• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARGET OBJEK SURVEY

PENGGUNA ENERGI SIGNIFIKAN DI GEDUNG PERKANTORAN

8 P OTENSI S URYA A TAP

8.2 Potensi PLTS Atap

Tidak semua tipe/jenis atap bangunan dapat dimanfaatkan untuk PLTS-Atap. Dengan mempertimbangkan kekuatan struktur pendukung atap, arah/orientasi atap, sudut kemiringan atap, dan adanya pengaruh bayangan (shading factor), maka diperoleh

8-2

luasan atap yang berpotensi untuk penempatan komponen modul surya pada system PLTS.

Dalam melakukan perhitungan kapasitas potensi PLTS pada luasan atap, diasumsikan setiap 1 KWp memerlukan luasan 10 m2 (sudah termasuk mempertimbangkan area untuk akses instalasi, pemeliharaan dll). Hasil Pemetaan Potensi PLTS atap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8.1. Hasil Pemetaan Potensi PLTS atap

KATEGORI JUMLAH

Ada 204 data objek yang dikumpulkan untuk 4 kategori pada 7 lokasi survey yaitu Pekanbaru, Jabodetabek, Bali, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan yang terdiri dari Rumah Sakit 53 objek, Hotel 82 objek, Pusat Perbelanjaan 21 objek dan Perkantoran 48 objek.

Dari total 204 objek yang dilakukan pengumpulan data/survey seperti Tabel 8.1 diatas, hanya 166 objek yang data potensi luasan atapnya tersedia, sedangkan 26 objek tidak tersedia. Potensi Total luasan atap untuk PLTS-Atap sebesar 235.834,65 m2 yang dapat dipasang PLTS dengan kapasitas total sebesar 23.583,47 KWp atau ±23,58 MWp (dengan asumsi per 1 KWP membutuhkan luas area 10 m2). Namun berdasarkan Perpres No.49 Tahun 2018 bahwa maksimum pemasangan PLTS Atap adalah sebesar kontrak daya dengan PLN, Sehingga dengan demikian secara keseluruhan kapasitas Total PLTS Atap sebesar 22.883,37 KWp (±22,9 MWp).

Gambar 8.1. Potensi PLTS Atap di Bangunan Komersial

8-4 Gambar 8.2. Maksimum Kapasitas Terpasang PLTS Atap di Bangunan Komersial

Energi yang dibangkitkan PLTS Atap setiap tahunnya untuk masing masing lokasi berbeda, hal ini tergantung dari intensitas radiasi matahari setiap lokasi tersebut.

Dengan menggunakan software RETScreen total energy yang dapat dihasilkan dari PLTS Atap untuk total 166 objek adalah sebesar 23.767,41 MWH (kapaitas PLTS atap dengan batas kontrak daya PLN).

Gambar 8.3. Potensi Energi PLTS Atap di Bangunan Komersial

Gambar 8.4. Maksimum Kapasitas Terpasang PLTS Atap di Bangunan Komersial

Secara keseluruhan total kapasitas potensi PLTS Atap untuk semua kategori bangunan komersial adalah sebagai berikut :

Tabel 8.2. Total Maksimum Potensi PLTS Atap di Bangunan Komersial

No. Kategori Bangunan/Gedung

Objek Survey Potensi Luas Atap

(m2)

Potensi PLTS Atap

(kWp)

Potensi Energi PLTS

Atap (MWh/Thn) Total Potensi

1 Rumah Sakit 53 46 88.700,00 8.187,80 8.479,56

2 Hotel 82 65 44.080,50 4.408,05 4.728,03

3 Pusat Perbelanjaan 21 17 67.423,00 6.742,30 6.962,16

4 Perkantoran 48 38 35.631,15 3.545,22 3.597,65

T O T A L 204 166 235.834,65 22.883,37 23.767,41

Detail potensi tiap objek Gedung dapat dilihat pada Lampiran 4.

9-1

9 K ESIMPULAN

Pekerjaan ini telah menyelesaikan survei di 204 objek survei yang terdiri dari 82 hotel, 48 gedung perkantoran, 21 pusat perbelanjaan dan 53 rumah sakit. Gedung yang disurvei ini tersebar di 7 lokasi kota besar (JABODETABEK, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Medan, dan Pekanbaru). Total luasan Gedung yang disurvei (Gross Floor Area - GFA) adalah 3.782.547,50 m² dan total konsumsi energi tahunan sebesar 67.507,08 TOE, atau sebesar 1,15% terhadap penggunaan energi di sektor komersial.

Dari 204 obyek yang disurvey, sekitar 35 objek Gedung yang konsumsi energinya setiap gedung lebih dari 500 TOE atau sekitar 17,2%, didominasi oleh pusat perbelanjaan dan hotel. Sementara Gedung yang mengkonsumsi energi dibawah 250 TOE sekitar 139 objek atau sekitar 68,1%. Nilai rata-rata IKE Gedung komersial di 7 wilayah sebesar 202,72 kWh/m2/thn. Dimana IKE terbaik (Top Quartile/paling hemat) berada dibawah 125,67 kWh/m2/thn dan IKE terburuk (Bottom Quartile/paling boros) berada diatas 245,61 kWh/m2/thn seperti ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 9.1. IKE Gedung Komersial di 7 Wilayah Indonesia

JUMLAH

Perbandingan IKE masing-masing jenis gedung komersial di 7 wilayah Indonesia seperti diringkas dalam table berikut:

Tabel 9.2. IKE berdasarkan kategori di 7 Wilayah Survey

HOTEL PERKANTORAN PUSAT PERBELANJAAN RUMAH SAKIT Rata-Rata

PEKANBARU 179,29 87,87 170,02 219,22 179,34

JABODETABEK 217,52 195,35 324,08 193,93 215,18

BALI 186,57 298,58 102,88 173,47

BANDUNG 202,27 216,85 385,98 138,05 202,54

SEMARANG 223,13 200,24 287,85 219,63 219,49

SURABAYA 216,89 127,87 234,33 158,91 182,88

MEDAN 201,78 117,14 356,74 167,68 186,30

Rata-Rata 208,15 180,95 286,54 180,81 202,72

Urutan IKE rata-rata gedung dari 7 kota dimulai dari yang nilainya paling tinggi adalah, gedung Pusat Perbelanjaan > Hotel >Rumah Sakit> Perkantoran. Khusus untuk IKE gedung di Jabodetabek untuk semua tipe gedung berada diatas rata-rata IKE hasil survei di 7 kota

Intensitas konsumsi energi hasil survey terhadap 204 gedung di 7 wilayah indonesia dan benchmarking terhadap negara-negara ASEAN serta referensi lainnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9.3. Benchmark IKE Gedung di Indonesia terhadap Negara-negara di ASEAN INDONESIA

Nilai IKE rata-rata tiap jenis gedung yang disurvei jika di benchmark dengan berbagai referensi menunjukan bahwa saat ini rata-rata IKE gedung Komersial di Indonesia telah menuju ke pola penggunaan yang efisien. Indeks konsumsi energi tersebut juga mengindikasikan perbaikan yang signifikan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan update data IKE gedung ini secara berkala minimal 5 tahun sekali.

Detil distribusi penggunaan energi per jenis gedung terhadap objek yang disurvei adalah sebagai berikut:

9-3

Peralatan pengguna energi paling signifikan dari setiap gedung komersial adalah peralatan pengkondisi udara, dengan rata-rata penggunaan energi diatas 62%, kemudian diikuti oleh lampu dan stop kontak, Lift dan eskalator dan peralatan listrik lainnya.

Dari total 204 objek yang dilakukan pengumpulan data/survey seperti Tabel 8.1 diatas, hanya 166 objek yang data potensi luasan atapnya tersedia, sedangkan 26 objek tidak tersedia. Potensi Total luasan atap untuk PLTS-Atap sebesar 235.834,65 m2 yang dapat dipasang PLTS dengan kapasitas total sebesar 23.583,47 KWp atau ±23,58 MWp (dengan asumsi per 1 KWP membutuhkan luas area 10 m2). Namun berdasarkan Perpres No.49 Tahun 2018 bahwa maksimum pemasangan PLTS Atap adalah sebesar kontrak daya dengan PLN, Sehingga dengan demikian secara keseluruhan kapasitas Total PLTS Atap sebesar 22.883,37 KWp (±22,9 MWp) dengan perincian per tipe gedung sebagai berikut:

Tabel 9.4. Maksimum Potensi Kapasitas PLTS Atap Terpasang di 7 Wilayah Survey MAKSIMUM KAPASITAS PLTS TERPASANG

HOTEL PERKANTORAN PUSAT PERBELANJAAN RUMAH SAKIT TOTAL

PEKANBARU 120,80 72,40 559,80 179,40 932,40

JABODETABEK 1.296,70 1.133,90 2.917,40 3.876,80 9.224,80

BALI 1.114,25 531,60 273,30 1.919,15

BANDUNG 364,50 550,00 910,00 355,70 2.180,20

SEMARANG 1.114,00 1.019,70 - 2.081,90 4.215,60

SURABAYA 328,80 473,22 1.593,50 518,80 2.914,32

MEDAN 69,00 296,00 230,00 901,90 1.496,90

TOTAL 4.408,05 3.545,22 6.742,30 8.187,80 22.883,37

66.3%

Pengguna Energi Signifikan di Gedung Komersial

Pengkondisi Udara Lampu & Stop Kontak Lift & Eskalator Lain-lain

Estimasi investasi yang dibutukan untuk insalasi PLTS adalah sebesar 37 Milyar Rupiah , dengan asumsi harga real instalasi per KWp adalah Rp.16.000.000

Untuk masing-masing kategori jenis gedung , batasan indek konsumsi energi untuk gedung efisien berdasarkan hasil survei diusulkan sebagai berikut:

Gedung Pekantoran : 180,95 kWh/m2/tahun Hotel : 208,15 kWh/m2/tahun Rumah Sakit : 180,81 kWh/m2/tahun Pusat Perbelanjaan : 286,54 kWh/m2/tahun

D-1

Dokumen terkait