enumerator Riau
12 Survey and on site measurement for data validation in Jabodetabek All Team + Enumerator Riau
13 Data processing and analysis for Jabodetabek Leader, EMS, SEA, SS
14 Workshop and external enumerator training (Bali) Leader, EMS, SEA
15 Data collection & verification (Bali) All Team + Enumerator Bali
16 Survey and on site measurement for data validation in Bali All Team + Enumerator Bali
17 Data processing and analysis for Bali Leader, EMS, SEA, SS
18 Interim Report Writing All Team
19 Interim Report Submission Leader
20 Additional survey at first phase location to mitigate invalid data (Jabodetabek) All Team + Enumerator Jabodetabek
21 Second phase Identification of key-stakeholders All Team
22 Dissemination of survey letter and willingness confirmation Administration Support
23 Communicated and share questionnaire to each respondent Administration Support
24 Data collection & verification to each respondent All Team
25 Survey for data validation and sampling on-site measurement in North Sumatera All Team + Enumerator North Sumatera
26 Survey for data validation and sampling on-site measurement in East Java All Team + Enumerator East Java
27 Survey for data validation and sampling on-site measurement in West java All Team + Enumerator West java
28 Survey for data validation and sampling on-site measurement in Central Java All Team + Enumerator Central Java
29 Data processing and analysis for 4 locations Leader, EMS, SEA, SS
30 Report writing All Team
31 Final Report Submission Leader
Des PIC
No. Description August Sept Oct Nov
1-12
1.6 Personil
Struktur team pelaksana kegiatan dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Leader
Specialist Energy Auditor
Team Jabodetabek + Enumerator
Team Bali + Enumerator
Team Riau + Enumerator
Team North Sumatera + Enumerator
Team Central Java + Enumerator
Team East Java + Enumerator
Team West Java + Enumerator Mechanical
Specialist Expert Energy Management
System
Statistical Specialist
Electrical Specialist
Administration Support
Gambar 1.2. Struktur Team Pelaksana Survey
2 S TUDI L ITERATUR
2.1 Populasi Gedung Komersial di Indonesia
Pada tahun 2019 akan dilakukan survei SEC/IKE pada bangunan gedung komersial di 7 (tujuh) lokasi yaitu Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi) Bali, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara.
Jumlah populasi gedung komersial seperti Hotel, Rumah Sakit, Pusat Perbelanjaan dan Gedung Perkantoran di kota-kota tersebut sebanyak 2.108 (Dinas Pariwisata, 2018;
Kementerian Kesehatan, 2018; BPS, 2018; Kementerian Pekerjaan Umum dan Wikipedia, 2018) dengan distribusi per sektor seperti ditampilkan pada gambar berikut ini.
Gambar 2.1. Populasi objek survei berdasarkan sub-kategori bangunan
Dari jumlah populasi diatas total kuota Gedung yang menjadi objek minimal sebanyak 200 gedung dan total kuota gedung yang akan menjadi objek survey berdasarkan jumlah populasi yang ada di tiap kota tersebut adalah sebanyak 272 gedung. Dimana kelebihan 72 gedung dari kuota minimal tersebut adalah untuk objek cadangan apabila terdapat objek yang tidak ingin menjadi objek survey ataupun memiliki data yang tidak valid.
966 424 249 469
HOTEL PERKANTORAN PUSAT PERBELANJAAN RUMAH SAKIT